Anda di halaman 1dari 14

YANG HARUS DIKETAHUI OLEH SEMUA PEGAWAI :

BUKU SAKU SNARS EDISI 1


1. Performance baik, seragam lengkap, rapih, ramah, sopan, komunikatif.
2. Paham Alur evakuasi titik kumpul 2 : Halaman depan RS dan Belakang
RSUD dr.R.GOETENG TAROENADIBRATA depan masjid
PURBALINGGA 3. Paham Letak Alarm : Belakang IGD, dibawah tangga kantor, Gardena
Baru lt.1, 2, 3, Gardena Lama ruang perawat, ICU, Depan Kenanga,
TAHUN 2019 Depan Gudang Obat.
4. Bisa mengoperasionalkan APAR
CARRA : Cabut pin pengaman, Arahkan slang, Remas katupnya,
Ratakan, Arahkan ke titik api
5. Kasus KTD / KNC harus segera dilaporkan
6. Paham BHD (Bantuan Hidup Dasar) dan Nomor telfon Code Blue : 555
7. Hafal dan paham 6 Sasaran Keselamatan Pasien yang baru
Sasaran Keselamatan Pasien
1. Mengidentifikasi pasien dengan benar
2. Meningkatkan komunikasi efektif
3. Meningkatkan keamanan obat2 yang harus diwaspadai
4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar
5. Mengurangi infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Mengurangi risiko cidera pasien akibat terjatuh
8. Memahami uraian tugasnya masing-masing pegawai
9. Memiliki file kepegawaian lengkap dan masih berlaku
10. Mengetahui SOT Rumah Sakit Goeteng dan Pejabatnya
11. Mengetahui Tata tertib : Jam bezuk RS, kartu penunggu diaktifkan,
dilarang merokok di area RS, anak dibawah usia 12 tahun dilarang masuk
RS, tidak boleh menggelar tikar di area RS, tidak ada kucing, tikus, dll.
12. Harus bisa praktek 6 langkah cuci tangan yang benar sesuai WHO
13. Hafal dan paham Five Momen (5 momen cuci tangan)
1. Sebelum kontak dengan pasien
TIM ASESOR INTERNAL AKREDITASI RS 2. Sebelum melakukan tindakan aseptik
3. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan pasien
IMPLEMENTASI SNARS EDISI 1
1. DOKTER 3. APOTEKER
- Mengenalkan diri nama dokter (pasien dan keluarga harus tahu - Melakukan rekonsiliasi ≤ 24 jam sejak pasien masuk rumah sakit,
nama DPJP yang merawat) didahului dengan mengenalkan diri
- Menjelaskan perencanaan pengelolaan pasien - Melakukan pemantauan terapi obat pasien rawat inap
- Melengkapi status rekam medik pasien : asesmen ulang rawat inap, - Mengisi secara lengkap lembar rekonsiliasi, lembar rencana edukasi,
data sosial, lembar CPPT sesuai SOAP pelaksanaan edukasi, pemantauan terapi obat, CPPT dan
- Mengisi resume medis sehari sebelum pasien dimungkinkan pulang membubuhkan tanda tangan.
- Tulisan dokter jelas dan mudah terbaca - Pemberian obat kepada pasien pulang
- Cuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah pelayanan thd pasien - Monitoring efek samping obat
- Site marking dilaksanakan oleh dokter operator di ruang rawat inap
dan poliklinik 4. TENAGA KESEHATAN LAINNYA
- Surgical safety checklist harus dilaksanakan di IBS (LABORAT, RADIOLOGI, GIZI, FARMASI,
- Melakukan komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga pasien FISIOTHERAPY, DLL)
(menjelaskan penyakit pasien)
- Melaksanakan proses informed consent - Menandatangani dan melengkapi format pasien
- Mengetahui simbol dan singkatan baku yang boleh dan tidak boleh - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
- Komunikatif dan ramah kepada pasien/kel
2. PERAWAT / BIDAN - Semua tindakan yang akan dilakukan harus dikomunikasikan dengan
- Menandatangani dan melengkapi format serah terima pasien pasien/kel
- Melakukan orientasi pasien baru - Semua PPA memiliki STR, Serkom, SIP/SIK yang masih berlaku
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien - Melengkapi catatan rekam medik pasien dengan tulisan jelas dan
- Mengenalkan diri kepada pasien/keluarga mudah dibaca
- Mengingatkan kembali kepada pasien dan keluarganya nama dokter - Mengetahui simbol dan singkatan baku yang boleh dan tidak boleh
DPJPnya
- Menjelaskan manfaat gelang pasien
- Mengedukasi 6 langkah cuci tangan yang benar
- Semua tindakan yang akan dilakukan harus dikomunikasikan dengan
pasien/kel
- Semua PPA memiliki STR, Serkom, SIP/SIK yang masih berlaku
- Melengkapi catatan rekam medik pasien dengan tulisan jelas dan
mudah dibaca dan sesuai SOAP
- Mengetahui simbol dan singkatan baku yang boleh dan tidak boleh
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RS (SNARS ) Edisi 1 INTISARI 16 BAB STANDAR AKREDITASI

I. SASARAN KESELAMATAN PASIEN 1. SASARAN KESELAMATAN PASIEN

II. STANDAR PELAYANAN BERFOKUS PADA PASIEN 1 : MENGIDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR
1. Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK)  Setiap pasien yang masuk rawat inap dipasang gelang identitas
2. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)  Gelang identitas apa saja yang digunakan di RSUD Goeteng :
3. Asesmen Pasien (AP) a. Warna gelang identitas pasien :
4. Pelayanan Asuhan Pasien (PAP) Pasien laki-laki : BIRU MUDA
5. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) Pasien perempuan : PINK
6. Pelayanan Kefarmasian dan PenggunaanObat (PKPO) b. Gelang penanda risiko :
7. Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE) Alergi : MERAH
Risiko jatuh : KUNING
III. STANDAR MANAJEMEN RUMAH SAKIT DNR (Do Not Resuscitate) : UNGU
1. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)  Ada 3 identitas yaitu menggunakan NAMA, TGL LAHIR,
2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) NOMOR RM dan alternatif lain ALAMAT
3. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)  Saat memasang gelang identitas harus dijelaskan manfaat gelang
4. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan Pasien (MFK) pasien dan bahaya bagi pasien yang menolak atau melepas
5. Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS) gelang tersebut.
6. Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM)  Proses identifikasi dilakukan dengan cara :
a. Pertemuan pertama dengan pasien :
IV. PROGRAM NASIONAL  Secara verbal (tanyakan nama pasien)
1. Penurunan Angka Kematian Ibu dan bayi dam Peningkatan  Secara visual (lihat dan cek gelang)
Kesehatan Ibu dan bayi b. Pertemuan berikutnya : lihat secara visual gelang identitas
2. Penurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS c. Melibatkan pasien untuk selalu mengingatkan petugas saat
3. Penurunan Angka Kesakitan Tuberkulosis pelaksanaan tindakan
4. Pengendalian Resistensi Antimikroba  Kapan dilakukan proses verifikasi identitas pasien :
5. Pelayanan Geriatri a. Sebelum pemberian obat
b. Sebelum pemberian transfusi atau pemberian produk darah
V. INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN c. Sebelum pengambilan sampel untuk pemeriksaan
RUMAH SAKIT (IPKP) laboratorium dan pemeriksaan radiologi
d. Sebelum dilakukan tindakan medis
e. Sebelum pengobatan
 Kapan gelang identitas dilepas : 2) NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) / LASA (Look
a. Saat pasien pulang dilepas oleh perawat ruang rawat Alike Sound Alike) yaitu obat-obatan yang terlihat mirip dan
b. Saat pasien meninggal dunia dilepas oleh petugas kamar kedengaran mirip :
jenazah  Epinefrin – epedrin
c. Saat pasien dirujuk dengan indikasi, dilepas oleh perawat  Lapimox – lapiflox
pendamping saat operasn dengan perawat rumah sakit yang  Cefotaxim – cetriaxon
dituju.  Pengelolaan High Alert Medication (HAM)
a. Penyimpanan dilokasi khusus dengan akses terbatas
2 : MENINGKATKAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF b. Menggunakan label/tanda berwarna merah
 Komunikasi efektif adalah komunikasi yg tepat waktu, akurat, c. Ruang perawatan yang boleh menyimpan elektrolit pekat
lengkap, jelas dan dipahami oleh penerima guna mengurangi harus memastikan bahwa eletrolit pekat disimpan di lokasi
kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien dengan akses terbatas bagi petugas yang diberi wewenang.
 Menggunakan teknik SBAR dalam melaporkan kondisi pasien
Situation : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien 4 : MEMASTIKAN LOKASI PEMBEDAHAN YANG BENAR,
Background : Informasi penting apa yg berhubungan dengan PROSEDUR YANG BENAR, PEMBEDAHAN PADA PASIEN
kondisi pasien terkini YANG BENAR
Assessment : Hasil pengkajian kondisi pasien terkini  Prosedur penandaan lokasi pada pasien yang akan di operasi (Site
Recommendation : Apa yang perlu dilakukan utk mengatasi Marking) :
Masalah pasien saat ini a. Orang yang bertanggungjawab untuk membuat tanda pada
 TULBAKON : Tulis, Baca, Konfirmasi ulang pasien operasi adalah operator/dokter yang melakukan
 Perintah lisan dan/atau melalui telepon termasuk hasil tindakan operasi
pemeriksaan kritis ditulis secara lengkap oleh penerima b. Penandaan titik lokasi yang akan di operasi adalah sebelum
informasi, diparaf dan ditulis nama terang penerima informasi pasien dipindahkan ke ruang dimana operasi akan dilakukan.
berikut tanggal dan jam menerima telepon. Pasien ikut dilibatkan, terjaga dan sadar serta sebaiknya
 Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi/verifikasi (diparaf) dilakukan sebelum pemberian obat pre-medikasi
oleh DPJP maksimal 1x24 ja, disertai tanggal dan jam verifikasi c. Dokter melakukan penandaan lokasi operasi (Site Marking)
 Penulisan di lembar CPPT. dengan memberi tanda Panah ( → ) pada lokasi operasi
d. Tanda harus dibuat dengan spidol warna HITAM
3 : MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT-OBAT YANG HARUS e. Lokasi untuk semua prosedur yang melibatkan sayatan,
DIWASPADAI (HIGH ALERT MEDICATIONS) tusukan, perkutan atau penyisipan instrumen harus ditandai.
 Obat-obatan yang termasuk dalam high alert medication f. Semua penandaan harus dilakukan bersamaan saat
tercantum dalam panduan obat waspada tinggi, diantaranya : pengecekan hasil pencitraan pasien diagnosis misalnya
1) Elektrolit Konsentrat : Sinar-X, scan, pencitraan elektronik atau hasil test lainnya
 NaCL 3 % dalam kolf 500 cc dan pastikan dengan catatan medis pasien dan gelang
 KCL dalam ampul 25 cc identifikasi pasien
g. Lokasi operasi ditandai pada semua kasus termasuk sisi  2 cara cuci tangan :
(laterality), struktur multiple (jari tangan, jari kaki, lesi) atau 1) HANDWASH ( dengan air mengalir )
multiple level (tulang belakang) Waktu yang dibutuhkan : 40 – 60 detik
h. Pada neonatus dan pasien luka bakar tidak diberikan marking 2) HANDRUB ( dengan Gel berbasis alkohol )
tetapi digambar dalam rekam medik Waktu yang dibutuhkan : 20 – 30 detik
i. Pencatatan lokasi gigi pada rekam medik dilakukan dengan
nomenklatur berdasarkan Federal Dental International (FDI) 6 : MENGURANGI RISIKO CEDERA PASIEN AKIBAT
angka pertama menunjukan kuadran gigi dan angka elemen  Perawat dalam mengkaji pasien risiko jatuh melakukan penilaian
gigi. dengan asesmen risiko jatuh menggunakan :
 Beberapa prosedur yang tidak memerlukan penandaan yaitu : o Morse Fall Scale (pasien Dewasa)
1) Kasus organ tunggal (misalnya : op jantung, op caesar) o Humpty Dumpty Scale (pasien anak usia 0 – 18 th)
2) Kasus intervensi seperti kateter jantung o Sydney Scale (pasien geriatri atau lansia diatas 60 th)
3) Kasus yang melibatkan gigi  Pengkajian dilakukan oleh perawatn dari pasien masuk rumah
4) Prosedur yang melibatkan bayi premature dimana penandaan sakit dan mencatat hasil asesmen awal ke dalam rekam medik
akan menyebabkan tato permanen. pasien
 Prosedur Ceklis Keselamatan Operasi (Surgical Safety Checklist)  Cara mengurangi risiko pasien cedera akibat terjatuh :
Proses Check List ini merupakan standar operasi yang meliputi 1. Menganjurkan pasien meminta bantuan yang diperlukan,
pembacaan dan pengisian formulir Sign In dilakukan sebelum menempatkan bel panggil dalam jangkauan pasien
pasien di anestesi, Time Out dilakukan sesaat sebelum 2. Menganjurkan pasien memakai alas kaki
insisi/tindakan pasien operasi dan Sign Out ini dipandu oleh 3. Menyediakan kursi roda yang terkunci, tongkat penyangga
Perawat Sirkuler atau Onloop dan diikuti oleh operator, dokter (walkers) sesuai kebutuhan disamping tempat tidur pasien
anestesi serta perawat. berisiko jatuh
4. Memastikan jalur ke toilet bebas dari hambatan dan cahaya
5 : MENGURANGI RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN terang
KESEHATAN 5. Memasang bedside rel (tempat tidur berpengaman)
 Standar Prosedur Cuci Tangan yang benar dilakukan saat 5 6. Memasang restrain (tali pengikat) bila diperlukan
Momen : 7. Pengawasan yang ketat terhadap pasien dengan terapi obat-
1) Sebelum kontak dengan pasien obatan yang yang berisiko jatuh (obat sedative, anti depresi,
2) Sebelum melakukan tindakan asespis antipsikotik, antiaritmia, antihistamin, diuretik, dll)
3) Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien 8. Mengecek kursi dan tinggi tempat tidur sesuai kondisi pasien
4) Setelah kontak dengan pasien 9. Mengamati lingkungan untuk kondisi berpotensi tidak aman,
5) Setelah kontak dengan lingkungan pasien dan segera laporkan untuk perbaikan
 Cuci tangan sesuai Standar WHO : TEPUNG SELACI PUTPUT 10. Jangan memberikan pasien berisiko jauh tanpa pengawasan
saat di daerah diagnostik atau terapi
11. Memastikan saat dibawa dengan brandcard atau tempat
tidur, posisi bedside rel dalam keadaan terpasang 3) Kebijakan Transfer :
12. Edukasi kepada pasien dan/atau anggota keluarga mengenai a. Transfer harus dalam kondisi stabil dan didampingi oleh
rencana perawatan untuk mencegah jatuh petugas sesuai kategori level transfer
 Apabila terjadi KTD pasien terjatuh maka segera lapor ke b. Unit yang menerima pasien harus sudah dihubungi dan
Sekretaris Tim KPRS di telp ext 146 (Bu. Triasih N) menyatakan kesiapannya.
c. Bila proses transfer terjadi pindahan tanggung jawab maka
2. AKSES KE RS DAN KONTINUITAS PELAYANAN (ARK) perlu dilakukan serah terima dengan mengisi lembar transfer
pasien.
1. Prosedur Skrining
1) Skrining dilakukan pada kontak pertama didalam atau di luar RS 4. Prosedur Pemulangan Pasien
Goeteng untuk menetapkan apakah pasien dapat dilayani dengan a. SPO Pasien pulang atas rekomendasi DPJP
baik oleh RS Goeteng b. SPO Pasien pulang atas permintaan sendiri
2) Skrining dilaksanakan menggunakan kriteria triage, visual atau c. SPO Pasien pulang dirujuk ke RS lain
pengamatan, pemeriksaan fisik, psikologi, pemeriksaan d. SPO Pemulangan pasien meninggal
penunjang (laboratorium dan radiologi).
2. Prosedur Triage 3. HAK PASIEN DAN KELUARGA (HPK)
Proses triage berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien sesuai
kegawatannya. Hak pasien menurut UU No. 44 Pasal 32 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit :
Triage di IGD dalam seleksi pasien yang masuk dibedakan menjadi 6 1) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan
label warna : yang berlaku di rumah sakit;
1) Putih : Rawat Jalan 2) Pasien berhak memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
2) Hijau : Tidak gawat tidak darurat 3) Pasien berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa
3) Kuning : Darurat tidak gawat diskriminasi;
4) Merah : Gawat darurat 4) Pasien berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dgn
5) Biru : Kritis standar profesi dan standar peosedur operasional (SPO);
6) Hitam : Meninggal 5) Pasien berhak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga
3. Prosedur Transfer Pasien pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi;
1) Transfer Internal adalah memindahkan pasien dari satu unit 6) Pasien berhak mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
pelayanan ke unit pelayanan lain didalam RS sebagai bentuk didapatkan;
pemindahan tanggung jawab dan wewenang untuk beberapa atau 7) Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
semua pelayanan pasien dalam waktu sementara atau menetap. keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
2) Transfer Eksternal adalah memindahkan pasien dari RSUD 8) Pasien berhak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya
Goeteng ke RS atau fasilitas kesehatan lain di luar RSUD kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik
goeteng, transfer ini meliputi rujukan sementara dan tetap. didalam maupun diluar Rumah Sakit;
9) Pasien berhak mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang 6) Mematuhi rencana terapi yang rekomendasikan oleh Tenaga Kesehatan
diderita termasuk data-data medisnya; di RS dan disetujui oleh pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan
10) Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata penjelasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko 7) Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak
dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau
yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan; tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan untuk
11) Pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya;
akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yg dideritanya; 8) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
12) Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13) Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang INFORMED CONSENT
dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya; Sesuai Permenkes Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 Tentang Persetujuan
14) Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama Tindakan Kedokteran.
dalam perawatan di Rumah Sakit; Informed consent diperoleh sebelum operasional, anestesi, penggunaan darah
15) Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah atau produk darah dan tindakan serta pengobatan lain yang berisiko tinggi.
Sakit terhadap dirinya; Semua tindakan kedokteran harus mendapat persetujuan pasien dan/atau
16) Pasien berhak menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai keluarga setelah mendapat penjelasan yang cukup tentang hal-hal yang
dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya; berkaitan dengan tindakan tsb dari DPJP.
17) Pasien berhak menggugat dan atau menuntut RS apabila RS diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara 4. ASESMEN PASIEN ( AP )
perdata ataupun pidana;
18) Pasien berhak mengeluhkan pelayanan RS yang tidak sesuai dengan 1. Prosedur Asesmen Pasien
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan Prosedur Asesmen Pasien menggunakan Metode IAR
ketentuan peraturan perundang-undangan. I = Informasi dikumpulkan
A = Analisis data dan Informasi
Kewajiban Pasien diatur dalam Pasal 26 Peraturan Menteri Kesehatan RI R = Rencana yang disusun
Nomor 4 Tahun 2018 :
1) Mematuhi peraturan yang berlaku di RS; 2. Isi Asesmen Awal
2) Menggunakan fasilitas RS secara bertanggung jawab; a. Status fisik
3) Menghormati hak pasien lain, pengunjung dan hak tenaga kesehatan serta b. Psiko-sosio-spiritual
petugas lainnya yang bekerja di RS; c. Ekonomi
4) Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan d. Riwayat kesehatan pasien
kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya; e. Riwayat alergi
5) Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan f. Asesmen nyeri
kesehatan yang dimiliknya; g. Risiko jatuh
h. Asesmen fungsional
i. Risiko nutrisional o Sebelum pasien pulang dari rumah sakit
j. Kebutuhan edukasi 5. PELAYANAN ASUHAN PASIEN ( PAP )
k. Rencana pemulangan
1. Yang termasuk pelayanan pasien berisiko tinggi di RS :
3. Prosedur Asesmen Gizi 1) Pasien kasus emergenci
1) Asesmen Gizi dimulai dengan Skrining Gizi yang dilakukan oleh 2) Pasien menggunakan layanan resusitasi
perawat menggunakan kategori : 3) Pasien dengan pemberian darah dan produk darah
o Strong-Kids ANAK 4) Pasien yang menggunakan alat bantu hidup dasar atau pasien
o Nutritional Risk Screening (NRS 2002) DEWASA yang koma
o Mini Nutritional Assesment (MNA) LANSIA 5) Pasien yang menderita penyakit menular dan penurunan kekebalan
2) Hasil Skrining Gizi berisiko malnutrisi maka ditindaklanjuti oleh tubuh (immune-suppresed)
ahli gizi dengan Asuhan Gizi Terintegrasi. 6) Pasien yang mengalami dialisis (cuci darah)
7) Pasien yang menggunakan alat pengaman bed (restraint)
4. Metode Penilaian Nyeri 8) Pasien lanjut usia, orang dengan keterbatasan (fisik/mental), anak-
o Numeric Rating Scale (NRS) anak, dan pasien yang berisiko disiksa.
Indikasi : Pasien dewasa dan Anak > 7 tahun
o Wong Baker Face Pain Scale (WBFPS) 2. Prosedur Penyimpanan, penyajian dan pendistribusian makanan
Indikasi : Pasien dewasa dan Anak > 3 tahun kepada pasien :
o FLACC (Face, Leg, Activity, Cry, Consolability) 1) Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara mengurangi risiko
Indikasi : Anak usia < 3 tahun yang belum dapat berkomunikasi, kontaminasi dan pembusukan
atau pada pasien NICU yang tidak dalam pengarus sedasi. 2) Makanan didistribusi secara tepat waktu dan memenuhi
o Comfort Scale permintaan
Indikasi : Pasien bayi, anak dan dewasa di ICU/IBS/IRI
5. Kapan Asesmen Awal Nyeri dilakukan 3. Prosedur penanganan pasien dalam tahap terminal :
o Asesmen awal nyeri dilakukan dengan cara anamnese kepada 1) Memastikan bahwa gejala-gejalanya akan dilakukan asesmen di
formulir asesmen tahap terminal dan dikelola secara tepat.
pasien, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tanda-tanda vital
2) Memastikan bahwa pasien dengan penyakit terminal dilayani
6. Kapan Asesmen Ulang Nyeri dilakukan
dengan hormat
o Setiap shift
3) Melakukan asesmen keadaan pasien sesering mungkin sesuai
o Pada saat pengukuran tanda-tanda vital sign kebutuhan untuk mengidentifikasi gejala-gejala
o 1 jam setelah pengelolaan nyeri atau sesuai jenis dan onset obat 4) Merencanakan pendekatan preventif dan terapeutik dalam
o Setelah pasien menjalani prosedur operasi atau tindakan lain mengelola gejala-gejala
yang menimbulkan rasa sakit 5) Mendidik pasien dan staf tentang pengelolaan gejala-gejala pasien
o Sebelum transfer pasien antar ruang/bagian tahap terminal
o Setelah pasien transfer antar ruang/bagian
4. Penandaan lokasi operasi adalah sebelum pasien dipindahkan keruang
4. Prosedur penanganan pasien restraint : dimana operasi akan dilakukan. Pasien ikut dilibatkan, terjaga dan
Restraint adalah suatu metode/cara pembatasan/restriksi yang sadar, sebaiknya sebelum pemberian obat pre-medikasi.
disengaja terhadap gerakan/perilaku seseorang.  Site marking berbentuk tanda panah ( → ) untuk lokasi yang akan
1) Pembatasan fisik di operasi
2) Pembatasan mekanis  Tanda harus dibuat dengan spidol warna hitam dan harus terlihat
3) Pembatasan kimia sampai pasien disiapkan operasi.
 Lokasi untuk semua prosedur yang melibatkan sayatan, tusukan
5. Prosedur penulisan pengintegrasian dan koordinasi asuhan pasien : perkutan, atau penyisipan instrumen harus ditandai.
1) Pemberian asuhan dilakukan keperawatan, medis, PPA lain.  Lokasi operasi ditandai pada semua kasus, termasuk sisi
2) Semua catatan dan dokumen harus jelas dan terbaca (laterality), multiple struktur (jari tangan, jari kaki, lesi) atau
3) Pencatatan ditulis dengan metode SOAP untuk profesi lain multiple level (tulang belakang)
dilakukan sesuai kebutuhan
4) Penulisan SOAP dilakukan minimal sehari 1x dan sewaktu-waktu 7. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT
bila kondisi diperlukan (kondisi kritis) untuk dokter (PKPO)
5) Penulisan SOAP dilakukan minimal 3x dan sewaktu-waktu bila
kondisi pasien diperlukan (kondisi kritis) untuk perawat. 1. Pemberian obat menggunakan prinsip 7 Benar :
1) Benar Pasien
6. Bantuan Hidup Dasar (BHD) 2) Benar Indikasi
Indikasi dilakukan BHD yaitu pasien yang mengalami henti nafas dan 3) Benar Obat
henti jantung. Tujuan dilakukan BHD : 4) Benar Dosis
1) Mencegah terhentinya sirkulasi atau pernafasan 5) Benar Cara Pemberian
2) Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi 6) Benar Waktu Pemberian
pada pasien yang mengalami henti jantung atau henti nafas 7) Benar Dokumentasi
6. PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB) 2. Prosedur pemberian obat high alert
1) Pastikan obat tsb merupakan obat high alert
1. Tiga komponen penting dalam prosedur pre operatif : 2) Lakukan pengecekan ganda (double check) terhadap semua obat
1) Proses verifikasi high alert sebelum diberikan kepada pasien
2) Sudah ada tanda lokasi yang akan di operasi (site marking) 3) Sesaat sebelum memberikan obat, perawat mengecek nama
3) Surgical Safety Checklist (Sign in - Time Out - Sign Out) pasien, memberitahukan kepada pasien mengenai nama obat
2. Orang yang bertanggungjawab untuk membuat tanda pada pasien yang akan diberikan, dosis dan tujuannya
adalah dokter bedah atau operator yang akan melakukan tindakan
3. Dokter yang membuat tanda itu harus hadir pada saat operasi tsb.
3. Prosedur pengelolaan obat emergency 8. MANAJEMEN KOMUNIKASI EFEKTIF ( MKE )
1) Obat emergency disimpan dalam emergency kit yang terkunci
dan berstiker 1) Semua pemberian informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga
2) Emergency kit selalu diperiksa dan dipastikan obat selalu tersedia diberikan oleh petugas yang berkompeten (PPA) dan dikoordinasi
lengkap dan jumlahnya sesuai daftar list obat emergency oleh DPJP.
3) Perbekalan farmasi dan penguncian troli tersebut dikontrol oleh 2) Prosedur pemberian informasi atau edukasi kepada pasien dan kel
petugas farmasi Ucapkan salam → pastikan identitas pasien → ciptakan suasana
nyaman → perkenalkan diri & jelaskan tugas dan peran anda →
4. Persyaratan resep yang lengkap : verifikasi materi → Dokumentasikan dalam form pemberian edukasi
1) Nama pasien, tanggal lahir atau umur pasien (jika tidak dapat → tawarkan bantuan kembali → ucapkan terimakasih dan salam
mengingat tanggal lahir), nomor rekam medis dan berat badan
pasien untuk pasien anak 3) Bukti edukasi yang diberikan kepada pasien dan keluarga
2) Nama dokter, tanggal penulisan resep dan ruang pelayanan 1) Ada bahan materi yang di berikan kepada pasien dan/atau
3) Mengisi kolom riwayat alergi obat pada bagian kanan atas keluarga
lembar resep manual 2) Ada dokumen pemberian edukasi berupa formulir pemberian
4) Menulis tanda R/ pada setiap sediaan. Untuk nama obat tunggal edukasi yang ditandatangani oleh pemberi edukasi dan penerima
ditulis dengan nama generic. Untuk obat di tulis sesuai nama edukasi.
dalam formularium, dilengkapi dengan bentuk sediaan obat.
5) Bila obat berupa racika ditulis nama setiap jenis/bahan obat dan 9. PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP)
jumlah bahan obat (untuk bahan padat : micogram, milligram,
gram) dan untuk cairan : tetes, mililiter, liter) 1. Proses pemilihan indikator :
6) Pencampuran beberapa obat dalam satu sediaan tidak dianjurkan 1) Indikator masalah di unit kerja
kecuali sediaan dalam bentuk campuran tsb telah terbukti aman 2) Pilih masalah yang ingin/dapat diperbaiki
dan efektif. 3) Lihat di Standar Akreditasi dan Standar Pelayanan Minimum
7) Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian). Untuk aturan (SPM) apakah masalah tsb ada standar mutunya
pakai jika perlu atau prn atau pro re nata harus dituliskan dosis 4) Bila ada, pilih indikator berdasarkan standar yang diminta
maksimal dalam sehari dan penulisan mililiter harus dengan ml 5) Bila indikator sudah dipilih, buat profil indikator
tidak cc karena rawan error dengan C (sendok makan). 6) Lakukan uji coba pengumpulan data
8) Obat Narkotika a. Uji coba ada masalah → pilih masalah yg dapat diperbaiki
a. Jumlah harus tertulis angka dan huruf (contoh : Morphin Ijk b. Uji coba tidak ada masalah → tetapkan indikator tsb
II (dua). 7) Menetapkan PIC data
b. Setiap item wajib di beri tanda tangan. 8) Mengadakan pelatihan PMKP
9) Data mulai dikumpulkan
2. Setelah indikator sudah dipilih gunakan pemecahan masalah dengan 3. Jenis-jenis APD :
GKM (Gugus Kendali Mutu) RS. 1) Sarung tangan
3. Pengukuran Mutu menggunakan Indikator Mutu sbb : 2) Masker
1) Indikator Mutu Area Klinis (IAK) yaitu indikator yang 3) APD Mata (googles)
bersumber dari area pelayanan 4) Tutup kepala
2) Indikator Mutu Area Manajemen (IAM) yaitu indikator mutu 5) Gaun/gown pelindung
yang bersumber dari area manajemen 6) Pelindung kaki
3) Indikator Mutu Sasaran Keselamatan Pasien (ISKP) yaitu
indikator yang mengukur kepatuhan staf dalam penerapan 4. Cara menggunakan dan melepaskan APD oleh Petugas di Ruang
sasaran keselamatan pasien dan budaya keselamatan Isolasi :
4. Indikator Mutu Nasional : Urutan Mengenakan APD :
1) Kepatuhan identifikasi pasien 1) Baju kerja sebagai lapisan pertama pakaian
2) Emergency Respon Time 2) Pelindung kaki/sepatu boot
3) Waktu Tunggu Rawat Jalan 3) Sarung tangan pertama
4) Penundaan Operasi Elektif 4) Gaun luar/gown
5) Kepatuhan Jam Visite Dokter 5) Apron
6) Waktu Lapor Hasil Tes Kritis Laboratorium 6) Sarung tangan kedua
7) Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional (FORNAS) 7) Masker
8) Kepatuhan Cuci Tangan 8) Penutup kepala
9) Kepatuhan Upaya Pencegahan Risiko Cedera akibat pasien jatuh 9) Pelindung mata
10) Kepatuhan terhadap Clinical Pathway
11) Kepuasan pasien dan keluarga Urutan Melepas APD
12) Kecepatan Respon Terhadap Komplain 1) Sarung tangan bagian luar
2) Apron/celemek
10. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) 3) Gaun bagian luar
4) Pelindung mata
1. PPI ditujukan untuk melindungi : pasien, petugas kesehatan, 5) Penutup kepala
penunjang/masyarakat 6) Masker
2. PPI dilaksanakan : 7) Pelindung kaki
1) Sebagai tolak ukur untuk mutu pelayanan 8) Sarung tangan dalam
2) Meminimalkan risiko terjadinya infeksi di RS
3) Melindungi pasien, petugas RS, pengunjung dan keluarga pasien 5. Pengelolaan Limbah di RS Goeteng
dari risiko tertularnya infeksi karena dirawat, bertugas, 1) Limbah di RS jika dilihat dari bentuknya terdiri dari :
berkunjung ke RS. Padat, Cair dan Gas
2) Prinsip : memisahkan limbah infeksius dan non infkesius
3) Macam-macam Limbah : 5) Tas plastik warna pembungkus
- Limbah domestik/padat non infeksius dan infeksius (organik o Kuning = sampah medis infeksius
dan an organik) o Hitam = sampah non infeksius
- Limbah padat medis infeksius 6) Pengelolaan jarum setelah dipakai : spuit beserta jarum langsung
- Limbah padat medis dan dimasukkan ke safety box (jerigen)
- Limbah benda tajam
- Limbah B3 (limbah farmasi, kimia, logam berat) 11. TKRS ( Tata Kelola Rumah Sakit )

4) Kategori dan contoh jenis limbah  Organisasi serta wewenang pemilik dan representasi pemilik
a. Limbah domestik/padat non infeksius : limbah padat yang dijelaskan di dalam regulasi yang ditetapkan oleh pemilik rumah
dihasilkan dari kegiatan rumah sakit di luar medis sakit.
Misal : sisa makanan, kertas, kardus, koran, daun, rumput,dll  Direktur Rumah Sakit sebagai pimpinan tertinggi di rumah sakit
b. Limbah padat medis infeksius : limbah yang terkontaminasi bertanggung jawab untuk menjalankan rumah sakit dan mematuhi
dengan darah, cairan tubuh pasien yg dapat menularkan peraturan dan perundang-undangan.
penyakit  Direktur Rumah Sakit merencanakan, mengembangkan, serta
Misal : kapas, kasa, perban pembuka luka, tissue, sarung melaksanakan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
tangan, masker, slang infus, slang kateter, kantong darah,  Direktur Rumah Sakit membuat keputusan terkait pengadaan dan
urine bag, gelang identitas pasien, spuit tanpa jarum. penggunaan sumber daya dengan mempertimbangkan mutu dan
c. Limbah padat medis : botol infus kaca, plabot infus, botol keselamatan.
aquades.  Rumah sakit menetapkan struktur organisasi pelayanan medis,
d. Limbah benda tajam : jarum suntik, jarum jahit bedah, pisau pelayanan keperawatan, dan pelayanan klinis lainnya secara efektif,
bedah, scapel, gunting, benang kawat, pecahan kaca. lengkap dengan uraian tugas dan tanggung jawabnya.
e. Limbah patologi : jaringan, organ, bagian tubuh, janin dan  Direktur Rumah Sakit menciptakan dan mendukung budaya
cairan tubuh lain. keselamatan di seluruh area rumah sakit sesuai dengan peraturan
f. Limbah farmasi : mencakup produk farmasi, obat dan serum perundang-undangan.
yang rusak/kadaluarsa.
g. Limbah laboratorium/mikrobiologi : sputum, darah, nanah/ 12. MFK ( Manajemen Fasilitas dan Keselamatan )
pus, faeses, urine, dll.
h. Limbah kimia : reagen di laboratorium, film utk radiologi, 1. Jalur Evakuasi Titik Kumpul
desinfektan, solvent (pelarut), aseton. Kloroform. 1) Gedung lama diklat, ICU, IBS, HD, AULA, Radiologi,
i. Limbah logam berat tinggi : merkuri, kadmium (baterai Laboratorium, Anggrek, Poliklinik, Farmasi, Kantor, IGD →
bekas), bekas lampu, dll. Zona Area Titik Kumpul 1 : di halaman depan RS.
j. Wadah bertekanan : tabung gas, gas certridge, kaleng 2) Gardena Baru dan Lama, PONEK, B, C, D, E, F, K, L, M,
aerosol Rekam Medik, Gizi, Loundry, IPSRS → Zona Area Titik
Kumpul II : di belakang RS depan Musholla
2. Apabila terjadi kebakaran apa yang harus dilakukan oleh petugas  Rumah sakit menetapkan proses penetapan ulang staf medis dan
yang berada di ruangan tsb : pmbaharuan kewenangan klinis paling sedikit setiap 3 (tiga) tahun.
1) Segera bunyikan Alarm Untuk penetapan kewenangan klinis dilanjutkan dengan atau tanpa
2) Segera raih APAR dan arahkan ke titik api (Topi Merah) modifikasi kewenangan klinis sesuai hasil monitoring dan evaluasi
3) Segera telp Satpam di Nomor extension 137 berkelanjutan setiap anggota staf medis.
4) Segera evakuasi pasien, yang di evakuasi pertama adalah pasien  Rumah sakit melaksanakan identifikasi tanggungjawab pekerjaan dan
yang masih bisa mandiri, kemudian evakuasi pasien yang tidak penugasan klinis berdasar atas kredensial profesional pemberi asuhan
bisa mandiri sehingga harus beberapa orang yang mengevakuasi (PPA) lainnya dan staf klinis lainnya sesuai dengan peraturan
(Topi Kuning) perundang-undangan.
5) Selamatkan alat-alat medis (Topi Biru)
6) Selamatkan dokumen Rekam Medik pasien (Topi Putih) 14. MIRM ( Manajemen Informasi dan Rekam Medik )

13. KKS ( Kompetensi dan Kewenangan Staf )  Rumah sakit merencanakan dan merancang proses manajemen
informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi internal maupun
 Pimpinan rumah sakit menetapkan perencanaan kebutuhan staf rumah eksternal.
sakit.  Sistem manajemen data dan informasi rumah sakit menyiapkan
 Perencanaan kebutuhan staf rumah sakit terus menerus dimutakhirkan kumpulan serta menentukan data dan informasi yang secara rutin
oleh pimpinan rumah sakit dengan menetapkan jumlah, jenis, (reguler) dikumpulkan sesuai dengan kebutuhan profesional pemberi
kualifikasi yang meliputi pendidikan, kompetensi, pelatihan, dan asuhan (PPA), kepala bidang/divisi, kepala unit pelayanan, serta
pengalaman yang dibutuhkan sesuai dengan peraturan perundang- badan/pihak lain di luar rumah sakit.
undangan.  Rumah sakit mendukung asuhan pasien, pendidikan, serta riset dan
 Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan proses rekrutmen, manajemen melalui penyediaan informasi yang tepat waktu dari
evaluasi, penempatan staf, dan prosedur lain. sumber data terkini.
 Rumah sakit menyediakan dan memelihara file kepegawaian untuk  Rumah sakit menyelenggarakan pengelolaan rekam medis terkait
setiap staf rumah sakit dan selalu diperbaharui. asuhan pasien sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
 Semua staf klinis dan nonklinis diberi orientasi di rumah sakit dan  Berkas rekam medis dilindungi dari kehilangan, kerusakan, gangguan,
unit kerja tempat staf akan bekerja dan tanggung jawab spesifik pada serta akses dan penggunaan yang tidak berhak.
saat diterima bekerja  Rumah sakit menetapkan standar kode diagnosis, kode
 Setiap staf mengikuti pendidikan atau pelatihan di dalam atau di luar prosedur/tindakan, simbol, singkatan, dan artinya.
rumah sakit termasuk pendidikan profesi berkelanjutan untuk  Kerahasiaan dan privasi informasi dijaga.
mempertahankan atau meningkatkan kompetensinya.  Ringkasan pasien pulang (discharge summary) dibuat untuk semua
 Rumah sakit menyelenggarakan pengumpulan dokumen kredensial pasien rawat inap.
dari anggota staf medis yang diberi izin memberikan asuhan kepada
pasien secara mandiri.
15. PROGNAS ( Program Nasional )
 STD.1. Rumah sakit melaksanakan program PONEK 24 jam di rumah TETAP SEMANGATTT.....
sakit beserta monitoring dan evaluasinya.
 STD.2. Rumah sakit melaksanakan penanggulangan HIV/AIDS
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. SNARS EDISI 1 RS GOETENG
 STD.3. Rumah sakit melaksanakan program penanggulangan
tuberkulosis di rumah sakit beserta monitoring dan evaluasinya TETAP PARIPURNA.....!!!
 STD.4. Rumah sakit menyelenggarakan pengendalian resistensi
antimikroba sesuai peraturan perundang-undangan
 STD.5. Rumah sakit menyediakan pelayanan geriatri rawat jalan,
rawat inap akut dan rawat inap kronis sesuai dengan tingkat jenis
pelayanan.

16. IPKP ( Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan RS )


 Rumah sakit menetapkan regulasi tentang persetujuan pemilik dan
pengelola dalam pembuatan perjanjian kerja sama penyelenggaraan
pendidikan klinis di rumah sakit.
 Pelaksanaan pelayanan dalam pendidikan klinis yang diselenggarakan
di rumah sakit mempunyai akuntabilitas manajemen, koordinasi, dan
prosedur yang jelas.
 Tujuan dan sasaran program pendidikan klinis di rumah sakit
disesuaikan dengan jumlah staf yang memberikan pendidikan klinis,
variasi dan jumlah pasien, teknologi, serta fasilitas rumah sakit.
 Seluruh staf yang memberikan pendidikan klinis mempunyai
kompetensi sebagai pendidik klinis dan mendapatkan kewenangan
dari institusi pendidikan dan rumah sakit.
 Rumah sakit memastikan pelaksanaan supervisi yang berlaku untuk
setiap jenis dan jenjang pendidikan staf klinis di rumah sakit.
 Pelaksanaan pendidikan klinis di rumah sakit harus mematuhi regulasi
rumah sakit dan pelayanan yang diberikan berada dalam upaya
mempertahankan atau meningkatkan mutu dan keselamatan pasien.

Anda mungkin juga menyukai