Anda di halaman 1dari 6

PROSIDING FOKUS 2013

P-028

KEBERHASILAN PERAWATAN GIGI DAN MULUT DENGAN PENDEKATAN


METODE TELL-SHOW-DO PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN (LAPORAN
PENELITIAN)

Sri Ratna Laksmiastuti1, Istien Wardani2


1. Bagian Pedodonti, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti
2. Bagian Pedodonti, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hang Tuah

ABSTRAK
Latar belakang: metode Tell-Show-Do (TSD) merupakan bagian penting dari manajemen perilaku anak pada perawatan
kedokteran gigi. TSD dapat membangun komunikasi yang baik antara dokter gigi dan pasien anak, sehingga perawatan
dapat lebih efektif, anak merasa nyaman, dan tujuan perawatan dapat tercapai. Pada umumnya dokter gigi sering merasa
enggan bila harus merawat pasien anak, dan lebih memilih untuk merajuk kepada dokter gigi anak, Tujuan : dokter gigi
sebaiknya mengetahui dan paham tentang metode ini. Penelitian ini menggambarkan tentang keberhasilan metode TSD
pada pasien anak usia 4-6 tahun yang sedang menjalani perawatan gigi untuk pertama kali. Metode : Penelitian
dilaksanakan di Poiiklinik Kedokteran Gigi Anak Rumah Sakit dr Ramelan Surabaya. Penelitian terhadap 31 anak
dilakukan 3 kali dalam seminggu. Data yang diperolah dianalisa dengan uji statistik. Hasil: sebanyak 90,67% sampel
menunjukkan hasil positif terhadap metode TSD, dan 9.33% negatif. Kesimpulan : Metode Tell-Show-Do dapat
menyelesaikan problem komunikasi dengan pasien anak pada saat perawatan. Tetapi, semua yang tersebut diatas
tergantung dari variasi umur dan variasi individu tiap anak.
Kata kunci: tell-show-do, manajemen perilaku, perawatan gigi anak.

PENDAHULUAN
Tingkat kepedulian para orang tua di negara kita terhadap kesehatan gigi dan mulut anaknya pada umumnya masih
kurang. Para orang tua beranggapan bahwa gigi sulung tidak perlu dirawat, karena akan ada gigi yang menggantikan.
Kunjungan ke dokter gigi menjadi jarang dilakukan, sehingga pada saat anak benar-benar sakit gigi dan memerlukan
perawatan dokter, anak tersebut takut pergi ke dokter gigi.1
Menurut beberapa literatur, dikatakan bahwa insidensi rasa takut terhadap perawatan gigi terjadi kurang lebih
sebanyak 5% dari tingkat populasi dan 16% diantaranya adalah anak-anak usia sekolah. Kunjungan pertama anak ke
dokter gigi diusahakan agar anak merasa nyaman dan medapatkan pelayanan yang menyenangkan. Beberapa ahli
menyatakan bahwa pada umumnya kecemasan atau rasa takut timbul akibat pengalaman perawatan gigi di saat
sebelumnya. Oleh karena itu pencegahan timbulnya kecemasan dan rasa takut harus dimulai pada usia dini.2
Rasa takut pada pasien anak merupakan hambatan utama seorang dokter gigi pada saat melakukan perawatan. Rasa
takut tersebut pada umumnya akan menyebabkan anak menjadi sulit diajak bekerjasama dan tidak kooperatif. Hal ini tentu
saja akan sangat mengganggu proses perawatan dan keberhasilannya. Maka dari itu tidak jarang, dokter gigi merasa
enggan untuk melakukan perawatan pada anak, dan lebih memilih untuk merujuk ke dokter gigi anak. Bahkan terkadang
ada pula yang langsung memberi obat tanpa memeriksa
KEBERHASILAN PERAWATAN GIGIDAN MULUT

keadaan klinis gigi.


Metode pendekatan Tell-Show-Do diharapkan akan membuat anak lebih mudah mengerti bagaimana cara menjaga
kebersihan gigi dan mulutnya dan tidak ada rasa takut pada saat mengunjungi dokter gigi. Dokter gigi juga akan mendapat
kepercayaan dan kemudahan dalam merawat gigi anak, karena dengan metode ini dokter gigi akan jadi lebih memahami
kelakuan anak, emosi anak dan bisa menjadi penghubung antara orang tua dan anak.3 Peran orang tua tidak terlepas pada
teknik ini. Para orang tua diharapkan dapat memberi contoh yang baik dengan melatih anak secara teratur menggosok
gigi, lebih memperhatikan kesehatan gigi dan mulutnya, serta melakukan kunjungan rutin ke dokter gigi. Pendekatan
komunikasi sejak dini pada anak secara konsisten, akan membuat anak meniru apa yang dicontohkan. Apalagi bila contoh
itu dirasa anak sebagai sesuatu yang menyenangkan. maka dari sini diharapkan akan muncul kesadaran anak tentang
kesehatan gigi dan mulut.4
Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang keberhasilan metode Tell-Show-Do pada pasien
anak usia 4-6 tahun yang sedang menjalani perawatan gigi untuk pertama kali. Serta menambah wacana pengetahuan
secara umum kepada dokter gigi agar mengetahui dan memahami tentang metode ini pada saat merawat pasien anak.

METODE
Rancangan penelitian adalah penelitian eksperimental analitik. Populasi adalah pasien anak yang datang berobat ke
Klinik Kedokteran Gigi Anak Rumkital dr. Ramelan Surabaya. Penelitian dilakukan selama 3 minggu. Kriteria sampel
adalah pasien usia 4-6 tahun, pasien dengan kunjungan pertama, tidak dibedakan jenis kelamin, pasien dengan diagnosis
gigi 75 atau 85 karies email atau karies dentin, dengan indikasi tumpatan GIC, serta pasien dengan keadaan umum yang
baik. Penelitian dilakukan dengan melakukan metode pendekatan Tell-Show-do, pengamatan terhadap prosedur
perawatan dan tingkah laku pasien selama perawatan. Kemudian dicatat keberhasilan pendekatan metode Tell-Show-Do.

HASIL
Tabel 1. Distribusi tingkah laku anak - anak
Tingkah laku saat perawatan
Usia (tahun) Jumlah
Koopcratif Tidak kooperatif
4 21 4 25
5 22 3 25
6 25 0 25
Jumlah 68 7 75

Tabel diatas menunjukkan tingkah laku anak saat berlangsungnya perawatan. Dari tabel diatas diketahui terdapat 6
anak yang tetap menunjukkan sikap tidak kooperatif walaupun telah dilakukan pendekatan metode Tell-Show-Do.

Tabel 2. Keberhasilan pendekatan metode TSD


Keberhasilan pendekatan metode TSD Total Total
Usia (tahun) Berhasil Tidak berhasil Keberhasilan Tidak Berhasil
N %
N %
N %
N %

4 21 84 4 16 21 28 4 5,33
5 22 88 3 12 22 29,34 3 4
6 25 100 0 0 25 33,33 0 0
Total 68 7 68 90,67 7 9,33
PROSIDING FOKUS 2013

Dari data diatas dapat disimpulkan, pada anak kelompok usia 4 tahun dimana terdapat 4 anak yang tidak berhasil
dilakukan pendekatan metode TSD. Pada anak kelompok usia 5 tahun yang terdapat 3 anak yang tidak berhasil
dilakukan pendekatan metode TSD. Sedangkan pada kelompok usia 6 tahun semua anak berhasil dilakukan pendekatan
metode TSD.
Keberhasilan perawatan diukur dari tingkah laku anak yang tidak lagi takut, tidak menangis, tidak berontak, dan
tidak lagi perlu didampingi orang tua saat pemeriksaan. Ketidakberhasilan perawatan diukur dari gagalnya perawatan
walaupun telah menggunakan pendekatan, anak tetap berontak dan menangis.

DISKUSI
Pendidikan kesehatan gigi mengenai kebersihan mulut, diet dan konsumsi gula dan kunjungan berkala ke dokter
gigi lebih ditekankan pada anak yang berisiko karies tinggi. Pemberian informasi ini sebaiknya bersifat individual dan
dilakukan secara terus menerus kepada ibu dan anak. Pendidikan kesehatan gigi ibu dan anak dapat dilakukan melalui
puskesmas, rumah sakit maupun di praktek dokter gigi.5 Pada perawatan gigi anak, diperlukan beberapa kunjungan, yaitu
kunjungan I diutamakan tentang riwayat penderita dan instruksi-instruksi kepada orang tua, kemudian kunjungan II yaitu
tentang mengajar sikat gigi. Kunjungan III sebaiknya dilakukan kontrol tentang menyikat gigi dan polishing gigi.
Kunjungan IV sebaiknya polishing gigi diulang kemudian dilakukan topikal aplikasi dengan fluor. Pada kunjungan V
sudah bisa dilakukan tindakan yang palmg mudah dan tidak menimbulkan rasa sakit.6
Kunjungan ke dokter gigi adalah saat lebih kurang usia setahun. Tujuan kunjungan ini untuk mencegah masalah gigi
dan menangani masalah lebih awal. Dokter gigi akan mendiskusikan tentang cara yang benar dalam menggosok gigi dan
menggunakan floss (benang gigi), penggunaan fluoride, konsumsi makanan berserat, penggunaan sealant untuk anak usia
sekolah.7
Hal-hal utama pada pendekatan metode Tell-Show-Do adalah menceritakan tentang perawatan yang akan dilakukan,
dan memperlihatkan pada anak beberapa bagian perawatan serta bagaimana perawatan tersebut akan dikerjakan. Pada
Tell-Show-Do perlu ditambahkan pujian tentang tingkah laku anak yang baik selama perawatan dimulai dan pada
perawatan selanjutnya. Penjelasan pada anak tidak perlu panjang lebar karena akan cenderung membingungkan anak dan
mungkin membangkitkan kecemasan. Penjelasan harus sederhana dan sebenamya, sehingga perawatan dapat dilakukan
tanpa ditunda lagi.8
Strategi untuk menangani anak adalah melalui komunikasi. Karena anak - anak mempunyai rasa takut atau cemas
serta pemalu maka diperlukan manajemen tingkah laku pada mereka. Agar komunikasi dapat dilakukan, perlu
memperhatikan pertama, lakukan kontak mata, perhatian anak akan tertuju bila membicarakan tentang kegemaran atau
keluarganya. Dapat dimulai dengan membicarakan pakaian yang dikenakan, mainan yang dimainkan, lalu pandang mata
anak tersebut. Kedua, menggunakan bahasa yang tepat, berbicara menggunakan kosakata sesuai bahasa anak usia 4 tahun
dan mempraktekkannya. Memanggil anak dengan nama panggilan yang disukai anak tersebut, topik pembicaraan dapat
berasal dari karakter kartun atau yang menggambarkan dunia anak. Ketiga, menggunakan komunikasi nonverbal Anak
usia dini pada umumnya lebih menyukai dan memberi respon terhadap komunikasi nonverbal, khususnya senyuman dan
sentuhan. Selanjutnya keempat, perhatikan bahasa tubuh. Anak - anak sangat sensitif pada komunikasi nonverbal, mereka
akan segera menyadari apakah suasana menyenangkan atau tidak.9
Kunjungan pertama ke dokter gigi bagi anak - anak adalah suatu hal terpenting dalam kehidupannya. Tujuan
utama dari kunjungan pertama ini adalah bahwa anak harus dapat menikmati dan mau datang kembali untuk suatu
perawatan. Tujuan pada kunjungan pertama adalah pertama menciptakan komunikasi dengan anak dan orang tua. Kedua
mendapatkan keterangan yang penting (riwayat pasien). Ketiga memeriksa anak dan untuk mendapatkan foto rontgen bila
perlu. Keempat adalah melakukan prosedur perawatan sederhana. Yang terakhir, kelima adalah untuk menjelaskan tujuan
perawatan pada anak dan orang tua.8'9
KEBERHASILAN PERAWATAN GIGI DAN MULU

Anak usia 4 tahun gemar mendengarkan dan memberi respon baik terhadap tingkah laku secara verbal, mcmpunyai
penilaian sendiri dan mudah bekerjasama. Dapat menjadi pasien yang kooperatif, tetapi juga bisa menentang dan mencoba
menolak berdasar opininya. Anak usia 4 tahun ini senang dan memberi respon baik terhadap kata - kata terima kasih dan
tolong. Pada anak usia 5 tahun sifat mereka kooperatif dan tidak mempunyai rasa takut tanpa didampingi orang tua saat
perawatan dilaksanakan. Anak usia ini menyukai penghargaan dan komentar atas dirinya. Komunikasi menjadi
menyenangkan dan perawatan dapat dilakukan tanpa hambatan. Anak usia 6 tahun, usia ini memasuki usia masa sekolah
dan merupakan masa meningkatkan kemandirian diri sendiri. Pada beberapa pasien usia ini masih ada yang mempunyai
rasa cemas, memerlukan orang tua sebagai pelindungnya,10
Di Klinik Kedokteran Gigi Anak Rumkital dr. Ramelan Surabaya, anak - anak masuk sendiri ke ruang praktek tanpa
didampingi orang tua. Hal ini untuk melatih keberanian dan kemandirian pribadi anak. Di dalam ruang tunggu klinik
disediakan sarana tempat bermain, agar anak - anak merasa nyaman dan tidak jenuh menunggu pemeriksaan. Juga diputar
lagu anak - anak untuk memberi suasana menyenangkan. Dekorasi ruang tunggu dan ruang perawatan menampilkan warna
- warna cerah dan gambar lucu khas anak - anak.
Perilaku anak terhadap dokter gigi tergantung oleh sejumlah faktor, dimana saling berhubungan dan saling
mempengaruhi satu sama lain. Faktor dan peran sertanya tergambar dalam ilustrasi dibawah ini."

Gambar 1. Skema hubungan anak, orang tua dan dokter

Menurut data yang diperoleh selama 3 minggu secara observasi terhadap anak usia 4 - 6 tahun yang melakukan
kunjungan pertama, 75 anak berbeda tingkah laku. Saat anak - anak sedang menunggu perawatan ada anak yang tenang,
merasa nyaman, bermain - main di tempat yang telah disediakan. Sedang beberapa anak terlihat gelisah, tidak tenang, raut
muka ketakutan.
Faktor kematangan anak memegang peranan penting keberhasilan perawatan. Anak - anak dibawah umur empat tahun
tidak bisa membedakan bahaya yang sesungguhnya atau bahaya dalam imajinasi dan akan melakukan reaksi spontan bila
sesuatu hal dianggap bahaya, anak - anak umur 3 tahun mampu bekerjasama dalam perawatan bila diberikan waktu dan
perhatian yang lebih banyak untuk mengenal situasi di klinik-Perilaku anak terhadap penerimaan perawatan dokter gigi
adalah menggambarkan hubungan antara anak dengan orang tua, keseimbangan karakter akan kebutuhan pribadi. 11
Perasaan rasa cemas dan takut adalah faktor terpenting dari tidak kooperatifnya anak, selain itu faktor yang lain
adalah ; faktor kematangan. sedang sakit lelah, tidak bisa menerima rasa sakit yang minimal, mempunyai pengalaman
buruk. Mendapat pasien tidak kooperatif, cari penyebab dan kerjasama dengan orang tua, tentang perilaku dan kebiasaan,
kemudian mencoba kembali melakukan perawatan.12
Hasil observasi pada 75 anak yang dilakukan pendekatan metode Tell-Show Do, anak berhasil menjadi kooperatif.
Sedang 4 anak yang berusia 4 tahun dan 3 anak usia 5 tahun gagal, tidak berhasil dilakukan perawatan walaupun sudah
dengan didampingi orang tua. Hal ini menunjukkan kepribadian anak dapat
"PROSIDING FOKUS 2013

dipengaruhi oleh faktor psikoiogi dan lingkungan keluarga.


Faktor - faktor yang harus dipertimbangkan sebelum melakukan metode Tell-Show - Do yaitu riwayat perawatan
gigi dan faktor pasien, antara Iain : pasien masih usia dini, emosi yang terganggu, termasuk anak dari broken home, anak
yang suka merusak, anak dengan kelainan saraf, anak hiperaktif. Kemudian anak dengan cacat fisik, anak dengan cacat
mental. Selain itu anak yang tidak bisa dikendalikan karena trauma.12
Hubungan interpersonal utama pada anak - anak adalah melalui orang tua, hubungan ini sangat intim dan
berkembang meliputi tingkah laku pada anak. Jika orang tua mempunyai kepribadian yang bagus, tentu anak - anaknya
juga seperti itu. Kepribadian yang didapat dan lingkungan keluarga dapat menunjukkan seperti apa tingkah laku anak,
misalnya kooperatif atau tidak. Tingkah laku anak-anak saat di tempat perawatan adalah indikator yang dapat
menunjukkan kepribadian orang tuanya.13

KESEMPULAN DAN SARAN


Metode Tell-Show-Do diharapkan dapat menyelesaikan problem komunikasi dengan pasien anak pada saat
perawatan. Metode ini selain untuk mengurangi rasa cemas dan takut juga bertujuan mendidik anak dan memberikan
motivasi kepada orang tua. Keberhasilan suatu perawatan gigi dan mulut anak dapat berhasil dengan menggunakan
manajemen tingkah laku.
Para orang tua sebaiknya membiasakan anaknya rutin memeriksakan gigi ke dokter untuk menghilangkan rasa
takut. Selain itu orang tua hendaknya meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut anak, serta
membiasakan anak menggosok gigi secara teratur dan benar serta lebih memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan
gigi anaknya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Soeparmin S, Putu YN, Ni Kadek WA. 2007. Peningkatan kesehatan gigi dan mulut pada anak melalui dental
health education. Interdental (JKG) Vol 5 No.l Jan-Apr :21 - 5. FKG Univ. Mahasaraswati Denpasar Bali.
2. Swastini IGAAP, Regina T, Maria MN. 2007. Gambaran rasa takut terhadap perawatan gigi dan mulut pada anak
usia sekolah yang berobat ke puskesmas IV Denpasar Barat. Interdental (JKG) Vol 5 No.l Jan-Apr :21 -5. FKG
Univ.Mahasaraswati Denpasar Bali.
3. Owusu Gifty et al. 2006. Attitudes of a sample of saudi parents towards behavior management in a pediatric dental
clinic. Available from http://wviw.sdsjoumal.org. Department of Dental Services. Accessed April 25, 2013
4. PDGI. Perawatan gigi, mulai dari gigi susu. Available from http://www.pdgi-online.com. Accessed April 25,
2013.
5. Chapman HR, Kirby-Tumer NC.1999. Dental fear m children-a proposed model. Community Health Officer vol
187, no 8.
6. American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD).2006. Clinical guideline on behavior guidance for the pediatric
dental patient. http://www.aapd.org.co.id. Chicago (IL): American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD).
7. Cameron AC. 2003. Handbook of pediatric dentistry. 2ndedition. Toronto : Mosby. P. 1-27.
8. Meadow R, Simon N. 2002. Lecture Notes : Pediatrika. Ed ke-7.PT Gelora Aksara Pratama. Penerbit Erlangga :
Jakarta. H : 25-8.
9. Mufid A, Soebekti RH , Soelarso H. 2005. Peran komunikasi interpersonal dalam pelayanan kesehatan gigi.
Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya. Maj. Ked.
Gigi (Dent. J.), Voi. 38. No. 3 Juli-September : 124-9.
KEBERHASILAN PERAWATAN GIGI DAN MULUl
10. Abushal MS, Adenubi JO. 2006. The use of behavior management techniques by dentists m Saudi Arabia: A
Survey. The Saudi Dental .1. Vol 12 no 3 March 26,2000. Available from http://www.sdsjournal.org. Accessec
November 27, 2012.
11. Wright GZ. 1987 Child management in dentistry. 2°* ed.(A Dental practitioner handbook). IOP Publishing
Limited, Techno House, Redcliffe Way, Bristol BSl 6NX. P. 86-102.
12. Pradopo S, Chair E.1999. Pemberdayaan manajemen perilaku anak untuk meningkatkan kualitas kesehatan gigi
dan mulut dengan metode "Tell - Show - Do". Laboratorium Ilmu Kedokteran Gigi Anak. Fakuiias Kedokteran
Gigi Anak. Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Airlangga, Surabaya.
13. Finn SB, 1974. Clinicalpedodontics. 4aed.W.B Saunders Company. Philadelphia, LondonandToronto. P. 15-44.

Anda mungkin juga menyukai