Anda di halaman 1dari 8

PERBEDAAN PENYULUHAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PUZZLE

DENGAN METODE CERAMAH TERHADAP DEBRIS INDEKS PADA SISWA


KELAS V DI SDN METESEH

Mery Harsina Erpiana*) Erni Mardiati; Suwarsono

Jurusan Keperawatan Gigi; Poltekkes Kemenkes Semarang


Jl. Tirto Agung; Pedalangan; Banyumanik; Semarang
INTISARI
Kesehatan gigi dan mulut perlu diperhatikan karena merupakan bagian integral dari kesehatan
secara keseluruhan yang memerlukan penanganan segera sebelum terlambat dan dapat mempengaruhi
kondisi kesehatan seseorang. Anak usia sekolah dasar perlu mendapatkan perhatian lebih karena
rentan terhadap gangguan kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan hasil penjaringan di temukan rata-
rata nilai debris indeks yaitu 1,9 dengan kriteria buruk dari seluruh siswa kelas V di SDN Meteseh.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan nilai debris indeks sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan menggunakan metode bermain puzzle dengan metode ceramah.
Jenis penelitian ini adalah analitik metode yang digunakan yaitu Quasy Eksperiment rancangan
pre and post test with group control dengan jumlah sampel sebanyak 78 responden. Teknik pengambilan
data dengan teknik total sampeling dan uji statistik menggunakan uji wilcoxon dan mann whitney yang
digunakan untuk mengetahui perbedaan dari hasil penelitian tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan penyuluhan menggunakan metode
bermain puzzle ρ = 0,002 (p<0,05) sedangkan dengan metode ceramah ρ = 0,013 (p>0,05). Kesimpulan
dari hasil penelitian ini adalah adanya perbedaan nilai debris indeks yang sangat bermakna pada
metode bermain puzzle dengan metode ceramah terhadap debris indeks pada siswa kelas V di SDN
Meteseh.

Kata Kunci: penyuluhan, metode puzzle, metode ceramah, debris indeks

ABSTRACT
Dental and oral health needs to be considered as an integral part of overall health that requires
immediate treatment before it is too late and can affect a person's health condition. Primary school-aged
children need to get more attention because they are prone to dental and oral health problems. Based
on the results of crawl found the average value of index debris is 1.9 with bad criteria of all students in
grade V SDN Meteseh. The purpose of this research is to know the difference of index debris value
before and after given counseling using puzzle method with lecture method.
The type of this research is the analytical method used is Quasy Experiment, pre and post test
with group control design. The total number of samples as much as 78 respondents. Technique of
collecting data with total sampeling technique and statistic test using test of wilcoxon and mann
whitney which used to know difference from result of the research.
The results of this research indicate that the difference of counseling using puzzle method is ρ=
0,002 (p<0,05) while with lecture method is ρ= 0,013 (p>0,05). The conclusion of this research is the
difference of debris value of index which is very meaningful in the puzzle play method with the lecture
method to the index debris on the students of class V in SDN Meteseh.

Keywords: counseling, puzzle method, lecture method, index debris


PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan sesuatu yang Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan
penting dalam kehidupan setiap individu. pendidikan yang dilakukan dengan cara
Kesehatan yang terganggu berpengaruh pada menyebarkan pesan menanamkan keyakinan
aktivitas individu. Status kesehatan individu sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan
dipengaruhi oleh empat faktor, yakni mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
faktor keturunan. Faktor perilaku mempunyai pelanggan . Penyuluhan kesehatan juga
pengaruh yang sangat besar terhadap status merupakan kegiatan pendidikan kesehatan
kesehatan di samping faktor lingkungan yang yang dapat di lakukan dengan menggunakan
merupakan faktor yang memiliki pengaruh metode ceramah dan bermain. Dalam proses
terbesar terhadap kesehatan termasuk penyampaian materi penyuluhan kepada
kesehatan gigi dan mulut . Dalam rangka sasaran maka pemilihan metode yang tepat
meningkatkan upaya kesehatan di indonesia, sangat membantu pencapaian usaha mengubah
maka visi Departemen Kesehatan yaitu tingkah laku sasaran . Misalnya dengan
“Indonesia Sehat” 2010 mengalami perubahan metode ceramah dan bermain puzzle.
dari paradigma sakit ke “Paradigma Sehat”. Penyuluhan dengan metode ceramah
Perubahan paradigma ini mengakibatkan merupakan suatu cara menerangkan suatu
perubahan pola pendekatan kesehatan yang pengertian atau pesan secara lisan disertai
berorientasi dan bertumpu pada Promotion and dengan tanya jawab pada sasaran pendidikan
Preventive of health walaupun tentu saja tidak atau pendengar dengan menggunakan alat
boleh meninggalkan aspek kuratif dan bantu pendidikan, cara mengajar dengan
rehabilitatif, sehingga tercapailah pelayanan ceramah juga dapat di katakan sebagai teknik
kesehatan yang paripurna . kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang
Kesehatan gigi dan mulut perlu digunakan untuk menyampaikan keterangan
diperhatikan karena merupakan bagian integral atau informasi atau uraian tentang suatu pokok
dari kesehatan secara keseluruhan yang persoalan serta masalah secaralisan. Dengan
memerlukan penanganan segera sebelum demikian dapat dipahami bahwa metode
terlambat dan dapat mempengaruhi kondisi ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang
kesehatan seseorang. Perihal kesehatan gigi dilakukan guru dengan penuturan atau
dan mulut perlu dibudidayakan di seluruh penjelasan lisan secara langsung terhadap
lingkungan keluarga dan masyarakat . siswa .
Masyarakat di indonesia belum Penyuluhan dengan bermain lebih
mempertimbangkan kesehatan gigi dan mulut. dipilih sebagai metode penyuluhan bagi anak-
Masyarakat cenderung mengabaikan rasa sakit anak khususnya anak sekolah dasar. Metode
gigi yang ditimbulkan padahal jika sudah penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada
menjadi sakit, penyakit gigi menjadi keluhan anak-anak lebih berhasil jika dilakukan dengan
utama yang dikeluhkan oleh masyarakat proses belajar dan bermain .
maupun anak-anak. Prevalensi penduduk di Bermain merupakan hal yang sangat
indonesia yang memiliki masalah gigi dan dekat dengan dunia anak. Bagi anak, belajar
mulut sebesar 25,9%. Sedangkan keadaan adalah bermain, bermain adalah belajar. Anak
masalah gigi dan mulut di daerah jawa tengah lebih suka suasana bebas tanpa ada tekanan,
sebesar 25,4% . Masyarakat harus menyadari berinteraksi dengan teman, dan bermain.
betapa pentingnya menjaga kesehatan gigi dan Permainan dalam pembelajaran juga
mulut, salah satunya menyikat gigi. Anak usia mempelajari tentang perasaan dan hal-hal
sekolah dasar perlu mendapatkan perhatian abstrak seperti kemenangan dan menerima
lebih karena rentan terhadap gangguan kekalahan. Selain itu, permainan juga menguji
kesehatan gigi dan mulut . Menurut data dan meningkatkan kemampuan dan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia prestasi .
(Kemenkes RI) tahun 2009, sebanyak 89% anak Bermain juga merupakan kegiatan yang
indonesia di bawah 12 tahun menderita karies dilakukan oleh setiap anak, bahkan dikatakan
gigi . Kebiasaan anak mengkonsumsi anak mengisi sebagian besar dari
makanan manis dan jarang menyikat gigi dapat kehidupannya dengan bermain. Dalam kamus
memicu gangguan kesehatan gigi dan mulut. besar bahasa Indonesia (2003) disebutkan
Oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan bahwa yang dimaksud dengan bermain adalah
kesehatan. berbuat sesuatu untuk menyenangkan hati
(dengan alat tertentu atau tidak). Dengan
bermain disebabkan karena adanya sisa metode ceramah terhadap debris indeks pada
kekuatan di dalam dirinya yang sedang siswa kelas V di SDN Meteseh.
berkembang dan tumbuh. Produksi kekuatan
dalam diri anak itu melebihi apa yang METODE
dibutuhkan lahir dan batin. Bermain
merupakan kegiatan yang dilakukan anak Jenis penelitian ini adalah analitik
secara berulang-ulang demi kesenangan tanpa dengan metode penelitian Quasy Eksperiment
adanya tujuan dan sasaran yang hendak Rancangan yang digunakan adalah pre and post
dicapai . Para ahli mengatakan bahwa tidak test with control group yaitu dengan cara
mudah mendefinisikan pengertian bermain pendekatanyang dilakukan dengan mengukur
secara tepat, dalam kehidupan sehari-hari anak debris indeks sebelum dan sesudah
membutuhkan pelepasan dari kekangan yang penyuluhan menggunakan metode bermain
timbul dari lingkungannya. Bermain puzzle dengan metode ceramah. Populasi yang
merupakan kesempatan bagi anak untuk diambil kelas V SDN Meteseh dengan jumlah
mengungkapkan emosinya secara wajar, 78 siswa di SDN Meteseh Kota Semarang. Besar
“bermain” (play) merupakan istilah yang sampel dalam penelitian dengan teknik total
digunakan secara bebas, sehingga arti sampling yaitu sebanyak 78 siswa sebagai
utamanya mungkin hilang, arti yang paling sampel.
tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan
untuk kesenangan tanpa mempertimbangkan HASIL
hasil akhir yang akan didapatkan.
Permainan sebagai suatu media yang Metode Ceramah
meningkatkan perkembangan kognitif anak-
sebelum penyuluhan
anak. Permainan memungkinkan anak
mempraktikan kompetensi-kompetensi dan 0%
keterampilan-keterampilan yang diperlukan
dengan cara yang santai dan
menyenangkan . baik
Anak usia sekolah dasar (SD) adalah 49%
sedang
anak yang berusia 6 sampai 12 tahun. Masa ini 51%
sebagai akhir masa kanak-kanak (latechild) yang buruk
berlangsung dari usia 6 tahun sampai tibanya
anak anak menjadi matang secara seksual, yaitu
13 tahun bagi perempuan dan 14 tahun bagi
laki-laki. Anak SD di bagi menjadi dua bagian, Gambar 1 Distribusi Metode Ceramah Di Kelas
yaitu kelas rendah yang berumur 6-9 tahun dan VA
kelas tinggi yang berumur 10-12 tahun . Sebelum dilakukan penyuluhan dengan
Berdasarkan data hasil screening praktek metode ceramah didapatkan hasil pada kriteria
belajar mahasiswa jurusan keperawatan gigi sedang yaitu sebesar 51% (20 responden), lebih
tahun 2015, di temukan fenomena kondisi gigi besar bila dibanding dengan kriteria buruk
di SDN Meteseh tahun 2015 yaitu dengan rata- sebesar 49% (19 responden), sedang pada
rata skor Debris Indeks 1,9 dari siswa kelas V kriteria baik tidak terdapat responden..
SDN Meteseh, maka kriteria dari hasil
screening tahun 2015 adalah kriteria buruk. Hal
ini masih jauh dari target OHI-S, sedangkan sesudah penyuluhan
indikator derajat kesehatan gigi dan mulut 10%
yang optimal tahun 2010 adalah OHI-S ≤1,2
(Depkes RI, 2000). Adapun kemungkinan
baik
penyebabnya adalah jarang menyikat gigi serta 31%
banyak mengkonsumsi makanan manis dan sedang
melekat. 59% buruk
Maka berdasarkan uraian diatas yang
terjadi di Sekolah Dasar Negeri Meteseh, maka
peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai perbedaan penyuluhan Gambar 2 Distribusi Metode Ceramah Di Kelas
menggunakan metode bermain puzzle dengan VA
Didapatkan hasil dari metode ceramah Dilihat dari rata-rata metode bermain
pada kriteria baik sebesar 10% (4 responden), puzzle dan metode ceramah dapat dilihat
lebih kecil bila dibanding dengan kriteria bahwa nilai rata-rata metode bermain puzzle
sedang sebesar 59% (23 responden) sedang lebih tinggi bila dibanding dengan metode
pada kriteria buruk sebesar 31% (12 ceramah.
responden).
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Debris Indeks
Metode Puzzle Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Menyikat Gigi Metode Ceramah dan
sebelum penyuluhan
Bermain Puzzle
8% Kriteri Ceramah Puzzle
a DI Sebelu Sesuda Sebelu Sesuda
baik m h m h
38%
sedang N F N F N F N F
54% Baik 2
buruk 0 0% 4 10% 3 8% 1 54%
Sedan 1
g 20 51% 23 59% 21 54% 8 46%
Gambar 3 Distribusi Metode Puzzle Di Kelas VB Buruk 19 49% 12 31% 15 38% 0 0%
Didapatkan hasil sebelum dilakukan Jumla 100 100 100 3 100
penyuluhan menggunakan metode puzzle h 39 % 39 % 39 % 9 %
dengan kriteria baik yaitu sebesar 8% (3
responden) lebih kecil bila di banding dengan Dari tabel 2 menunjukan bahwa nilai
kriteria sedang sebesar 54% (21 responden), debris indeks sebelum dilakukan penyuluhan
sedang pada kriteria buruk sebesar 38% (15 menyikat gigi dengan metode ceramah, siswa
responden). yang termasuk dalam kategori sedang sebesar
51% (20 responden) ini lebih banyak bila
dibanding dengan kategori buruk sebesar 49%
sesudah penyuluhan
(19 responden), dan tidak terdapat pada
0% kriteria baik. Nilai debris indeks sesudah
dilakukan penyuluhan menyikat gigi dengan
baik
metode ceramah memiliki penurunan, siswa
46%
sedang yang termasuk dalam kategori baik sebesar
54%
buruk 10% (4 responden), lebih kecil bila dibanding
dengan kategori sedang sebesar 59% (23
responden), dan kategori buruk sebesar 31%
Gambar 4 Distribusi Metode Puzzle Di (12 responden). Nilai debris indeks sebelum
Kelas VB dilakukan penyuluhan menyikat gigi dengan
Didapatkan hasil dari metode puzzle metode bermain puzzle, siswa yang termasuk
pada kriteria baik sebesar 54% (21 responden), dalam kategori baik sebesar 8% (3 responden),
lebih besar bila dibanding dengan kriteria lebih kecil bila dibanding dengan kategori
sedang sebesar 48% (18 responden), sedang sedang sebesar 54% (21 responden), sedang
pada kriteria buruk tidak terdapat responden. pada kategori buruk sebesar 38% (15
responden). Nilai debris indeks sesudah
Tabel 1 Keadaan Selisih Debris Indeks Sebelum dilakukan penyuluhan menyikat gigi dengan
dan Sesudah Penyuluhan Menyikat Gigi metode bermain puzzle, siswa yang termasuk
Metode Bermain Puzzle danCeramah dalam kategori baik sebesar 54% (21

Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat Jenis


bahwa terdapat perbedaan debris indeks penyuluhan sebelum sesudah Selisih
sebelum dan sesudah penyuluha menggunakan bermain 1,7 0,9 0,8
metode bermain puzzle dengan rata-rata 0,8, puzzle
sedangkan denris indeks sebelum dan sesudah ceramah 2 1,6 0,4
menggunakan metode ceramah dengan rata- responden), lebih banyak bila dibanding
rata 0,4. dengan kategori sedang sebesar 46% (18
responden), dan tidak terdapat pada kriteria
baik.
Pada tabel 2 didapatkan hasil yang
Tabel 3 Perbedaan nilai debris indeks sebelum paling banyak mengalami penurunan angka
dan sesudah penyuluhan menyikat debris indeks sebelum penyuluhan
gigi dengan metode ceramah dan menggunakan metode bermain puzzle sebesar
bermain puzzle dengan uji wilcoxon. 38% dengan kriteria buruk, dan setelah
Metode N ρ Value dilakukan penyuluhan tidak didapatkan hasil
dengan kriteria buruk. Sedangkan sebelum
Puzzle 39 0,002 menggunakan metode ceramah didapatkan
Ceramah 39 0,013 hasil sebesar 49% dengan kriteria buruk, dan
setelah dilakukan penyuluhan terdapat sebesar
Berdasarkan tabel 3 Jadi dari hasil statistik 31% dengan kriteria buruk.
dengan metode bermain puzzle didapatkan ρ Berdasarkan nilai rata-rata sebelum
Value sebesar 0,002 (ρ<0,05) artinya ada dilakukan penyuluhan menggunakan metode
perbedaan yang bermakna antara nilai debris bermain puzzle yaitu sebanyak 1,7 dan sesudah
indeks sebelum dan sesudah diberikah penyuluhan sebanyak 0,9, selisih antara nilai
penyuluhan metode bermain puzzle. Sedangkan rata-rata sebelum dan sesudah dilakukan
pada metode ceramah didapatkan ρ Value penyuluhan bermain puzzle yaitu sebanyak 0,8.
sebesar 0,013 (ρ>0,05) artinya tidak ada Sedangkan nilai rata-rata sebelum dilakukan
perbedaan nilai debris indeks sebelum dan penyuluhan menggunakan metode ceramah
sesudah diberikan penyuluhan bermain puzzle yaitu sebanyak 2 dan setelah dilakukan
dengan merode ceramah pada siswa kelas V penyuluhan didapatkan nilai rata- sebanyak
SDN meteseh 1,6, selisih antara nilai rata-rata sebelum dan
sesudah penyuluhan dengan metode ceramah
Tabel 4 hasil uji beda kelompok metode yaitu sebanyak 0,4. Jadi dapat di simpulkan
bermain puzzle dan ceramah dengan bahwa metode yang lebih efektif adalah
uji mann whitney. metode puzzle bila dibanding dengan metode
Metode ρ Value Interprestasi ceramah
Hal ini dikarenakan hasil observasi yang
Puzzle 0,004 Ho diterima
dilakukan saat melakukan penyuluhan metode
Ceramah ceramah sebagian anak-anak tidak
memperhatikan. Oleh karena itu sebagian
siswa yang masih mempunyai kriteria buruk
Bedasarkan tabel 4 didapatkan nilai ρ
dalam kebersihan gigi, menjaga kesehatan gigi
Value sebesar 0,004, sehingga dapat
dan mulut merupakan hal yang harus
disimpulkan bahwa Ho diterima yang artinya
dilakukan oleh setiap individu. Hal ini sejalan
ada perbedaan antara penyuluhan
dengan penelitian bahwa perawatan gigi dan
menggunakan metode bermain puzzle dengan
mulut pada masa anak-anak sangat
metode ceramah terhadap nilai debris menentukan kesehatan gigi dan mulut mereka
indeks pada siswa kelas V di SDN pada tingkatan usia lanjut. Tindakan
Meteseh. pencegahan yang bisa dilakukan adalah
membersihkan mulut dengan menyikat gigi,
PEMBAHASAN flossing, dan pemeriksaan gigi secara teratur ke
dokter gigi. .
Dari hasil penelitian yang telah Hal sederhana lainnya adalah dengan
dilakukan di SD Negeri Meteseh menunjukkan menyikat gigi. Menyikat gigi perlu dilakukan
bahwa setelah dilakukan penyuluhan menyikat minimal 2 kali sehari yaitu setelah sarapan pagi
gigi menggunakan metode bermain puzzle dan sebelum tidur malam. Menurut penelitian
mengalami penurunan yang cukup besar yaitu menyikat gigi secara teliti dapat
ρ Value = 0,002 (ρ<0,05) artinya ada perbedaan menghilangkan plak yang dapat menghasilkan
antara penyuluhan sebelum dan sesudah asam yang dapat merusak gigi. Beberapa hal
menyikat gigi. Sedangkan penyuluhan yang harus di perhatikan dalam menyikat gigi
menyikat gigi dengan metode ceramah yaitu ρ antara lain sikatlah gigi dengan perlahan dan
Value = 0,013 (ρ>0,05) artinya tidak ada tidak tergesa-gesa, agar semua bagian gigi
perbedaan yang bermakna antara penyuluhan dapat dijangkau oleh bulu sikat gigi. Usahakan
sebelum dan sesudah menyikat gigi. semua permukaan gigi dapat tersikat, dan
sikatlah gigi secara teratur setiap hari setelah
sarapan pagi dan sebelum tidur malam .
Dalam menyikat gigi harus siswa untuk lebih bekerja sama dalam suatu
memperhatikan 5 hal agar lebih efektif dalam kelompok .
pembersihan debris yaitu: tepat memilih sikat Dari pembahasan diatas dapat diketahui
gigi, tepat cara menyikat gigi, tepat waktu kedua metode tersebut mempunyai
menyikat gigi, tepat lamanya menyikat gigi dan peningkatan yang baik terhadap debris indeks
teliti sehingga semua bagian gigi bersih dari pada sebelum dan sesudah diberikan
debris. Efektifitas menyikat gigi selain penyuluhan. Namun dari kedua metode
tergantung pada bentuk dan cara menyikat gigi tersebut dapat dilihat bahwa dengan metode
juga tergantung dari frekuensi dan lamanya bermain puzzle siswa kelas V menjadi lebih
menyikat gigi . antusias dan mereka merasa tertantang untuk
Selain itu media yang digunakan harus menyelesaikan potongan-potongan puzzle yang
tepat, salah satu syarat media pembelajaran mereka mainkan. Anak-anak juga lebih leluasa
yang baik adalah media pembelajaran harus dalam mengutarakan pendapat mereka disaat
meningkatkan motivasi peserta didik dan teman-teman mereka salah dalam
dapat menstimulus peserta didik mengingat menyambungkan kata. dalam permainan ini
apa yang sudah dipelajari. . juga melatih kekompokan dalam setiap
Menggunakan metode yang tepat juga kelompok agar lebih meningkatkan
perlu diperhatikan karena metode yang tepat keterampilan sosial pada setiap anak.
juga dapat membantu sasaran menjadi lebih
mengerti apa yang disampaikan dan juga dapat KESIMPULAN
mempengaruhi penurunan angka kebersihan
gigi serta mengubah tingkah laku sasaran. Hasil penelitian tentang Perbedaan
Media yang digunakan juga harus menarik Penyuluhan Menggunakan Metode Bermain
karena media adalah alat yang berfungsi Puzzle Dengan Metode Ceramah Terhadap
menyampaikan pesan . Media Debris Indeks Pada Siswa Kelas V Di SD Negeri
pembelajaran adalah alat yang berfungsi untuk Meteseh Kota Semarang disimpulkan bahwa:
menyampaikan pesan pembelajaran. 1. perbedaan debris indeks sebelum
Pembelajaran merupakan sebuah proses penyuluhan menggunakan metode
kamunikasi antara peserta didik, pendidik, dan bermain puzzle dengan kriteria baik
bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan sebesar 8% (3 responden).
tanpa bantuan sarana penyampaian pesan atau 2. perbedaan debris indeks sesudah
media. penyuluhan menggunakan metode puzzle
Metode yang digunakan yaitu metode dengan kriteria baik sebesar 54% (21
ceramah yang merupakan metode responden).
pembelajaran yang paling tua atau yang sering 3. Perbedaan debris indeks sebelum
digunakan dalam bidang pendidikan mulai penyuluhan menggunakan metode
dari tingkat dasar, hal ini sering dilakukan ceramah dengan kriteria sedang sebesar
sehingga harus ada penyuluhan dengan 51% (20 responden).
metode yang menarik agar anak-anak tidak 4. Perbedaan debris indeks sesudah
merasa jenuh pada materi yang diberikan. penyuluhan menggunakan metode
Penyuluhan dengan metode bermain ceramah dengan kriteria sedang sebesar
merupakan metode yang baik digunakan pada 59% (23 responden).
anak-anak karena dapat memberikan 5. Ada perbedaan nilai debris indeks
pengalaman yang berkesan bagi anak, karena sebelum dan sesudah dilakukan
dengan bermain dapat membuat anak lebih penyuluhan menggunakan metode
semangat khususnya dengan bermain puzzle, bermain puzzle dengan metode ceramah
Puzzle adalah permainan yang menyusun suatu pada siswa kelas V.
gambar atau benda yang telah di pecah dalam
beberapa bagian. Dengan bermain puzzle anak- DAFTAR PUSTAKA
anak akan merasa tertantang untuk
menyelesaikan potongan-potongan puzzle yang 1. Ali RA, Wowor VNS, Mintjelungan CN
belum tersusun sempurna serta anak-anak akan (2016). Efektivitas Dental HealthEducation
lebih cepat memahami tentang materi yang Disertai Demonstrasi Cara Menyikat Gigi
disampaikan. Mereka juga lebih cepat mengerti Terhadap Tingkat Kebersihan Gigi Dan
dengan apa yang diberikan, selain melatih Mulut Anak Sekolah Dasar. Program Studi
siswa untuk berfikir permainan ini juga melatih pendidikan Dokter gigi Fakultas
Kedokteran UNSRAT.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/p 9. Khamidah, D.A.N, (2011). Perbedaan
harmacon/article/view/11237. Dikutip Peningkatan Pengetahuan Tentang
oleh RA Ali - 2016. Perilaku
2. Luciawaty R, (2007). Efektivitas
Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
Pendidikan Kesehatan Gigi Menggunakan
Metode Ceramah Disertai Latihan
Antara Metode Permainan Monopoli
Menyikat Gigi Dalam Meningkatkan Dan Ceramah Pada Siswa SDN
Pengetahuan, Sikap, Perilaku dan Status Kebandingan Kecamatan
Kebersihan Gigi dan Mulut. Politeknik Kedungbanteng Kabupaten Tegal
Kesehatan Jakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Jurusan Ilmu
https://www.poltekkesjakarta1.ac.id/file Kesehatan Masyarakat. Fakultas Ilmu
/dokumen/pdf. Keolahragaan. Universitas Negeri
Dikutip oleh Rina Luciawaty – 2007. Semarang.
3. Nurhidayat O, Tunggul EP, Wahyono B
http://lib.unnes.ac.id/575/1/7062.pdf
(2012). Perbandingan Media Power Point
10. Firdausi WW, (2013). Perbedaan efektivitas
Dengan Flipchart Dalam Meningkatkan
metode penyuluhan kesehatan gigi dan
Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut.
mulut menggunakan dongeng
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat,
(storytelling) dan bermain peran
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas
(roleplaying) pada anak usia 7-11 tahun.
Negeri Semarang.
Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php
Jember.
/ujph.
Dikutip oleh WW Firdausi – 2013.
Dikutip oleh O Nurhidayat – 2012.
4. Riskesdas (2013). Kesehatan Gigi Dan
11. Kusudianto PWU, (2014). Penerapan
Mulut, Badan penelitian Dan metode permainan untuk meningkatkan
Pengembangan Kesehatan Kementrian aktivitas dan hasil belajar matematika
Kesehatan RI. P: 111. siswa kelas IV D Sd Kartika Ii-5
5. Sampakang T, Gunawan P.N, Juliantri Bandar Lampung tahun pelajaran
(2015). Status Kebersihan Mulut Anak Usia 2012/2013.
9-10 Tahun Dan Kebiasaan Menyikat Gigi http://digilib.unila.ac.id/1919/8/pdf. .
Malam Sebelum Tidur Di SDN 12. Amalia, S. (2014). Meningkatkan
Melonguane. Fakultas Kedokteran
Kemampuan Kognitif Anak Melalui
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi.
Universitas Sam Ratulangi.
Permainan Balok Kelompok A PAUD
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eg Quratul Uyun Pasar Manna Bengkulu
igi/article/view/6406. Selatan. Pendidikan Anak Usia Dini
Dikutip oleh T Sampakang – 2015. (PAUD), Fakultas Keguruan Dan Ilmu
6. Wala, Hansen (2014). Gambaran Status Pendidikan. Universitas Bengkulu.
Karies Gigi Anak Usia 11-12 Tahun Pada http://repository.unib.ac.id/8510/2/I%2
Keluarga Pemegang Jamkesmas Di CII%2CIII%2CI-14-sel-FK.pdf
Kelurahan Tumatangtang 1 Kecamatan 13. Randy, G (2015). Status Kebersihan
Tamohon Selatan.
Mulut Dan Perilaku Menyikat Gigi
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eg
igi/article/view/4013.
Anak SD Negeri 1 Malalayang.
Dikutip oleh HC Wala – 2014. Program Studi Kedokteran Gigi.
7. Hartini T, Wardani RS, Indrawati ND fakultas Kedokteran Universitas Sam
(2013). Pengaruh penyuluhan terhadap Ratulangi Manado.
pengetahuan ibu tentang perawatan tali 14. Ramadhan, A,G, (2010). SerbaSerbi
pusat bayi di rumah bersalin nurhikmah Kesehatan Gigi Dan Mulut. Cetakan 1,
desa kuwarongubuggrobogan. Program Jakarta, Bukune, 2010. P: 24.
Studi D III Kebidanan Universitas https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/e
Muhammadiyah Semarang.
gigi/article/view/6457/5984.
http://download.portalgaruda.org/article
.php.
15. Wati, K.P (2012). Perbandingan
Dikutip oleh T Hartini – 2013. Efektivitas Sikat Gigi Bulu Soft
8. Artini, Dkk, (2002). Pendidikan Dengan Sikat Gigi Khusus Orthodontik
Kesehatan Gigi. Jakarta. Terhadap Penurunan Indeks Plak Pada
Pengguna Alat Ortodontik Cekat. http://journal.student.uny.ac.id/ojs/inde
Fakultas Kedokteran. Universitas x.php/plb/article/view/6231/5983
Muhamadiyah Yogyakarta.
http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t3488
4.pdf.
16. Nurhidayah, (2015). Pengaruh Media
Puzzle Gosok Gigi (PuGiGi) terhadap
Kemampuan Menggosok Gigi Pada
Anak Tunagrahita Kategoti Sedang
Kelas V Di Sekolah Luar Biasa (SLB)
Negeri 1 Yogyakarta. Jurusan
pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu .
Pendidikan, Universitas Negeri
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai