1. Pengertian Administrasi dari sudut pandang proses, fungsional, dan
institusional, serta catur tertib pertanahan a. Administrasi dari sudut pandang proses Administrasi dari sudut pandang proses adalah serangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan untuk mengatur, mengelola, dan memfasilitasi berbagai aspek dalam suatu organisasi atau instansi demi terwujudnya suatu indikator keberhasilan dari mulai proses pemikiran (planning), proses pelaksanaan (actuating), sampai proses tercapainya (result) itu sendiri. Rangkaian kegiatan ini berlangsung secara berkesinambungan dan memiliki keterikatan sebab-akibat antara proses yang satu dengan proses selanjutnya. Dalam hal ini, hasil dari kegiatan yang satu menjadi input hasil kegiatan berikutnya, dan hasil akhir suatu kegiatan menjadi umpan balik (feedback) pelaksanaan kegiatan yang awal. b. Administrasi dari sudut pandang fungsional Administrasi dari sudut pandang fungsional adalah keseluruhan kegiatan atau Tindakan sekelompok orang dalam sebuah organisasi atau instansi yang terbagi menjadi beberapa fungsi yang memiliki tugas dan kewenangan tertentu, demi mencapainya suatu tujuan. Masing-masing dari fungsi tersebut saling berkaitan dengan fungsi lain dalam satu sistem. William H. Newman (1963) menyebutkan fungsi-fungsi ini sebagai basic process of administration, yang terdiri dari : 1. Planing Yaitu fungsi perencanaan, yakni proses menentukan tujuan dan cara mencapai suatu indikator keberhasilan. 2. Organizing Yaitu menggolongkan kegiatan yang akan dilakukan dalam suatu rangkaian hubungan. 3. Staffing Yaitu Menyusun orang-orang yang tepat untuk melakukan tugas dan kewenangannya masing-masing dalam sebuah kegiatan. 4. Directing Yakni menggerakkan dan memberikan instruksi agar kegiatan berlangsung. 5. Controling Yaitu mengawasi pelaksanan kegiatan agar berjalan relative sesuai dengan yang direncanakan demi terwujudnya suatu keberhasilan. c. Administrasi dari sudut pandang Institusional Administrasi dari sudut pandang institusional adalah keseluruhan dari semua unsur, struktur, dan komponen yang membentuk sebuah Lembaga atau organisasi tertentu yang di dalamnya terdapat kegiatan- kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Hal ini menunjukan bahwa masing-masing orang melakukan Kerjasama berdasarkan struktur dan fungsionalitas kerja yang menjadi suatu struktur dan masing-masing fungsi, sehingga masing-masing orang memiliki suatu posisi tertentu dalam rangkaian kerja sama. Masing-masing orang yang melakukan kerja sama yang terstrukturisasi dan terfungsionalisasi dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Administrator Orang yang berada dalam posisi puncak sebuah struktur. Ia bertugas sebagai pembuat tujuan dan kebijakan yang berlaku umum, yang kemudian dijadikan pedoman bagi setiap pelaksanaan kegiatan- kegiatan operasional dalam sebuah instansi, organisasi, maupun korporasi. 2. Manager Adalah orang atau beberapa orang yang diberikan kewenangan dan bertanggungjawab langsung terhadap administrator dalam tugasnya melaksanakan kebijakan yang sudah ditetapkan oleh administrator, tugas ini meliputi : a. perencanaan : alokasi dan strategi apa yang digunakan dalam mencapai tujuan b. pengelolaan : membentuk struktur yang mencakup tugas, tanggung jawab dan wewenang serta pengelolaan sumber daya manusia, aset, dan anggaran c. pergerakan : memastikan bahwa kinerja tim sesuai dengan standar dan tujuan yang sudah ditentukan d. pengendalian : Memantau kinerja tim dan hasil kerja kemudian mengkoreksi jika ada penyimpangan dari rencana. 3. Supervisor Ialah orang atau masing-masing orang yang diberikan kewenangan dan bertanggungjawab kepada manager dalam tugasnya atas pelaksanaan operasional dari setiap kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. 4. Staff Ialah orang yang ahli dalam bidang tertentu (expert) yang bertugas memberikan saran, masukan, pendapat kepada manager maupun administrator untuk kemudian dipertimbangan dalam rangka mengambil keputusan atau membuat kebijakan, serta dalam proses pemecahan masalah. Staff tidak terjun langsung dalam kegiatan operasional di lapangan. 5. Workers Ialah masing-masing orang yang ditunjuk untuk terjun langsung melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang telah ditentukan.
d. Catur Tertib Pertanahan
Catur tertib pertanahan tertuang dalam Keputusan Presiden nomor 7 tahun 1979, di dalamnya berisi landasan pokok kebijakan pertanahan dengan maksud menata Kembali penguasaan, pemilikan, dan penggunaan tanah demi terciptanya suasana yang menjamin terlaksananya Pembangunan, baik yang ditangani pemerintah maupun swasta. Dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Tertib Hukum Pertanahan Jaminan kepastian di bidang hukum terhadap tiap-tiap bidang tanah dengan kelengkapan dokumen yang sah dan dibuat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini bermaksud sebagai perlindungan atas hak-hak atas tanah dan penggunaannya sehingga terciptanya ketentraman bagi tiap-tiap pemiliknya dan Masyarakat. 2. Tertib Administrasi Pertanahan Upaya untuk menciptakan suasana pelayanan umum yang adil dan merata di bidang pertanahan supaya lancar, tertib, murah, cepat, dan tidak berbelit-belit demi kelancaran usaha Masyarakat terkait pertanahan. sebagai sumber informasi bagi Masyarakat yang memerlukan tanah sebagai sumber daya, uang, dan modal. 3. Tertib Penggunaan Tanah Sesuai dengan pasal 33 ayat 3 UUD 1945, bahwasanya “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat” dalam hal ini yang berarti tanah harus benar-benar digunakan sesuai dengan kemampuannya dengan memperhatikan kesuburan dan kemampuan tanah dalam tujuannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 4. Tertib Pemeliharaan Tanah dan Lingkungan Hidup Yang merupakan kewajiban setiap orang/badan hukum/instansi pemerintah dalam Upayanya menghindari kerusakan tanah, memulihkan kesuburan tanah, dan menjaga kualitas sumber daya alam serta mencegah pencemaran tanah yang dapat menurunkan kualitas tanah dan lingkungan hidup, baik dari alam maupun tingkah laku manusia. Dengan tertib pemeliharaan tanah, maka diharapkan dapat terwujudnya kelestarian lingkungan hidup, Pembangunan yang berkelanjutan dengan berwawasan lingkungan. 2. 3 Kategori penyebab timbulnya permasalahan pertanahan
permasalahan pertanahan dapat disebabkan oleh banyak faktor, namun
secara umum, penyebabnya dapat dikelompokan menjadi 3 kategori utama :
1. Permasalahan hukum pertanahan
Dalam hal ini konflik pertanahan sering muncul dikarenakan tidak adanya bukti kepemilikan yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau sertiifikat tanah yang sah, ketidaksesuaian antara dokumen pertanahan dengan status tanah yang faktual, serta sengketa yang melibatkan berbagai pihak terkait atas hak tanah termasuk pemilik tanah, penyewa, dan pihak ketiga. 2. Permasalahan administrasi pertanahan Terdapatnya data pertanahan yang tidak akurat atau tidak lengkap sehingga menyulitkan Masyarakat dalam proses pendaftaran atau pemindahan hak atas tanah, proses pendaftaran tanah yang lambat dan birokrasi yang rumit, serta praktik-praktik korupsi dan penyalahgunaan wewenang dalam administrasi pertanahan. 3. Permasalahan sosial dan ekonomi Hal ini sering muncul dan menjadi penyebab permasalah pertanahan. Yang sering berkaitan dengan penggunaan lahan, kepemilikan tanah, dan dampak sosial yang timbul dari praktik-praktik tertentu dalam pertanahan. Sebagai contoh penggusuran dan resettlement suatu Masyarakat dalam lingkup tanah tertentu, dimana Masyarakat merasa bahwa ganti rugi yang di dapatkan tidak layak dan sebanding dengan tanah yang sebelumnya mereka tempati.
3. Asas asas pendaftaran tanah menurut pp nomor 24 tahun 1997
1. Asas sederhana Asas sederhana adalah pendaftaran tanah yang ketentuan-ketentuan dan prosesnya tidak berbelit-belit, jelas dan mudah dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan terutama para pemegang hak-hak atas tanah. 2. Asas aman Asas aman dimaksudkan bahwa pendaftaran tanah perlu dilakukan secara teliti dan cermat yang bertujuan untuk memberikan jaminan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan para pemegang hak- hak atas tanah. 3. Asas terjangkau Keterjangkauan bagi pihak-pihak yang memerlukan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi lemah. Hal ini bertujuan demi terselenggaranya pendaftaran tanah yang bisa dijangkau seluruh lapisan elemen Masyarakat, khususnya bagi mereka yang memiliki ekonomi lemah. 4. Asas mutakhir Yaitu kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaannya dan kesinambungan dalam pemeliharaan datanya, diikuti dengan pencatatan perubahan yang terjadi di kemudian hari, sehingga data yang disimpan dalam kantor pertanahan selalu relevan dengan keadaan di lapangan dan Masyarakat bisa memperoleh data yang benar setiap saat. 5. Asas terbuka Yang mengandung arti bahwa selalu tersedianya data yang benar dan relevan pada kantor pertanahan yang kemudian data tersebut dapat diperoleh secara terbuka oleh Masyarakat . DAFTAR PUSTAKA
• BMP UT Administrasi Pertanahan ADPU433503. 2021.
• Pustaka.ut.ac.id • https://peraturan.bpk.go.id/Details/56273/pp-no-24-tahun-1997 • Materi inisiasi 3. Pendaftaran tanah di Indonesia & hak-hak atas tanah. Ali maskur, S.AP., M.AP., M.A • Zulaika, Lili. Mengungkap 3 kategori penyebab timbulnya permasalahan pertanahan di Indonsia. 2023. Readmore.id • Gischa, Serafica. Tujuan dan asas-asas Pendaftaran Tanah. 2022. Kompas.com • Endiarto, Iqbal. Politik Hukum Agraria di Indonesia. 2022. Kompasiana.com • Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah • Dr. Sutaryono. Mewujudkan Catur Tertib Pertanahan. 2023. • Repository.stpn.ac.id • Repository.bsi.ac.id
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional