Anda di halaman 1dari 5

Manfaat Shalat Berjamaah

Oleh Ust. H. M. Melvin Zainul Asyiqin Mahrus Spd.i

ُ‫علٌَْك ُْم َو َرحْ َمةُ ه‬


ُ‫للا َوبَ َركَاته‬ َ ُ‫سالَم‬
َّ ‫ال‬

‫لِل ْال َح ْم ُد‬ ُْ ‫ض الَّذ‬


ُ‫هي ه َّه‬ َُ ‫علَى فَ َر‬
َ ‫صلَ َواتهُ هعبَا هدهُه‬ َّ ‫س ال‬ ُ ‫ع هظ ٌْ َمة بهأج ْورُ ْالخ َْم ه‬ َ ‫حكَمُ به ْال َج َما‬
َ , ‫ع هُة َوأ َ َم َره ُْم‬ ُ‫ َج هل ٌْلَة َوأَس َْرارُ هل ه‬, ‫ل‬ ُ‫صلَ َوا ه‬
َُ َ‫ت َه هذهُه َو َجع‬ َّ ‫ن هل َما مك هَف َراتُ ال‬ ُْ ‫صغ َائه هُر هم‬
َُّ ‫ن بَ ٌْنَه‬ َ
ْ َّ
ُ‫َط ٌْئ َة الذن ه‬
‫ب‬ ْ ْ َ
‫ َوالخ ه‬, ‫ل أن َوأش َهد‬َ َّ َ َّ
ُ َ‫ل إهل ُه‬ ُ ‫ل َوحْ َدهُ للاُ إه‬ َ َ َ ْ َّ ْ
ُ َُ‫ َوال هعزة العَظ َم هُة ذو لهُ ش هَرٌْن‬, ُ‫ن َوأش َهد‬ ْ َ َّ َ
ُ ‫عبْدهُ م َحمدًَا أ‬ َّ ْ َ
َ ُ‫َوالبَ َر َرة المت همٌْنَُ إه َمامُ َو َرس ْوله‬

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah…..


Pada kesempatan khutbah Jum’at kali ini, perkenankanlah saya mengajak dan menghimbau kepada saya sendiri dan
kepada para jamaah sekalian, marilah kita tingkatkan iman dan takwa kita kepada Allah Swt. Yakni dengan
melaksanakan setiap yang diperintahkan, serta menjauhi setiap yang dilarang. Kita laksanakan takwa sebagai
manifestasi penghambaan diri kita kepada Allah Swt, yang marajai seluruh alam, yang menguasai seluruh alam. Allah
menjanjikan kenikmatan yang tiada tara bagi mereka yang mau bertakwa, dan mengancam mereka yang durhaka,
dengan siksa pedih yang tiada akhir.
.

.‫ن تَبه َُع ه َداه‬ ْ َ ‫علَى أ َ هل هُه َوأ‬


ُْ ‫ص َحابه هُه َو َم‬ َ ‫ َو‬،‫سٌه هدنَا َو َم ْولَنَا م َح َّمد‬ َ ‫علَى‬
َ َُ‫ع ْبدهنَُ َو َرس ْو هلن‬ ُْ َّ‫ َوت ََر َّح ُْم َوت َ َحن‬, ‫ع هظ ُْم‬
َ ,‫ن‬ ُْ ‫ار‬
َ ‫ن َو‬ ‫ َوبَ ه‬, ‫س هل ُْم‬
َ ‫ل َو‬ َ ‫اللَّه َُّم‬
ُ‫ص ه‬

.َُ‫لَّ َوأَنت ُْم ُّم ْس هلم ْون‬ َُّ ‫لَ ت َم ْوت‬


ُ ‫ن هإ‬ ُ ‫ك تمَاته هُه َو‬ ُ ‫ٌَاأٌَُّهُا َ الَّ هذٌْنَُ َءا َمنوا اتَّموا‬: ‫ل للاُ تَعَالَى‬
َُّ ‫للاَ َح‬ َُ ‫الزادهُ الت َّ ْم َوى فَمَا‬
َّ ‫ْر‬ َُّ ‫ َوت َزَ َّود ْوا فَإه‬، ‫للا‬
َُ ٌ‫ن َخ‬ ‫ أ ْو ه‬، ُ‫ فٌََا هعبَا َُد للاه‬: ُ‫أ َ َّما بَ ْعد‬
ُ‫صٌْك ُْم َونَ ْف هسً هبُتَ ْم َوى ه‬

Disamping itu, kita juga harus mengikuti perilaku Rasulullah Saw, manusia sempurna yang menjadi penyampai
kebenaran kepada hamba Allah. Insan kamil yang membawa petunjuk jalan lurus untuk menggapai rahmat dan ridlo
Allah Swt. Rasul akhir zaman yang mengusung ajaran dengan prinsip akhlakul karimah dan rahmatan lil alamin.

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah…..


Salah satu ajaran syariat Rasulullah Saw. yang sangat ditekankan adalah shalat berjamaah. Yakni pelaksanaan shalat
lima waktu secara bersamaan, tidak secara individual dan terpisah belah. Hukum pelaskanaan jamaah dalam shalat lima
waktu adalah sunnah muakkad, yakni merupakan perilaku Rasulullah Saw. yang sangat dianjurkan untuk diikuti oleh
umatnya. Bahkan, sebagian versi ulama menyatakan bahwa hukum melaksanakan shalat berjamaah adalah fardlu
kifayah, artinya di setiap kampung atau desa wajib diadakan shalat berjamaah sebagai syiar Islam, sebagai identitas
Islam yang menggema dan menggaung di cakrawala. Jika tidak, maka seluruh penduduk kampung tersebut memperoleh
dosa dan murka dari Allah Swt.

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah….


Shalat berjamaah memiliki manfaat yang sangat besar, baik dalam kaitannya dengan ibadah shalat yang dilakukan,
maupun dalam hal hubungan sosial kemasyarakatan. Salah satu keistimewaan shalat berjamaah yang sangat besar
adalah sebagaimana disabdakan Rasulullah Saw., bahwa pahala shalat berjamah lebih utama dibanding dengan shalat
sendiri dengan selisih 27 derajat. Rasulullah Saw. bersabda:
ُ‫صالَة‬ َ ‫صالَُة َ ت َ ْفضلُ ْال َج َما‬
َ ‫ع هُة‬ َ ُ‫سبْعُ ْالفَذه‬
َ ‫َد َر َجةُ َو هع ْش هرٌْنَُ به‬

Artinya: ”Shalat berjamaah lebih utama dari shalat sendiri dengan selisih 27 derajat.” (HR. Bukhari & Muslim).
Shalat yang dilakukan dengan cara berjamaah juga lebih mudah untuk dapat diterima disisi Allah, sebagaimana
dijelaskan dalam kitab I’anatuthalibin, dengan berjamaah kekurangan salah seorang peserta jamaah dapat
disempurnakan dengan yang lain, sehingga seluruhnya dinilai menjadi shalat yang sempurna. Ibarat menjual buah jeruk,
jika dijual satu persatu, tentu pembeli hanya akan memilih jeruk yang benar-benar bagus dan segar. Namun jika buah
jeruk itu dijual dengan cara borongan, maka jeruk yang kurang bagus pun akan turut terbeli, demikian pula halnya
dengan ibadah shalat kita.
Mengenai hal ini, Rasulullah Saw. dalam sabda Beliau mengibaratkan, bahwa harimau hanya akan memakan kambing
yang jauh dari kawanannya, setan akan mudah merasuki orang yang terpisah dari jamaahnya, yang tidak melaksanakan
shalat dengan berjamaah. Rasulullah Saw. bersabda:
‫ن َما‬ ُْ ‫لَ بَدْوُ أ َ ُْو لَ ْرٌَةُ فه‬
ُْ ‫ً ثَالَثَةُ هم‬ َ ‫لَّ ْال َج َما‬
ُ ُ‫عةُ فه ٌْ ههمُ تمَام‬ ُ ‫علَ ٌْ ههمُ ا ْستَحْ َوذَُ إه‬ َ ‫الذئْبُ ٌَأْكلُ فَإهنَّ َما به ْال َج َما‬
َ ٌْ ‫ع هُة فَعَلٌَْنَُ ال َّش‬
َ ُ‫طان‬ ‫ْالمَ ه‬
‫اصٌَ ُةَ ه‬

Artinya: “Tidaklah di suatu desa atau sahara, tidak didirikan shalat berjamaah di antara mereka kecuali mereka akan
dikuasai dan dikalahkan oleh setan. Maka dirikanlah shalat jamaah, karena sesungguhnya harimau akan memakan
kambing yang jauh dari kawanannya.” (HR. Abu Dawud).

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah….


Selain itu, shalat berjamaah juga memiliki hikmah yang tidak sedikit bagi kehidupan sosial kemasyarakatan. Shalat
berjamaah mengajarkan banyak hal penting bagi kehidupan sosial, tentang bagaimana mestinya seorang muslim
bergaul dan menjalin hubungan dengan sesama dalam kehidupan ini.
Dapat kita lihat, dalam shalat berjamaah seluruh jamaah berdiri dalam barisan yang rapi di bawah komando satu
pemimpin. Tidak diperkenankan bagi seorang makmum mendahului gerakan shalat sang imam. Ini menyimpan hikmah
dan pelajaran untuk selalu menjaga persatuan umat dan selalu patuh kepada atasan, serta tidak melakukan
pemberontakan atau pembangkangan.
Jika dalam pelaksanaan shalat imam melakukan suatu kesalahan, dianjurkan bagi makmum untuk mengingatkannya,
yaitu dengan cara membaca tashbih bagi laki-laki, dan menepukkan tangan bagi perempuan. Secara konteks hal ini juga
memberikan pelajaran tentang cara amar makruf dan nahi mungkar yang tepat, yakni mengingatkan dengan cara yang
halus atau dengan sikap. Bukan dengan kekerasan dan tindak anarkis.
Kepatuhan seseorang terhadap pemimpin merupakan manifestasi dari perintah Allah. Dalam al Quran Allah Swt.
berfirman:
ُ‫الِل َو ْالٌَ ْو هُم اْآلَ هخ هُر ذَ هلنَُ َخٌْر‬
ُ‫ن ك ْنت ُْم تؤْ همنونَُ هب َّه‬
ُْ ‫ول هإ‬
ُ‫الرس ه‬ ُ‫ن تَنَازَ عْت ُْم هفً ش ًَْءُ فَردُّوهُ هإلَى َّه‬
َّ ‫ّللا َو‬ َّ ‫ّللا َوأ َ هطٌعوا‬
ُْ ‫الرسولَُ َوأو هلً اْأل َ ْم هُر هم ْنك ُْم فَإه‬ ََُّ ‫ٌَا أٌَُّ َها الَّذهٌنَُ آ َ َمنوا أ َ هطٌعوا‬
ُ‫سنُ ُت َأ ْ هوٌال‬
َ ْ‫َوأَح‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian
jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (QS. an-Nisa`: 59).

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah….


Dari sisi yang lain, dapat kita lihat bagaimana shalat berjamaah mengajarkan persamaan derajat antar sesama. Yang
miskin bisa berdampingan dengan yang kaya, seorang presiden bisa berdampingan dengan seorang buruh dalam satu
barisan shalat. Ini merupakan suatu gambaran nyata bahwa di mata Allah, semua manusia itu sama, derajat maupun
pangkat yang mereka peroleh di dunia ini tidak ada artinya di sisi Allah. Hanya keimanan dan ketakwaan yang membuat
manusia bisa mulia dan dekat di sisi Allah. Allah Swt berfirman:
ُ‫ع هلٌمُ َخبهٌر‬
َ َ‫ّللا‬
َُّ ‫ن‬َُّ ‫ّللا أ َ ْتمَاك ُْم إه‬
ُ‫ن أ َ ْك َر َمك ُْم هع ْن َُد َّه‬
َُّ ‫إه‬

Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13).
Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah….
Shalat berjamaah juga memiliki peran yang sangat penting bagi persatuan dan kesatuan, serta kerukunan hidup
bermasyarakat. Sebab, dengan selalu melaksanakan shalat berjamaah di masjid, seorang muslim bisa lebih sering
bertemu dengan saudara seiman, berbincang, dan bercengkrama. Hingga keakraban dan rasa saling mencintai antar
mereka dapat tumbuh subur dan bersemi. Dengan begitu, mereka juga bisa saling belajar satu sama lain dan saling
mengingatkan bila ada yang salah di antara mereka. Karena seorang muslim adalah cermin bagi muslim yang lain,
sebagaimana Rasulullah Saw. bersabda:
َ ‫ْالمؤْ همنُ هم ْرآةُ أ َ هخ ٌْ هُه إهذَا َرأَى فه ٌْ َها‬
ْ َ ‫عٌْبا أ‬
‫صلَ َحه‬

Artinya: “Seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya. Ketika ia melihat kekurangan pada cermin itu, maka
benahilah.” (HR. Bukhari).
Bahkan, seorang ulama berkata, persatuan dan kesatuan penduduk suatu daerah dapat dilihat dari pelaksanaan shalat
jamaah di daerah tersebut. Jika shalat berjamaah bisa terlaksana dengan baik dan sesuai dengan tatacaranya, dengan
barisan yang rapat dan lurus, dapat dipastikan persatuan penduduknya juga baik. Sebaliknya, jika jamaah di daerah
tersebut kurang maksimal, tentu persatuan penduduk tersebut mudah terpecah belah.
Saat ini, sekian banyak masjid dibangun dengan megah dan mewah, namun sekian banyak pula masjid kosong dan sepi
tak berpenghuni. Pada kesempatan kali ini, saya mengajak jamaah sekalian untuk menyemarakkan kembali masjid dan
surau. Jangan sampai kesibukan duniawi kita membuat diri kita lupa dan meninggalkan shalat berjamaah. Dengan itu,
semoga kita tergolong sebagai orang beriman yang digambarkan dalam firman Allah Swt. dalam al Quran al-Karim:
َُ‫ن ْالم ْهتَدهٌن‬ ُْ َ ‫سى أولَ هئنَُ أ‬
َُ ‫ن ٌَكونوا هم‬ ََُّ َّ‫ل‬
َ َ‫ّللا فَع‬ ُ ‫ش هإ‬ َّ ‫صالَُة َ َوآَت َى‬
َُ ‫الزكَاُة َ َولَ ُْم ٌَ ْخ‬ َُ َ‫الِل َو ْالٌَ ْو هُم اْآلَ هخ هُر َوأَل‬
َّ ‫ام ال‬ ُ‫ن آ َ َمنَُ هب َّه‬
ُْ ‫ّللا َم‬
ُ‫اج َُد َّه‬
‫س ه‬َ ‫هإنَّ َما ٌَ ْعمرُ َم‬

Artinya: “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari
kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah,
maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At-
Taubah: 18).

.َُ‫ل ذَ هلنَُ فَأولَئهنَُ همُ ْالخَا هسرون‬


ُْ َ‫ن ٌَ ْفع‬ ُ‫ن هذ ْك هُر َّه‬
ُْ ‫ّللا َو َم‬ ُْ ‫ع‬ ُ ‫لَ ت ْل ههك ُْم أ َ ْم َوالك ُْم َو‬
َ ‫لَ أ َ ْولَدك ُْم‬ ُ ‫ ٌَا أٌَُّ َها الَّذهٌنَُ آ َ َمنوا‬, ‫ٌم‬
ُ‫الر هج ه‬
َّ ‫ان‬ َ ٌْ ‫ش‬
ُ‫ط ه‬ َّ ‫ن ال‬ ُ‫أَعوذُ بـه َّه‬
َُ ‫الِل هم‬

َّ ُ‫الذ ْك هُر ْال َح هكٌ هُْم فَا ْست َ ْغ هفروهُ إهنَّهُ ه َُو الت َّ َّواب‬
ُ‫الر هحٌم‬ ُ‫آن ْالعَ ه‬
‫ َونَفَعَنَا َوإهٌَّاك ُْم به َما فه ٌْ هُه همنَُ اْآلٌَاتهُ َو ه‬،‫ظٌ هْم‬ ُ‫ً َولَك ُْم فهً ْالم ْر ه‬
ُْ ‫ارنَُ للاُ هل‬
َ َ‫ب‬

ُ‫علٌَْك ُْم َو َرحْ َمةُ للاهُ َوبَ َركَات‬


َ ُ‫سالَم‬
َّ ‫َوال‬
Berakhlak Mulia Bersikap Proporsional

Oleh: M. Ibrahim A. Hafidz

‫للا َوبَ َركاَتــه‬ ُ‫علٌَْك ُْم َو َرحْ َمةُ ه‬ َ ُ‫سالَم‬ َّ ‫ال‬


ُ‫لَ ش هَرٌنَُ لَهُ َربُُّ الَعَالَ همٌنَُ َولٌَُّوم‬ ُ ُ‫لَّ للاُ َوحْ َده‬ ُ ‫ َوأ َ ْش َهد أَن‬, ‫ّللا هبإه ْذ هن هُه َو هس َراجا م هنٌرا‬
ُ ‫ل َّ هإلَ ُهَ هإ‬ ُ‫ َو َدا هعٌُا هإلَى َّه‬, ‫ل َرس ْولَهُ شَا ههدا َومبَ هشرا َونَذهٌرا‬ َُ ‫س‬ ‫ر‬
َ ْ َْ ‫أ‬ ُ
‫هي‬ ‫ذ‬َّ ‫ال‬ ‫ه‬
ُ
‫لِل‬ ‫ه‬
َّ ْ َ‫د‬
ُ ‫م‬ ‫ح‬ ْ
‫ال‬ , ‫ه‬ َُّ ْ َ ‫ْال‬
‫لِل‬‫ه‬ ‫د‬
ُ ‫م‬ ‫ح‬
‫علَى‬ َ ‫س هٌ هدنَا م َح َّمدُ َو‬ َ ‫علَى‬ َ ‫ن‬ ُْ ‫ار‬‫س هل ُْم َوبَ ه‬
َ ‫ل َو‬ َ ‫ اَللَّه َُّم‬, َُ‫ َرحْ َمةُ هل ْلعَالَ همٌْن‬, َُ‫ق ْال َم ْخل ْولهٌْن‬
ُ‫ص ه‬ ُ‫عبْدهُ َو َرسولهُ ْال َمبْعوثُ ألت هَم َُم َمك ه‬
ُ‫َار َُم أ َ ْخالَ ه‬ َ ‫ن م َح َّمدا‬ َُّ َ ‫ َوأ َ ْش َهد أ‬, َُ‫ضٌن‬ ‫س َم َواتهُ َواْأل َ َر ه‬ َّ ‫ال‬
…‫ أ َ َّما بَ ْعد‬. ‫ن‬
ُ‫الر َح َماءُ هف ٌْ َما بَ ٌْنَه ُْم هإلَى ٌَ ْو هُم ال هدٌ ْـ ه‬
ُّ ، ‫ َوالدَّا هعٌْنَُ هإلَى ش هَر ٌْعَ هت هُه‬، ‫ام هلٌْنَُ هبسنَّ هت هُه‬‫ص َحا هب هُه َوالت َا هب هعٌنَُ َو ْالعَ ه‬ ْ َ ‫آ هل هُه َوأ‬
َُ ‫لَّ َوأَنت ُْم ُّم ْس هلم ْو‬
.‫ن‬ َُّ ‫لَ ت َم ْوت‬
ُ ‫ن هإ‬ ُ ‫ك تمَاته هُه َُو‬ ُ ‫ٌَاأٌَُّهُا َ الَّ هذٌْنَُ َءا َمنوا اتَّموا‬: ‫ل للاُ تَعَالَى‬
َُّ ‫للاَ َح‬ َُ ‫الزا هُد الت َّ ْم َوى فَمَا‬
َّ ‫ْر‬َُ ٌ‫ن َخ‬ ُ‫صٌْك ُْم َونَ ْف هسً هبت َ ْم َوى ه‬
َُّ ‫ َوت َزَ َّود ْوا فَإه‬، ‫للا‬ ‫ أ ْو ه‬، ‫للا‬ُ‫فٌََا هعبَا َُد ه‬
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah….
Pada kesempatan khutbah jum’at ini saya mengajak kepada saudara-saudara sekalian, marilah kita tingkatkan
ketakwaan kita kepada Allah Swt. Yakni dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya,
dalam kondisi apapun. Saat sehat, sakit, kaya, miskin, bahagia, ataupun derita. Karena hanyalah orang-orang yang
bertakwa yang memiliki kemuliaan di sisi-Nya. Kekayaan itu tak akan abadi, kemiskinanpun takkan selamanya. Bahagia
dan derita, pun juga demikian adanya. Hanyalah amal shalih dan ketakwaan seorang hamba, yang dapat
mengantarkannya meraih kebahagiaan yang abadi selamanya, hidup bahagia di sisi-Nya.

Jamaah jum’at yang dirahmati Allah….


Hari ini kita telah memasuki bulan Rabi’ul Awwal atau bulan Maulid, bulan di mana Rasulullah Saw, sang revolusioner di
lahirkan. Bulan munculnya kehidupan baru di bumi ini, hadirnya penerang dan petunjuk bagi manusia, setelah sekian
lama mereka hidup dalam kegelapan dan kesesatan masa jahiliyyah. Utusan yang membawa kabar gembira dari Allah,
bagi mereka yang mau beriman dan taat beragama. Dan membawa kabar menakutkan bagi mereka yang angkuh, yang
tak mau patuh. Allah berfirman:
ُُّ ‫س ْلنَانَُ هإُنَّا النَّ هب‬
‫ً أٌَُّ َها ٌَا‬ ُ‫( منهٌرا َو هس َراجا هبإه ْذنه هُه َّه‬46) ‫ن ْالمؤْ همنهٌنَُ َوبَ هش هُر‬
َ ‫( َونَذهٌرا َومبَ هشرا شَا ههدا أ َ ْر‬45) ‫ّللا هإلَى َو َدا هعٌا‬ َُّ َ ‫ّللا همنَُ لَه ُْم هبأ‬
ُ‫( َك هبٌرا فَضْالُ َّه‬47)
Artinya: “Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan,
untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. Dan sampaikanlah
berita gembira kepada orang-orang mukmin bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah.” (QS. Al-
ahzab: 45-47)

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah….


Pada kesempatan bulan Maulid ini marilah kita menyegarkan kembali rasa cinta kita kepada Rasulullah Saw,
meningkatkan kedekatan kita kepada beliau. Yaitu dengan mengingat kembali jasa-jasa beliau bagi kehibupan umat
manusia, dan meneropong perilaku akhlak beliau di berbagai aspek kehidupan. Karena beliaulah teladan bagi seluruh
umat, figur panutan dalam menjalani kehidupan. Allah berfirman:
‫ن لَمَ ُْد‬َُ ‫ول فهً لَك ُْم كَا‬ُ‫ّللا َرس ه‬ُ‫سُنَةُ أس َْوةُ َّه‬ ُْ ‫ن هل َم‬
َ ‫ن َح‬ َُّ ‫ّللاَ َوذَك ََُر اآلَ هخ َُر َو ْالٌَ ْو َُم‬
َُ ‫ّللاَ ٌَ ْرجو كَا‬ َُّ ‫َكثهٌرا‬
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Azhab: 21)
Rasulullah Saw di utus dengan bekal akhlak yang mulia dan menjadi teladan yang luhur. Tidak lain hal ini karena
memang Rasulullah di utus di bumi untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak manusia. Menata dan meningkatkan
peradaban hidup manusia. Rasulullah bersabda:
‫َار َُم ألت هَم َُم ب هعثْتُ إهنَّ َما‬
‫ق َمك ه‬ُ‫األ َ ْخالَ ه‬
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan budi pekerti yang luhur.” (HR. al-Baihaqi)
Jamaah jum’at yang dimuliakan Allah….
Perintah dan anjuran berbudi pekerti mulia tertuang sangat jelas dalam beberapa sabda Rasulullah Saw. Sangat banyak
sekali kita temukan sabda Rasulullah Saw yang menenkankan pentingnya berperilaku dengan akhlak yang mulia,
menjaga segala tingkah laku sesuai dengan norma dan etika, baik etika kita pada Allah, maupun terhadap sesama.
Rasulullah Saw bersabda:
‫ك‬ َ ‫ك ت َْمح َها ْال َح‬
َُ ‫سنَةَُ الس هٌَّئ َ ُةَ َوأَتْ هب هُع ك ْنتَُ َحٌْث َما‬
ُ‫للا اهت َّ ه‬ ُ‫اس َوخَا هل ه‬ َُ َّ‫سنُ هبخلكُ الن‬ َ ‫َح‬
Artinya: “Bertakwalah kepada Allah di manapun engkau berada. Susullah perbuatan buruk dengan perbuatan baik,
maka ia dapat menghapusnya. Dan bergaullah dengan manusia dengan perilaku dan akhlak yang baik.” (HR. at-Tirmidzi)
Berakhlak mulia bukan berarti selalu merendahkan diri kepada setiap orang, atau memuliakan orang lain dan
menghinakan diri. Berakhlak mulia artinya adalah menempatkan segala sesuatu dengan tepat dan sesuai. Meninggikan
yang harus ditinggikan, dan merendahkan yang semestinya direndahkan. Sayyidina Ali karramallahu wajhah berkata:
‫ن‬ َُ َّ‫ن ْالمؤ ْونَ ُةَ َرفَ َُع َمن هَازلَه ُْم الن‬
ُْ ‫اس أ َ ْنزَُلَُ َم‬ ُْ ‫ع‬َ ‫ن نَ ْف هس هُه‬ُْ ‫ع َد َاوت َهُ اجْ ت ََُّر فَمَ هُد لَد هْرهُه فَ ْوقَُ أَخَاهُ َرفَ َُع َو َم‬
َ
Artinya: “Barang siapa yang menempatkan orang lain dengan tepat, maka ia telah mangangkat harga dirinya. Dan
barang siapa meninggikan saudaranya melebihi yang semestinya, maka sungguh ia telah menarik terjadinya
permusuhan.”

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah….


Sikap proporsional dalam menempatkan segala sesuatu inilah yang dinamakan dengan akhlak yang terpuji. Jika kita tilik
kembali pribadi Rasulullah, maka akan kita dapati bahwa Rasulullah adalah manusia yang selalu bersikap proporsional.
Selalu menempatkan segala sesuatu dengan tepat, sesuai dengan situasi dan kondisi yang tepat.
Bila kita perhatikan, Rasulullah adalah manusia yang begitu ramah dan berbelas kasih kepada sesama. Namun,
disebutkan pula bahwa Rasulullah akan sangat marah jika undang-undang Allah dilanggar dan diterjang. Bila Rasulullah
sedang marah, tak seorang pun berani berdiri di hadapannya. Inilah sikap proporsional yang disebut dengan akhlakul
karimah, tahu kapan harus ramah, dan kapan harus marah. Kapan harus begini, dan kapan harus begitu.
Lebih dari itu, kita juga bisa memperhatikan pada beberapa sifat Allah yang terdapat dalam asma` al-husna, nama-nama
indahnya. Allah punya sifat Rahman dan Rahim yang berarti belas kasih, namun Allah juga punya sifat al-Jabbar, al-
Qahhar dan al-Syadid yang berarti memaksa dan keras. Dengan demikian, kita tahu bahwa sesuatu yang baik itu akan
menjadi buruk bila tidak sesuai dengan situasi dan kondisinya, begitu pula sebaliknya.
Oleh karenanya, dalam mengartikan akhlak al-karimah, beberapa ulama menyebutkan:
َُ ‫ش ْر‬
‫ع‬ ُْ ‫ع َوا هئ هد هه ُْم َما لَ ُْم تخَا هل‬
َّ ‫ف ال‬ َ ً ُ ‫م َوافَمَةُ النَّ ه‬
ُْ ‫اس هف‬

Artinya: “Akhlak yang mulia adalah menyesuaikan diri dengan kebiasaan orang lain, selama tidak bertentangan dengan
ajaran agama.”
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah…
Semoga kita bisa meneladani segala perilaku mulia Rasulullah Saw, dan bisa bersikap proporsional, sesuai situasi dan
kondisi yang kita hadapi. Kelak, semoga kita ditempatkan bersama Rasulullah Saw di tempat yang mulia. Amiin.
، ‫آن ْالعَ هظٌ هُْم‬
ُ‫ً َولَك ُْم فهً ْالم ْر ه‬
ُْ ‫ارنَُ للاُ هل‬ ََُّ ‫ّللا َو ْالٌَ ْو َُم اْآلَ هخ َُر َوذَك ََُر‬
َ َ‫ ب‬, ‫ّللا َكثهٌرا‬ ََُّ ‫ن ٌَ ْرجو‬َُ ‫ن كَا‬ُْ ‫سنَةُ هل َم‬ ُ‫ لَمَ ُْد كَانَُ لَك ُْم فهً َرسو ه‬, ‫ٌم‬
ُ‫ل َّه‬
َ ‫ّللا أس َْوةُ َح‬ ُ‫الر هج ه‬
َّ ‫ان‬ َ ٌْ ‫ش‬
ُ‫ط ه‬ َّ ‫ن ال‬ ُ‫أَعوذُ بـه َّه‬
َُ ‫الِل هم‬
َّ ُ‫الذ ْك هُر ْال َح هكٌ هُْم فَا ْست َ ْغ هفروهُ إهنَّهُ ه َُو الت َّ َّواب‬
ُ‫الر هحٌم‬ ‫َونَفَعَنَا َوإهٌَّاك ُْم به َما فه ٌْ هُه همنَُ اْآلٌَاتهُ َو ه‬

Anda mungkin juga menyukai