Anda di halaman 1dari 33

A.

Pendahuluan
1. Latar belakang
Sel saraf merupakan adalah serangkaian organ yang kompleks dan
bersambungan serta terdiri terutama dalam jaringan saraf. Dalam
mekanismesistem saraf, lingkungan internal dan stimuls eksternal dipantau
dan diatur olehkemampuan khusus seperti iritabilitas, atau sensitifitas
terhadap stimulus, dankonduktifitas atau kemampuan untuk mentransmisi
suatu respon terhadapstimulus, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara
utama (Sloane, 2013).
Secara umum, sistem saraf memiliki 3 fungsi pokok yang saling
tumpang tindih, yaitu input sensoris, integrasi, dan output motoris. Input
ialah penghantaran atau konduksi sinyal dari reseptor sensoris. Integrasi
adalah proses penerjemahan informasi yang berasal dari stimulasi reseptor
sensoris oleh lingkungan, kemudian dihubungkan dengan respon yang
sesuai. Output motorik adalah penghantaran sinyal dari pusat integrasi, yaitu
Sistem Saraf Pusat ke sel-sel efektor, sel-sel otot, atau sel kelenjar yang
mengaktualisasikan respon tubuh terhadap stimulus tersebut. Sistem saraf
pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang (Eroschenko, 2013).
Otak merupakan pusat koordinasi dalam tubuh, yang terletak di dalam
tulang tengkorak dan diselubungi oleh jaringan yang disebut selaput
meninges. Selaput meninges dibedakan menjadi tiga, yaitu lapisan keluar
yang melekat pada tulang (duramater), lapisan tengah yang berbentuk saraf
laba-laba (arachnoid), dan lapisan dalam yang melekat pada permukaan otak
(piamater). Terdiri dari otak besar (serebrum), Kotak kecil (serebelum) dan
medula spinalis, yang terletak di dalamrongga kranium dan kanalis
vertebralis. Sumsum tulang belakang merupakan bagian dari sistem saraf
pusat yang berada di dalam ruas-ruas tulang belakang. Sistem saraf tepi
terdiri dari sistem sadar (somatik) dan sistem saraf tidak sadar (sistem saraf
otonom) (Mescher, 2018).
2. Tujuan praktikum
a. Mengetahui efek stress karena pengekangan (restraint stress) terhadap
motivasi
b. Memahami prosedur uji forced swim test dan tail suspension test pada
mencit/tikus
3. Manfaat praktikum
a. Dapat mengetahui efek stress karena pengekangan (restraint stress)
terhadap motivasi
b. Dapat memahami prosedur uji forced swim test dan tail suspension test
pada mencit/tikus
B. Tinjauan pustaka
Sistem saraf merupakan suatu kombinasi-kombinasi sinyal listrik dan
kimiawi yang dapat membuat sel-sel saraf (neuron) mampu berkomunikasi
antara satu sama lain.1 Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf yang sering
disebut dengan neuron. Neuron dikhususkan untuk menghantarkan dan
mengirimkan pesan impuls) yang berupa rangsangan atau tanggapan. Setiap satu
sel saraf (neuron) terdiri atas bagian utama berupa badan sel saraf, dendrit, dan
aksonSistem saraf mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak,
sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara
lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan seres keringat. Sistem saraf
sadar (somatik) disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf -saraf yang
keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang kelar
dari sumsum tulang belakang. Sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom)
terdiri dari neuron sensori dan neuron motor yang terdapat di antara sistem saraf
pusat (khususnya hipotalamus) dan berbagai organ dalam jantung, jeroan, dan
banyak kelenjar, baik eksokrin maupun endokrin (Syalwa, 2021).
Struktur sistem saraf pusat terdiri dari otak besar (serebrum), otak kecil
(serebelum) dan medula spinalis, yang terletak di dalam rongga kranium dan
kanalis vertebralis.Bila diiris, serebrum, serebelum, dan medula spinalis
memperlihatkan struktur berwarna putih yang disebut substansia alba, dan
struktur yang berwarna abu-abu yang disebut substansia grisea; perbedaan hal
tersebut terjadi karena perbedaan distribusi mielin.Unit fungsional primer dari
Jaringan saraf adalah sel saraf (neuron), yang berfungsi membentuk dan
menyalurkan informasi berupa impuls listrik. Sel penyokong (neuroglia) terletak
disekeliling neuron dan berjumlah lebih banyak dari pada neuron. Neuroglia
pada sistem saraf pusat terdiri dari astrosit, oligodendrosit, mikroglia, dan sel
ependim. Selain neuron dan neuroglia, pada jaringan saraf juga terdapat sel-sel
lain yang tidak khas, seperti sel endotel yang menyusut dinding pembuluh darah.
Neuron memiliki bentuk yang sangat khas untuk mendukung fungsinya sebagai
pembentuk dan penyalur informasi. Bagian-bagian dari neuron antara lain badan
sel (soma atau perikaryon), dendrit serta akson. Badan sel berfungsi sebagai
pembentuk impuls, dendrit sebagai penerima impuls, dan akson sebagai
pembawa impuls keluar dari neuron.nBerdasarkan jumlah dendrit dan akson,
neuron diklasifikasikan menjadi neuron multipolar, bipolar dan pseudounipolar.
Neuroglia berperan menyediakan lingkungan mikro yang kondusif bagia
kativitas neuron. Juluran-juluran dari kedua sel, baik neuron maupun neuroglia,
membentuk suatu jaringan serabut yang mengisi celah antar neuron
(interneurone space), jaringan ini dinamakan neuropil (Rahmawati, 2021).
Stres adalah suatu kondisi dimana tuntutan yang harus dipenuhi melebihi
kemampuan yang dimilikinya, penyebab stres dinamakan stresor. Tubuh
bereaksi terhadap stres dengan mengeluarkan 2 jenis zat kimia pembawa pesan
yaitu hormon dalam darah dan neurotransmiter di sistem syaraf. Stres dapat
didefinisikan sebagai kondisi dimana tuntutan yang harus dipenuhi melebihi
kemapuan yang ada pada obyek. Stres tidak hanya terjadi pada tingkat
organisme, melainkan juga terjadi pada tingkat organ dan sel. Stres merupakan
bentuk reaksi tubuh yang menentukan kelangsungan kehidupan. Faktor-faktor
yang menyebabkan stres berasal dari rangsangan fisik, psikologis, atau dapat
keduanya. Bila menghadapi stres kadar hormon ini meningkat secara dramatis.
Setiap jenis respon tubuh yang berupa stres, baik stres fisik maupun stres psikis
dapat meningkatkan sekresi ACTH yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kadar kortisol, awal pelepasan hormon stres dimulai dengan sekresi
Corticotropin Releasing Factor (CRF). Suhu yang terlalu panas dan kelembapan
yang tinggi juga dapat mempengaruhi hormonal mencit yang dapat
menyebabkan mencit mengalami stress (Meiliana, 2021).
C. Metodologi praktikum
1. Waktu dan tempat
Hari/tanggal : Rabu, 18 Oktober 2023
Waktu : 15.15-17.05 WITA
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Terpadu
Universitas Sulawesi Barat.
2. Alat dan bahan
a. Alat
1) Botol cleo (besar, sedang dan kecil)
2) Stopwatch
3) Wadah plastic
4) Lakban
b. Bahan
1) Mencit
2) Lakban hitam
3) Air
3. Prosedur praktikum
a. Pengkondisian stres dan non-stres pada hewan coba:
1) Disediakan dua ekor mencit jantan dewasa (usia kira-kira 2 bulan).
2) Dimasukkan salah satu mencit percobaan kedalam aparatus pengekang
selama 15-20 menit, sedangkan mencit lainnya dibiarkan bergerak
bebas dalam kandangnya (kontrol).
3) Diupayakan aerasi dalam aparatus pengekang tetap terjaga sehingga
hewan tidak mengalami hipoksia yang menyebabkan kematian.
4) Setelah perlakuan pengekangan (restraining), mencit segera
dikeluarkan dari aparatus dan diuji tingkat motivasinya dengan tail
suspension test diikuti dengan forced swim test. Dilakukan uji yang
sama
DAFTAR PUSTAKA

Eroschenko, V.P. & Difiore, M.S. Difiore’s Atlas Of Histology With Functional
Correlations. Lippincott Williams & Wilkins.2013.
Mescher, AL. Junqueira’s Basic Histology Text And Atlas. Edisi Ke-15. New York
: Mcgrawhill. 2018.
Meiliana. 2021. Pengaruh Kekurangan Nutrisi Terhadap Perkembangan Sistem
Saraf Anak. Jurnal Biomedik, 13(3), 266-273.
Rahmawati. 2021. Identifikasi Miskonsepsi Sistem Saraf Manusia Dalam Buku
Teks Biologi Sma Di Kota Yogyakarta. Jurnal Edukasi Biologi, 5(6), 134-
147.
Syalwa. 2019. Analisis Miskonsepsi Siswa Dengan Certainty Of Response Index
(CRI) Pada Submateri Sistem Saraf Di Kelas XI IPA SMA Negeri
Selimbau. Jurnal Bioducation, 3(2), 48-59.
Sloane Ethel. 2013. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Darah merupakan cairan tubuh yang berwarna merah dan terdapat di
dalamsistem peredaran darah tertutup dan sangat penting untuk
kelangsungan hidupmanusia. Darah berfungsi memasukkan oksigen dan
bahan makanan keseluruhtubuh serta mengambil karbon dioksida dan
metabolik dari jaringan. Mengetahuigolongan darah seseorang sangat
penting di ketahui untuk kepentingan medis yaitusalah satunya untuk
transfusi (Oktari, 2016).
Golongan darah merupakan sistem pengelompokan darah yang
didasarkan pada jenis antigen yang dimilikinya. Sedikitnya ada 48 jenis
antigen yang menjadidasar dalam penggolongan darah. Tetapi yang paling
umum digunakan adalahsistem penggolongan darah ABO. Pembagian
golongan darah sistem ABOdidasarkan pada adanya perbedaan aglutinogen
(antigen) dan aglutinin (antibodi)yang terkandung dalam darah
(Tenriawaru, 2016).
Secara umum darah memiliki 4 golongan yaitu: golongan darah A
dimanagolongan darah A mempunyai antigen A dan anti - B, golongan
darah B yaitugolongan darah yang memiliki antigen B dan anti – A,
golongan darah O golongandarah yang memiliki antibodi tetapi tidak
memiliki antigen, dan golongan darah ABgolongan darah yang memiliki
antigen tetapi tidak memiliki antibodi. Hemostasis yang normal sangat
penting untuk menjaga sirkulasi darahagar tidak terjadi pendarahan dan juga
menjamin aliran darah berjalan lancar. Mekanisme ini melibatkan hati
sebagai salah satu organ vital pusat pembentukan faktor-faktor koagulasi
sekaligus tempat mendegradasi protein antikoagulan. Gangguan pada hati
dapat mengakibatkan berkurangnya faktor koagulan dan berkurangnya
degradasi faktor antikoagulan yang mengakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan hemostasis dan manifestasi pendarahan (Fauziyati,
2013)
2. Tujuan Praktikum
a. Untuk memahami proses koagulasi darah dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya
b. Untuk memahami prinsip dan proses pengujian golongan darah manusia
sistem ABO
3. Manfaat Praktikum
a. Mahasiswa dapat memahami proses koagulasi darah dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya
b. Mahasiswa dapat memahami prinsip dan proses pengujian golongan
darah manusia sistem ABO
B. Tinjauan pustaka
Hemostasis merupakan peristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya
atau robeknya pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi ketikaendotelium
yang melapisi pembuluh darah rusak atau hilang. Kedua proses inimencakup
pembekuan darah (koagulasi) dan melibatkan pembuluh darah,agregasi
trombosit, serta protein plasma baik yang menyebabkan pembentukanmaupun
yang melarutkan platelet. Sistem hemostasis yang berfungsi normal penting bagi
kehidupan untuk menjaga keseimbangan faktor trombogenik dan mekanisme
proteksi. Salah satu hal yang berperan penting dalam hemostasisnormal adalah
trombosit. Trombosit akan beragregasi membentuk sumbattrombosit.
Hemostasis terjadi hambatan maka mengakibatkan perdarahan
spontan,sedangkan jika hemostatis terjadi berlebihan mengakibatkan
terbentuknyatrombus. Trombus terbentuk karena trombosit melekat pada
permukaan endotel pembuluh darah yang mengalami kerusakan. Aktivasi
trombosit dan agregasitrombosit ini berperan penting dalam proses trombosis
arteri, serangan jantung,dan stroke (Shalehah, dkk., 2015)
Koagulasi atau penggumpalan darah adalah bagian terpenting dari
hemostasis yaitu pada saat penambahan dinding pembuluh darah yang rusak
olehkeping darah dan faktor koagulasi untuk menghentikan pendarahan serta
memulai proses perbaikan. Koagulasi darah merupakan transformasi darah dari
cairanmenjadi gel padat. Pembentukan bekuan di atas sumbat trombosit
memperkuatdan menunjang sumbat, memperkuat tambalan yang menutupi
lubang-lubang si pembuluh. Proses koagulasi dapat terbentuk melalui
pembentukan trombosit dan bekuan fibrin pada tempat cedera sehingga
terbentuk pengendalian pendarahan. Proses koagulasi di dalam tubuh dapat
diimbangi melalui proses antikoagulasi. (Mallo, 2016)
Golongan darah ABO pada manusia merupakan satu contoh dari alel
berganda dari sebuah gen tunggal. Sehingga ada empat kemungkinan fenotip
yaituA, B, AB atau O. Huruf-huruf ini menunjukkan dua karbohidrat, substansi
A dan substansi B, yang mungkin ditemukan pada permukaan sel darah merah.
Sel darahseseorang mungkin mempunyai sebuah substansi (tipe A atau B),
kedua-duanya(tipe AB , atau tidak sama sekali (tipe O). Golongan Rhesus
negatif (Rh -)ditemukan hampir 15% pada ras kulit putih, sedangkan pada ras
Asia jarangdijumpai kecuali terjadi perkawinan campuran dengan orang asing
yang bergolongan rhesus negatif. Pada wanita Rhesus negatif yang melahirkan
bayi pertama Rhesus positif, risiko terbentuknya antibodi sebesar 8%.
Sedangkan padakehamilan berikutnya sebagai akibat sensitisitas pada kehamilan
pertama sebesar16%. Perbedaan rhesus dapat menimbulkan kondisi antirhesus
atau penghancuransel darah merah, dalam kondisi tertentu dapat mengakibatkan
kematian janin dalamrahim atau gangguan kesehatan setelah lahir seperti
anemia, jaundice(penyakitkuning), pembengkakan hepar dan gagal jantung
(Swastini, 2016).
Reagen antisera merupakan reagen yang digunakan untuk
pemeriksaangolongan darah ABO. Dari segi reagen metode ini kurang
ekonomis, maka serumdapat dijadikan sebagai reagen pada pemeriksaan
golongan darah ABO. Pemeriksaan golongan darah ABO dilakukan untuk
menentukan jenisgolongan darah pada manusia. Penentuan golongan darah
ABO pada umumnya dengan menggunakan metode Slide. Metode ini didasarkan
pada prinsip reaksiantara aglutinogen (antigen) pada permukaan eritrosit dengan
aglutinin yang terdapat dalam serum/plasma yang membentuk aglutinasi atau
gumpalan. Metodeslide merupakan salah satu metode yang sederhana, cepat dan
mudah untuk pemeriksaan golongan darah (Santi, 2015)
DAFTAR PUSTAKA

Mallo. 2016. Pemeriksaan Golongan Darah Dan Kadar Hemoglobin Pada Calon
Donor Darah Di Puslatpur, Player, Gunung Kidul. Jurnal Pemberdayaan:
Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(3), 433-438.
Shalehah. 2015. Perencanaan Dan Pembuatan Alat Pendeteksi Golongan Darah
Menggunakan Mikrokontroler. Jurnal Generik, 6(2), 52-60.
Swastini. 2016. Pendeteksi Golongan Darah Manusia Berbasis Tensorflow
Menggunakan ESP32-CAM, 9(2), 359-370.
Santi. 2015. Analisis Kejadian Hipertensi Berdasarkan Golongan Darah. Jurnal
Endurance, 4(1), 8-16.
A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Semua makhluk bernapas untuk memperoleh energi (tenaga). Energi
diperoleh dari proses pembongkaran zat makanan sumber tenaga di dalam
setiap sel yang hidup (pernapasan sel = respirasi). Energi digunakan untuk
berbagai aktivitas hidup. Di samping diperoleh energi, pernapasan sel
menghasilkan zat sisa yang harus dikeluarkan dari tubuh. Pada umumnya,
makhluk melakukan pernapasan sel dengan menggunakan oksigen
(respirasi aerobik). Pembongkaran zat makanan dengan zat asam disebut
pembakaran atau oksidasi. Zat sisa yang dihasilkan umumnya berupa CO2,
H2O dan panas yang dibuang keluar tubuh. Dalam keadaan kurang O2,
dalam tubuh sering terjadi pembongkaran zat makanan tanpa zat asam
(respirasi anaerobik). Zat sisa yang dihasilkan berupa asam laktat atau
ethanol (jenis alkohol). Oksigen diserap dari udara melalui alat (sistem alat)
pernapasan. Pada alat pernapasan ini terjadi pertukaran gas, terutama O2
(diserap) dan CO2, H2O dan panas (dilepaskan) (Husnawati, 2019).
Respirasi atau yang biasa disebut dengan pernapasan adalah proses
menghirup udara bebas yang mengandung O (oksigen) dan mengeluarkan
udara yang mengandung CO, (karbondioksida) sebagai sisa oksidasi keluar
dari tubuh. Proses menghirup oksigen ini disebut inspirasi sedangkan proses
mengeluarkan karbondioksida disebut ekspirasi. Dalam proses pernapasan,
oksigen merupakan zat kebutuhan utama. Oksigen untuk pernapasan
diperoleh dari udara di lingkungan sekitar. Organ yang berperan penting
dalam proses respirasi adalah paru paru/pulmo. Sistem respirasi terdiri dari
hidung/nasal, faring, laring, trakea, brokus, bronkiolus dan alveolus
(Sahrana, 2018).
2. Tujuan praktikum
Untuk membuktikan bahwa di dalam proses pernapasan dihasilkan CO2
dan H2O
3. Manfaat praktikum
Mahasiswa dapat membuktikan bahwa di dalam proses pernapasan
dihasilkan CO2 dan H2O
B. Tinjauan pustaka
Sistem pernapasan terdiri atas paru-paru dan sistem saluran yang
menghubungkan jaringan paru dengan lingkungan luar paru yang
menghubungkan jaringan paru dengan menyediakan oksigen untuk darah dan
membuang karbondioksida. Sistem pernapasan secara umum terbagi atas bagian
konduksi, yang terdiri atas rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, Bronkus,
dan bronkiolus. Bagian ini berfungsi untuk menyediakan saluran udara untuk
mengalir ke dan dari paru-paru untuk membersihkan, membasahi, dan
menghangatkan udara yang diinspirasi. Bagian respirasi, yang terdiri dari
alveoli, dan struktur yang berhubungan. Pertukaran gas antara udara dan darah
terjadi dalam alveoli (Asrul, 2018).
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian. besar terdiri dari
gelembung (gelembung hawa, alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel
epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya lebih kurang 90 m².
Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, O₂ masuk ke dalam darah dan CO,
dikeluarkan dari darah. Paru-paru terletak di dalam rongga dada (mediastinum),
dilindungi oleh struktur tulang selangka, Rongga dada dan perut dibatasi oleh
suatu sekat disebut diafragma. Berat paru-paru kanan sekitar 620 gram,
sedangkan paru-paru kiri sekitar 560 gram. Masing-masing paru-paru
dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan pembuluh-pembuluh besar serta
struktur-struktur lain di dalam rongga dada. Selaput yang membungkus paru-
paru disebut pleura. Paru-paru terbenam bebas dalam rongga pleuranya sendiri.
Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura (Rahmita, 2016).
Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan terdiri dari 3. lobus (lobus
dekstra superior, lobus media dan lobus inferior). Tiap lobus tersusun atas
lobules. Paru-paru kiri terdiri dari pulma sinistra lobus superior dan lobus
inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen.
Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior
dan 5 buah segmen inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5
buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus media dan 3 buah
segmen pada lobus inferior. Tiap- tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi
belahan-belahan yang bernama lobulus (Derna, 2017).
Paru-paru berfungsi sebagai pertukaran oksigen dan karbondioksida yang
tidak dibutuhkan tubuh. Selain itu masih banyak lagi fungsi paru-paru
diantaranya sebagai penjaga keseimbangan asam basa tubuh, bila terjadi
acidosis, maka tubuh. akan mengkompensasi dengan mengeluarkan banyak
karbondioksida yang bersifat asam ke luar tubuh. Dalam sistem ekskresi, fungsi
paru-paru adalah untuk mengeluarkan karbondioksida dan uap air. Dalam sistem
pernapasan, fungsi paru-paru adalah untuk proses pertukaran oksigen dan
karbondioksida di dalam darah. Dalam sistem peredaran darah, fungsi paru-paru
adalah untuk membuang karbondioksida di dalam darah dan menggantinya
dengan oksigen. Di dalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen
dan karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen, sel- sel darah merah
menangkap karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan dibawa
ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida dan uap air dilepaskan dan
dikeluarkan dari paru- paru melalui hidung (Risna, 2013)
Adapun fungsi dari pernapasan atau respirasi antara lain Mengambil oksigen
yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh (sel-selnya) untuk
mengadakan pembakaran. Mengeluarkan karbondioksida yang terjadi sebagai
sisa dari pembakaran, kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang,
Menghangatkan dan melembabkan udara. Hidung atau nasal berfungsi sebagai
saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru, sebagai penyaring kotoran
dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam. paru-paru.
Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung.Fungsi
dari organ hidung antara lain bekerja sebagai saluran udara pernapasan, sebagai
penyaring udara pernapasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung dapat
menghangatkan udara pernapasan oleh mukosa, membunuh kuman yang masuk
bersama udara pernapasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir
(mukosa) atau hidung. Trakea berfungsi sebagai tempat perlintasan udara
setelah melewati saluran pernafasan bagian atas yang membawa udara bersih,
hangat dan lembab (Reza, 2019).
DAFTAR PUSTAKA

Husnawati. 2019. Peningkatan Kemampuan Penalaran Ilimiah Melalui Model


Pembelajaramn Inkuiri Terbimbing Pada Materi Sistem Pernapasan. Jurnal
Pendidikan Matematika Dan Sains, 3(2), 163-169.
Sahrana. 2018. Pengembangan Multimedia Interaktif IPA Berorientasi Guided
Inquiri Pada Marei Sistem Pernapasan, Jurnal Pendidikan, 1(6), 120-137.
Asrul. 2018.Sistem Respirasi. Yogyakarta: Bukunesia
Rahmita. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ganguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Cv Budi Utomo
Derna. 2017. Analisis Konsepsi Siswa Dalam Materi Sistem Respirasi. Jurnal
Seminar Pendidikan IPA, 1(1), 368-368.
Risna. 2013.Pengembangan Aplikasi AR-BIO Sebagai Media Pembelajaran
Pengenalan Anatomi Sistem Respirasi Menggunakan Teknologi
Augmented Reality. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu
Computer, 7(1), 413-419.
A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Oksigen merupakan senyawa yang dibutuhkan oleh hampir seluruh
makhluk hidup di bumi ini. Dalam kajian fisiologi oksigen ini digunakan
dalam proses metabolisme yaitu bahan bakar untuk mengoksidasi zat
makanan. Hanya sedikit hewan yang dapat memenuhi energinya tanpa
oksigen, yaitu dengan memanfaatkan energi kimia senyawa organik secara
anaerob tetapi hanya menghasilkan energi yang sedikit Laju metabolisme
berkaitan eratdengan pernafasan (respirasi) karena respirasi merupakan
proses pembentukani energi dari molekulmakanan komplek yang
bergantung pada adanya oksigen. Jadi, laju metabolisme biasanya dapat
dihitung dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi organisme
per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan
makanan memerlukan oksigen untuk menghasilkan energi yang dapat
diketahui jumlahnya juga. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup
diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen. Laju metabolisme
biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknyaoksigen yang
dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu (sarina, 2013).
Respirasi adalah proses untuk menghasilkan energi. Energi hasil
respirasi tersebut sangat diperlukan untuk aktivitas hidup, seperti mengatur
suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Jadi kegiatan
pernafasan dan respirasi tersebut saling berhubungan karena pada proses
pernafasan dimasukkan udara dari luar (oksigen) dan oksigen tersebut
digunakan untuk proses respirasi guna memperoleh energi dan selanjutnya
sisa respirasi berupa gas karbon dioksida (CO2) dikeluarkan melalui proses
pernafasan ( saripah, 2017).
2. Tujuan Praktikum
a. Untuk memahami metode pengukuran laju respirasi hewan melalui
perhitungan konsumsi oksigen
b. Untuk mengetahui perbedaan laju respirasi pada berbagai spesies hewan
dan hubungannya dengan perbedaan temperatur lingkungan
3. Manfaat Praktikum
a. Untuk memahami metode pengukuran laju respirasi hewan melalui
perhitungan konsumsi oksigen
b. Untuk mengetahui perbedaan laju respirasi pada berbagai spesies hewan
dan hubungannya dengan perbedaan temperatur lingkungan
B. Tinjauan pustaka
Proses respirasi pada hewan adalah peristiwa pengambilan oksigen dan
pelepasan karbondioksida melalui organ pernapasan. Sistem respirasi
ataurespirasi pada hewan berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangan
hewantersebut. Alat pernapasan pada hewan, umumnya ada 4 macam bentuk
yangdigunakan, yaitu permukaan tubuh, trakea, insang, dan paru-paru.Alat
respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat 02 dapat berdifusimasuk dan
sebaliknya C02 dapat berdifusi keluar. Alat respirasi pada hewan bervariasi
antara hewan yang satu dengan hewan yang lain, ada yang berupa paru- paru,
insang, kulit, trakea, dan paru-paru buku, bahkan ada beberapa organismeyang
belum mempunyai alat khusus sehingga oksigen berdifusi langsung
darilingkungan ke dalam tubuh, contohnya pada hewan bersel satu, porifera,
dancoelenterata. Pada ketiga hewan ini oksigen berdifusi dari lingkungan
melaluirongga tubuh. Sistem respirasi hewan dapat dibedakan menjadi dua yaitu
sistem respirasi pada hewan tingkat rendah dan tinggi ( Dina, 2018).
Pengukuran laju respirasi dapat menggunakan alat respirometer.
Respirometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur rata-rata pertukaran
oksigen dengan karbondioksida. Prinsip kerja respirometer adalah dengan
mengamati banyaknya oksigen yang digunakan untuk pernapasan hewan uji
dalam satu waktu yang ditandain dengan pergerakan cairan uji (eosin) pada pipa
skala. Reagen yang digunakan dalam uji respirometer ini KOH dan eosin. KOH
digunakan untuk mengikat karbondioksida yang dihembuskan oleh hewan uji
dan mengubahnya menjadi K2CO3. Eosin bekerja sebagai penanda skala dan
bergerak karena adanya penyurutan volume udara dalam tabung respirometer
(Peri, 2015).
Respirometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur rata-rata
pernapasan organisme dengan mengukur rata-rata pertukaran oksigen dan
karbon dioksida. Hal ini memungkinkan penyelidikan bagaimana faktor-faktor
seperti umur atau pengaruh cahaya memengaruhi rata-rata pernapasan.
Respirometer sederhana adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur
kecepatan pernapasan beberapa macam organisme hidup seperti serangga,
bunga, akar, kecambah yang segar. Jika tidak ada perubahan suhu yang berarti,
kecepatan pernapasan dapat dinyatakan dalam ml/detik/g, yaitu banyaknya
oksigen yang digunakan oleh makhluk percobaan tiap 1 gram berat tiap detik
(saharuddin, 2013).
Respirometer ini terdiri atas dua bagian yang dapat dipisahkan, yaitu tabung
spesimen (tempat hewan atau bagian tumbuhan yang diselidiki) dan pipa kapiler
berskala yang dikaliberasikan teliti hingga 0,01 ml. Kedua bagian ini dapat
disatukan amat rapat hingga kedap udara dan didudukkan pada penumpu
(landasan) kayu atau logam. Alat ini bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam
pernapasan ada oksigen yang digunakan oleh organisme dan ada karbon dioksida
yang dikeluarkan olehnya. Jika organisme yang bernapas itu disimpan dalam
ruang tertutup dan karbon dioksida yang dikeluarkan oleh organisme dalam
ruang tertutup itu diikat, maka penyusutan udara akan terjadi. Kecepatan
penyusutan udara dalam ruang itu dapat dicatat (diamati) pada pipa kapiler
berskala ( zakcy, 2018).
Proses respirasi pada hewan adalah peristiwa pengambilan oksigen dan
pelepasan karbondioksida melalui organ pernapasan. Sistem respirasi
ataurespirasi pada hewan berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangan
hewantersebut. Alat pernapasan pada hewan, umumnya ada 4 macam bentuk
yangdigunakan, yaitu permukaan tubuh, trakea, insang, dan paru-paru.Alat
respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat 02 dapat berdifusimasuk dan
sebaliknya C02 dapat berdifusi keluar. Sistem respirasi hewan dapat dibedakan
menjadi dua yaitu sistem respirasi pada hewan tingkat rendah dan tinggi. Alat
respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang satu dengan hewan yang lain,
ada yang berupa paru- paru, insang, kulit, trakea, dan paru-paru buku, (Serlina,
2019).
DAFTAR PUSTAKA

Sarina. 2013. Teknik pengukuran laju respirasi produk holtikultura pada kondisi
amosfir terkendali bagian I metode sistem tertutup. Jurnal keteknikan
pertanian, 21(4), 112-138.
Saripah. 2017. Pengaruh kadar air terhadap laju respirasi tanah tambak pada
penggunaan katul padi sebagai priming agent. Jurnal ilmu kelautan, 12(2),
67-72.
Dina. 2018. Hubungan kadar CaC12 terhadap laju respirasi dan pematangan
buah mangga arumanis (Mangifera indica L.). jurnal ilmiah ilmu pertanian,
3(1), 78-90.
Peri. 2015. Laju respirasi dan susut bobot buah salak bali segar pada pengemasan
plastic polyethylene selama penyimpanan dalam atmosfer termodifikasi.
Jurnal agrotekno, 15(1), 8-11.
Serlina. 2019. Pengembangan instrument penilaian kinerja kerampilan membuat
alat laboratorium respirometer sederhana. Jurnal pendidikan biologi, 5(1),
37-45.
A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Salah satu komponen penting yang terdapat dalam tubuh yaitu cairan
tubuh. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok, yaitu cairan intraseluler
dancairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di
dalam sel-seltubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang
berada di luar sel danterdiri dari tiga kelompok, yaitu cairan intravaskuler
(plasma), cairan interstitialdan cairan traseluler. Komposisi cairan intra dan
ekstrasel memiliki perbandingansebesar 40 L adalah 25 L untuk volume
intra dan : 15 L untuk volume ekstra. Sedangkan cairanintrasel bersifat tidak
homogen dalam tubuh dan mewakili kesatuan cairan dari seluruh sel
berbeda. Cairan intraseluler mengandung enzim yang berperan
dalammendegradasi senyawa ROS, seperti enzim superoksida dismutase,
enzim katalasedan glutation peroksidase. Salah satu contoh cairan
ektraseluler adalah urin (Tangkinet al. 2016)
Urinalisis adalah analisa fisik, kimia, dan mikroskopik terhadap urine.
Sampai saat ini, urine diperiksa secara manual terhadap berbagai
kandungannya, tetapi saat ini digunakan berbagai strip reagen untuk
melakukan skrining kimia dengan cepat.urinalisis berguna untuk
mendiagnosa penyakit ginjal atau infeksi saluran kemih, dan untuk
mendeteksi adanya penyakit metabolic yang tidak berhubungan dengan
ginjal. Berbagai uji urinalisis rutin dilakukan seperti warna, tampilan, dan
bau urine diperiksa, serta pH, protein, keton, glukosa dan bilirubin diperiksa
secara strip reagen. Berat jenis diukur dengan urinometer, dan pemeriksaan
mikroskopik urine sedimen urine dilakukan untuk mendeteksi eritrosit,
leukosit, epitel, kristal dan bakteri proses pernafasan (Roni, R. 2018).
2. Tujuan Praktikum
a. Untuk mengidentifikasi ciri-ciri dari komposisi urin yang normal
b. Untuk mengidentifikasi kelainan ginjal dari hasil pemeriksaan urin
3. Manfaat Praktikum
a. Mahasiswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri dari komposisi urin yang
normal
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelainan ginjal dari hasil pemeriksaan
urin
B. Tinjauan pustaka
Urin merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudianakan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi
urindiperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaringoleh ginjal untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Dalam satu hari,
manusia dan hewan mengeluarkan urin sampai beberapa kali. Ada tiga proses
dalam pembentukan urin yaitu filtrasi glomerulus, reabsorpsi, dan sekresi
tubulus. Pada manusia sehat sekitar 1200 mL darah melalui jaringan ekskresi
ginjal yang berfungsi setiap menit, dan membentuk sekitar 125 mL filtrat
glomerulus. (Panjaitan et al 2014).
Sistem traktus urinarius pada manusia terdiri dari empat komponen yang
utama yaitu ginjal, merupakan tempat dimana urin terbentuk dari filtrasi darah,
ureter, yang membawa urin ke kandung kemih, kandung Ginjal berfungsi dalam
menjaga homeostasis termasuk pengaturan cairan tubuh, keseimbangan asam
basa, keseimbangan elektrolit dan ekskresi produk sisa/sampah. Fungsi ginjal
dipengaruhi oleh komposisi, tekanan dan volume darah maupun hormon dari
kelenjar adrenal dan pituitary. Pembentukan urin merupakan proses yang
kompleks, dari filtrasi darah, reabsorbsi substansi-substansi yang esensial
termasuk air dan sekresi tubular substansi-substansi tertentu. Setelah
pembentukan urin di ginjal, urin akan turun kebawah melalui ureter ke kandung
kemih dimana urin disimpan sementara sebelum diekskresikan melalui uretra.
Kira-kira 120mL/menit atau seperlima plasma ginjal difiltrasi melalui
glomerulus dan akan membentuk ultrafiltrat yang akan mengalami proses lanjut
serta perjalanan melalui nefron (Sanul, 2019)
Pembentukan urin merupakan proses yang kompleks, dari filtrasi darah,
reabsorbsi substansi-substansi yang esensial termasuk air dan sekresi tubular
substansi-substansi tertentu. Setelah pembentukan urin di ginjal, urin akan turun
kebawah melalui ureter ke kandung kemih dimana urin disimpan sementara
sebelum diekskresikan melalui uretra. Kira-kira 120mL/menit atau seperlima
plasma ginjal difiltrasi melalui glomerulus dan akan membentuk ultrafiltrat yang
akan mengalami proses lanjut serta perjalanan melalui nefron. Ultrafiltrat ini
mempunyai komposisi yang sama dengan plasma darah tetapi ultrafiltrat yang
normal bebas dari protein kecuali kira-kira mengandung 10 mg/dL protein
dengan berat molekul kecil. Beberapa hasil filtrasi termasuk air, glukosa,
elektrolit, asam amino, urea asam urat, kreatinin dan amoniak. Rata-rata filtrasi
(rata-rata filtrasi glomerulus) adalah sesuai dengan ukuran tubuh dan variasi
umur serta jenis kelamin. Rata-rata filtrasi glomerulus adalah merupakan
indikator yang penting untuk mengetahui fungsi ginjal serta digunakan untuk
memonitor kemajuan penyakit ginjal (Ningsih, 2020).
Urinalisis adalah pemeriksaan atau analisa yang dilakukan untuk
mengetahui adanya infeksi pada saluran kemih (ISK). Metode ini juga
ditujukanuntuk mengetahui bahan-bahan atau zat-zat yang terkandung dalam
urine. Urine adalah cairan hasil metabolisme yang diekskreasikan oleh ginjal dan
dikeluarkanoleh tubuh melalui proses urinalisasi. Peranan urin sangat penting
karena sebagian pembuangan cairan oleh tubuh melalui eksresi urin dapat
mempertahankanhomeostatis tubuh. Komposisi zat dalm urin bervariasi,
tergantung pada jenismakanan serta air yang diminum. Urin normal manusia
mengandung air, urea,asam urat, amoniak, kreatin, asam laktat, asam fosfat,
asam sulfat, klorida dangaram NaCl serta zat yang berlebihan dalam darah,
seperti vitamin C dan obat-obatan (Whiting 2006). Urin diproduksi oleh tubuh
melalui beberapa tahap yaitufiltrasi, rearbsorbsi, dan augmentasi (Mutalazimah
et al. 2013)
Pemeriksaan terhadap urine merupakan salah satu cara untuk
mengetahuikondisi kesehatan seseorang, yang dilakukan dengan menganalisis
kandungankimia yang terdapat pada urin, diantaranya kandungan darah, protein,
glukosa,leukosit, nitrit, keton, urobilin, bilirubin, berat jenis dan pH kemih.
Manfaat dariurinalisis adalah dapat digunkan untuk mengetahui adanya potensi
gangguan hati,diabetes mellitus, infeksi ginjal, atau saluran kemih. Gangguan
pada ginjaldapat berupa uremia yang merupakan suatu sindrom klinik dan
laboratorik yang dapat terjadi padasemua organ karena penurunan fungsi ginjal,
dimana terjadi retensi sisa pembuangan metabolisme protein, di tandai oleh
homeostasis cairan yangabnormal dan elektrolit dengan kekacauan metabolik
dan endokrin (Loho et al. 2016).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan tempat
Hari/tanggal : Rabu/4 Oktober 2023
Waktu : 15.15-17.05 WITA
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Terpadu
Universitas Sulawesi Barat.
2. Alat dan bahan
a. Alat
5) Tabung reaksi
6) Penjepit
7) Rak tabung reaksi
b. Bahan
4) Urin
5) Indicator pH universal
3. Prosedur praktikum
b. Dimasukkan urin ke dalam tabung reaksi kemudian di amati warna urin
dan dibandingkan dengan tabel berikut:
Warna Kemungkinan
Kuning gading Pigmen urin normal
Tidak berwarna Konsentrasi te
Perak, warna susu Nanah, bakteri, sel epitel
Cokelat berkabut Darah
Kuning berbuih Naiknya pigmen melanin
c. Dicocokkan warna pada indicator
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
a. Warna
Gambar Keterangan
1. Gelas
2. Urin berwarna kuning
gading (normal)

b. Ph Urin
Gambar Keterangan

pH 7

2. Pembahasan
a. Warna
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan bahwa
urin yang diamati berwarna kuning gading, dan tidak terdapt buih. Hal
ini membuktikan bahwa urin yang diamati termasuk kedalam urin yang
normal dan tidak memiliki kelainan pada ginjal. Menurut (Sunardi,
2016) warna urin yang sudah diberi intervensi tersebut mengalami
perubahan tingkatan pada warnanya. Hal ini disebabkan objek kurang
mengkonsumsi air dan dapat membahayakan kesehatan yaitu
dehidrasi. Semakin kurang jumlah air yang diminum maka semakin
banyak keluhan kesehatan yang dialami.
b. pH
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dengan dicocokan
warna pada indicator maka didapatkan pH 7 yang menandakan bahwa
urin tersebut netral. Menurut (Gustomo, 2017) pH urin normal manusia
antara 5.5 – 7.5. pH urin di bawah 5 adalah asam, sedangkan pH urin
diatas 8.0 adalah basa.
E. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat di
simpulkan bahwa didapatkan urin yang berwarna kuning gading dan
didaptkan Ph 7. Hal tersebut menandakan bahwa urin yang diamati normal
dan netral
2. Saran
a. Saran untuk Praktikan
Diharapkan kepada praktikkan dapat menguasai materi penuntun
agar saat respon mendapat nilai yang baik.
b. Saran untuk Asisten
Secara keseluruhan konsep yang dijelaskan mudah dimengerti,
diharapkan kedepannya menjadi lebih baik lagi
c. Saran untuk Laboatorium
Diharapkan laboratorium menyediakan alat dan bahan untuk
praktikkan yang akan melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Tangkinet al. 2016. Pengaruh penundaan waktu terhadap hasil urinalisis sedimen
urin. Jurnal farmasi, 692), 212-219.
Panjaitan et al 2014. Urinalisis pelaporan dan perangkap interprestasi hasil. Jurnal
fakultas kedokteran, 3(2), 56-63.
Mutalazimah et al. 2013. Fisiologi hewan. Yogyakarta: kasinius
Ningsih, 2020. Pengaruh penundaan waktu terhadap hasil urunalisis sedimen urin.
Jurnal fakultas farmasi, 1(1), 19-68.
Roni. 2018. Urinalisis. PT Gramedia Utama
Sanul, 2019. Uji diaknostik urinalisis leukosit esterase terhadap kultur urine pada
infeksi saluran kemih (ISK) dengan katerisasi uretra. Jurnal kedokteran dan
Kesehatan, 4(2), 100-108.
A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Urin merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudianakan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Ekskresi urindiperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam
darah yang disaringoleh ginjal untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
Dalam satu hari, manusiadan hewan mengeluarkan urin sampai beberapa
kali. Secara garis besar ada tiga proses dalam pembentukan urin yaitu filtrasi
glomerulus,reabsorpsi, dan sekresi tubulus. Pada manusia sehat sekitar 1200
mL darahmelalui jaringan ekskresi ginjal yang berfungsi setiap menit, dan
membentuksekitar 125 mL filtrat glomerulus. (Panjaitan et al 2014).
zat-zat yang terkandung dalam urine yaitu air(95%), urea, asam urat dan
amonia yang merupakan sisa pembongkaran protein,garam serta zat yang
bersifat racun atau yang berlebihan. Zat-zat yang terkandungdidalam urin
dapat dianalisis sehingga diperoleh informasi mengenai kondisi kesehatan
seseorang. Pada urin banyak mengandung zat yang merupakan hasil
pembongkaran protein. Unsur organik ini berasal dari jaringan atau organ
diantaranya eritrosit, leukosit, epitel parasit dan potongan jaringan. Urea,
amoniak, dan asam urea juga termasuk kedalam zat yang terkandung
didalam urin (Widyaningrum, 2013).
Pemeriksaan terhadap urine merupakan salah satu cara untuk
mengetahuikondisi kesehatan seseorang, yang dilakukan dengan
menganalisis kandungankimia yang terdapat pada urin, diantaranya
kandungan darah, protein, glukosa,leukosit, nitrit, keton, urobilin, bilirubin,
berat jenis dan pH kemih. Manfaat dariurinalisis adalah dapat digunkan
untuk mengetahui adanya potensi gangguan hati,diabetes mellitus, infeksi
ginjal, atau saluran kemih (Izzahet al . 2013).
2. Tujuan Praktikum
c. Untuk mengidentifikasi ciri-ciri dari komposisi urin yang normal
d. Untuk mengidentifikasi kelainan ginjal dari hasil pemeriksaan urin
3. Manfaat Praktikum
c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri dari komposisi urin yang
normal
d. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelainan ginjal dari hasil pemeriksaan
urin.
B. Tinjauan pustaka
Urinalisis adalah uji kimiawi terhadap urine untuk memperoleh
informasitentang kondisi klinis. Urinalisis meliputi sifat fisik dan visual urine
serta zat-zat yang terkandung di dalam urine. Sifat fisik dan visual urine meliputi
warna, bau, buih, bobot jenis, suhu, pH, dan kadar padatanurine tersebut. Sifat
fisik dan visual urine menggambarkan kondisi klinis seseorang seperti, orang
tersebut sedang dehidrasi atau tidak. Zat terlarut di dalamurine dapat
memberikan informasi kondisi klinis seseorang dengan lebih spesifikdan akurat.
Ciri fisik urine seseorang pada keadaan normal diantaranya berwarna kuning
bening, bau aromatik lemah dan berat jenis berkisar antara1,002-1004 mg/ml
(Yuliana, 2015).
Sebagian besar empedu dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai
areaduodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin menjadi
urobilinogen. Urobilinogen berkurang di faeses; sejumlah besar kembali ke hati
melaluialiran darah, di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu; dan
kira-kira sejumlah1% diekskresikan ke dalam urine oleh ginjal.Peningkatan
ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar menurun
atauterdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang
melebehi bataskemampuan hepar untuk melakukan rekskresi. Urobilinogen
meninggi dijumpai pada :destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika
atau anemia hemolitik oleh sebabapapun), kerusakan parenkim hepar (toksik
hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar,keganasan hepar), penyakit jantung
dengan bendungan kronik, obstruksi usus,mononukleosis infeksiosa, anemia sel
sabit. Urobilinogen urine menurun dijumpai padaikterik obstruktif, kanker
pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya
sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat
(Wahyudi,2016)
Protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal.
Normal ekskresi protein urine biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10
mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai
proteinuria. Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena
perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang
dengan daging dapat menyebabkan protein dalam jumlah yang signifikan
muncul dalam urin. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat
menyebabkan jumlah protein tinggi. Protein terdiri atas fraksi albumin dan
globulin. Peningkatan ekskresi albumin merupakan petanda yang sensitif untuk
penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes
mellitus, dan hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat
molekul rendah merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit
tubulointerstitie (Khairunnisa, 2020).
Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul
dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin)
terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang
menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria
dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh
karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis
diabetes mellitus (Yudistira, 2015).
Ginjal merupakan organ yang sangat penting bagi regulasi tekanan darah,
fungsi endokrin, transport zat tertarut air, keseimbangan asam basa can
pembuangan metabolt sasa. Gangguan pada ginjal menyebabkan gangguan
fisiologik yang kompleks berkaitan dengan regulasi tersebut Penyakit Ginjal
Kronik (PGK) merupakan salah satu penyakit yang dapat merusak fungsi dan
gerjal. Gangguan ginjal yang terjadi berupa kelainan struktur dan penurunan faal
ginjal selama tiga bulan dengan manifestasi kelainan patologis komposisi darah
urine atau kelainan dalam tes pencitraan. Nilai penurunan faal ginjal adalah jika
Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) kurang dari 60 m/menit/1,73m. Penyakit ginjal
kronik biasanya berakhir dengan gagal ginjal dengan terjadinya kerusakan
struktur dan fungsi yang ireversibel (Yuyun, 2017).
Gagal ginjal kronik merupakan salah satu dari 12 penyakit tidak menular
yang menjadi masalah utama. Protein urine adalah salah satu prediktor kuat
untuk penyakit ginjal kronik. Proteinuria pada penyakit ginjal diakibatkan
karona peningkatan permeabilitas dan kerusakan barrier glomerulus, selain itu
profeinuria juga disebabkan karena penurunan reabsorpsi tubular sehingga
banyak protein yang lolos ke dalam urine. Penyakitginjal kronik (PGK)
merupakan suatu proses patofisiologi dengan etiologi beragam, mengakibatkan
penurunan fungsi ginjal yang progresif dan umumnya berakhir dengan gagal
ginjal. Gangguan pada ginjal juga dapat berupa uremiayang merupakan suatu
sindrom klinik dan laboratorik yang dapat terjadi padasemua organ karena
penurunan fungsi ginjal, dimana terjadi retensi sisa pembuangan metabolisme
protein, di tandai oleh homeostasis cairan yangabnormal dan elektrolit dengan
kekacauan metabolik dan endokrin (Loho et al. 2016)
C. Metodelogi Praktikum
1. Waktu dan tempat
Hari/tanggal : Rabu/4 Oktober 2023
Waktu : 15.15-17.05 WITA
Tempat :Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Terpadu
Universitas Sulawesi Barat.
2. Alat dan bahan
a. Alat
1) Tabung reaksi
2) Rak tabung reaksi
3) Penjepit
4) Stopwatch
5) Bunsen
6) Gelas kimia
7) Pipet tetes
8) Termometer
DAFTAR PUSTAKA

Khairunnisa. 2018. Gambaran hasil pemeriksaan urine. Jurnal kedokteran, 4(2),


27-37.
Panjaitan. 2014. Pembuatan histogram dan pola data warna urine berdasarkan
urinalisis menggunakan minim PC. Jurnal resti, 2(3), 722-727.
Izzahet. 2013. Pengaruh penundaan waktu terhadap hasil urinalisis sedimen urin.
Jurnal As Syifa 3 (2), 49-52
Wahyudi. 2016. Arti Klinis Urinalisis Pada Penyakit Ginjal. Jurnal Kesehatan 5 (3)
50-55.
Widyaningrum. 2013. Pemprosesan citra digital dalam klasifikasi dalam klasifikasi
hasil urinalisis menggunakan kamera smartphone. Jurnal informatika dan
elektronik, 2(1), 10-15.
Yulianna. 2015. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan, Penerbit Populer Obor:
Jakarta
A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan
hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh
dan lingkungannya melalui mekanisme pengaturan tekanan osmose. Proses
osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh
dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak
air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air,
maka sel akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda
sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau
organisme hidup (Rosdiana, 2018).
Untuk organisme akuatik, proses tersebut digunakan sebagai langkah
untuk menyeimbangkan tekanan osmose antara substansi dalam tubuhnya
dengan lingkungan melalui sel yang permeabel. Dengan demikian, semakin
jauh perbedaan tekanan osmotik antara tubuh dan lingkungan, semakin
banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk melakukan
osmoregulasi sebagai upaya adaptasi, hingga batas tolerans yang
dimilikinya. Oleh karena itu, pengetahuan tentang osmoregulasi sangat
penting dalam mengelola kualitas air media pemeliharaan, terutama
salinitas. Hal ini karena dalam osmoregulasi, proses regulasi terjadi melalui
konsentrasi ion dan air di dalam tubuh dengan kondisi dalam lingkungan
hidupnya (Mawar, 2016).
2. Tujuan Praktikum
a. Untuk mengetahui indikator-indikator perubahan fisiologi dan
tingkah laku hewan aquatis akibat gangguan osmoregulasi
b. Untuk mengidentifikasi efek peningkatan salinitas terhadap
osmoregulasi ikan tawar
3. Manfaat Praktikum
a. Mahasiswa dapat mengetahui indikator-indikator perubahan fisiologi
dan tingkah laku hewan aquatis akibat gangguan osmoregulasi
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi efek peningkatan salinitas
terhadap osmoregulasi ikan tawar
B. Tinjauan pustaka
Osmoregulasi adalah proses pengaturan keseimbangan air dan garam dalam
tubuh. Konsentrasi air dan garam dalam lingkungan air tempat ikan hidup dapat
bervariasi secara signifikan. Ikan memiliki mekanisme osmoregulasi yang
kompleks untuk mempertahankan keseimbangan osmotik yang tepat dalam
tubuhnya. Osmoregulasi menjaga keseimbangan antara jumlah air dan zat
terlarut yang ada di dalam tubuh. Proses ini dilakukan untuk mempertahankan
keseimbangan antara jumlah air dan zat terlarut pada tingkatan yang tepat
karenaadanya perbedaan konsentrasi. Proses inti dalam osmoregulasi yaitu
osmosis atau pergerakan air dari cairan yang mempunyai kandungan air lebih
tinggimenuju ke yang lebih rendah. Berdasarkankonsentrasi osmotik, suatu
cairan dapat dibedakan menjadi hipoosmotik, isoosmotik dan hiperosmotik.
Hipoosmotik adalah cairan yang konsentrasi osmotiknya lebihrendah
dibandingkan lingkungannya.Isoosmotik adalah cairan yang
konsentrasiosmotiknya sama dengan lingkungannya. Hiperosmotik adalah
cairan yang konsentrasi osmotiknya lebih tinggi dibandingkan lingkungannya
(Susilo, 2019)
Osmoregulasi pada ikan air tawar melibatkan upaya untumempertahankan
keseimbangan air dan garam dalam tubuhnya saat hidup dalam lingkungan
dengan konsentrasi garam yang rendah. Ikan air tawar hidup dalam lingkungan
dengan konsentrasi garam yang lebih rendah daripada tubuhnya. Untuk menjaga
keseimbangan osmotik, ikan ini menghadapi dua tantangan utama: penyerapan
air berlebih dan kehilangan garam. Ikan air tawar juga memiliki kemampuan
untuk mengeluarkan kelebihan garam melalui urin dan sedikit melalui kulit
(Mirwandi, 2019).
Penyerapan Air ikan air tawar cenderung menyerap air melalui proses
osmosis melalui insang, kulit, dan selaput lendir mereka. Sel-sel tubuh ikan
memiliki konsentrasi garam yang lebih tinggi daripada air sekitarnya, sehingga
air dengan cara mengeluarkan Urine yang Encer: Ikan air tawar memiliki ginjal
yang efisien dalam membuang air berlebih dari tubuh mereka. Ginjal ini
menghasilkan urine yang sangat encer, sehingga air yang diserap oleh ikan dapat
dikeluarkan dengan cepat.bIkan air tawar juga memiliki kemampuan untuk
menyerap garam dari lingkungan melalui insang dan membran tubuh mereka.
Ikan ini menggunakan protein khusus dalam insang yang disebut Na+/K+-
ATPase untuk mengambil ion-ion natrium dari air sekitar dan menggantikannya
dengan ion kalium dalam tubuh ikan.Ekskresi Garam: Ikan air tawar juga
mengeluarkan kelebihan garam melalui urine dan sedikit melalui kulit. Ginjal
ikan mengatur tingkat ekskresi garam tergantung pada kondisi lingkungan dan
keseimbangan osmotik tubuh (Rahmania, 2014).
C. Metodelogi Praktikum
1. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Rabu/25 oktober 2023
Waktu : 15.00-17.00 WITA
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi Universitas Sulawesi Barat
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Wadah ikan (akuarium mini)
2) Gelas ukur
3) Pipet tetes
4) Pinset
5) Stopwatch
6) Timbangan
b. Bahan
1) Ikan air tawar (6-10 cm)
2) Kertas label
3) Air ledeng
4) Larutan NaCl konsentrasi 0.5% dan 5
DAFTAR PUSTAKA

Rosdiana. 2018. Aktivitas ormoregulasi dan energenetik pada ikan yang


dipelihara dalam lingkungan bersalinitas. Jurnal media akuakultur, 7(1), 44-
51.
Mawar. 2016. Buku ajar fisiologi hewan. Pekanbaru: FKIP Universitas Riau
Susilo, 2019. Anatomi dan Fiologi Hewan dalam perspektif unity of science.
Semarang: Alinea media depantara.
Mirwandi, 2019. Osmoregulasi hewan akuatis. Jurnal biologi, 20(2), 122-129
Rahmania, 2014. Berita biologi. Jurnal ilmu hayati, 19(1), 113-124

Anda mungkin juga menyukai