HamaTanamanPerkebunan YPMZ2
HamaTanamanPerkebunan YPMZ2
net/publication/372676537
CITATIONS READS
0 1,110
7 authors, including:
All content following this page was uploaded by Penerbit Muhammad Zaini on 27 July 2023.
Sutiharni
Nurul Chairiyah
Sri Wahyuni
Wilyus
Lutfi Afifah
Nurmaisah
Sutiharni
Suhartini Azis
Randi Syafutra
Hayata
Editor
Araz Meilin
HAMA UTAMA TANAMAN PERKEBUNAN
Penulis:
Sutiharni; Nurul Chairiyah; Sri Wahyuni; Wilyus; Lutfi Afifah;
Nurmaisah; Sutiharni; Suhartini Azis; Randi Syafutra; Hayata
Editor:
Araz Meilin
Penyunting:
Nanda Saputra, M.Pd.
ISBN: 978-623-8065-49-3
Cetakan: Juni 2023
Ukuran: A5 (14 x 20 cm)
Halaman: viii + 235 Lembar
Penerbit:
Yayasan Penerbit Muhammad Zaini
Anggota IKAPI (026/DIA/2021)
Redaksi:
Jalan Kompleks Pelajar Tijue
Desa Baroh Kec. Pidie
Kab. Pidie Provinsi Aceh
No. Hp: 085277711539
Email: penerbitzaini101@gmail.com
Website: https://penerbitzaini.com/
Tim Penulis
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Keterangan:
Pangsa terhadap output nasional
Pangsa terhadap output pertanian, kehutanan, dan perikanan
Gambar 1. Perkembangan Pangsa Produk Domestik
Bruto (PDB) Subsektor Perkebunan
(Sumber: Badan Pusat Statistik, 2021)
2. Filum Moluska
Filum Moluska merupakan hewan triploblastik
selomata yang bertubuh lunak, bercangkang maupun
tidak bercangkang, tidak berkaki, dan tubuhnya tidak dapat
dibedakan menjadi kepala, dada, dan perut. hama terdiri
atas keong bercangkang (snail) dan tidak bercangkang
(slug) yang tergolong ordo Pulmonata dan sub-ordo
Stylomatophora. Cangkang digunakan sebagai tempat
menyembunyikan tubuh lunaknya bila terjadi gangguan.
Keong berbiak dengan telur yang diletakkannya dalam
jumlah besar pada celah-celah tanah, di bawah serasah,
atau di tempat-tempat tersembunyi lainnya. Telur menetas
sebagai larva akuatik atau semi-akuatik yang disebut
trokofora (trochophore). Trokofora selanjutnya berkembang
menjadi veliger yang pada keong bercangkang ditandai
dengan mulai terbentuknya cangkang.
(a) (b)
Gambar 5. Filum Moluska (a). bekicot Achatina fulica
dan (b) Siput Semak Bradybaena similaris (Ferussac)
Sumber: https://mplk.politanikoe.ac.id/index.php/siput- atau-bekicot-
hama
3. Filum Arthropoda
Filum Arthropoda (hewan beruas, arthropods) terdiri
atas hewan dengan tubuh bagian luar mengeras dan
a. Ordo Coleoptera
b. Ordo Lepidoptera
c. Ordo Orthoptera
d. Ordo Isoptera
A. Definisi Ekosistem
Ekosistem merupakan unit struktural dan fungsional
ekologi tempat organisme hidup berinteraksi satu
sama lain dan lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain,
ekosistem adalah rantai interaksi antara organisme dan
lingkungannya. Berdasarkan informasi lainnya, ekosistem
dapat dikatakan sebagai area geografis yang terdiri dari
komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik meliputi
tanaman, hewan, dan organisme lainnya. Komponen
abiotik meliputi batuan, suhu, dan kelembaban (Hartono,
2019; National Geographic, 2023).
Komponen biotik dan abiotik saling mempengaruhi
dan bergantung pada setiap faktor lainnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Interaksi antara
komponen ini juga melibatkan aliran energi dan siklus
materi. Jika terdapat satu atau dua jenis organisme
mengalami kepunahan, maka akan terdapat gangguan
dalam aliran energi maupun siklus materi. Oleh karena itu
dapat dikatakan apabila ada perubahan lingkungan, maka
akan ada organisme yang mengalami kepunahan ataupun
terjadi pertumbuhan populasi yang tidak seimbang.
A. Defenisi Hama
Hama (pest) secara luas diartikan sebagai organisme
pengganggu tanaman dari golongan hewan perusak
tanaman, patogen penyebab penyakit dan gulma
pengganggu tanaman atau dengan kata lain, semua
mahluk hidup yang mampu merusak tanaman dan
menimbulkan kerugian secara ekonomi. Namun dalam
B. Status Hama
Secara alamiah aktivitas mahluk hidup seperti makan,
berkembang biak dan tinggal dalam suatu ekosistem
adalah sebuah upaya dalam menyumbangkan aliran energi
kepada lingkungan agar alur energi dalam ekosistem
tetap berjalan dan seimbang. Hama atau binatang yang
digolongkan sebagai hama menempati urutan sebagai
konsumen tingkat 1 atau yang biasa disebut dengan hewan
herbivora (pemakan tumbuhan). Peran herbivora dalam
siklus ekosistem sebagai pengendali populasi produsen
(tumbuhan) dan keberadaan herbivora juga sangat
menentukan kelangsungan hidup konsumen pada trofi
yang lebih tinggi lainya. Namun dalam perkembangannya,
manusia sebagai penentu dalam keberlanjutan ekosistem
berdasarkan cara pengelolaannya menjadikan manusia
mampu mengeksploitasi tatanan komponen penyusun
dalam ekosistem sesuai dengan keinginan dan
kebutuhannya. Oleh sebab itu, kemunculan mahluk hidup
dalam suatu ekosistem dengan predikat sebagai perusak
tanaman yang dibudidayakan bermula dan berasal dari
adanya kepentingan manusia.
Beberapa peneliti dan para ahli menggolongkan status
hama berdasarkan beberapa aspeksebagai berikut :
A. Pendahuluan
Berdasarkan data dari FAO tahun 2014 – 2018
Indonesia merupakan negara terdepan sebagai produsen
kelapa dunia, dari 93 negara penghasil kelapa dunia, dikuti
oleh Filipina, India, Sri langka dan Brazil. Rata-rata produksi
kelapa Indonesia 18,04 juta ton kelapa butir, berkontribusi
sebesar 29,69% terhadap produksi kelapa dunia (Anwar,
2021).
Di Indonesia tanaman kelapa tersebar di semua
provinsi. Areal Tanaman kelapa terluas berada di Provinsi
Riau, diikuti berturut turut oleh Sulawesi Utara, Jawa Timur,
Sulawesi Tenggara, Jawa Tengah, Maluku Utara, Jawa
Barat, Nusa Tenggara Timur, Jambi dan Maluku. (Direktrat
Jenderal Perkebunan, 2021)
Rata-rata produksi per ha bervariasi antara berbagai
daerah berkisar antara 0,478 ton/ha sampai 1,042 ton/
ha. Rendahnya rata-rata produksi pada beberapa daerah
disebabkan oleh berbagai faktor pembatas produksi,
seperti hama tanaman. Dalam tulisan ini dijelaskan
berbagai hama penting pada tanaman kelapa.
Gambar 4.7a. Telur (a), nimfa (b) dan dewasa (c) dan
dewasa betina (d) S. nubila (Alouw dan Hosang, 2016).
A. Tungau Oligonychus sp
Oligonychus sp. Oligonychus sp. (Arachnida: Acari:
Tetranychidae) adalah salah satu genus tungau pada
famili Tetranychidae. Banyak spesies dalam famili ini yang
menjadi hama tanaman, lebih dari 200 spesies yang telah
dideskripsikan. Tungau yang menyerang tanaman kelapa
sawit adalah tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang
adalah daun. Serangan tungau merah menyebabkan daun
berubah warna menjadi kuning coklat berkarat atau jingga.
Tungau ini berukuran 0,5 mm. Imago betina dari tungau ini
berbentuk bulat elips sedangkan imago jantan membulat
dan menyempit pada bagian posterior (Gambar 2).
Daur hidup.
Kumbang betina menggerek ke dalam biji kopi dan
bertelur sekitar 30-50 butir. Telur menetas menjadi larva
yang menggerek biji kopi. Larva menjadi kepompong
didalam biji. Dewasa (kumbang) keluar dari kepompong.
Jantan dan betina kawin di dalam buah kopi, kemudian
sebagian betina terbang ke buah lain untuk masuk, lalu
bertelur lagi. Jantan tidak bisa terbang sehingga tetap di
dalam buah tempat lahirnya sepanjang hidup.
Gejala serangan
Menurut Drizd (2003), aktivitas larva ketika makan
jamur tersebut menyebabkan rusaknya jaringan tanaman
pada lubang, sehingga mengakibatkan semakin lebar dan
panjangnya lubang gerek. Serangan X. compactus ditandai
oleh adanya lubang gerek berdiameter sekitar 1-2 mm
pada permukaan cabang tanaman kopi. Lubang gerek ini
menuju ke bagian dalam ranting hingga mencapai panjang
20-50 mm. Lubang gerek dibuat oleh X. compactus betina
dewasa sebagai tempat tinggalnya. Setelah menggerek,
serangga betina meletakkan telur dalam lubang tersebut
Daur hidup
Sebagian besar siklus hidup hama ini yang hidup di
dalam batang atau cabang tanaman, Betina bertelur di
(a) (b)
Gambar 8. Coccus viridis: (a). nimfa; (b) imago (kutu
dewasa) (Harni et al., 2015)
Gejala Serangan
Berdasarkan kajian yang diuraikan oleh Harni et al.,
2015 bahwa kutu hijau menyerang tanaman kopi dengan
cara mengisap cairan daun dan cabang yang masih hijau
sehingga menyebabkan daun menguning dan mengering.
Kutu ini biasanya menggerombol dan tinggal di permukaan
bawah daun, terutama pada tulang daun. Daun atau
ranting-ranting muda yang terserang, terutama permukaan
bawah daun ditumbuhi jamur embun jelaga (Capnodium
sp.) berwarna hitam. yang akan menutup daun kopi pada
pembibitan. Selain menutupi daun, embun jelaga juga
akan menutupi buah kopi sehingga akan mempengaruhi
proses asimilasi., menyebabkan gangguan fotosintesis dan
terhambatnya pertumbuhan tanaman.
Kutu tempurung juga menyerang tunas di bagian
bawah daun, terutama dekat tulang daun dan buah muda.
hidup berkelompok di pangkal daun, tampak kutu kecil
Daur hidup
Betina dapat menghasilkan 200-450 telur. Telur
menetas dan menjadi nimfa, yang mengisap cairan
tanaman. Setelah ganti kulit beberapa kali, nimfa menjadi
dewasa. Bentuk betina dan jantan dewasa cukup berbeda.
Betina berbentuk oval dengan banyak lilin putih pada
badannya; sebagian lilin ini seperti benang, juga ada
ekor dari lilin tersebut (lihat foto di kanan). Betina tidak
(c) (d)
Gambar 8.3. Siklus Hidup Hama Penggerek Buah Kakao
(Conopomorpha cramerella Snellen) (a) Telur; (b) Larva;
(c) Pupa; dan (d) Ngengat
(Sumber: Maya et al., 2006)
(d) (e)
Gambar 8.5. Hama Penggerek Cabang (Zeuzera coffeae)
(a) Larva; (b) Pupa; (c) Kerusakan pada Permukaan; (d)
Liang Gerekan di permukaan; dan Liang Gerekan di
dalam Batang (e)
(Sumber: Lestari & Purnomo, 2018)
A. Pendahuluan
Tanaman teh (Camelia sinensis) merupakan komoditas
perkebunan yang memiliki peranan strategis bagi Indonesia
karena menyumbang devisa melalui ekspor dan menyerap
tenaga kerja yang besar (A. A. Pradana, 2016). Bahkan
Indonesia saat ini telah menjadi produsen teh terbesar ke
tujuh dunia setelah China, India, Kenya, Sri Lanka, Turki,
dan Vietnam (Ditjenbun Kementan RI, 2021). Walaupun
merupakan tanaman tahunan asal daerah subtropis,
tanaman teh dapat tumbuh dengan baik di Indonesia
khususnya pada daerah pegunungan dengan kriteria:
(1) suhu udara yang sejuk sekitar 13°C sampai 25°C, (2)
kelembaban relatif pada siang hari tidak kurang dari 70%,
(3) cahaya matahari yang cerah, (4) curah hujan tahunan
tidak kurang dari 2000 mm, serta (5) tanah yang subur
dan tidak bercadas (Rahmah, 2022). Awal mula tanaman
teh yang ditanam di Indonesia merupakan tanaman teh
varietas sinensis asal China. Pada tahun 1877, tanaman teh
varietas assamica asal Sri Lanka didatangkan dan ditanam
di perkebunan Gambung, Jawa Barat yang nantinya
menjadi Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK). Tanaman
176
Hama Utama Tanaman PBN PBS
Teh Gejala Serangan Hama Utama PR Desa PTPN VIII PT
Nama Nama Tanaman Teh Cirumput Gunung Sinar
Umum Ilmiah Mas Inesco
Ulat Hyposidra Daun teh berlubang, umumnya mulai V V
Jengkal talaca dari bagian pinggir daun kemudian
meluas atau lubang-lubang pada
permukaan daun. Serangan berat hama
ini dapat menyisakan tulang daun saja.
Kepik Helopeltis Permukaan daun dipenuhi bercak- V V
Penghisap antonii bercak cokelat sirkular, daun mengerut,
Daun dan mengering.
GLOSARIUM
Artropoda : filum hewan tanpa tulang belakang yang
memiliki badan beruas-ruas, seperti
kepiting, udang, serangga, dan kelabang
Hama : hewan yang mengganggu produksi
pertanian seperti babi hutan, tupai, tikus,
dan terutama serangga
Hortikultura : seluk-beluk kegiatan atau seni bercocok
tanam sayur-sayuran, buah-buahan, atau
tanaman hias
Imago : stadium dewasa sesudah metamorfosa
serangga
Konvensional: berdasarkan konvensi (kesepakatan) umum
(seperti adat, kebiasaan, kelaziman)
2. Penggerek Pucuk
Penggerek pucuk tebu (S. nivella). Telur penggerek
pucuk mulai ditemukan pada tanaman tebu berumur 1,5
bulan. Gejala serangan penggerek pucuk baru terlihat pada
tanaman tebu berumur 2 bulan. Telur diletakkan secara
berkelompok di permukaan atas atau permukaan bawah
daun. Kelompok telur ditutupi oleh sisik berwarna coklat
kekuningan yang berasal dari abdomen imago betina
(Gambar 2a). Larva yang baru menetas bergerak menuju
daun yang masih muda dengan cara menggantung pada
benang-benang halus yang dikeluarkan dari mulutnya.
Larva akan menggerek daun dan menuju ibu tulang
daun, larva menggerek menuju titik tumbuh batang dan
menembus batang. Larva dapat menembus batang tebu
sampai 3 atau 4 ruas teratas. Selama perkembangannya
3. Tikus
Tikus merupakan salah satu hama utama di perkebunan
tebu terutama perkebunan rakyat (PR). Pada lokasi
pertanaman tebu yang berdekatan dengan persawahan,
umumnya serangan tikus terjadi setelah panen padi
berakhir. Beberapa jenis hama tikus yang dikenal merusak
tanaman tebu (Gambar 3) adalah tikus wirok (Bandicota
indica), tikus yang sering ditemui di pesawahan (Rattus
argentiventer, R. exulans dan R. nitidus) (Wibawanti 2019
dalam (Muliasari & Trilaksono, 2020).
A Blooming 37
Abiotik 12, 27, 28, 31 Braconidae 180
Acrocercops Cranerella 156 Burung iv, 14, 16
Adoxophyes sp. 177, 178, 180
C
Afdeling 172, 174
Callosciurus Notatus 16, 156
Agroekosistem 13, 14, 31, 33,
Caloptilia Theivora 177, 178
34, 212
Camelia Sinensis 171
Agroforestry 59, 60, 63
Cendawan 11, 100, 103, 108,
agronomi 34
129, 226
Agronomi 211, 223, 224
Chilo Auricilius 183
Aliran Energi 27, 46, 47, 56
Chilo Saccharariphagus 183
Ambrosia 126, 127, 129, 131,
Chordata 12, 15, 17, 18, 45
132, 133
Chrysomelidae 21, 210, 216
Anagrus sp. 181
Coleoptera 20, 21, 101, 123,
Anoplolepis Gracilipes 181
126, 200, 204, 205, 209,
Anoxic 37 210, 216, 218
Antroposentrik 44, 63 Conopomorpha Cramerella 156,
Arthropoda 12, 13, 19, 20, 21, 157, 214, 217, 218
22, 23, 45, 107 Crysomelidae 156, 164, 165
Artropoda 180, 181 Curculionidae 21
B D
Bandicota Indica 188 Darna Trima 97, 98
Betina 15, 23, 95, 99, 104, 116, Dasychira Inclusa 156
123, 124, 125, 126, 127,
Dekomposisi 28, 34, 41
128, 129, 130, 131, 132,
133, 134, 137, 138, 141, Denitrifikasi 36
142, 143 Diversitas 39
Biotik 11, 27, 28, 31
T
Tembaga 178
Tembaga Hidroksida 178
Tettigoniidae 23, 200
Tikus iv, 12, 15, 16, 117
Tirathaba Mundella 104, 105,
203
Toksisitas 33
Trichogramma Chilonis 197
Trofi 46, 56
Trofik 40
Tundra 29, 42
Tungau 95, 96, 107, 215
U
Ulat Api 97, 203
V
Varietas 40, 42, 61, 119, 171,
172, 182, 216
Vegetasi 42
Vertebrata 11, 13, 15, 16
X
Xylem 135, 161, 169
Z
Zeuzera Coffeae 133, 134, 136,
156, 160, 161, 162