Desa Wisata Bira Tengah, berlokasi di Kabupaten Sampang, Jawa Timur, terletak di
kecamatan Sokobanah. Secara topografi, desa ini memiliki dataran rendah, bukit, pantai, dan
aliran sungai. Luasnya mencapai 99.300 ha/m2, dengan tinggi tempat 4 mdl. Terbatas oleh
desa tetangga, di utara berbatasan dengan Pulau Jawa, barat dengan Desa Pangerreman,
selatan dengan Desa Bira Timur, dan timur dengan Desa Bira Timur.
Pengembangan wisata di Desa Bira Tengah fokus pada daya saing objek wisata, bertujuan
memberdayakan masyarakat secara internal dan universal. Salah satu objek wisata terkenal
adalah Pantai Lon Malang, menawarkan pasir putih yang indah dan kehijauan pohon cemara
sepanjang pantai. Pantai Lon Malang didirikan pada 24 Juni 2016 dan beroperasi sejak tahun
2018.
Tujuan utama dari perkembangan wisata ini adalah mengurangi pengangguran dan
memberdayakan masyarakat lokal, termasuk para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Desa Bira
Tengah. Jarak desa ini sekitar 53 km dari pusat kota Sampang, dapat dicapai dalam kira-kira
1 jam 30 menit menggunakan kendaraan bermotor seperti mobil.
Sumber : https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/bira_tengah
DIGITALISASI PARIWISATA
Digitalisasi pariwisata merupakan penerapan teknologi digital dan platfrom online dalam
industri pariwisata untuk memfasilitasi, meningkatkan, dan mengelola pengalaman
wisatawan serta infrastuktur destinasi. Hal ini melibatkan penggunaan teknologi dan
komunikasi dalam berbagai aspek pariwisata, termasuk pemasaran, distribusi informasi,
pemesanan, pengalaman wisatawan,dan manajemen destinasi.
Desa Bira Tengah, sebagai destinasi pariwisata yang menjanjikan, mengalami perubahan
signifikan melalui digitalisasi dalam upaya meningkatkan daya tarik wisata, memperluas
jangkauan, dan memberdayakan komunitas. Digitalisasi telah memungkinkan Desa Bira
Tengah untuk memiliki situs web resmi, aplikasi seluler, dan keberadaan aktif di media sosial.
Hal ini memperluas jangkauan pemasaran dan memperkenalkan destinasi ini kepada khalayak
yang lebih luas, meningkatkan minat wisatawan.
Salah satu contoh media promosi yang sangat menjanjikan adalah Instagram. Instgram
pertama kali muncul ke dunia pada tanggal 6 oktober 2010 yang di rancang oleh Kevin
Systrom dan Mike Krieger. Instagram adalah aplikasi berbagi foto , menerapkan filter digital
dan berbagi dengan berbagai layanan jejaring sosial lain dan termasuk instagram itu sendiri.
Laporan We Are Social tahun 2020 menyebutkan ada 175,4 juta pengguna internet di
Indonesia. Berdasarkan total populasi Indonesia yang berjumlah 272,1 juta jiwa, maka dapat
dikatakan bahwa 64% penduduk Indonesia telah merasakan akses ke dunia maya. Dalam
laporan tersebut juga diketahui bahwa 160 juta dari pengguna internet adalah pengguna aktif
media sosial (Haryanto, 2020). Data dari Annur (2020) juga menyebutkan pengguna
terbanyak media sosial di Indonesia berdasarkan usia dan gender adalah usia 25 – 34 tahun,
bersumber dari data statistika 2020. Dengan 64 % pengguna Instagram di Indonesia dan rata-
rata orang Indonesia mengakses internet yaitu 8 jam 52 menit setiap hari nya, maka sangat
menjanjikan mempromosikan Desa Wisata Bira Tengah melalui Instagram.
Salah satu fokus Desa Wisata Bira Tengah dalam mempromosikan destinasi nya melalui
Instagram yaitu Pantai Lon Malang yang terletak di Desa Bira Tengah, Kecamatan
Sokobanah, Kabupaten Sampang. Lokasi nya berada di jalur Pantai Utara Madura (Pantura).
Pantai Lon Malang menjadi daya Tarik sendiri bagi wisatawan lokal di karenakan memiliki
pasir putih yang indah serta dalam perjalanan menuju lokasi akan melewati keindahaan
pinggir laut. Menurut beberapa wisatawan yang sudah pernah kesana wisata Pantai Lon
Malang berdekatan dengan air terjun Toroan yang bisa di tempuh dalam waktu 30 menit dari
Kabupaten Bangkalan. Menurut wisatawan Pantai ini pemandangan nya tidak seindah
sekarang, Pantai Lon Malang dulu nya Kawasan pesisir yang tidak terawat dan banyak
Semak belukar sampai akhirnya menjadi salah satu wisata terindah untuk warga lokal dan
bahkan setiap minggunya Pantai Lon Malang di penuhi pengunjung lokal dan luar.
Kesimpulan
Pengembangan wisata Pantai Lon Malang telah menerapkan prinsip Community Based
Tourism. Pada prinsip Community Based Tourism yang pertama yakni adanya keterlibatan
anggota komunitas atau masyarakat dalam kegiatan pariwisata juga telah diterapkan hal ini
tercermin dari pelibatan masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan juga
evaluasi kemudian juga adanya lembaga swadaya masyarakat seperti POKDARWIS Putra
Lon Malang yang mengelola wisata Pantai Lon Malang dan BUMDes Mitra Mandiri yang
mengelola keuangan wisata Pantai Lon Malang. Pada prinsip keberlanjutan lingkungan
hidup, pengelola juga telah melaksanakan gotong royong dan kerja bakti di area wisata
dengan melakukan pembersihan dan penanaman pohon cemara serta pemberian tempat
sampah yang sesuai dengan jenis sampahnya. Pada prinsip ketiga yakni pelestarian budaya
juga telah dilaksanakan dengan baik, pengelola telah mengupayakan pelestarian budaya
dengan meengadakan kegiatan parade perahu hias dan Rokat Tase’ serta Sapi Sonok di area
wisata Lon Malang denan tujuan untuk pengembangan pariwisata berbasis budaya dan
sebagai sarana promosi wisata. Kemudian pada prinsip keempat yaitu pemerataan pendapatan
juga telah diupayakan oleh pengelola, hal ini tercermin dengan diberikannya kesempatan
kepada masyarakat untuk menjadi tenaga kerja di area wisata dan juga membuka usaha
makanan, minuman, ataupun cenderamata untuk meningkatkan pendapatannya.
Sumber :
Rudiyanto. 2017. “Analisis Potensi Pengembangan Sumber Daya Alam Dalam Meningkatkan
Pendapatan Masyarakat Menurut Ekonomi Islam (Studi Pada Muncak Tropong Laut Kab. Pesawaran).”
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. dan R&D. Bandung. Alfabeta.CV
http://repository.unigal.ac.id/bitstream/handle/123456789/3142/19.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
https://kolomdesa.com/2023/06/26/desa-wisata-bira-tengah-suguhkan-pantai-pasir-putih-
layaknya-di-bali/
DESTINASI PARIWISATA BERKELANJUTAN
Merupakan upaya pembangunan negara yang melibatkan aspek ekonomi, sosial, lingkungan,
dan budaya. Prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan, sebagaimana tercantum dalam Piagam
Pariwisata Berkelanjutan (1995), menekankan dukungan ekologis, kelayakan ekonomi, serta
keadilan etika dan sosial terhadap masyarakat.
Tiga aspek utama pariwisata berkelanjutan mencakup lingkungan, sosial-budaya, dan
ekonomi. Dalam aspek lingkungan, penekanan diberikan pada optimalisasi sumber daya dan
pelestarian ekologi. Sosial-budaya menekankan penghormatan terhadap keaslian budaya
lokal dan kontribusi pada toleransi antar-budaya. Aspek ekonomi melibatkan kegiatan jangka
panjang yang layak dan memberikan manfaat sosial ekonomi kepada semua stakeholder.
Dasar hukum pariwisata, seperti UU No. 10, 2009 tentang Kepariwisataan, menekankan
evaluasi kinerja pariwisata bukan hanya berdasarkan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi,
tetapi juga pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, pelestarian lingkungan, dan
pengembangan budaya.
Komponen utama dalam pariwisata berkelanjutan melibatkan tiga aspek utama: lingkungan,
sosial-budaya, dan ekonomi. Dalam aspek lingkungan, pentingnya optimalisasi sumber daya
alam dan pelestarian ekologi ditekankan. Aspek sosial-budaya mencakup penghormatan
terhadap keaslian budaya lokal dan kontribusi pada peningkatan toleransi antar-budaya.
Sementara itu, dalam aspek ekonomi, fokus pada kegiatan ekonomi jangka panjang yang adil
dan memberikan manfaat sosial ekonomi kepada semua stakeholder.
Dengan dasar hukum pariwisata, evaluasi kinerja pembangunan pariwisata tidak hanya
berdasarkan kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat, pelestarian lingkungan, dan pengembangan budaya. Capaian
pariwisata berkelanjutan diharapkan mencakup kelestarian alam, pengembangan pariwisata
yang terkelola dengan baik, kualitas lingkungan yang terjaga, kepuasan pengunjung, dan
sebaran keuntungan pariwisata dalam masyarakat.
Analisis SWOT pariwisata berkelanjutan Indonesia menyoroti kekuatan dalam
keanekaragaman hayati dan budaya, dukungan politis, serta mengidentifikasi kelemahan
seperti kekurangan pekerjaan layak, degradasi lingkungan, dan pengendalian perencanaan
destinasi. Peluang baru mencakup permintaan pasar untuk pariwisata ramah lingkungan dan
peningkatan kesejahteraan, sementara ancaman terkait kemungkinan marginalisasi akibat
kehilangan kepemilikan lahan dan orientasi berpikir jangka pendek.
Sumber : https://media.neliti.com/media/publications/280735-pembangunan-pariwisata-
berkelanjutan-dal-741c433f.pdf