DISUSUN OLEH:
AHMAD NIZAR
44223068
1 dari 12
DAFTAR ISI
SAMPUL..................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2 dari 12
BAB I
PENDAHULUAN
4 dari 12
BAB II
PEMBAHASAN
Pengunaan kata adjektiva nyata pertama kali diperkenalkan oleh René Descartes
pada abad ke-17, yang bertujuan untuk membedakan akar fungsi nyata dan
imajiner dari polinomial.[1]
Bilangan nyata meliputi bilangan rasional, seperti bilangan bulat 42 dan pecahan
−23/129, dan bilangan irasional, seperti π dan {\displaystyle {\sqrt {2}}}. Bilangan
nyata juga dapat dilambangkan sebagai salah satu titik dalam garis bilangan.[2]
Bilangan nyata dapat dipandang sebagai titik-titik yang terletak di sebuah garis
yang panjangnya tak terhingga, dan garis itu disebut garis bilangan nyata. Garis
bilangan nyata dapat dipandang sebagai bagian dari bidang kompleks, sedangkan
bilangan nyata dapat dipandang sebagai bagian dari bilangan kompleks.Bilangan
nyata dapat dipandang sebagai titik-titik yang terletak di garis bilangan dengan
panjangnya tak terhingga.
5 dari 12
untuk operasi aritmetika dan relasi orde. Definisi-definisi ini ekuivalen dan juga
memenuhi definisi aksiomatik.
Bilangan nyata terbagi menjadi dua yaitu bilangan rasional dan bilangan tidak
rasional. Adapun penjelasan kedua hal tersebut, sebagai berikut.
Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan a
atau b. Dengan a dan b merupakan suatu bilangan bulat serta b tidak sama dengan
0. Untuk simbol bilangan rasional disimbolkan dengan Q.
Bilangan nyata dibagi menjadi beberapa macam yang sering kita temui antara
lain sebagai berikut.
a. Bilangan Nol
Bilangan nol merupakan bilangan yang tidak memiliki nilai kecuali ditambah
dengan bilangan positif, nol (0)
b. Bilangan Asli
Bilangan asli merupakan bilangan positif yang tidak dimulai dari angka nol
melainkan dimulai dari angka satu, seperti {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, …dst}.
c. Bilangan Bulat
Bilangan bulat merupakan himpunan dari bilangan negatif, bilangan nol dan
bilangan positif, seperti {…, -7, -6, -5, -4, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, …dst}.
d. Bilangan Cacah
Bilangan cacah merupakan himpunan dari bilangan nol dan bilangan positif
atau lebih mudahnya bilangan cacah merupakan bilangan yang dimulai dari nol,
seperti {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, …dst}.
e. Bilangan Prima
Bilangan prima merupakan bilangan yang tidak dapat dibagi oleh bilangan
lain kecuali satu dan bilangan itu sendiri, seperti {2, 3, 5, 7, 11, 13 …dst}.
6 dari 12
f. Bilangan Pecahan
Bilangan pecahan merupakan bilangan yang dinyatakan dalam bentuk n/m
dimana n sebagai pembilang dan m sebagai penyebut yang merupakan bilangan
bulat yang tidak sama dengan nol (b ≠ 0), seperti {⅓, ⅔, ⅛, ⅝, …dst}.
g. Bilangan Rasional
Bilangan rasional merupakan bilangan yang ditulis dalam bentuk n/m
posisinya sama dengan bilangan pecahan dimana n dan m merupakan bilangan
bulat yang tidak sama dengan nol (b ≠ 0), seperti {⅓, ⅔, ⅛, ⅝, …dst}.
h. Bilangan Irasional
Bilangan irasional merupakan bilangan yang tidak dapat dijadikan sebagai
bilangan pecahan, seperti {√2, √3, √5, √6, √7, …dst} √9 bukan merupakan
bilangan irasional karena √9 = 3.
i. Bilangan Nyata
Bilangan nyata merupakan himpunan bilangan gabungan dari bilangan
rasional dan bilangan irasional, seperti {0, 1, ¼, ⅔, √2, √5, …dst}.
j. Bilangan Positif
Bilangan potifit merupakan bilangan yang memiliki nilai positif selain nol,
seperti {13, 14, 15, 16, 17, 18, …dst}.
k. Bilangan Negatif
Bilangan negatif merupakan bilangan yang memiliki nilai negatif selain nol,
seperti {-7, -6, -29, -3, -8, …dst}.
l. Bilangan Genap
Bilangan genap merupakan bilangan yang akan habis jika dibagi dengan angka
dua, seperti {2, 4, 6, 8, 10, 12, …dst}.
m. Bilangan Ganjil
Bilangan ganjil merupakan bilangan yang jika dibagi dua akan tersisa satu atau
biasa menggunakan 2n-1 dimana n merupakan bilangan bulat, seperti {-1, 1, 3, 5,
7, 9, …dst}.
n. Bilangan Komposit
Bilangan komposit merupakan bilangan asli yang lebih dari satu namun tidak
termasuk bilangan prima, seperti {4, 6, 8, 9, 10, 12, …dst}.
7 dari 12
o. Bilangan Riil
Bilangan riil merupakan bilangan yang dapat ditulis dalam bentuk desimal,
seperti {5/8, log 10, …dsb}.
p. Bilangan Imajiner
Bilangan imajiner merupakan bilangan i yang merupakan lambang bilangan
baru bersifat i2 = -1, seperti {i, 3i, 4i, …dst}.
q. Bilangan Kompleks
Bilangan kompleks merupakan bilangan yang memiliki anggota a + bi dimana
a,b ϵ R, i2 = -1, a merupakan bilangan riil sedangkan b merupakan bilangan
imajiner, seperti { 2 – 3i, 8 + 2, …dsb}.
r. Bilangan Kuadrat
Bilangan kuadrat merupakan bilangan yang dihasilkan dari perkalian suatu
bilangan dengan bilangan itu sendiri sebanyak dua kali yang disimbolkan dengan
pangkat dua, seperti {22, 32, 42, 52, 62, …dst}.
s. Bilangan Romawi
Bilangan romawi merupakan bilangan yang angkanya berasal dari romawi kuno
melambangkan angka numerik, seperti {I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI,
…dst} angka tersebut merupakan {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, …dst}.
9 dari 12
Berdasarkan pengertian bilangan imajiner di atas, kita dapat menghasilkan pola
teratur dalam perpangkatan angka imajiner dan bilangan bulat
4. Penafsiran Geometri
Dalam geometri, bilangan imajiner dilambangkan sebagai titik-titik pada
sumbu vertikal pada bidang bilangan kompleks, digambarkan secara tegak lurus
terhadap sumbu bilangan real. Satu cara untuk melihat bilangan-bilangan imajiner
adalah dengan membayangkan suatu garis bilangan, bertambah secara positif ke
sebelah kanan dan bertambah negatif ke sebelah kiri, kemudian pada titik nol "O"
garis yang dapat dipandang sebagai sumbu-x, suatu sumbu-y dapat digambarkan
sebagai suatu garis tegak lurus yang bertambah "positif" (bilangan imajiner
bertambah positif) ke arah atas, dan bertambah negatif (demikian pula dengan
bilangan imajiner) ke arah bawah. Sumbu vertikal ini sering disebut "sumbu
bilangan imajiner" dan dilambangkan dengan iℝ , {\displaystyle \scriptstyle \
mathbb {I} }, atau ℑ.
Dalam representasi ini, perkalian dengan –1 berhubungan dengan suatu rotasi 180
derajat mengelilingi titik nol. Perkalian dengan i berhubungan dengan rotasi 90
10 dari 12
derajat pada arah "positif" (yaitu, berlawanan dengan jarum jam), dan persamaan
i2 = −1 ditafsirkan sebagai pernyataan bahwa jika diterapkan dua rotasi 90 derajat
mengelilingi titik nol, maka hasil akhirnya adalah suatu rotasi tunggal 180 derajat.
Perhatian bahwa rotasi 90 derajat pada arah "negatif" (yaitu searah jarum jam)
juga memenuhi penafsiran ini. Hal ini mencerminkan fakta bahwa −i juga
memecahkan persamaan x2 = −1. Pada umumnya, perkalian dengan suatu bilangan
kompleks sama dengan rotasi mengelilingi titik nol oleh argument bilangan
kompleks itu, diikuti dengan perubahan skala besarannya.
11 dari 12
DAFTAR PUSTAKA
Byju. 2023. Angka Imajiner. https://byjus-com.translate.goog/maths/imaginary-
numbers/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
12 dari 12