BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SARI ASIH AR-RAHMAH TENTANG
KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT ISLAM
SARI ASIH AR-RAHMAH
KEDUA : Kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) Rumah Sakit Islam Sari Asih Ar-
Rahmah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini
KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan kebijakan pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI) Rumah Sakit Islam Sari Asih Ar-Rahmah dilaksanakan oleh
direktur Rumah Sakit Islam Sari Asih Ar-Rahmah.
KEEMPAT : Kepala kebijakan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi wajib
mensosialisasikan keputusan ini ke seluruh karyawan di unit pelayanan Rumah Sakit
Islam Sari Asih Ar-Rahmah
KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di : Tangerang
Pada Tanggal : 30 Maret 2023
8 Ramadhan 1444 H
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RS ISLAM SARI ASIH AR-RAHMAH
NOMOR : 020/PER/PPI/RSISAA/III/2023
TENTANG
KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
A. KEBIJAKAN UMUM
1. Pelayanan rumah sakit dilaksanakan selama 24 jam setiap hari, kecuali beberapa unit pelayanan
tertentu
2. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu dilandasi dengan kasih sayang,
tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, dan memperhatikan mereka yang lemah dan
kurang mendapat perhatian (option for the poor).
3. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berfokus pada pasien (patient
centeredness) dengan melaksanakan akses ke pelayanan dan kontinuitas pelayanan, memenuhi
hak pasien dan keluarga, asesmen pasien, pemberian pelayanan pasien, serta memberikan
edukasi kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
4. Pelayanan kamar operasi dilaksanakan dalam jam kerja, dan dilanjutkan dengan sistem on call.
6. Setiap unit pelayanan harus menjalankan kewaspadaan universal melalui kegiatan pencegahan
dan pengendalian infeksi yang menjangkau setiap pelayanan di rumah sakit dan melibatkan
berbagai individu
7. Seluruh staf rumah sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman/panduan dan
standar prosedur opersional yang berlaku, serta sesuai dengan etika profesi, etika rumah sakit
dan etiket Rumah Sakit Islam Sari Asih Ar-Rahmah yang berlaku.
8. Setiap pimpinan unit pelayanan harus mampu memberikan arahan, mengendalikan, mengelola,
dan memimpin unit pelayanan masing-masing untuk mencapai visi-misi unit pelayanan maupun
visi-misi rumah sakit.
9. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas rumah sakit wajib mematuhi ketentuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan melakukan upaya untuk mengurangi dan
mengendalikan bahaya, resiko, mencegah kecelakaan dan cedera, dan memelihara kondisi
lingkungan dan keamanan, termasuk dalam penggunaan alat pelindung diri (APD).
10. Semua individu yang terlibat dalam pelayanan rumah sakit wajib melakukan 6 (enam) sasaran
Keselamatan Pasien.
11. Peralatan di unit pelayanan harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi secara teratur
sesuai ketentuan yang berlaku dan selalu dalam kondisi siap pakai.
12. Penyediaan tenaga harus mengacu pada pola ketenagaan rumah sakit.
13. Semua petugas rumah sakit wajib memiliki ijin/ lisensi/ sertifikasi sesuai dengan profesi dan
ketentuan yang berlaku.
14. Setiap petugas rumah sakit harus bekerja sesuai standar profesi, standar kompetensi, standar
prosedur operasional, etika profesi, kode etik rumah sakit dan semua peraturan rumah sakit
yang berlaku.
15. Setiap unit pelayanan harus mampu mengelola data yang dapat dijadikan sebagai sumber
informasi dan pengambilan keputusan bagi kepentingan manajemen dan pelayanan kepada
masyarakat.
16. Setiap unit pelayanan harus berupaya memperoleh, mengolah dan menggunakan informasi
secara terintegrasi yang dikomunikasikan secara benar untuk meningkatkan kesehatan pasien
serta kinerja rumah sakit baik secara keseluruhan maupun individu.
17. Koordinasi dan evaluasi pelayanan disetiap unit pelayanan wajib dilaksanakan melalui rapat rutin
minimal 1 kali dalam satu bulan.
18. Semua unit pelayanan wajib membuat laporan harian, bulanan dan tahunan kepada manajemen
rumah sakit.
19. Rumah sakit menjalankan program keselamatan pasien melalui 6 (enam) standar keselamatan
pasien dan 7 (tujuh) langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit.
20. Rumah sakit melakukan penanggulangan Tuberkulosa ( TB ) sesuai dengan pedoman stategi
DOTS.
21. Jika pelayanan yang dibutuhkan pasien tidak bersedia di rumah sakit, maka pasien harus dirujuk
ke rumah sakit lain yang bisa melayani setelah mendapat persetujuan pasien / keluarga
22. Rumah sakit menghargai dan memenuhi hak pasien yang dilayani.
23. Seluruh karyawan rumah sakit berkewajiban menjaga dan melindungi rahasia medis pasien
yang dilayani.
24. Rumah sakit melakukan pengumpulan, validasi dan analisis data baik internal ataupun eksternal
untuk pengembangan pelayanan rumah sakit.
A. KEBIJAKAN KHUSUS :
a) Dalam rangka melindungi pasien, pengunjung dan petugas terhadap penularan infeksi di
Rumah Sakit, maka Rumah Sakit Islam Sari Asih Ar-Rahmah melaksanakan Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi (PPI).
b) Agar pelaksanaan PPI terkoordinasi dengan baik, Direktur membentuk Komite Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi (KPPI). Komite PPI Rumah Sakit Islam Sari Asih Ar-Rahmah
bertanggung jawab langsung kepada Direktur.
c) Komite PPI mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas sesuai dengan Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017.
d) Pelaksanaan PPI dikelola dan diintegrasikan antara struktural dan fungsional di semua unit
dan menjadi tanggung jawab seluruh staf dan karyawan.
e) Agar kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi berjalan lancar, maka Rumah Sakit
Islam Sari Asih Ar-Rahmah memiliki 1 IPCN (Infection Prevention and Control Nurse) purna
waktu yang bertugas mengawasi seluruh kegiatan pencegahan pengendalian infeksi yang
meliputi gugus tugas perawatan, IPSRS, Farmasi, Gizi, Administrasi, IGD, Laboratorium,.
f) Dalam melaksanakan tugasnya IPCN dibantu oleh IPCLN (Infection Prevention and Control
Link Nurse) di unit masing-masing.
2. KEWASPADAAN STANDAR
Meliputi kebersihan tangan, pemakaian alat pelindung diri, perawatan peralatan pasien disinfeksi
dan sterilisasi, penatalaksanaan limbah dan benda tajam,pengendalian lingkungan, praktik
menyuntik yang aman, kebersihan pernafasan/etika batuk, praktek lumbal punksi,
penatalaksanaan linen, program kesehatan karyawan, penempatan pasien. Kewaspadaan standar
diterapkan secara menyeluruh di semua area RS dengan mengukur risiko yang dihadapi pada
setiap situasi dan aktivitas pelayanan sesuai Panduan PPI Rumah Sakit Islam Sari Asih Ar-
Rahmah.
3. KEBERSIHAN TANGAN
a. Kebersihan tangan dilakukan oleh seluruh petugas klinis maupun non klinis di seluruh lingkungan
Rumah Sakit Islam Sari Asih Ar-Rahmah.
b. Indikasi kebersihan tangan secara umum :
Segera : setelah tiba di tempat kerja
Sebelum :
- Kontak langsung dengan pasien
- Memakai sarung tangan sebelum pemeriksaan klinis dan tindakan
Invasif
- Menyediakan / mempersiapkan obat-obatan
- Mempersiapkan makanan
- Memberi makan pasien
- Meninggalkan rumah sakit
Diantara : prosedur tertentu pada pasien yang sama dimana tangan terkontaminasi untuk
menghindari kontaminasi silang
Setelah :
- Kontak dengan pasien
- Melepas sarung tangan
- Melepas alat pelindung diri
- Kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, ludah, dahak, muntahan, urine, keringat dan
peralatan yang diketahui atau kemungkinan, terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh,
pispot, urinal baik menggunakan atau tidak menggunakan sarung tangan.
- Menggunakan toilet, menyentuh / melap hidung dengan tangan (batuk / bersin).
- Menyentuh lingkungan di sekitar pasien
c. 3 Jenis kebersihan tangan .
Kebersihan tangan surgical
Kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir (handwash)
Kebersihan tangan dengan cairan berbasis alcohol (handrub)
d. Kebersihan tangan dilakukan menurut 5 Momen Kebersihan Tangan (WHO):
Momen 1 : sebelum kontak dengan pasien
Momen 2 : sebelum tindakan aseptik
Momen 3 : setelah terkena cairan tubuh pasien
Momen 4 : setelah kontak dengan pasien
Momen 5: setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
e. 6 langkah kebersihan tangan.
1. Gosok keduatangan memutar kearah kiri (berlawanan arah jarum jam) hingga merata
2. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari, lakukan pada kedua tangan
3. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari kedua tangan
4. Gosok punggung jari kedua tangan dengan posisi tangan saling mengunci
5. Gosok ibu jari dengan diputar dalam genggaman tangan lakukan juga dengan tangan satunya
6. Usap ujung kuku tangan diputar ditelapak tangan kiri, lakukan juga pada tangan satunya
f. Jenis kebersihan tangan untuk seluruh ruangan / bagian (klinis & non-klinis) di
Rumah Sakit Islam Sari Asih Ar-Rahmah, yaitu :
Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun antiseptik chlorhexidine 2% (aseptik)
Kebersihan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol (handrub)
Kebersihan tangan sebelum pembedahan dengan larutan antiseptik chlorhexidine 4 %
(surgical).
g. Kebersihan tangan efektif :
Tidak mengenakan jas lengan panjang saat melayani pasien
Bagi semua petugas yang berkontak langsung dengan pasien (klinisi), semua perhiasan yang
ada (misalnya: jam tangan, cincin, gelang) harus dilepaskan selama bertugas dan pada saat
melakukan kebersihan tangan
Kuku dijaga tetap pendek tidak melebihi 1 mm, tidak menggunakan kuku palsu dan cat kuku
Jika tangan ada luka ditutup dengan plester kedap air
Tutuplah kran dengan siku tangan atau putar kran menggunakan handuk sekali pakai
Membersihkan tangan dengan sabun cair dan air mengalir apabila tangan terlihat kotor
Membersihkan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol (handrub) bila tangan tidak
terlihat kotor diantara tindakan
Keringkan tangan menggunakan tissue towel /handuk sekali pakai
Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan / mengenakan sarung tangan
Jangan menambahkan sabun cair ke dalam tempatnya bila masih ada isinya.
Dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum pengisian ulang
h. Sediakan di setiap ruangan / bagian :
Area klinis (area perawatan / pelayanan langsung terhadap pasien) :
- Wastafel dengan air yang mengalir.
- Larutan chlorhexidine 2 % (indikasi kebersihan tangan momen 2 dan 3) : poli rawat jalan,
kamar bayi, IGD (area non tindakan), ruang keperawatan, unit penunjang medik (radiologi,
laboratorium )
- Larutan chlorhexidine 4 % : IGD (area tindakan), kamar bedah, VK, ICU.
- Sabun biasa (handsoap) : kamar pasien, pos perawat (indikasi kebersihan tangan momen
1,4,5), toilet, dapur.
- Larutan berbahan dasar alkohol (handrub) : setiap tempat tidur pasien di area kritis (IGD,
kamar bayi, ruang observasi , VK, R. ICU, kamar bedah), setiap pintu masuk kamar
pasien,meja trolly tindakan.
Area non-klinis (area pelayanan tidak langsung terhadap pasien) :
- Wastafel dengan air yang mengalir.
- Sabun biasa (handsoap) : toilet, dapur, perkantoran, aula.
- Larutan chlorhexidine 2% (indikasi kebersihan tangan momen 3): sanitasi, kamar jenazah.
- Larutan berbahan dasar alkohol (handrub) : pintu keluar-masuk petugas / pengunjung,
ruang tunggu rawat jalan, farmasi, kamar jenazah, area dimana fasilitas kebersihan tangan
dengan sabun dan air mengalir tidak tersedia / jauh letaknya.
i. Melakukan monitoring compliance kebersihan tangan dengan cara :
Mengukur / mengobservasi kepatuhan kebersihan tangan :
- Petugas klinis setiap sebulan sekali (ruang keperawatan, IGD, R. ICU, OK, R.Perawatan,
rawat jalan, kamar bayi, VK, Gizi) .
Dengan memperhatikan 4,5,6 kebersihan tangan.
- Sebelum kontak dengan pasien (Momen 1 menurut WHO).
- Petugas non-klinis setiap sebulan sekali (farmasi, dapur, IPSRS, kamar jenazah) : sesuai
indikasi kebersihan tangan secara umum.
- Kepatuhan kebersihan tangan melibatkan petugas klinis maupun nonklinis dengan sasaran
30 % dari jumlah masing-masing profesi (Dokter,Perawat dan Gizi).
j. Melakukan program edukasi kebersihan tangan pada petugas, pasien, keluarga dan
pengunjung yang merupakan salah satu bagian dari proses penerimaan pasien baru.
k. Setiap petugas di Rumah Sakit Islam Sari Asih Ar-Rahmah wajib mengikuti pelatihan
kebersihan tangan yang diadakan oleh rumah sakit secara berkesinambungan mengenai
prosedur kebersihan tangan melalui orientasi dan pendidikan berkelanjutan.
l. Dilakukan monitoring kepatuhan kebersihan tangan petugas (dokter, perawat, bidan dan
penunjang
Merupakan tambahan kewaspadaan standar diterapkan pada pasien rawat inap yang suspek atau
telah ditentukan jenis infeksinya, berdasarkan cara transmisi kontak, droplet atau airbone.
Tatalaksana administratif meliputi percepatan akses diagnosis, pemisahan penempatan pasien,
mempersingkat waktu pelayanan di rumah sakit, penyediaan paket perlindungan petugas ;
tatalaksana lingkungan meliputi penataan alur pasien, penataan sistem ventilasi (natural maupun
mekanikal) tatalaksana penyediaan dan penggunaan alat pelindung diri.
a) Rumah Sakit menyediakan penghalang untuk pencegahan dan prosedur isolasi yang
melindungi pasien, pengunjung, staf terhadap penyakit menular dan pasien yang rentan
terhadap HAI’s ( imunosupressed )
b) Pasien dengan imunosupressed hanya di lakukan stabilisasi keadaan untuk selanjutnya dirujuk
kefasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
c) Rumah Sakit berencana untuk saat ini menyiapkan ruang tekanan negatif , namun saat ini kita
menyiapkan ruang kohort untuk perawatan pasien airbone disease, dengan sistem HEPA fillter
dan pertukaran udara 12 kali per jam, yang terpisah dari pasien non infeksi dan khususnya
terpisah dari pasien dengan kondisi imunocompromise.
d) Tatalaksana perawatan pasien infeksi diterapkan berdasarkan prinsip kewaspadaan isolasi
sesuai cara transmisi spesifiknya. Petugas menerapkan prinsip kewaspadaan kontak atau
droplet atau airbone atau kombinasinya.
e) Transportasi pasien infeksi dari satu unit ke unit lain harus dibatasi seminimal mungkin dan bila
terpaksa harus memperhatikan prinsip kewaspadaan isolasi.
f) Pembersihan ruang kohort dilakukan setelah pembersihan ruang perawatan umum dengan
menggunakan bahan desinfektan.
g) Prosedur penunjang medik (pengambilan darah, pemberian gizi) dilakukan setelah pasien yang
tidak menular.
h) Setiap pengunjung atau pasien ruang kohort harus dilakukan edukasi penggunaan APD,
kebersihan tangan, etika batuk.
i) Adanya pengaturan alur penyakit menular.
Ditata perencanaan, penyediaan, penggunaan dan evaluasinya oleh Komite PPI RS bersama K3
RS, instalasi farmasi dan bagian logistik RS.
a) APD digunakan berdasarkan prinsip kewaspadaan standar dan isolasi dengan selalu mengukur
potensi risiko spesifik pada setiap aktivitas pelayanan/tindakan medik sehingga tepat, efektif
dan efisien.
e) Masker untuk ruang kohort air borne desease dengan masker N95 / bedah rangkap 2.
f) Komite PPI RS melakukan monitoring dan audit ketepatan penggunaan APD sebagai bahan
dalam evaluasi dan rekomendasi peningkatan efektivitasnya.
6. SURVEILANS INFEKSI RS (IRS)
Dilakukan secara sistematik aktif oleh IPCN (Infection Prevention Control Nurse –perawat
pengendali infeksi purna waktu) dan IPCLN (link nurse – perawat penghubung pengendali infeksi)
untuk menggambarkan tingkat kejadian berbagai penyakit infeksi target sesuai Pedoman
Surveilans Infeksi Rumah Sakit, Kemenkes dan penyakit endemis di rumah sakit. Target surveilans
yaitu : Infeksi Saluran Kemih (ISK) terkait kateterisasi, Infeksi Daerah Operasi (IDO), Infeksi Luka
Infus (ILI) serta infeksi terkait pemasangan Ventilator (VAP) serta Melakukan surveilens PPIRS
berupa :
a) Melakukan Analisis, evaluasi dan rekomendasi tindak lanjut data infeksi dilakukan Komite PPI
RS di bawah koordinator. Dokter Penanggung jawab PPI untuk tujuan pengendalian,
manajemen risiko dan kewaspadaan terhadap kejadian luar biasa (KLB)
b) Pengendalian angka IRS menggunakan target sasaran sesuai program PPI. Sasaran angka
IRS dievaluasi setiap 3 tahun.
c) Kejadian luar biasa IRS ditetapkan oleh direktur RS berdasarkan perkembangan Komite PPI
RS pada hasil evaluasi epidemiologik kecenderungan angka IRS melalui surveilans.
Kecenderungan kejadian IRS yang terus menerus meningkat signifikan selama 3 bulan
berturut-turut atau peningkatan signifikan angka kejadian pada suatu waktu pengamatan
tertentu diwaspadai sebagai KLB. Pencegahan dan pengendalian risiko penyebaran kejadian
yang berpotensi menjadi KLB dilakukan segera secara sinergi melalui kerjasama lintas
unit/satuan kerja oleh Komite PPI RS.
d) Laporan Infeksi RS disampaikan Komite PPI RS kepada Direktur Medik dan Keperawatan
setiap 3 bulan.
e) Pemantauan penerapan bundles Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (ILI, ISK, VAP, IDO)
adalah sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan surveilans infeksi RS. Kultur mikrobiologi
dikaji dilakukan pada setiap kasus yang diduga infeksi rumah sakit (HAIs).
Merupakan bagian tidak terpisahkan dari PPIRS, khususnya kewaspadaan infeksi airbone,
dimaksudkan untuk lebih memprioritaskan kewaspadaan terhadap risiko transmisi penyakit TB,
MDR dan XDR-TB (Multiple Extend Drug Resistance TB).
a) Semua pasien yang berobat ke IGD dengan keluhan batuk akan diberikan edukasi oleh
petugas RS terlatih mengenai etika batuk serta higiene respirasi dan diharuskan memakai
masker bedah, jika keluhan pasien mengarah ke TB ( batuk ≥ 2 minggu atau batuk darah )
b) Semua pasien yang datang berobat ke poli rawat jalan dengan keluhan batuk akan diberikan
edukasi oleh petugas RS terlatih mengenai etika batuk serta higiene respirasi dan diharuskan
memakai masker bedah
c) Petugas rumah sakit memberikan pelayanan baik administrasi maupun medis segera
(maksimal 30 menit) bagi pasien suspek TB dan pasien TB sehingga mengurangi waktu pasien
tersebut berada di fasilitas pelayanan kesehatan.
d) Pasien TB yang perlu dirawat inap ditempatkan di ruang terpisah dari pasien lain (ruang
isolasi), jika tidak memungkinkan bisa menggunakan sistem kohorting dengan lama perawatan
maksimal 2 minggu.
e) Rumah sakit menggunakan sistem ventilasi alamiah dan campuran (menggunakan ekshaust) di
ruang perawatan infeksi (Poli DOTS dan ruang isolasi rawat inap serta IGD) untuk mengurangi
penyebaran dan menurunkan kadar penularan percik renik sehingga tidak menularkan orang
lain.
f) Pasien rawat inap MDR TB ditempatkan di ruang isolasi airbone dengan ventilasi tekanan
negatif dan petugas medis menggunakan masker N-95 dalam melakukan pelayanan kesehatan
terhadap pasien tersebut.
g) Penampungan sputum oleh pasien harus dilakukan dalam ruangan dengan konsep AII (Airbone
Infection Isolation) atau box khusus dengan pengaturan sistem ventilasi (Well Ventilated
Sputum Induction Booth).
h) Pasien disarankan untuk membersihkan tangan setelah menampung sputum dengan air
mengalir dan sabun atau dengan larutan handrubs.
i) Saat memproses spesimen, petugas laboratorium tetap mengacu pada kewaspadaan standar
dan kewaspadaan berdasarkan transmisi melalui udara (airbone) dan transmisi melalui kontak.
j) Semua petugas kesehatan yang menangani pasien TB akan dilakukan pemeriksaan kesehatan
rutin secara berkala bekerjasama dengan Sub Sumber Daya Manusia dan K3 RS.
k) Apabila pasien akan ditransportasikan keluar dari ruang isolasi, pasien harus mengenakan
masker bedah untuk melindungi lingkungan sekitar.
l) Rumah sakit menjamin dilaksanakannya upaya perlindungan diri yang adekuat bagi petugas
kesehatan dan mereka yang bertugas di tempat pelayanan.
Di RS dilakukan dengan 2 cara yaitu secara fisika atau kimia, melalui tahapan pencucian
(termasuk perendaman dan pembilasan), pengeringan, pengemasan, labeling,indikatorisasi,
sterilisasi, penyimpanan, distribusi diikuti dengan pemantauan dan evaluai proses serta
kualitas/mutu
1. Pemrosesan alat/instrumen paska pakai dipilih berdasarkan kriteria alat. Sterilisasi dilakukan
untuk alat kritikal, sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT) dilakukan untuk alat semi kritikal,
disinfeksi tingkat rendah untuk alat non kritikal.
memiliki spektrum luas dengan daya bunuh kuman yang tinggi dengan toksisitas rendah, waktu
disinfeksi singkat, stabil dalam penyimpanan, tidak merusak bahan dan efisien. Unit kerja yang
bertanggung jawab terhadap penyediaan desinfektan dan antiseptik di RS sesuai rekomendasi
Komite PPI Rumah Sakit Islam Sari Asih Ar-Rahmah melalui instalasi farmasi.
10. PEMAKAIAN ULANG PERALATAN & BAHAN MEDIS HABIS PAKAI / BMHP (single use yang
dire-use).
Rumah Sakit Mengidentifikasi Dan Menetapkan tidak ada Peralatan Medis dan Bahan Medis Habis
Pakai (Bmhp) yang dapat digunakan kembali sesuai dengan rekomendasi Manufactur-Nya.
Pengendalian lingkungan di fasilitas pelayanan kesehatan antara lain berupa upaya perbaikan
kualitas udara,kualiats air,dan permukaan lingkungan serta desain dan konstruksi bangunan
dilakukan untuk mencegah trasnmisi mikroorganisme kepada pasien,petugas dan pengunjung.
a. Kualitas Udara
Tidak dianjurkan melakukan fogging dan sinar ultraviolet untuk kebersihan udara kecuali dry
mist dengan H2O2 5-35% dan penggunaan sinar UV untuk terminal dekontaminasi ruangan
pasien dengan infeksi yang di transmisikan melalui air bone.Tidak direkomendasikan
melakukan kultur permukaan lingkungan secara rutin kecuali bila ada outbreak atau renovasi
/ pembangunan gedung baru
b) Kualitas Air
Seluruh persyaratan kualitas air bersih harus dipenuhi baik menyangkut bau, rasa, warna,
dan susunan kimianya termasuk debitnya sesuai ketentuan peraturan perundangan
mengenai syarat syarat dan pengawasan kualitas air minum dan mengenai persyaratan
kualitas air minum.
c) Permukaan Lingkungan
Prinsip metode pembersihan ruang perawatan dan lingkungan, pemilihan bahan desinfektan
, cara penyiapan dan penggunaannya dilaksanakan berdasarkan telaah Komite PPI RS
untuk mencapai efektivitas yang tinggi. Seluruh permukaan lingkungan datar, bebas debu,
bebas sampah, bebas serangga ( semut, kecoa, lalat, nyamuk ) dan binatang pengganggu (
kucing, anjing, dan tikus ) dan harus dibersihkan secara terus menerus.Tidak di anjurkan
menggunakan karpet di ruang perawatan dan menempatkan bunga segar,tanaman
pot,bunga plastik di ruang perawatan.
Pembersihan permukaan dapat menggunakan klorin 0,05% atau H2O2 0,5-1,4%,bila ada
cairan tubuh menggunakan klorin 0,5%,atau larutan peroksida ( H2O2 ) 0,5 – 1,4 % untuk
ruangan rawat dan 2% untuk permukaan kamar operasi, sedangkan 5-35 % ( dry mist ) untuk
udara. Fasilitas pelayanan
Untuk mencegah aerosolisasi kuman pathogen penyebab infeksi pada saluran napas, hindari
penggunaan sapu ijuk dan yang sejenis, tapi gunakan cara basah ( kain basah ) dan mop (
untuk pembersihan kering/lantai ).
Pembersihan permukaan sekitar pasien harus dilakukan secara rutin setiap hari, termasuk
setiap kali pasien pulang / keluar dari RS ( terminal dekontaminasi ), pembersihan juga perlu
dilaksanakan terhadap barang yang sering tersentuh tangan misalnya : meja nakas pasien,
tepi tempat tidur dengan bed rails, tiang infus, tombol telepon, gagang pintu, permukaan
meja kerja, anak kunci dll. Bongkaran pada ruang rawat dilakukan setiap 1 bulan atau sesuai
dengan kondisi hunian ruangan.
Pengelolaan limbah cair/limbah B3/limbah padat medis/non medis dikelola oleh bag kesling
bekerjasama dengan pihak ketiga, berkoordinasi dengan Komite PPI RS, sehingga aman bagi
lingkungan.
a) Jenis linen di Rumah Sakit Islam Sari Asih Ar-Rahmah dikualifikasikan menjadi linen kotor
infeksius, linen kotor non infeksius
b) Pengelolaan linen dilakukan di Laundry dalam lingkup Rumah Sakit Islam Sari Asih Ar-Rahmah
c) Untuk mencegah kontaminasi, pengangkutan linen menggunakan kantong linen yang berbeda,
linen non infeksius dengan kantong linen berwarna hitam dan linen kotor infeksius dengan
kantong linen kuning.
e) Penerimaan linen bersih dari laundry pukul 09:00 s/d 10:00 WIB dan di simpan di ruangan
masing-masing.
f) Pencegahan kontaminasi lingkungan maupun pada petugas dilakukan dengan desinfeksi kereta
linen, pengepelan/disinfeksi lantai, implementasi praktik kebersihan tangan, penggunaan alat
pelindung diri (APD) sesuai potensi resiko selama bekerja
Pengelolaan makanan di instalasi gizi memperhatikan standar sanitasi makanan, minuman, alat,
lingkungan produksi dan higiene perorangan penjamah makanan.
a) Semua bahan makanan yang disiapkan sampai dengan disajikan kepada pasien, pegawai atau
pengunjung dikelola sesuai pedoman dan standar prosedur pelayanan instalasi gizi agat
terhindar dari pencemaran dan penularan infeksi melalui makanan
b) Penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih, terlindung
dari debu, bahan kimia berbahaya dan hewan lain serta suhu penyimpanan disesuaikan
dengan jenis bahan makanan.
c) Penjamah makanan yang kontak langsung dengan makanan mulai dari proses penyiapan
bahan sampai dengan penyajiannya dilakukan surveilans higiene pribadi berupa monitoring,
dikoordinasikan dan di bawah tanggung jawab Komite K3 RS.
d) Petugas unit harus dalam kondisi sehat dan dilakukan pemeriksaan berkala selama 6 (enam)
bulan sekali
a) Sebelum melakukan kontruksi atau renovasi bangunan dilakukan analisis terhadap kualitas
udara, persyaratan utilisasi, kebisingan, getaran dan prosedur emergensi.
b) Setiap konstruksi maupun renovasi bangunan yang dilakukan di RS harus mengutamakan
keselamatan pasien, pengunjung dan petugas berdasarkan prinsip-prinsip pencegahan dan
pengendalian infeksi .
c) Pengkajian risiko infeksi dibuat berdasarkan dari panduan Infection Control Risk Assesment
(ICRA).
d) Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (KPPI RS) melakukan pengkajian
risiko infeksi dan tindak lanjut berkolaborasi dengan bagian pemeliharaan dan K3 RS.
17. PENGGUNAAN CAIRAN DESINFEKTAN
- Peralatan Kritis/risiko tinggi: adalah peralatan medis yang masuk kedalam jaringan tubuh
steril atau sirkulasi darah. Contoh isntrumen bedah, kateter intravena, kateter jantung.
Pengelolaannya dengan cara sterilisasi.
- Peralatan semikritis/risiko sedang: adalah peralatan yang kontak dengan membrana mukosa
tubuh. Pada peralatan semikritis, proses sterilisasi disarankan namun tidak mutlak, jadi bisa
dilakukan disinfeksi tingkat tinggi.
- Peralatan Nonkritis/resiko rendah: adalah peralatan yang kontak dengan permukaan kulit
utuh contoh: tensimeter, stetoskop, linen, alat makan, lantai, perabot, tempat tidur. Untuk
jenis peralatan ini dapat digunakan disinfeksi tingkat sedang sampai tingkat rendah.
b) Disinfeksi lingkungan rumah sakit
- Permukaan lingkungan : lantai, dinding, dan permukaan meja, trolly
- didisenfeksi dengan detergen netral.
- Lingkungan yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya dibersihkan dengan desinfektan
tingkat menengah.
c) Penggunaan disinfektan di ruang infeksi (menular) dan Area kritis
- Untuk mengepel/membersihkan lantai dan wc menggunakan : action 150
- Untuk area yang sering disentuh (High touch area) menggunakan disinfektan: Steel Shine
(permukaan logam), Chlorine 0.5 % (permukaan bukan logam).
- Untuk area yang jarang disentuh (Non High touch area) menggunakan sabun PH netral
d) Penggunaan disinfektan di area banyak tumpahan darah/cairan tubuh:
menggunakan disinfektan Chlorine 0.5%
Cairan desinfektan yang digunakan di Rumah Sakit Islam Sari Asih Ar-Rahmah
a) Pemilihan terapi antibiotik secara rasional kepada pasien didasarkan tujuan dan indikasi
(profilaksis atau terapi) sesuai hasil pemeriksaan kultur dan resistensi mikroba, sehingga untuk
penderita penyakit infeksi perlu dilakukan pemeriksaan mikrobiologi tersebut bekerja sama
dengan KFT.
b) Ketepatan pemberian antibiotika agar aman bagi pasien meliputi :
- Tepat indikasi, obat benar-benar dibutuhkan;
- Tepat pemilihan obat dengan perbandingan biaya efektivitas yang baik
- Tepat pasien, tidak ada kontra indikasi, efek sampingi minimal;
- Tepat dosis, tepat cara pemberian, tepat durasi pemakaian;
- Tepat informasi, kepada pasien dan keluarganya.
c) Pasien wajib diberi informasi tentang pengobatan yang diberikan dan efek yang ditimbulkan