Anda di halaman 1dari 3

Sains Informasi Geografis, Kartografi dan Toponimi di

Dunia Pemetaan

Sains informasi georgrafi, merupakan penggunaan informasi geografis (lokasi, jarak, wilayah, dll)
untuk dioleh menjadi persentase daalam keilmuan sains. Kartografi merupakan suatu studi yang
membuat dan mempelajari peta dan dihubungkan dengan sains, estetika dan teknik untuk
menyatakan bahwa realitas dengan cara mengkomunikasikan informasi secara efektif. Sedangkan
Toponimi merupakan keilmuan yang membahas mengenai asal usul penamaan tempat atau alamat,
wilayah dan bagian dari permukaan bumi yang bersifat alami dan berkaitan dengan ilmu etnologi dan
kebudayaan.
Dalam dunia peta, dahulu peta berawal dari peta tablet menggunakan batu, peta papirus
menggunakan dinding, peta sutra menggunakan kain sutra, peta koin menggunakan koin dan peta
grafik batang menggunakan ranting pohon. Selain itu terdapat seseorang yang merupakan pencetus
geografi bernama Claudius Ptolemeus dan dalam muslim Bernama Al-Idrisi. Dalam membuat peta
harus jelas dan menentukan terlebih dahulu daerah yang akan dipetakan, memberi peta dasar (base
map) dengan memberikan simbol yang mempresentasikan data terhadap daerah tersebut, mencari
dan mengklasifikasi data sesuai dengan kebutuhan peta serta memberikan warna yang jelas dan
berbeda-beda untuk setiap daerah maupun simbolnya. Pemetaan harus bisa diolah untuk
menghasilkan informasi atau pengetahuan yang dapat digunakan oleh setiap masyarakat. Pihak terkait
dengan layanan ini adalah akademisi, pemerintahan, masyarakat, industry dan Badan Gespasial
Indonesia. Selanjutnya terdapat 5 sasaran program Sistem Referensi Geospasial Indonesia (SRGI) yang
menjadi nilai layanan proses dari organisasi ini yaitu:
1. Untuk meningkatkan ketersediaan Sistem Referensi Geospasial Indonesia (SRGI) yang
berkualitas dan siap pakai sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional
2. Meningkatnya ketersediaan peta dasar yang berkualitas dan siap pakai sesuai kebutuhan
pembangunan nasional
3. Meningkatnya ketersediaan tema informasi geospasial tematik sesuai dengan kebutuhan
pembangunan nasional
4. Tersedianya infrastruktur informasi geospasial yang berkualitas dengan dukungan kebijakan,
standar, teknologi, kelembagaan, dan SDM
5. Terwujudnya BIG yang akuntabel, transparan dan professional
Geospasial adalah aspek keruangan yang menunjukkan lokasi, letak dan posisi suatu objek atau
kejadian yang berada di bawah, pada atau di atas permukaan bumi yang dinyatakan dalam sistem
koordinat tertentu. Geospasial merupakan bentuk evolusi infrastruktur TI yang menjadi
perkembangan dari sistem pemetaan konvensional. Dulu pemetaan hanya dibuat melalui kertas dan
bersifat statis. Namun dengan adanya pemanfaatan perkembangan TI saat ini, sudah banyak
dikembangkan sistem informasi geospasila yang mampu menunjukkan lokasi yang dinamis, lengkap
dengan informasi nama tempat (toponimi), titik lokasi geografis, dan grafik penggambaran kondisi
suatu wilayah. Perkembangan geospasial berbasis TI ini telah banyak dimanfaatkan untuk mengelola
suatu wilayah atau daerah, menjadi navigasi pariwisata, dan informasi geografis lainnya.
Tugas utama Badan Geospasial Indonesia adalah mengolah data dan menghasilkan informasi yang
bisa digunakan atau implementatif ke level masyarakat. Misalnya ketika membuat pemetaan terkait
wilayah desa, maka informasi peta yang dihasilkan harus bisa dimanfaatkan oleh masyarakat tersebut.
Dengan begitu hasil dari pemetaan geografis akan memberkan manfaat yang berkelanjutan kepada
masyarakat. Sama halnya apabila untuk kebutuhan pemerintahan untuk mengetahui geografi
daerahnya. Informasi geografis harus bisa memberikan insight kepada pemangku kebijakan di
pemerintahan terhadap daerah yang sedang dikelola, apa potensi dari daerah tersebut dan bagaimana
opsi untuk mengembangkannya.
Tahapan pengolahan data pada sistem informasi geografis dimulai dengan pengukuran di
lapangan terkait lokasi, jarak, dan gambaran nyata suatu wilayah. Hasil pengukuran dikumpulkan
menjadi suatu data mentah yang berisi fakta. Data mentah tersebut diseleksi untuk menghilangkan
data-data yang kosong atau outlier dan diubah menjadi data sample yang siap olah sebelum
selanjutnya diolah lebih lanjut. Data siap olah selanjutnya dilakukan implementasi. Membuat kode,
menyusun titik koordinat dan mengubah jarak sebenarnya menjadi jarak pada peta yang kemudian
ditampilkan pada sistem. Informasi yang ditampilkan pada sistem dapat menjadi pengetahuan bagi
para pembaca. Bagi pemangku kepentingan, pengetahuan tersebut mampu menjadi dasar dalam
penentuan kebijakan selanjutnya. Sistem informasi geografis terdiri dari sistem informasi yang
dikombinasikan atau diimplementasikan pada posisi geografis. Pemanfaatan informasi geografis pada
sains:
1. GISystems -> menekankan pada teknologi dan media (tools) yang digunakan untuk
memperoleh dan mengelola informasi spasial.
2. GIScience -> menemukan isu dasar yang diperoleh dari penggunaan sistem informasi geografis
dan teknologi serupa atau yang terkait.
3. GIStudies -> informasi geografis digunakan untuk menyusun pembelajaran yang sistematis,
memahami isu sosial terkait penggunaan atau pemanfaatan GISystem dan GIScience.
Membongkar komponen pada teknologi percepat peta dasar
1. Area of interest
➔ Harus diketahui dulu area tersebut termasuk urabn, rural atau hutan.
2. Produk
➔ Isi produk apa aja, foto produk, data ketinggian daerah, peta dasar 3D dalam skala 1:5.000
dan skala 1:25.000
3. Teknologi akuisisi data
➔ Bisa mengkombinasikan teknologi foto udara, LIDAR Airborne SAR, Citra Satelit.
4. Teknologi pemetaan
➔ Melakukan deep learning untuk mengekstraksi unsur peta dasar secara otomatis.
5. Infrastruktur
➔ Pengembangan sistem produksi dan publikasi peta dasar berbasis Cloud.

Anda mungkin juga menyukai