Anda di halaman 1dari 2

Muhammad Bijaksabara Hikmawan (bijaksabara@gmail.

com)
S1 Ilmu Pemerintahan / 042562642
UPBJJ Jakarta (21)
Tugas 1 – Keuangan Publik (IPEM4440)

APBD dan Dana Siluman DKI Jakarta

Pemerintah daerah di seluruh Indonesia bertanggung jawab untuk mengelola anggaran


pemerintah daerah (APBD) guna membiayai berbagai program dan kegiatan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. APBD disusun oleh Kepala Daerah, dibantu oleh
Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah. TAPD
terdiri atas pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat lain sesuai dengan kebutuhan.

DKI Jakarta, sebagai ibukota negara dan salah satu kota metropolitan terbesar di Indonesia,
memiliki APBD yang cukup besar untuk menunjang berbagai program pembangunan dan
pelayanan publik. Namun, terdapat beberapa kendala dalam realisasi penggunaan APBD di
kota Jakarta Selatan yang perlu diperhatikan. Salah satu kendala yang sering terjadi dalam
realisasi penggunaan APBD di Jakarta adalah kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam
penggunaan anggaran. Hal ini dapat menyebabkan munculnya praktek-praktek korupsi dan
nepotisme yang dapat merugikan masyarakat. Selain itu, adanya ketimpangan dalam
pembagian alokasi anggaran antara daerah yang satu dengan daerah yang lain juga dapat
menyebabkan ketidakadilan bagi masyarakat.

Masih segar dalam ingatan kita mengenai kasus korupsi pengadaan Uninterruptible Power
Supply (UPS) pada APBD DKI Jakarta tahun 2014. Kala itu, publik dibuat geger karena
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta
buka-bukaan mengenai 'anggaran siluman'. Dalam kasus ini, terdapat dugaan penyimpangan
anggaran sebesar Rp 330 miliar yang diduga melibatkan sejumlah pejabat di Pemprov DKI
Jakarta dan pihak swasta. Dalam proses pengadaan UPS tersebut, terdapat beberapa indikasi
tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku, seperti pemilihan
vendor tanpa melalui proses lelang, pemalsuan dokumen, dan penyalahgunaan wewenang.
Selain itu, terdapat juga dugaan praktek mark up harga yang menyebabkan kerugian negara
yang cukup besar. Pada akhirnya dua anggota DPRD DKI, dua pejabat dinas pendidikan, dan
Direktur Utama PT Offistarindo Adhiprima ditetapkan sebagai tersangka.
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, perlu dilakukan beberapa solusi yang dapat
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan anggaran. Salah satu
solusinya adalah dengan meningkatkan pengawasan dan pemantauan terhadap penggunaan
anggaran secara ketat dan berkesinambungan. Selain itu, perlu pula dilakukan sosialisasi
yang lebih intensif kepada masyarakat mengenai proses penggunaan anggaran dan
mekanisme pengaduan terhadap dugaan penyalahgunaan anggaran. Selain itu, perlu pula
dilakukan evaluasi dan peninjauan kembali terhadap alokasi anggaran yang telah disusun,
sehingga dapat menghindari terjadinya ketimpangan dalam pembagian alokasi anggaran
antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Selain itu, perlu dilakukan juga upaya-
upaya untuk memperkuat sistem pengawasan dan kontrol anggaran secara internal dalam
pemerintahan daerah, sehingga dapat menghindari terjadinya penyalahgunaan anggaran
dalam skala yang lebih besar.

Daftar Pustaka

Kemunduran Transparansi Anggaran DKI Jakarta. (2019, November 6). Retrieved from
Indonesia Corruption Watch: https://antikorupsi.org/id/article/kemunduran-
transparansi-anggaran-dki-jakarta
Movanita, A. N. (2017, Juli 20). Kasus UPS, Pertama Kalinya Polisi Jerat Perusahaan
sebagai Tersangka. Retrieved from kompas.com:
https://nasional.kompas.com/read/2017/07/20/18214641/kasus-ups-pertama-kalinya-
polisi-jerat-perusahaan-sebagai-tersangka
Titik Nikmatul Fikriyah, N. T. (2022). STUDI LITERATUR ELECTRONIC BUDGETING
SEBAGAI PENINGKATAN TRANSPARANSI ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA DAERAH (APBD). Seminar Nasional Akuntansi Dan Call for Paper
(Senapan).

Anda mungkin juga menyukai