Indonesia adalah Negara kepulauan dengan jumlah provinsi mencapai 33, 415 kabupaten,
1 kabupaten administrasi, 93 kota, dan 5 kota administrasi di Indonesia, maka praktik otonomi
daerah atau desentralisasi dapat dikatakan tepat. Beberapa alasannya karena setiap daerah
karakteristik penduduknya yang memang berbeda, begitupula dengan kekayaan alam atau
sumber pendapatan yang juga berbeda, kebutuhan mereka sangat beragam, berbeda antara satu
daerah dengan daerah lainnya maka perlu pemerintahan yang terdesentralisasi. Praktik otonomi
daerah di Indonesia saat ini dapat dikatakan menyediakan peluang timbulnya permasalahan
korupsi yang sebelumnya kita bahas. Jika berdasar pada permasalahan di atas terdapat indikasi
lemahnya pengawasan pemerintah akan pengawasan pengganggaran.
Salah satu langkah strategis yang diharapkan dapat mengantisipasi isu isu tersebut di
atas agar tidak terjadi kembali adalah dengan menerapkan e-budgeting. E-Bugeting adalah sistem
penyusunan anggaran secara elektronik, melalui penggunaan e-budgeting dalam sektor
pemerintahan diharapakan mampu memproteksi pelaksanaan penganggaran di Indonesia. Sistem
ini pertama kali diterapkan dan sekaligus menunjukkan kesukesan atas penerapannya oleh
Pemerintah Kota Surabaya yang dipimpin oleh Tri Rismaharini (Risma).
E-Budgeting
Tujuan E-Budgeting
E-Budgeting diterapkan untuk mendukung proses penyusunan anggaran. Seperti diketahui
dalam proses pembuatan Rencana Anggaran Belanja Daerah yang dilakukan tiap tahun
mempunyai proses yang cukup lama. Proses proses yang ada antara lain mempersiapkan data
standar harga satuan, pembagian bagian anggaran, merancang usulan-usulan kegiatan beserta
rincian anggarannya oleh masing-masing unit satuan kerja, pembahasan internal maupun dengan
DPRD, setelah melalui satu kali atau lebih revisi terbentuklah suatu rencana anggaran yang bisa
diterima oleh semua pihak dan dapat menunjukkan arah pembangunan
Page 2 of 7
Proses tersebut dapat dikatakan lambat dan berbelit belit, menghabiskan waktu yang tidak
sebentar. Selain itu terdapat isu lainnya selain proses yang cenderung lama, proses penyusunan
anggaran yang sudah berjalan selama ini juga menggunakan kertas yang berlebih dan tidak
efisien. Anggaran untuk penyusunan anggaran pun terbilang tinggi.
Pengawasan yang lemah dalam penyusunan anggaran, proteksi anggaran itu sendiri dan
penggunaan anggaran juga telah menjadi isu utama, seperti adanya Anggaran Siluman,
maupun praktik praktik korupsi lainnya yang dilakukan pemerintah daerah. Tidak adanya
transparansi terhadap masyarakat luas juga menjadi masalah karena pengawasan terbaik
sebenarnya adalah dari rakyat sendiri.
Berdasarkan isu isu tersebut maka menurut analisis penulis tujuan diterapkannya E-Budgeting
dapat dirumuskan, antara lain :
Memberikan proses yang lebih cepat dalam penyusunan anggaran
Menghemat penggunaan kertas sehingga akan mengurangi biaya dalam penyusunan
anggaran
Meningkatkan proteksi anggaran serta pengawasan atas anggaran tersebut baik
penggunaan maupun pada saat penyusunan
Mengatasi tindak korupsi melalui penyelewengan anggaran
menggandeng konsultan dari Surabaya atas penerapan e-budgeting di DKI Jakarta, karena
memang dianggap Surabaya telah terlebih dahulu menerapkan kebijakan e-budgeting dan juga
meraih keberhasilan.
Di tahun 2013 DKI Jakarta masih dalam proses persiapan dan mendata kode-kode
kegiatan yang akan dimasukkan. Memang perlu waktu yang tidak sebentar dalam
mengumpulkan kode-kode komponen kegiatan dari tiap-tiap satuan kerja perangkat daerah
(SKPD) sebab masing-masing SKPD memiliki kode yang berbeda. Kode-kode kegiatan tersebut
jumlahnya mencapai puluhan ribu. Terlebih, nantinya setiap kegiatan juga akan dimaskukkan
dalam satu Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA). Persiapan dari peluncuran e-budgeting agar
nantinya dapat digunakan oleh setiap pihak di pemerintahan DKI Jakarta ditargetkan akan
rampung di akhir 2013 sehingga awal 2014 pelaksanaan kegiatan menggunakan e-budgeting
dapat dilakukan. Dengan menggunakan e-budgeting maka hanya pihak yang memiliki otoritas
yakni melalui kepelihan password yang dapat mengubah anggaran, proses evaluasi akan
anggaran pun dapat dilakukan secepatnya.
E-Budgeting mulai diterapkan oleh DKI Jakarta sejak pembahasan Rancangan APBD (RAPBD) 2014 hingga pengesahan APBD 2014. Diharapkan dengan adanya e-budgeting antara
dinas SKPD dapat lebih mudah dalam mendiskuksikan anggaran mereka secara internal selain
itu keterbukaan informasi ditingkatkan, meniadakan tender fiktif dari harga maupun pengadaan
barang.
Salah satu yang menjadi perhatian dari DKI Jakarta atas diberlakukannya e-budgeting ini
adalah sisa lebih penggunaan anggaran (SiLPA) DKI Jakarta yang terbilang cukup tinggi dari
tahun ke tahun. Awal tahun 2014 saja penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
2014 DKI Jakarta hanya 30,7 persen. Sebab, banyak proyek yang sengaja dicoret demi
penyelamatan anggaran. Akibatnya, sisa lebih penggunaan anggaran (silpa) APBD DKI dapat
membengkak pada tahun ini.
Pada dasarnya tingginya SiLpa dapat mengindikasikan dua hal yakni pertama, daerah
tersebut dianggap tidak banyak melakukan kegiatan kegiatan pembangunan daerah sehingga
anggaran banyak yang tidak terserap. Artinya pemenrintahan tidak aktif dalam mensejahterakan
rakyat melalui pembangunan daerahnya. Maka SiLPA yang tinggi terlihat negative jika dalam
sudut pandang ini. Namun, di satu sisi nilai SiLPA yang tinggi juga dapat mengindikasikan
bahwa selama ini dalam anggaran anggaran tersebut terdapat kegiatan-kegiatan fiktif atau
dapat juga jumlah dana yang terlampau besar ditentukan. Maka jika SiLPA yang ada jumlahnya
besar juga dapat berarti efisiensi penggunaan anggaran yang semakin baik tepat sasaran dan
dapat terlihat mana sebenarnya anggaran anggaran siluman tersebut. Maka menurut penulis
SiLPA yang tinggi tidak serta merta mengindikasikan bahwa pembangunan daerah tidak baik dan
penyerapan anggaran yang buruk, karena selama setiap anggaran itu memang dipergunakan
untuk kepentingan rakyat untuk pembangunan secara efektif, efisien yakni tepat sasaran maka
itulah yang terbaik. Peningkatan SiLPA juga dapat disebabkan kenaikan dari pendapatan pajak
Page 4 of 7
yang justru menunjukkan kinerja Dinas Pelayanan Pajak (DPP) DKI Jakarta sangat baik,
sehingga bisa mengumpulkan pajak melebihi dari yang telah ditargetkan. Dibandingkan nilai
SiLPA yang rendah namun akibat dari adanya korupsi akan APBD tersebut.
Melalui e-budgeting ini diharapkan dapat meminimalisir praktik Anggaran Siluman
pada APBD DKI Jakarta dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari anggaran, agar benar
benar tepat sasaran. Bahwa setiap anggaran yang dikeluarkan pemerintah DKI Jakarta adalah
benar benar untuk kepentingan pembangunan daerah DKI Jakarta dalam rangka
mensejahterakan masyarakat DKI Jakarta. Sehingga pada akhirnya praktik praktik korupsi
terhadap APBD dapat cepat dideteksi dan tentu saja ditiadakan.
Page 5 of 7
penerapan e-budgeting ke tingkat tingkat SKPD dengan lebih intensif, Diperlukan sedikit
kesan memaksa bahwa setiap SKPD harus seluruhnya menggunakan e-budgeting. Selain itu
mungkin dapat dipertimbangkan untuk memberikan reward atau insentif bagi SKPD yang dapat
berhasil menggunakan e-budgeting dengan baik sehingga berujung kepada perbaikan kinerja,
pelayanan publik dan bebas dari praktik korupsi.
Melalui perbaikan dalam hal tersebut diharapkan e-budgeting dapat diterapkan secara
optimal sehingga manfaat yang diberikan yakni tujuan tujuan yang diharapkan melalui ebudgeting dapat tercapai. Selain itu menurut penulis dengan adanya e-budgeting diharapkan
dapat meminimalisir SiLPA, karena melalui penyusunan anggaran yang efektif & efisien maka
APBD yang ada juga akan sesuai dengan kebutuhan daerah tersebut. Penyusunan anggaran
menjadi efisien dan efektif dan terbebas dari praktik korupsi.
Page 7 of 7