Anda di halaman 1dari 88

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring dengan kemajuan teknologi, perkembangan dunia industri saat ini
telah mencapai puncaknya, salah satunya pada sektor industri manufaktur. Sektor
industri manufaktur mempunyai peranan penting dalam perkembagan teknologi,
selain itu pula diperlukan sumber daya manusia yang berkompeten. Untuk
meningkatkan sumber daya manusia maka diperlukan ilmu pengetahuan dan
keterampilan salah satunya memberikan kerja praktik.

PT Bukaka Teknik Utama adalah perusahaan swasta pribumi yang bergerak


dalam bidang kontruksi, permesinan (engineering
(engineering), transportasi, telekomunikasi, dan
manufaktur terutama dalam bidang sarana umum. Saat ini PT Bukaka Teknik Utama
menerapkan sistem unit usaha (Strategic
(Strategic Bussiness Unit), yaitu memberi otoritas
penuh masing-masing bagian untuk mengelola usaha sendiri tetapi tetap dalam
pengawasan dan pembinaan top manajemen. Salah satu unit usaha tersebut adalah Oil
and Gas Equipment. Unit usaha ini merupakan salah satu unit usaha yang bergerak
dibidang konstruksi, terutama konstruksi pumping unit. Fungsi utama komponen
pumping unit adalah memindahkan energi atau tenaga dari prime mover ke unit
komponen pompa di dalam sumur. Fungsi tersebut akan berjalan dengan baik jika
perasarana operator saat setting atau assembly pumping sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP). Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang baik
dalam pembuatan pimping unit untuk meningkatkan kualitas hasil produksi.

Karena pentingnya fungsi pumping unit pada sistem distribusi fluida maka
dengan demikian perlu dilakukan kajian tentang komponen tersebut. Kajian ini yang
terdiri dari proses pembuatan platform frame extension.
extension.

1
1.2. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka permasalahan yang
dapat diidentifikasi adalah kajian tentang sistem produksi accesories pada pumping
unit masih sangat jarang. Perlunya kajian tentang pemilihan material dan mengetahui
cara kerja accesories yang ada di PT Bukaka Teknik Utama.

1.3. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang serta identifikasi masalah sehingga dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi dunia kerja?
2. Bagaimana penggunaan pada alat-alat sistem produksi di PT Bukaka?
3. Bagaimana rangkaian dan proses produksi accesories pada pumping unit ?

1.4. Tujuan Kerja Praktek


Pelaksanaan Kerja Praktik memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui rangkaian dan proses produksi accesories pada pumping unit
2. Mengetahui penggunaan pada alat-alat sistem produksi PT Bukaka
3. Memahami kondisi dunia kerja yang sesungguhnya

1.5. Manfaat Kerja Praktek


Pelaksanaan Kerja Praktek di PT Bukaka memiliki manfaat sebagai berikut :
1. Membangun hubungan kerja sama antara Perguruan Tinggi Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta pada umumnya dan Program Studi Teknik
Mesin pada khususnya dengan perusahaan penyedia tenaga kerja yaitu PT.
Bukaka Teknik Utama.
2. Memberikan wawasan bagi mahasiswa tentang dunia kerja yang
berhubungan dengan mekanisme di dalam suatu perusahaan.

2
3. Mendapatkan input berupa penyelesaian studi kasus permasalahan
perusahaan yang diperoleh dari hasil analisis mahasiswa yang bekerja
praktek di perusahaan tersebut.
4. Menerapkan teori yang telah dipelajari kedalam praktek eksplorasi minyak
bumi.

1.6 . Waktu dan tempat pelaksannan


Kerja praktek ini dilaksanakan pada :

Tanggal : 6 Agustus – 6 September 2015

Jam Kerja : 07.00-15.45 (Senin – Jumat)

Total Jam Kerja : 1 Bulan

Tempat : PT. Bukaka Teknik Utama, Cileungsi, Bogor.

1.7. Metode Pengumpulan Data Dalam Penulisan


Metode yang dilakukan dalam penulisan laporan kerja praktik ini adalah
dengan cara:
a. Metode observasi
Pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung di lapangan, Gathering
Statio (GS), dan data analisis.
analisis.

b. Metode wawancara
Pengumpulan data dengan menanyakan langsung tentang hal-hal yang berkaitan
dengan permasalahan yang sering timbul kepada pembimbing lapangan dan
Technical Asistant serta Staff Workshop.
Workshop.

3
c. Studi literatur
Pengumpulan data dengan mencari buku referensi dan modul pelatihan
pendukung seputar pembahasan produksi Pumping Unit.

1.8. Sistematika Penulisan Laporan

Bab I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi informasi mengenai latar belakang, tujuan dan manfaat kerja
praktik, waktu dan tempat pelaksanaan, batasan masalah, dan sistematika
penulisan laporan.

Bab II. TINJUAN UMUM PT BUKAKA TEKNIK UTAMA


Bab ini berisi informasi dan sejarah perusahaan yang dikaji yaitu PT Bukaka
Teknik Utama.

Bab III. TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini berisi mengenai teori yang mendukung peneliti untuk melakukan
pembahasan pada bab selanjutnya.

Bab IV. PEMBAHASAN


Bab ini berisi pembahasan dan hasil pengambilan data dan pengolahannya,
output yang dihasilkan, serta perbaikan.

Bab V. KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini berisi kesimpulan hasil pengolahan data dan solusi alternatifnya, serta
saran terhadap perusahaan.

4
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan


PT Bukaka Teknik Utama, Tbk adalah perusahaan swasta pribumi yang
bergerak dalam bidang kontruksi, permesinan (engineering), transportasi,
telekomunikasi, dan manufaktur terutama dalam bidang sarana umum. PT Bukaka
Teknik Utama didirikan pada tanggal 25 Oktober 1978 dengan pendirinya Drs. Yusuf
Kalla. Ide pertama untuk mendirikan PT Bukaka Teknik Utama ini yaitu ketika
diumumkannya Surat Keputusan Menteri Perindutrian No.168/M/SK/1978, mengenai
penegasan kembali Surat Keputusan Menteri No.307/MIS/81/1976 tentang keputusan
mengenai keharusan menggunakan komponen dalam negeri untuk perakitan
kendaraan bermotor.
Pada saat itu juga pemerintah sedang berencana untuk membeli unit mobil
pemadam kebakaran secara besar-besaran. Ini merupakan kesempatan besar bagi
perusahaan dalam negeri untuk menunjukkan kemampuannya. Dengan dikelola oleh
tenaga ahli dari Indonesia dan fasilitas yang sederhana, PT Bukaka Teknik Utama
berhasil memenuhi permintaan pemerintah walaupun dengan perjuangan yang tidak
mudah.
Pada mulanya perusahaan ini merupakan sebuah workshop kecil berukuran
2
400 m yang bertempat di desa Babakan, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor
dengan jumlah karyawan yang masih sangat sedikit yaitu 12 orang termasuk direktur
dan sekretaris. Selain itu, sumber daya yang dimiliki pun masih kurang memadai
terdiri dari 4 buah mesin las 200A, 1 buah kompresor dan bor duduk, 2 buah tabung
las karbit, bor tangan, gerindra, dan 60 KVA listrik genset. Produk pertama dari
perusahaan ini yaitu mobil pemadam kebakaran.

5
Pada tahun 1981, PT Bukaka Teknik Utama dipercaya oleh pemerintah untuk
membuat Asphalt Mixing Plant (AMP) yang merupakan suatu alat untuk membuat
hot mix yang saat itu masih diproduksi di negara Jepang. Jumlah karyawan pada saat
itu yaitu 259 orang. Pada tahun 1982, PT Bukaka Teknik Utama dipindahkan ke
daerah Limus Nunggal yang areanya seluas 3 Ha. Lokasi ini cukup strategis, karena
selain tidak begitu jauh dari perkotaan juga dekat dengan jalan tol jagorawi dan jalan
tol Jakarta-Cikampek. Daerah ini merupakan daerah kawasan industri yang
perkembangannya sangat pesat. Perkembangan ini membuat PT Bukaka Teknik
Utama perlu menambah luas area pabrik, sehingga lokasinya dipindahkan dari daerah
Babakan ke daerah Cileungsi yang menempati area seluas 65 Ha.
PT Bukaka Teknik Utama semakin menunjukkan kemampuannya dengan
mengembangkan produk seperti trailer dan container (khusus pengangkut debu pabrik
gula di Indonesia) dengan jumlah karyawan yang bertambah menjadi 608 orang. Pada
tahun 1986 PT Bukaka Teknik Utama berhasil mengembangkan produk yang terdiri
dari High Voltage Transmission, Electrick Tower, Galvanizing Plant,
Conveyor,Control System, Pumping unit. Jumlah karyawan pada saat itu meningkat
menjadi 806 orang. Pada tahun 1988, PT Bukaka Teknik Utama berhasil
memproduksi Asphalt FiniSHEr dan membuat Prototype dari
PassengerBoardingBridge.Walaupun belum pernah dibuat sebelumnya, tetapi produk
ini langsung diekspor ke negara Jepang, Malaysia, dan Thailand dengan jumlah
karyawan 985 orang. Karena keberhasilan tersebut, pada tahun 1989 PT Bukaka
Teknik Utama menerima penghargaan Upakarti. Tidak itu saja, pada tahun 1990 PT
Bukaka Teknik Utama berhasil mengekspor satu set Garbarata (Boarding Bridge) ke
negara Jepang serta merancang prototype produk baru Gear Reducer untuk Pumping
unit dan Cross Cointainer untuk pelabuhan. Jumlah karyawan pada saat itu berjumlah
1.245 orang. Di samping itu, PT Bukaka Teknik Utama juga terus memperbaiki mutu
produk dan berhasil mendapatkan sertifikasi ISO 9001 untuk produk Steel Tower,

6
Boarding Bridge, dan jembatan. Pada tahun 1993, perkembangan PT Bukaka Teknik
Utama semakin pesat diantaranya tumbuh kembangnya anak perusahaan PT Bukaka
Teknik Forging, Bukaka Kabel dan Bukaka Motor. Pada tahun yang sama PT Bukaka
Teknik Utama mendapatkan serifikasi API SpecQ1 (Sertifikasi mutu di bidang
produk perminyakan) untuk produk pompa angguk (PumpingUnit).Pada tahun 1994
PT Bukaka Teknik Utama berhasil menyelesaikan 5 proyek besar dengan tepat waktu
diantaranya sebagai berikut:
1. Conveyor sistem untuk Coal terminal PT Fajar Bumi sakti (anak
perusahaan Bakrie Group) yang berlokasi di Loa Tenggarong (Kalimantan
Timur).
2. Garbarata untuk PT Bukit Asam PLTU Unbilin
3. Jaringan transmisi di Surabaya, Cilegon, Gandul, dan Tambak Lorok.
Pada tahun 1995, PT Bukaka Teknik Utama melakukkan desentralisasi
direktorat keuangan dimana semua fungsi keuangan dan akunting akan lebih banyak
diserahkan ke masing-masing devisi. Desentralsasi hanya dilakukan pada tahun ini
karena dana yang diperoleh besar, likuiditas akan terdorong dengan adanya GoPublic.
Perusahaan juga mengalami kesuksesan dengan masuknya 40% bursa ke dalam pasar
bursa yang telah didaftarkan terlebih dahulu.
Pertumbuhan asset perusahaan terus meningkat dengan pendapatan di atas
rata-rata 50% setiap tahun. Produk pelabuhan udara seperti bridge masih menjadi
pemimpin produk yang mencakup hamper 25% penguasaan pasar di dunia dengan
jumlah produksi 300 jembatan. Kemampuan yang dimliki perusahaan dalam
memproduksi alat berat menjadi partner yang menarik bagi perusahaan asinng.
Negara- negara yang menjadi partner antara lain Amerika Serikat, Inggris, Kanada,
Jepang, dan Belgia.

7
Pada tahun 2014 unit usaha Oil & Gas Equipment di PT Bukaka Teknik
Utama berhasil menyelesaikan 2 proyek besar dengan tepat waktu diantaranya
sebagai berikut.
1. Pembuatan PT Kruing Lestari Jaya, Kalimantan Timur
2. Struktur Bulding, Conveyor Sistem, PT Petro Kimia Gersik, Surabaya.
Selain itu, PT Bukaka Teknik Utama berhasil meraih prestasi puncak dengan
keberhasilan melakukan penawaran saham kepada umum (Go public). Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan professionalisme, meningkatkan kepercayaan
konsumen, serta meningkatkan kesempatan untuk mengembangkan perusahaan
(Fahmi, 2014).

2.2. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan


Untuk memberi panduan dalam menjalankan usahanya maka manajemen PT
Bukaka Teknik Utama menetapkan visi, misi, dan tujuan perusahaan sebagai berikut:
a. Visi
“Menjadi Perusahaan Nasional kelas dunia yang unggul di bidang rekayasa dan
industri”.
b. Misi
“ikut serta memajukan bangsa dengan menjadi perusahaan nasional kelas dunia
yang unggul di bidang rekayasa dan konstruksi dengan mengandalkan inovasi,
kreativitas, dan mutu’’.

2.3. Tujuan Perusahaan


a. Profitability Growth
b. Social Market Share
c. Responsiveness

8
2.4 . Struktur Perusahaan
PT Bukaka Teknik Utama telah mengalami beberapa kali perubahaan sistem
organisasi. Hal ini berguna bagi kebaikan item sehingga diperoleh sistem organisasi
yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan. PT Bukaka dipimpin oleh Presiden
Direktur yang membawahi beberapa Direktur, yaitu Dir. Sumber Daya dan Urusan
Umum, Dir. Keuangan, Dir. Produksi, Dir. Engineering dan Dir. Koordinator proyek.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi (Sumber : Fahmi, 20 14)

9
2.5 . Unit-unit Kerja di PT Bukaka
Saat ini PT Bukaka Teknik Utama menerapkan sistem unit usaha (Strategic
Bussiness Unit), yaitu memberi otoritas penuh masing-masing bagian untuk
mengelola usaha sendiri tetapi tetap dalam pengawasan dan pembinaan manajemen
puncak.
Unit usaha tersebut antara lain:
1. Boarding Bridge & Airport Facility
Memproduksi peralatan dan fasilitas bandara seperti Garbarata
(Gangway/Boarding Bridge), truck catering, truck penyapu landasan pacu
dan lain-lain.
2. Oil and Gas Equipment
Produk utama yang menghasilkan unit Oil and Gas Equipment adalah
pumping angguk, namun seiring permintaan pasaran yang terus mendesak
untuk mengerjakan proyek-proyek lain, maka unit Oil and Gas Equipment
juga mengerjakan Proyek Pabrik Kelapa sawit di Kalimantan, proyek
Gangway di Cilegon, dan proyek dari Petrokimia Gresik.
3. Steel Tower
Memproduksi menara transmisi listrik tegangan tinggi serta menara
komunikasi. Unit Steel Tower pernah memproduksi menara transmisi di
Bali dengan ketinggian 378m dan panjang 1500m. menara tersebut
merupakan menara transmisi tetinggi di dunia.
4. Road Construction Equipment
Unit Road Construction Equipment( RCE) memproduksi peralatan-
peralatan sebagai penunjuk pekerjaan jalan, antara lain Asphalt Mixing
Plant (AMP), Stone CruSHer, Asphalt sprayer, dan lain-lain. Proyek
pertama PT Bukaka Teknik Utama dari pemerintah yaitu pengadaan 20
Unit Asphalt Mixing Plant (AMP).

10
5. Bridge Steel
Unit usaha yang memproduksi Jembatan rangka baja ini merupakan salah
satu produsen pembuat jembatan terbaik di Indonesia. Hal tersebut
terbukti dari beberapa proyek - proyek yang dikerjakan oleh unit usaha
Steel Bridge. Jembatan-jembatan yang telah dibangun antara lain jembatan
Pela and Mahulu di Kalimantan Timur, Teluk Masjid dan jembatan Siak
Empat di Pekanbaru,Riau.
6. Power Generation Merekondisi generator da bekerjasama dengan PLN
menyediakan listrik tenaga diesel dibeberapa kota seperti Ambon,
Banjarmasin, dan lain-lain
7. Galvanize
Memproduksi material – material yang telah dilakukan pelapisan besi
dengan seng untuk menghasilkan material anti karat dan lebih kuat.
8. Special Purpose Vehicle
Unit yang memperoduksi kendaraan – kendaraan khusus dengan fungsi –
fungsi tertentu sesuai dengan permintaan konsumen. Produk yang
dihasilkan antara lain mobil pemadam kebakaran, mobil rescue, mobil
penyapu jalan, dan lain – lain.
9. Bukaka Balikpapan
Bukaka cabang Balikpapan menjadi kontraktor bagi perusahaan di
Balikpapan antara lain dibidang perminyakan adalah Unocoal dan Total.

2.6 Kegiatan Usaha Perusahaan


PT Bukaka Teknik Utama merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang rekayasa atau desain alat industri berat. Perusahaan ini memproduksi berbagai
peralatan kontruksi berat, peralatan transportasi khusus, mesin pertambangan, dan
mesin pertanian. Perlatan yang diproduksi antara lain :

11
a. Peralatan konstruksi berat pada pembuatan jalan yaitu :
1. Bukaka Asphalt Plant.
2. Bukaka Stone CruSHEr.
3. Bukaka Asphalt Sprayer.
4. Bukaka Asphalt Distributor.
5. Bakaka Asphalt Melting Kettle.
b. Alat Transportasi dan kendaraan khusus :
1. Mobil pemadam kebakaran
2. Mobil pengangkut sampah
3. Dump Truck.
4. Trailer Truck.
5. Lubrication Truck.
6. Fire Boat.
7. Crane Container Fuel Tank Truck.
8. Fire Fighting Truck.
9. Mini Shunter.
c. Mesin-mesin untuk pertambangan dan industri :
1. Pumping unit.
2. Belt conveyor.
3. Screening conveyor.
4. Srew conveyor.
5. Over head conveyor.
d. Mesin-mesin untuk pabrik pertanian dan pertambangan :
1. Seed processing plant.
2. Rice milling plant.
3. Coffe processing plant.
4. Industri kontruksi baja.

12
5. Kontruksi baja untuk bangunan tingkat.
6. Konstruksi jembatan.
7. Menara air.
8. Menara tegangan tinggi (steel tower).
e. Galvanize plant :
1. Garbarata (Boarding Bridge).
2. Pelapisan industri baja. ( Fahmi, 2014)

2.7. Komposisi dan Jumlah Karyawan


Jumlah karyawan PT Bukaka Teknik Utama periode Februari 2015 terbagi
dalam beberapa kategori, yaitu berdasarkan status, jabatan dan tingkat pendidikan.
berdasarkan statusnya, komposisi karyawan PT Bukaka Teknik Utama dapat dilihat
pada table 2.1.

Tabel 2.1 Distribusi frekuensi Karyawan PT Bukaka Teknik Utama Berdasarkan


Status Tahun 2015
Jumlah
Status Presentase (%)
Karyawan
Tetap 737 83%
Kontrak atau harian 156 17%
Total 893 100%
Sumber : Fahmi, 2015
Dari table 2.1, dapat dilihat bahwa jumlah karyawan tetap lebih banyak dari
pada karyawan kontrak atau harian. Persentase karyawan tetap yakin, sebesar 83%
dari 893 karyawan yang ada di PT Bukaka Teknik Utama. Sedangkan hanya 17%
karyawan PT Bukaka Teknik Utama yang berstatus kontrak, yakin berjumah 156
karyawan.

13
Jabatan karyawan PT Bukaka Teknik Utama terbagi menjadi 12 kelompok
jabatan. Berdasarkan jabatannya, komposisi karyawan PT Bukaka Teknik Utama
dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Distribusi frekuensi Karyawan PT Bukaka Teknik Utama Berdasarkan


Jabatan Tahun 2015

Jumlah Presentase
Jabatan
Karyawan (%)
Presiden 1 0%
Komisaris 4 1%
Vice President 1 0%
Direktur 5 1%
Senior Manajer 4 0%
Manajer 23 3%
Kepala Bagian 51 6%
Kepala Seksi 86 10%
Asisten 187 21%
Foreman 128 14%
Kepala Regu 139 15%
Anggota 264 29%
TOTAL 893 100%

Sumber : Fahmi, 2015


Dari tabel 2.2, dapat dilihat bahwa total jumlah karyawan sebanyak 893
karyawan. Jumlah paling banyak adalah anggota yakni sebanyak 264 karyawan
dengan presntase 29%.

14
Tingkat pendidikan PT Bukaka Teknik Utama terdiri dari jenjang SD sampai
dengan S2. Berdasarkan tingkat pendidikannya, komposisi karyawan PT Bukaka
Teknik Utama dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Distribusi frekuensi karyawan PT Bukaka Teknik Utama Berdasarkan


Status Pendidikan Tahun 2015.
Jumlah Presentase
Pendidikan
Karyawan (%)
S2 64 8%
S1 245 27%
D3 264 30%
D2 30 3%
D1 19 2%
SMA 200 22%
SMP 37 4%
SD 19 2%
Lain-lain 15 2%
TOTAL 893 100%
Sumber : Fahmi, 2015

2.8. Bentuk Unit Yang Menangani K3


PT Bukaka Teknik Utama mulai memperhatikan masalah keselamatan dan
kesehatan Kerja pada tahun 1993, pada saat itu PT Bukaka Teknik Utama
membentuk panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja atau biasa disingkat
SHE. Pembentukan ini berdasar atas :
1. Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja pasal 9 dan
10.

15
2. Undang-undang No 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok
mengenai tenaga kerja pasal 9 dan 10.
3. Peraturan menteri tenaga kerja RI No per04/M en/1987 tentang panitiaan
pembina keselamatan kerja serta tata cara penunjukkan ahli keselamatan
kerja.
4. Keputusan menteri tenaga kerja RI No Kep.155/M en/1987 tentang
penyempurnaan keputusan menteri tenaga kerja.
5. Keputusan menteri tenaga kerja dan Transmigrasi No Kep.125/Men/1982
tentang pembentukan dan tata cara pekerja, Dewan keselamatan dan
kesehatan kerja yang kembali disyahkan pada tanggal 3 April 2011.

Meski PT Bukaka Teknik Utama sudah menerapkan Unit SHE dari tahun
1993 namun baru tahun 1995 PT Bukaka Teknik Utama mulai memberikan perhatian
yang lebih serius terhadap permasalahan yang lebih serius terhadap permasalahan
yang menyangkut K3 disetiap divisi yang terdapat di PT Bukaka Teknik Utama. Pada
saat itu Unit SHE yang dibentuk ini dipegang oleh seorang pengurus inti, dan
beberapa pengurus lain yang menerapkan jabatan.
PT Bukaka Teknik Utama mulai sibuk memebenahi sistim manajemen mutu
yang mereka miliki pada pertengahan tahun 1990 untuk mendapatkan sertifikat ISO
9000 untuk beberapa jenis produk yang dihasilkan PT Bukaka Teknik Utama.
Pada tahun 1999 PT Bukaka Teknik Utama memproduksi peralatan untuk
indusri perminyakkan lebih lanjut setelah sebelum berhasil membuat pompa anggung
yang digunakan oleh pertamina dan beberapa perusahaan asing yang beroperasi di
Indonesia. Proyek pertama yang dilakukan oleh PT Bukaka Teknik Utama adalah
perawatan Unit pengolah atau kilang minyak di Balongan Indramayu. Setelah itu PT
Bukaka Teknik Utama mendapatkan tander pembuatan anjungan lepas pantai dari
sebuah perusahaan minyak Amerika. Mulai dari situlah PT Bukaka Teknik Utama

16
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja mulai tumbuh, hal ini dikuatkan banyaknya
isu-isu Internasional yang memulai mengusung Hak Asasi Manusia (HAM) yang
berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja.
Tahun 2000 tepatnya pada bulan Agustus PT Bukaka Teknik Utama
membentuk departemen LK3 yang beranggota petugas baru. LK3 ini merupakan
departemen yang telah terdiri sendiri selain SHE yang lebih awal terbentuk. Fokus
utama dari departemen ini adalah pembuatan sistim manajemen LK3. Sistim
manjemen LK3 PT Bukaka Teknik utama merupakan adopsi dari SMK3 versi
permenaker No 5 tahun 1996, dan SMLK3 dari perusahaan lain yang menjadi
pelanggaran PT Bukaka Teknik Utama yang menjadi kendala dalam menjalankan
tugas ini, diantaranya kurang pengetahuan (lack of knowledge), dan kesadaran dari
semua ini. Namun PT Bukaka Teknik Utama berusaha menutup kekurangan tersebut
dengan memberikan pengalaman keselamatan, dan kesehatan kerja dalam menangani
suatu proyek dan menambah pengetahuan para anggotanya dengan mengikut sertakan
mereka dalam berbagai pelatih ditimbangkan dengan bench marking dari perusahaan-
perushaan lain.
Namun dengan adanya revisi terbaru seri Sistem Manajemen Mutu ISO 9001
tahun 2008 yang mulai efektif diterapkan tahun 2010 dan API Spec Q1 yang mulai
memasukkan elemen lingkungan kerja yang berhubungan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja. Kemudian dengan adanya UU No 13 tahun 2003 tentang ketenaga
kerjaan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang didalamnya terdapat pasal yang
mewajibkan perusahaan untuk menjalankan SMK3. Diharapkan semua ini yang
terdapat di PT Bukaka Teknik Utama dapat lebih meningkatkan kepedulian terhadap
LK3.
Anggota dari departemen LK3 ini terdiri dari 4 orang yaitu seorang manajer, 1
orang sebagai Safety System Engineer yang merangkap sebagai pengendali dokumen

17
(Dokument Control), dan 2 orang inspector. Selain itu, dalam departemen SHE pada
saat itu juga terjadi pergantian anggota lama dengan anggota baru.
Untuk lebih mengintegrasikan sistem manajemen mutu dengan sistem
manajemen LK3, maka pada tahun 2004 departemen LK3 digabung dengan
departemen Quality (yang terdiri dari Quality Control dan Quality Assurance) yang
kemudian dikenal dengan istilah QSHE (Quality Safety Health and Environment).
Tapi untuk menjadikan LK3 suatu budaya kerja bukanlah tugas yang mudah namun
demikian departemen QSHE ini diharapkan mampu menjadikan LK3 sebagai budaya
kerja di semua lini perusahaan. Departemen ini juga akan berkembang secara dinamis
dan cepat mengikuti perkembangan zaman.
Yang menjadi alasan departemen QSHE didirikan oleh PT Bukaka adalah :
 Karena tingginya angka kecelakaan kerja yang terjadi
 Karena tuntutan global dan kebutuhan pasar tentang penerapan QSHE dan
dokumennya bagi suatu perusahaan yang merupakan prasyarat untuk
mengikuti suatu tender
Berdasarkan hal di atas maka PT Bukaka membentuk unit keselamatan dan kesehatan
kerja yang terbagi menjadi dua unit, yaitu sebagai berikut :
1. Bentuk unit secara fungsional
Unit yang menangani keselamatan dan kesehatan kerja secara fungsional
adalah SHE atau QSHE Steering Committee. SHE ini dipimpin oleh
seorang ketua dan anggota yang teridiri dari para perwakilan karyawan dan
pengusaha SHE juga memiliki seorang sekretaris yang merupakan seorang
ahli keselamatan dan kesehatan kerja umum.
2. Bentuk unit secara structural
Unit yang menangani keselamatan dan kesehatan kerja secara structural
adalah Departemen QSHE. Departemen ini dipimpin oleh seorang Manajer
QSHE yang bertanggung jawab kepada Direktur Operasional.(wulan. 2014)

18
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Unit Usaha Oil and Gas Equ ipment


Oil and Gas Equipment adalah salah satu unit usaha yang ada di PT Bukaka
Teknik Utama. Unit usaha ini merupakan salah satu unit usaha yang bergerak
dibidang konstruksi, terutama konstruksi Pumping Unit. Produk utama yang
diproduksi unit usaha ini adalah Pumping Unit. Selain Pumping Unit, unit usaha Oil
and Gas Equipment juga mengerjakan beberapa proyek lain, antara lain proyek
pabrik kelapa sawit di Kalimantan, proyek gangway di Cilegon, proyek Petrokimia
Gresik di Gresik.
Unit usaha Oil and Gas Equipment memproduksi barang dengan sistem Job
Order yaitu berdasarkan pesanan pelanggan. Pada setiap pesanan umumnya tidak
hanya untuk proses pembuatan Pumping Unit, tetapi mulai dari design produk sampai
dengan instalasi dan pengujian produk dilakukan oleh unit usaha tersebut. Secara
garis besar proses bisnis pada divisi Oil and Gas Equipment dimulai saat pihak dari
pelanggan dan PT Bukaka Teknik Utama melakukan tender untuk pemesanan
sejumlah produk Pumping Unit. Setelah kedua pihak mencapai kesepakatan,
kemudian dilakukan proses penandatangan tender. Setelah resmi tender didapatkan
oleh pihak perusahaan, bagian engineering akan melakukan proses drawing desain
produk pumping unit sesuai dengan permintaan customer. Selanjutnya bagian
Production Planning and Inventory Control (PPIC) akan membuat rencana produksi
dan perencanaan material yang dipesan dari supplier. Setelah material siap,
selanjutnya dilakukan proses produksi pumping unit.

Setelah proses produksi selesai dan komponen siap, dilakukan proses ereksi
atau assembly instalasi Pumping Unit. Tahapan tersebut merupakan salah satu
tahapan uji coba untuk memastikan bahwa produk pumping unit berfungsi dengan

19
baik sesuai permintaan customer. Setelah proses ereksi selesai dan hasil inspeksi
baik, maka proses selanjutnya adalah proses packing dan delivery ke customer.

20
3.2. Struktur Organisasi OGE

)
E
G
O
(
t
n
e
m
p
i
u
q
E
s
a
G
d
n
a
li
3 O
1 si
0 a
2 si
,i n
a
m g
h r
a O
F r
:r u
e t
b k
u
rt
m
u S
S n
a
g
a
B
.1
3
r
a
b
m
a
G

21
3.3. Divisi-Divisi OGE

3.3.1. Divisi Produksi

1. L in e Supervisor
a. Tugas dan tanggung jawab
1) Melakukan koordinasi dengan para leader fabrikasi untuk
menentukan loading dan tenaga kerja.
2) Mempelajari dan memahami prioritas pekerjaan berdasarkan
instruksi kerja dan kontrak kerja dari pelanggan.
3) Mengawasi kesiapan peralatan kerja, material, tenaga kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
4) Membantu para leader fabrikasi dalam memecahkan masalah
teknik dilapangan.
5) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan spesifikasi
dan target yang telah ditentukan.
6) Menetapkan jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam suatu
pekerjaan.
7) Melakukan koordinasi dengan bagian pemeliharaan dan fasilitas
dalam hal perbaikan mesin dan penyediaan fasilitas yang memadai.
8) Menjaga keselamatan kerja dan kebersihan di lini produksi.
9) Memecahkan masalah teknis dan berkoordinasi dengan atasan
langsung (fabrication coordinator).
10) Mengembangkan metode-metode kerja, agar dapat dicapai proses
fabrikasi yang lebih efisien dan efektif.
b. Wewenang
1) Menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan prosedur yang ada.
2) Menolak dan/atau memberhentikan pekerjaan yang mengancam
keselamatan kerja.

22
3) Mengusulkan jumlah tenaga yang diperlukan untuk jam lembur.
4) Memberikan usulan-usulan perbaikan.
5) Memberi evaluasi bawahannya.
6) Memberi teguran dan usulan sanksi para kepala regu maupun
anggota yang melanggar PKB.
7) Menandatangani pengajuan Bon Pemakaian Bahan untuk
consumable.

2. Assemblin g Supervi sor


a. Tugas dan tanggung jawab
1) Mempelajari dan memahami prioritas pekerjaan berdasarkan
instruksi kerja dan kontrak kerja dari pelanggan.
2) Melakukan koordinasi dengan para mekanik untuk menentukan
prioritas pekerjaan assembling.
3) Mengawasi kesiapan peralatan kerja, material, tenaga kerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
4) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan assembling agar sesuai dengan
spesifikasi dan target yang telah ditentukan.
5) Melakukan koordinasi dengan bagian pemeliharaan dan fasilitas
dalam hal perbaikan mesin dan penyediaan fasilitas yang memadai.
6) Membantu pengawasan proses assembling di site, jika dirasakan
perlu.
7) Menjaga keselamatan kerja dan kebersihan di lini produksi.
8) Melakukan analisa masalah-masalah assembling dan memecahkan
masalah teknis dan memberi laporan hasil kerja kepada atasan.
9) Mengembangkan metode-metode kerja, agar dapat dicapai proses
fabrikasi yang lebih efisien dan efektif.

23
b. Wewenang
1) Menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan prosedur yang ada.
2) Menolak dan/atau memberhentikan pekerjaan yang mengancam
keselamatan kerja.
3) Mengusulkan jumlah tenaga yang diperlukan untuk jam lembur.
4) Memberikan usulan-usulan perbaikan.
5) Memberi evaluasi bawahannya.
6) Memberi teguran dan usulan sanksi para kepala regu maupun
anggota yang melanggar PKB.
7) Mengajukan Bon Pemakaian Bahan.

3. F abri cation L eader


a. Tugas dan tanggung jawab
1) Melakukan koordinasi dengan fitter, welder dan operator proses
pendukung, rencana pekerjaan, loading dan tenaga kerja.
2) Mempelajari instruksi kerja dan dokumen pendukungnya.
3) Membantu menyiapkan peralatan kerja, material dan fasilitas
pendukung lainnya.
4) Membantu proses produksi sesuai dengan fungsinya.
5) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan anggotanya agar sesuai dengan
spesifikasi dan target yang telah ditentukan.
6) Melakukan perbaikan hasil kerja yang tidak sesuai dengan
spesifikasi
7) Mengisi LKH.
8) Menjaga keselamatan kerja dan kebersihan dikelompok kerja
masing-masing.

24
9) Memecahkan masalah teknis dan berkoordinasi dengan atasan
langsung (Line Supervisor).
b. Wewenang
1) Menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan prosedur yang ada.
2) Menolak dan/atau memberhentikan pekerjaan yang mengancam
keselamatan kerja.
3) Menandatangani LKH.
4) Memberikan usulan-usulan perbaikan.
5) Memberi evaluasi bawahannya.
6) Memberi teguran dan usulan sanksi para kepala regu maupun
anggota yang melanggar PKB.
7) Mengajukan Bon Pemakaian Bahan.

4. Operator Mesin Potong


a. Tugas dan tanggung jawab
1) Mempelajari instruksi kerja dan dokumen pendukung.
2) Menyiapkan peralatan kerja, material/komponen dan fasilitas
pendukung.
3) Melakukan proses pemotongan sesuai dengan metode dan “work
instruction”.
4) Melakukan pemeriksaan hasil kerja.
5) Melakukan perbaikan hasil kerja yang tidak sesuai dengn
spesifikasi.
b. Wewenang
1) Menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan prosedur yang ada.
2) Menolak dan/atau memberhentikan pekerjaan yang mengancam
keselamatan kerja.

25
3) Memberikan usulan-usulan perbaikan.

5. Operator Dril ling Machine


a. Tugas dan tanggung jawab
1) Mempelajari instruksi kerja dan dokumen pendukung.
2) Menyiapkan peralatan kerja, material/komponen dan fasilitas
pendukung lain.
3) Melakukan proses drilling sesuai dengan metode dan “work
instruction”.
4) Melakukan pemeriksaan hasil kerja.
5) Melakukan perbaikan hasil kerja yang tidak sesuai dengn
spesifikasi.
b. Wewenang
1) Menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan prosedur yang ada.
2) Menolak dan/atau memberhentikan pekerjaan yang mengancam
keselamatan kerja.
3) Memberikan usulan-usulan perbaikan.

6. Painter
a. Tugas dan tanggung jawab
1) Mempelajari instruksi kerja.
2) Menyiapkan material cat dan benda kerja.

3) Menyiapkan peralatan kerja dan fasilitas pendukung.

4) Melakukan proses pencampuran cat sesuai dengan spesifikasi.

5) Melakukan proses “surface preparation”.

6) Melakukan proses pengecatan sesuai dengan “work instruction”.

26
7) Melakukan pemeriksaan hasil kerja dan memperbaiki jika terjadi
ketidak sesuaian spesfikasi.

b. Wewenang
1) Menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan prosedur yang ada.
2) Menolak dan/atau memberhentikan pekerjaan yang mengancam
keselamatan kerja.

3) Memberikan usulan-usulan perbaikan dan saran penggunaan


peralatan yang lebih baik.

7. Welder
a. Tugas dan tanggung jawab
1) Mempelajari instruksi kerja dan dokumen pendukungnya.
2) Menyiapkan peralatan kerja, material dan fasilitas pendukung lain.
3) Melakukan proses pengelasan sesuai dengan metode dan
spesifikasi yang telh ditentukan.
4) Melakukan pemeriksaan hasil kerja.
5) Melakukan perbaikan hasil kerja yang tidak sesuai dengan
spesfikasi.
b. Wewenang
1) Menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan prosedur yang ada.
2) Menolak dan/atau memberhentikan pekerjaan yang mengancam
keselamatan kerja.
3) Memberikan usulan-usulan perbaikan.

8. Fitter Mekanik
a. Tugas dan tanggung jawab

27
1) Menyiapkan peralatan kerja, material/komponen dan fasilitas
pendukung lain.
2) Melakukan proses drilling sesuai dengan metode dan “work
instruction”.
3) Melakukan pemeriksaan hasil kerja.
4) Melakukan perbaikan hasil kerja yang tidak sesuai dengn
spesifikasi.
5) Mempelajari instruksi kerja dan dokumen pendukung.
b. Wewenang
1) Menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan prosedur yang ada.
2) Menolak dan/atau memberhentikan pekerjaan yang mengancam
keselamatan kerja.
3) Memberikan usulan-usulan perbaikan.

9. Fitter
a. Tugas dan tanggung jawab
1) Mempelajari instruksi kerja dan dokumen pendukung.
2) Menyiapkan peralatan kerja, material/komponen dan fasilitas
pendukung lain.
3) Melakukan proses setting dan “tack weld” sesuai dengan metode
dan “work instruction”.
4) Melakukan pemeriksaan hasil kerja.
5) Melakukan perbaikan hasil kerja yang tidak sesuai dengan
spesfikasi.
b. Wewenang
1) Menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan prosedur yang ada.

28
2) Menolak dan/atau memberhentikan pekerjaan yang mengancam
keselamatan kerja.
3) Memberikan usulan-usulan perbaikan.

3.3.2. Divisi PPIC

1. Production Control
a. Tugas dan tanggung jawab
1) Mempelajari detil schedule yang ditetapkan oleh kepala PPIC.
2) Mempelajari gambar yang akan diturunkan ke produksi.
3) Mendistribusikan IK dan SPK ke produksi/subkon internal.
4) Mendistribusikan material yang akan diproses.
5) Memonitor dan mengendalikan proses produksi agar sesuai denga
target yang telah ditetapkan.
6) Memberikan laporan kemajuan dan masalah-masalah penyelesaian
produksi.
7) Bekerja sama dengan bagian produksi dan/atau subkon internal
mengenai pengaturan loading pekerjaan.
8) Bekerja sama dengan bagian packing dan handling untuk proses
pemindahan dan packing.
b. Wewenang
1) Menolak pekerjaan yang tidak sesuai dengan prosedur.
2) Mengusulkan perubahan loading pekerjaan, jika terdapat pekerjaan
yang mengalami “bottle neck”.
3) Memberikan usulan-usulan perbaikan dalam hal pengendalian
produksi.

29
2. Warehouse Coordin ator
a. Tugas dan tangung jawab
1) Mengendalikan persediaan tools, konsumabel & komponen
pumping.
2) Mengendalikan proses penerimaan, penempatan , penyimpanan
barang dan pengeluaran barang.
3) Mengendalikan sistem pergudangan.
4) Melakukan koordinasi dengan subkon packing tentang
pelaksanaan packing.
5) Membuat laporan stock gudang.
6) Menjalankan dan mengendalikan arsip pergudangan.
7) Menjaga kebersihan , kerapihan & ketertiban dalam gudang.
8) Berkoordinasi dan berkomunikasi dengan Kepala PPIC, terkait
dengan masalah-masalah persediaan digudang.
b. Wewenang
1) Menolak penerimaan & pengeluaran barang yang tidak sesuai
dengan prosedur
2) Menolak kualitas packing yang tidak sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan
3) Menandatangani Bukti Terima Barang
4) Mencatat dan melaporkan pengembalian peralatan kerja yang
rusak
5) Memberikan usulan-usulan perbaikan dan saran pengelolaan
gudang yang lebih baik
6) Melarang orang lain yang tidak berkepentingan berada didalam
gudang
7) Mengevaluasi dan mengembangkan bawahannya.

30
3. Packin g Coordinator
a. Tugas dan tanggung jawab
1) Mempelajari packing list yang diterima dari Kepala PP IC.
2) Melakukan koordinasi dengan subkont packing tentang jadwal,
persiapan dan proses packing.
3) Memonitor progress, komponen yang dipacking dan kualitas
packing.
4) Memberikan laporan kepada Inventory control tentang masalah,
kemajuan dan kesiapan packing.
b. Wewenang
1) Menolak permintaan proses packing yang tidak sesuai dengan
prosedur.
2) Menolak kualitas packing yang tidak sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan.
3) Menegor dan mengambil tindakan atas ketidaksesuaian proses
packing.
4) Memberikan usulan-usulan perbaikan dan saran proses packing
barang yang lebih baik.

4. Spare Par ts Contr oll er


a. Tugas dan tanggung jawab
1) Mempelajari permintaan spare parts dari ASS.
2) Membuat list dan monitoring pengadaan material atau komponen
spare parts yang diminta.
3) Mendistribusikan SPK ke subkon internal dan mengirim material
yang akan diproses.

31
4) Memonitor dan mengendalikan proses fabrikasi spare parts.
5) Memberikan laporan kemajuan dan masalah-masalah penyelesaian
spare parts.
6) Bekerja sama dengan bagian packing dan handling untuk proses
pemindahan dan packing.
b. Wewenang
1) Menolak permintaan spare parts yang tidak sesuai dengan
prosedur.
2) Menetapkan prioritas proses fabrikasi spare parts.
3) Memberikan usulan-usulan perbaikan penanganan spare parts agar
lebih memenuhi persyaratan dan harapan pelanggan.

5. Components & Consumables Store Keeper


a. Tugas dan tanggung jawab
1) Menerima komponen dan consumables.
2) Menyimpan komponen dan consumables ke tempat yang telah
ditentukan.
3) Melayani permintaan komponen & consumables yang diminta oleh
bagian produksi, maintenance dan production controller.
4) Mendokumentasikan dan menyimpan bukti pengeluaran barang.
5) Menempatkan barang-barang sesuai lokasi yang ditetapkan.
b. Wewenang
1) Menolak permintaan pengeluaran barang yang tidak sesuai dengan
prosedur.
2) Meminta orang lain tidak berada dalam gudang yang tidak
berkepentingan.

32
3) Memberikan usulan-usulan perbaikan dan saran penempatan
barang yang lebih aman dan tertib.

6. Equ ipments and Tool Keeper


a. Tugas dan tanggung jawab
1) Menerima peralatan kerja dan tools.
2) Menyimpan peralatan kerja dan tools ke tempat yang telah
ditentukan.
3) Melayani permintaan peralatan kerja & tools yang diminta oleh
bagian produksi dan maintenance.
4) Mendokumentasikan dan menyimpan bukti pengeluaran barang.
b. Wewenang
1) Menolak permintaan pengeluaran barang yang tidak sesuai dengan
prosedur.
2) Meminta orang lain tidak berada dalam gudang yang tidak
berkepentingan.
3) Memberikan usulan-usulan perbaikan dan saran penempatan
barang yang lebih aman dan tertib.

7. Expediter
a. Tugas dan tanggung jawab
1) Melakukan proses pengiriman atau pengambilan barang (material,
komponen maupun sub assy pumping unit) dari wokshop pumping
ke subkon internal.
2) Mengatur penempatan dan penumpukan material, komponen dan
sub assy pumping unit.

33
3) Membantu proses packing komponen dan/atau sub assy yang akan
dikirim.
4) Bekerja sama dengan bagian handling dalam melakukan proses
pemindahan barang.
b. Wewenang
1) Menolak permintaan proses pengiriman atau pengambilan yang
tidak sesuai prosedur.
2) Menolak permintaan pengangkatan atau pemindahan yang
mengancam keselamatan kerja.
3) Melarang penempatan material diluar material/komponen pumping
di yard atau didalam workshop pumping.
4) Memberikan usulan-usulan perbaikan packing dan penempatan
barang, sehingga lebih memudahkan proses handling.

8. Handling
a. Tugas dan Tanggung jawab
1) Melakukan proses pemindahan barang (peralatan, komponen
maupun sub assy pumping unit) dengan foklift.
2) Menjaga kualitas barang-barang yang diangkat atau dipindahkan,
baik selama diangakat maupun pada saat penempatan kembali.
3) Menjalankan proses pemindahan secara aman baik untuk diri
sendiri maupun orang lain.
4) Memelihara peralatan (forklift) sesuai manual operasi forklift.
b. Wewenang
1) Menolak permintaan proses pemindahan barang diluar barang
pumping, kecuali sudah ada ijin dari pengawas workshop pumping.

34
2) Menolak permintaan pengangkatan atau pemindahan yang
mengancam keselamatan kerja.
3) Menolak pemakaian foklift oleh orang lain yang tidak kompeten.

9. Material Control
a. Tugas dan tanggung jawab
1) Mengendalikan persedian raw material, material casting dan
komponen-komponen untuk proses fabrikasi
2) mengendalikan proses penerimaan, penempatan, penyimpanan
komponen-komponen, material casting, raw material, dan
pengeluarannya.
3) Mengendalikan system penempatan raw material.
4) Melakukan koordinasi dengan bagian produksi tentang
pelakasanaan proses fabrikasi.
5) Membuat laporan penerimaan dan pengeluaran raw material dan
material casting.
6) Melindungi dan menjaga kualitas keberadaan material
7) Menjaga kebersihan, kerapihan di area penempatan raw material.
8) Berkoordinasi dan berkomunikasi dengan Production Control
terkait dengan masalah persediaan raw material.
b. Wewenang
1) Menolak permintaan dan pengeluaran material yang tidak sesuai
dengan prosedur.
2) Mensuppli komponen-komponen raw material ke bagian produkssi
dan ke subkon.
3) Mencatat dan melaporkan penerimaan dan pengeluaran raw
material dan material casting.

35
4) Memberikan usulan-usulan pengembangan dan pengadaan
penempatan maerial.

3.3.3. Divisi SHE

1. SH E Coordin ator
a. Tugas dan tanggung jawab
1) Berkoordinasi dengan Shop Manager dalam merencanakan
program kerja K3.
2) Identifikasi resiko-resiko bahaya dilingkungan kerja.
3) Memberikan orientasi K3 terhadap karyawan maupun
subkontraktor fabrikasi, packing baru yang bekerja di Area Shop
OGE.
4) Melakukan analisa dan kajian penyebab ketidaksesuaian dan
pelanggaran K3.
5) Melakukan assessment berkaitan dengan K3 terhadap
subkontraktor jasa fabrikasi, dan packing yang dapat berdampak
langsung terhadap K3.
6) Memberikan masukan kepada Shop Manager berkaitan dengan
perlunya perubahan proses dan system K3.
b. Wewenang
1) Menegur karyawan maupun subkontraktor yang lalai terhadap
ketentuan K3.
2) Melakukan penghentian sementara proses fabrikasi jika ditemukan
adanya resiko bahaya yang berdampak terhadap K3.
3) Mengusulkan daily patrol secara random dan tidak terjadwal ( on
the spot ).

36
2. SHE Repres
Represe
entati
nt ative
ve

a. Tugas dan tanggung jawab


1) Berkoordinasi dengan SHE Coordinator dalam membuat
perencanaan program kerja K3 di lingkungan Shop OGE.
2) Berkoordinasi dengan SHE Coordinator dalam mengidentifikasi
resiko-resiko bahaya di lingkungan Shop OGE.
3) Memberikan orientasi K3 terhadap karyawan maupun
subkontraktor fabrikasi,
fabrikasi, packing baru yang bekerja di Area Shop
OGE.
4) Melakukan analisa dan kajian penyebab ketidak sesuaian dan
pelanggaran K3 di Area Shop OGE.
5) Melakukan assessment berkaitan dengan K3 terhadap
subkontraktor jasa fabrikasi, dan packing yang dapat berdampak
langsung terhadap K3 di Shop OGE.
6) Memberikan masukan kepada SHE Coordinator berkaitan dengan
perlunya perubahan proses dan system K3 di Area Shop OGE.
b. Wewenang
1) Menegur karyawan maupun subkontraktor yang lalai terhadap
ketentuan K3.
2) Melakukan penghentian sementara proses fabrikasi di Shop OGE
jika ditemukan adanya resiko bahaya yang berdampak terhadap
K3.

3) Mengusulkan daily patrol di Area Shop OGE secara random dan


terjadwal.

37
3.3.4. Divisi Quality Assurance

1. Quality Assurance Koordinator


a. Tugas dan tanggung jawab
1) Mengkaji pencapaian Quality Objective untuk area kerja unit
usaha.
2) Menyediakan umpan balik ketika menemukan masalah dan
melakukan tindakan perbaikan serta tindakan pencegahan, agar
tidak terjadi lagi dimasa datang.
3) Mendayagunakan umpan balik pelanggan untuk tindakan dan
peningkatan.
4) Mengkaji total pelaksanaan sistem secara berkala untuk
kesesuaian, efektivitas dan peningkatan mutu.
5) Melaksanakan strategi untuk peningkatan mutu.
6) Mengkaji dan verivikasi indikator mutu, masalah mutu produk,
tindakan serta status.
7) Turut secara aktif dalam menyediakan asistensi dan rekomendasi
untuk perbaikan.
b. Wewenang
1) Menentukan penghentian sementara produksi, pengiriman dan
penarikan produk jika terjadi ketidaksesuaian.
2) Mengusulkan tugas, tanggung jawab dan wewenang personil
Quality Department yang berkaitan dengan Sistem Manajemen
Mutu.
3) Mengusulkan pemberian Certificate of Compliance terhadap
produk yang lulus inspeksi dan pengetesan.

38
3.3.5. Divisi Engineering

1. Oil & Gas Equi pment


pment Uni t Engin eeri ng Coordinator
Coordinator

a. Tugas dan tanggung jawab


1) Membantu memberikan data tender yang meliputi ;
a. Spesifikasi teknik
b. Design drawing
c. Design calculation
d. Brochure – brochure yang dibutuhkan
2) Mereview dan menyetujui design pumping unit yang meliputi ;
a. Design calculation
b. Design drawing ( dimension calculation, torque factor, general
view)
view)
c. Manufacturing drawing
d. Bill of quantity
3) Mengevaluasi ketidaksesuaian antara spesifikasi design dengan
hasil fabrikasi.
4) Mengevaluasi masukan design,
design, untuk melakukan pengembangan
design.
5) Memelihara semua catatan design mulai tahap perancangan,
pengembangan sampai review.
review.
6) Melakukan verifikasi design,
design, untuk memastikan hasil design dan
pengembangan telah sesuai dengan design dan pengembangan
input.
7) Melakukan validasi design,
design, untuk memastikan produk layak
digunakan sesuai dengan semua persyaratan dan aplikasi produk.

39
8) Memelihara semua catatan perubahan design,
design, berikut catatan
evaluasi, hasil verifikasi dan validasi produk sebelum
diaplikasikan dan evaluasi setelah perubahan.
9) Menyetujui dokumen part list dan “assembly
“assembly instruction and
operating manual”.
b. Wewenang
1) Memberikan standar harga pumping unit dan spare part sesuai
dengan spesifikasi.
2) Menentukan pemakaian material / komponen sesuai dengan
spesifikasi dan design calculation.
calculation.
3) Menyetujui permohonan anggaran untuk pembelian alat kerja dan
copy dokumen di unit kerjanya.

2. Oil & Gas Equi pment


pment Un it D esign E ngin eeri ng

a. Tugas dan tanggung jawab


1) Membantu memberikan data tender yang meliputi ;
a. Spesifikasi teknik
b. Design drawing
c. Design calculation
d. Brochure – brochure yang dibutuhkan
2) Membuat design pumping unit yang meliputi ;
a. Tahapan perancangan dan pengembangan berdasarkan
masukan spesifikasi, fungsi, kinerja serta persyaratan dan
peraturan yang berlaku.
b. Design calculation
c. Design drawing ( dimension calculation,
calculation, karakteristik produk ,
general view )

40
d. Manufacturing drawing
e. Bill of quantity
3) Mengevaluasi ketidaksesuaian antara spesifikasi design dengan
hasil fabrikasi, mengidentifikasi masalah dan menyarankan
perbaikan.
4) Membuat part list dan “assembly instruction and operating
manual”.
b. Wewenang
1) Menentukan pemakaian material/komponen sesuai spesifikasi dan
design calculation.
2) Mengecek dan mengevaluasi spesifikasi design dengan hasil
fabrikasi.
3) Mengecek list kebutuhan alat kerja engineering.

3. Oil & Gas Equi pment Un it Dr awing and Detaili ng Contr ol


a. Tugas dan tanggung jawab
1) Membuat dan menyiapkan data tender yang meliputi ;
a. Design drawing
2) Menggambar design drawing pumping unit yang meliputi ;
a. Design drawing
b. Manufacturing drawing
3) Memfile dan mendistribusikan data-data tersebut
b. Wewenang
1) Menggambar Fabrikasi drawing sesuai dengan spesifikasi dan
design calculation.
2) Memfile mendistribusikan data-data yang meliputi ;
a. Fabrikasi Drawing

41
3) Alat kerja

4. Oil & Gas Equi pment Un it E ngineeri ng Document Control


a. Tugas dan tanggung jawab
1) Menyusun dan menyiapkan data tender yang meliputi ;
a. Spesifikasi teknik
b. Design drawing
c. Design calculation
d. Brochure-brochure yang dibutuhkan
2) Menyusun Document Package
3) Menyusun Part List dan “Assembly Instruction and Operating
Manual”
4) Memfile tribusikan data-data tersebut
b. Wewenang
1) Memfile dan mendistribusikan data-data yang meliputi ;
a. Fabrikasi Drawing
b. Bill of Quantity
c. Document Package
d. Part Lis dan “Assembly Instruction and Opening Manual”
e. Design Calculation
f. Design and Development Review
g. Design and Development Verification, Validation and Changes

5. Oil & Gas Equi pment Un it M ateri al Estimate


a. Tugas dan tanggung jawab
1) Menyusun Bill of Quantity.
2) Memfile dan mendistribusikan data-data tersebut.

42
b. Wewenang
1) Memfile dan mendistribusikan data-data yang meliputi ;
a. Bill of Quantity
2) Alat Kerja.

3.3.6. Divisi Marketing

1. Koordinator Marketing
a. Tugas dan tanggung jawab
1) Bertanggung jawab langsung kepada kepala unit usaha / direktur
project
2) Membina hubungan baik dengan pelanggan untuk mendapatkan
target maximum penjualan dengan maximum profit / keuntungan.
3) Bertanggung jawab untuk mensukseskan project yang berjalan
agar sesuai dengan kontrak yang telah dibuat.
4) Mencari dan mendapatkan pelanggan baru baik dari domestik
ataupun dari internasional market/pasar.
5) Membantu bagian keuangan apabila mendapatkan kesulitan dalam
hal pembayaran.
6) Menginformasikan kebagian terkait dan bagian engineering segala
data / informasi dari pihak pelanggan.
7) Melakukan koordinasi dengan marketing eksekutif dalam hal
pembagian tugas, penentuan harga jual dan target penjualan.
8) Mereview proposal teknis atau komersial yang dibuat marketing
eksekutif sebelum diajukan ke customer.
9) Melakukan kontrak review dengan bagian engineering, produksi,
purchasing, QA sebelum produksi dimulai.

43
10) Mengawasi dan memonitor hasil penjualan dari marketing
eksekutif terhadap target penjualan.
b. Wewenang
1) Menentukan, mereview kontrak dan bid proposional.
2) Membina hubungan dengan perusahaan lokal dan perusahaan
asing.
3) Menentukan target penjualan tahunan.
4) Membuat SPK ( surat perintah kerja ) dan menanda tangani ke
bagian-bagian lainnya yang terkait.
5) Mengajukan harga penjualan ke kepala unit usaha / direktur
project.
6) Melakukan kebijakan dan system prosedur tentang kegiatan
marketing.
7) Melakukan pemeriksaan atas laporan berkala dari marketing
eksekutif, dan customer service.
8) Menganalisa perbandingan harga dengan kompetitor.

2. M arketin g Eksekuti f
a. Tugas dan tanggung jawab
1) Melakukan komunikasi dan pertemuan dengan customer untuk
membicarakan hal-hal yang menyangkut dengan proyek yang
sedang berjalan dan yang akan datang.
2) Membuat laporan mingguan kepada marketing koordinator setuiap
kunjungan ke customer.
3) Mencari peluang-peluang proyek baru.
4) Melakukan koordinasi dengan divisi-divisi lain (Engineering,
Procurement,Produksi,project control, Product support /ASS)

44
5) Menyusun proposal teknis dan komersial sesuai dengan
persyaratan yang diminta customer atau tercantum dalam bid
dokumen.
6) Membuat budgeting untuk project yang sudah kontrak atau P.O
yang diterima.
b. Wewenang
1) Mencari tahu rencana customer dimasa yang akan datang serta
menentukan project opportunity.
2) Melakukan evaluasi terhadap pencapaian pemasaran.
3) Menganalisa perbandingan harga dengan kompetitor.
4) Mengusulkan langkah-langkah perbaikan berdasarkan hasil analisa
dan keluhan pelanggan.

3. M arketin g Support
a. Tugas dan tanggung jawab
1) Mengumpulkan informas ( secara periodic ) mengenai semua info
tender dari media cetak dan media elektronik.
2) Membantu mempersiapkan dokumen penawaran/tender (
komersial dan teknis ) sesuai persyaratan yang tercantum dalam
bid document.
3) Membuat surat perintah kerja ( SPK ) internal proyek yang sudah
kontrak atau P.0. yang diterima atas intruksi dari coordinator
marketing.
b. Wewenang
1) Menerbitkan surat penawaran harga atas permintaan dari
Marketing Executive.

45
2) Menerbitkan dan mendistribusikan surat perintah kerja ( SPK )
internal atas permintaan Koord. Marketing setelah disetujui Kepala
Unit.(Randi, 2014)

3.4. Pumping Un it

Gambar 3.2 Pumping Unit Produksi PT Bukaka Teknik Utama

Sumber tenaga penggerak utama dari seluruh rangkaian unit komponen baik
di atas permukaan maupun komponen di dalam sumur adalah mesin penggerak
(prime mover). Fungsi utama komponen pumping unit di atas permukaan adalah :

1. Memindahkan energi atau tenaga dari prime mover ke unit komponen


pompa di dalam sumur.
2. Mengubah gerak berputar dari prime mover menjadi suatu gerak bolak-
balik naik turun.
3. mengubah kecepatan putar prime mover menjadi suatu langkah
pemompaan (stroke/menit, SPM) sesuai dengan yang diinginkan (Aditya,
2015).

46
3.5. Komponen Pumping Uni t

Sumber : Randi, 2014


Gambar 3.3 Komponen Pumping Unit

1. Frame Base
Frame Base adalah komponen yang secara spesifik dirancang dan dibuat
untuk mendukung komponen mesin yang membutuhkan struktur rangka tanam
tambahan. Struktural Frame Base (SFB) digunakan untuk mendukung komponen
mesin dan menyediakan pondasi yang tetap (rigid) untuk pemasangan isolator
getaran, tanpa memberikan ruang untuk perbedaan gerakan yang signifikan antara
komponen-komponen yang berputar. SFB membuat komponen mesin dapat
distabilkan dan getaran dapat dikurangi dengan menurunkan titik beban dari
komponen tersebut.

47
2. Riser Box
Riser Box adalah komponen yang berfungsi untuk memaksimalkan ruang dan
batas dari produk.

3. Counter Weight
Counter Weight adalah sepasang pemberat yang berfungsi untuk mengubah
gerakan berputar dari prime mover menjadi gerakan bolak-balik naik turun
menyimpan tenaga. Prime Mover pada saat down-stroke atau saat counter weight
menuju ke atas yaitu pada saat kebutuhan tenaga kecil atau minimum.
Membantu tenaga prime mover pada saat up-stroke atau saat counter weight bergerak
ke bawah sebesar tenaga potensialnya. Kerja prime mover terbesar yang dibutuhkan
adalah pada saat up-stroke dimana minyak ikut terangkat ke atas atau permukaan.
4. Gear Reducer
Gear Reducer merupakan transmisi yang berfungsi untuk mengubah
kecepatan putar dari prime mover. Gerak putaran dari prime mover diteruskan ke gear
reducer dengan menggunakan belt.

5. Crank
Crank merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan crank shaft pada
gear reducer dengan counter weight. Pada crank ini terdapat lubang-lubang tempat
kedudukan pada pitman bearing dan ujung bawah dari pitman. Besar kecilnya
langkah atau stroke pemompaan yang diinginkan dapat diatur dari sini dengan
mengubah-ubah letak ujung bawah pitman mendekati maupun menjauhi counter
weight. Apabila kedudukan ujung bawah pitman digeser ke posisi lubang mendekati
counter weight, maka langkah pemompaan menjadi bertambah besar, demikian pula
sebaliknya apabila kedudukan ujung bawah pitman digeser ke posisi lubang menjauh
counter weight ke arah crank shaft maka langkah pemompaan menjadi kecil.

48
6. Crank shaft
Crank shaft merupakan poros dari crank. Gerakan berputar yang telah
diperlambat oleh gear reducer akan menggerakkan crank shaft.

7. Wrist Pin Bearing Assembl


a. Tangga (Ladder)
Ladder adalah komponen yang berfungsi untuk membantu pemeriksaan
(inspeksi) pada bagian yang yang tinggi dari produk Engineering Pumping unit
seperti Saddle Bearing Assembly.
b. Samsons Post
Samsons post merupakan kaki-kaki menyangga atau penopang Walking
Beam.

8. Saddle Bearing Assembly


Saddle Bearing Assembly adalah tempat kedudukan dari Walking Beam pada
Samsons Post bagian atas.

9. Horse Head
Horse Head adalah komponen yang berfungsi untuk meneruskan gesekan dari
Walking Beam ke unit pompa di dalam sumur melalui bridle, polished rod, dan
sucker rod string atau merupakan kepala dari walking beam yang menyerupai bentuk
kepala kuda.

10. Platform Samson Post


Platform Samsons Post adalah komponen yang berfungsi sebagai pondasi
untuk Samsons Post.

49
11. Frame Extension
Frame Extension merupakan frame yang digunakan sebagai tempat berdiri
operator saat setting atau assembly pumping.

12. Belt Guard


Belt Guard adalah komponen yang berfungsi sebagai cover untuk melindungi
v-belt antara motor dan gear reducer.

13. V-Belt
V-belt adalah ban mesin yang dibuat dari karet yang berlapis-lapis.
Penampang yang berbentuk V dan sabuk tersebut tidak berujung. V-belt digunakan
untuk menyalurkan putaran dari prime mover
.
14. Pulley
Pulley adalah komponen yang berfungsi sebagai dudukan penerus daya
putaran mesin ke V-belt.

15. Brake System


Brake System adalah komponen yang berfungsi untuk menghentikan gerakan
pompa jika dibutuhkan, misalnya pada saat dilakukan reparasi sumur atau
maintenance pumping unit.

16. Tail Bearing


Tail Bearing adalah komponen pada walking beam untuk menyambungkan
Equalizer.

50
17. Equalizer
Equalizer adalah bagian atas dari pitman yang dapat bergerak secara leluasa.
Equalizer menyatu dengan Walking Beam sehingga gerakan Walking Beam dan
Horse Head akan terpengaruh pada Equalizer pada saat pompa beroperasi.

18. Pitman
Pitman merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan antara crank pada
pitman bearing dengan bagian equalizer yang tersambung antara tail bearing pada
walking beam. Fungsinya mengubah dan meneruskan gerak putar menjadi gerak
bolak-balik naik turun dan pitman ini akan menggerakkan walking beam.

19. Walking Beam


Walking Beam merupakan tangkai horizontal yang berada di bagian atas
pumping unit yang menyambung langsung dengan horse head dengan bantuan shaft.
Walking beam berfungsi untuk mengubah gerak berputar dari prime mover menjadi
gerak naik turun dan meneruskan energy pompa di dalam sumur melalui polished rod
dan sucker rod string.

20. Polished Rod Clamp


Polished Rod Clamp merupakan komponen yang terletak di atas carrier bar
yang berfungsi untuk mengeraskan kaitan polished rod dengan komponen-komponen
diatasnya agar tidak dapat lepas selama Pumping Unit bekerja.

21. Polished Rod


Polished Rod merupakan bagian dari tangki atau string pompa yang terletak
paling atas, Fungsinya adalah untuk menghubungkan antara rangkaian sucker rod
dengan komponen-komponen di atas permukaan.

51
22. Stuffing box
Stuffing Box adalah komponen yang dipasang di atas kepala sumur
(casing/tubing head) untuk mencegah atau menahan minyak agar tidak ikut keluar
bersama dengan naik turunnya polished rod. Dengan demikian seluruh minyak hasil
pemompaan akan mengalir ke flow line lewat cross tree. Disamping itu juga
berfungsi sebagai tempat kedudukan polished rod sehingga dapat bergerak naik turun
tegak lurus dengan leluasa.

23. Carrier Bar


Carrie Bar merupakan komponen yang berfungsi sebagai penyangga polished
rod clamp. Carrier bar ini dikaitkan dengan wire line hanger yang selanjutnya
dihubungkan dengan horse head.

24. Wire Line


Wire Line (bridle) merupakan sepasang kabel baja yang dihubungkan pada
carrier bar, dengan demikian carrier bar bergantung pada bridle yang akan di
hubungkan ke horse head (Randi, 2014).

Seperti telah diketahui bahwa fungsi pompa adalah untuk menaikkan fluida
dari formasi ke dalam tubing dan mengangkatnya ke permukaan. Oleh karena itu,
suatu pompa harus terdiri dari beberapa komponen utama yang terletak dibawah
sumur, komponen tersebut antara lain :

52
Sumber : Randi, 2014
Gambar 3.4 Komponen Pumping Unit Di Dalam Sumur

1. Working Barrel
Merupakan tempat dimana plunger dapat bergerak naik turun sesuai
dengan langkah pemompaan dan menampung minyak yang terhisap oleh
plunger pada saat bergerak ke atas.

2. Plunger
Merupakan bagian dari pompa yang terdapat di dalam barrel yang dapat
bergerak naik turun. Plunger ini berfungsi sebagai penghisap minyak dari
formasi masuk ke dalam barrel dan mengangkat minyak yang telah
terakumulasi dalam barrel ke permukaan melalui tubbing.

53
3. Standing Valve
Merupakan komponen suatu katup yang terdapat dibagian bawah dari
working barrel yang berfungsi untuk mengalirkan minyak dari formasi
masuk ke working barrel dan hal ini terjadi pada saat plunger bergerak ke
atas, kemudian standing valve membuka. Di samping itu untuk menahan
minyak agar tidak dapat keluar dari working barrel pada saat plunger
bergerak ke bawah. Standing valve terdiri dari sebuah bola besi dan
tempat duduknya. Standing valve memilik peran yang sangat penting
dalam sistem pemompaan Karena efisiensi volumetric pompa sangat
tergantung pada acara kerja dan bentuk dari ball seat-nya.

4. Travelling Valve
Travelling valve terdiri dari ball dan seat yang terletak pada bagian bawah
dari plunger dan akan ikut bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti
gerakan dari gerak plunger-nya. Travelling valve ini berfungsi untuk
mengalirkan minyak dari working barrel masuk menuju plunger, terjadi
pada saat plunger bergerak ke bawah. Selain itu akan menahan keluarnya
minyak dari plunger pada saat plunger bergerak ke atas (up-stroke)
sehingga minyak tersebut dapat diangkat ke tubbing yang seterusnya ke
permukaan.

5. Gas Anchor
Komponen yang dipasang pada bagian bawah pompa ini berfungsi untuk
memisahkan gas dari minyak agar gas tersebut tidak ikut masuk ke dalam
pompa bersamaan dengan minyak, karena dengan adanya gas akan
mengurangi efisiensi pompa.

54
6. Tangki pompa
Tangki pompa atau sucker rod string terdiri dari :
a. Sucker rod
Merupakan bagian dari unit pompa yang sangat penting, karena
merupakan penghubung antara plunger dengan komponen-komponen
penggerak yang ada di permukaan. Sedangkan fungsinya adalah
melanjutkan gerak lurus naik turun dari horse head ke plunger pompa.
Umumnya panjang satu single dari sucker rod yang sering digunakan
berkisaran antara 25 sampai 30 ft, dan untuk menghubungkan antara
dua buah sucker digunakan sucker rod coupling.
b. Pony Rod
Merupakan Sucker Rod yang mempunyai ukuran panjang lebih pendek
dari pada sucker rod-nya sendiri. Fungsinya untuk melengkapi
panjang dari sucker rod apabila tidak mencapai target yang diinginkan.
Pony Rod umumnya memiliki ukuran panjang 2,4,6,,8,10, dan 12 ft.
c. Polished Rod
Adalah tangkai yang menghubungkan sucker rod string dalam carrier
(wire line hanger pada horse head) yang naik turun di dalam stuffing
box. Pada saat up-stroke (langkah pompa ke atas) fluida membebani
plunger yang menyebabkan travelling valve tertutup dan fluida akan
melakukan gerak dorong dari tubbing ke permukaan. Gerakan plunger
ini menyebabkan penurunan tekanan di atas standing valve, maka
standing valve terbuka dan fluida dari formasi masuk ke dalam pompa.
Pada saat down-stroke (langkah pompa ke bawah), plunger akan turun
dan pada saat tersebut travelling valve akan terbuka dan standing valve
akan tertutup sehingga fluida akan bergerak dari plunger ke dalam
tubing.(Randi. 2014)

55
3.6. Proses Produksi Pumping Unit

Sumber : Randi, 2015


Gambar 3.5 Manufacturing Proces Flow

56
Proses pembuatan pumping unit diawali dengan persiapan bahan baku. Bahan
baku dari pembuatan pumping ialah.

1. Raw material

Raw material yang akan datang tidak hanya hasil proses permesinan
tetapi juga material casting, selanjutnya material tersebut dietakkan dan
dikelompok berdasarkan jenisnya ditempatnya.

Material yang datang tidak hanya material yang telah memiliki


sertifikat tetapi material yang belum memiliki sertifikat yang berdasarkan
beberapa jenis beberapa pengujian sehingga diketahui spesifikasinya material
tersebut.

Gambar 3.6 Material

2. Proses Cutting

Proses ini adalah perlakuan terhadap material, pada bagian ini akan
memotong raw material sesuai dengan kebutuhan sehingga material tersebut
bisa diproses untuk proses selanjutnya . Proses cutting menggunakan 3 jenis
pemotongan:

57
a. Gerinda potong
Digunakan untuk memotong pipa dan besi siku
b. Cutting Comodo
Digunakan untuk memotong plat dengan model potongan bisa
membentuk alur, gas yang digunakan oksigen dan LPG.

Gambar 3.7 Comodo Cutting

c. Mesin Shearing Cutting


Digunakan untuk memotong plat dengan ukuran minimal
ketebalan 2,5 mm dan maksimal ketebalan 10 mm.

Gambar 3.8 Shearing Cutting

d. CNC Cutting Gas


Kegunaan hampir sama dengan mesin cutting comodo hanya saja
mesin ini menggunakan sistem NC.

58
Gambar 3.9 Mesin CNC Cutting

3. Proses Driling

Proses ini adalah kegiatan yang biasanya bertujuan untuk pembuatan


lobang masuknya baut baik untuk raw material maupun komponen setengah
jadi, proses drilling ini biasanya dilakukan setelah cutting. Kontruksi pumping
unit kebanyakan dalam penyatuan komponen harus menggunakan mur dan
baut sehingga banyak dari komponen dari pumping unit ini memerlukan
drilling, PT Bukaka Teknik Utama untuk produksi pumping unit memiliki 3
mesin drilling untuk mendukung proses produksi.

Gambar 3.10 Mesin Drilling

59
Dari tiga mesin tersebut 1 mesin berada di area gear shop, mesin
drilling di gear shop berguna untuk melakukan drill terhadap komponen-
komponen sadle bearing, beberapa komponen lainnya.

Sedangkan 2 mesin drilling lagi berada dekat area cutting, salah satu
mesin drilling bertugas untuk memproses material yang tidak terlalu tebal
seperti komponen support dan lainnya, sedangkan mesin drilling yang satunya
untuk memproses material yang cukup tebal seperti untuk komponen walking
beam, riser box, dan lain-lain. Selain untuk memproses komponen pumping
unit kedua mesin drilling ini juga memproses komponen-komponen untuk
Pabrik Kelapa Sawit dan Petrokimia Gresik.

4. Proses setting

Proses setting adalah proses yang sangat penting karena proses ini
sangat menetukan kepada hasil akhir, proses setting ini biasanya dilakukan
dengan menggunakan JIG sehingga dapat menyeting suatu bagian dari
pumping unit lebih cepat dan akurat. JIG yang dibuat sudah berdasarkan
gambar kerja sehinga JIG dapat digunakan berkali-kali.

Gambar 3.11 JIG Handrail Frame Extension

Proses penyetingan dlakukan dengan menggabungan material yang


telah melalui proses cutting maupun drilling, material-material tersebut lalu

60
disusun pada JIG dan di setting lalu jika sudah benar settingannya di kunci
dengan las SMAW yang selanjutnya material masuk ke proses welding.

Gambar 3.12 Proses Setting Handrail Frame Extension

Pada proses setting ini terdapat 4 area

a. Area Setting Riser Box


b. Area Setting Samsons Post
c. Area Setting Horse Head
d. Area Setting Aksesories

5. Proses Welding

Proses welding adalah proses melanjutkan proses setting yaitu


komponen-komponen yang telah di kunci pada proses setting lalu dilanjutkan
dengan di welding, mesin las yang diguanakan ada 2 yaitu SMAW dan MIG,
pengunaan kedua mesin las tersebut tergantung kebutuhan.

Las MIG untuk menyambungkan komponen-komponen yang


membutuhkan kekuatan sambungan yang besar seperti sambungan komponen
untuk walking beam dan lain-lain, sedangkan untuk mesin las SMAW lebih

61
kepada komponen yang tidak membutuhkan kekuatan Tarik yang besar seperti
control panel dan lain-lain.

Pada PT Bukaka Teknik Utama rata-rata proses pengelasan dilakukan


oleh sub kontraktor sedangkan pengelasan yang dilakukan oleh pekerja
bukaka hanya sebagian kecil seperti pengelasan untuk komponen accecories,
untuk proses setting, dan lain-lain.

6. Proses Finishing

Proses finishing adalah proses pembersihan dari hasil lasan sehingga


material bisa siap dan bisa dilakukan proses blasting, hal ini dilakukan untuk
supaya pada saat proses blasting tidak terlalu berat. Proses finishing dilakukan
dengan dengan mesin gerinda tangan manual karena lebih fleksibel dan
praktis tanpa harus memindahkan posisi dari komponen.

7. Proses Machining

Proses machining adalah salah satu proses yang dilakukan di gear


reducer. Proses machining yang dilakukan beraneka ragam. Mulai dari proses
pembuatan shaft, key, dan drilling housing bearing. Mesin yang digunakan
juga beraneka ragam, antara lain CNC Lathe, CNC Milling, Milling drilling,
rol dan lain-lain.

Proses machining yang dilakukan tidak hanya di gear reducer tatapi


juga di MGS, MGS adalah salat satu unit usaha yang ada di PT Bukaka
Teknik Utama. Proses machining yang dilakukan disana salah satunya adalah
proses machining untuk finishing dari hasil material casting seperti crank.
(Aditya. 2015)

62
Gambar 3.13 Mesin Cnc Milling

8. Proses Assembly Casting

Proses assembly casting adalah proses pemasangan crank hasil produk


casting ke gear box.

9. Proses Blasting Painting

Blasting merupakan tahapan selanjutnya dari proses produksi pumping


unit. Komponen yang telah selesai proses fabrikasi, akan melalui tahapan
selanjutya yaitu proses blasting. Komponen yang telah selesai dimasukkan
kedalam tempat dan ruangan khusus untuk proses blasting.

63
Gambar 3.14 Area Blasting dan Painting

Proses blasting yang dilakukan menggunakan metode sand blasting.


Proses sand blasting yang dilakukan menggunakan steel grift G25. G25
adalah ukuran grift yang digunakan adalah 25. Sand blasting dipilih karena
proses ini yang paling cepat dan efisien untuk membersihakn permukaan
material yang terkontaminasi oleh berbagai kotoran terutama karat. Efek dari
sand blasting ini membuat permukaannya menjadi kasar dan permukaan yang
kasar ini membuat cat dapat melekat dangan karat.

Proses sand blasting yang dilakukan menggunakan dua cara, yaitu


manual dan menggunakan mesin. Untuk cara manual, dibutuhkan operator
secara langsung dalam proses blasting. Alat bantu yang digunakan dalam
proses blasting manual antara lain, selang, nozzle, bak pasir, kompresor,
sedangkan proses blasting menggunakan mesin yang secara umum alat yang
digunakan sama, namun dilakukan secara otomatis.

Setelah proses blasting selesai, tahapan selanjutnya adalah proses


painting, proses painting terbagi menjadi tiga bagian, yaitu primer, second
coat dan finishing. Pada poros primer dilakukan blasting area. Hal tersebut

64
untuk mempermudah proses dan mempercepat proses painting dikarenakan
area painting terbatas. Sedangkan proses second coat, dilakukan setelah
painting primer selesai dan cat telah kering. Proses second coat dilakukan
dipainting area. Tahapan terakhir dari proses painting ini adalah proses
finishing. Pada proses finishing, komponen di cat sesuai dengan permintaan
konsumen.

Standar yang digunakan dalam painting bervariasi, mulai dari standar


jenis cat yang digunakan, cara pengecatan, hingga ketebalan pengecatan. Hal
tersebut tergantung dari permintaan dari konsumen. Pada umunya, untuk
pumping unit dengan konsumen dari PT Pertamina berwarna hitam dan
kuning. Sedangkan konsumen dari PT Chevron berwarna hijau dan kuning.

10. Proses Assembly Pumping

Proses terakhir sebelum pengiriman adalah proses assembly pumping,


proses perakitan pumping ini dilakukan hanya untuk satu pumping, tujuan
proses ini adalah untuk proses inspeksi. Proses inspeksi dilakukan langsung
oleh customer. Inspeksi biasanya biasanya dilakukan ketika pumping unit
telah siap dikirim dan sudah selesai dipacking, inspektor melakukan
pengecekan bertahap, mulai dari dokumen-dokumen hingga ke komponen
pumping unit serta pengecekan pada proses running test. Pengecekan yang
dilakukan termasuk proses pengecekan ketebalan cat, ketebalan pengelasan,
kebersihan dan material yang digunakan.

Proses assembly yang dilakukan bertahap, mulai dari komponen yang


paling bawah, seperti frame assembly yang disassembly dengan gear box
motor, yang kemudian dilanjutkan pemasangan Samson post front dan
Samson post rear. Setelah pemasangan komponen utama selesai, dilakukan
pemasangan ladder Samson post dan handrail frame extension. Setelah
pemasangan komponen utama selesai, diakukan pemasangan ladder Samson
post dan handrail frame extension . setelah Samson post selesai dipasang,
proses selanjutnya adalah pemasangan walking beam. walking beam di
assembly dengan Samson post dengan bantuan sadle bearing pada bagian
tengah walking beam. Sedangkan untuk bagian belakang walking beam, tail
bearing merupakan bagian yang digunakan untuk assembly equalizer dengan

65
waliking beam . sedangkan penghubung antara equalizer dan crank pada
gearbox adalah menggunakan pitmen pada bagian kanan dan kiri equalizer.

11. Proses Load Test and Dimention

Proses ini juga dilakukan saat ada inspeksi dari customer, proses yang
dilakukan adalah proses running test pumping unit, diperlukan satu unit
pumping yang direksi. Ereksi berfungsi sebagai pengecekan pada setiap
fungsi dari komponen-komponen pumping unit. Apabila terjadi kesalahan
dalam proses produksi, contohnya kesalahan ukuran, dapat diketahui saat
proses ereksi. Saat proses running test pumping unit akan di beri beban untuk
mengetahui kekuatan dari pumping apakah sudah sesuai dengan permintaan
costomer atau belum.

12. Proses Packing Delivery

Packing merupakan tahapan terakhir dari proses produksi pumping


unit. Komponen yang telah selesai di painting. Segera dipersiapkan untuk
proses packing. Pada proses packing, tidak semua komponen dijadikan satu
dalam satu tempat packing. Proses packing terbagi menjadi beberapa bagian,
antara lain untuk komponen-komponen yang berukuran besar, di packing
bersamaan. Komponen tersebut antara lain frame assembly, frame extension,
pitman, equalizer, Samson post rear, Samson post front, ladder, horse head,
dan lain-lain. sedangkan walking beam dipacking terpisah. Selain itu ada
beberapa komponen yang masukkan kedalam box, yaitu bracket frame
extension, portal, wireline, wireline guard, slide rail, dan safety ladder.
Proses packing yang dilakukan menggunakan bantuan balok-balok kayu untuk
menjaga komponen dari lecet pada cat saat proses pengiriman. Selain itu
pengunaan balok-balok kayu menjadikan packing di kemas secara rapi dan
baik (Habiburrachan. 2015).

66
BAB 1V
PROSES PEMBUATAN ACCESORIES PADA PUMPING UNI T

4.1. Pengertian F rame Ex tension

Frame extension adalah salah satu komponen yang termasuk dalam kategori
accesories. Frame extension berfungsi sebagai tempat meletakkan motor yang
digunakan sebagai penggerak gear box dan sebagai pijakan operator mulai dari
mengaktifkan,mematikan mengatur putaran, yang di pagar dengan handrail frame
extension pada pumping unit. frame extension ditopang oleh sepasang support frame
extension.

4.2. Bagian-Bagian Utama Accesories

Accesories terdiri dari gabungan komponen yang dirakit satu sama lain
sehingga menjadi satu kesatuan.

Berikut ini adalah nama komponen accesories

a. Pipa ukuran ¼

Gambar 4.1 Pipa Ukuran ¼

Pipa ukuran ¼ nantinya akan disatukan agar mempermudah


menyatukan, salah satu pipa dibanding terlebih dahulu, digunakan untuk
membuat handrail frame extension yang berfungsi sebagai pagar untuk
operator yang akan di satukan dengan platform Samson post.

67
b. Plat siku 50x50x5

Gambar 4.2 Plat Siku 50x50x5

Plat siku-siku ukuran 50x50x5 berfungsi sebagai pembuatan rangka


plat form frame extension nantinya disatukan dengan plat Unp 10 (100x50x5)
menggunakan las SMAW dengan las AWS E7016 diameter 3,2 mm.

c. Plat siku 100x100x10

Ganbar 4.3 Plat Siku 100x100x10 Gambar 4.4 Plat Siku 100x100x10

Plat Siku 100x100x10 pada bagian depan sebanyak 4 buah.


Pemasangan siku tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengencangan
frame extension saat assembly dengan komponen lain.

68
d. Plat besi tebal 6 mm

Gambar 4.5 Plat ketebalan 6 mm

Plat ukuran panjang 1118 mm, lebar 100 mm, tebal 6 mm berfungsi
sebagai bemper handrail platform frame extension

e. Unp 10 ukuran 100x50x5

Gambar 4.6 Unp 10 (100x50x5)

Plat unp 10 ukuran 100x50x5 berfungsi sebagai rangka frame


extension, pengabungannya menggunakan las SMAW dengan kawat las AWS
E7016 diameter 3.2 mm

f. Besi greting

Gambar 4.7 Besi Greeting

69
Greeting berfungsi sebagai pijakan operator pemasangannya pada
bagian atas frame extension. lakukan pengelasan secara intermeeten pada sisi
luar dan sisi dalam dari greeting dengan menggunakan las SMAW dengan
kawat las AWS E7016 diameter 3.2 mm.

4.3. Proses Pembuatan Accesories Pada Pumping Uni t

Sebelum melakukan pengerjaan harus melihat gambar terlebih dahulu agar


mempermudah produksi dan dengan menggunakan design gambar seperti diatas
tentunya sangat berpengaruh terhadap hasil dari produksi, sebab ada perhitungan
terlebih dahulu agar hasil yang di dapat lebih tepat, akurat dan mengetahui material
apa yang cocok digunakan tersebut

Berikut ini adalah design gambar komponen accesories

Gambar 4.8 Design Platform Frame Extension

70
Gambar 4.9 Design Handrail Frame Extension Kiri

Gambar 4.10 Design Handrail Frame Extension Kanan

4.3.1. Pemilihan Material

Pemilihan material sangat berpengaruh terhadap usia produk karna


salah memilih material bisa saja usia produk tidak tahan lama sebab material
yang dipilih tidak sesuai standart yang diajurkan, untuk handrail frame
extension dan platfrom Samson frame extension material yang di gunakan
ialah pipa SGP ukuran 1/4 , plat tebal 6, Unp 10 (100x50x5), siku 50x50x5,

71
siku 100x100x10, plat grinding. Plat tersebut akan melalui proses pemotongan
dengan mengunakan mesin sheering, cutting well, pemanasan. Pemotongan
sesuai dengan ukuran yang ada pada gambar atau designnya, material yang
akan dipotong diangkat dari tempat penyimpanan menuju lokasi mesin
pemotong masing-masing yang jaraknya tidak jauh dari raw material,
pengangkatan material menggunakan forclip.

4.3.2. Proses Pemotongan

Gambar 4.11 Proses Pemotongan

Gambar 4.11 proses pemotongan menggunakan cutting wheel


digunakan untuk memotong pipa, besi siku.

Gambar 4.12 Proses Pemotongan Meggunakan Mesin Shearing

72
Gambar 4.12 proses pemotongan menggunakan mesin shearing
Digunakan untuk memotong plat, stanlish, besi siku dengan ukuran minimal
ketebalan 20 mm dan maksimal ketebalan 100 mm.

Gambar 4.13 Alat Potong Campuran Gas LPG dan Oksigen

Cutting material untuk support platform frame extension


menggunakan campuran gas LPG dan Oksigen. Material yang dipotong
adalah siku 100x100x5. Tetapi harus di atur Atur nyala api.,Nyala api
berwarna biru muda untuk memanaskan,Nyala api berwarna biru tua untuk
memotong.

4.3.3 Proses Drilling

Proses ini adalah kegiatan yang biasanya bertujuan untuk pembuatan


lobang masuknya baut baik untuk raw material maupun komponen setengah
jadi, proses drilling ini biasanya dilakukan setelah cutting. Kontruksi pumping
unit kebanyakan dalam penyatuan komponen harus menggunakan mur dan
baut sehingga banyak dari komponen dari pumping unit ini memerlukan
drilling.

73
4.3.4. Proses Setting

Proses setting accesories merupakan salah satu proses fabrikasi dari


pumping unit, yang termasuk komponen accesories adalah komponen
pendukung dari struktur pumping unit. Komponen tersebut diantaranya
platform frame extension dan handrail platform frame extension.

Berikut ini adalah proses setting platform frame extension.

1. Persiapkan material yang akan digunakan dalam proses setting. Material


yang melalui proses pemotongan menggunakan gas LPG dan oksigen,
perlu dilakukan proses gerinda pada permukaannya, hal tersebut dilakukan
untuk menghindari sisi tajam dan merapikan material.
2. Letakkan satu persatu material ke bagian-bagian JIG yang telah disediakan
sesuai ukuran yang telah ditentukan.

Gambar 4.14 Setting Platform Frame Extension

3. Setelah material tersebut diletakkan ke bagiannya, pasangkan siku


100x100x10 pada sisi kanan dan kiri dan kencangkan menggunakan baut.
4. Pasangkan siku 100x100x10 pada bagian depan sebanyak dua buah.
Pemasangan siku tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengencangan
frame extension saat assembly dengan komponen lain.
5. Pengelasan untuk setting menggunakan las jenis SMAW dengan kawat las
AWS E7016 diameter 3.2 mm
6. Setelah bagian dalam telah dilakukan pengelasan, lakukan pengelasan
yang sama pada bagian luar.

74
7. Setelah setting selesai, lakukan pengelasan keseluruhan menggunakan las
MIG menggunakan kawat las diameter 1.2 mm
8. Lakukan finishing pada frame extension.
9. Lakukanlah pemasangan greeting pada bagian atas frame extension.
Greeting berfungsi sebagai pijakan operator. Lakukan pengelasan secara
intermeeten pada sisi luar dan sisi dalam dari greeting.

Berikut ini adalah Setting handrail frame extension kanan


1. Persiapkan material yang akan digunakan dalam proses setting,seperti
pipa, pipa yang sudah dibanding, plat tebal 6.
2. Letakkan satu persatu material ke bagian-bagian JIG yang telah disediakan
sesuai ukuran yang telah ditentukan
3. Pasang pipa ukuran ¼ panjang 1688 mm bandingan 125⁰ dipasang
dipertama
4. Pasang pipa ukuran ¼ panjang 1653 mm bandingan 490⁰ dipasang kedua
5. Pasang plat ketebalan 6 mm lebar 100 mm panjang 1118 dipasang ketiga
6. Pasang pipa ukuran ¼ panjang 1070 dibagian keempat
7. Pasangkan plat ketebalan 5 di bagian kaki dengan tujuan mengencangkan
handrail frame extension saat assembly dengan komponen lain.
8. Lakukan Pengelasan untuk setting menggunakan las jenis SMAW dengan
kawat las AWS E7016 diameter 3.2 mm
9. Setelah setting selesai, lakukanlah pengelasan keseluruhan menggunakan
menggunakan las MIG menggunakan kawat las diameter 1,2 mm.

Berikut ini adalah Setting handrail frame extension kiri


1. Persiapkan material yang akan digunakan dalam proses setting,seperti
pipa, pipa yang sudah dibanding, plat tebal 6.
2. Letakkan satu persatu material ke bagian-bagian JIG yang telah disediakan
sesuai ukuran yang telah ditentukan.
3. Pasang pipa ukuran ¼ panjang 2473 mm dengan bendingan 125⁰ untuk
dipasang pertama.
4. Pasang pipa ukuran 1/4 panjang 1070 mm untuk dipasang kedua
5. Pasang pipa ukuran 1/4 panjang 1118 mm untuk dipasang ketiga
6. Pasang plat ketebalan 6 mm lebar 100 mm panjang 1118 mm dipasang
keempat.

75
7. Pasangkan plat ketebalan 5 mm di bagian kaki dengan tujuan
mengencangkan handrail frame extension saat assembly dengan
komponen lain.
8. Lakukan Pengelasan untuk setting menggunakan las jenis SMAW dengan
kawat las AWS E7016 diameter 3.2 mm.
9. Setelah setting selesai, lakukanlah pengelasan keseluruhan menggunakan
menggunakan las MIG menggunakan kawat las diameter 1,2 mm.

Gambar 4.15 Proses Setting Handrail Frame Extension

4.3.5. Proses Welding

Proses welding setelah dilakukan setting. Proses pengelasan dilakukan


oleh Sub-Kontraktor yang bekerja sama dengan unit usaha Oil & Gas
Equipment. proses pengelasan dilakukan berdasarkan pembagian job yang
telah dilakukan oleh bagian produksi. Pembagian job berdasarkan kecepatan
kerja dari Sub-Kontraktor tersebut.

Proses pengelasan yang dilakukan memiliki ketentuan dan standar


yang berbeda-beda. Semua tergantung dengan bagian komponen yang dilas.
Untuk spesifikasi welder dari pengelasan ini bevariasi, mulai dari golongan
3G hingga 6G dapat ditemukan disini. Golongan tersebut mempengaruhi
pekerjaan yang didapatkan. pengelasan yang dilakukan menggunakan dua
jenis pengelasan,yaitu las SMAW dan las MIG. Penggunaan jenis pengelasan
tergantung dari komponen yang dilas dan ketentuan yang di berikan.

76
4.3.6 Proses Finishing

Proses finishing adalah proses pembersihan dari hasil lasan sehingga


material bisa siap dan bisa dilakukan proses blasting, hal ini dilakukan untuk
supaya pada saat proses blasting tidak terlalu berat. Proses finishing dilakukan
dengan dengan mesin gerinda tangan manual karena lebih fleksibel dan
praktis tanpa harus memindahkan posisi dari komponen

4.3.7. Proses Blasting

Proses blasting ialah proses penyemprotan abrasive materialnya


menggunakan steel grit dan saot grit dengan tekanan 6-8 bar pada permukaan
komponen tersebut, dengan tujuan menghilangkan kontaminasi seperti karat,
cat garam, oli dan meningkatkan kualitas pengecatan.

Gambar 4.16 Proses Blasting

Komponen platform frame extension yang sudah keluar dari fabrikasi


nantinya akan dibawa menuju tempat proses blasting dan di masukkan
kedalam mesin blasting melalui conveyor secara otomatis platform frame
extension akan bergerak perlahan masuk ke dalam mesin blasting seperti
gambar diatas.

4.3.8. Proses Painting

Proses painting ialah proses pengecatan,yang mana produk-produk


yang telah selesai tahap blasting akan memasuki ketahap selanjutnya yaitu

77
pengecatan, komponen accesories yang sudah halus setelah di balsting bisa
langsung dilakukan pegecatan dasar terlebih dahulu biasanya untuk cat
dasarnya menggunakan cat primer dan dimana cat tersebut sebagai cat dasar
sebelum dilakukan warna cat lain.

Gambar 4.17 Proses Painting Dasar

Gambar 4.17 adalah contoh platform frame extension setelah


dilakukan pengecatan dasar dengan menggunakan cat primer berwarna abu-
abu,dan selanjutnya pengecatan warna sesuai pesanan konsumen.

Gambar 4.18 Finish Painting Handrail Frame Extension

78
Gambar 4.19 Finish Painting Platform Frame Extension

Gambar 4.18, 4.19 telah selesai melewati tahap pemilihan warna yang
telah di pesan konsumen tersebut seperti gambar diatas yang berwarna hijau
dan kuning produk ini dipesan oleh PT Chevron Indonesia setelah masing-
masing komponen sudah melalui tahap akhir pewarnaan kemudian
dikeringkan yang mana nantinya akan memasuki proses akhir yaitu proses
packing komponen.

4.3.9. Proses Assembly, Dan Load Test Pumping

Proses Assembly ialah proses perakitan komponen pumping yang


bertujuan untuk inspeksi atau pengecekan semua bagian-bagian yang telah
dipesan sesuai permintaan customer, pengecekan ini mulai dari ketebalan cat,
ketebalan pengelasan, kebersihan dan material yang digunakan.

Setelah selesai perakitan kemudian proses ereksi dan running test.


Proses Ereksi bertujuan untuk pengecekan fungsi dari komponen-komponen,
apabila terjadi kesalahan dalam proses produksi seperti kesalahan ukuran,
cacat pada pengelasan, cacat pada pengecatan, material tidak sesuai dengan
spesifikasi maka dapat diketehui saat ereksi. Pada proses running test akan
diberikan beban untuk mengetahui kekuatan material apakah sudah sesuai
dengan permintaan costomer atau belum. Apabila proses ereksi belum sesuai
dengan permintaan customer maka terjadi kesalahan atau hasil belum sesuai
dengan spesifikasi maka dilakukan repair terlebih dahulu sebelum dipacking.
Proses ini dilakukan saat inspeksi dari customer.

79
4.3.10. Proses Packing

Proses packing ialah proses akhir dari berbagai proses yang di


jalankan sebelumnya, proses packing dilakukan di area yang sudah di
sediakan. Proses packing pumping unit ini menggunakan kayu agar pumping
yang nantinya di kirim tidak mengalami cacat pada saat proses pemindahan
ke truk.

Gambar 4.20 Proses Packing

Gambar 4.20 menunjukkan bahwa barang siap di kirim ke pemesan,


beberapa komponen di satukan untuk di packing menggunakan kayu yang
tebal tujuannya ketika barang di kirim menggunakan truk tidak terjadi
sentuhan langsung antara barang dan bak truk itu sendiri.

Ringkasan

Untuk memproduksi pumping unit meliputi :

 Design

Unit usaha Oil and Gas Equipment memproduksi barang dengan sistem Job
Order yaitu berdasarkan pesanan pelanggan. mulai dari desain produk sampai dengan
instalasi dan pengujian produk dilakukan oleh unit usaha tersebut. Secara garis besar
proses bisnis pada divisi Oil and Gas Equipment dimulai saat pihak dari pelanggan
dan PT Bukaka Teknik Utama melakukan tender untuk pemesanan sejumlah produk

80
Pumping Unit. Setelah kedua pihak mencapai kesepakatan, kemudian dilakukan
proses penandatangan tender. Setelah resmi tender didapatkan oleh pihak perusahaan,
bagian engineering akan melakukan proses drawing desain produk pumping unit
sesuai dengan permintaan customer.

 Pemilihan Material

Selanjutnya bagian Production Planning and Inventory Control (PPIC) akan


membuat rencana produksi dan perencanaan material yang dipesan dari supplier.
Setelah material siap, selanjutnya dilakukan proses produksi pumping unit. Pemilihan
material sangat berpengaruh terhadap usia produk karna salah memilih material bisa
saja usia produk tidak tahan lama sebab material yang dipilih tidak sesuai standart
yang diajurkan, untuk handrail frame extension dan platfrom Samson frame
extension.

 Proses Pemotongan

Pada proses pemotongan menggunakan beberapa alat seperti proses


pemotongan menggunakan cutting wheel digunakan untuk memotong pipa, besi siku,
proses pemotongan menggunakan mesin shearing Digunakan untuk memotong plat
besi siku dengan ukuran minimal ketebalan 20 mm dan maksimal ketebalan 100 mm,
Cutting material untuk support platform frame extension menggunakan campuran gas
LPG dan Oksigen. Material yang dipotong adalah siku 100x100x5.

 Proses Drilling

Proses ini adalah kegiatan yang biasanya bertujuan untuk pembuatan lobang
masuknya baut baik untuk raw material maupun komponen setengah jadi, proses
drilling ini biasanya dilakukan setelah cutting. Kontruksi pumping unit kebanyakan
dalam penyatuan komponen harus menggunakan mur dan baut sehingga banyak dari
komponen dari pumping unit ini memerlukan drilling.

 Proses Setting

Proses setting ini biasanya dilakukan dengan menggunakan JIG sehingga


dapat menyeting suatu bagian dari pumping unit lebih cepat dan akurat. JIG yang
dibuat sudah berdasarkan gambar kerja sehinga JIG dapat digunakan berkali-kali.
Proses penyetingan dlakukan dengan menggabungan material yang telah melalui

81
proses cutting maupun drilling, material-material tersebut lalu disusun pada JIG dan
di setting lalu jika sudah benar pengaturannya di kunci dengan las SMAW yang
selanjutnya material masuk ke proses welding.

 Proses Welding

Proses welding adalah proses melanjutkan proses setting yaitu komponen-


komponen yang telah di kunci pada proses setting lalu dilanjutkan dengan di welding,
mesin las yang diguanakan ada 2 yaitu SMAW dan MIG, pengunaan kedua mesin las
tersebut tergantung kebutuhan Proses welding setelah dilakukan setting. Proses
pengelasan dilakukan oleh Sub-Kontraktor yang bekerja sama dengan unit usaha Oil
& Gas Equipment

 Proses Finishing

Proses finishing adalah proses pembersihan dari hasil lasan sehingga material
bisa siap dan bisa dilakukan proses blasting, hal ini dilakukan untuk supaya pada saat
proses blasting tidak terlalu berat. Proses finishing dilakukan dengan dengan mesin
gerinda tangan manual karena lebih fleksibel dan praktis tanpa harus memindahkan
posisi dari komponen.

 Proses Blasting

Proses blasting ialah proses penyemprotan abrasive materialnya


menggunakan steel grit dan soat grit dengan tekanan 6-8 bar pada permukaan
komponen tersebut, dengan tujuan menghilangkan kontaminasi seperti karat, cat
garam, oli dan meningkatkan kualitas pengecatan.

 Proses Painting

Setelah proses blasting selesai, tahapan selanjutnya adalah proses painting,


proses painting terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Painting dasar yang menggunakan
cat primer, second coat menggunakan cat seken yang bertujuan cat pelapisan
pendukung agar hasil cat tahan lama dan finishing yang menggunakan cat .

 Proses Assembly, Dan Load Test Pumping

Proses terakhir sebelum pengiriman adalah proses assembly pumping, proses


perakitan pumping ini dilakukan hanya untuk satu pumping, tujuan proses ini adalah

82
untuk proses inspeksi. Proses inspeksi dilakukan langsung oleh customer. Inspeksi
biasanya biasanya dilakukan ketika pumping unit telah siap dikirim dan sudah selesai
dipacking, inspektor melakukan pengecekan bertahap, mulai dari dokumen-dokumen
hingga ke komponen pumping unit serta pengecekan pada proses running test.
Pengecekan yang dilakukan termasuk proses pengecekan ketebalan cat, ketebalan
pengelasan, kebersihan dan material yang digunakan.

Proses ini juga dilakukan saat ada inspeksi dari customer, proses yang
dilakukan adalah proses running test pumping unit, diperlukan satu unit pumping
yang direksi. Ereksi berfungsi sebagai pengecekan pada setiap fungsi dari komponen-
komponen pumping unit. Apabila terjadi kesalahan dalam proses produksi, contohnya
kesalahan ukuran, dapat diketahui saat proses ereksi. Saat proses running test
pumping unit akan di beri beban untuk mengetahui kekuatan dari pumping apakah
sudah sesuai dengan permintaan costomer atau belum. Apabila pada saat assembly
dan load test belum memenuhi spesifikasi maka dilakukan repair sampai sesuai
dengan permintaan costomer sebelum melakukan pengiriman.

 Proses Packing

Proses packing ialah proses akhir dari berbagai proses yang di jalankan
sebelumnya, proses packing dilakukan di area yang sudah di sediakan. Proses
packing pumping unit ini menggunakan kayu agar pumping yang nantinya pada saat
proses pemindahan ke truk dan pengiriman tidak bersentuhan langsung agar tidak
terjadi cacat.

Analisa

Setelah mengetahui proses produksi accesories ada yang perlu diperbaiki


dibagian proses pemotongan sampai siap untuk di assembly yaitu pada komponen
plat siku 100x100x10 panjang potongan 204 mm.

83
1 2

Gambar 4.21 1 Design platform frame dan 2 detail design platform frame extension

Plat tersebut terletak di bagian kanan dan kiri platform frame extension yang
berfungsi untuk mengencangan frame extension saat assembly dengan komponen
lain. Saat ini dilapangan proses pemotongan sampai siap assembly melalui 4 (empat)
proses diantaranya.

1. Proses Pemotongan

Proses pemotongan dimana proses pemotongan menggunakan menggunakan


Gas LPG yang dicampurkan dengan oksigen, hasil yang di dapat terjadi korosi
dikarenakan pencampuran Gas LPG dan oksigen tidak sesuai.

2. Proses gerinda

Setelah proses pemotongan selesai dilakukan proses gerinda karena


permukaan setelah pemotongan tidak rata maka harus di haluskan permukaan
tersebut.

3. Proses marking

Proses ini dilakukan untuk mempermudah menemukan titik yang akan


dilakukan pengeboran untuk di buat lubang.

84
4. Proses Drilling

Proses drilling proses pengeboran pembuatan lubang yang sudah diberikan


tanda bagian yang perlu pengeboran atau dilubangi.

Sehingga waktu untuk proses pemotonga dan siap assembely untuk


menyelesaikan 80 potongan siku 100x100x10 panjang 204 mm pemesanan 40 unit
pumping, dimana setiap satu unit pumping membutuhkan 2 potongan membutuhkan
waktu 3 hari. Maka perlu menggunakan alat yang modern dan canggih agar dapat
menghemat waktu untuk proses tersebut. setelah seaharing dengan pekerja yang biasa
membuat accesories didapatlah solusi untuk menghemat waktu proses pemotongan
dan siapa assembely dengan menggunakan mesin potong siku CNC prinsip kerjanya
computer sebagai kendali sehingga sebelum pengerjaan computer di setting atau
menggambar sesuai dengan design dengan menggunakan autocad kemudian
ditransferkan ke mesin tersebut lalu mesin dapat bekerja secara otomatis. Apabila
pemotongan dan siap assembly menggunakan mesin pemotong siku CNC hanya
membutuhkan 1 hari. Jadi efisiensi waktu yang terbuang 3 hari – 1 hari = 2 hari.
Sebenarnya ada mesin tersebut tetapi di bagian tower.

Hasil analisa menununjukkan bahwa lebih efisien jika perusahaan membeli


mesin pemotong siku CNC tetapi perusahaan belum dapat diusulkan dengan alasan
biaya yang dibutuhkan besar sedangkan proses produksi masih berjalan lancar
walaupun lama prosesnya. Alternatif langkah yaitu proses pengerjaan dilakukan
ditempat tower karena di tower mempunyai alat tersebut. Hal lain yang perlu
diperhatikan yaitu perlu pengontrolan yang baik antar devisi. Contohnya barang yang
dibutuhkan 1 unit pumping 2 buah potongan, sedangkan pesanan pumping mencapai
40 unit sehingga membutuhkan potongan plat siku 100x100x10 jumlahnya 80
potongan dengan panjang potongan 204 mm. jika panjang 1 batang plat siku 6000
mm di potong 204 mm maka membutuhkan plat panjang 3 batang. dengan rincian
6000 mm : 204 mm = 29 potongan dalam 1 batang. Jika membutuhkan 80 potongan
maka yang dibutuhkan 3 batang siku, dimana 29 potongan x 3 batang = 87 potongan.
sisa 7 potongan harus disimpan untuk cadangan produksi selanjutnya. Semua proses
tersebut perlu diperhatikan yang benar antar devisi, sehingga proses produksi tidak
mengalami keterlambatan.

85
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian tentang kegiatan yang dilakuk an penulis selama proses


kerja praktik di unit usaha Oil and Gas Equipment PT BUKAKA TEKNIK UTAMA,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. PT Bukaka Teknik Utama adalah perusahaan yang memiliki berbagai macam unit
usaha, sebagian besar unit usaha berbagai macam besar unit usaha tersebut bergerak
di bidang kontruksi.
2. Penggunaan alat-alat sistem produksi di PT bukaka antara lain
 Gerinda potong digunakan untuk memotong pipa dan besi siku.
 Cutting comodo digunakan untuk memotong plat dengan model potongan bisa
membentuk alur, gas yang digunakan oksigen dan LPG.
 Cutting shearing digunakan untuk memotong plat dengan ukuran minimal
ketebalan 2,5 mm dan maksimal ketebalan 10 mm
 CNC cutting gas kegunaan hampir sama dengan mesin cutting comodo hanya
saja mesin ini menggunakan sistem NC
 Drilling untuk pembuatan lubang masuknya baut baik untuk raw material
maupun komponen setengah jadi
Machining mulai dari proses pembuatan shaft, key, dan drilling housing
bearing. Mesin yang digunakan juga beraneka ragam, antara lain CNC Lathe,
CNC Milling, Milling drilling, rol dan lain-lain
3. Rangkaian dan proses produksi accesories pada pumping unit antara lain
 Design, Pemilihan Material, Proses Pemotongan, Proses Drilling, Proses
Setting, Proses Welding, Proses Finishing, Proses Blasting, Proses painting,
Proses Assembly, Dan Load Test Pumping, Proses Packing. Apabila pada saat
assembly dan load test belum memenuhi spesifikasi maka dilakukan repair
sampai sesuai dengan permintaan costomer terlebih dahulu sebelum
melakukan pengiriman.
4. Dari safety Pada PT Bukaka dibagian oil and gas enquipment sudah baik karena

standar mutu ISO 9001 tahun 2010 dan API Spec Q1 yang mulai memasukkan
elemen lingkungan kerja yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan

86
kerja. Jadi untuk safety penaganan yang serius agar tidak terjadi angka tinggi
kecelakan kerja dan tuntunan global agar bisa mengikuti tander.
5.2. Saran

a. Sebaiknya perlu dilakukan serah terima dokumen antar devisi, agar proses produksi
bisa berjalan dengan lancar dan dapat meningkatkan produktifitas jika pengerjaan
bisa berjalan sesuai target.

b. Sebaiknya para peserta magang diberi jadwal agar tidak bingung berada dalam
perusahaan dan dibebankan tugas agar dapat membantu perusahaan secara maksimal.

87

Anda mungkin juga menyukai