INDONESIA
Oleh :
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat dan pertolongan-Nya, Buku pelajaran Sejarah Pendidikan Islam
Indonesia ini telah dapat diselesaikan, meskipun dalam bentuk yang masih
sangat sederhana.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
ii
BAB IV KONDISI UMUM PENDIDIKAN ISLAM, KEBIJAKAN
KOLONIAL, DAN PERKEMBANGAN KELEMBAGAAN PENDIDIKAN
ISLAM.........................................................................................................................................22
A. JAMI’AT KHAIR............................................................................................................49
B. AL – IRSYAD..................................................................................................................50
C. PERSIS..............................................................................................................................51
D. MUHAMMADIYAH.....................................................................................................54
F. AL WASHLIYAH...........................................................................................................61
iii
B. TUJUAN DAN KARAKTERISTIK PENDIDIKAN PONDOK
PESANTREN..................................................................................................................63
A. PENGERTIAN MADRASAH.......................................................................................72
E. KI HAJAR DEWANTARA............................................................................................100
iv
BAB XIII PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI ERA REVOLUSI
INDUSTRI 4.0 DAN 5.0...........................................................................................................114
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................128
v
vi
BAB I
1
berhubungan dengan objek kejadian, waktu, tempat, pelaku, latar
belakang, dan tujuan kejadian atau peristiwa tersebut. Misalnya Sejarah
perang diponegoro, Maka didalamnya terdapat data dan fakta yang
berhubungan dengan kejadian perangnya itu sendiri, waktu terjadinya
perang, tempat terjadinya perang, pelaku yang terlibat dalam perang,
tujuan perang, dan latar belakang terjadinya perang. Berbagai fakta dan
data tentang perang tersebut perlu disusun secara sistematis, karena
sebelumnya data dan fakta tersebut masih berserakan, belum
terdokumentasi secara utuh dan masih terdapat pendapat yang simpang
siur. Dengan disusunnya menjadi sebuah ilmu, maka fakta dan data
tentang sejarah perang diponegoro tersebut dapat dipahami dan ditarik
pelajaran yang terkandung didalamnya.
Kata Pendidikan Juga berasal dari Bahasa yunani kuno yaitu dari
kata “Pedagogi” kata dasarnya “Paid” yang berartikan “Anak” dan Juga
“Ogogos“ yang artinya “membimbing”. dari beberapa kata tersebut
maka dapat disimpulkan kata pedagos dalam bahasa yunani adalah
Ilmu yang mempelajari tentang seni mendidik Anak. Sedangkan Secara
bahasa Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang sesuai prosedur
pendidikan itu sendiri. (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia)
menjelaskan tentang Pengertian pendidikan yaitu tuntutan di dalam
hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
2
Selanjutnya pengertian islam. Secara harfiyah Islam berasal dari
bahasa arab salima yang artinya terpelihara, terjaga, tidak celaka.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sejarah pendidikan islam
adalah ilmu yang membahas tentang berbagai aspek atau komponen
pendidikan yang pernah terjadi dan pernah dilakukan oleh umat islam
dengan berpedoman pada ajaran islam sebagaimana terdapat didalam
Al-Qur’an dan As-sunnah.
3
Dari dua sumber yang merumuskan sejarah pendidikan islam
dapat disimpulkan bahwa kedua penjelasan memiliki maksud yang
sama yaitu peristiwa atau cabang ilmu pengetahuan mengenai
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam dari segi ide,
konsep, lembaga operasionalisasi dari sejak zaman nabi Muhammad
SAW sampai sekarang.
Sejarah biasanya ditulis dan dikaji dari sudut pandang suatu fakta
atau kejadian tentang peradaban bangsa. Maka objek Sejarah
Pendidikan Islam mencakup fakta-fakta yang berhubungan dengan
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam baik informal
maupun formal. Dengan demikian dapat diperoleh “sejarah serba
objek”. Dalam hal ini sejalan dengan peranan agama Islam sebagai
agama da’wah menyeru kebaikan dan mencegah pada kemunkaran,
menuju kehidupan yang sejahtera baik lahir maupun batin. Namun
sebagai cabang ilmu pengetahuan, objek sejarah pendidikan Islam
umumnya tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan dalam objek-
objek sejarah pendidikan, seperti mengenai sifatsifat yang
dimilikinya. Pendidikan tidak akan ada artinya apabila manusia
tidak ada di dalamnya. Hal ini disebabkan karena manusia
merupakan objek dan subyek pendidikan, artinya manusia tidak
akan berkembang dan mengembangkan budayanya secara sempurna
apabila tidak ada pendidikan. dengan demikian maka akan di
peroleh apa yang disebut “ sejarah serba subyek”.
4
b. Metode Observasi dalam hal ini obyek sejarah diamati secara
langsung.
Dari metode dan objek diatas ada beerapa ilmu yang dapat
membantu mendapatkan data historis yang akurat, tentunya dibutuhkan
ilmu-ilmu pendukung yang dapat memperkuat keberadaan sejarah.
Ilmu-ilmu yang dibutuhkan adalah :
5
1. Ilmu-Ilmu Dasar
6
sejarah pendidikan islam. Teori-teori yang berkaitan dalam dunia
pendidikan besar gunanya dalam mengumpulkan fakta-fakta sejarah
yang selanjutnya menempatkan fakta-fakta tersebut dalam konteks
sejarahnya dengan demikian pembahasan sejarah pendidikan tidak
sekedar menempatkan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan
perkembangan dan perjalanan pendidikan islam sesuai dengan
urutanurutan peristiwa. Lebih dari itu sejarah pendidikan islam
menuntut pengungkapan realitas sosial muslim untuk menjawab suatu
peristiwa yang terjadi. Dengan demikian sejarah pendidikan islam
bukanlah ilmu berdiri sendiri namun merupakan bagian dari sejarah
pendidikan secara umum. Sejarah pendidikan merupakan uraian
sistematis dari segala sesuatu yang telah dipikirkan dan dikerjakan
dalam lapangan pendidikan pada waktu yang telah lampau.
7
Dengan mengkaji sejarah akan bisa memperoleh informasi
tentang pelaksanaan pendidikan islam dari zaman Rosulullah sampai
sekarang mulai dari pertumbuhan, perkembangan, kemajuan,
kemunduran, dan kebangkitan kembali tentang pendidikan islam. Dari
sejarah dapat diketahui segala sesuatu yang terjadi dalam
penyelenggaraan pendidikan islam dengan segala ide, konsep, intitusi,
sistem, dan operasionalisnya yang terjadi dari waktu ke waktu, jadi
sejarah pada dasarnya tidak hanya sekedar memberikan romantisme
tetapi lebih dari itu merupakan refleksi historis. Dengan demikian
belajar sejarah pendidikan islam dapat memberikan semangat (back
projecting theory) untuk membuka lembaran dan mengukir kejaya dan
kemajuan pendidikan islam yang baru dan lebih baik.
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rosulullah itu suri tauladan yang
baik bagimu sekalian ….( Q.S. Al-Ahzab: 21) Katakanlah: “jika kamu
(benar-benar)mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosadosamu”……(Q.S.Ali-Imran:31) “Dan ikutilah dia,
supaya kamu mendapat Petunjuk” (Q.S Al-A’raaf:158)
8
Berpedoman pada ayat diatas umat islam dapat meneladani
proses pendidikan islam semenjak zaman kerasulan Muhammad
saw, Khulafaur Rasyidin, ulama-ulama besar dan para pemuka
gerakan pendidikan islam.
9
1. Bersifat Umum, Yang bersifat umum, sejarah pendidikan Islam
mempunyai kegunaan sebagai faktor keteladanan. Hal ini sejalan
dengan makna yang tersurst dan tersirat dalam Firman Allah SWT
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS.Al-
Ahzab:21)
BAB II
10
A. PROSES MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA
Sejak zaman Prasejarah, penduduk Nusantara dikenal sebagai
pelayar pelayar tangguh yang sanggup mengarungi samudra lepas.
Menurut catatan sejarah, pada awal Masehi, sudah ada jalur pelayaran
dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah
di Asia Tenggara. Wilayah Nusantara yang menjadi lintasan penting
perdagangan adalah wilayah Nusantara bagian barat, yakni Malaka dan
sekitarnya. Daerah tersebut sudah terkenal sejak zaman dahulu karena
kaya akan hasil bumi. Daerah tersebut kemudian menjadi perlintasan
para pedagang Cina dan India. Sementara itu, pelabuhan-pelabuhan
penting di Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering
disinggahi pedagang dari Lamuri (Aceh), Barus, Palembang, Sunda
Kelapa, dan Gresik.
Bersamaan dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal
dari Timur Tengah pada abad ke-7 Masehi (abad ke-1 Hijriyah). Malaka
menjadi pusat utama lalu lintas perdagangan dan pelayaran. Mereka
tidak hanya berdagang, tetapi sekaligus berdakwah menyebarkan agama
Islam. Dengan demikian, agama Islam telah ada di Indonesia ini sejak
abad ke-1 Hijriyah.
Para ahli sejarah mencatat bahwa Islam masuk ke Indonesia
melalui jalur perdagangan. Sebelum Islam datang, Nusantara berada
dalam pengaruh agama Hindu-Buddha. Pengaruh-pengaruh tersebut
berdampak pada pola hidup masyarakat di Indonesia. Namun, dalam
perkembangannya pengaruh Islam jauh lebih kuat daripada pengaruh
agama Hindu-Buddha.
Masuknya agama Islam di Nusantara melalui jalur perdagangan
berlangsung dengan cara damai. Ajaran Islam mudah diterima dan
mendapat perhatian dari penduduk Nusantara. Berbagai sumber sejarah
menyatakan bahwa agama Islam sudah masuk ke Indonesia pada abad
ke-7 M. Namun, keberadaan para pemeluk ajaran Islam menjadi jelas
pada abad ke-13 yang ditandai dengan berdirinya Kerajaan Samudra
Pasai di Aceh sebagai kerajaan Islam yang pertama.
11
Teori ini dicetuskan oleh GWJ. Drewes dan di kembangkan oleh
Snouck Hurgronje dan kawan-kawan, selain itu teori india atau teori
Gujarat ini juga di yakini oleh sejarawan Indonesia Sucipto
Wirjosuprato yang meyakini awal mula sejarah masuknya islam di
Indonesia adalah melalu india (Gujarat).
Pada bukunya yang berjudul sejarah umat islam yang terbit pada
tahun 1997, Buya Hamka menjelaskan bukti-bukti masuknya agama
Islam di Indonesia. bukti yang dimaksud Buya Hamka ini adalah
berupa sumber dari naskah kuno Cina yang menyebutkan bahwa
sekelompok Bangsa Arab yang bermukim di pesisir barat Pulau
Sumatera pada tahun 625 Masehi. Selain itu, di kawasan tersebut
yang pada saat itu merupakan kekuasaan Kerajaan Sriwijaya juga
ditemukan batu nisan yang bertuliskan nama Syekh Rukunuddin
yang wafat pada tahun 672 Masehi.
12
dalam perdagangan di nusantara. Kemudian mereka menikah
dengan warga pribumi dan berdakwah di nusantara.
4. Teori Cina
Dalam buku Islam in Cina yang ditulis oleh Jean A. Berlie (2004)
menyebutkan bahwa relasi antara orang-orang Islam dari Arab
dengan orang-orang di Cina terjadi pada tahun 713 Masehi.
13
Masuknya Islam ke nusantara juga diyakini bersamaan dengan
banyaknya migrasi orang-orang Cina muslim ke Asia Tenggara
terutama wilayah nusantara yang kebanyakan memasuki wilayah
Sumatera bagian selatan pada tahun 879 Masehi atau abad ke-9
Masehi.
Bukti lain dari teori cina ini adalah banyaknya pendakwah yang
berasal dari keturunan Cina yang mempunyai pengaruh besar pada
masa kerajaan Demak. Seperti kita ketahui, kerajaan Demak
merupakan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa. Adapun buku
sejarah yang ditulis oleh Nana Supriatna yang menyebutkan bahwa
kesultanan Demak didirikan oleh Raden Patah yang merupakan
putra dari Majapahit Islam ini.
14
Melalui proses akulturasi budaya, beberapa elemen agama Islam
disesuaikan dengan budaya lokal, yang membuatnya lebih mudah
diterima oleh penduduk setempat.
BAB III
15
Kerajaan di Sumatera meliputi kerajaan Samudera Pasai, kerajaan
Perlak, dan kerajaan Aceh Darussalam. Ketiga kerajaan tersebut berada
di Aceh, daerah paling ujung dari Sumatera. Dari beberapa catatan
sejarah Kerajaan Islam yang pertama di Indonesia adalah kerajaan
Samudera Pasai yang didirikan pada abad ke-10 M. Raja pertamanya Al-
Malik Ibrahim bin Mahdum yang kedua bernama Malik Al-Shaleh dan
yang terakhir bernama Al-Malik Sabar Syah (tahun 1444 M/ abad ke 15
H).
16
sultan Iskandar Muda (1607-1636) yang menguasai seluruh pelabuhan di
pesisir timur Sumatera sampai Asahan dan pantai Sumatera Barat.
17
B. KONDISI PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KERAJAAN DI
PULAU JAWA
18
pengajian kitab, bagi murid-murid yang telah khatam mengaji Al-
Qur’an. Tempat pengajianya disebut pesantren.
Jadi proses penddikan islam pada masa kerajaan demak ini masih
berada di tempat-tempat sentral seperti masjid, yang diasuh oleh
seorang badal atau santri yang ditugaskan oleh seorang guru untuk
mengajarkan pendidikan islam. Sedangkan pada masa kerajaan
Mataram pendidikan islam di zaman itu sudah mulai diperhatikan,
banyak desa yang ada tempat pengajian untuk menjalankan pendidikan
agama islam. Adapaun guru yang mendidik yang mempunyai gelar
modin, dan sisitem pendidikannya dengan metode hafalan.
19
D. KONDISI PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KERAJAAN DI
PULAU MALUKU
20
ke-7 lahir ulama terkenal yaitu Syeh Muhammad Arsyad Al Banjary di
desa Kalampayan Martapura. Syeh Muhammad Arsyad banyak
mengarang kitab-kitab agama, diantaranya yang paling terkenal sampai
sekarang adalah kitab Sabilul Muhtadin. Sultan Tahmilillah
mengangkatnya sebagai mufti besar kerajaan Banjar. Syeh Muhammad
Arsyad juga berjasa besar dalam mendirikan di kampung dalam pagar
yang sampai sekarang masih terkenal dengan sebutan pesantren
Darussalam.
BAB IV
21
pendidikan islam di zaman pemerintah kolonial Belanda, yang di bagi
kepada beberapa tahapan yaitu:
22
dengan ibadah. Dengan kata lain pelajaran yang diberikan saat itu
belum sistematis.
Kemajuan ini merupakan suatu hal yang luar biasa, karena justru
di saat inilah pemerintah kolonial Belanda mengawasi pendidikan
Islam secara ketat, ditambah lagi mereka sedang gencar-gencarnya
mempropagandakan pendidikan yang mereka kelola yakni
pendidikan antara golongan.
23
dari sistem sorogan menjadi klasikal, dari pengajaran agama semata
bertambah menjadi pelajaran umum dan juga agama.
24
Sebenarnya kedatangan Belanda ke Indonesia pada mulanya
bermotifkan dagang, namun belakangan ditumpangi oleh misi-misi lain,
sehingga setelah mereka berkuasa kebijakan yang mereka buat sangat
menekankan umat islam, terutama kepada para ulama dan pesantren
yang dibinanya, semua ini karena faktor-faktor berikut:
2. Ikatan yang cukup kuat antara rakyat dengan ulama, karena mereka
dipandang sebagai kelompok intelektual islam, dan pengaruhnya
semakin dalam bila berhasil membina pesantren.
25
2. Ordonansi Guru berlaku sejak 1 Juni 1952, kebijakan kali ini katanya
lebih lunak dari yang pertama, isinya antara lain:
26
juga mengurangi kebebasan bangsa Indonesia untuk mengatur dan
membangun pendidikannya sendiri.
27
Di periode akhir pemerintahan Belanda, pendidikan Islam
menemui format baru yaitu lahirnya madrasah sebagai salah satu
lembaga pendidikan islam, sekalipun usaha mendirikan madrasah-
madrasah masih bersifat pribadi atau organisasi dalam pengertian
sempit serta tidak ada pengaturan umum yang mengikat mengenai
bentuk kelembagaan, struktur, manajemen, dan kurikulumnya. Namun
semuanya mengarah pada peningkatan peran umat Islam yang cukup
signifikan dalam bidang pendidikan.
28
bagi para pegawai dan keluarganya. Beberapa lembaga pendidikan yang
adapa pada masa jaman penajajahn belanda adalah :
29
7. Pendidikan Dagang (Handels Onderwijs). Tujuannya untuk
memenuhi kebutuhan perusahaan Eropa yang berkembang dengan
pesat.
BAB V
30
1. Dijadikannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi pengantar
Pendidikan menggantikan Bahasa Belanda
31
sendiri. Pada tanggal 8 juli 1945 berdirilah sekolah tinggi Islam di
Jakarta. Kalau ditinjau dari segi pendidikan zaman Jepang umat Islam
mempunyai kesempatan yang banyak untuk memajukan Pendidikan
Islam, sehingga tanpa disadari oleh Jepang sendiri bahwa umat Islam
sudah cukup mempunyai potensi untuk maju dalam bidang pendidikan
ataupun perlawanan kepada penjajah. Sistem pendidikan pada masa
pendudukan Jepang itu kemudian dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
32
4. Pendidikan dilatih agar mempunyai semangat perang Seorang
pendidik sebelum mengajar diwajibkan terlebih dahulu mengikuti
didikan dan latihan (diklat) dalam rangka penanaman ideologi dan
semangat perang, yang pelaksanaannya dipusatkan di Jakarta selama
tiga bulan. Untuk menanamkan semangat jepang tersebut, maka
diajarkan bahasa jepang dan nyanyian-nyanyian semangat
kemiliteran kepada para murid.
33
Dunia pendidikan secara umum terbengkalai, karena murid-
murid sekolah setiap harinya disuruh gerak badan, baris berbaris,
bekerja bakti (Romusha) bernyanyi dan lain sebagainya. Yang masih
agak beruntung adalah madrasah-madrasah yang berada dilingkungan
pondok pesantren yang bebas dari pengawasan langsung pemerintah
Jepang.Pendidikan dalam pondok pesantren masih dapat berjalan
dengan baik.
34
mendukung kepentingan penjajah yakni menyediakan tenaga-tenaga
buruh kasar secara cuma-cuma (romusha) dan prajurit-prajurit untuk
membantu peperangan bagi kepentingan Jepang.
35
Para pemuda dilatih semi militer, baris-berbaris dan latihan perang-
perangan.
36
Eropa lainnya, sehingga memaksa peranakan China kembali ke
sekolah-sekolah berbahasa Mandarin di bawah koordinasi Hua-
Chino Tsung Hui, yang berimplikasi pada adanya proses
resinification (penyadaran dan penegasan identitas sebagai
keturunan bangsa China). Kondisi ini antara lain memaksa para guru
untuk menerjemahkan buku-buku berbahasa asing kedalam Bahasa
Indonesia untuk kepentingan proses pembelajaran. Selanjutnya
sekolah-sekolah yang bertipe akademis diganti dengan sekolah-
sekolah yang bertypevokasional yang bersifat praktis.
37
(Shika Gakko) di Surabaya, Sekolah Tinggi Kedokteran Hewan di Bogor
dan Akademi Pemerintahan.(Afid Burhanuddin, 2011:3).
38
Siswa memiliki kewajiban mengikuti latihan dasar kemiliteran dan harus
mampu menghapal lagu kebangsaan Jepang. Begitu pula dengan para
gurunya, diwajibkan untuk menggunakan bahasa Jepang dan Indonesia
sebagai pengantar di sekolah menggantikan bahasa Belanda. Untuk itu
para guru wajib mengikuti kursus bahasa Jepang yang diadakan oleh
pemerintah Jepang.
39
BAB VI
40
Soekarno berpendapat bahwa pendidikan Islam dapat dijadikan sarana
perubahan bagi umat Islam. Pendidikan Islam dapat mempertajam
pikiran serta menguatkan akal. Soekarno juga menyampaikan bahwa
agama dan ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan. Salah satu
pembahasan penting dalam pendidikan Islam yaitu masalah
pengelompokan antara ilmu agama yang kaitannya dengan ajaran
agama Islam yakni ilmu tentang Al Qur’an, Ilmu tentang Hadits, Ilmu
tentang Tajwid, Ilmu tentang Fiqih dan ilmu umum yang berhubungan
dengan ilmu keduniaan. Ilmu umum ini negara barat dianggap lebih
maju dibandingkan dengan negara yang lain. Maka dengan adanya hal
ini Soekarno memberikan kesimpulannya:
41
Soewandi Ir R. Gunarsa Wikana(kemdikbud, 2015) dan Menteri agama
KH. Fathurrahman Kafrawi dalam Sudarno, 2018. mengeluarkan SKB
(Surat Keputusan Bersama) pada bulan Desember 1946 untuk mengelola
pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah. Isi dari SKB ini
mengatur tentang bagaimana cara pelaksanaan Pendidikan agama di
sekolah umum yang berada di bawah kementrian Pendidikan.
42
Bab II Pasal 2 ayat 1. Sementara dalam ayat 3 dari pasal yang sama
disebutkan bahwa di sekolah umum dari tingkat rendah (dasar) sampai
tingkat universitas diberikan pendidikan agama dan menjadi mata
pelajaran dengan catatan murid yang menyatakan keberatan maka boleh
berhak tidak mengikuti pendidikan agama.
43
pendidikan di MTSN ataupun sekolah tambahan pada tahun ketujuh,
dimana murid diperkenankan mengikuti pendidikan ketrampilan
contohnya: pendidikan guru agama yang diperuntukkan bagi
sekolah dasar negeri. Setelah itu murid dapat mengikuti latihan
lanjutan selama 2 tahun dalam rangka menyelesaikan kursus guru
agama yang diperuntukkan bagi sekolah menengah.
44
Keadaan inilah yang mendorong tokoh-tokoh Islam menuntut
agar madrasah dan pendidikan keagamaan dimasukkan menjadi bagian
dari sistem pendidikan nasional. Reaksi terhadap sikap pemerintah yang
mendiskriminasikan menjadi lebih keras dengan keluarnya Keputusan
Presiden No. 34 Tahun 1972, yang kemudian diperkuat dengan Intruksi
Presiden No. 15 Tahun 1974. Kepres dan Inpres ini isinya dianggap
melemahkkan dan mengasingkan madrasah dari pendidikan nasional.
Bahkan sebagian umat Islam memandang Kepres dan Inpres itu sebagai
manuver untuk mengabaikan peran dan manfaat madrasah yang sejak
zaman penjajahan telah diselenggarakan umat Islam.
45
sejak tahun 1966 pendidikan agama menjadi materi pelajaran wajib dari
Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi Umum Negeri di seluruh
Indonesia. TAP MPRS inilah yang menjadi landasan pertama kali bagi
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran agama di seluruh sekolah
di Indonesia pada zaman Orde Baru.
46
Terlepas dari pro-kontra tersebut, akhirnya UUSPN nomor 20
tahun 2003 disahkan pada tanggal 8 Juli 2003. Undang-undang ini dinilai
bagi penggerak pendidikan Islam sebagai titik awal kebangkitan
pendidikan Islam. Secara eksplisit, UU ini menyebutkan peran dan
kedudukan pendidikan Islam serta menjadikan posisi pendidikan agama
(termasuk pendidikan Islam) sebagai bagian integral dari sistem
pendidikan nasional. Hal ini menunjukkan adanya pengakuan bangsa
terhadap sumbangan besar pendidikan Islam (agama) dalam upaya
mendidik dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
47
BAB VII
A. JAMI’AT KHAIR
Organisasi ini diberi nama Jami’at Khair. Didirikan oleh Ali dan
Idrus dari keluarga shahab. Organisasi ini tidak bergerak di bidang
politik tetapi menitik beratkan pada semangat pembaruan melalui
lembaga pendidikan modern. Meski membangun basis perjuangan
melalui pendidikan, Jami’at Khair tidaklah berbentuk sekolah agama
melainkan sekolah dasar biasa dengan kurikulum modern. Para siswa
tidak melulu diajarkan materi agama tetapi juga materi umum seperti
berhitung, sejarah atau ilmu bumi. Jami’at Khair yang didirikan pada
tahun 1901 di Jakarta, dengan proses yang berliku-liku baru mendapat
pengesahan tanggal 17 Juli 1905. Perhatian Jami’at Khair ditujukan pada
pendidikan. Hal-hal yang menjadi perhatian utama organisasi ini yaitu:
48
Jami’at Khair telah menunjukkan perlawanan kepada pemerintah
melalui artikel-artikel para anggotanya pada harian di luar negeri
khususnya negara-negara Arab. Kedatangan utusan Turki menunjukkan
bahwa Jami’at Khair sebagai perkumpulan yang didirikan oleh
keturunan Arab memang menjalin hubungan dengan kekhalifahan
Turki. Hal ini menunjukkan pula bahaya Pan Islamisme dari Jami’at
Khair di mata pemerintah. Perkumpulan Jami’at Khair ini dianggap
berbahaya oleh pemerintah kolonial Belanda, karena pengaruhnya dapat
membangkitkan semangat Islam, semangat jihad fisabilillah di kalangan
kaum muslimin Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda kemudian
melakukan penekanan-penekanan terhadap anggota Jami’at Khair. Pada
tahun 1917 dilakukan penangkapan dan interogasi terhadap tokoh
Jami’at Khair dan beberapa diantaranya kemudian dipenjarakan.
B. AL – IRSYAD
49
adalah pengajar di Jami’atul Khair. Al Irsyad ini mengkhususkan diri
dalam perbaikan (pembaharuan) agama kaum muslimin khususnya
keturunan Arab Sebagian tokoh Muhammadiyah pada awal berdirinya
juga adalah kader-kader yang dibina dalam lembaga pendidikan
AlIrsyad. Saat itu al-Irsyad sudah memiliki Madrasah Awaliyah (3
tahun), Madrasah Ibtidaiyah (4 tahun), Madrasah Tajhiziyah (2tahun),
dan Madrasah Mu’allimin yang dikhususkan untuk mencetak guru. Al-
Irsyad bergerak bukan hanya dalam bidang pendidikan, tapi juga
bidang-bidang lain seperti rumah sakit, panti asuhan dan rumah yatim
piatu.
C. PERSIS
50
sebuah organisasi baru dengan ciri dan karateristik yang khas.
Kelompok tadarus ini bersifat kenduri yang diadakan secara berkala di
rumah salah satu seorang kelompok yang berasal dari Sumatera tetapi
yang telah lama tinggal di Bandung. Mereka adalah keturunan dari tiga
keluarga yang pindah dari Palembang dalam abad ke 18, dan menjalin
hubungan erat melalui perkawinan antar keluarga mereka serta
diperkuat oleh kepentingan yang sama dalam usaha perdagangan,
kemudian berlanjut dengan kontak antara anggota-anggota generasi
yang datang kemudian dalam mengadakan studi tentang agama
ataupun kegiatan-kegiatan lainnya. Tetapi mereka tidak merasa lagi
bahwa mereka dari Sumatera, tetapi telah merasa sebagai benar-benar
orang Sunda sehari-hari berbicara bahasa Sunda.
51
kamu bercerai berai". Serta sebuah hadits Nabi Saw, yang diriwayatkan
oleh Tirmidzi, "Kekuatan Allah itu bersama al-jama'ah".
52
dalam arti sempit, tetapi meluas kepada persoalan-persoalan
strategis yang dibutuhkan oleh umat Islam terutama pada urusan
muamalah dan peningkatan pengkajian pemikiran keislaman.
D. MUHAMMADIYAH
53
Hal-hal yang berkaitan dengan paham agama dalam
Muhammadiyah secara garis besar dan pokok-pokoknya ialah sebagai
berikut:
1. Pendidikannya
54
2. Usaha Muhammadiyah di Bidang Pendidikan
55
Muhammadiyah mendirikan berbagai jenis dan tingkat
pendidikan, serta tidak memisah-misahkan antara pelajaran agama
dan pelajaran umum. Dengan demikian, diharapkan bangsa
Indonesia dapat dididik menjadi bangsa yang utuh berkepribadian,
yaitu pribadi yang berilmu pengetahuan umum luas dan agama yang
mendalam.
56
pengetahuan umumnya sederajat dengan pengetahuan dari
sekolah umum yang sederajat.
4. Pesantren Muhammadiyah
57
Selama jam belajar, para santri tidak belajar di atas bangku
melainkan bersila di atas lantai. Pada tahun kedua, diberikan
pelajaran tambahan bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan ilmu
pendidikan.
58
1. Memegang teguh pada salah satu mazhab empat( salah satu dari
Imam Muhammad bin idris Al-Syafi’I, Imam Malik bin Anas, Imam
Abu Hanifah an-nu’man, dan Ahmad bin Harbal)
1. Madrasah awaliyah
2. Madrasah ibtidaiyah
3. Madrasah tsanawiyah
59
F. AL WASHLIYAH
60
variatif antara pendidikan tradisional dan modern. Sejak awal berdiri, al-
Washliyah sudah memiliki madrasah sebagai representasi sistem
pendidikan tradisional dan sekolah mewakili sistem pendidikan modern
dengan mengadopsi sistem pendidikan Barat (Rozali, 2016).
BAB VIII
61
didukung oleh dana dari iuran masyarakat serta adanya rencana-
rencana yang harus dipatuhi oleh pendidik dan peserta didik.
1. Tujuan Khusus
62
2. Tujuan Umum
a. Santri mukim, yaitu santri yang berasal dari daerah yang jauh dan
menetap dalam pondok pesantren.
4. Adanya pondok atau asrama yaitu tempat tinggal kyai bersama para
santrinya.
63
3. Hidup hemat dan sederhana benar-benar diwujudkan dalam
lingkungan pesantren.
64
3. Bertambahnya komponen pendidikan pondok pesantren, misalnya
keterampilan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat,
kesenian yang islami.
65
Sedangkan menurut Mas’ud dkk ada beberapa tipologi atau
model pondok pesantren yaitu :
66
3. Para santri tidak mengidap penyakit simbolis, yaitu perolehan gelar
dan ijazah, karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan
ijazah, sedangkan santri dengan ketulusan hatinya masuk pesantren
tanpa adanyaijazah tersebut. Hal itu karena tujuan utama mereka
hanya ingin mencari keridhoan Allah SWT semata.
67
Tetapi seiring dengan perkembangan zaman kini pondok
pesantren banyak yang menggunakan sistem klasikal, dimana ilmu yang
dipelajari tidak hanya agama saja, melainkan ilmu umum juga dipelajari.
68
Perjuangan itu adalah memperebutkan hegemoni antara kerajaan-
kerajaan Islam di pulau Jawa dengan kolonial Belanda.
69
BAB IX
A. PENGERTIAN MADRASAH
70
Menurut peraturan mentri agama nomor I tahun 1946 dan
peraturan mentri agama nomor 7 tahun 1950, madrasah mengandung
makna.
71
Kemudian lahirnya madrasah-madrasah di dunia islam, yang
pada dasarnya merupakan usaha pengembangan dan penyempurnaan
zawiyah-zawiyah tersebut, dalam rangka menampung pertumbuhan
dan perkembangan dan jumlah pelajar yang semakin meningkat yang
berlangsung sampai sekarang.
72
a. Segi ajaran islam Islam masuk ke indonesia sekitar abad 7-8M.
73
2. Faktor Kondisi Luar Negeri
74
Adanya pemahaman bahwa ajaran islam dapat diterapkan
sesuai dengan kondisi, waktu, dan tempat, melahirkan pemikiran
untuk berupaya memperbaiki ummat islam dengan
memerhatikan kondisi onjektif ummat islam itu tempat ia berada.
Dengan demikian, kita ketahui bahwa permulaan abad ke-20,
merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan madrasah
hampir di seluruh indonesia, dengan nama dan tingkatan yang
bervariasi. Namun madrasah-madrasah tersebut pada awal
perkembanganya, masih bersifat diniyah semata-mata. Dalam
memantapkan keberadaanya dilakukanlah pembaharuan
terhadap madrasah, khususnya dengan penambahan
pengetahuan umum. Usaha ke arah penyatuan dan
penyeragaman sistem tersebut baru di rintis sekitar tahun 1950
setelah indonesia merdeka.
75
Madrasah sebagai perpaduan antara pendidikan sistem pondok
yang khusus mengajarkan agama islam dengan sistem pendidikan yang
mengajarkan ilmu umum. Sejak lahirnya sistem madrasah di indonesia.
Telah memiliki ciri khas yang membedakanya dari pesantren dan
sekolah umum. Walaupun keanekaragaman dalam upanya
menggabungkan antara mata pelajaran agama dengan mata pelajaran
umum, namun madrasah tetap sebagai lembaga pendidikan islam yang
menjadikan mata pelajaran agama sebagai mata pelajaran pokok atau
dasar.
2. Berhitumg.
3. Ilmu bumi.
76
Selain mata pelajaran agama dan bahasa arab serta yang di
sebutkan di atas, juga di ajarkan sebagai keterampilan sebagai bekal para
lulusanya terjun ke masyarakat. Materi pelajaran yang mencakup dari
perkelas mulai dari kelas satu sebagai berikut:
3. Geografi.
77
sebagai tempat pendidikan, yang dikaitkan dengan ibadah dan fasilitas
pendidikan, Demikian itu karena dilengkapi tempat-tempat tersebut
dengan asrama, tempat-tempat untuk belajar dan fasilitas lain untuk
memungkinkan terjadinya pembahasan dan diskusi. Peran Madrasah
Peran dan tugas yang diemban oleh madrasah (sekolah) setidaknya
mencerminkan sebagai lembaga pendidikan Islam yang lain.
2. Memelihara fitrah anak didik sebagai insan yang mulia, agar ia tak
menyimpang tujuan Allah menciptakannya. Kecenderungannya
sekarang, madrasah telah membuat penyimpangan-penyimpangan
dalam format yang berbeda yang bahayanya tak kurang dari bentuk
lamanya.
78
kondisi dan iklim yang sama, yang mampu menyatukan qalb dan
jiwa mereka.
79
lembaga pendidikan Islam dapat diwakili dengan langgar, masjid,
surau, madrasah dan lain sebagainya.
80
BAB X
81
katalisator pembangunan, serta motivator terciptanya toleransi
kehidupan beragama, serta kehidupan yang harmonis antarumat
yang berbeda agama.
82
3. Untuk melakukan reproduksi dan kaderisasi ulama dan fungsionaris
keagamaan, baik pada kalangan birokrasi negara maupun sektor
swasta, serta lembaga lembaga sosial, dakwah, pendidikan dan
sebagainya.
83
Berbicara mengenai pendidikan tinggi di era globalisasi terdapat
dua dimensi yang berkaitan erat yaitu lokalisme dan globalisme. Tidak
mungkin kita membangun lembaga pendidikan tinggi memasuki
kehidupan global tanpa memperbaiki mutu dan kelembagaan dari
pendidikan dalam negeri kita. Oleh sebab itu, dalam membicarakan misi
pendidikan tinggi tidak terlepas dari analisis mengenai dimensi lokal
dan kemudian sejalan dengan itu mengembangkan dimensi globalnya.
84
Untuk menuju ke arah itu, pendidikan haruslah dirancang
sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan out put seperti yang
diharapkan yang intinya adalah manusia yang cerdas fikir, cerdas zikir
(terampil kerja dan cerdas hati), juga manusia yang siap pakai. Berkaitan
dengan hal ini Fuad Amsyari, salah satu anggota dewan pakar IeMI
pusat, menawarkan konsep pengajaran Agama Islam di Indonesia
melalui dua determinan pokok, yaitu
1. aspek aqidah, bahwa hanya prinsip Islam saja yang bisa membawa
manusia pada keberhasilan hidup di dunia dan akhirat;
85
BAB XI
1. Biografi
86
Republik Indonesia, seperti menteri agama dan lainlain. K.H Asy’ari
wafat pada tanggal 25 Juli 1947 M dengan meninggalkan sebuah
peninggalan yang monumental berupa pondok pesantren Tebuireng
yang tertua dan terbesar untuk kawasan Jawa Timur dan yang telah
mengilhami para alumninya untuk mengembangkanya di daerah-
daerah lain walaupun dengan menggunakan nama lain bagi
pesantren-pesantren yang mereka dirikan.
a. Signifikasi pendidikan
87
Dua hal yang harus diperhatikan dalam menuntut ilmu,
yaitu pertama bagi murid hendaknya berniat suci, jangan sekali-
kali berniat untuk hal-hal duniawi, jangan melecehkan dan
menyepelekannya. Kedua, bagi guru dalam mengajarkan ilmunya
meluruskan niat, tidak mengharapkan materi semata-mata.
Dalam penjelasannya tidak ada definisi khusus tentang belajar.
Tetapi yang menjadi titik tekan pengertian belajar adalah ibadah
mencari ridha Allah yang mengantarkan seseorang untuk
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Belajar harus
diniatkan untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai
islam, bukan hanya sekedar menghilangkan kebodohan.
88
1) Etika seorang guru
89
1) Membaca dan menulis huruf latin
1. Biografi
90
membangun masyarakat bangsa harus terlebih dahulu dibangun
semangat bangsa. Ahmad Dahlan meninggal pada Tahun 1923 M,
tanggal 23 Februari dalam usia 55 Tahun dengan meninggalkan
sebuah organisasi Islam yang cukup besar dan di segani karena
ketegaranya.
91
mempertajam intelektualitas dan memperkokoh spiritualitas peserta
didik. Upaya ini akan terwujud jika proses pendidikan bersifat
integral dan epistimologi. Islam hendaknya dijadikan landasan
metodologis dalam kurikulum dan bentuk pendidikan yang
dilaksanakan. Menurut Ahmad Dahlan, materi pendidikan adalah
pengajaran Al-Qur’an dan hadits, membaca, menulis, berhitung, ilmu
bumi, dan menggambar. Sistem pendidikan yang dipakai beliau
adalah klasikal, beliau ingin menggabungkan sistem pendidikan
kolonial Belanda dengan sistem pendidikan tradisional (pesantren)
secara integral.
92
banyak menguasai perusahaan percetakan yang secara ekonomis
sangat penting di masyarakat. Oleh karena itu, Muhammadiyah
dengan model pendidikan barat ditambah dengan pendidikan
agama, mendapatkan hasil yang baik dalam kalangan ini. Diantara
sekolah-sekolah yang tertua dan besar yaitu:
c. Zu’ama/Za’imat di Yogyakarta
1. Biografi
93
Di samping sebagai guru, Mahmud Yunus juga melakukan
kegiatankegiatan penting lainnya, seperti mewakili Syaikh H.M.
Thalib (pemimpin madrasah) menghadiri rapat besar alim ulama
seluruh minangkabau (tahun 1919). Di rapat besar itu diputuskan
untuk mendirikan Persatuan Guru Agama Islam (PGAI) dan
Mahmud Yunus termasuk salah seorang anggotanya. Kegiatan
lainnya adalah memprakarsai berdirinya perkumpulan pelajar-
pelajar Islam Batusangkar dengan nama “Sumatra Thawalib”. Pada
tahun 1920 perkumpulan ini berhasil menerbitkan majalah islam
yang bernama al-Basyir di bawah asuhan Mahmud Yunus.
94
c. Dalam bidang kelembagaan, perlu mengubah sistem yang
bercorak individual kepada sistem pengajaran klasikal.
1. Biografi
95
Kata "Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid", dan
kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. "Gus" adalah
panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai
yang berati "abang" atau "mas".
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Wahid lahir
dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim
Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah K.H. Hasyim Asyari, pendiri
Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri
Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan
kelas pada perempuan. Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat
dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949.
Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren
Denanyar Jombang. Saudaranya adalah Salahuddin Wahid dan Lily
Wahid. Ia menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat
putri, diantaranya Alisa, Yenny, Anita, dan Inayah.
96
dengan perubahan sosial, tetapi hal ini tidak menghalangi
manifestasi kehidupan beragama dalam bentuk budaya.”Masalah
pribumisasi Islam ada dua tulisan Gus Dur yang berkaitan langsung
dengan tema sentralnya yaitu : “Salahkah jika dipribumikan? Dan
pribumisasi Islam”.
Dalam proses ini Gus Dur pembauran Islam dengan budaya tidak
boleh terjadi sebab berbaur berarti hilangnya sifat-sifat asli. Islam
harus tetap pada sifat keIslamannya. Al-qur’an harus tetap dalam
bahasa arab, terutama dalam shalat, sebab hal ini merupakan norma.
Sedangkan terjemahan al-qur’an hanyalah untuk mempermudah
pemahaman bukan menggantika al-qur’an itu sendiri. Abdurahman
Wahid benar-benar sebuah teka-teki, ia bukan tradisionalis
konserfatif, bukan pula modernis islam. Dia seorang pemikir liberal,
seorang pemimpin organiasasi islam berbasis tradisi terbesar. Sebagai
seorang cendekiawan inovatif yang memeragakan profesional biasa
atau intelektual, dia memimpin suatu organisasi ulama (NU).
97
Beliau merupakan seorang pemikir liberal, seorang pemimpin
organisasi Islam berbasis tradisi terbesar. Sebagai seorang
cendikiawan inovatif yang memeragakan professional biasa atau
intelektual, dia memimpin suatu organisasi ulama, yaitu Nahdhatul
Ulama ( Kebangkitan para Ulama ), yang didirikan pada tahun 1926
untuk membela kepentingan Islam dan melawan ancaman
modernisasi. NU pernah berfungsi sebagai gerakan sosio-religius dan
partai polotik. Tetapi tahun 1984 dalam Muktamar ke-27 di
Situbondo, Abdurrahman Wahid terpilih sebagai ketua NU dengan
tim baru yang terdiri dari para pemimpin muda, dan membuat titik
balik dalam sejarah NU. Di antara konsep pembaharuan yang
dilakukan oleh Abdurrahman Wahid ialah konsep pesantren,
kebebasan berpikir, multicultural pendidikan dan pemikiran liberal
terhadap budaya atau konsep barat tanpa filter.
E. KI HAJAR DEWANTARA
1. Biografi
98
Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28
November 1959).
99
lebih dari sekadar rencana pelajaran atau bidang studi.
Kurikulum dalam pandangan modern ialah semua secara nyata
terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Pandangan ini
bertolak sesuatu actual, yang nyata, yaitu yang actual terjadi di
sekolah dalam proses belajar.
100
1. Biografi
101
kegiatan extra kurikuler. Dalam hal ini santri memiliki kegiatan di
luar jam pelajaran.
BAB XII
Dalam islam, keluarga dengan istilah usrah, nasl, ‘ali, dan nash.
Keluarga dapat diperoleh melalui keturunan perkawinan, persusuan
dan pemerdekaan. Dalam pandangan antropologi, keluarga adalah
suatu kesatuan sosial terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai
mahkluk sosial yang memiliki tempat tinggal dan ditandai oleh kerja
sama ekonomi, berkembang, mendidik, melindungi, merawat, dan
sebagainya, sedangkan inti keluarga adalah ayah, Ibu, dan bapak.
102
pembentukan ahklakul karimah.kaidah ini ditetapkan secara kodrati,
karena mereka ditakdirkan menjadi orang tua, untuk anak yang
dilahirkan. Dan Al-Qur’an disinyalir adanya do’a anak kepada Tuhan
untuk kebahagiaan orang tuanya, yang didalamnya terbawa serta tinggi
rendah tingkat identitas dan kesungguhan usaha pendidikan oleh orang
tua kepada anak.
103
c. Menyerukan shalat pada anaknya (QS. 20: 132).
104
3. Dasar pendidikan intelek, anak diajarkan kaidah pokok dalam
percakapan, bertutur bahasa yang baik, kesenian dan disajikan dalam
bentuk permainan.
105
Menurut Khon, pola asuh merupakan sikap orang tua dalam
berhubungan dengan ananknya, sikap ini dapat dilihat dalam berbagai
segi, antara lain dari cara orang tua memberikan peraturan kepada anak,
cara memberikan hukuman dan hadiah, cara orang tua memberikan
otoritas dan orang tua memberikan perhatian atau tanggapan terhadap
keinginan anak. Dengan demikian yang disebut dengan pola asuh orang
tua adalah bagaimana cara mendidi orang tua kepada anak baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Hourlock mengemukakan ada tiga jenis pola asuh asuh orang tua
terhadap ananknya, yaitu:
106
tidak boleh berlebih-lebihan. Dalam menolong sehingga anak tidak
kehilangan kemampuan untuk berdiri sendiri (mandiri).
Pola asuh seprti ini ditandai dengan adanya pengakuan orang tua
terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak
selalu tergantung kepada orang tua. Orang tua sedikit memberi
kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya,
anak didengarkan pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan
terutama yang menyangkut kehidupan anak itu sendiri.anak diberi
kesempatan untuk mengembangkan.
107
Pola asuh yang ketiga ini, adalah pola asuh yang ditandai dengan
cara orangtua mendidik anak secara bebas, anak dianggap sebagai
orang dewas/muda, ia diberi kelonggaran seluas-luasnya untuk
melakukan apa saja yang dikehendaki. Kontrol orang tua terhadap
anak sanagt lemah, juga tidak memberikan bimbingan yang cukup
berarti bagi anak.semua apa yang dilkukan oleh anak adalah benar
dan tidak perlu mendapatkan teguran, arahan, dan bimbingan.
108
lingkungan pedesaan, yang sudah tentu dua lingkungan yang berbeda
ini memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap siswa terutama
dalam hal psikisnya, dan hal ini sudah tentu memberikan pengaruh
yang cukup besar terhadap prestasi belajar siswa. Dan lingkungan
ekonomi pun diindikasikan mempunyai pengaruh terhadap
perkemabangan prestasi siswa, karena dengan adanya kesenjangan
ekonomi, memberikan peluang adanya perbedaan gaya hidupyang
sudah tentu hal ini dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap
prestasi belajar siswa. Dan sangat berpengaruh pada pendidikan
keluarga.
109
mempengaruhi, mewarnai, bahkan menentukan kegiatan individu
yang bersangkutan dalam memberikan respon dalam obyek atau
situasi yang memberi arti baginya (Rochman Nata Widjaya. 1987:40).
Seorang siswa yang memiliki sikap positif pada materi pelajaran,
dalam hal ini pelajaran akidah akhlak, maka ia akan berupaya secara
maksimal untuk membiasakan belajar dengan baik. Bahkan sikap
positif itu memungkinkan pula termanifestasi dalam bentuk
pengalamannya. Karena dalam pembelajaran akidah akhlak banyak
materiyang berupaya agar siswa memiliki pemahaman dan
pengalaman yang baik, untuk menanamkan sikap positif dalam mata
pelajaran tersebut.
110
BAB XIII
Era Revolusi Industri 4.0, disebut juga era cyber atau era tanpa
sekat dan batasan ruang dan waktu, merangsang sekaligus
menumbuhkan kemajuan sains-tecnology yang menghasilkan
penciptaan mesin pintar, robot otonom, bahkan Artificial Inteligent
(AI). Era ini banyak memberikan kesempatan-kesempatan baru
dalam segala bidang dan sekaligus melahirkan tantangan-tantangan
yang kompleks dan sulit. Sehingga menuntut kualitas SDM yang
menguasai ilmu pengetahuan dan juga dapat memecahkan masalah-
masalah dalam kehidupan masyarakat (Rembangy, 2010).
111
Generasi di era milenial merupakan “generasi internet” yang
berinteraksi lebih dinamis dan memiliki ruang lingkup
keterhubungan tanpa batas (Rahman, 2019). Mereka setiap hari hidup
dan bertumbuh dengan dunia digital, sangat akrab dengan teknologi
modern seperti tablet, gadget, portable computer dan sistem operasi
android, IoS, sebagai samudra informasi yang dapat diakses kapan
saja dan dimana saja. Asef Bayat dan Linda Herrera (2010) dalam
Rahman (2019a) Informasi Teknologi (ICT) yang berasal dari
handphone yang tersambung ke internet telah merubah pola belajar,
budaya, kehidupan sosial, cara pandang kedepan dan keterlibatan
politik.
112
2. Penguatan Pendidikan Karakter Di Tengah Dekadensi Moral
113
Pada dasarnya pendidikan karakter menekankan kepada aspek
moral, yang menumbuhkan sikap kepribadian yang religious,
moral/budi pekerti serta kepedulian terhadap lingkungan (ciri Insan
Kamil). Oleh karena itu harus ditanamkan sedini mungkin dan
dilakukan secara berkesinambungan. Umiarso dan Asnawan (2017)
mengutip Lickona (1992), menekankan tiga komponen karakter yang
baik, yaitu:
114
yang memandang pendidikan karakter dalam cakupan pemahaman
moral yang sifatnya lebih sempit, yang menganggap peserta didik
memerlukan karakter tertentu yang hanya tinggal diberikan saja.
Kedua, pemahaman dari sudut pandang yang lebih luas, paradigma
ini memandang karakter sebagai paedagogi, menempatkan individu
yang terlibat dalam dunia pendidikan sebagai pelaku utama
pengembangan karakter.
115
hanya perubahan “wajah”, konten dan program unggulan juga di
tawarkan seperti program pesantren entrepreneurship (Gunawan,
2015), dan lain-lain.
Jika hal ini dilakukan pendekatan proses yang benar maka akan
menelurkan lulusan-lulusan yang berjiwa produktif, peneliti,
penemu, penggali, pengembang ilmu pengetahuan. Konsekuensi
logis dari hal ini:
116
Perubahan dalam pendidikan Islam secara otomatis akan
merubah metode dalam pengajaran dan pembelajaran yang
dilakukan terhadap peserta didik, perubahan itu meliputi:
117
bahkan dua konsep framework yang berbeda, sehingga tersusun
menjadi konfigurasi yang fresh (Abdullah et al., 2014).
d. Kompetensi kepribadian-sosial.
e. Pengembangan Profesionalitas.
118
Islam, penguatan kepemimpinan pendidikan Islam, dan reformasi
kebijakan pendidikan dengan mengacu pada kurikulum pendidikan
global yang sudah teruji keberhasilannya dan di integrasikan ke
dalam kurikulum pendidikan Islam.
a. Ceramah,
c. Diskusi,
d. Bercerita,
e. Keteladanan,
f. Demonstrasi,
h. Pemberian tugas,
j. Tanya jawab,
119
Pelaksanaan pendidikan karakter di madrasah dapat dilakukan
dengan metode:
120
baik yang dilandasi dengan sikap religious dalam keseharian, dan
menerapkan sikap melaksanakan ibadah sehari-hari baik di
lingkungan sekolah, di rumah dan di masyarakat. Di madrasah
sendiri, porsi waktu pembelajaran untuk mata pelajaran
kelompok keagamaan (Akidah Akhlak, Fiqih, Qur’an Hadits, dan
Sejarah Islam) sangat sedikit yaitu 8 - 12 jam pelajaran per
minggu. Porsi yang sedemikian itu dengan asumsi bahwa siswa
di rumah juga menempuh pendidikan agama di jalur informal,
seperti madin, pengajian di masjid, di surau/musholla, dan tokoh
agama setempat. Jika madrasah tersebut terintegrasi dengan
pondok pesantren mungkin tepat jika sebaliknya, maka output
keilmuan agama belum memenuhi harapan.
121
Pendidikan Islam adalah upaya dalam menyiapkan manusia
untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mempercayai ajaran
agama islam. Pendidikan Islam ialah Pendidikan Islam pertama kali
diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Dimulai dengan wahyu pertama
yang turun yang mengisyaratkan perintah untuk memperoleh
pendidikan yaitu Surah Al-'Alaq ayat 1-5.
122
Realitas Pendidikan Islam di Indonesia, pertama kali diajarkan
dalam Pesantren, namun juga dalam lembaga formal. Pendidikan dalam
pesantren membawa dampak besar bagi Indonesia, terbukti dalam
kemerdekaan Indonesia yang juga hasil perjuangan dari para santri.
Istilah tersebut dikenal dengan resolusi jihad. Untuk menghargai
perjuangan santri, resolusi jihad diperingati setiap tanggal 22 Oktober.
123
Kementerian Tenaga Kerja yang akan menciptakan bekal kerja bagi para
santri.
DAFTAR PUSTAKA
124
Abudin Nata, Tokoh Tokoh Pemabaharu Islam Indonesia, (Jakarta:PT
Rajagrafindo Persada, 2005), hal.57-70
Amien Rais M. 1989. Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta. Bandung: Mizan.
Arifin H.M. 1991. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum. Jakarta: Bumi
Aksara.
Asrohah, Hanun, Sejarah Pendidikan Islam. Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu
Idi, Abdullah, 2011. Sosiologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Muhaimin, dkk. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Trigenda Karya.
-------, 1993. Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Trigenda Karya.
125
Mujib , Abdul & JUsuf Mudzakir, 2006 .Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta :
Kencana Prenada Media.
Zuhairini dkk, 1986. Sejarah Pendidikan Islam. Cet Kedua, (Jakarta: CV MITA
SARANA.
Anjasari, T. (2022). Kebijakan Pendidikan Islam di Era Orde baru dan Orde
Lama. Jurnal Studi Islam dan Kemuhammadiyahan, 143-147.
126
Prasetyo, H., & Destianti, A. Z. (2023). Analisis Historis Pendidikan Islam Sejak
Kemerdekaan, Orde Baru, Era Reformasi Hingga Sekarang (Zonasi and Full
Day School). Jurnal Pendidikan Indonesia, 18, 21dan 22.
Yuningsih, H. (2015). Kebijakan Pendidikan Islam Pada Masa Orde Baru. Jurnal
Tarbiya, 181-184, dan 186.
http://mahbubahwan.blogspot.com/2017/04/pendidikan-islam-pada-masa-
kerajaan.html?m=1
https://chat.openai.com/c/a0747bda-cbe3-4c3c-acc6-c22521d2163d
https://esi.kemdikbud.go.id/wiki/Al-Washliyah
https://jurnal.staiddimakassar.ac.id/index.php/aujpsi/article/download/5/5
https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia/
https://www.kompasiana.com/sulaiman_ibrahim/
54ff6f01a33311c24f50fcd7/kondisipendidikan-tinggi-islam
https://www.kompasiana.com/alfinda67772/635a256da65da82274177812/
pendidikan-islam-dalam-menghadapi-era-society-5-0?page=all#section1
127
Walidrahmanto.blogspot.com/2011/06/ pendidikan islam pada masa penjajah,
2011.
128