Oleh
SAYLA PGSD II
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Critical Book Review ini. Guna
memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) di Sekolah Dasar, dari Bapak Dosen Irfan Dahnial, S.Pd, M.Pd. tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam saya sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wa Sallam, semoga dengan bersholawat kepada beliau senantiasa mendapatkan syafaat
beliau di hari akhir nanti.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen yang telah memberikan tugas
ini, sehingga saya mendapatkan banyak tambahan ilmu khususnya tentang Konsep Dasar
PKn, dan juga berterima kasih atas bimbingan yang telah diberikan.
Saya menyadari bahwa penulisan tugas ini terdapat banyak kekurangan, untuk itu
penulis berharap agar pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan critical book review ini.
Akhir kata penulis berharap agar tugas ini dapat diterima dengan baik, serta
bermanfaat dan memberikan ilmu pengetahuan bagi pihak yang membutuhkannya.
( Sayla B A. )
2
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
a. Informasi Bibiliografi
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran wajib dari
Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan harus memberikan
perhatiannya kepada pengembangan nilai, moral, dan sikap perilaku siswa. Misi dari
Pendidikan Kewarganegaraan sendiri adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejatinya,
Pendidikan Kewarganegaraan adalah studi tentang kehidupan kita sehari-hari, mengajarkan
bagaimana menjadi warga negara yang baik, warga negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai
pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia.
Pembukaaan UUD 1945 yang berbunyi “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” yang menjadi
cita-cita bangsa Indonesia merupakan suatu bukti bahwa keberadaan Pendidikan
Kewarganegaraan sangat penting dalam pembelajaran. Mencerdaskan kehidupan bangsa
memerlukan adanya suatu ikatan tujuan. Ikatan tujuan ini berwujud suatu ideologi nasional
yaitu pancasila. Tujuan ideologi pancasila tersebut yang kemudian diturunkan menjadi lebih
spesifik dalam tujuan pendidikan nasional.
BAB II
PEMBAHASAN CRITICAL BOOK REVIEW
I. Ringkasan Buku
Pancasila sebagai dasar negara sudah berumur lebih dari 67 tahun. Kualifikasi
Pancasila sebagai dasar negara resmi tertuang dalam pembukaan UUD
1945. Sederetan data dan bukti sejarah sejak pembukaan sidang pertama Dokuritsu
Junbi Cosakai tanggal 29 Mei 1945 sampai disahkannya UUD 1945 pada tanggal 18
6
Agustus 1945 menunjukkan asal muasal atau tujuan bangsa Indonesia merumuskan
Pancasila sebagai dasar negara tersebut. perlu diingat bahwa Jauh sebelum dicapai
Rumusan Pancasila yang final itu, nilai-nilai Pancasila telah membumi dalam adat
istiadat, kebiasaan dan agama-agama di Indonesia. oleh sebab itu Pancasila yang
demikian itu sering disebut sebagai jiwa bangsa, kepribadian bangsa, perjanjian luhur
bangsa, sa sumber dari segala sumber hukum, cita-cita bangsa, alat pemersatu bangsa,
falsafah bangsa, dan sebagainya.
Pancasila hadir dalam bentuk simbol-simbol tetapi maknanya belum
menyentuh dan mewarnai sikap, perilaku bangsa Indonesia. Terkait dengan latar
belakang sejarah dan pemikiran yang berbeda-beda, setiap negara memiliki keunikan
tersendiri dalam hal pandangan hidup dasar negara yang dipilihnya. Apalah artinya
kata-kata ketuhanan, kemanusiaan, keadilan, persatuan, musyawarah Dan sebagainya
itu, Apabila sikap dan perilaku warga negara maupun penyelenggara negara
senantiasa condong kepada tahta dan harta benda duniawi, lalai terhadap rambu-
rambu hukum Ilahi, otoritas dan kekuatan, serta tega terhadap kenestapaan orang lain,
tidak terhadap kehancuran bangsa dan negara. Pancasila memang perlu dipahami
secara kontekstual dan bukan sekedar tekstual. Pancasila merupakan empaty signifer,
Penanda tanpa petanda, signified tanpa signifie. Artinya Pancasila menerus di maknai,
tanpa adanya pemaknaan yang tetap dan Abadi. Pancasila merupakan empati signifer
bagi kontestasi pemaknaan dan simbolisasi dalam partikularitas suatu rentang waktu.
Istilah PPKN lebih dikuatkan dan ditegaskan dengan keluarnya keputusan
Mendikbud No.061/U/1993 3D tentang kurikulum pendidikan dasar dan kurikulum
sekolah menengah umum yang antara lain menyebutkan bahwa PPKn adalah mata
pelajaran yang digunakan untuk wahana mengembangkan dan melestarikan nilai luhur
dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia.
Selama periode orde baru, pendidikan sebagai instrument pembentukan karakter
warga negara menampakkan wujudnya dalam standarisasi karakter warga negara. Ada
delapan materi pokok standar isi mata pelajaran PKn di Indonesia untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah, memuat komponen sebagai berikut:
(1) Persatuan dan kesatuan bangsa.
(2) Norma, hukum dan peraturan
(3) Hak asasi manusia
(4) Kebutuhan warga negara
(5) Konstitusi negara
(6) Kekuasaan dan politik
(7) Pancasila
(8) Dan Globalisasi
7
Pengertian pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu dapat mengacu
pada beberapa jenis pemahaman. Pertama, bahwa setiap ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) yang dikembangkan di Indonesia haruslah tidak bertentanangan
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Kedua, bahwa setiap iptek
yang dikembangkan di Indonesia harus menyertakan nilai-nilai pancasila sebagai
faktor internal pengembangan iptek itu sendiri. Ketiga, bahwa nilai-nilai pancasila
0berperan sebagai rambu normatif bagi pengembangan iptek di Indonesia, artinya
mampu mengendalikan iptek agar tidak keluar dari cara berpikirndan cara bertindak
bangsa Indonesia. Keempat, bahwa setiap pengembangan iptek harus berakar dari
budaya dan ideology bangsa Indonesia sendiri atau yang lebih dikenal dengan istilah
indegenisasi ilmu.
Fungsi pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia yaitu sebagai hal yang
memberi corak khas bagi bangsa dan menjadi pembeda bangsa Indonesia dengan
bangsa lain. Diwujudkan dengan tingkah laku dan sikap mental, sehingga ciri khas
ini yang dimaksud dengan kepribadian. Selain itu, fungsi pancasila sebagai sumber
dari segala sumber hukum yaitu mengatur semua hukum yang berlaku di negara
Indonesia. Semua hukum harus patuh dan menjadikan pancasila sebagai sumbernya.
Pembudayaan nilai-nilai pancasila di kalangan warga negara muda saat ini dapat
dilakukan melalui proses pendidikan. Pendidikan yang tepat adalah pendidikan
tentang pancasila yang dapat dilakukan oleh pendidikan kewarganegaraan.
Kontekstualisasi pembudayaan pancasila, pada tataran praktis, dapat dilakukan
antara lain dengan pembudayaan musyawarah dan mengeliminir gemar berperkara.
8
2. Latar Belakang Lahirnya Pendidikan Kewarganegaraan
9
yang baik adalah sangat ditentukan terutama oleh keyakinan dan sikap
hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Secara umum, pendidikan kewarganegaraan yang dilakukan di
beberapa negara mengarahkan warga bangsa itu untuk mendalami kembali
nilai-nilai dasar, sejarah, dan masa depan bangsa bersangkutan sesuai dengan
nilai-nilai paling fundamental yang dianutnya. Pendidikan untuk perdamaian,
hak asasi manusia, demokrasi dan pembangunan berkelanjutan berarti
pembangunan suatu kesadaran atas nilai-nilai universal. Unguk tujuan ini,
pendidikan harus mempersiapkan setiap orang dengan keterampilan
keterampilan yang bertumpu pada sifat hakiki untuk pengelolaan kehidupan di
dalam dunia yang berubah cepat.
10
c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam
kehidupan nyata masyarakat
d. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi aktif
dalam pendidikan kewarganegaraan di kampus
e. Mendorong mahasiswa untuk aktif dalam kehidupan politik
kemahasiswaan, dan mmperbanyak kegiatan simulasi bagaimana prosedur
dan proses demokrasi berjalan.
11
c. Kewarganegaraan (1962)
d. Pendidikan Kewarganegaraan (1968)
e. Pendidikan Moral Pancasila (1975)
f. Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan (1994)
g. Pendidikan Kewarganegaraan (UU No. 20 Tahun 2003)
PKn merupakan bidang studi yang bersifat multifaset dengan konteks lintas
keilmuan. Namun secara filsafat keilmuan, memiliki antologi pokok ilmu politik
khususnya konsep “political democracy” untuk aspek “duties and right citizens”.
Oleh karena itu ontologi pkn saat ini sudah lebih luas daripada embrio nya
sehingga kajian keilmuan pkn, program kurikuler PKn, dan aktivitas social culture
pkn saat ini benar-benar multifaset atau multi dimensional.
Yang dimaksud dengan aspek ideal dalam objek pkn adalah landasan dan
kerangka filosofis yang menjadi titik tolak dan sekaligus sebagai muara nya
pendidikan kewarganegaraan di Indonesia. Aspek instrumental dalam objek pkn
adalah sarana program atik pendidikan yang sengaja dibangun dikembangkan
untuk menjabarkan substansi aspek-aspek ideal. Sedangkan yang dimaksud
dengan aspek praktis dalam objek telaah pkn adalah perwujudan nyata dari sarana
programatik kependidikan yang kasat mata, yang pada hakekatnya merupakan
penerapan konsep, prinsip, prosedur, nilai, dalam pendidikan kewarganegaraan
sebagai dimensi “poietike” yang berinteraksi dengan keyakinan, semangat, dan
kemampuan para praktisi, serta konteks pendidikan kewarganegaraan, yang diikat
oleh substansi idiil dimensi “pronesis” yakni truth and justice.
12
bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung persatuan
bangsa dan masyarakat yang beranekaragam kebudayaan dan beraneka ragam
kepentingan bersama di atas kepentingan perorangan dan golongan sehingga
perbedaan pemikiran pendapat kepentingan dapat diatasi melalui musyawarah
mufakat serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan upaya keadilan
sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Pada bab 1 ini penulis menuliskan di awal bab penjelasan dari pendidikan
kewarganegaraan dan betapa pentingnya pendidikan kewarganegaraan diterapkan di
sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Setelah itu penulis juga menuliskan dimensi
pendidikan kewarganegaraan abad 21 di situ menjelaskan karakter peserta didik.
Selain itu pada bab ini terdapat banyak nilai-nilai moral dalam kehidupan dan
penulisan juga menggunakan bahasa formal sehingga dengan mudah para pembaca
untuk memahami dari kalimat tersebut.
Di dalam bab ini ada beberapa kesalahan pada anak kalimat seperti paradigma
menjadi paradigm, sebagai menjadi sebagi, konseptual menjadi konsptual, dengan
adanya kesalahan penulisan ini dapat membuat makna atau arti bacaan berbeda.
BAB III
IDENTITAS NASIONAL
I. Ringkasan Buku
Identitas sendiri memiliki arti sebagai ciri yang dimiliki setiap pihak yang
dimaksud sebagai suatu pembeda atau pembanding dengan pihak yang lain.
Sedangkan nasional atau nasionalisme memiliki arti suatu paham, yang berpendapat
bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan.
Identitas nasional adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki
suatu bangsa yang mmbedakan bangsa satu dengan bangsa yang lainnya. Identitas
nasional dalam konteks bangsa cenderung mengacu pada kebudayaan adat istiadat,
serta karakter khas suatu negara. Sedangkan identitas nasional dalam konteks negara
tercermin dalam simbol-simbol kenegaraan.oleh karena itu, agar bangsa indonesia
tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka harus tetap meletakkan jati diri dan
identitas nasional yang merupakan kepribadian bangsa Indonesia sebagai dasar
pengembangan kreaktifitas budaya globalisasi.
13
Terdapat dua faktor penting dalam pembentukan identitas nasional yaitu faktor
primodial dan faktor kondisional. Faktor primodial atau faktor objektif adalah faktor
bawaan yang bersifat alamiah yang melekat pada bangsa tersebut seperti geografi,
ekologi dan demografi. Faktor kondisional atau faktor subyektif meliputi faktor
historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Faktor yang
tak kalah penting yaitu sejarah. Persepsi yang sama diantara warga masyarakat
tentang sejarah mereka dapat menyatukan diri dalam suatu bangsa. Persepsi yang
sama tentang pengalaman masa lalu, seperti sama-sama menderita karena penjajahan,
tidak hanya melahirkan solidaritas tetapu juga melahirkan tekad dan tujuan yang sama
antar anggota masyarakat itu.
Adapun komponen-komponen yang membentuk identitas nasional atau kebangsaan
yaitu:
a. Bangsa (nation)
b. Negara (state)
c. Negara-Bangsa (nation state)
Karakter berasal dari bahasa latin “kharakter atau kharax”, dalam bahasa
inggris “character”. Dalam arti luas karakter berarti sifat kejiwaaan, akhlak, budi
pekerti, tabiat, watak yang membedakan seseorang dengan orang lain. Dan cara
memahami tingkah laku anggota adalah dengan memahami kebudayaan mereka yaitu
sistem makna mereka.
Identitas atau modernitas seringkali mengalami tarik menarik, beberapa orang
lebih menutup diri dari modernisasi untuk melindungi identitasnya, mereka khawatir
identitas yang selama ini di bangun akan hilang karena terhapus terpaan modernitas.
Contohnya saja Indonesia yang memiliki beribu etnis, Indonesia harus mampu
menyatukan diri membentuk suatu identitas, yaitu bangsa Indonesia.
Unsur-unsur identitas nasional merujuk pada suatu bangsa yang majemuk.
1. Suku Bangsa
2. Agama
3. Kebudayaan
4. Bahasa
5. Sejarah
14
disebabkan identitas nasional adalah hasil kesepakatan masyarakat bangsa itu. Dapat
terjadi sekelompok warga bangsa tidak setuju dengan identitas nasional yang hendak
diajukan oleh kelompok bangsa lainnya. Setelah bangsa indonesia bernegara,
mulailah dibentuk dan disepakati apa-apa yang dapat menjadi identitas nasional
Indonesia. Bisa dikatakan bangsa Indonesia relatif berhasil dalam membentuk
identitas nasioanlnya kecualai pada saat proses pembentukan ideologi pancasila
sebagai idntitas nasional yang membutuhkan perjuangan dan pengorbanan diantara
warga bangsa.
15
II. Kelebihan Buku
Dari bab 2 ini, mengenai identitas nasional sebagai karakter bangsa. Penulis
menuliskan kemajemukan gabungan dari unsur-unsur pembentukan identitas serta
penjelasannya. Darisini kita juga lebih memahami isi dari identitas nasional pada
negara kita sendiri. Ternyata di Indonesia memiliki unsur identitas yang luas seperti
suku bangsa, agama, kebudayaan, bahasa, dan sejarah.
BAB IV
NEGARA DAN KONSTITUSI
I. Ringkasan Buku
A. Pengertian Negara
B. Kedaulatan
16
Kedaulatan menurut Jean Bodin adalah kekuasaan tertinggi dari suatu
negara yang tidak dibatasi oleh hukum. Ini tidak berarti kedaulatan negara
tidak ada batasnya. Kedaulatan negara ini hanya berlaku terhadap orang,
benda, dan peristiwa di dalam batas-batas teritorial negara yang bersangkutan.
Kedaulatan merupakan salah satu prinsip dasar bagi terciptanya hubungan
internasional yang damai. Sesuai dengan konsepsi internasional, kedaulatan
memiliki tiga aspek utama, yaitu:
1. Aspek Ekstern Kedaulatan
2. Aspek Intern Kedaulatan
3. Aspek Teritorial Kedaulatan
C. Konstitusi
D. Kedudukan Konstitusi
E. Nilai Konstitusi
17
lapangan, maka konstitusi ini disebut sebagai konstitusi nominal. Konstitusi
dinilai sebagai nilai semantik apabila suatu konstitusi disusun dengan sebaik-
baiknya, dengan mencerminkan segala kepentingan rakyat, tetapi tentang
pelaksanaannya tidak sesuai dengan isi dari konstitusi tersebut.
Oleh karena itu, konstitusi ini bermacam-macam jenisnya tapi pada
hakikat yang sebenarnya konstitusi dikatakan sebagai sebuahn hukum dasar
yang dibentuk dalam sebuah negara hukum, sehingga dari beberapa kajian
teori diatas sangat relevan untuk dipahami sebagai penanda bahwa negara
konstitusi bagi setiap warga negaranya.
F. Perkembangan Konstitusi
Pada tahun 1949 berubahlah konstitusi Indonesia yaitu dari UUD 1945
menjadi UUD RI serikat (UUD RIS), maka berubah pula bentuk Negara
Kesatuan menjadi Negara Serikat (federal), yaitu negara yang tersusun dari
beberapa negara yang semula berdiri sendiri kemudian mengadakan ikatan
kerjasama secara efektif, atau dengan kata lain negara serikat adalah negara
yang tersusun jamak terdiri dari negara-negara bagian.
Penjelasan terkait negara dan konstitusi sudah sangat jelas, tetapi juga ada
beberapa penulisan kata yang tidak tepat.
18
BAB V
PENDIDIKAN DEMOKRASI
I. Ringkasan Buku
Demokrasi berasal dari bahasa yunani, yakni demokratis. Kata ini terbentuk dari kata
demos yang berarti rakyat dan kratos yang berarti kekuatan. Jadi demokrasi sepadan artinya
dengan kekuasaan rakyat. Pengertian demokrasi secara umum adalah sistem pemerintahan
dengan memberikan kesempatan kepada seluruh warga negara dalam pengambilan
keputusan. Dimana keputusan itu akan berdampak bagi kehidupan seluruh rakyat meskipun
berumur umum. Meskipun bermuara pada tujuan yang sama Abraham Lincoln berpendapat
kalau demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang dirancang dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat. Demi melindungi hak seluruh warga negara. Secara sempit, demokrasi
didefinisikan sebagai jenis sistem pemerintahan aturan kelembagaan dalam mengambil
keputusan politik dan sistem politik. Demokrasi pendidikan juga dipahami sebagai
pendidikan yang berpijak pada nilai-nilai demokratis dan pedagogy of hope. Pendidikan
demokratis merupakan pembelajaran yang dibangun untuk mewujudkan lingkungan yang
kritis dan aman menghidupkan dialog dan keikutsertaan seluruh pihak.
A. Pendidikan Demokrasi Menurut Para Ahli
Edgar Bruce Wesley (1937) menyatakan bahwa social studies adalah ilmu-
ilmu sosial yang di sederhanakan untuk tujuan pendidikan. Pengertian social studies
menyiratkan hal-hal berikut:
1) Social studies merupakan disiplin dari ilmu-ilmu social
2) Disiplin dikembangkan untuk memenuhi tujuan pendidikan atau pembelajaran
baik pada tingkat sekolahan maupun perguruan tinggi
3) Aspek masing-masing disiplin ilmu perlu diseleksi sesuai dengan tujuan
19
Paradigma pendidikan dalam konteks suatu bangsa nasional kan menunjukkan
bagaimana proses pendidikan berlangsung dan pada tahap berikutnya akan dapat
meramalkan kualitas dan profil lulusan sebagai hasil dari proses pendidikan.
Paradigma pendidikan terkait dengan 4 hal yang menjadi dasar pelaksanaan
pendidikan yaitu; peserta didik (mahasiswa), dosen, materi dan manajemen
pendidikan. Dalam pelaksanaan pendidikan (praksis) paling tidak terdapat dua kutub
paradigma pendidikan yang paradoksal yaitu:
1. Paradigma Feodalistik
2. dan Paradigma Humanistik
20
bab II pasal 3. sampai saat ini masih terkesan suatu keadaan dimana perangkat
demokrasi sudah ada tetapi semangat dan perwujudan nya masih jauh dari cita-cita
demokrasi yang memang dirasakan selalu menimbulkan kontroversi, atau paradoks
antara realita dan norma, antara yang dilihat, didengar, dan dialami dengan diajarkan,
diceramahkan dan dipidatokan.
21
persoalan apakah kekuatan dan kelemahan demokrasi yang diterapkan di
negara yaitu secara jernih.
4. Tersedianya sumber belajar yang dapat manfaat cities tersedianya sumber
belajar yang dapat memfasilitasi siswa untuk memahami penerapan demokrasi
di negara lain sehingga mereka memiliki wawasan yang luas tentang ragam
ide dan sistem demokrasi dalam berbagai konteks
5. Dikembangkannya kelas sebagai Democratic laboratory, lingkungan sekolah
atau kampus sebagai micro cosmos of democracy, dan masyarakat luas
sebagai open global classroom yang memungkinkan siswa dapat belajar
demokrasi dalam situasi berdemokrasi dan untuk tujuan melatih diri sebagai
warga negara yang demokratis
22
yudikatif tujuan dari pembagian kekuasaan tersebut untuk meminimalis terjadinmya
pemerintannya sewenang-wenang untuk kepentingan penguasa.
Demokrasi parlementer memiliki sistem hubungan yang erat antara badan
eksekutif dengan legislatif atau badan perwakilan rakyat. di mana badan eksekutif
bertanggung jawab kepada badan perwakilan rakyat. bentuk pertanggungjawaban
yang akan diberikan badan eksekutif tidak harus mengikuti segala apa apa yang
dikehendaki oleh badan perwakilan rakyat, akan tetapi badan eksekutif masih
memiliki kebebasan dalam menentukan kebijaksanaan nya selama masih dapat
dipertanggungjawabkan. perkembangan demokrasi parlementer tidak hanya
dipengaruhi oleh pertanggungjawaban eksekutif terhadap legislatif saja, akan tetapi
juga terpengaruh oleh konstitusi yang diberlakukan RIS. dalam perjalanan sejarah
demokrasi yang telah di lewati maka bangsa indonesia berhenti pada demokrasi
pancasila. Demokrasi pancasila merupakan sistem pemerintahan yang digunakan oleh
pemerintah indonesia yang dijiwai dan dituntun oleh nilai pandangan hidup bangsa
indonesia dalam pancasila.
1. Gagasan Soekarno
Menurut Soekarno, Demokrasi adalah suatu “pemerintahan rakyat”. Lebih
lanjut lagi, bagi soekarno demokrasi adalah suatu cara dalam membentuk
pemerintahan yang memberikan hak kepada rakyat untuk ikut serta dalam proses
pemerintahan. Kemudian Soekarno mengkonsepsikan sendiri demokrasi yang
menurutnya cocok untuk Indonesia. Lebih jelasnya, konsepsi pemikiran Soekarno
mengenai demokrasi tertuang dalam konsep pemikirannya, yaitu Marhaenisme.
Marhaenisme itu terdiri dari tiga pokok atau yang disebut sebagai “trisila” yaitu:
a. Sosio-nasionalisme
b. Sosio-demokrasi
c. Ketuhanan Yang Maha Esa
23
Dwitunggal menjadi pemimpin Indonesia. Bagi Sjahrir demokrasi dan sosialisme
bisa tercapai dengan azas akal, bukan melalui jalur revolusi terus-menerus.
Menurut Sjahrir, pengakuan terhadap kedaulatan rakyat dan martabat manusia
secara individu membuat sosialisme yang dianutnya sejalan dengan demokrasi
liberal ala barat, namun dengan satu perbedaan, yaitu tidak adanya pengakuan
terhadap sistem ekonomi kapitalis dalam hal ini Sjahrir sejalan dengan Soekarno
dan Hatta.
Pada Bab 4 ini, penjelasan yang singkat dan tepat, dan sudah menjelaskan secara
detail terkait demokrasi dan perkembangan pemikiran. Penulis banyak menuliskan gagasan
24
Soekarno, gagasan Moh Hatta, gagasan Sutan Syahrir, gagasan demokrasi parlementer,
gagasan demokrasi terpimpin, gagasan demokrasi Pancasila, dan gagasan demokrasi era
reformasi.
Di setiap sub Bab penulis tidak mencantumkan beberapa gambar para ahli, dan
banyaknya kosakata bahasa asing, sehingga dapat membuat penjelasan lebih rumit lagi.
BAB VI
HUBUNGAN WARGA NEGARA DAN NEGARA
I. Ringkasan Buku
25
B. Hak dan Kewajiban Negara dan Negara
Hak dan kewajiban merupakan hal yang tidak akan terlepas juga dari pada
manusia. Thomas Hobbes, tokoh yang mencetuskan istilah terkenal Homo Homini
Lupus (manusia pemangsa sesamanya) mengatakan bahwa fungsi negara adalah
menertibkan kekacauan atau chaos dalam masyarakat. Walaupun negara adalah
bentuk masyarakat, namun kedudukan negara adalah penyelenggara ketertiban dalam
masyarakat agar tidak terjadi konflik pencurian.
Hak dan kewajiban sangatlah penting, seseorang yang semestinya memiliki hak
namun ia tidak menyadarinya, maka akan membuka peluang bagi pihak lain untuk
menyimpangkannya. Berikut kewajiban-kewajiban Negara diantaranya:
1. Melindungi segenap bangsa
2. Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan HAM adalah tanggung
jawab negara.
3. Menjamin kemerdekaan tia-tiap penduduk
4. Mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
5. Memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
6. Dan lain sebagainya
26
negara, tiap-tiap warga negara memiliki ikatan secara spiritual kepada negara,
memiliki batin dan ruh yang kuat untuk negara selalu meningkatkan keperdulian
warganegaranya.
Peran warga negara, terutama dalam hal kesadaran bela negara akan terwujud
dalam sikap dan perilakunya bila ia dapat merasakan bahwa konsepsi demokrasi dan
hak asasi manusia sungguh-sungguh merupakan sesuatu yang paling sesuai dengan
kehidupannya sehari-hari. Wujud dari upaya bela negara adalah kesiapan dan
kerelaan warga negara untuk berkorban demi mempertahankan kedaulatan negara,
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, keutuhan wilayah Nusantara dan Yuridiksi
nasional, serta nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.
27
- Kewarganegaraan dalam arti yudiris ditandai dengan adanya ikatan hukum antara
orang-orang dengan negara. Tanda dari adanya hukum tersebut antara lain akte
kelahiran, surat pernyataan, dan bukti kewarganegaran.
- Kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak ditandai dengan ikatan hukum. Akan
tetapi, ditandai dengan ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan,
ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah air.
- Kewarganegaraan dalam arti formil menunjuk pada tempat kearganegaraannya.
Dalam sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik.
- Kewarganegaraan dalam arti materil menunjuk pada akibat hukum dari status
kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban sebagai bagian dari warga negara.
Karakteristik atau atribut kewarganegaraan itu mencakup:
a. Perasaan akan identitas
b. Pemilikkan hak-hak tertentu
c. Pemenuhan kewajiban-kewajiban yang sesuai
3. Kehilangan Kewarganegaraan
Setiap warga negara dapat dengan sendirinya mengalami kehilangan status
kewarganegaraannya karena beberapa sebab:
a. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri
b. Tidak menolak atau melepaskan kewaranegaraan lain
c. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh presiden atas permohonanya sendiri
d. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari presiden
e. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji seia kepada negara
tersebut
f. Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing
28
4. Memperoleh Kembali Status Kewarganegaraan
Secara hukum seseorang yang bukan lagi WNI harus diperlakukan seperti
orang asing. Namun demikian, peraturan hukum di Indonesia masih memberikan
peluang untuk memperoleh kembali status WNI berdasarkan;
a. Persyaratan
b. Prosedur
c. Ketentuan Pidana
d. Keimigrasian
2. Unsur-unsur Negara
a. Penduduk
b. Wilayah
c. Pemerintah
d. Kedaulatan
3. Fungsi Negara
a. Fungsi Pertahanan dan Keamanan
b. Fungsi Keadilan
c. Fungsi Pengaturan dan Keadilan
d. Fungsi Kesejahteraan dan Kemakmuran
4. Sifat Negara
a. Sifat Memaksa
b. Sifat Monopoli
c. Sifat Totalitas
5. Tujuan Negara
Tujuan negara indonesia adalah yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945
alinea keempat:
a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
b. Memajukan kesejahteraan umum
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia
29
6. Bentuk Negara
Berikut adalah bentuk negara yang ada didunia:
a. Negara kesatuan
b. Negara serikat
c. Perserikatan negara (konfederasi)
d. Uni, dibagi menjadi 2 yaitu Uni Riil dan Uni Person
Kelebihan dari bab 5 ini, penulis menuliskan secara jelas terkait hubungan negara dan
warga negara berdasarkan teori-teori yang ada. Penulis juga menuliskan kedudukan peran
warga negara menurut UUD 1945. Membahas secara detail terkait kewarganegaraan, serta
dijelaskannya teori terbentuknya negara.
Pada bab 5 ini, Penulis sudah menuliskannya secara lengkap. Namun, kurangnya
judul kecil (seperti a, b) agar lebih mempermudah lagi pembagian pembahasan dari
pembahasan satu ke yang lainnya.
BAB VII
NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
I. Ringkasan Buku
A. Sejarah Hak Asasi Manusia
Pada tanggal 10 Desember 1950 resmilah Hak Asasi Manusia. Hak asasi
manusia lahir sebagai penghormatan terhadap individu. Setiap orang memiliki
kedudukan, hak, dan kesempatan yang sama dalam setuap hal. Di Indonesia terdapat
pasal 27-34 dalam UUD negara Indonesia yang mengatur tentang HAM. Terdapat
pada 71 tahun yang lalu, dewan umum perserikatan bangsa-bangsa mendeklarasikan
Declaration of Human Right. Bertempat di Palais de Chaillot, Paris, melalui General
Assembly Revolution 217A (III), deklarasi berisi tentang hak yang tidak dapat
diganggu gugat dan dicabut oleh siapapun terkait sebagai manusia. Perjalanan HAM
hingga ditetapkan untuk dijunjung tinggi oleh siapapun bukan merupakan hal yang
singkat.
Dalam terminologi modern, HAM dapat di golongkan menjadi hak sipil dan
poltik yang berkenakan dengan kebebasan sipil (misalnya hak untuk hidup, hak tidak
untuk disiksa, dan kebebasan berpendapat), serta hak ekonomi, sosial, dan budaya
yang berkaitan dengan akses kebarang publik (seperti hak untuk memperoleh
pendidikan yang layak, hak atas kesehatan, atau hak atas perumahan) secara
konseptual, HAM dilandaskan pada keyakinan bahwa hak tersebut dianugerahkan
secara alamiah oleh alam semesta, Tuhan, atau nalar. Sementara itu, mereka yang
menolak penggunaan unsur alamiah meyakinkan bahwa HAM merupakan
pengejawantahan nilai-nilai yang di sepakati oleh masyarakat bahwa HAM
30
merupakan pengejawantahan nilai-nilai yang disepakati oleh masyarakat. Adapula
yang mengaggap HAM sebagai perwakilan dari klaim-klaimkaum yang tertindas.dan
pada saaat yang sama juga terdapat kelompok yang meragukan keberadaan HAM
sama sekali dan menyatakan bahwa HAM hanya ada karena manusia mencetuskan
dan membicarakan konsep tersebut.
Upaya untuk menelusur sejarah HAM terganjal oleh perdebatan mengenai titik
awal nya. Secara umum dan abstrak nilai-nilai yang mendasari HAM seperti keadilan,
kesetaraan, dan martabat, dapat ditemukan dalam berbagai masysarakat dalam
sejarah. Konsep-konsep yang terkait dengan HAM sudah dapat ditelusuri semenjak
dikeluarkannya UU Hammurabi di Babilonya pada abad ke-18 SM, dan juga
munculnya kitab-kitab agama. Apabila sejarah HAM yang ditelusuri adalah sejarah
HAM modern yang ditegakkan secara hukum ditingkat nasional dan internasional saat
ini, dapat dikatakan bahwa sejarahnya bermulai dari piagam-piagam yang
mencantumkan kebebasan-kebebasan yang melindungi pemilik hak dari
penyalahgunaan kekuasaan oleh pemimpin, dan dokumen yang mungkin bisa
dianggap sebagai titik awalnya adalah Magna Charta di Kerajaan Inggris dari tahun
1215. Namun, magna charta masih dianggap bermasalah, karena dokumen ini hanya
melindungi bangsawan yang kuat dari kekuasaaan rasa inggris. Maka dari itu, masa
yang dianggap sangat berpengaruh terhadap konsep HAM modern ysng mencakup
semua umat manusia adalah abad pencerahan pada abad ke-18 dengan munculnya
tulisan karya John Locke yang terkait dengan hukum kodrat.
31
yang berlaku bagi siapapun, dari kelas sosial dan latar belakang primordial apapun
serta bertempat tinggal di mana pun di muka bumi ini. Semua manusia adalah sama,
semua kandungan nilai-nilainya berlaku untuk semua.
32
tanpa hal tersebut sulit disebut sebagai negara hukum. Oleh karena itu di negara
hukum, hukum harus tidak boleh mengabaikan “rasa keadilan masyarakat”. Jimly
Assiddiqie menyatakan bahwa negara hukum adalalh unik, sebab negara hendak
dipahami sebagai suatu konsep hukum. Dikatakan sebagai konsep yang unik karena
tidak ada konsep lain. Dalam negara hukum nantinya akan terdapat satu kesatuan
sistem hukum yang berpuncak pada konstitusi atau undang-undang dasar.
Kelebihan pada bab 6 ini penulis menuliskan sangat lengkap, beserta sejarah-sejarah
Hak Asasi Manusia yang ada dan penulis menuliskan perkembangan HAM di Indonesia dan
berdasarkan periode-periodenya sampai 4 periode.
33
b. PENUTUP
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya.
HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan Republik Indonesia, dimana setiap
bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi
atau bahkan suatu negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM.
BAB VIII
KESIMPULAN
SARAN
Terkait dengan buku ini, saya menyarankan kepada penulis agar lebih teliti lagi dalam
penulisan, karena setiap kata mengandung makna. Terkait nama-nama ilmuwan atau ahli
yang menyatakan definisi, alangkah baiknya ditandai dengan penulisan huruf tebal. Buku ini
juga sangat bagus dan cocok untuk mahasiswa dan para calon guru, agar kedepannya dapat
mengaplikasikan nya dalam kehidupan sehari-hari dan juga anak-anak didik nantinya,
mengajarkan bagaimana cara menjadi warga negara yang baik maupun apa peran kita sebagai
warga negara. Serta apa pentingnya mengetahui Pendidikan Kewarganegaraan sejak dini.
34
BIODATA PEMBACA
35