Anda di halaman 1dari 3

Strategi Pembelajaran

Pada sistem layanan Pendidikan segregatif yang berlangsung saat ini program pengembangan pendidikan
meliputi:

1. TKLB/SDLB Tunarungu tingkat rendah: menekankan padapengembangan kemampuan sensomotorik,


berbahasa dan kemampuan berkomunikasi, khususnya berbicara dan berbahasa.
2. SDLB Tunarungu kelas tinggi menekankan pada keterampilan sensomotorik keterampilan
berkomunikasi kemudian pengembangan kemampuan dasar di bidang akademik dan keterampilan
social.
3. SLTPLB Tunarungu menekankan pada peningkatan keterampilan sensomotorik, keterampilan
berkomunikasi dan keterampilan mengaplikasikan kemampuan dasar di bidang akademik dalam
pemencahan masalah kehidupan sehari-hari, peningkatan keterampilan social, dan dasar-dasar
keterampilan vokasional.
4. SMLB Tunarungu menekankan pada pematangan keterampilan berkomunikasi, keterampilan
menerapkan kemampuan dasar di bidang akademik yang mengerucut pada pengembangan kemampuan
vokasional yang berguna sebagai pemenuhan kebutuhan hidup, dengan tidak menutup kemungkinan
mempersiapkan siswa tunarungu melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

Akibat hilangnya kemampuan mendengar pada anak tunarungu berdampak langsung pada hilangnya
kemampuan komunikasi dan bahasa. Oleh karena itu, strategi pembelajaran pada anak tunarungu dapat
dilakukan melalui dua pendekatan yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan tersebut. Kedua pendekatan tersebut
adalah pendekatan komunikasi dan pendekatan bahasa. Secara skema dapat digambarkan seperti berikut.

Oral/lisan

Tulisan
Verbal
PENDEKATAN Membaca ujaran
KOMUNIKASI
Gestur
NonVerbal
Mimik

Isyarat Baku
PENDEKATAN DALAM
Alamiah
PEMBELAJARAN ANAK
TUNARUNGU Verbal
Campuran
NonVerbal

Metode
Formal

PENDEKATAN
PEMBELAJARAN Metode
Komunikasi Total
BAHASA Okasional

Metode Maternal
Reflektif
Penjelaskan dari skema tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pendekatan Komunikasi
Lingkup komunikasi meliputi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal meliputi:
a. Kemampuan wicara atau oral sebagai wujud komunikasi verbal ekspresif
b. Membaca ujaran serta memanfaatkan sisa pendengaran sebagai wujud komunikasi
verbal reseptif
c. Membaca sebagai wujud kemampuan komunikasi verbal reseptif visual
d. Menulis sebagai wujud komunikasi verbal ekspresif
Pengajaran pada lingkup komunikasi dilengkapi dengan berabjad jari, baik
ekspresif maupun reseptif (membaca abjad jari). Meskipun termasuk komunikasi
manual, abjad jari memiliki kedudukan yang sama pentingnya dengan dan atau
pengganti bahasa tulis. Untuk itu, abjad jari atau ejaan jari tidak bisa dikatakan
sebagai bagian dari komunikasi nonverbal.
Kompetensi komunikasi verbal dikembangkan melalui bina wicara.
Sedangkan untuk memanfaatkan sisa pendengaran dari ketajamana merespons
vibrasi dikembangkan melalui bina persepsi bunyi dan irama.
Komunikasi nonverbal merupakan cara berkomunikasi yang diwujudkan
bukan dengan cara verbal. Komunikasi nonverbal meliputi:
a. Cara berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh (body language)
b. Gesture
c. Mimik
d. Isyarat, baik isyarat baku maupun isyarat alamiah.
2. Pendekatan Bahasa
Miskinnya bahasa sebagai akibat kehilangan pendengaran menyebabkan anak-anak
tunarungu tidak dapat memperoleh masa penguasaan bahasa seperti halnya anak
mendengar. Oleh karena itu, strategi pembelajaran bagi anak tunarungu haruslah
dilandasi pada pendekatan kompetensi berbahasa dan komunikasi yang selanjutnya
dapat diimplemantasikan dalam pengajaran bahasa yang menggunakan pendekatan
percakapan. Metode ini sejalan dengan konsep Language Across the Curricullum atau
kurikulum lintas Bahasa. Kurikulum ini memiliki filosofi bahwa tujuan kurikulum
dapat dicapai jika didahului dengan penguasaan dan keterampilan bahasa yang tinggi.
Language Across the Curricullum dapat digambarkan sebagai berikut.
Penguasaan Bidang Studi

Penguasaan Bahasa

Dapat disimpulkan bahwa wujud dari Language Across the Curricullum


adalah sebuah metode pembelajaran yang selalu disajikan melalui konteks kebahasaan
melalui percakapan, yang tahapannya dari mulai penguasaan bahasa, aturan Bahasa
hingga ke pengetahuan umum.
Des Power dan Merv Hyde menggambarkan bentuk lain dari kurikulum lintas
bahasa ini dengan istilah kurikulum komunikatif.
Conversation Kelas Awal
Task Oriented Learning Kelas Dasar Rendah
Spesific Teaching Kelas Dasar Tinggi
Keterangan : selalu dalam suasana percakapan (conversation)
Bagan tersebut menunjukkan bahwa:
1. Pada kelas-kelas awal atau kelas persiapan: anak tunarungu yang lahir dan tidak
mengalami pemerolehan bahasa maka diterapkan strategi pembelajaran dengan
conversation (bercakap) sebagai upaya untuk menggantikan masa pemerolehan
bahasa yang tidak dialaminya.
2. Pada kelas dasar rendah: hasil dari percakapan pada kelas awal digunakan untuk
task oriented learning, yaitu untuk belajar tugas-tugas tertentu, misalnya mulai
mempelajari aturan bahasa, pengetahuan umum di sekitar anak. Diharapkan
dengan metode ini, anak tunarungu di kelas dasar rendah sudah mulai menguasai
bahasa dengan aturan Bahasa sederhana serta memiliki dasar pengetahuan umum.
3. Kelas Dasar Tinggi: anak tunarungu sudah dapat menggunakan bahsanya untuk
belajar pada tugas-tugas khusus (specific teaching). Artinya, penguasaan
bahasanya dapat digunakan untuk mempelajari bidang-bidang studi lainnya dan
dapat digunakan untuk menangkap berbagai informasi yang datang kepadanya.

Anda mungkin juga menyukai