Anda di halaman 1dari 15

Kode: 2107234019

DIKTAT
TEKNIK TENAGA LISTRIK

PERTEMUAN 3
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

Ruliyanta

Program Studi Teknik Elektro


Fakultas Teknik dan Sains
Universitas Nasional
2022
PERTEMUAN 3
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

1. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang “Teori Dasar Listrik”. Setelah mempelajari
bab ini, mahasiswa diharapkan mampu memahamai teori dasar listrik tenaga listrik mulai
dari pembangkit, sistem transmisi hingga sampai sisi pelanggan.

2. URAIAN MATERI
2.1 Teori Kemagnetan
Sebuah magnet adalah sepotong baja yang dapat menarik potongan baja atau
logam-logam yang lain. Besarnya gaya tarik menarik atau tolak menolak antara dua kutub
dinyatakan sebagai Hukum Coulomb:
𝑚1 𝑚2
𝐹= (1.1)
𝑟2

dengan:
K = gaya (dyne)[1dyne=1,02 mg gaya]
m1 = kuat kutub pertama (weber)
m2 = kuat kutub kedua (weber)
r = jarak kedua kutub (cm)

2.1.1. Medan Magnet


Medan magnet memiliki arah, kerapatan dan intensitas yang digambarkan dengan
garis-garis khayal (garis-garis fluks) yang disebut garis medan magnet atau garis gaya
magnet. Garis-garis ini mempunyai arah yang keluar dari kutub utara magnet dan masuk
ke kutub selatan magnet seperti ditunjukkan gambar di bawah ini. Besarnya fluks magnet
ditentukan oleh:
𝛷 = 𝐴 𝐵 𝐶𝑜𝑠 
( 1.2)
Dimana:
𝛷 = fluks magnet (Wb),
B = induksi magnet (T),
A = luas permukaan (m2)
 = sudut antara B dengan garis normal bidang

Gambar 2.1. Fluks magnet

Besarnya kerapatan medan magnet/induksi magnet (B) dinyatakan dengan


banyaknya garis-garis fluks yang menembus suatu bidang tertentu,
𝛷 𝑊𝑒𝑏𝑒𝑟
𝐵= ( ) (1.3)
𝐴 𝑚2

Gambar 2.2. Garis gaya magnet


Ada tiga aturan garis-garis medan magnet, yaitu:
a. Garis-garis medan magnet tidak pernah saling berpotongan (bersilangan).
b. Garis-garis medan magnet selalu keluar dari kutub utara dan masuk ke kutub selatan
serta membentuk kurva tertutup
c. Jika garis-garis medan magnet pada suatu tempat rapat, maka medan magnet pada
tempat tersebut kuat, sebaliknya jika garis-garis medan magnet pada suatu tempat
renggang, maka medan magnet pada tempat tersebut lemah.
Intensitas medan magnet disebut kuat medan (H) dan dinyatakan dengan
besarnya fluks sepanjang jarak tertentu,
H dalam (Ampere/m)
Kerapatan medan B dan kuat medan H merupakan besaran vector yang
mempunyai besaran dan arah yang besarnya:
B = μH (1.4)
Dimana:
 = permeabilitas (Henry/m)
0 = 410-7 H/m (untuk udara)
Besaran fluks dapat juga dinyatakan dengan
𝛷 = ∫ 𝐵𝑑𝐴 (1.5)

2.1.2. Kemagnetan Listrik


Kemagnetan listrik adalah kemagnetan yang dibangkitkan oleh arus listrik.
H.C. Oersted membuktikan bahwa di sekitar kawat berarus listrik terdapat medan
magnet (artinya listrik menimbulkan magnet). Jika terdapat arus yang mengalir dalam
kawat penghantar, maka kuat arus ini akan membangkitkan medan magnet di
sekeliling penghantar tersebut. Jika penghantar itu berbentuk lilitan atau kumparan
kawat dan dialiri arus listrik maka akan timbul medan magnet. Salah satu ujung
menjadi kutub utara (U) sedangkan ujung yang lain menjadi kutub selatan (S).

Gambar 2.3. Medan magnet pada kumparan


Besarnya induksi magnet:
a. Besarnya induksi magnet di titik O adalah:
0 𝐼
𝐵0 = (1.6)
2𝑟

Jika terdapat N lilitan kawat melingkar, maka persamaan-nya menjadi.

0 𝐼
𝐵0 = (1.7)
2𝑟

Dimana:
N = jumlah lilitan,
r = jari-jari kawat (m)
I = arus listrik (A)
0 = permeabilitas ruang hampa (4 x 107 Wb/Am)
B0 = induksi magnet di titik O (T)
b. Induksi magnet di titik S adalah:
0 𝐼𝑟 𝑠𝑖𝑛
𝐵𝑆 = (1.8)
2𝑎2

Dimana:
a = jarak antara titik p dengan titik s (m)
r = jari-jari kawat (m)
 = sudut antara SP dengan SO
c. Induksi magnet pada solonoid
c.1. Induksi di tengah-tengah solonoid
0 𝐼
𝐵= 𝑁 (1.9)
𝑙

c.2. Induksi di kedua ujung solonoid


0 𝐼
𝐵= 𝑁 (1.10)
2𝑙

dimana: I = arus listrik (A),


l = panjang solenoida (m),
N = jumlah lilitan
d. Induksi magnet pada toronoid
 𝐼
𝐵 = 20𝑟 𝑁 (1.11)

Dimana:
r = jari-jari toroida (m)
i = arus listrik (A)
N = jumlah lilitan

2.1.3. Arah Arus dan Gaya Magnet


Bila penghantar yang dilalui arus kita pegang dengan tangan kanan di mana ibu
jari menunjuk ke depan, dan keempat jari lainnya melingkari penghantar, maka ibu jari
menunnjukkan arah kuat arus listrik dan jari yang lainnya menunjukkan arah garis gaya
magnet.

Gambar 2.4. Arah kuat arus dan garis gaya pada penghantar yang dialiri arus
Faktor yang mempengaruhi kuat medan pada kumparan.
1. Kuat arus, kekuatan medan akan bertambah bila intensitas arus listriknya
bertambah.
2. Jumlah gulungan, dengan intensitas kuat arus yang tetap, maka kekuatan medan
akan bertambahbila jumlah gulungan ditambah.
3. Memasukkan inti besi ke dalam kumparan
Dengan memasukkan inti besi ke dalam kumparan, maka kekuatan medan akan
bertambah secara menyolok.
Besar kuat medan magnet pada suatu titik di sekitar penghantar yang dialiri arus
dinyatakan dengan:
𝐼 𝑎𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 0,2 𝐼
𝐻=𝑟 ( ) atau 𝐻 = (𝑂𝑒𝑟𝑠𝑡𝑒𝑑) (2.12)
𝑐𝑚 𝑟

dengan:
I = kuat arus (Ampere)
r = jarak titik satuan terhadap penghantar (cm)

Gambar 2.5. Kuat medan magnet pada suatu titik di sekitar penghantar yang dialiri arus

2.1.4. Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet


Sumber tegangan (V) mengalirkan arus listrik (i) melalui suatu kumparan dengan
jumlah lilitan (N), maka pada inti besi (Core) akan ditimbulkan suatu kuat medan (H),
dan menurut Ampere adalah:

Ni = Hl (2.13)

dengan:
N = jumlah lilitan
i = arus listrik (A)
H = kuat medan (A/m)
l = panjang alur (m)

Penampang luas
bidang A

Gambar 2.6. Hubungan arus, belitan, dan kuat medan


Soal.
1. Sebuah kutub utara dengan kuat kutub sebesar 5 weber berada dekat sebuah kutub
selatan dengan kuat kutub 10 weber. Jarak antara kedua kutub 0,5 cm. Tentukan
besarnya gaya tarik menarik/tolak menolak?

2. Dua buah kutub utara dan selatan, mempunyai kuat kutub 6 weber dan 5 weber.
Besar gaya tarik kedua kutub adalah 30 dyne. Berapa jarak kedua kutub?

3. Sebuah kumparan dengan 100 lilitan dan panjang 6 cm, mempunyai luas
penampang 2 cm2. Ke dalam kumparan dialiri arus 2,4 A. Tentukan kuat medan
magnet yang terjadi

2.2. Induksi Elektromagnetik


2.2.1. Hukum Faraday
Apabila medan magnet berubah-ubah terhadap waktu akibat arus bolak-balik yang
berbentuk sinusoid, suatu medan listrik akan dibangkitkan atau diinduksikan. Medan
magnet atau fluks yang berubah-ubah pada inti besi menghasilkan gaya gerak listrik (ggl)
yang berlawanan dengan tegangan sumber, sebesar: (Hukum Faraday)
𝑑𝛷
𝑒 = −𝑁 (1.14)
𝑑𝑡

dimana:
N = jumlah belitan,
Φ = fluk yang berubah-ubah terhadap waktu
Perubahan fluks yang menghasilkan ggl dapat terjadi karena:
a. Perubahan fungsi waktu(t) akibat arus bolak balik yang berbentuk sinusoid
b. Fungsi putaran (Φ) akibat berputarnya rotor pada mesin-mesin dinamis.

Terjadinya induksi elektromagnetik


Pengamatan tersebut dilakukan oleh Michael Faraday pada tahun 1831. Dia
melakukan pengamatan “apakah medan magnet dapat menimbulkan arus listrik?”.
Pengamatan yang dilakukan menggunakan batang magnet, kumparan dan Galvanometer
(alat ukur yang dapat mendeteksi keberadaan arus listrik yang relatif kecil didalam sebuah
kawat penghantar/kumparan).
Gambar 2.7. Test uji terjadinya induksi elektromagnetik

Ketika kutub magnet bergerak memasuki (mendekati) kumparan, jarum


galvanometer menyimpang ke salah satu arah. Ketika magnet berhenti sejenak di dalam
kumparan, jarum galvanometer kembali menunjuk nol. Ketika magnet kita tarik keluar,
jarum galvanometer menyimpang kearah sebaliknya. Menyimpangnya jarum
galvanometer menunjukkan bahwa ketika magnet bergerak mendekati dan menjauhi
kumparan, pada ujung-ujung kumparan timbul beda potensial yang menyebabkan
timbulnya arus listrik pada kumparan. Beda potensial yang ditimbulkan disebut GGL
induksi (gaya gerak listrik).
Berbedanya arah penyimpangan jarum galvanometer pada saat magnet mendekati
dan menjauhi kumparan menunjukkan bahwa arus yang timbul adalah arus bolak-balik
(AC) yang biasa disebut arus induksi. Gejala terjadinya GGL atau arus listrik pada suatu
penghantar atau kumparan akibat mengalami perubahan jumlah garis-garis gaya magnet
(Fluks Magnetik) yang menembus bidang kumparan disebut sebagai peristiwa induksi
elektromagnetik.
GGL induksi dapat dibangkitkan dengan cara berikut:

1) Menggerakkan magnet keluar masuk kumparan


2) Memutar magnet di dekat kumparan (prinsip Dinamo)
3) Memutar kumparan dalam magnet (prinsip Generator)
4) Memutus-mutus arus listrik yang melalui kumparan (prinsip Trafo).

Menurut Faraday, besar GGL induksi pada kedua ujung kumparan sebanding
dengan laju perubahan fluks magnetik yang dilingkupi kumparan. Artinya, semakin cepat
terjadinya perubahan fluks magnetik, makin besar GGL induksi yang timbul. Jika GGL
induksi lebih besar, kuat arus induksi yang timbul juga lebih besar. Ada berapa
faktor yang menentukan besar GGL induksi yaitu:
1) Jumlah lilitan pada kumparan
2) Kecepatan gerak magnet keluar-masuk kumparan
3) Kekuatan magnet batang yang digunakan.

2.2.2. Hukum Lenz


Besarnya GGL (Gaya Gerak Listrik) bergantung besarnya kecepatan perubahan
fluks magnetik. Untuk memenuhi hukum kekekalan energi, maka arah arus listrik yang
terjadi menyebabkan fluks magnetik imbas yang melawan perubahan fluks magnetik asal.
Ini dinyatakan oleh Lenz sebagai berikut: “Polaritas (arah) ggl induksi dalam loop
tertutup adalah sedemikian sehingga cenderung menghasilkan arus yang membentuk
fluks magnetik untuk melawan fluks magnetik yang melalui loop itu“.
Hukum Lenz ditemukan oleh ilmuwan Jerman HFE Lenz pada tahun 1834.
Hukum Lenz pada induksi elektromagnetik menyatakan bahwa arah arus yang diinduksi
dalam konduktor oleh perubahan medan magnet adalah sedemikian rupa sehingga medan
magnet yang dihasilkan oleh arus induksi akan melawan medan magnet awal yang
berubah. Arah aliran ini ditunjukan oleh aturan tangan kanan Fleming.
Berdasarkan definisi diatas mungkin cukup sulit dipahami, oleh karena itu berikut
merupakan contoh masalah tersebut. Ketika arus yang diinduksi oleh medan magnet,
maka medan magnet yang dihasilkan arus induksi tersebut akan menciptakan medan
magnetnya sendiri. Medan magnet ini akan selalu sedemikian rupa sehingga menentang
medan magnet semula yang membuatnya.
Seperti terlihat pada gambar diatas, jika medan magnet "B" meningkat (1), maka
medan magnet yang diinduksi akan berlawanan terhadapnya. Ketika medan magnet "B"
menurun (2), maka medan magnet yang diinduksi akan kembali bertindak berlawanan
dengannya. Tapi 'berlawanan' yang dimaksud tersebut bertindak untuk meningkatkan
medan karena melawan laju penurunan perubahan.
Hukum Lenz didasarkan pada hukum induksi Faraday. hukum Faraday
menyatakan bahwa medan magnet yang berubah akan menginduksikan arus dalam
konduktor. Hukum Lenz menjelaskan arah arus induksi, yang melawan perubahan awal
yang dihasilkan oleh medan magnet. Hal tersebut ditandai dalam formula hukum Faraday
dengan tanda negatif (-).
Perubahan medan magnet ini dapat disebabkan oleh perubahan kekuatan medan
magnet dengan menggerakkan magnet mendekat atau menjauh dari koil, atau
memindahkan koil ke dalam atau ke luar medan magnet. Dengan kata lain, besarnya EMF
(Electromotive Force) yang diinduksi dalam rangkaian sebanding dengan laju perubahan
fluks.

Gambar 2.9. Arah GGL induksi dalam berbagai kondisi

2.3. GGL Gerak


Apabila sebuah konduktor digerakkan tegak lurus sejauh ds, memotong suatu
medan magnet dengan kerapatan fluks B, maka perubahan fluks pada konduktor dengan
panjang efektif l adalah:
𝑑𝛷 = 𝐵 𝑙 𝑑𝑠 (2.15)

Dari hukum Faraday diketahui bahwa ggl,


𝑑
𝑒 = 𝑑𝑡 𝛷 (2.16)

𝐵 𝑙 𝑑𝑠 𝑑𝑠
Maka 𝑒 = dimana 𝑑𝑡 = 𝑣 = kecepatan
𝑑𝑡

Jadi 𝑒=𝐵𝑙𝑣 (2.17)

Gambar 2.10. Arah gaya gerak listrik.


Persamaan e = B l v dapat diartikan bahwa apabila dalam medium medanmagnet
diberikan energi mekanik (untuk menghasilkan kecepatan v), maka akan dibangkitkan
energi listrik (e); dan ini merupakan prinsip dasar sebuah generator.

2.4. Gaya Lorentz

Arus listrik I yang dialirkan di dalam suatu medan magnet dengan kerapatan fluks
B akan menghasilkan suatu gaya F (Lorentz Force) sebesar:

F = BIl (2.18)

Gambar 2.11. Gaya Lorentz

Gambar 2.12. Arah gaya akibat arus dalam medan magnet.

Arah gaya ini ditentukan oleh aturan tangan kiri, dengan jempol, telunjuk dan
jari tengah yang saling tegak lurus menunjukkan masing-masing arah, F, B, dan I.
Persamaan F = B I l merupakan prinsip sebuah motor, di mana terjadi proses
perubahan energi listrik (I) menjadi energi mekanik (F). Bila jari-jari rotor adalah r,
kopel yang dibangkitkan:

T = Fr = BIlr (2.19)
2.5. Penerapan Induksi Elektromagnetik
Induksi elektromagnetik diaplikasikan pada banyak peralatan, diantaranya:
1. Dinamo sepeda Dinamo sepeda menggunakan magnet permanen yang diputar dekat
kumparan yang diam yang dililitkan pada inti besi. Akibat putaran magnet garis
garis gaya magnet yang memotngn kumparan berubah-ubah sehingga menimbulkan
GGL Induksi pada ujung-ujung kumparan sehingga menghasilkan arus induksi.
Makin cepat cepat di kayuh, makin besar laju perubahan garis - garis magnetnya
sehingga arus listrik induksi yang dihasilkan makin besar.

Gambar 2. 13. Dinamo sepeda


2. Generator
Generator merupakan alat yang prinsip kerjanya berdasarkan induksi
elektromagnetik. Alat ini pertama kali ditemukan oleh Michael Faraday. Generator
adalah mesin yang mengubah energi kinetik menjadi energi listrik. Energi kinetik
pada generator dapat juga diperoleh dari angin atau air terjun. Berdasarkan arus
yang dihasilkan, generator dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gerator AC
(alternating current) dan generator DC (direct current). Generator AC menghasilkan
arus bolak-balik dan generator DC menghasilkan arus searah. Baik arus bolak-balik
maupun searah dapat digunakan untuk penerangan dan alat-alat pemanas.
3. Transformator
Transformator atau trafo adalah alat yang digunakan untuk merubah besar tegangan
listrik AC. Dengan menghubungkan kumparan primer ke sumber listrik AC, maka
arus listrik yang mengalir pada kumparan primer selalu berubah, sehingga kutub
magnet juga selalu berubah. Meskipun kutub magnet pada kumparan primer terus
berubah, garis-garis gaya magnetik tetap keluar dari kumparan primer yang
memberi imbas (menginduksi) kumparan sekunder. Alhasil, kumparan sekunder
terus mengalami perubahan garis gaya magnet sehingga menghasilkan listrik secara
terus-menerus (arus listrik sekunder).
4. Electric guitar, dalam sebuah gitar listrik, getaran dari senar menginduksi suatu emf
(electromotiveforce) di dalam suatu coil pengambil (gambar 2.14 a). Lingkaran-
lingkaran di bawah senar logam dari gitar ini mendeteksi nada yang sedang
dimainkan dan mengirim informasi ini melalui sebuah amplifier dan ke dalam
speaker. (gambar 2.14.b)

Gambar 2.14. Electric gitar


2.6. Fenomena Arus Eddy
Untuk memahami terjadinya arus eddy, perhatikan gambar 2.15. Sebuah
keping terbuat dari tembaga atau aluminium berayun seperti bandul diantara dua
kutub magnet permanen. Ketika keping mulai memasuki medan magnetik, timbul
perubahan fluks magnetik yang memasuki keping. Arah perubahan atau pertambahan
fluks ini searah dengan arah medan magnetic. Menurut Lenz pertambahan fluks ini
menyebabkan timbulnya arus induksi (arus Eddy). Medan magnetik yang
ditimbulkan arus Eddy pada keping arahnya berlawanan dengan arah medan magnet
permanen, sehingga keping ditolak pada kedua sisi.

Gambar 2.15. Terjadinya arus eddy


Gambar 2.16. Electromagnetic brake pada rel kereta api

Salah satu pengaplikasian arus eddy ini adalah electromagnetic brake pada rel
kereta api. Ketika rem rel kereta api diinjak, arus akan mengalir pada elektromagnet
sehingga menjadimagnet yang kuat dan timbul medanmagnetik yang besar. Karena kereta
bergerak, terjadi perubahan medan magnetik dari elektromagnetik pada rel. Perubahan
medan magnetik ini akan menimbulkan arus Eddy pada rel yang selanjutnya
menimbulkan gaya yang memperlambat gerak kereta. Karena arus Eddy berkurang secara
teratur, maka gaya perlambatannya pun berkurang secara teratur akibatnya kereta dapat
berhenti dengan mulus.

Anda mungkin juga menyukai