Anda di halaman 1dari 56

MODUL PRAKTIKUM

TEKNOLOGI LINGKUNGAN

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FKM UNIVERSITAS TADULAKO

Pitriani, S.KM., M.Kes


Kiki Sanjaya, S.KM., M.Kes
DAFTAR ISI

BAGIAN 1
01 TEKNOLOGI TEPAT GUNA SARANA
HYGIENE DAN SANITASI AIR MINUM DAN
AIR BERSIH

BAGIAN 2
02 TEKNOLOGI TEPAT GUNA SARANA
HYGIENE DAN SANITASI AIR LIMBAH DAN
SEKRETA

BAGIAN 3
03 TEKNOLOGI TEPAT GUNA SARANA
HYGIENE DAN SANITASI SAMPAH
DOMESTIK

BAGIAN 4
04 UJI PARAMETER FISIK AIR

BAGIAN 5
05 UJI PARAMETER KIMIA AIR

BAGIAN 6
06 UJI PARAMETER BIOLOGI AIR
PERATURAN DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM
ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN

PERATURAN DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM


1. Setiap praktikan wajib memiliki buku petunjuk (modul) praktikum.
2. Setiap praktikan diwajibkan hadir tepat pada waktunya. Praktikan
yang terlambat lebih dari 10 menit, tidak diperkenankan mengikuti
kegiatan praktikum, kecuali seizin koordinator asisten praktikum.
3. Sebelum memasuki laboratorium, praktikan wajib memakai jas
laboratorium terlebih dahulu.
4. Selama mengikuti praktikum handphone dimatikan atau disilent.
5. Selama praktikum, praktikan tidak diperkenankan makan, minum dan
melakukan kegiatan diluar kegiatan praktikum.
6. Setelah melakukan praktikum, diwajibkan membersihkan alat-alat
yang dipakai dan disimpan kembali pada tempat semula dalam
keadaan bersih. Sampah harus dibuang ditempat sampah dan
praktikan wajib menjaga kebersihan laboratorium.
7. Selama kegiatan praktikum, praktikan diwajibkan membuat data hasil
praktikum per kelompok dan mendapat persetujuan dari asisten atau
dosen pembimbing.
8. Setiap kelompok atau mahasiswa wajib mengganti alat yang rusak
atau hilang selama praktikum berlangsung.
9. Laporan praktikum dikumpulkan 1 minggu setelah praktikum
dilaksanakan. Keterlambatan pengumpulan laporan dikenakan
pengurangan nilai.

SANKSI
1. Bagi praktikan yang tidak mengumpulkan laporan praktikum, tidak
diperkenankan mengikuti ujian akhir.
2. Bagi praktikan yang terlambat mengumpulkan laporan praktikum,
nilai laporan dikurangi 5 poin per jam.
TEKNOLOGI TEPAT GUNA SARANA HYGIENE

1
DAN
SANITASI AIR MINUM DAN AIR BERSIH

Landasan Teori
Pemerintah telah mencanangkan Percepatan Target Program
Sanitasi dan Air Minum Aman Tahun 2024 melalui Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan
Sustainable Development Goals (SDGs) 2024–2030. Salah satu
capaian SDGs 2030 yaitu meminimalisasi penyakit berbasis
lingkungan. Pencemaran air dapat berdampak pada kesehatan
masyarakat, yaitu terjadinya penyakit bawaan air seperti diare,
disentri, tifus dll. Penerapan teknologi tepat guna dapat menjadi
salah satu teknik pengelolaan air untuk memenuhi standar baku
mutu air nasional (PP No 22 Tahun 2021) dan baku mutu air minum
yang mengacu pada Permenkes No 32 Tahun 2017. Air bersih dan
air minum yang aman merupakan komponen penting dalam
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Jenis Teknologi Lingkungan Tepat Guna Penyediaan Air


Bersih
Air bersih harus memenuhi
Saringan
Pasir Cepat
syarat kualitas fisik (warna, rasa,
(SPC) bau, suhu, TDS, TSS dan
Saringan Pasir
2 salinitas), kualitas KIMIA (nilai
Lambat
(SPL) kandungan kimia organik dan
1 anorganik pada air tidak melebihi
3 baku mutu misal nilai BOD, COD,
Gravity Fed pH, amoniak, logam berat, dll)
4 System dan kualitas bioIogi dengan
Koagulasi
Flokulasi
indikator nilai total coliform dan
E-coli.
Saringan Pasir Lambat

Prinsip Kerja
Pada teknologi lingkungan dengan menggunakan saringan pasir
lambat dengan aliran dari atas ke bawah sistem menggunakan prinsip
pengolahan air dengan metode fisik. Secara garis besar metode fisik
terdiri dari sistem penyaringan (filtrasi), pengendapan (sedimentasi)
dan metode absorpsi dan adsorpsi. Pengolahan fisik dapat digunakan
untuk menghilangkan cemaran-cemaran fisik seperti kandungan bahan
organik, mereduksi bau dan menjernihkan air (Menurunkan TSS dan
TDS) (Kemenkes, 2011).
Alat
1. Galon 4 buah
2. Kerang air 2 buah
3. Pipa PVC ¾ inci 2 batang
4. Pipa PVC 6 inci 1 batang
5. Lem pipa 2 buah
6. Isoplast keras
7. Pengaduk kayu
8. Gergaji/cutter
9. Bor

Bahan Sumber: Kemenkes, 2011.


1. Karbon aktif aquarium 5 bks Gambar 1.
2. Zeolit 5 bks Desain Saringan Pasir Lambat
3. Tablet klor
4. Ijuk
5. Kerikil
6. Tali plastik
7. Kain kasa
8. Pasir Kasar
PROSEDUR KERJA
SARINGAN PASIR LAMBAT

1. Membuat Pipa Penyaringan


Siapkan 2 pipa PVC 6 inci dengan panjang 35 cm.
Pipa PVC dilubangi teratur sepanjang 20 cm.
Bagian dari pipa yang dilubangi dibalut dengan ijuk
kemudian ijuk diikat dengan tali plastik.
Bagian dalam pipa diisi dengan pasir setebal 20 cm,
kerikil setebal 20 cm, ijuk 5 cm, arang 10 cm, ijuk 10
cm dan zeolit 10 cm.
2. Pemasangan Pipa Penyaringan
Pipa penyaringan dipasang pada drum/bak penyaringan
dengan jarak 10 cm dari dasar drum/bak.

3. Membuat Bak/Drum Penyaringan


Buat lubang untuk pemasangan pipa penyaring dengan
jarak 10 cm dari dasar drum.

4. Penyusunan Bak/Drum Penyaringan


Drum pengendapan dan penyaringan disusun
bertingkat.
Menutup keran air, kemudian drum diisi dengan air
untuk proses pengendapan.
Setelah 30 menit air dari drum pengendapan dialirkan
ke dalam drum penyaringan.
Kecepatam aliran air yang keluar dari drum
penyaringan disesuaikan dengan masukan dari drum
pengendapan.
Saringan Pasir Cepat

Prinsip Kerja
Seperti halnya (SPL) saringan pasir lambat, SPC (saringan pasir cepat)
juga menggunakan prinsip pengolahan air dengan metode fisik. Secara
garis besar metode fisik terdiri dari sistem penyaringan (filtrasi),
pengendapan (sedimentasi) dan metode absorpsi dan adsorpsi.
Perbedaan antara SPL dan SPC adalah sistem aliran airnya, pada SPC
aliran air dari bawah keatas (Kemenkes, 2011).
Keuntungan SPL dan SPC
Air hasil penyaringan cukup bersih untuk
keperluan rumah tangga.
Pembuatan dan pemeliharaan mudah
dan sederhana.
Bahan-bahan yang digunakan mudah
didapatkan bahkan di daerah pedesaan.
Kelemahan SPL dan SPC
Hanya digunakan untuk pengolahan air
skala kecil.
Diperlukan proses cukup lama.
Sumber: Kemenkes, 2011.
Hanya dapat mereduksi cemaran fisik,
Gambar 2.
sedangkan cemaran biologi belum dapat
Desain Saringan Pasir Cepat
dihilangkan.

Alat Bahan
1. Galon 4 buah 1. Karbon aktif aquarium 5 bks
2. Kerang air 2 buah 2. Zeolit 5 bks
3. Pipa PVC ¾ inci 2 batang 3. Tablet klor
4. Pipa PVC 6 inci 1 batang 4. Ijuk
5. Lem pipa 2 buah 5. Kerikil
6. Isoplast keras 6. Tali plastik
7. Pengaduk kayu 7. Kain kasa
8. Gergaji/cutter 8. Pasir Kasar
9. Bor
PROSEDUR KERJA
SARINGAN PASIR CEPAT

1. Membuat Pipa Penyaringan


Siapkan 2 pipa PVC 6 inci dengan panjang 35 cm.
Pipa PVC dilubangi teratur sepanjang 20 cm.
Bagian dari pipa yang dilubangi dibalut dengan ijuk
kemudian ijuk diikat dengan tali plastik.
Bagian dalam pipa diisi dengan pasir setebal 20 cm,
kerikil setebal 20 cm, ijuk 5 cm, arang 10 cm, ijuk 10
cm dan zeolit 10 cm.
2. Pemasangan Pipa Penyaringan
Pipa penyaringan dipasang pada drum/bak penyaringan
dengan jarak 10 cm dari dasar drum/bak.
3. Membuat Bak/Drum Penyaringan
Buat lubang untuk pemasangan pipa penyaring dengan
jarak 10 cm dari dasar drum.
4. Penyusunan Bak/Drum Penyaringan
Drum pengendapan dan penyaringan disusun
bertingkat.
Menutup keran air, kemudian drum diisi dengan air
untuk proses pengendapan.
Setelah 30 menit air dari drum pengendapan
dialirkan ke dalam drum penyaringan.
Kecepatam aliran air yang keluar dari drum
penyaringan disesuaikan dengan masukan dari drum
pengendapan.

Perbedaan dasar SPL dan SPC yaitu sistem


aliran air, pada SPL aliran air dari atas ke
bawah, sebaliknya pada SPC aliran air dari
atas ke bawah
Gravity Fed System

Prinsip Kerja
Gravity Fed System merupakan gabungan antara SPL dan SPC.
Tabung pertama untuk menampung sumber air yang belum disaring,
bisa dihilangkan jika menggunakan pompa air, jadi langsung masuk ke
tabung 2. Tabung 2 untuk SPC. Tabung 3 untuk SPL. Tabung 4 untuk
menampung air hasil saringan. GFS diterapkan jika air baku yang akan
diolah sangat keruh.
Alat Bahan
1. Galon 8 buah 1. Super karbon aktif aquarium 10
2. Kerang air 4 buah bks
3. Pipa PVC ¾ inci 2 batang 2. Zeolit 10 bks
4. Pipa PVC 6 inci 1 batang 3. Tablet klor
5. Lem pipa 2 buah 4. Ijuk
6. Isoplast keras 5. Pasir Kasar
7. Pengaduk kayu 6. Kerikil
8. Gergaji/cutter 7. Tali plastik
9. Bor 8. Kain kasa

Sumber: Kemenkes, 2011.


Gambar 3. Diagram Pengolahan Air dengan Grafity Fed System
PROSEDUR KERJA
GRAVITY FED SYSTEM
1. Siapkan bak penampungan awal, beri lubang untuk pipa
pada bagian sisi kiri bawah.
2. Siapkan bak penyaringan sesuai model Saringan Pasir
Lambat (SPL).
3. Siapkan bak penyaringan sesuai model Saringan Pasir
Cepat (SPC).
4. Siapkan bak penampungan akhir untuk air olahan.
5. Susun keempat bak pengolahan dan hubungkan dengan
pipa sesuai pada gambar 3.

Kelebihan Gravity Fed System

1. Air hasil penyaringan lebih bersih


untuk keperluan rumah tangga.
2. Bahan-bahan yang digunakan
mudah didapatkan bahkan di daerah
pedesaan.

Kelemahan Gravity Fed System


1. Hanya digunakan untuk skala
pengolahan air yang kecil.
2. Diperlukan proses cukup lama.
3. Hanya dapat mereduksi cemaran
fisik, sedangkan cemaran biologi
belum dapat dihilangkan.
Koagulasi Flokulasi

Prinsip Kerja
Koagulasi merupakan proses destabilisasi partikel dalam air dengan
bantuan senyawa (koagulan). Melalui proses destabilisasi maka partikel-
partikel tersebut akan lebih mudah membentuk flok (partikel yang lebih
besar). Pada teknologi lingkungan proses koagulasi flokulasi
menggunakan prinsip pengolahan air dengan metode kimia. Cara
Penjernihan air secara kimia ini yaitu dengan menambahkan koagulan
dan flokulan ke dalam reaktor dan dilakukan mixing untuk mengikat
kandungan kimiawi, atau zat-zat terlarut lainnya dalam air termasuk
kandungan logam berat tertentu.
Alat Bahan
1. Gelas Kimia 500 mL 4 buah 1. Air baku 4 L
2. Batang Pengaduk 4 buah 2. Bubuk tawas 250 gr
3. Stopwatch 3. Bubuk kapur 250 gr
Mekanisme 4. Sirroflock atau PAC (Bahan Aditif)
TSS bermuatan 250 gr
negatif (-) karena
muatan sama
maka TSS sulit
mengendap
Penambahan
kogulan
mengubah Sumber: https://waterpedia.co.id/
sebagaian muatan
Gambar 4. Koagulasi dan Flokulasi
(-) menjadi (+)
Perbedaan Penambahan flokulan yang bekerja seperti lem
muatan akan memperbesar flok-flok tesebut
menyebabkan Flok lebih mudah mengendap karena ukurannya
muncul gaya tarik lebih besar. pemisahan air dengan padatan
menarik sehingga
tersuspensi menjadi lebih mudah dan cepat
terbentuk flok-flok
kecil.
PROSEDUR KERJA
KOAGULASI FLOKULASI

1. Membuat Larutan Tawas, PAC dan larutan basa CaO


Larutan tawas/PAC/larutan basa CaO untuk koagulasi dibuat pada
konsentrasi 20%.
Larutkan 200 gram bubuk tawas/PAC/larutan basa CaO ke dalam 1
liter air bersih.
2. Membuat Jar Test Sederhana
Siapkan 4 buah gelas kimia 500 mL dan 4 buah batang pengaduk.
Susun gelas kimia dengan batang pengaduk pada setiap gelas.
3. Mengatur Derajat Keasaman
Siapkan air baku pada gelas beaker 1 L.
Periksa pH awal air baku, jika pH <6.5 maka tambah larutan CaO 20
ml.
Aduk air baku sambil ditambahkan larutan CaO 20% selama 5
menit.
Ulangi pengukuran pH setelah larutan didiamkan 15 menit.
Jika nilai pH telah berada pada rentang 6.5 - 8 maka dapat
dilakukan proses koagulasi dan flokulasi.
4. Proses Koagulasi
Siapkan 4 botol air baku yang akan diolah/diuji.
Tuangkan air baku ke dalam masing-masing gelas kimia dan beri
label pada setiap gelas kimia (40 putaran/menit, 60 putaran/menit,
80 putaran/menit dan 100 putaran/menit).
Tambahkan 20 mL larutan tawas dan tambahkan juga larutan aditif
dalam jumlah kecil (1-2 mL), lakukan pengadukan 1-2 menit.
5. Proses Flokulasi
Setelah larutan homogen lakukan pengadukan lambat (20
putaran/menit) selama 15-20 menit untuk membantu proses
terbentuknya flok.
Setelah proses pengadukan lambat selesai dan mulai terbentuk flok
maka diamkan air baku selama 30 menit agar proses pengendapan
berjalan maksimal.
TLTG Pengolahan Air Minum

Reverse Osmosis dan UV

Prinsip Kerja
Pada teknologi lingkungan proses Sistem RO dan UV menggunakan
prinsip fisik. Proses Reverse Osmosis dilakukan dengan memberi
tekanan tinggi pada air yang dialirkan melalui membran semi permeable
dimana pemisahan ion terjadi. Dengan pemisahan ion, molekul air
membentuk barier yang memungkinkan molekul air lainnya untuk lewat
dan menghalangi lewatnya hampir semua kontaminan. Tingkat
penolakan kontaminan ini berkisar antara 85-95% yang tergantung pada
kualitas awal dari air yang diolah. Untuk memastikan keamanan air
minum dari kontaminan biologi maka dilakukan proses penyinaran
dengan sinar UV. Pengolahan air minum memerlukan kombinasi
teknologi melalui beberapa tahapan (multi-staging). Setiap tahapan
berfungsi membuang kontaminan tertentu. Teknologi yang digunakan
pada setiap tahapan, serta jumlah tahapan akan menentukan kualitas air
yang dihasilkan (Kemenkes, 2011).

Alat Prosedur Kerja


1. Membran RO
1. Siapkan air baku (air sumur/air sungai)
2. Lampu
2. Lakukan pengukuran nilai parameter
Ultraviolet
awal (fisik, kimia, biologi)
3. Pompa
3. Lakukan pengolahan air baku dengan
4. Kabel
sistem RO (Reverse Osmosis)
5. Stop Kontak
4. Lakukan pengukuran nilai parameter
6. Lakban
pasca pengolahan
Bahan 5. Lakukan penyinaran dengan sinar UV
1. Air baku 10 L 6. Lakukan pengukuran nilai parameter
2. Kapas biologi (Fecal coli dan total coliform)
REFERENSI
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 32 Tahun 2017
Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan
Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene
Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian
Umum
Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 Tahun 2021 Tentang
Baku Mutu Air Nasional.
Kementerian Kesehatan RI, Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Kesehatan. 2011.
Kurikulum Pelatihan: Teknologi Tepat Guna Kesehatan
Lingkungan. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI, Badan Pengembangan dan


Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Kesehatan. 2011.
Penjernihan Air dengan Metode Aerasi dan Filtrasi. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI, Badan Pengembangan dan


Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Kesehatan. 2011.
Penjernihan Air dengan Metode Saringan Pasir Lambat.
Jakarta.
TEKNOLOGI TEPAT GUNA SARANA HYGIENE
DAN
2 SANITASI AIR LIMBAH DAN SEKRETA

Landasan Teori
Aktivitas manusia tentunya menghasilkan berbagai jenis limbah sebagai hasil
samping sehingga meningkatnya jumlah penduduk dengan segala kegiatannya
berbanding lurus dengan peningkatan jumlah limbah yang dihasilkan. Beranjak
dari fakta ini maka perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan teknologi
lingkungan tepat guna (TLTG) dalam pengelolaan limbah cair dan sekreta.
Pengelolaan air limbah tidak hanya difokuskan pada sektor industri dan aktivitas
jasa lainnya namun juga pada skala rumah tangga, mengingat 70% cemaran air
limbah berasal dari aktivitas rumah tangga. Pengembangan TLTG yang dapat
diaplikasikan pada skala rumah tangga perlu dilakukan. Sehingga dapat
mengurangi jumlah air limbah domestik yang dibuang langsung ke lingkungan
tanpa dilakukan pengolahan. Teknologi pengelolaan air limbah yang banyak
dikembangkan saat ini, yaitu sistem biofilter. Biofilter merupakan metode
pengolahan air limbah dengan memanfaatkan mikro-organisme sehingga
menjadi air bersih yang dapat dimanfaatkan kembali. Dalam pengelolaan sekreta
dapat dilakukan modifikasi jamban sederhana untuk menjangkau masyarakat
ekonomi lemah.

Teknologi Lingkungan Pengolahan Air Limbah Domestik

1 2 3

SPAL (Sistem Metode Biofilter


Pembuangan Sedimentasi Anaerob-aerob
Air Limbah)
Sistem Pembuangan Air Limbah

Prinsip Kerja
Sistem Pembuangan Air Limbah merupakan saluran pembuangan air
limbah yang dilengkapi dengan bak resapan. Prinsip kerja dari bak ini
yaitu mereduksi polutan pada air limbah secara fisik. Bak pengendap
pada SPAL berfungsi untuk mengendapkan dan menyaring polutan pada
air limbah sebelum diresapkan ke tanah.
Alat Bahan
1. Palu 1. Botol plastik
2. Besi runcing 2. Koral
3. Gergaji 3. Tripleks
4. Ijuk
5. Pipa paralon
6. Ember 40 L
Prosedur Kerja
1. Botol plastik dipotong bagian atasnya kemudian sisi-sisi botol
dilubangi dengan garis tengah ½ cm, jarak antara lubang 5 cm.
2. Ambil ember kemudian beri tanah pada bagian tepinya (pada SPAL
asli digunakan lubang tanah)
3. Bagian dasar ember diberi koral/ijuk setebal 20 cm dan botol plastik
yang telah dilubangi dimasukkan ke dalam ember tersebut.
4. Sela-sela botol plastik diselingi dengan koral/ijuk sampai penuh.
5. Kemudian dibuat saluran air limbah dengan pipa PVC ukuran ½ ke
arah botol plastik
6. Botol plastik ditutup dengan papan/tripleks

Pemeliharaan
Jangan memasukkan buangan berupa benda padat seperti kertas, kain,
plastik dan sebagainya ke dalam wastafel cuci piring dan kamar mandi
harus dilengkapi rak penyaring yang berfungsi memisahkan air limbah
dengan benda padat.
Metode Sedimentasi

Prinsip Kerja
Sedimentasi atau pengendapan merupakan proses mengendapkan benda
padat dengan pengaruh gaya berat (gravitasi). Ukuran partikel di dalam air
beragam besarnya. Ada yang berukuran makro sehingga dengan sendirinya ia
sanggup mengendapkan diri dan menghasilkan air jernih sebagai
supernatannya, adapula partikel berukuran mikro yang membutuhkan
”perlakuan” khusus dalam pengendapannya.
Alat Prosedur Kerja
1. Bak air (Tandon Pembuatan Bak sedimentasi
atau galon) 2 buah Siapkan 1 bak besar (tangki sedimentasi),
2. Ember 20L 2 buah jika menggunakan galon bekas potong
3. Pengaduk kayu 2 bagian atasnya.
buah Buat bafel penyangga di dalam tangki
4. Pipa ½ cm 2 buah sedimentasi yang tingginya sama dengan
5. Keran 2 buah tinggi air.
6. Gergaji dan Palu Pasangkan pipa inlet untuk mengalirkan air
7. Bangku baku sungai/sumur. Pipa inlet ini bisa
kayu/plastik disambungkan dengan pompa dari air
sungai/sumur untuk meringankan beban
Bahan manusia. Namun jika tidak tersedia pipa, air
1. Lem pipa baku dapat dialirkan dengan metode
2. Tawas 250 mg gravitasi.
3. Tablet klor 10 biji Siapkan 1 bak penampung hasil olahan, jika
menggunakan galon bekas potong bagian
atasnya
Catatan: Dengan segala keterbatasan peralatan yang ada, kita dapat saja
menggunakan potensi barang/alat yang telah ada, dengan beberapa
modifikasi yang diatur di lapangan
PROSEDUR KERJA

Pembuatan Bak Sedimentasi


Pasang pipa outlet pada bagian bawah bak sedimentasi yang berfungsi
sebagai saluran pembuangan lumpur untuk dibuang ke saluran
pembuangan.
Pasang pipa untuk menghubungkan bak sedimentasi dengan bak
penampungan. Pipa berfungsi untuk mengalirkan air yang telah diolah
ke bak penampungan air hasil olahan.
Pasangkan pengaduk pada bak sedimentasi awal, pengaduk bisa
berupa pengaduk manual (digerakkan oleh tenaga manusia) ataupun
pengaduk motorik (digerakkan oleh motor listrik).
Dasar tangki sedimentasi dengan kemiringan tertentu, 1 m panjang
lantai turun 10 cm agar mempermudah proses pengendapan dan
menjadi tempat endapan lumpur. Jika menggunakan galon bekas maka
salah satu sisi diganjal dengan memperkirakan kemiringan 10 derajat.
Siapkan 2 buah ember berukuran besar untuk tempat penampungan air
hasil olahan. Kedua ember dibuat saling terhubung dengan pipa (seperti
bejana berhubungan), pasangkan pengaduk.
Penggunaan Bak Sedimentasi
Alirkan air baku menuju bak sedimentasi dengan cara menyalakan
pompa (apabila pengaliran dilakukan secara motorik) atau mengisi bak
secara manual.
Pemakai memasukkan tawas yang sudah dicampur dengan air (50 gr
tawas pada 2 L air bersih) ke dalam bak dan pengadukan dilakukan
secara konstan yaitu: (1) lakukan pengadukan dengan cepat, 50 putaran
per menit, selama 10 menit, (2) selanjutnya lakukan pengadukan dengan
lambat, 10-20 putaran per menit, selama 15 menit.
Diamkan air agar terjadi proses pengendapan (sedimentasi) secara
alamiah. Tidak boleh ada gangguan apapun dalam proses ini, seperti
getaran akibat pengadukan lainnya, penambahan zat-zat lain dll.
Catatan: pengadukan dilakukan secara konstan untuk menjamin
pembentukan flok ukuran besar sehingga siap mengendap alamiah.
Pengadukan dilakukan searah, untuk menjamin optimalnya penempelan flok
mikro dan menjaga flok makro tidak berubah bentuknya.
Metode Biofilter Anaerob-
aerob
Prinsip Kerja
Proses biologis dengan biakan melekat yakni proses pengolahan limbah
dimana mikroorganisme yang digunakan dibiakkan pada suatu media
sehingga mikroorganisme tersebut melekat pada permukaan media. Proses ini
disebut juga dengan proses film mikrobiologis atau proses biofilm. Proses
pengolahan air limbah dengan sistem biofilm/biofilter dapat dilakukan dalam
kondisi aerobik, anaerobik atau kombinasi anaerobik dan aerobik. Proses
aerobik dilakukan dengan kondisi adanya oksigen terlarut di dalam reaktor air
limbah, dan proses anaerobik dilakukan dengan tanpa adanya oksigen dalam
reaktor air limbah. Sedangkan proses kombinasi anaerob-aerob adalah
merupakan gabungan proses anaerobik dan proses aerobik. Proses ini
biasanya digunakan untuk menghilangan kandungan nitrogen dan kandungan
polutan organik lainnya di dalam air limbah. Pada kondisi aerobik terjadi
proses nitrifikasi yakni nitrogen ammonium diubah menjadi nitrat (NH4+ --->
NO3 ) dan pada kondisi anaerobik terjadi proses denitrifikasi yakni nitrat yang
terbentuk diubah menjadi gas nitrogen (NO 3 -----> N2).
Alat Bahan
1. Ember 30 L 3 Buah 1. Air limbah dapur (Greywater) 20 L
2. Galon 1 buah 2. Media bioball 200 buah
3. Aerator 1 set 3. Media sarang tawon 1 set
4. Keran 4. Effective Microorganism (EM4)/Ecoenzym
5. Pipa PVC ½ cm 5. Lem pipsa

Pembiakan Mikroorganisme
Pembiakan (seeding) mikroorganisme dilakukan secara alami yaitu dengan
cara mengalirkan air limbah yang akan diolah ke dalam reaktor yang telah
terisi media bioball.sarang tawon sampai terbentuknya lapisan biofilm pada
media filter, proses pembiakan dilakukan selama ± 2 minggu, ini dilakukan
agar terjadi steady state bakteri pada kondisi air limbah. Setelah proses
seeding selesai, dilakukan aklimatisasi atau pergantian limbah baru di dalam
reaktor selama 3 hari.
PROSEDUR KERJA
Desain dan Cara Kerja Biofilter

1. Seluruh air limbah dikumpulkan dan dialirkan ke bak penampung atau bak
ekualisasi, selanjutnya dipompa ke bak pengendapan awal.
2. Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke reaktor
anaerob yang berisi media filter. Penguraian zat-zat organik yang ada
dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau facultatif aerobik.
Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh
lapisan biofilm yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat
terurai pada bak pengendap.
3. Air limpasan dari reaktor anaerob dialirkan ke reaktor aerob, di dalam
reaktor aerob ini diisi dengan media filter sambil diaerasi dengan
menggunakan aerator sehingga mikroorganisme yang ada akan
menguraikan zat organik dalam air limbah serta tumbuh dan menempel
pada permukaan media. Dengan demikian air limbah akan kontak dengan
mikroorgainisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel
pada permukaan media sehingga meningkatkan efisiensi penguraian zat
organik, deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi.
4. Dari bak aerob, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Dalam bak ini
lumpur aktif yang mengandung massa mikroorganisme diendapkan dan
dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi
lumpur. Sedangkan air hasil pengolahan dialirkan ke bak khlorinasi (jika
diperlukan).
Gambar 5. Skema Proses Sistem Biofilter

Sumber:https://www.google.com/
Pengelolaan Sekreta dengan
Jamban Temporer

Prinsip Kerja
Jamban temporer merupakan ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan
leher angsa, jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air.
Fungsi air ini sebagai sumbat sehingga bau busuk dari kakus tidak tercium.
Bila dipakai, tinjanya tertampung sebentar dan bila disiram air, baru masuk ke
bagian yang menurun untuk masuk ke tempat penampungannya dengan
model leher angsa ini maka tinja akan dibuang secara tertutup dan tidak
kontak dengan manusia ataupun udara. Jamban tangki leher angsa dapat
digunakan walau air sedikit karena bentuk dari leher angsa dapat disesuaikan
dengan tidak terlalu menekuk dan dapat digunakan di daerah tanggap darurat.

Alat PROSEDUR KERJA


1. Cangkul/alat 1. Buat lubang dengan menggali tanah galian
penggali dengan ukuran drum/ember
2. Alat pertukangan 2. Masukan drum tersebut digalian tanah, masukan
kayu dan batu arang, ijuk, pasir dan kerikir sebagai media filter.
3. Buat bentuk potongan papan untuk dudukan
Bahan kloset
1.Drum/ember besar 1 4. Buat rumah jambanya atau pasanglah rumah
buah jamban bila telah dipersiapkan secara tersendiri.
2.Papan 1 Lembar 5. Beri kapur/cat warna putih rumah jamban
3.Arang terutama bagian dalam
4.Ijuk
5.Pasir
6.Kerikil
7.Kloset

Sumber: Kemenkes, 2019


Gambar 6. Denah Jamban Temporer
Pengelolaan Sekreta dengan
Jamban Gentong

Prinsip Kerja
Jamban model gentong prinsip kerjanya hampir sama dengan teknologi septic
tank lainnya. Namun di sini digunakan 2 buah drum plastik sebagai pengganti
septic tank. Jamban model gentong tidak perlu ditanam di tanah, cukup ditaruh
di halaman belakang atau jika digunakan pada masyarakat dengan rumah
berada di daerah rawa atau daerah bantaran sungai, maka septick tank dapat
dibuatkan pelampung sehingga dapat menjadi jamban apung. Pada gentong
pertama proses perombakan ekskreta berlangsung secara aerob, kemudian
pada gentong kedua berlangsung proses perombakan secara anaerob. Proses
selanjutnya dilakukan Desinfeksi dengan menggunakan tablet kaporit dan
terakhir penyaringan padatan tersisa dengan media ijuk dan kerikil.

Alat PROSEDUR KERJA


1. Gergaji besi 1. Siapkan drum bekas, lubangi pada kedua sisi
2. Palu bagian atas untuk memasukkan pipa PVC
3. Paku diameter ¾.
2. Potong piva untuk menghubung kedua drum.
Bahan Rakit alat sesuai gambar 7.
1. Drum plastik bekas
3. Pasang corong sebagai pengganti kloset untuk
2. Pipa PVC ¾ 2
memudahkan memasukkan black water (air
batang
limpasan toilet).
3. Ijuk
4. Pada pipa setelah gentong kedua didiberi lubang
4. Pasir dan kerikil
untuk memasukkan tablet khlor sebagai
5. Kloset leher angsa
desinfektan.
(untuk praktek
5. Pada bagian akhir pipa diberi filter berupa lapisan
digunakan corong)
pasir, kerikil dan ijuk.
6. Tablet khlor
7. Lem pipa
8. Sock 8 buah
9. Knee (L) 2 buah
10. Sambungan pipa
(T) 4 buah
11. Elbow 3 buah
Sumber: Dinkes Kab. Hulu Sungai Utara Prov. Kalsel, 2019
Gambar 7. Denah Jamban Gentong
REFERENSI
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68
Tahun 2016 Tentang Standar Baku Mutu Air Limbah Domestik.
Kementerian Kesehatan RI, Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Kesehatan. 2011.
Penjernihan Air dengan Metode Sedimentasi. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan. 2011. Seri Sanitasi Lingkungan Pedoman Teknis
Instalasi Pengolahan Air Limbah Dengan Sistem Biofilter
Anaerob-Aerob pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI, Badan Pengembangan dan


Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Kesehatan. 2011.
Pembuatan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Sederhana.
Jakarta.
Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi
Kalimantan Selatan. 2019. Teknologi Tepat Guna: WC Model
Gentong Mas Santun
3 TEKNOLOGI TEPAT GUNA SARANA HYGIENE
DAN SANITASI SAMPAH DOMESTIK

Landasan Teori
KLHK melaporkan, jumlah timbulan sampah Indonesia pada 2020
diperkirakan mencapai 67,8 juta ton per tahun. Dari total sampah yang
dihasilkan ini, 37,3% berasal dari aktivitas rumah tangga. Berdasarkan
Peraturan Presiden 97 tahun 2017, Pemerintah Indonesia telah
menetapkan target nasional pengurangan sampah sebanyak 30% dan
penanganan sampah sebanyak 70% pada tahun 2025 serta
pengurangan sampah plastik laut 70% pada tahun 2025. Secara
nasional, kinerja pengelolaan sampah pada 2020 masih relatif kurang.
KLHK mencatat, skor indeks yang tercatat pada 2020 sebesar 49,44
poin termasuk dalam kategori kurang. Sementara target yang ditentukan
sebesar 61 poin (sedang). Berdasarkan fakta ini, maka sangat penting
dilakukan pengelolaan sampah pada tingkat rumah tangga. Penerapan
teknologi tepat guna (TLTG) dalam pengelolaan sampah domestik
sangat diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pengelolaan sampah domestik baik organik maupun anorganik.

1 2
Lubang
Metode Resapan
Takakura Biopori

Anaerobik Metode
Dingestion Ecobrick
3
4
Pengelolaan Sampah Organik
Metode Takakura

Prinsip Kerja
Berdasarkan komposisi kimianya sampah dapat dibedakan menjadi sampah
organik dan sampah anorganik, dimana 80% merupakan sampak organik, dan
diperkirakan 78% dapat digunakan kembali. Kompos adalah pupuk alami
(organik) yang terbuat dari bahan hijau-hijauan dan tumbuhan. Pengelolaan
sampah organik dengan memanfaatkan proses dekomposisi sudah lama
dikenal masyarakat. Prinsip pengomposan adalah menurunkan rasio C/N
bahan organik hingga sama dengan atau mendekati C/N tanah (<20).
Semakin tinggi rasio C/N bahan organik maka proses pengomposan atau
perombakan bahan semakin lama. Rasio C/N merupakan perbandingan
antara karbohidrat (C) dan nitrogen (N) (Pitriani, Sanjaya dan Wahid, 2021).
Salah satu TLTG pengelolaan sampah organik dapur yaitu dijadikan kompos
dengan berbagai metode, salah satunya dengan metode keranjang Takakura.
Metode ini sangat ideal digunakan sehari-hari, jumlah sampah yang dapat
diolah sebanyak 1.5 kg/hari.
Alat Bahan
1. Keranjang berlubang 2 buah 1. Sampah organik dapur 3 kg
2. Kain berpori warna hitam 2 2. Sekam sebagai bantalan 2 kg
lembar 3. Kardus bekas 2 buah
3. Polynet (untuk membungkus 4. Starter (EM4 atau dapat menggunakan
sekam) MOL) 1 botol

Pembuatan MOL/Starter

Nasi dibentuk bulat Bola nasi berjamur


kecil, diamkan masukkan kedalam Diamkan 1 minggu Starter siap
selama 3 hari sampai botol plastik, sampai campuran digunakan
keluar jamur kuning, tambah 1 L air dan berbau seperti dengan dicampur
jingga dan abu-abu ragi air 1:5
4 sdm gula
PROSEDUR KERJA

1. Siapkan keranjang berlubang, lapisi


bagian dalam keranjang dengan kardus
bekas.
2. Isi keranjang dengan susunan seperti
pada gambar 8.
3. Sampah organik dicacah terlebih dahulu
sebelum diolah.
Gambar 8. Kompos Metode Takakura 4. Panen kompos setelah 30 hari.

Catatan: Proses pematangan kompos ± 3 minggu, karena didiamkan


dalam waktu cukup lama, maka harus dilakukan pengecekan rutin.
Perhatikan kondisi keranjang, jika berair segera tambahkan sekam
atau tanah baru untuk menjaga kelembaban dalam media
pengomposan. Pengecekan suhu juga diperlukan, untuk mengetahui
apakah proses berjalan baik atau tidak dapat dilakukan melalui
permukaan luar keranjang, jika terasa hangat maka proses
pengomposan berjalan dengan baik.

1. Proses mudah, sampah dapur dapat dimasukkan


setiap hari sampai kapasitas keranjang terpenuhi.
2. Praktis karena tidak membutuhkan lahan luas.
3. Tidak menimbulkan bau karena prosesnya melalui
fermentasi.
Pengelolaan Sampah Organik
Metode Biopori

Prinsip Kerja
Prinsip kerja LRB sangat sederhana, lubang yang telah kita buat diisi dengan
sampah organik dari dapur. Sampah ini akan memicu biota tanah seperti
cacing dan semut dan akar tanaman untuk membuat rongga-rongga di dalam
tanah (biopori). Biopori akan mempermudah proses peresapan air ke dalam
tanah. Biopori yang terbentuk akan terisi udara dan menjadi tempat lewatnya
air di dalam tanah. LRB mampu meningkatkan daya resap air hujan ke dalam
tanah sehingga mengurasi risiko banjir akibat meluapnya air hujan. Selain itu,
teknologi ini juga mampu meningkatkan jumlah cadangan air bersih di dalam
tanah dan tentunya dapat mengolah sampah organik dapur rumah tangga.

Alat Bahan
1. Gergaji besi 1. Pipa PVC ¾ sebanyak 2
2. Bor batang
3. Gayung 2. Lem pipa
4. Ember 3. Semen
5. Skop/linggis 4. Pasir
6. Pengaduk semen PROSEDUR KERJA
1. Pilih lokasi yang tepat untuk membuat
LRB, misalnya taman, kebun belakang,
halaman parkir.
2. Tanah disiram dengan air agar lebih mudah
untuk dilubangi.
3. Galih lubang sedalam 80-100 cm dengan
lebar 10-15 cm.
4. Bersihkan tanah pada lubang galian tanah,
siapkan pipa biopori (gambar 9).
5. Masukkan pipa biopori ke dalam lubang
Sumber: https://www.klopmart.com/ yang telah digali, kemudian semen bagian
Gambar 15. Desain Model LRB atas pipa.
6. Isi LRB dengan sampah organik sisa dari
dapur.
Pengelolaan Sampah Organik
Metode Anaerobik dingestion

Prinsip Kerja
Anaerobik dingestion (AD) adalah proses dekomposisi zat organik yang mudah
terurai dan berlangsung dalam kondisi yang terkontrol dan melibatkan berbagai
jenis mikroorganisme dalam kondisi tidak ada oksigen (Ricci & Confalonieri,
2016). Produk akhir dari proses AD adalah biogas, mekanisme kerja AD yaitu
melalui penangkapan gas metana yang terbentuk dari proses perombakan zat
organik oleh mikroorganisme dalam dekomposter. Biogas yang dihasilkan dapat
dikonversi menjadi sumber energi listrik alternatif. Pengolahan sampah organik
dengan AD memberikan keuntungan berlipat ganda, selain dapat mereduksi
sampah organik juga akan dihasilkan biogas dan pupuk organik bernutrisi tinggi
(digestate).
Alat Bahan
1. Drum plastik 1 buah 1. Sampah organik
2. Batang pengaduk 2. Air bersih
3. Pisau untuk mencacah 3. Selang dan klep pengaman
sampah
4. Tabung penampung gas

PROSEDUR KERJA
1. Pisahkan sampah organik kemudian cacah hingga ukuran kecil-kecil.
2. Buat campuran sampah organik dan air dengan perbandingan 1 : 1 (bahan
biogas).
3. Masukkan bahan biogas ke dalam reaktor melalui tempat pengisian sebanyak 20
liter, selanjutnya akan berlangsung proses produksi biogas di dalam reaktor.
4. Setelah kurang lebih 10 hari reaktor biogas dan penampung biogas akan terlihat
mengembung dan mengeras karena adanya biogas yang dihasilkan. Biogas
sudah dapat digunakan sebagai bahan bakar dan kompor biogas dapat
dioperasikan.
5. Sesekali reaktor biogas digoyangkan supaya terjadi penguraian yang sempurna
dan gas yang terbentuk di bagian bawah naik ke atas, lakukan juga pada setiap
pengisian reaktor.
6. Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu sebanyak
+ 1 liter setiap pagi dan sore hari. Sisa pengolahan bahan biogas berupa sludge
(lumpur) secara otomatis akan keluar dari reaktor setiap kali dilakukan pengisian
bahan biogas. Sisa hasil pengolahan bahan biogas tersebut dapat digunakan
langsung sebagai pupuk organik, baik dalam keadaan basah maupun kering.
Pengelolaan Sampah
Anorganik Metode Ecobrick

Prinsip Kerja
Prinsip kerja Ecobrick yaitu dengan mendaur ulang sampah plastik menjadi
produk yang berguna. Ecobrick berasal dari kata ecology yang mengacu pada
terminologi lingkungan, dan kata brick merupakan bahasa Inggris dari “bata”.
Ecobrick dapat didefinisikan sebagai bata ramah lingkungan. Pembuatan
ecobrick dianggap sebagai salah satu cara pemanfaatan sampah plastik dengan
mudah dan efisien. Melalui ecobrick kita dapat mereduksi sampah plastik yang
berakhir di TPA tanpa pengolahan dan juga dapat menghasilkan susunan bata
yang terlihat indah. Teknik ecobrick juga dapat digunakan untuk membuat
berbagai kerajinan tangan misalnya membuat sofa, meja minimalis dan lain-lain

Alat Bahan
1. Gunting 1. Botol plastik bekas 30 buah
2. Kayu kecil untuk memadatkan 2. Sampah plastik sekali pakai
plastik (kemasan/kresek)
3. Hecter Besar (Hekter Spanduk) 3. Kain motif 1 m
4. Timbangan 4. Busa/gabus (tebal 2 cm)
5. Palu 5. Tripleks 1 lembar
6. Paku 6. Kayu tipis 20 buah
7. Kaki kursi 20 buah
8. Lakban bening 2 buah
9. Lem kayu
PROSEDUR KERJA
MEMBUAT SOFA MINI ECOBRICK

1. Siapkan sampah plastik, cuci sampai


bersih dan keringkan.
2. Siapkan botol plastik bekas yang
bersih dan kering.
3. Isi botol plastik dengan sampah plastik
yang sudah disiapkan.
4. Padatkan isi botol dengan tongkat kayu
kecil, jika masih tersisa rongga
e udara
di dalam botol, isi kembali dengan
sampah plastik sampai tidak ada
rongga udara yang tersisa. Dorong
kembali semua sampah plastik
menggunakan tongkat.
5. Timbang botol yang telah diisi sampah
plastik, berat minimal untuk ecobrick
adalah 200 gr untuk memastikan
tingkat kepadatan botol.
6. Satukan 4-5 ecobrick dengan lakban,
kemudian bungkus menggunakan kain
planel.
7. Potong tripleks sesuai ukuran ecobrick
yang telah disatukan, kemudian pasang
pada bagian atas dan bawah ecobrick,
kuatkan dengan paku, kemudian beri
lem.
8. Pada bagian atas tripleks beri gabus
yang telah dipotong sesuai ukuran
ecobrick.
9. Bungkus ecobrick dengan kain motif,
rapikan dengan menggunakan hekter.
4 UJI PARAMETER FISIK AIR

A. Pemeriksaan Parameter Fisik Lapangan (Insitu)

Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat menggunakan,
mempersiapkan peralatan dalam pemeriksaan
parameter lapangan.
2. Mahasiswa dapat mengetahui metode
pemeriksaan secara organoleptik.
3. Mahasiswa dapat menggunakan alat-alat
portable sesuai standar (SOP).
4. Mahasiswa dapat menganalisis data hasil
praktikum pemeriksaan parameter lapangan.
Metode Pengukuran Lapangan Parameter Fisik Air

Warna, Rasa dan Bau


1 diamati secara organoleptik

2
Suhu diukur secara insitu
dengan termometer portable

3
TDS diukur secara insitu
dengan TDS Meter

Uji organoleptik atau uji indra atau uji sensori merupakan cara
pengujian dengan menggunakan indra manusia sebagai alat utama
untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk.
Uji insitu merupakan metode pengujian geomekanika yang dilakukan
langsung di lapangan
PROSEDUR KERJA
Pengukuran Suhu Menggunakan Termometer
1 Portable
Pengukuran suhu yang dilakukan dengan
menggunakan termometer air raksa. Bila
suhu perairan semakin tinggi maka kadar O2
yang terlarut akan semakin rendah, demikian
pula sebaliknya.
Mengukur suhu air dengan termometer digital:
1. Bagian ujung bawah termometer
dimasukkan secara perlahan pada bagian
permukaan perairan sekitar 10 cm dan
dibiarkan 2-5 menit sampai air raksa yang
berada pada termometer menunjukkan nilai
yang stabil.
2. Kemudian dibaca skala pada termometer
dengan keadaan masih tercelupkan pada
bagian permukaan perairan.
3. Dilakukan pengulangan 3 kali pada setiap
sampel (SNI 06-6989.23-2005).

2 Pengukuran TDS Menggunakan TDS Meter


Portable
1. Pertama tekan tombol power untuk
menyalakan alat, lakukan kalibrasi
menggunakan cairan kalibrasi TDS.
2. Bilas ujung alat meggunakan akuades dan
dikeringkan menggunakan tisu.
3. Alat dimasukkan ke dalam sampel sampai
batas elektroda lalu ditekan tombol CAL/MEAS
untuk pengukuran TDS terhadap sampel.
Biarkan beberapa saat hingga nilai
pengukuran TDS yang muncul pada display
stabil, kemudian catat hasilnya.
4. Dilakukan pengulangan 3 kali pada setiap
sampel (Nicola, 2015).
B. Analisis Laboratorium Parameter Fisik Air
Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat menggunakan, mempersiapkan
alat dan bahan dalam pemeriksaan sampel
melalui uji laboratorium.
2. Mahasiswa dapat menggunakan alat-alat uji
laboratorium sesuai standar operasional prosedur
(SOP).
3. Mahasiswa dapat menganalisis data hasil
praktikum pemeriksaan parameter TSS melalui uji
laboratorium
Uji Laboratorium Parameter TSS (Total Suspended Solid)
Landasan Teori
TSS adalah Zat-zat padat yang berada tersuspensi dalam air
(diameter > 1 μm). Materi yang tersuspensi adalah materi
yang mempunyai ukuran lebih besar daripada molekul/ion
terlarut. Terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad
renik. TSS berbanding lurus terhadap turbidity (kekeruhan)
dan berbanding terbalik terhadap transparancy (kejernihan).

Prinsip Kerja
Nilai TSS air dapat diketahui dengan metode gravimetri, yaitu
contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring
yang telah ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan
dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 103-
105ºC. Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi
total (TSS). Jika padatan tersuspensi menghambat saringan dan
memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan perlu
diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk
memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan
terlarut total dan padatan total (SNI 06-6989.3-2004).
PROSEDUR KERJA
Pengukuran TSS Secara Gravimetri

1 Alat Bahan
1. Desikator yang berisi 1. Kertas saring (glass-fiber filter)
silika gel. dengan beberapa jenis:
2. Oven, untuk Whatman Grade 934 AH, dengan
pengoperasian pada ukuran pori (Particle Retention) 1,5
suhu 103 ºC sampai µm ( Standar for TSS in water
dengan 105 ºC. analysis).
3. Timbangan analitik Elman type A/E, dengan ukuran
dengan ketelitian 0,1 pori (Particle Retention) 1,0 µm (
mg. Standar filter for TSS/TDS testing
4. Pengaduk magnetik. in sanitary water analysis
5. Pipet volume. procedures).
6. Gelas ukur. E-D Scientific Specialities grade
7. Cawan aluminium. 161 (VWR brand grade 161)
8. Cawan dengan ukuran pori (Particle
porselen/cawan Retention)1,1 µm ( Recommended
Gooch for use in TSS/TDS testing in
9. Penjepit water and wastewater).
10. Kaca arloji Saringan dengan ukuran pori 0,45
11. Pompa vacum. µm.
2. Air suling.

2 Persiapan dan Pengawetan Contoh Uji

Persiapan contoh uji: Gunakan wadah gelas atau botol plastik


polietilen atau yang setara.
Pengawetan contoh: Awetkan contoh uji pada suhu 4ºC, untuk
meminimalkan dekomposisi mikrobiologikal terhadap padatan.
Contoh uji sebaiknya disimpan < 24 jam.
PROSEDUR KERJA

3 Persiapan Pengujian
1. Letakkan kertas saring pada peralatan filtrasi. Pasang
vakum dan wadah pencuci dengan air suling berlebih 20 mL.
Lanjutkan penyedotan untuk menghilangkan semua sisa air,
matikan vakum, dan hentikan pencucian.
2. Pindahkan kertas saring dari peralatan filtrasi ke wadah
timbang aluminium.
3. Keringkan dalam oven pada suhu 103-105ºC selama 1 jam,
dinginkan dalam desikator kemudian timbang.
4. Ulangi langkah pada butir 3 sampai diperoleh berat konstan
atau sampai perubahan berat <4% terhadap penimbangan
sebelumnya atau <0,5 mg.

4 Pengujian
1. Lakukan penyaringan dengan peralatan vakum: basahi
saringan dengan sedikit air suling. Aduk contoh uji dengan
pengaduk magnetik agar homogen.
2. Pipet contoh uji dengan volume tertentu, pada waktu contoh
diaduk dengan pengaduk magnetik.
3. Cuci kertas saring atau saringan dengan 3 x 10 mL air suling,
biarkan kering sempurna, dan lanjutkan penyaringan dengan
vakum selama 3 menit agar diperoleh penyaringan
sempurna. Contoh uji dengan padatan terlarut yang tinggi
memerlukan pencucian tambahan.
4. Pindahkan kertas saring secara hati-hati dari peralatan
penyaring dan pindahkan ke wadah timbang aluminium
sebagai penyangga. Jika digunakan cawan Gooch pindahkan
cawan dari rangkaian alatnya.
5. Keringkan dalam oven ( 1 jam, suhu 103-105ºC), dinginkan
dalam desikator (menyeimbangkan suhu) dan timbang.
6. Ulangi tahapan pengeringan, pendinginan dalam desikator,
dan lakukan penimbangan sampai diperoleh berat konstan
atau sampai perubahan berat < 4% (0.5mg) .
PERHITUNGAN

Keterangan
A = Berat kertas saring + residu kering (mg)
B = Berat kertas saring (mg)

Catatan:
1. Jika filtrasi sempurna membutuhkan waktu lebih dari 10 menit,
perbesar diameter kertas saring atau kurangi volume contoh uji.
2. Ukur volume contoh uji yang menghasilkan berat kering residu 2,5
mg sampai dengan 200 mg. Jika volume yang disaring tidak
memenuhi hasil minimum, perbesar volume contoh uji sampai
1000 mL.

REFERENSI
Standar Nasional Indonesia Nomor 06-6989.3-2004 Tentang Air
dan Air Limbah-Bagian 3: Cara Uji Padatan Tersuspensi Total
(TSS) secara Gravimetri.

Standar Nasional Indonesia Nomor 6989.11 :2019 Tentang Cara


Uji Derajat Keasaman (pH) menggunakan pH Meter.

Standar Nasional Indonesia Nomor 6989.23-2005 Tentang Cara


Uji Suhu dengan Termometer.
5 UJI PARAMETER KIMIA AIR

Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat menggunakan,
mempersiapkan peralatan dalam pemeriksaan
parameter lapangan.
2. Mahasiswa dapat menggunakan alat-alat
portable sesuai standar (SOP).
3. Mahasiswa dapat menganalisis data hasil
praktikum pemeriksaan parameter kimia uji
laboratorium.

Metode Pengukuran Lapangan Parameter Kimia Air

1
pH diukur secara insitu
dengan pH meter portable

2
Daya hantar listrik diukur
secara insitu dengan
konduktivitimeter

Metode Uji Laboratorium Parameter Kimia Air

1 BOD ditentukan secara Iodometri


COD ditentukan secara titrimetri

2
Fosfat diukur dengan
spektrofotometer
PROSEDUR KERJA
A. Pemeriksaan Parameter Kimia Lapangan (Insitu)
Pengukuran pH
Alat Bahan
1. pH meter digital 1. Air baku
2. Botol sampel 2. Bubuk kalibrasi
3. Beaker glass
Alat uji kadar keasaman air yang digunakan
4. Sarung tangan
adalah pH meter 900 ISW. Alat ini dapat
5. Tisu
menguraikan derajat keasaman skala 0
6. Batang pengaduk
sampai 14

Cara Kerja
1. pH meter dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan aquadest dan
bubuk kalibrasi pH. Proses kalibrasi dilakukan dengan
mencelupkan ujung pH meter pada cairan kalibrasi (campuran
aquadest dan bubuk kalibrasi), kemudian keringkan ujung pH
meter dengan tisu.
2. Siapkan sampel yang akan diuji, kemudian pH meter dimasukkan
ke dalam sampel air dan tunggu beberapa menit sampai nilainya
stabil, kemudian catat hasil yang muncul pada layer display.
3. Lakukan pengulangan 3 kali pada setiap sampel
Pengukuran Daya Hantar Listrik
Alat Cara Kerja
1. Konduktivitimeter 1. Alat dikalibrasi menggunakan aquadest.
digital elektroda dicelupkan dalam aquadest,
2. Botol sampel kemudian dibiarkan hingga alat menunjukkan
3. Beaker glass angka 0 suhu 27ºC lalu elektroda dicuci lagi
4. Sarung tangan dengan akuades.
5. Tisu 2. Pengujian dengan mencelupkan elektroda ke
6. Batang pengaduk dalam sampel (kedalaman 50 mL) hingga
angka yang muncul pada konduktivitimeter
Bahan
konstan (tetap).
1. Air baku
3. Catat nilai yang muncul pada layar.
2. Bubuk kalibrasi
4. Dilakukan pengulangan 3 kali pada setiap
sampel.
5. Untuk pengukuran pada sampel yang
berbeda dilakukan pencucian lebih dahulu
menggunakan aquadest (SNI ISO 8894-2:210
dan Eviati, 2005).
B. Analisis laboratorium Parameter Kimia Air
Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat menggunakan, mempersiapkan
alat dan bahan dalam pemeriksaan sampel
melalui uji laboratorium.
2. Mahasiswa dapat menggunakan alat-alat uji
laboratorium sesuai standar (SOP).
3. Mahasiswa dapat menganalisis data hasil
praktikum pemeriksaan parameter melalui uji
laboratorium.

Uji Laboratorium Parameter BOD

Landasan Teori
BOD adalah jumlah milligram oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba
aerobik untuk menguraikan bahan organik karbon dalam 1 L air selama 5
hari pada suhu 20°C ± 1°C. Nilai parameter BOD digunakan untuk
menentukan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroba aerobik
untuk mengoksidasi bahan organik karbon dalam uji air limbah, effluent
atau air yang tercemar yang tidak mengandung atau yang telah
dihilangkan zat-zat toksik dan zat penganggu lainnya. Pengujian dilakukan
pada suhu 20°C ± 1°C selama 5 hari ± 6 jam.

Prinsip Kerja
Sejumlah contoh uji ditambahkan ke dalam larutan pengencer jenuh
oksigen yang telah ditambah larutan nutrisi dan bibit mikroba, kemudian
diinkubasi dalam ruang gelap pada suhu 20°C ± 1°C selama 5 hari ± 6
jam. Nilai BOD dihitung berdasarkan selisih konsentrasi oksigen terlarut 0
(nol) hari dan 5 (lima) hari. Bahan control standar dalam uji BOD ini
menggunakan larutan glukosa-asam glutamate.
PROSEDUR KERJA
B. Pemeriksaan Parameter Kimia Laboratorium
Pengukuran BOD
Alat
1. Botol DO
2. Lemari inkubasi atau water cooler, suhu 200C ± 10C, gelap.
3. Botol dari gelas 5 L – 10 L.
4. Pipet volumetrik 1,0 mL dan 10,0 mL.
5. Labu ukur 100,0 mL; 200,0 mL dan 1000,0 mL.
6. DO meter yang terkalibrasi.
7. Shaker.
8. Blender;
9. Oven.
10. Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg.

Bahan
1. Air bebas mineral jenuh oksigen (minimal 7,5 mg/L);
2. Larutan buffer fosfat 1 L: larutkan 8.5 g kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4);
21.75 g dikalium hidrogen fosfat (K2HPO4); 33.4 g dinatrium hidrogen fosfat
heptahidrat (Na2HPO4.7H2O); dan 1.7 g amonium klorida (NH4Cl) dalam air
bebas mineral, kemudian encerkan hingga 1 L. larutan ini menghasilkan
pH 7.2.
3. Larutan magnesium sulfat1 L.
4. Larutan kalsium clorida 1 L.
5. Larutan Feri Clorida 1 L.
6. Larutan air pengencer 1 L.
7. Larutan glukosa-asam glutamat (GGA)1 L: Keringka glukosa dan asam
glutamate pada suhu 103°C selama 1 jam. Timbang 150 glukosa dan 150
asam glutamate, kemudian larutkan dengan air bebas mineral hingga 1 L.
8. Larutan asam dan basa 1 N.
9. Larutan Natriun Hidroksida 1 L: Larutan asam sulfat: Tambahkan 28 mL
H2SO 4 pekat sedikit demi sedikit ke dalam ±8000 mL air bebas mineral
sambal di aduk, encerkan hingga mencapai 1 L.
10. Larutan Natriun sulfit.
11. 1 L inhibitor nitrifikasi Allylthiourea (ATU) (C4H8N2S); larutkan 2.0 g ATU
dalam 500 mL air bebas mineral, kemudian encerkan hingga 1 L dan
simpan pada suhu 4 °C (larutan ini stabil hingga 2 minggu).
12. Asam asetat glasial (CH3COOH); Encerkan 250 mL asam asetat glasial
dengan 250 mL air bebas mineral.
13. Larutan indikator amilum (kanji); masukkan 2 gr kanji dan ± 0.2 g asam
salisilat ke dalam 100 mL air bebas mineral panas kemudian aduk sambil
dipanaskan hingga larut.
PROSEDUR KERJA

Pengawetan contoh uji


Penyimpanan contoh sesaat (grab sample)
Lama Penyimpanan Contoh Suhu Penyimpanan
< 2 jam Tidak perlu disimpan di lemari pendingin
2-6 jam ≤ 4 °C
>6-24 jam ≤ 4 °C dan catat lama waktu penyimpanan
> 24 jam Contoh tidak mewakili untuk uji BOD
Penyimpanan contoh gabungan (composite sample)
Selama pengumpulan, penyimpanan contoh dilakukan pada suhu ≤ 40C. Batas
periode pengumpulan contoh maksimal 24 jam dari waktu pengambilan contoh
terakhir.

Cara Kerja
1. Siapkan 2 buah botol DO, tandai masing-masing dengan A1 dan A5.
2. Masukkan larutan contoh uji ke dalam masing-masing botol DO A1 dan A5
sampai meluap, kemudian tutup botol dan hindari terbentuknya gelembung
udara.
3. Kocok kemudian tambahkan air bebas mineral disekitar mulut botol DO yang
telah ditutup.
4. Simpan botol A5 dalam lemari indikator 20 C ± 1 C selama 5 hari.
5. Lakukan pengukuran oksigen terlarut pada botol A1 dengan DO meter yang
terkalibrasi. Hasil pengukuran adalah oksigen terlarut nol hari (A1). Pengukuran
oksigen terlarut pada nol hari harus dilakukan paling lambat 30 menit setelah
pengenceran.
6. Ulangi langkah 5 pada botol A5 yang telah diinkubasi 5 hari ± 6 jam. Hasil
pengukuran yang diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut 5 hari.
7. Ulangi langkah 1-6 untuk penetapan blanko menggunakan larutan pengencer
tanpa contoh uji. Hasil pengukuran yang diperoleh merupakan nilai oksigen
terlarut nol hari (B1) dan nilai oksigen terlarut 5 hari (B2).
8. Ulangi langkah 1-6 untuk penetapan control standar menggunakan larutan
glukosa asam glutamate. Hasil pengukuran yang diperoleh merupakan nilai
oksigen terlarut nol hari (C1) dan nilai oksigen terlarut 5 hari (C2).
9. Ulangi langkah 1-6 terhadap beberapa macam pengenceran contoh uji.
Perhitungan Keterangan
BOD5 : Nilai BOD contoh uji (mg/L)
A1 : Kadar oksigen terlarut sampel sebelum inkubasi (0 hari) (mg/L)
A5 : Kadar oksigen terlarut sampel setelah inkubasi (5 hari) (mg/L)
B1 : Kadar oksigen terlarut blanko sebelum inkubasi (0 hari) (mg/L)
B2 : Kadar oksigen terlarut blanko setelah inkubasi (5 hari) (mg/L)
VB : Volume suspensi mikroba (mL) dalam botol DO blanko
Vc : Volume suspensi mikroba (mL) dalam botol contoh uji
P : Perbandingan Volume contoh (V1) per volume total (V2)
Uji Laboratorium Parameter COD

Landasan Teori
Chemical Oxygen Demand adalah pengukuran oksigen equivalent dari bahan
organic dan anorganik dalam sampel air yang mampu dioxidase oleh bahan
kimiawi pengoksidasi yang kuat seperti bichromat.

Prinsip Kerja
Metode refluks terbuka secara titrimetric digunakan untuk penentuan kadar
kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dalam air dan air limbah secara refluk
terbuka dengan kisaran kadar KOK antara 50 mg/L O2 sampai dengan 900
mg/L O2 . Metode ini tidak berlaku bagi contoh uji air yang mengandung ion
klorida lebih besar dari 2000 mg/L.
Alat
1. Peralatan refluks, yang terdiri dari labu erlenmeyer, pendingin Liebig 30 cm.
2. Hot plate atau yang setara.
3. Labu ukur 100 mL dan 1000 mL.
4. Buret 25 mL atau 50 mL.
5. Pipet volume 5 mL; 10 mL; 15 mL dan 50 mL.
6. Erlenmeyer 250 mL (labu refluk).
7. Timbangan analitik.
Bahan
1. Larutan baku kalium dikromat 0,25 N.
2. Larutan asam sulfat – perak sulfat.
3. Larutan indikator ferroin.
4. Larutan ferro ammonium sulfat (FAS) 0,1 N: larutkan 39,2 g Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O
dalam air suling, tambahkan 20 mL H2SO4 pekat, dinginkan dan tepatkan sampai
1000 mL. Bakukan larutan ini dengan larutan baku kalium dikromat 0,25 N.
5. Larutan baku potassium hydrogen phthalate (KHP): larutkan 425 mg KHP (yang
telah dihaluskan dan dikeringkan pada 110 C), dalam air suling dan tepatkan
sampai 1000 mL. Larutan ini mempunyai kadar KOK 500 mg/L O2. Bila disimpan
dalam refrigerator dapat digunakan sampai 1 minggu selama tidak ada
pertumbuhan mikroba.
6. Asam sulfamat (jika ada gangguan nitrit) 10 mg AS untuk 1 mg nitrit.
7. Serbuk merkuri sulfat (HgSO4).
8. Batu didih.
PROSEDUR KERJA

Pengawetan Contoh Uji


1. Aduk contoh uji hingga homogen dan segera lakukan analisis.
2. Contoh uji diawetkan dengan menambahkan H2SO 4 sampai pH lebih
kecil dari 2,0 dan contoh uji disimpan pada pendingin 4°C dengan
waktu simpan 7 hari.

Cara Kerja
1. Pipet 10 mL contoh uji, masukkan kedalam erlenmeyer 250 mL.
2. Tambahkan 0,2 g serbuk HgSO4 dan beberapa batu didih.
3. Tambahkan 5 mL larutan kalium dikromat, K2Cr2O7 0,25 N.
4. Tambahkan 15 mL pereaksi asam sulfat – perak sulfat perlahan-
lahan sambil didinginkan dalam air pendingin.
5. Hubungkan dengan pendingin Liebig dan didihkan diatas hot plate
selama 2 jam.
6. Dinginkan dan cuci bagian dalam dari pendingin dengan air suling
hingga volume contoh uji menjadi lebih kurang 70 mL Dinginkan
sampai temperatur kamar, tambahkan indikator ferroin 2 sampai
dengan 3 tetes, titrasi dengan larutan FAS 0,1 N sampai warna
merah kecoklatan, catat kebutuhan larutan FAS.
7. Lakukan langkah 1 sampai dengan 6 terhadap air suling sebagai
blanko. Catat kebutuhan larutan FAS. Analisis blanko ini sekaligus
melakukan pembakuan larutan FAS dan dilakukan setiap penentuan
KOK.
Perhitungan
Keterangan
V1 : Volume larutan K2Cr2O7 (mL)
V2 : Volume larutan FAS (mL)
N1 : Normalitas larutan K2Cr2O7

Keterangan
A : Volume larutan FAS blanko (mL)
B : Volume larutan FAS contoh (mL)
N : Normalitas larutan FAS
Uji Laboratorium Parameter FOSFAT
Landasan Teori
Fosfat merupakan senyawa kimia dalam bentuk ion yang dapat menurunkan
kualitas perairan dan membahayan kehidupan makhluk hidup. Kadar fosfor
dalam jumlah besar pada air dapat dikenali dengan bau tidak sedap, warna air
berbah menjadi lebih hijau dan warna air akan semakin keruh. Hal ini akan
memicu proses eutrofikasi. Eutrofikasi menyebabkan permukaan air akan
tertutup akibat ledakan populasi ganggang sedemikian besarnya sehingga
menghalangi tumbuhnya spesies-spesies lainnya baik itu tumbuhan maupun
hewan yang membutuhkan cahaya. Ketika lapisan ganggang akan menebal
maka lapisan bawahnya akan tenggelam dan mati sehingga jamur dan bakteri
yang mengurai akan bertambah banyak dan menyerap seluruh oksigen dalam
air dan yang tersisa hanya spesies yang toleran terhadap polusi air dan dapat
bertahan pada tingkat oksigen yang rendah (Meilani, 2020).

Prinsip Kerja
Nilai fosfat diuji menggunakan spektrofotometer secara asam askorbat dalam
contoh air dan air limbah pada kisaran kadar 0,01 mg P/L sampai dengan 1,0
mg P/L pada panjang gelombang 880 nm. Dalam suasana asam, amonium
molibdat dan kalium antimonil tartrat bereaksi dengan ortofosfat membentuk
senyawa asam fosfomolibdat kemudian direduksi oleh asam askorbat menjadi
kompleks biru molibden.

Bahan
1. Spektrofotometer;
2. Timbangan analitik;
3. Erlenmeyer 125 mL;
4. Labu ukur 100 mL; 250 mL dan 1000 mL;
5. Gelas ukur 25 mL dan 50 mL;
6. Pipet ukur 10 mL;
7. Pipet volumetrik 2 mL; 5 mL; 10 mL; 20 mL dan 25 mL;
8. Gelas piala 1000 mL; dan
9. Pipet tetes
PROSEDUR KERJA

Bahan
1. Larutan asam sulfat (H2 SO4 ) 5N: Masukkan dengan hati-hati 70 mL
asam sulfat pekat ke dalam gelas piala yang berisi 300 mL air suling
dan diletakkan pada penangas es. Encerkan larutan dengan air suling
sampai 500 mL dan dihomogenkan.
2. Larutan kalium antimonil tartrat (K(SbO)C4 H 4 O 6 .½ H 2O): Larutkan
1,3715 g kalium antimonil tartrat dengan 400 mL air suling dalam labu
ukur 500 mL. Kemudian tambahkan air suling hingga tepat tanda tera
dan dihomogenkan.
3. Larutan amonium molibdat ((NH 4 )6Mo 7 O2 .4H 2 O): Larutkan 20 g
ammonium molibdat dalam 500 mL air suling dan dihomogenkan.
4. Larutan asam askorbat, C6H8O 6 0,1 M
5. Larutan campuran: Campurkan secara berturut-turut 50 mL H2SO4 5N,
5 mL larutan kalium antimonil tartrat, 15 mL larutan ammonium
molibdat dan 30 mL larutan asam askorbat.
6. Larutkan 1,76 g asam askorbat dalam 100 mL air suling.
7. Kalium dihidrogen fosfat anhidrat (KH2PO4)

Persiapan Pengujian
1. Pembuatan larutan induk fosfat 500 mg P/L: larutkan 2,195 g kalium
dihidrogen fosfat anhidrat, KH2 PO4 dengan 100 mL air suling dalam
labu ukur 1000 mL; tambahkan air suling sampai tepat pada tanda
tera dan dihomogenkan.
2. Pembuatan larutan baku fosfat 10 mg P/L: pipet 2 mL larutan induk
fosfat 500 mg P/L dan masukkan ke dalam labu ukur 100 mL;
tambahkan air suling sampai tepat pada tanda tera dan
dihomogenkan.
3. Pembuatan larutan kerja fosfat: pipet 0 mL; 5 mL; 10 mL; 20 mL dan
25 mL larutan baku fosfat yang mengandung 10 mg P/L dan
masukkan masing-masing ke dalam labu ukur 250 mL; tambahkan air
suling sampai tepat pada tanda tera kemudian dihomogenkan
sehingga diperoleh kadar fosfat 0,0 mg P/L; 0,2 mg P/L; 0,4 mg P/L;
0,8 mg P/L dan 1,0 mg P/L.
PROSEDUR KERJA

Pembuatan Kurva Kalibrasi


1. Optimalkan alat spektrofotometer sesuai dengan petunjuk
alat untuk pengujian kadar fosfat;
2. Pipet 50 mL larutan kerja dan masukkan masing-masing ke
dalam erlenmeyer;
3. Tambahkan 1 tetes indikator fenolftalin. Jika terbentuk
warna merah muda, tambahkan tetes demi tetes H2SO4 5N
sampai warna hilang;
4. Tambahkan 8 mL larutan campuran dan dihomogenkan;
5. Masukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca
dan catat serapannya pada panjang gelombang 880 nm
dalam kisaran waktu antara 10 menit sampai 30 menit;
6. Buat kurva kalibrasi dari data (5) atau tentukan persamaan
garis lurusnya.

Cara Kerja
1. Pipet 50 mL contoh uji secara duplo dan masukkan masing-
masing ke dalam erlenmeyer;
2. Tambahkan 1 tetes indikator fenolftalin. Jika terbentuk warna
merah muda, tambahkan
3. Tetes demi tetes H2SO4 5N sampai warna hilang;
4. Tambahkan 8 mL larutan campuran dan dihomogenkan;
5. Masukkan ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, baca
dan catat serapannya pada panjang gelombang 880 Nm
dalam kisaran waktu antara 10 menit sampai 30 menit.

Perhitungan

Keterangan
C = Kadar hasil pengukuran (mg/L)
fp = Faktor pengenceran
REFERENSI
Standar Nasional Indonesia Nomor 6989.72-2009 Tentang Air dan
Air Limbah-Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)

Standar Nasional Indonesia Nomor 06-6989.15-2004 tentang Air


dan air limbah Bagian 15: Cara Uji Kebutuhan Oksigen Kimiawi
(KOK) Refluks Terbuka Dengan Refluks Terbuka Secara Titrimetric.

Standar Nasional Indonesia Nomor 6989.31-2005 tentang Air dan


air limbah – Bagian 31: Cara uji kadar fosfat dengan
spektrofotometer secara asam askorbat.

Meilani, Safira R. 2020. Verifikasi Metode Penentuan Fosfat dalam


Air Permukaan Menggunakan Spektrofotometer UV-VIS di PT Karsa
Buana Lestari. Program Studi Diploma III Analisis Kimia Fakultas
MIPA Universitas Islam Indonesia: Yogyakarta.
6 UJI PARAMETER BIOLOGI AIR

Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat menggunakan, mempersiapkan
alat dan bahan dalam pemeriksaan parameter
biologi air metode MPN.
2. Mahasiswa dapat menggunakan alat-alat dalam
pemeriksaan parameter biologi air metode MPN
sesuai standar (SOP)
3. Mahasiswa dapat menganalisis data hasil
praktikum pemeriksaan parameter biologi air.

Landasan Teori
Bakteri coliform adalah mikroorganisme yang dapat digunakan sebagai
indikator untuk menentukan kualitas sumber air yang terkontaminasi.
Metode pengujian untuk mengidentifikasi keberadaan bakteri coliform
adalah Most Probable Number (MPN) atau dengan metode Total Plate
Count (TPC). Metode MPN (Most Probable Number) merupakan metode
perhitungan sel terutama untuk perhitungan bakteri coliform berdasarkan
jumlah perkiraan terdekat yaitu perhitungan dalam range tertentu dan
dihitung sebagai nilai duga dekat secara statistik dengan merujuk pada
tabel MPN (Harti, 2015).
Prinsip Kerja

Uji penduga
Mikroorganisme pada (presumptive test)
sampel air ditumbuhkan
dalam media LB dan BGLB
dengan konsentrasi
berbeda. Pertumbuhan
mikroorganisme dilihat dari
Uji penguat
(confirmed test)
gas yang tertangkap pada
tabung Durham. Konsentrasi
mikroorganisme diperkirakan
dengan tabel MPN. 3
tahapan Metode MPN: Uji pelengkap
(Completed test)
PROSEDUR KERJA

Alat Bahan
1. 19 buah tabung reaksi 1. Sample air
2. 19 buah tabung Durham 2. Lactosa Broth (LB)
3. Inkubator 3. Brilliant Green Lactosse Bill
4. Pipet Broth (BGLB)
5. Jarum Ose 4. Kapas
6. Lampu Spritus
7. Beaker glass

Cara Kerja
Preparasi Sampel: Sampel Air Bersih diencerkan terlebih dahulu
dengan cara diambil sampel sebanyak 10 ml ditambahkan 90 mL
akuades steril di dalam beaker glass.

Presumtive Test:
1. Masukkan LB double (26 gr LB yang dilarutkan dalam 1 ltr
aquadest) ke dalam tabung no 1 – 5. Masukkan LB single (13 gr
LB yang dilarutkan dalam 1 ltr aquadest) ke dalam tabung no 6
dan 7. Masing-masing sebanyak 10 ml dan tutup dengan kapas.
2. Masukkan tabung Durham dalam posisi terbalik ke dalam setiap
tabung berisi LB.
3. Panaskan pipet dengan lampu spritus kemudian ambil 10 ml
sample air , masukkan ke dalam tabung nomor 1. Pastikan selalu
bekerja dekat dengan lampu spritus untuk mencegah
kontaminasi. Lakukan hal yang sama sampai tabung no 5.
4. Masukkan 1 ml sampel air ke dalam tabung no 6 dan 0,1 ml
sample air ke dalam tabung no 7.
5. Inkubasi semua tabung yang bersisi sample pada suhu 37
selama 2 x 24 jam
6. Hasil positif ditunjukkan dengan tertagkapnya gas dalam tabung
Durham
7. Konsentrasi bakteri coliform kemudian ditentukan dengan
mencocokkan pada tabel MPN
PROSEDUR KERJA

Cara Kerja
Confirmative Test
1. Siapkan 2 buah tabung reaksi berisi BGLB dan tabung
durham untuk setiap tabung dari presumptive test yang
positif. Masing-masing diberi label 44°C dan 37°C.
2. Panaskan jarum ose dengan lampu spritus, kemudian
pindahkan koloni dari satu tabung positif ke dalam 2 buah
tabung berisi BGLB. Kocok agar homogen. Lakukan
selanjutnya untuk tabung positif lainnya.
3. Inkubasi sesuai dengan suhu pada label selama 2 x 24 jam.
4. Hasil positif pada tabung yang dikinkubasi pada 37°C
menunjukkan adanya coliform, sedangkan hasil positif pada
inkubasi 44°C menunjukkan adanya fecal coli.

Penentuan Nilai MPN


Pembacaan hasil dilakukan dengan menghitung jumlah tabung yang
positif. Angka yang diperoleh dicocokkan dengan tabel MPN.
REFERENSI
Standar Nasional Indonesia Nomor 6989.72-2009 Tentang Air dan
Air Limbah-Bagian 72: Cara Uji Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)

Standar Nasional Indonesia Nomor 06-6989.15-2004 tentang Air dan


air limbah Bagian 15: Cara Uji Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK)
Refluks Terbuka Dengan Refluks Terbuka Secara Titrimetric.

Standar Nasional Indonesia Nomor 6989.31-2005 tentang Air dan air


limbah – Bagian 31: Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer
secara asam askorbat.

Meilani, Safira R. 2020. Verifikasi Metode Penentuan Fosfat dalam


Air Permukaan Menggunakan Spektrofotometer UV-VIS di PT Karsa
Buana Lestari. Program Studi Diploma III Analisis Kimia Fakultas
MIPA Universitas Islam Indonesia: Yogyakarta.
Lampiran 1 Jurnal Praktik

Hari/Tanggal :
Judul Praktik :
Prinsip Kerja :

Alat Bahan
1. ..... 1. .....
2. ..... 2. .....
3. ..... 3. .....
4. dst 4. dst

Prosedur Kerja
1. .....
2. .....
3. .....
4. ....
.
.
.
dst

Diketahui.
Pengawas Praktik

(...................................)
Lampiran 2 Jurnal Praktikum

Hari/Tanggal :
Judul Praktik :
Prinsip Kerja :

Alat Bahan
1. ..... 1. .....
2. ..... 2. .....
3. ..... 3. .....
4. dst 4. dst

Prosedur Kerja
1. .....
2. .....
3. .....
4. ....
.
.
.
dst

Hasil Uji Parameter


...........................................................................................
.........
Perhitungan
...........................................................................................
.........
Diketahui.
Pengawas Praktik

(...................................)
Format Laporan Akhir
Lampiran 3
Praktik

1. Sampul
2. Lembar Pengesahan
3. Pengantar
4. Daftar Isi
5. Isi Laporan
Judul praktik
Landasan teori mencakup: pentingnya desain TLTG
yang dikembangkan dalam mengatasi
permasalahan lingkungan pada masyarakat.
Prinsip Kerja
Alat dan Bahan
Prosedur Desain Alat (dibuat dalam bentuk poin,
tidak tabel)
Desain TLTG (Skema)
Pembahasan antara lain mencakup: (a) Mekanisme
kerja alat, (b) Efektivitas alat, (c) Kelebihan dan
kelemahan alat, (d) Pemeliharaan alat, (e) Hal-hal
lain yang anda rasa perlu
Kesimpulan dan Saran
6. Referensi
7. Lampiran
Catatan:
1. Kemiripan laporan (Landasan teori dan pembahasan)
akan menerima sanksi berupa pengurangan nilai sebesar
50% bagi kedua belah pihak.
2. Laporan dibuat dengan ditulis tangan dan dapat menggunakan
kertas bekas
3. Laporan tidak dijilid, cukup dihekter atau dijepit
Format Laporan Akhir
Lampiran 3
Praktikum

1. Sampul
2. Lembar Pengesahan
3. Pengantar
4. Daftar Isi
5. Isi Laporan
Judul praktikum
Landasan teori mencakup: mengapa parameter tersebut
bisa menjadi indikator kualitas lingkungan, teori-teori
mengenai parameter yang diukur; sifat, sumber,
konsentrasi di lingkungan, dan manfaat pengukuran
parameter tersebut
Prinsip Kerja
Alat dan Bahan
Prosedur (dibuat dalam bentuk poin, bukan tabel)
Hasil uji/Data
Perhitungan
Pembahasan mencakup: (a) mengapa prinsip atau metode
tersebut yang digunakan dalam pengukuran parameter, (b)
kesesuaian prinsip pengukuran/prinsip kerja , (c) langkah
dalam pengukuran dan tujuan dilakukannya langkah
tersebut, (d) hasil pengukuran, (e) Ulasan hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pengukuran sehingga diperoleh
akurasi pengukuran yang baik, (f) potensi kesalahan
pegukuran selama praktikum, (g) Hal-hal ldianggap perlu.
Kesimpulan dan Saran
6. Referensi
7. Lampiran
Catatan:
1. Kemiripan laporan (Landasan teori dan pembahasan)
akan menerima sanksi berupa pengurangan nilai
sebesar 50% bagi kedua belah pihak.
2. Laporan dibuat dengan ditulis tangan dan dapat
menggunakan kertas bekas
3. Laporan tidak dijilid, cukup dihekter atau dijepit
Keep The Environment sustainable
for the future, Because just ONE EARTH
There is NO PLANET B for human lifes

Thank You

Anda mungkin juga menyukai