Anda di halaman 1dari 2

Paper 6.

Nama : Mohamad Yudha Sulistio

NPM : 14215270

Kelas : 1EA17

Fakultas : Ekonomi

Jurusan : Manajemen

Manusia dan Kasih Sayang

Berikut adalah sebuah cerpen tentang kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya.

Kasih Sayang Seorang Ibu

Matahari masih belum terbit, adzan subuh masih belum berkumandang. Tapi,dengan
bantuan anaknya Minah mempersiapkan barang dagangannya yang akan di bawa ke pasar.
Minah berkata “Ina nanti semuanya susun di keranjang ya”. “Iya bu” jawab Ina. Setelah
semua dagangan Minah di susun dalam keranjangnya Minah berangkat menuju pasar
tempat biasa dia menjajakan dagangannya. Dengan langkah yang perlahan Minah
membawa beban yang lebih dari 8kg di pundaknya. Mungkin ia ingin mengeluh, namun ia
tak memilki waktu untuk itu. Sebab jangankan untuk memikirkan sesuatu yang tak berguna
seperti itu, untuk sekedar beristirahat sejenak saja ia tak bisa. Waktu mendekati pukul
setengah 4 pagi, ia harus bergegas sebelum kehabisan tempat untuk menjajakan barang
dagangannya.

Setelah suaminya meninggal dunia Minah terpaksa untuk bekerja agar bisa memenuhi
kebutuhan hidup dia dan anaknya. Setiap hari ia harus berperan ganda, yaitu suatu saat ia
harus menjadi seorang ayah, dan suatu saat dia harus berada di jalannya sebagai seorang
ibu. Walaupun ia harus berperan sebagai seorang ayah dan juga seorang ibu, ia tetap
mensyukuri hiup ini. Dan ia bahagia asalkan ia bisa hidup bersama anaknya.

Setiba di pasar ia mulai menurunkan barang dagangan yang ada di pundaknya dan
mengeluarkan barang dagangannya. Dengan hati–hati Minah menyusun barang
dagangannya di atas sebuah terpal yang tak begitu besar. Dengan penuh harap dia
menunggu pembeli yang akan membeli barang dagangannya. Setelah sabar menunggu
beberapa orang mulai berdatangan untuk membeli barang danggannya. Dengan wajah
tersenyum dia melayani orang-orang yang hendak membeli barang dagangannya.

Matahari telah lama terbit, suasana di pasar mulai sepi, hanya ada beberapa pedagang
yang belum menghabiskan barang dagangannya. Dengan wajah sedikit murung Minah
melihat barang dagangannya. Barang – barang yang ia bawa dari rumah masih tersisah
seperempat bagian. Karena pedagang yang lain sudah mulai membersikan sisa-sisa barang
dagangannya, dengan terpaksa Minah membawa pulang sisa barang dagangannya.

Minah segera pulang kerumah untuk beristirahat dan menghangatkan tubuh yang dihembus
angin pagi. Baru sejenak ia beristirahat, tapi beberapa perkerjaan rumah tangga harus
segera dikerjakan. Adzan zuhur tak lama lagi akan berkumandang dan pekerjaan Minah
baru selesai. Setelah lelah bekerja Minah melanjutkan istirahatnya. Setelah adzan zuhur
berkumandang ia melaksanakan shalat.

Tak lama kemudian Ina pulang, ia lalu mengucapkan salam “Assalamualaikum bu.” Lalu
dijawab dengan ibunya “Waalaikum salam nak.” Sambil mencium tangan ibu Ina berkata
“Bu, seragam sekolah ku sudah rusak dan sempit bu.”, Ibunya berkata “Oh iya nak nati ibu
ngumpulin uang dulu ya, baru kita beli baju sekolahmu yang baru.”. Ina menjawab “Yah bu,
tapi jangan kelamaan ya bu.” Dengan tubuh yang masih setengah lelah Minah mulai
memutar otak. Ia memikirkan bagaimana caranya ia bisa mengumpulkan uang untuk
membelikan seragam sekolah baru untuk anaknya.

Di bawah terik matahari Minah berkeliling kampung, untuk mencari pekerjaan tambahan.
Sehingga ia bisa membelikan anaknya seragam sekolah yang baru. Minah mendatangi
rumah tetangganya satu-persatu dan bertanya apakah ada pekerjaan yang bisa ia lakukan
untuk mendapat upah.

Akhirnya Minah mendapat pekerjaan tambahan pada hari itu yaitu sebagai tukang cuci di
rumah tetangganya tanpa sepengetahuan anaknya. Setelah satu jam bekerja Minah
mendapatkan upah. Setelah uang hasil berjualan tadi pagi dan upah mencuci tadi cukup
untuk membeli seragam baru Minah pun pergi ke pasar untuk membeli seragam baru untuk
anaknya.

Setelah membeli seragam baru Minah pun pulang ke rumah. Setelah sampai di rumah
Minah pun mengetuk pintu dan berkata :Assalamualikum nak.” Ina pun membukakan pintu
sambil berkata “Waalaikum salam bu, ibu darimana saja?” “Ibu habis dari pasar nak beli
seragam baru untuk kamu.” Kata Minah sambil memberikan seragam baru kepada anaknya.
“Alhamdulillah terimakasih ibu sudah mau membelikan Ina seragam baru.” Kata Ina sambil
memeluk ibunya. “Iya sama-sama nak, belajar yang rajin ya nak biar sukses.” Kata Minah.

Keesokan harinya Ina pun pergi ke sekolah dengan tampak ceria dan sangat bersemangat.
Ia ingin membalas pengorbanan ibunya dengan cara belajar yang rajin.

Anda mungkin juga menyukai