Anda di halaman 1dari 2

Ujian Kejujuran Seorang Pedagang Batagor

Nama penjual batagor itu adalah Teguh. Sehari-hari beliau bisa dipanggil Mang Teguh. Biasanya
beliau berkeliling mendorong gerobak batagor sejak pagi hari dan pulang menjelang Magrib.
Kegiatan berjualan ini sudah ia lakukan puluhan tahun, dan syukur dagangannya selalu
disenangi oleh para pelanggan, terutama para Emak dan anak-anak sekolah.

Pada suatu pagi sebelum berangkat berjualan, tiba-tiba anaknya yang sudah SMA melapor ke
Mang Teguh seraya meminta uang SPP.

“Ayah, aku sudah menunggak SPP 3 bulan. Jika dalam dua hari ini tidak dilunasi, maka aku
bakal di-skors bahkan diancam dikeluarkan dari sekolah. Bagaimana ini, Ayah?” “Tunggu ya,
Nak. Besok Ayah upayakan agar uangnya ada. Kamu pokoknya belajar yang rajin, Ayah akan
cari uang yang banyak hari ini dan semoga dagangan kita laris.”

Beliau berangkat dengan perasaan cemas. Tahu sendiri, sekarang sedang ada wabah pandemi
sehingga banyak orang lebih betah berdiam di rumah. Sekolah pun digelar secara daring. Alhasil
batagor jualan Mang Teguh cukup sepi pembeli. Di tengah perjalanan, tiada disangka Mang
Teguh melihat ada pasangan yang keluar dari mobil seraya bertengkar. Entah apa yang mereka
ributkan sampai-sampai pihak perempuan melempar tas dan sepatunya. Tanpa sempat melerai,
pasangan tersebut sudah terlanjur pergi menaiki mobil, sedangkan barang-barang seperti alat
kosmetik dan sepatu masih tertinggal di pinggir jalan. Mang Teguh yang sudah sampai di lokasi
kejadian tiada terduga menemukan sebuah dompet. Ketika ia coba lirik, ternyata ada banyak
uang dan kartu berharga. Uangnya kira-kira ada sekitar 5 juta. Mang Teguh pun ingat dengan
permintaan anaknya tentang SPP sekolah, tapi jauh dari dalam lubuk hatinya beliau ingin
mengembalikan dompet tersebut. Secara, selain ada uang Rp5 juta, ada pula banyak kartu
berharga seperti KTP, kartu kredit, ATM, dan beberapa administrasi penting lainnya. Tanpa
berpikir panjang, Mang Teguh langsung saja mendorong gerobak batagornya ke alamat yang
tertuju di dompet seraya berharap agar bisa bertemu dengan pasangan yang bertengkar tadi.

Ternyata jauh!

Mang teguh berangkat pukul 11 pagi, dan tiba di alamat pemilik dompet jam 3 sore. Ia agak
cemas dan sedih. Dagangannya belum ada yang beli. Tapi di sisi yang sama, Mang Teguh sudah
berjanji kepada dirinya sendiri untuk berperilaku jujur sekaligus amanah.

“Assalamu’alaikum. Permisi…Pak, Bu?”. Sesaat setelah mengetuk pintu, tiba-tiba terdengar


jawaban dari seorang perempuan.

“Walaikumussalam, ada perlu apa ya, Pak?”

“Begini, Bu. Apakah benar Ibu yang namanya Anita?”


“Iya benar, Pak, dengan Saya sendiri.”

“Ini, Bu. Tadi ketika di jalan Saya tidak sengaja melihat Ibu bertengkar. Lalu Saya menemukan
dompet ini.”

Mang Teguh pun menunjukkan dompet dan mengembalikannya kepada Bu Anita.

“Alhamdulillah, Ya Rabb. Benar sekali, Pak. Terima kasih banyak, Pak. Ini dompet saya, ada
banyak barang berharga di dalamnya.”

“Iya, sama-sama, Bu.”

“Tunggu, tunggu. Jadi Bapak berjalan dari lokasi jatuhnya dompet sampai ke sini dengan jalan
kaki dan mendorong gerobak batagor ini?”

“Iya, Bu. Kalau begitu, saya pamit dulu ya Bu. Soalnya hari sudah sore dan Saya ingin segera
pulang ke rumah.”

“Masya Allah, ternyata masih banyak orang baik nan jujur di kota ini. Tunggu, Pak. Ini Saya ada
sedikit rezeki untuk keluarga Bapak, hitung-hitung untuk mengganti ongkos jalan kaki Bapak
yang telah mengantarkan dompet ini kembali.”

Terlihat Bu Anita mengeluarkan uang sebanyak 1 juta dan berniat memberikannya kepada
Mang Teguh.

“Waduh, tidak usah, Bu. Saya ikhlas. Saya permisi ya, Bu. Assalamu’alaikum.”

Mang Teguh sontak menolak uang pemberian Bu Anita seraya kembali mendorong gerombak.
Bibirnya tampak tersenyum, tapi hatinya tetap cemas. Tapi, ada situasi yang cukup aneh. Di
tengah perjalanan pulang, tiba-tiba saja ada banyak pembeli batagor menghampiri Mang
Teguh. Ada sekitar 300 orang waktu itu. Mang Teguh kaget seraya kegirangan. Dalam waktu 1
jam saja, akhirnya batagor jualannya habis. Ternyata tanpa sepengetahuan Mang Teguh, Bu
Anita yang tadinya baru saja mendapatkan dompetnya kembali sempat menelepon para
karyawan di perusahaan dan meminta mereka untuk membeli batagor Mang Teguh. Siapa
sangka peristiwa ini bisa terjadi. Inilah ujian kejujuran bagi Mang Teguh, bahwa segala yang baik
akan kembali ke hal yang baik pula. Karena barang dagangannya habis, Mang Teguh pun dapat
untung banyak serta bisa membayar SPP sekolah anaknya. Alhamdulillah!.

Anda mungkin juga menyukai