Anda di halaman 1dari 2

Ibuku digauli Tukang Ojek

TEMAN-teman sekolah panggil namaku Rahma cerita dewasa. Orang bilang ibuku cantik,
wajahnya mirip artis Sopia Latujuba, mantan istri musisi Indra Lesmana. Bekerja
jadi pelayan toko, teman-teman seprofesi ibu tak ada yang tau, apalagi bos pemilik
toko, kalau ibuku sudah menikah dan punya anak.
Selama ibu bekerja, berangkat ke toko, ibu selalu dijemput tukang ojek, pulangnya
diantar pemilik toko. Terkadang istrinya yang mengantar, bisa juga suaminya, yang
paling sering diantar suami istri pemilik toko.
Ibu berlangganan dengan tukang ojek, Rp 100 ribu per bulan. Sedangkan aku selalu
dijemput teman, namanya Heny, teman satu ruangan klas. Heny sendiri di antar jemput
sama om Frengky, ayah Heny, menggunakan mobil Escudo. Ayah Heny seorang kontraktor
bersatus duda, ditinggal mati istrinya dua tahun lalu.
Setiap hari pergi kesekolah aku dijemput Heny, pulang diantar. Demikian ibu, pagi
dijemput tukang ojek, sore diantar pemilik toko. Kondisi seperti ini rutin setiap
hari. Suatu saat aku dari sekolah langsung kerumah Heny. Dari rumah Heny di Jalan
HM. Arsad, arah Samuda, aku telepon ibu di toko. Aku kasih tau ibu, aku ada di
rumah Heny teman satu klas.
�Ibu, aku dirumah Heny, mungkin pulangnya malam karena menemani Heny. Papahnya
belum pulang dari Kasongan. Nanti, kalau papahnya sudah datang, baru diantar
pulang,� kataku dengan ibu. Ibu lantas menjawab. �Ya, hati-hati ya nak,� ucap ibu.
Sekitar pukul 20.00 WIB, tit..titttttt.....suara klakson mobil diluar pagar rumah.
Rupanya papah Heny baru datang dari Kasongan Kabupaten Katingan. Kami berdua Heny
langsung keluar. �Heny kamu tinggal dirumah aja ya,� kata papahnya. �Iya papah,�
sahut Heny.
Untuk pertama kalinya aku diantar pulang papah Heny, tanpa didampingi temanku Heny.
Karena kursi bagian depan kosong, aku diminta papahnya Heny duduk didepan. Sampai
didepan gang rumah, begitu mobil berhenti, aku langsung membuka pintu mobil.
Saat kaki kiriku diturunkan ke tanah, sementara kaki kanan masih terlipat menempel
di jok mobil. Tiba-tiba papah Heny bilang, dengan sura bisik-bisik. �Rahma, kamu
cantik,� sambil memegang tangan kananku. Sedangkan tangan kiriku masih memegang
pintu mobil.
�Kamu mirip wajah ibumu,� timpal papah Heny. �Ah masa, aku cantik. Om ngada-ngada
aja,� jawabku. Saat tanganku di pegang, aku mersakan ada getaran, ada sesuatu yang
berbeda dari biasanya. Bahkan saat aku mengatakan, �Ah masa aku cantik om�. Aku
merasakan nada bicaraku bergetar, air liurku mengental, seakan bibirku ditempel
permen karet.
�Terimakasih om,� ucapku menyambut pujian papahah Heny. Kemudian aku langsung turun
dan menutup pintu mobil. Om Frangky lalu kemudian menghidupkan mesin mobilnya,
langsung pergi menembus gelapnya malam itu.
Saat aku pulang aku melihat, terparkir motor bebek Yamaha F1, warna merah yang
biasa digunakan menjemput ibu ke toko. Pintu rumah masih terbuka, diam-diam aku
menyelinap masuk. Aku melihat ibu dan tukang ojek sedang duduk nonton TV. Ibu
kemudian menyapa aku. �Siapa yang mengantar Rahma,� tanya ibuku. �Heny sama
papahnya,� jawabku langsung masuk kamar.
Lalu kemudian mengambil handuk dan masuk ke WC mandi. Saat aku membuka celana
dalamku aku merasakan ada yang lain (maaf disensor...?) di �anuku�. Celana dalam
yang aku pakai terasa (sensor lagi..?). Akupun bertanya dalam hati. Apa yang
terjadi dengan diriku?
Saat aku menyiram tubuh mungilku dengan air dan lalu menggosoknya dengan sabun
mandi, di buah dadaku terasa mengencang, (sensor lagi...?) terasa mengeras. Saat
aku membersihkan �anuku� dan kemudian menggosoknya dengan tanganku, aku merasakan
nikmat yang tak pernah aku rasakan sebelumnya.
Setelah selesai mandi aku lalu keluar WC, dengan bersarungkan handuk setengah
badan, langsung menuju kamar dan memasang pakaian tidur, lalu kemudian aku
merabahkan tubuhku di atas kasur sambil memikirkan apa maksud papah Heny. Kenapa
aku merasakan sesuatu yang beda saat tanganku disentuh papah Heny, dan kenapa pula
di �anuku� terasa aneh.
Sementara ibu dan tukang ojek masih ngoblor diruang tamu depan. Kira-kira setengah
jam kemudian, akhirnya aku tertidur. Ketika aku bangun, ibu masih tertidur lelap,
baru kali ini aku mendengarkan suara dengkuran ibu. Akupun langsung mandi dan
mengganti pakaian tidur dengan pakian sekolah.
Tak lama kemudian, ibu bangun dari tidurnya. Tak aku sia-siakan kesempatan dengan
ibu, akupun bertanya kepadanya. �Bu paman ojeknya jam berapa pulang?�.
�Tauuuuu....., ibu ngga liat jam tadi malam. Mungkin jam sepuluh, kaliiii..,� jawab
ibu.
�Paman ojeknya tadi malam itu nagih, aku bilang belum gajian. Pas aku mutar film
yang dibawa om Herman, paman ikut nonton sampai habis film,� cerita ibu. �Ibu
sendiri jam berapa tidurnya,� tanya ku kepada ibu. �Waduh jam berapa ya. Tadi malam
setelah paman pulang aku mutar satu lagi film, kira-kira jam dua belas kali ya,�
jawab ibu.
Dalam hati menyimpan tanda tanya, tapi aku tak kuasa betanya lebih dalam lagi. Ada
apa dengan ibu dan paman Ojek? Akupun lantas mengemas barang-barang sekolah lalu
memasukan ke tas sekolah, kemudian pergi meninggalkan ibu yang sedang membersihkan
tempat tidurnya.
Seperti biasa aku dijemput Heny. Tak lama aku menunggu didepan gang, datanglah
papah Heny. Didalam mobil sudah menunggu Heny. Kami pun langsung meluncur
kesekolah. Hari itu hari Jumat, pulang agak cepat dari biasanya. Meski begitu,
bukannya aku pulang kerumah, tetapi malah kerumah Heny.
Lagi-lagi, om Frangky minta aku menemani Heny di rumah. Katanya ia mau ke
Perenggean, disana ada proyek pembangunan gedung sekolah SMP. Pukul 20.30 Wib,
papah Heny datang dari Perenggean. Aku dan Heny diajak keluar mencari makan,
setelah makan, aku dintar pulang.
Waktu menunjukan pukul 21.30 Wib, aku baru tiba di rumah. Didepan rumah, kembali
terparkir Yamaha F1. Seperti biasa pintu rumah tidak terkunci, akupun langsung
masuk, tapi aku tak melihat seorangpun di kamar tamu depan. TV masih hidup, film
yang diputar sedikit �panas�.
Saat aku mulai melangkah menuju kamar tidur, tak aku sadari saat membuka gorden
kamar, aku melihat sosok pria tak mengenakan pakaian diatas tempat tidur. Sementara
ibu duduk disamping, tubuhnya tak dibaluti sehelai kainpun. �Maaf, kalau aku
terlalu terbuka rcerita tentang pribadi keluarga,� ucap Heny seraya memotong
ceritanya.
Rupanya dia paman ojek, langganan ibu yang tiap pagi mengantar ibu ke toko. Akupun
spontan teriak, marah kepada ibu, kenapa ibu melakukan pekerjaan serendah itu.
�Ibuuu......Kenapa kau lakukan semua ini,� teriak-ku kepada ibu.
Paman ojek langsung bergegas bangun, dalam keadaan telanjang bulat, lalu ia
mengambil pakaiannya dipojok kasur, kemudian dikenakannya, lalu pergi tanpa
mengucap sepatah katapun. Tapi anehnya, sebelum pergi ia sempat memeluk erat tubuh
ibu, dan mendaratkan ciuman kecil di kening ibu.
Aku tak kuasa menahan amarah pada ibu. Tapi ketika ibu berkata kepadaku. �Nak ini
semua ibu lakukan demi bayar utang langganan ojek ibu, yang numpuk selama tiga
bulan ini. Darimana uang ibu bayar utang langganan ojek, uang untuk makan saja pas-
pasan,� ucap ibu kepadaku.
Lantas aku terduduk diam, dan merenung. Ternyata ibu benar, saat ayah masih hidup,
kami hidup berkecukupan, mulai dari kebutuhan makan, kebutuhan sekolah, kendaraan,
semua terpenuhi. Tapi sayang, itu semua perlahan-lahan hilang, setelah ayah pergi
untuk selama-lamanya

Anda mungkin juga menyukai