NIM : 11000121140766
Kelas :C
TUGAS 3
Dalam pemahaman substansi hak-hak yang terkandung dalam konsep hak asasi
manusia, Karel Vasak, seorang ahli hukum Perancis meggunakaan istilah “generasi” untuk
menunjuk pada substansi dan ruang lingkup hak-hak yang diproritaskan pada satu kurun waktu
tertentu.
Karel Vasak membuat kategori generasi berdasarkan slogan Revolusi Perancis yang
terkenal itu, yaitu:
- Kebebasan
- Persamaan
- Persaudaraan
Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai generasi-generasi hak yang dimaksud oleh
Karel Vasak.
B. TEORI HAM
1. Teori Hukum Kodrat
- Tokoh: Thomas Aquinas, Grotius, John Locke, JJ Rousseau
- Ide dasar: posisi manusia dlm kehidupan ditentukan oleh Tuhan, semua manusia
apa pun statusnya tunduk pada otoritas Tuhan.
- Kekuasaan raja dibatasi oleh aturan Illahi.
- Semua manusia diberi identitas individual yang unik, terpisah dari negara.
- Hukum kodrati merup cikal bakal ide hak kodrati, bhw setiap manusia adalah
individu yang otonom.
Eksistensi hukum kodrat dapat menjadi landasan bagi semua hukum positif yang dapat
dirasionalkan di atas landasan yang non empiris dng menelaah aksioma ilmu ukur.
John Locke:
JJ Rousseau:
2. Teori Positivisme
- Tidak semua orang sepakat dng teori hak kodrati, diantaranya adalah teori
positivisme.
- Timbul sebagai implikasi dari jaman enlightment di Eropa abad 18.
- Diambil dari tradisi ilmu alam yang menempatkan gejala / fenomena yang dikaji
sebagai obyek yang dapat dikontrol & digeneralisasi shg ke depan dapat
diramalkan.
- Teori positivisme sangat matematis & sangat dipengaruhi oleh ilmu alam yang pada
wkt itu merup satu2nya ilmu yang validitasnya tidak diragukan lagi.
- Secara tegas menolak pandangan teori hak kodrati.
- Hak diberikan oleh konstitusi, hukum atau kontrak hak hrs berasal dari sumber
yang jelas.
- Tokohnya a.l: Jeremy Bentham
- Dalam konteks HAM:
o Teori positivisme lbh menekankan pada aturan2 tertulis mengenai HAM
o Tindakan yang tidak sesuai aturan dianggap melanggar HAM
o Tidak mempersoalkan bhw aturan hk positif itu sejak pembuatannya sdh
penuh dng unsur kepentingan pihak yang dominan, shg peraturan tsb tidak
netral & cenderung tidak adil bagi Sebagian masyarakat yang lain
- Tidak menempatkan kendala moral pada aturan2 yang disahkan negara
- Individu hanya menikmati hak2 yang diberikan negara
- Keunggulan: berdasar perat yang ada individu dapat menuntut haknya
3. Teori Universalisme
- Asal muasal perkembangan HAM tidak dapat dipisahkan dari perkembangan
universalisme nilai moral
- Individu sebagai pemikul hak ‘alamiah’ tertentu & pandangan umum mengenai
nilai moral yang melekat & adil bagi setiap individu secara rasional
- HAM bersifat universal, shg HAM dimiliki individu terlepas dari nilai-nilai atau
budaya yang dimiliki suatu masyarakat ataupun yang ada pada suatu negara
- HAM tidak memerlukan pengakuan dari otoritas mana pun, seperti negara atau
penguasa tertentu.
1) Universalisme absolut
o memandang HAM sebagai nilai universal sebagaimana dirumuskan dalam
The International Bill of Rights.
o Mereka ini tidak menghargai sama sekali profil sosial budaya yang melekat
pada masing-masing bangsa.
2) Universalisme relative:
Melihat persoalan HAM sebagai masalah universal dan melihat dokumen-dokumen
internasional tentang HAM sebagai acuan yang penting, namun demikian
perkecualian (exception) yang didasarkan atas asas-asas hukum internasional yang
diakui.
Arifin, Firdaus. 2019. Hak Asasi Manusia: Teori Perkembangan dan Pengaturan.
Yogyakarta: Thafa Media.
Magnis-Suseno, Philip Alston & Franz. 2008. Hukum Hak Asasi Manusia. Yogyakarta:
PUSHAM UII.
Marzuki, Suparman. 2017. Hukum Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: PUSHAM UII.
Smith, Rhona. 2008. Hukum Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: Pusat Studi Hak Asasi Manusia
Universitas Islam Indonesia.