Anda di halaman 1dari 17

1

PELAKSANAAN UNIT PRODUKSI PADA


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI
KELOMPOK BISNIS DAN MANAJEMEN

Rusnani
SMKN 1 Banjarmasin Kalimantan Selatan
arusnani@yahoo.com.

Abstrak: Pelaksanaan Unit Produksi/Jasa pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis
dan Manajemen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) tingkat keefektifan pengelolaan
administrasi pada unit produksi/jasa (UP/J), (2) keefektifan pelaksanaan pembelajaran pada UP/J, (3)
pencapaian tujuan pada UP/J, (4) tindak lanjut pendampingan pada unit produksi/jasa SMKN kelompok
bisnis dan manajemen di Banjarmasin, dan (5) faktor pendukung/ penghambat Pelaksanaan Unit
Produksi sebagai sarana pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pelaksanaan
penelitian di SMKN 1 dan SMKN 3 kelompok bisnis dan manajemen di Banjarmasin pada bulan
Nopember 2011 sampai dengan bulan Mei 2012. Subjek penelitian adalah guru, siswa dan karyawan
yang terlibat dalam pengelolaan dan pelaksanaan Unit Produksi sebanyak 90 responden. Pengumpulan
data menggunakan angket dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut (1) Pengelolaan administrasi meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan dan pengendalian dengan rerata sebesar 3,33 yang tergolong pada kategari
efektif. (2) Pelaksanaan pembelajaran UP/J meliputi persiapan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, kualifikasi guru pembimbing dan ketersediaan sarana dan prasarana dengan rerata
sebesar 3,18 yang tergolong pada kategari efektif. (3) Pencapaian tujuan menunjukkan rerata sebesar
3,09 yang tergolong pada kategari efektif. (4) Tindak lanjut program unit produksi/jasa meliputi
pencatatan administrasi pendampingan siswa, motivasi dan monitoring dan evaluasi keberhasilan siswa
dengan rerata sebesar 3,07 yang tergolong pada kategari efektif. (5) faktor-faktor pendukung
pelaksanaan UP/J sebagai sarana pembelajaran yaitu pengelola yang cukup baik, fasilitas memadai,
ketersediaan dana, partisipasi langsung dari warga sekolah, dan adanya kerjasama yang baik antara
sekolah dengan dunia usaha/industri, sedangkan faktor penghambat pelaksanaan UP/J sebagai sarana
pembelajaran yaitu persepsi orang tua yang tidak mendukung anaknya dalam pemasaran produk,
keterbatasan waktu yang dimiliki oleh guru dalam pendampingan kegiatan program UP/J di sekolah,
kurangnya koordinasi antara guru dengan karyawan, kurangnya komunikasi sesama guru, harga barang
dagangan dari produsen yang cukup tinggi, dan kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan
program UP/J di sekolah.
Kata Kunci: pelaksanaan, program unit produksi/jasa, sarana pembelajaran

Pelaksanaan Unit Produksi pada Sekolah Menengah Kejuruan


2

THE IMPLEMENTATION OF THE PRODUCTION/SERVICE UNIT


IN PUBLIC VOCATIONAL HIGH SCHOOLS OF THE BUSINESS
AND MANAGEMENT CLUSTER

Abstract: The Implementation of the Production/Service Unit in Public Vocational High Schools of
the Business and Management Cluster. This study aimed to investigate (1) the effectiveness of the
administrative management in the PSU, (2) the effectiveness of the learning implementation in the PSU,
(3) the attainment of objectives (outputs) in the PSU, (4) the follow-up of the guidance in the PSU in
public vocational high schools (VHS/SMKN) of the Business and Management Cluster in Banjarmasin,
and (5) the facilitating/ inhibiting factors in the implementation of the PSU as a learning facility. This
was a descriptive study. It was conducted in SMKN 1 and SMKN 3 of the Business and Management
Cluster in Banjarmasin from November 2011 to May 2012. The research subjects, consisting of 90
respondents, comprised teachers, students, and administrative personnel involved in the management and
implementation of the Production Unit. The data were collected through a questionnaire and interviews,
and analyzed using the quantitative descriptive technique. The results of the study are as follows. (1) The
administrative management consists of planning, actuating, reporting, and controlling, with a mean of
3.33, which is in the effective category. (2) The learning implementation of the PSU consists of learning
preparation, learning implementation, qualifications of supervising teachers, and the availability of
infrastructure facilities with a mean of 3.18, which is in the effective category. (3) The attainment of
objectives (outputs) gets a mean of 3.09, which is in the effective category. (4) The follow-up of the
program of the PSU consists of the recording of student guidance administration, motivation, and
monitoring and evaluation of students’ success with a mean of 3.07, which is in the effective category. (5)
The facilitating factors in the implementation of the PSU as a learning facility include relatively good
management, adequate facilities, direct participation of school members, and cooperation between
schools and business/industrial sectors; meanwhile, the inhibiting factors in the implementation of the
PSU as a learning facility include parents’ perception that does not support their children in the product
marketing, the limited time that teachers have to guide the activities of the PSU program at school, lack
of coordination between teachers and administrative personnel, lack of communication among teachers,
high prices of merchandise from producers, and lack of students’ motivation to join the activities of the
PSU program at school.
Keywords: implementation, production/service unit program, learning facility

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 3, November


3
PENDAHULUAN Pengertian Unit Produksi Sekolah
Krisis ekonomi dalam jangka panjang Secara umum unit produksi/jasa
membawa dampak yang sangat berarti bagi merupakan suatu proses kegiatan usaha yang
dunia perdagangan dan pemasaran. Dengan dilakukan di dalam sekolah dan bersifat bisnis
demikian dibutuhkan jiwa dan keterampilan serta dilakukan oleh warga sekolah (Kepala
kewirausahaan masyarakat untuk menggerakkan sekolah, ketua jurusan/ program, guru, dan
roda perekonomian, industri, perdagangan dan siswa) dengan memberdayakan sumber daya
jasa dengan harapan dapat menopang kebutuhan sekolah yang dimiliki serta dikelola secara
hidup sehari-hari termasuk biaya pendidikan profesional. Dengan kata lain unit produksi
anak... Penanaman jiwa dan keterampilan merupakan suatu aktivitas bisnis yang dilakukan
wirausaha dapat dilaksanakan melalui secara berkesinambungan dalam mengelola
pendidikan formal di sekolah, maupun sumber daya sekolah sehingga dapat
nonformal di masyarakat.. Pendidikan kejuruan menghasilkan produk dan jasa yang
di SMK memberikan bekal kepada peserta didik mendatangkan keuntungan. Pengertian tersebut
untuk bekerja guna menopang kehidupannya pada dasarnya berakar pada pengertian budaya
(Finch & Crunkilton, 1993:71) industri dalam upaya meningkatkan
Kompetensi kewirausahaan tersebut dapat produktivitas kerja melalui perwujudan etos
diperoleh melalui pembelajaran di UP/J kerja. Secara organisasi, budaya perusahaan atau
Sekolah. Namun kenyataan di lapangan, banyak industri sebagai suatu nilai yang menjadi
unit produksi/jasa SMK yang dikelola dengan pegangan bagi setiap pekerja baik sebagai atasan
sederhana belum menerapkan prinsip-prinsip maupun bawahan dalam menjalankan
manajemen sehingga gagal. Selain itu data kewajibannya dan juga perilakunya.
menunjukkan bahwa 72% unit produksi/jasa Di samping memperoleh pembinaan
tidak dikelola oleh manajer yang profesional keterampilan kejuruan selama melaksanakan
(Dit P2TK.PMPTK,2002) karena pelayanan aktivitas di unit produksi, siswa memperoleh
kepada konsumen yang tidak memuaskan, pembinaan di bidang pengelolaan unit usaha

sikap mental tenaga penjual yang lemah, dan yang bersifat bisnis. Pembinaan siswa secara
langsung dalam bidang-bidang pekerjaan di unit
tanggung jawab usaha yang rendah. Untuk
produksi seperti menggunakan cash register,
pengembangan unit produksi/jasa membutuhkan
mendisplai produk, memberikan pelayanan
dukungan sumber daya manusia secara
kepada konsumen, mencatat persediaan barang
profesional sangatlah dibutuhkan. Unit
dagangan, membuat laporan keuangan seperi
Produksi/Jasa Sekolah mempunyai harapan
neraca, rugi laba dan perubahan modal dan ikut
kedepan agar menghasilkan manfaat secara
menikmati hasil jerih payahnya dalam
edukatif, ekonomi bagi warga sekolah, sosial
pengelolaan usaha tersebut (learning by doing).
atau masyarakat sekitar.
Seseorang tidak dapat menguasai teori dengan
baik tanpa praktek, dan sebaliknya seseorang
tidak dapat melakukan praktik secara efektif

Pelaksanaan Unit Produksi pada Sekolah Menengah Kejuruan


4

tanpa pemahaman teori. Sejalan dengan Finch & secara langsung bagi siswa;(4) membantu
Crunkilton (1999:11) yang menyatakan : pendanaan untuk pemeliharaan, penambahan
Learning and personal growth do not take fasilitas dan biaya-biaya operasional pendidikan
place strictly within the confines of lainnya;(5) menambah semangat kebersamaan,
classroom or laboratory. Student develop
skills and competence through a variety of karena dapat menjadi wahana peningkatan
learning activities and experiences that may aktivitas produktif guru dan siswa serta
not necessarily be counted as constructive
credit for graduation. memberikan ‘income’ serta peningkatan
Pernyataan tersebut dapat dimaknai, kesejahteraan warga sekolah; (6)
bahwa belajar dan pengembangan kepribadian mengembangkan sikap mandiri dan percaya diri
tidak hanya terbatas di dalam kelas atau dalam pelaksanaan kegiatan praktik siswa.
laboratorium. Siswa dapat mengembangkan
Prinsip-prinsip Unit Produksi
keterampilan dan pengembangan
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan
kemampuannya melalui berbagai aktivitas
pada pelaksanaan unit produksi sebagai berikut:
pembelajaran dan pengalaman yang tidak
(1) UP merupakan satu alternatif yang
memerlukan hitungan kredit seperti halnya
diharapkan dapat meningkatkan mutu lulusan
lulusan lembaga pendidikan.
SMK; (2) Penyelenggaraan UP dimaksudkan
Dari beberapa uraian yang dikemukakan
untuk mendapatkan keahlian profesional;
di muka dapat disimpulkan bahwa unit produksi
(3)UP merupakan salah satu upaya dalam
adalah unit usaha yang memiliki keseimbangan
mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki
antara aspek komersial dan aspek akademik,
SMK;(4) UP dikelola secara profesional
yang diselenggarakan dalam lingkup organisasi
menganut prinsip manajemen bisnis;(5) UP
sekolah dengan memanfaatkan fasilitas yang
harus menunjang dan tidak boleh menggangu
dimiliki sekolah yang bersangkutan.
kegiatan belajar mengajar; (6) Kegiatan unit
Keuntungan itu dimanfaatkan untuk membantu
produksi yang sudah layak dapat dijadikan
pembiayaan pendidikan dan meningkatkan
sarana belajar dan bekerja (learning by doing)
kesejahteraan bagi warga sekolah, termasuk
;(7) Keuntungan UP dapat dimanfaatkan untuk
siswa dan pengelola yang bersangkutan. Unit
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di
produksi pada umumnya bekerja dalam lingkup
SMK dan peningkatan kesejahteraan warga
unit usaha sekolah, aktivitasnya tidak
SMK; (8) Pembagian keuntungan hasil kegiatan
mengganggu program intrakurikuler.
diatur sesuai keputusan manajemen secara
Berdasarkan pedoman pelaksanaan unit
profesional; (9) UP/J supaya digunakan sebagai
produksi (Dikmenjur, 2007), tujuan
salah satu ukuran keberhasilan sekolah dalam
penyelenggaraan kegiatan tersebut adalah: (1)
menjalankan fungsi menyiapkan tenaga kerja
wahana pelatihan berbasis produksi/jasa bagi
menengah.
siswa;(2) wahana menumbuhkan dan
mengembangkan jiwa wirausaha guru dan siswa
pada SMK/MAK;(3) sarana praktik produktif

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 3, November


5
Sikap Kerja Profesional dalam Pelaksanaan dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi
Unit Produksi/Jasa
kepentingan umum.
Kata profesional berasal dari kata profesi
Menurut Hadari Nawawi (2006:172),
yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin
menjelaskan bahwa profesional dalam
atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga
pekerjaan harus memenuhi tiga faktor sebagai
diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan
berikut : (a) menguasai seperangkat keahlian
tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan
yang dipersiapkan melalui program pendidikan
keterampilan khusus yang diperoleh dari
atau pelatihan keahlian sebagai spesialisasi; (b)
pendidikan akademis yang intensif. Menurut
memiliki kemampuan untuk memperbaiki/
Kunandar (2007: 45) profesi adalah suatu
meningkatkan keterampilan dan/atau keahlian
pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian
khusus yang dikuasai sesuai perkembangan dan
tertentu tidak dapat dipegang oleh sembarang
kemajuan teknologi dibidangnya; (c) dihargai
orang, tetapi memerlukan persiapan melalui
dengan penghasilan yang memadai sebagai
pendidikan dan pelatihan secara khusus.,
imbalan profesi berdasarkan keahlian khusus
sedangkan profesional diartikan memerlukan
yang dikuasai. Dari beberapa pernyataan di atas,
kepandaian khusus untuk menjalankan suatu
maka dapat disimpulkan bahwa profesionalitas
profesi. Profesionalitas diartikan sebagai mutu,
dalam pekerjaan/jabatan adalah seseorang atau
kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri
sekelompok orang yang bekerja secara
suatu profesi atau orang yang profesional.
profesional dengan menggunakan keahlian serta
Kaitan dengan profesional dikemukakan oleh
kecakapan khusus dengan imbalan profesi
Cooper (Wina Sanjaya, 2005:142) bahwa:
berdasarkan keahlian atau kecakapan yang
A Professional is a person who possesses
dimilikinya.
some specialized knowledge and skills,
can weigh alternatives, and can selec from Menurut pedoman pelaksanaan kurikulum
among a number of potentially productive
SMK penyelenggaraan Unit Produksi/Jasa di
actions one that is particularly appropriate
iin a given situation. sekolah dimaksudkan untuk mendapatkan
Dengan kata lain profesional adalah keahlian profesional bagi siswa yang hanya akan
sebutan yang mengacu kepada sikap mental dapat diperoleh melalui mengerjakan pekerjaan
dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu langsung yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
profesi untuk senantiasa mewujudkan dan Depdikbud (1993:41).
meningkatkan sikap profesionalnya.
Profil Unit Produksi SMK
Profesionalitas dalam pekerjaan/
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah
jabatan adalah suatu istilah terhadap kualitas
Menengah Kejuruan (2006:82), dalam
sikap, pengetahuan dan keahlian individu suatu
penyelenggaraan SMK berstandar nasional
profesi dalam menjalankan tugas-tugas
maupun internasional disebutkan bahwa unit
profesinya. Pernyataan ini sejalan dengan Uzer
produksi SMK sejak awal diharapkan menjadi
Usman (2007:14) yang menyatakan bahwa
salah satu alternatif dan pendekatan melahirkan
pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan
dunia usaha di lingkungan SMK, dengan
beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus

Pelaksanaan Unit Produksi pada Sekolah Menengah Kejuruan


6

memberdayakan seluruh aset dan potensi yang dikeluarkan. Berapa pun biaya yang telah
dimiliki SMK. Profil unit produksi SMK dikeluarkan suatu perusahaan jika mencapai
meliputi: (1) struktur organisasi: adanya struktur tujuannya, maka dikatakan efektif. Menurut
organisasi yang terintegrasi dengan struktur Peter Drucker (Handoko 2003:7), “ Efektivitas
organisasi sekolah; (2) sumber permodalan: adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing
sistem permodalan melibatkan warga the right things). Lebih lanjut ditambahkannya,
sekolah/stake holder termasuk siswa; (3) bahwa efektifitas merupakan kemampuan
program: perencanaan kegiatan unit produksi memilih sumber daya dengan alat dan teknologi
dengan: (a) menerapkan konsep-konsep yang tepat dalam mencapai tujuan yang telah
manajemen produksi, manajemen SDM, ditetapkan. Sedangkan pendapat McDavid.J &
akuntansi keuangan, dan pemasaran, (b) Hawthorn. L (2006) menyatakan bahwa
kegiatan produksi terintegrasi dengan proses “effectiveness are the observed outcome
belajar mengajar, (c) kegiatan unit produksi consistent with the intended objectives”.
menjadi alternatif pelaksanaan praktik kerja Artinya efektivitas adalah hasil yang dicapai
industri dan sebagai proses pelatihan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Pendapat
kewirausahaan, (d) pemasaran produk diatas didukung oleh Gibson et al (2006:20),
melibatkan seluruh warga sekolah dan stake
what we mean by effectiveness.....is the
holder, termasuk alumni; (4) pengelolaan profit: accomplishment of recognized objectives of
profit terdistribusi dengan persentase yang cooperative effort. The degree of
accomplishment indicates the degree of
disepakati bersama warga sekolah, mendukung effectiveness”.
dana operasional sekolah, pengembangan SDM, Keeefektifan UP/J SMK adalah
kegiatan sosial kemasyarakatan; (5) pembukuan keberhasilan pengelolaan yang dijalankan suatu
dan pertanggungjawaban keuangan dilakukan UP/J yang berada di lingkungan sekolah
mengikuti Standar Akuntansi Keuangan. Audit sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan.
keuangan minimal satu kali dalam 3 bulan oleh
tim audit yang dibentuk bersama warga sekolah, Kinerja Kepala Sekolah
laporan pertanggungjawaban keuangan unit Kepala Sekolah adalah pimpinan tertinggi

produksi dilakukan minimal setiap akhir tahun di sekolah. Pola kepemimpinannya akan sangat

akademik. berpengaruh bahkan sangat menentukan


terhadap kemajuan sekolah, sehingga harus
Keefektifan Pengelolaan Unit Produksi memiliki kemampuan administrasi, memiliki
Ada beberapa pengertian mengenai komitmen tinggi, dan luwes dalam
keefektifan yang dikemukakan oleh para ahli, melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah juga
diantaranya Serian Wijatno (2009;279) yang harus melakukan peningkatan profesionalisme
menyatakan bahwa efektivitas merupakan sesuai gaya kepemimpinannya, berangkat dari
indikator keberhasilan suatu organisasi dalam kemauan dan kesediaan, bersifat memprakarsai
mencapai tujuannya, lebih lanjut dikatakan dan didasari pertimbangan yang matang, lebih
efektivitas tidak memperhatikan biaya yang berorientasi kepada bawahan, demograsi, lebih

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 3, November


7
berfokus pada hubungan dari pada tugas, serta Imply that it is advisable to improve front-
mempertimbangkan kematangan bawahan. line managers’ leadership compentencies
and identity, and that leadership
Kepala sekolah memiliki potensi yang development can contribute to closing the
dapat dikembangkan secara optimal. Setiap competence gaps.
kepala sekolah harus memiliki perhatian yang Manajer unit produksi/Jasa sebaiknya
cukup tinggi terhadap peningkatan kualitas meningkatkan kompetensi pribadi dan
pendidikan di sekolah. Perhatian tersebut harus kepemimpinan yang dimilikinya.
ditunjukkan dalam kemauan dan kemampuan Pengembangan sikap kepemimpinan
untuk mengembangkan diri dan sekolahnya memberikan kontribusi dalam menutupi
secara optimal. Kepala sekolah memiliki peran kurangnya kompetensi yang dimiliki pengelola.
yang kuat dalam mengkoordinasikan, Dinas pendidikan telah menetapkan
menggerakkan dan menyerasikan semua sumber bahwa kepala sekolah harus mampu
daya pendidikan yang tersedia disekolah. melaksanakan pekerjaannya sebagai educator,
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan manager, administrator, dan supervisor. Dalam
salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah perkembangan selanjutnya sesuai dengan
untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan kebutuhan masyarakat dan perkembangan
sasaran sekolahnya melalui program-program zaman, kepala sekolah juga harus mampu
yang dilaksanakan secara terencana dan berperan sebagai leader, innovator, dan
bertahap. Oleh karena itu kepala sekolah motivator di sekolahnya. Mulyasa (2005:98).
dituntut mempunyai kemampuan manajemen Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
dan kepemimpinan yang memadai agar mampu peran kepala sekolah merupakan akumulasi
mengambil inisiatif dan prakarsa untuk sikap, pengetahuan dan kemampuan seseorang
meningkatkan mutu sekolah. Fidler.B ( 2002:32) kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas
menyatakan pendidikan di sekolahnya secara optimal dengan
memberdayakan segenap sumber daya yang
“Leadership involves such roles as:
Entrepreneur: identifying new dimiliki sekolah.
opportunities, motivator: inspiring and
motivating others to commit”,
METODE
makna dari pernyataan diatas seorang kepala
Penelitian ini merupakan penelitian
sekolah harus mampu berperan sebagai
deskriptif, yang bertujuan untuk memperoleh
wirausaha, mampu mengidentifikasi peluang
informasi dalam pelaksanaan program UP/J
baru, menginspirasi dan memotivasi orang lain
yang dilaksanakan pada SMKN Kelompok
untuk melakukan sesuatu. Kepemimpinan
bisnis dan manajemen di Banjarmasin.
kepala sekolah berperan dalam menentukan
Penelitian ini dilaksanakan pada SMKN 1
manajer yang akan mengelola UP/J di sekolah.
dan SMKN 3 kelompok bisnis dan manajemen
Hal ini perlu dipertimbangkan kepala sekolah
di Banjarmasin. Waktu penelitian dimulai pada
dan manajer UP/J demi tercapainya tujuan dan
bulan November 2011 sampai dengan bulan
efektivitas pengelolaan UP/J sekolah. Rappe &
Maret 2012.
Zwick (2007) menyatakan

Pelaksanaan Unit Produksi pada Sekolah Menengah Kejuruan


8

Subyek penelitian dalam evaluasi Metode yang digunakan untuk


pelaksanaan UP/J adalah guru kewirausahaan, memperoleh data sebagaimana yang diinginkan
guru produktif, siswa dan karyawan yang dalam penelitian ini, yaitu dengan metode
terlibat dalam kegiatan UP yang berjumlah 90 angket dan wawancara angket.
orang.
Variabel dalam penelitian ini adalah HASIL PENELITIAN
variabel tunggal yakni efektivitas pelaksanaan Pengelolaan Administrasi Program Unit
UP/J di SMKN Kelompok Binis dan manajemen Produksi/Jasa
di Banjarmasin. Aspek yang akan dinilai Pengelolaan administrasi Program UP/J
meliputi: terdiri dari 22 item pertanyaan dengan 3
1. Pengelolaan Administrasi Program UP/J. indikator yaitu perencanaan, pelaksanaan,
2. Pelaksanaan Pembelajaran/praktik pada pelaporan, dan pengendalian. Berdasarkan hasil
UP/J. deskripsi dengan bantuan software statistik
3. Pencapaian Tujuan pada UP/J. diperoleh rerata (mean) sebesar 3,33; median
4. Tindak Lanjut Pendampingan usaha pada 3,37; modus 3,86; standar deviasi 0,39. Rerata
UP/J. skor tersebut berada pada interval 3,33 s.d 3,72
5. Faktor pendukung dan penghambat dalam kategari efektif.
pelaksanaan kegiatan UP/J

Tabel 1. Pengelolaan Administrasi Program Unit Produksi/Jasa


Frekuensi Persentase
No Rentang Skor Kategorisasi
(F) (%)
1 X ≥ 3,72 16 17,8 Sangat Efektif
2 3,33 ≤ X < 3,72 31 34,4 Efektif
3 2,95 ≤ X < 3,33 27 30,0 Kurang Efektif
4 X < 2,95 16 17,8 Tidak Efektif
Total 90 100.0

Berdasarkan Tabel 3 sebagian besar Manajemen di Banjarmasin sudah termasuk


responden menilai bahwa pengelolaan efektif.
administarsi Program Unit produksi/Jasa Hasil perbandingan distribusi frekuensi
termasuk efektif. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan administarsi Program UP/J dapat
pengelolaan administarsi Program Unit dilihat melalui grafik batang berikut ini.
produksi/Jasa di SMKN Kelompok Bisnis dan

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 3, November


9

Pengelolaan Administrasi
35 31
30
25 27
20
15
10 16 16
5
0

Sangat Efektif Efektif Kurang EfektifTidak Efektif

Gambar 1. Perbandingan Tingkat Keefektifan Pengelolaan Administrasi


Program Unit Produksi/Jasa

Pelaksanaan Pembelajaran Program Unit standar deviasi 0,38. Rerata skor tersebut berada
Produksi/Jasa
pada interval 3,18 s.d 3,56 kategori efektif.
Pelaksaaan pembelajaran program UP/J
Tabel 4 menunjukkan bahwa pelaksanaan
terdiri dari 38 item pertanyaan yang didalamnya
pembelajaran Program UP/J dalam kategori
terdapat 4 indikator yaitu persiapan
efektif yaitu 33 responden (36,6%) Hasil
pembelajaran, inti pelaksanaan pembelajaran,
tersebut menunjukkan bahwa keefektifan
kualifikasi guru pembimbing dan ketersediaan
pelaksanaan pembelajaran Program UP/J di
sarana dan prasarana. Hasil statistik deskripsi
SMKN Kelompok Bisnis dan Manajemen di
dengan bantuan software statistik diperoleh
Banjarmasin sudah berjalan efektif.
mean sebesar 3,18; median 3,22; modus 3,01;

Tabel 2. Pelaksanaan Pembelajaran Program Unit Produksi/Jasa


Frekuensi Persentase
No Rentang Skor Kategorisasi
(F) (%)
1 X ≥ 3,56 14 15,6 Sangat Efektif
2 3,18 ≤ X < 3,56 33 36,6 Efektif
3 2,81 ≤ X < 3,18 27 30,0 Kurang Efektif
4 X < 2,81 16 17,8 Tidak Efektif
Total 90 100.0

Hasil perbandingan distribusi frekuensi Banjarmasin juga dapat dilihat melalui grafik
pelaksanaan pembelajaran Program UP/J di batang berikut ini.
SMKN Kelompok Bisnis dan Manajemen di

Pelaksanaan Unit Produksi pada Sekolah Menengah Kejuruan


10

Pelaksanaan Pembelajaran
35 33
30
25
20 27
15
10
5 16
0 14
Sangat EfektifEfektifKurang EfektifTidak Efektif

Gambar 2. Perbandingan Tingkat Keefektifan Pelaksanaan Pembelajaran


Program Unit Produksi/Jasa

Pencapaian Tujuan Program Unit median 3,14; modus 3,14; standar deviasi 0,55.
Produksi/Jasa
Rerata skor tersebut berada pada interval 3,09
Hasil statistik deskripsi dengan bantuan
s.d 3,64 kategari efektif.
software statistik diperoleh mean sebesar 3,09;

Tabel 3. Pencapaian Tujuan Program Unit Produksi/Jasa

Frekuensi Persentase
No Rentang Skor Kategorisasi
(F) (%)
1 X ≥ 3,64 19 21,1 Sangat Efektif
2 3,09 ≤ X < 3,64 32 35,6 Efektif
3 2,53≤ X < 3,09 29 32,2 Kurang Efektif
4 X < 2,53 10 11,1 Tidak Efektif
Total 90 100.0

Berdasarkan Tabel 5 di atas, sebagian Hasil perbandingan distribusi frekuensi


besar responden menunjukkan bahwa pencapain pencapain tujuan Program UP/J di SMKN
tujuan Program UP/J termasuk dalam kategori Kelompok Bisnis dan Manajemen di Kota
efektif yaitu 32 responden (35,6%). Banjarmasin juga dapat dilihat melalui grafik
batang berikut ini.

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 3, November


11

Pencapaian tujuan
3532
29
30
25
20 19
15
10 10
5
0

Sangat EfektifEfektifKurang EfektifTidak Efektif

Gambar 3. Perbandingan Tingkat Keefektifan Pencapaian Tujuan


Program Unit Produksi/Jasa

Tindak Lanjut Program Unit Produksi/Jasa median 3,08; modus 3,35; standar deviasi 0,37.
Hasil statistik deskripsi dengan bantuan Rerata skor tersebut berada pada interval 3,07
software statistik diperoleh mean sebesar 3,07; s.d 3,44 kategari efektif.

Tabel 4. Tindak Lanjut Program Unit Produksi/Jasa


Frekuensi Persentase
No Rentang Skor Kategorisasi
(F) (%)
1 X ≥ 3,44 12 13,3 Sangat Efektif
2 3,07≤ X < 3,44 35 38,9 Efektif
3 2,71 ≤ X < 3,07 31 34,5 Kurang Efektif
4 X < 2,71 12 13,3 Tidak Efektif
Total 90 100.0

Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa Untuk lebih jelasnya mengenai perbandingan


keefektifan tindak lanjut Program UP/J sudah tingkat keefektifan tindak lanjut Program UP/J
termasuk efektif yaitu 35 responden (38,9%). dapat dilihat dari gambar grafik berikut ini.

Tindak Lanjut Program Unit Produksi


40 35
35 31
30
25
20
15
10 12 12
5
0

Sangat Efektif Efektif Kurang EfektifTidak Efektif

Gambar 4. Perbandingan Tingkat Keefektifan Tindak Lanjut Pendampingan


Program Unit Produksi/Jasa

Pelaksanaan Unit Produksi pada Sekolah Menengah Kejuruan


12

Faktor pendukung/penghambat pelaksanaan sebagai teaching factory , disajikan pada tabel 7


unit produksi di SMKN Kelompok bisnis
dan manajemen di Banjarmasin di bawah ini.
Data mengenai faktor pendukung dan
penghambat dalam pelaksanaan unit produksi

Tabel 5. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan UP/J


sebagai Teaching Factory

No Nama Sekolah Faktor Pendukung Faktor Penghambat


1 SMKN 1 1. Dana hibah dari Direktorat
1. Tanggapan dari orang
2. Lokasi bisnis center yang tua yang keberatan
strategis anaknya disuruh
3. Koordinator yang memiliki jiwa berjualan
bisnis 2. Harga dari
4. Pangsa Pasar yang jelas dan distributor terlalu
dengan jumlah siswa,guru serta tinggi
karyawan cukup besar sekitar 3. Kesibukan guru dan
1400 orang pengurus
5. Sarana dan prasarana yang 4. Kurang koordinasi
dimiliki antara pengurus/
6. Kepemimpinan karyawan dengan guru
pembimbing
2 SMKN 3 1. Sumber Daya Manusia
2. Fasilitas yang dimiliki sekolah 1. Kendala pemasaran
3. Produk yang dijual adalah 2. Kesibukan Guru dan
kebutuhan sehari-hari siswa
4. Pangsa pasar yang jelas 3. Motivasi guru
5. Hubungan kerjasama dengan 4. Komunikasi sesama
Stakeholder guru di sekolah

PEMBAHASAN Pada dasarnya setiap sekolah


Pelaksanaan UP/J sebagai sarana mempunyai masing-masing satu unit produksi
pembelajaran yang dikelola oleh satu koordinator unit
Pengeloaan Administrasi Program Unit produksi. Kriteria organisasi dan mekanisme
Produksi/Jasa
pengelolaan UP/J dinyatakan berhasil apabila
Hasil penelitian mengenai pengelolaan
telah menyusun dan melaksanakan administrasi
administrasi Program UP/J menunjukkan bahwa
secara optimal yang kemudian dievaluasi secara
sebagian besar responden menilai pengelolaan
berkala untuk melihat efektivitas kerja
administrasi Program UP/J di SMKN Kelompok
pengelola, membuat jadwal dan tata tertib
bisnis dan manajemen di Banjarmasin sebagian
kegiatan UP/J, rencana kerja bulanan/tahunan,
besar menilai efektif yaitu 31 responden
struktur organisasi, fungsi, tugas, dan
(34,4%).
wewenang. Struktur organisasi UP/J SMK berisi

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 3, November


13
sistem penyelenggaraan dan administrasi yang Pelaksanaan Pembelajaran Program Unit
diuraikan secara jelas dan transparan. Produksi/Jasa
Pada pengelolaan administrasi Pelaksanaan pembelajaran Program UP/J
didalamnya terdapat perencanaan, pelaksanaan, di SMKN Kelompok bisnis dan manajemen di
pelaporan dan pengendalian. Pelaksanaan Banjarmasin menunjukkan bahwa sebagian
merupakan penyusunan pengorganisasian dalam besar pelaksanaan pembelajaran ProgramUP/J
Program UP/J. Beberapa hal yang harus termasuk efektif yaitu 33 responden (36,6%).
diperhatikan dalam membuat strukur organisasi Pelaksanaan pembelajaran terdiri dari
UP/J SMK (Dikmenjur, 2007) antara lain, 1) persiapan pembelajaran, pelaksanaan
organisasi dan manajemen UP disusun secara pembelajaran, kualifikasi guru pembimbing dan
flat, 2) lebih menekankan pada kerja tim, ketersediaan sarana dan prasarana. Apabilai ke-4
anggota tim, karyawan dilibatkan dan hal tersebut sudah berjalan dengan efektif, maka
diberdayakan, 3) adanya pendelegasian tugas proses pembelajaran Program UP/J di SMK
dan wewenang yang jelas kepada setiap unit akan berjalan lancar.
kerja dan pelaksana, 4) mengembangkan prinsip Pengelola UP/J SMK memiliki pedoman
‘desentralisasi’ dan otoritas dalam pembagian yang mengatur berbagai aspek pengelolaan
tugas dan wewenang, 5) kejelasan peran dan pembelajaran secara tertulis yang mudah
tanggungjawab personel dan pengelola, 5) gaya dipahami. Pedoman pengelolaan pembelajaran
kepemimpinan sekolah bersifat luwes, fleksibel meliputi: (a) KTSP, (b) kalender
dan demokratis, dan 6) Staffing. pelaporan, pendidikan/akademik, (c) struktur organisasi ,
berkaitan dengan laporan keuangan dan laporan (d) pembagian tugas di antara guru, (e)
evaluasi pelaksanaan program baik jangka pembagian tugas di antara tenaga kependidikan,
pendek, menengah, maupun jangka panjang. (f) peraturan akademik, (g) tata tertib UP/J
Sedangkan pengendalian dilakukan untuk SMK, (h) kode etik SMK, dan (i) biaya
melakukan pengaturan atau pengarahan dalam operasional SMK. Kurikulum dijadikan acuan
organisasi agar tujuan tercapai. Pengendalian utama dalam pembelajaran UP/J SMK, serta
fisik, misal: (a) bahan baku, (b) kualitas produk, melaksanakan penilaian sesuai dengan SKL
(c) peralatan produksi, dan (d) kapasitas mesin, selama kegiatan praktik di Unit Produksi.
dll. Pengendalian Personel, meliputi: (a) Tersedianya media pembelajaran berupa modul,
penempatan pekerja baru, (b) diklat karyawan, literatur, diktat serta mempunyai perlengkapan
dan (c) penggajian dan prestasi kerja. praktik untuk kegiatan di UP/J juga sangat
Pengendalian Informasi, meliputi: (a) informasi penting dalam keberhasilan suatu program unit
pemasaran dan penjualan, (b) informasi analisis produksi/jasa di SMK.
lingkungan, (c) jadwal produksi, dan (d) Pencapain tujuan Program Unit
pengendalian financial. Apabila ke-4 indikator Produksi/Jasa

ini berhasil dilaksanakan dengan maksimal, Pencapain tujuan Program UP/J yang

maka keberhasilan suatu pengelolaan dimaksud disini yaitu kompetensi siswa setelah

administrasi Program UP/J akan diperoleh. mengikuti kegiatan praktik. Hasil penelitian

Pelaksanaan Unit Produksi pada Sekolah Menengah Kejuruan


14

menunjukkan bahwa pencapain tujuan Program Hasil penelitian menunjukkan bahwa


UP/J di SMKN Kelompok bisnis dan tindak lanjut pendampingan Program UP/J di
manajemen di Banjarmasin masih termasuk SMKN Kelompok bisnis dan manajemen di
efektif yaitu 32 responden (35,6%). Hal ini Banjarmasin termasuk kategori efektif efektif
menunjukkan bahwa dengan adanya kegiatan yaitu 35 responden (38,9%).
praktik Program UP/J di SMKN Kelompok
bisnis dan manajemen di Banjarmasin, Faktor pendukung/penghambat pelaksanaan
unit produksi sebagai sarana pembelajaran
kompetensi siswa khususnya dalam bidang
Faktor Pendukung
berwirausaha menjadi lebih baik lagi.
. Faktor-faktor pendukung pelaksanaan
Pengalaman merupakan salah satu faktor
UP/J sebagai sarana dapat dijelaskan sebagai
penentu untuk kesiapan berwirausaha ataupun
berikut.
bekerja. Dalam rangka menciptakan kesiapan
1. Sumber daya manusia guru yang dimiliki di
berwirausaha dapat direncanakan melalui
SMK Kelompok bisnis dan manajemen
pengalaman yang diberikan kepada orang
pada umumnya sudah cukup baik.
tersebut. Pengalaman merupakan pengetahuan
2. Fasilitas (sarana dan prasarana), peralatan
atau keterampilan yang diketahui dan dikuasai
yang tersedia seperti komputer,kalkulator
seseorang sebagai akibat atau pekerjaan yang
dan cash register, barcode dan labeling
telah dilakukan sebelumnya selama jangka
sangat menunjang pelaksanaaan praktik di
waktu tertentu, Seseorang dikatakan
UP/J walaupun belum seperti layaknya di
berpengalaman apabila telah memiliki tingkat
dunia usaha. Hal ini karena UP/J belum
penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang
memiliki ruang pembelajaran praktik yang
relevan dan memadai sesuai dengan bidang
cukup dan alat pengendalian barang
keahliannya.
dagangan seperti CCTV . Lokasi yang
Pengalaman praktik mengikuti kegiatan
strategis bisnis Center SMKN 1 berada
Program UP/J sangat membantu siswa SMK
dipinggir jalan komplek mulawarman yang
dalam meningkatkan kompetensinya baik secara
disana terdapat 2 SMU dan 2 SLTP dan
kognitif, afektif maupun psikomotor.
juga masyarakat yang tinggal di lingkungan
Tindak Lanjut Program Unit Produksi/Jasa sekolah. Dana hibah dari pusat/daerah.
Tindak lanjut program UP/J SMK 3. Dana berbentuk hibah yang diberikan
diantaranya melakukan pencatatan administrasi pemerintah pusat dan daerah merupakan
pendampingan terhadap siswa, mencatat segala salah satu faktor pendukung pelaksanaan
permasalahan alumni yang praktik di UP/J, teaching factory. Dana yang bersifat hibah
tempat kerja dan atau usahanya merencanakan membuat sekolah lebih leluasa dalam
pendampingan pekerjaan siswa berdasarkan melakukan pengembangan usaha karena
proses pembelajaran pada program UP/J yang dalam perputaran modal tidak dibebani
telah diikutinya, motivasi dan monitoring serta kewajiban untuk mengembalikan dana
evaluasi keberhasilan siswa. tersebut.

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 3, November


15
4. Dukungan warga sekolah Setiap sekolah sendiri merasa bahwa mereka praktik di UP/J
memiliki pangsa pasar yang jelas yaitu hanya bertanggungjawab dan berkoordinasi
warga sekolah itu sendiri. Seluruh warga dengan pengurus/karyawan.
sekolah hendaknya menyadari dan Komunikasi sesama guru disekolah juga
mendukung sepenuhnya akan keberadaan masih menjadi faktor penghambat. Belum
UP/J. Sehingga diharapkan dapat semua guru satu persepsi dan memahami
berpartisifasi secara langsung maupun tidak program pembelajaran di UP/J. Hal ini kadang
langsung dalam kegiatan di UP/J. menyebabkan guru yang mengajar di kelas
5. Stakeholders (dunia usaha dan dunia keberatan kalau siswanya mengikuti kegiatan di
industri), dalam masalah persediaan barang UP/J.
dagangan pihak sekolah menjalin kerjasama Pihak distributor tidak bisa memberikan
dengan distributor, berapapun jumlah yang harga yang kompetitif, dengan alasan jumlah
dipesan akan segera dikirim. Tetapi yang pembelian tidak mencapai ketentuan yang
menjadi kendala adalah masalah harga yang ditetapkan. Jika hal ini terjadi otomatis harga
agak mahal jika dibandingkan dengan barang yang dijual di Bisnis Center lebih mahal
swalayan atau hyper mart, sehingga siswa dan dampaknya siswa merasa sulit untuk
merasa kesulitan dalam memasarkan memasarkan barang ke konsumen.
barang. Motivasi siswa dalam pelaksanaan
Faktor Penghambat pembelajaran di UP/J masih kurang, sebagian
Persepsi orang tua, sebagian besar orang besar mereka belum menyadari bahwa UP/J
tua yang tidak mendukung jika anaknya merupakan wahana pembelajaran praktik.
disuruh memasarkan produk. Kegiatan usaha yang dilaksanakan di UP/J
Tingkat kesibukan yang dimiliki oleh seharusnya betul-betul di manfaatkan
guru dan siswa juga salah satu faktor semaksimal mungkin.
penghambat. Guru yang dituntut mengajar
minimal 24 jam perminggu disertai dengan KESIMPULAN
tuntutan pekerjaan seperti persiapan membuat Berdasarkan hasil penelitian dan
bahan ajar, koreksi dan penilaian membuat pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan
tugas guru sudah cukup padat. sebagai berikut:
Kurang koordinasi antara pengurus/ 1. Pengelolaan administrasi pada Program
karyawan dengan guru kewirausahaan/ UUP/J di SMKN Kelompok isnis dan
pembimbing menjadi salah satu faktor manajemen di Banjarmasin sudah efektif
penghambat dalam pelakasanaan teaching (34,4%)
factory. Pada umumnya guru yang diberi tugas 2. Pelaksanaan pembelajaran pada Program
membimbing siswa sebagian besar tidak terlibat UP.J di SMKN Kelompok bisnis dan
secara langsung dalam kegiatan di UP/J, manajemen di Banjarmasin sudah termasuk
sehingga guru pembimbing merasa kurang efektif (36,6%)
leluasa dalam mengarahkan siswa. Dan siswa

Pelaksanaan Unit Produksi pada Sekolah Menengah Kejuruan


16

3. Pencapain tujuan pada Program UP/J di guru dengan gaji dari penghasilan UP/J
SMKN Kelompok bisnis dan manajemen sekolah itu sendiri. Hal ini bermakna
di Banjarmasin berjalan efektif (35,6%). manajer yang profesional akan
4. Tindak lanjut pendampingan Program UP/J meningkatkan produktivitas dan
di SMKN Kelompok bisnis dan manajemen pengetahuan siswa serta membantu kerja
di Banjarmasin sudah termasuk efektif guru dalam mewujudkan pelaksanaan UPJ
(38,9%). sebagai sarana pembelajaran.
5. a. Faktor pendukung pelaksanaan UP/J 3. Disarankan kepada guru baik yang terlibat
Sumber daya manusia, fasilitas yang langsung di UP/J atau guru yang tidak
memadai, dana hibah dari masuk dalam jajaran kepengurusan UP/J
pusat/daerah, partisipasi langsung dari untuk lebih meningkatkan perannya sebagai
warga sekolah, dan adanya kerjasama motivator dan pembimbing siswa dengan
yang baik antara sekolah terhadap memperjelas tujuan penyelenggaraan UP/J,
pihak distributor. memperjelas tugas yang harus dikerjakan
b. Faktor pengahambat/kendala dalam siswa. Mempersiapkan pengetahuan, sikap
pelaksanaan UP/J yaitu: dan keterampilan siswa dalam bidang
Persepsi orang tua yang tidak masing-masing sesuai dengan kurikulum
mendukung anaknya dalam pemasaran yang diberlakukan di SMK melalui
produk, keterbatasan waktu yang pembelajaran dikelas.
dimiliki oleh guru dan siswa,
kurangnya koordinasi antara guru DAFTAR PUSTAKA
dengan karyawan, kurangnya Fidler.B (2002) Strategic management school
komunikasi sesama guru, harga dari development.London:Paul Chapman
Publishing.
produsen yang cukup tinggi, dan
Finch, R., Curtis. & Crunkilton, R., (1999)
kurangnya motivasi siswa. Curriculum development in vocational
and technical education: Planning,
content, and implimentation. Needham
SARAN Heights, MA: Allyn & Bacon.
1. Disarankan kepada pelaksana UP/J untuk Finch Curtis and Clinkton R John (1993),
memperdalam pemahaman tentang prinsip Curriculum Development in Vocational
and Technical Education, Planning,
kegiatan UP/J sebagai sarana belajar dan content, implimentation Boston : Allyn
bekerja (learning by doing), sehingga and Bacon
seluruh siswa hendaknya mendapat Gibson, James L., Ivancevich, John M., Donelly,
James H. Jr., Konopaske, obert. (2006).
kesempatan dan lebih dominan dalam Organizations: Behavior, structure,
kegiatan praktik di UP/J. processes. Twelfth
2. Disarankan kepada kepala sekolah lebih Hani Handoko (2003). Manajemen Yogyakarta:
BPFE.
menekankan perannya pada UP/J dengan
Hadari Nawawi (2006). Evaluasi dan
perencanaan tenaga kerja agar UP/J sekolah manajemen kinerja dilingkungan
mempekerjakan manajer profesional bukan perusahaan dan industri. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 3, November


17
Kunandar (2007) Guru profesional production unit managers. The Journal of
implementasi KTSP dan sukses dalam Management Development. Bradford:
sertifikasi guru. Jakarta : RajaGrafindo 2007. Vol. 26, Iss. 4; pg. 312
Persada
Uzer Usman,M. (2007). Menjadi guru
McDavid.J & Hawthorn. L (2006). Program profesional. Bandung: Rosdakarya
Evaluation & Performance
Measurement:An Introduction to Practice, Serian Wijatno, (2009). Pengelolaan perguruan
London:by Sage Publications,Inc. tinggi secara efisien, efektif dan
ekonomis. Jakarta : Salemba Empat
PMPTK DEPDIKNAS (2007). Pedoman
manajemen unit produksi/jasa sebagai Wina Sanjaya. (2005). Pembelajaran dalam
sumber belajar siswa dan penggalian implementasi kurikulum berbasis
dana pendidikan persekolahan. kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Rappe, Christoph. & Zwick, Thomas. (2007).
Developing leadership competence of

Pelaksanaan Unit Produksi pada Sekolah Menengah Kejuruan

Anda mungkin juga menyukai