Anda di halaman 1dari 7

Islam sebagai agama yang sempurna tidak perlu kita ragukan lagi, dan kesempurnaan Islam tersebut selalu

menjadi solusi bagi setiap


persoalan kehidupan.

Nabi Muhammad SAW bersabda:


‫االسالم يعلو وال يعلى عليه‬
"Islam itu tinggi/mulia, dan tidak ada yg lebih tinggi/mulia dari Islam."

Namun di masyarakat sering dijumpai ketidaksesuaian antara ajaran Islam dengan tingkah laku pemeluknya. Ini dikarenakan umat
jauh dari mengamalkan agama, dan dari sana kemudian muncul berbagai permasalahan dalam kehidupan umat Islam.

Problematika umat Islam saat ini di antaranya:

1. Problematika Iman
Saat ini banyak umat Islam yang nampak lemah, iman tidak lagi dijadikan sebagai tolok ukur dalam bersikap dan bertingkah laku,
akibatnya orang tidak memiliki rasa malu hingga melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan Allah SWT. Selain juga tidak sedikit kaum
muslimin yang tidak peduli terhadap persoalan Islam dan umat Islam.

2. Problematika Pemahaman terhadap Islam


Pemahaman Islam yang baik adalah pemahaman yang didasari pada Al-Qur'an dan Sunnah yang shahih sehingga Islam dipahami
secara utuh, yakni secara syamil (menyeluruh) dan kamil (sempurna).

Realitanya, tidak sedikit dari umat yang memahami Islam secara parsial (juz'iyah) sehingga mereka mengamalkan satu aspek dari
Islam itu lalu mengabaikan aspek lainnya.

3. Problematika Politik
Umat Islam belum bisa mewarnai kehidupan berpolitik, bahkan tidak sedikit umat Islam yang dieksploitasi untuk kepentingan politik
kalangan tertentu. Ada pula yang tidak mau menggunakan politik Islam dalam sepak terjang kehidupan politiknya, malah cenderung
menggunakan Islam untuk kepentingan politik, bukan berpolitik untuk kepentingan Islam.

4. Problematika Ekonomi
Rasulullah mengingatkan akan kemungkinan seseorang menjadi kufur karena kefakiran (kemiskinan), meskipun bukan sebuah
jaminan jika orang sudah berkecukupan harta menjadi taat.
Saat ini amat banyak penduduk muslim yang miskin sehingga menimbulkan berbagai persoalan baru, juga persoalan sistem
perekonomian yang belum sejalan dengan nilai-nilai Islam.

5. Problematika Ukhuwah dan Persaudaraan


Faktor permasalahan ukhuwah dan persaudaraan ini karena adanya sikap fanatisme golongan, padahal mestinya golongan yang
terbagi-bagi dalam bentuk organisasi kemasyarakatan, yayasan, kelompok, hingga partai politik menjadi alat untuk menjayakan Islam
dan umat Islam secara keseluruhan, bukan semata-mata menjayakan golongan.

6. Problematika Dakwah
Islam adalah agama dakwah dan dakwah menjadi kewajiban setiap muslim. Saat ini dakwah baru diemban oleh sedikit dari umat, itu
pun para da'inya belum terbina dengan baik dengan potensi yang baru apa adanya, belum kepada yang seharusnya.

Menyikapi keenam problematika tersebut, umat Islam harus kembali dan dekat dengan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW,
sebagaimana ditawarkan QS. Al Jumuah ayat 2.
‫َٰل‬
‫ُهَو ٱَّلِذ ى َبَع َث ِفى ٱُأْلِّم ِّيَن َر ُس واًل ِّم ْنُهْم َيْتُلو۟ا َع َلْيِهْم َء اَٰي ِتِهۦ َو ُيَز ِّك يِهْم َو ُيَع ِّلُم ُهُم ٱْلِكَٰت َب َو ٱْلِح ْك َم َة َوِإن َك اُنو۟ا ِم ن َقْبُل َلِفى َض ٍل ُّم ِبيٍن‬

"Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-
benar dalam kesesatan yang nyata."
Ada yang mengatakan bahwa problema umat Islam yang paling mendasar adalah konspirasi musuh-musuh Islam yaitu orang-orang
kafir dan kemenangan orang kafir atas kaum muslimin. Pihak pertama ini menawarkan solusi berupa menyibukan kaum muslimin
dengan strategi-strategi orang-orang kafir, perkataan dan penegasan mereka.

Ada juga yang mengatakan bahwa permasalahan kaum muslimin yang paling pokok adalah berkuasanya para pemimpin yang zalim di
berbagai negeri kaum muslimin. Sehingga pihak kedua ini menawarkan solusi berupa upaya menggulingkan pemerintahan yang ada
dan menyibukkan kaum muslimin dengan hal ini.

Di sisi lain ada juga yang berpendapat bahwa masalah kita yang paling pokok adalah perpecahan kaum muslimin. Oleh karenanya
solusi tepat adalah menyatukan kaum muslimin sehingga kaum muslimin unggul dalam kuantitas.

Ada juga analisis keempat. Analisis ini mengatakan bahwa penyakit akut umat ini adalah meninggalkan jihad sehingga obat penyakit
ini adalah mengibarkan bendera jihad dan menabuh genderang perang melawan orang-orang kafir.

Marilah kita telaah bersama pendapat-pendapat di atas dengan dua panduan kita yaitu Al Qur’an dan Sunnah.
Terkait dengan pendapat pertama, kita jumpai firman Allah,

‫َو ِإْن َتْص ِبُروا َو َتَّتُقوا اَل َيُضُّر ُك ْم َكْيُدُهْم َشْيًئا‬

“Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.” (Qs. Ali
Imran: 120)
Ayat di atas dengan tegas menunjukkan bahwa jika kita benar-benar bertakwa kepada Allah maka konspirasi musuh bukanlah
ancaman yang berarti.

Tentang pendapat kedua, kita jumpai firman Allah,

‫َو َك َذ ِلَك ُنَو ِّلي َبْع َض الَّظاِلِم يَن َبْعًضا ِبَم ا َك اُنوا َيْك ِس ُبوَن‬
“Dan demikianlah, kami jadikan orang yang zalim sebagai pemimpin bagi orang zalim disebabkan maksiat yang mereka
lakukan.” (Qs. Al An’am: 129)

Ayat ini menunjukkan bahwa penguasa yang zalim hukuman yang Allah timpakan kepada rakyat yang juga zalim disebabkan dosa-
dosa rakyat. Jika demikian, penguasa yang zalim bukanlah penyakit bahkan penyakit sebenarnya adalah keadaan rakyat.

Sedangkan untuk pendapat ketiga kita dapati firman Allah,

‫َو َيْو َم ُحَنْيٍن ِإْذ َأْع َجَبْتُك ْم َك ْثَر ُتُك ْم َفَلْم ُتْغ ِن َع ْنُك ْم َشْيًئا‬

“Dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang
banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun.” (Qs. At Taubah: 25)
Ayat ini menunjukkan bahwa persatuan dan jumlah yang banyak tidaklah bermanfaat jika kemaksiatan tersebar di tengah-tengah
mereka. Kita lihat dosa ujub telah menghancurkan faedah dari jumlah yang banyak sehingga para shahabat menuai kekalahan pada
saat perang Hunain. Di antara maksiat adalah menyatukan barisan bersama orang-orang yang membenci sunnah Nabi karena sikap
tepat terhadap mereka adalah memberikan nasihat, bukan mendiamkan kesalahan. Sikap minimal adalah mengingkari dengan hati
dalam bentuk tidak menghadiri acara-acara yang menyimpang dari sunnah bukan malah menikmati.

Untuk pendapat keempat kita katakan bahwa jihad itu bukanlah tujuan namun yang menjadi tujuan adalah menegakkan agama Allah
di muka bumi. Oleh karena itu, ketika kaum muslimin lemah dari sisi agama dan persenjataan maka menabuh genderang perang pada
saat itu lebih banyak bahayanya dari pada manfaatnya. Oleh karena itu, Allah tidak mewajibkan jihad kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam saat beliau masih berada di Mekah dikarenakan berperang ketika itu lebih banyak bahayanya dari pada manfaatnya.
Oleh karena itu, identifikasi yang tepat untuk penyakit yang membinasakan umat dan menjadikan kaum muslimin terbelakang adalah
dosa-dosa kita sendiri. Banyak dalil dari al Qur’an yang menunjukkan hal ini. Di antaranya adalah firman Allah,

‫َأَو َلَّم ا َأَص اَبْتُك ْم ُمِص يَبٌة َقْد َأَص ْبُتْم ِم ْثَلْيَها ُقْلُتْم َأَّنى َهَذ ا ُقْل ُهَو ِم ْن ِع ْنِد َأْنُفِس ُك ْم ِإَّن َهَّللا َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد يٌر‬

“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), Padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat
kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Dari mana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah, “Itu dari
(kesalahan) dirimu sendiri.” Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Qs. Ali Imran: 165)
Oleh sebab itu, obat yang mujarab adalah membersihkan diri kita dan seluruh umat dari dosa. Sedangkan dosa yang paling berbahaya
adalah syirik dan bid’ah. Demikian pula kita berusaha dengan penuh kesungguhan untuk mengembalikan umat kepada panduan hidup
mereka yaitu Al Qur’an dan sunnah Rasul sebagaimana pemahaman salaf. Kita habiskan umur dan harta kita untuk menegakan
bendera tauhid dan sunnah dan menghancurkan bendera syirik dan bid’ah dengan berbagai sarana dan media yang kita miliki.

Jika bendera tauhid dan sunnah telah tegak berkibar dan bendera syirik dan bid’ah hancur maka saat itu kita berhak mendapatkan janji
Allah yaitu kemenangan.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/885-solusi-problematika-umat-islam.html

Dalam sejarah kehidupan manusia, kebutuhan akan seorang pemimpin sangat urgen demi kemaslahatan kehidupan bersama. Dalam
ajaran Islam, kepemimpinan sangat penting guna mengatur kehidupan bermasyarakat yang bermartabat. Jika kehidupan tidak ada
aturan maka akan menimbulkan kemudharatan dan cenderung mengakibatkan instabilitas bermasyarakat dan bernegara. Oleh karena
itu dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat menjadikan kehidupan yang menjunjung tinggi keadilan. Ketika menunjuk dan memilih
seorang pemimpin, maka hindari kriteria pemimpin yang zalim, yang mengedepankan kepentingan pribadi daripada kepentingan
kelompok dan golongan. Pemimpin zalim yang mengistimewakan pihak tertentu dan berlaku zalim dengan kelompok lainnya.
Pemimpin zalim yang percaya kepada pendusta dan dan orang yang jujur didustakan. Pemimpin zalim yang berkhianat terhadap
amanah dan orang yang amanah dikhianati. Terlebih lagi pemimpin zalim tersebut menyuarakan kemungkaran dan tidak berlaku adil.
Rasulullah SAW sudah memberikan peringatan tentang pemimpin zalim dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, Nabi
SAW bersabda:

Yang artinya: “Akan datang tahun-tahun penuh kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang jujur didustakan,
pengkhianatan terhadap amanah yang diberi, orang yang jujur dikhianati, dan ruwaibidhah ikut berkomentar. Lalu ditanya, apa itu
ruwaibidhah? Beliau menjawab: orang-orang bodoh yang mengurusi urusan perkara umum.”
Dihadis lain Rasulullah SAW juga menegaskan akan mengancaman bagi pemimpin yang zalim, Rasulullah SAW
bersabda: “Dengarkanlah, apakah kalian telah mendengar bahwa sepeninggalku akan ada para pemimpin? Siapa yang masuk
kepada mereka, lalu membenarkan kedustaan mereka dan menyokong kezaliman mereka, maka dia bukan golonganku, aku juga
bukan golongannya. Dia juga tak akan menemuiku di telaga.” (HR Tirmidzi, Nasai dan Al Hakim).
Pemimpin yang zalim sangat berbahaya bagi kehidupan bermasyarakat. Akan terjadi gejolak protes dan demonstrasi dilakukan
masyarakat dikarenakan adanya ketidakadilan dan kezaliman seorang pemimpin. Allah SWT berfirman didalam surah Asyuara ayat
42 yang artinya: “Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi
tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih”.
Rasulullah SAW juga memberikan peringatan dan ancaman bagi pemimpin yang berbuat zalim, Rasulullah SAW
bersabda : “Siapapun pemimpin yang menipu rakyatnya, maka tempatnya di neraka” (HR Ahmad).

Dalam ajaran Islam banyak kisah pemimpin yang zalim dan tidak berlaku adil. Salah satunya disebutkan dalam Al Qur’an adalah
kisah Firaun. Firaun merupakan seorang raja sekaligus pemimpin yang zalim. Dengan kekuatan dan kekuasaannya, Firaun bebas
bertindak semaunya sekalipun tindakannya tidak sesuai dengan nilai dan keadilan. Bagi masyarakat yang tidak mau mengikuti
kehendaknya maka akan diberi hukuman olehnya. Firaun akan menghukum rakyat yang tidak mau mengikuti kehendaknya. Atas
perbuatan kepemimpinan yang zalim, Allah SWT memberikan azab sekaligus menjadi I’tibar bagi kehidupan umat manusia
setelahnya. Allah SWT berfirman dalam surah Al Qoshos ayat 40 yang artinya: “Maka Kami siksa dia (Fir‘aun) dan bala
tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang zalim. Dan Kami
jadikan mereka para pemimpin yang mengajak (manusia) ke neraka dan pada hari Kiamat mereka tidak akan ditolong. Dan Kami
susulkan laknat kepada mereka di dunia ini; sedangkan pada hari Kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari
rahmat Allah).”
Artinya : Hadits Abu Hurairah ra. Dimana ia berkata : “pada suatu hari Nabi SAW. Berada di tengah-tengah para sahabat, lalu ada
seseorang datang kepada beliau lantas bertanya : “Apakah iman itu?”. Beliau menjawab : “Iman adalah kamu percaya kepada Allah
dan malaikatNya, percaya dengan adanya pertemuan denganNya, dan dengan adanya rasul-rasulNya, dan kamu percaya dengan
adanya hari kebangkitan (setelah mati)”. Ia bertanya : “Apakah Islam itu?”. Beliau menjawab : “Islam yaitu kamu yang menyembah
kepada Allah dan tidak mempersekutukanNya, mendirikan shalat, menunaikan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa pada bulan
ramadhlan”. Ia bertanya : “Apakah Ihsan itu?”. Beliau menjawab : “kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihatNya, dan jika
kamu tidak bisa (seakan-akan) melihatNya maka (beryakinlah) bahwa sesungguhnya Allah melihat kamu”. Ia bertanya : “Kapan hari
kiamat itu?”. Beliau menjawab : “Orang yang ditanya tentang hari kiamat itu tidak lebih tahu daripada orang yang bertanya. Akan
tetapi aku akan memberitahukan kepadamu tentang tanda-tandanya (yaitu)apabila seorang budak perempuan melahirkan tuannya,
apabila pengembala unta dan ternak berlomba-lomba dalam bangunan; dalam lima hal tidak mengetahuinya kecuali Allah”. Kemudian
Nabi SAW. Membaca ayat (yang artinya) : “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisiNya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan
Dialah yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi
mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi maha mengenal”. Orang yang bertanya itu lantas pergi , lalu beliau
bersabda : “itu adalah Jibril yang datang untuk mengajarkan manusia tentang agama mereka”. (HR Bukhari; Muslim ).

Anda mungkin juga menyukai