Anda di halaman 1dari 4

1

Cerita Sahabat Ukasyah


Ingin Memeluk Rasulullah untuk Terakhir Kalinya

Khutbah I

‫ َو َع ٰل ى ٰا ِل ِه‬. ‫ َو الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم َع ٰل ى َس ِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد َخ ْي ِر اَأْلَن اِم‬. ‫َاْلَح ْم ُد ِهلِل اَّلِذْي َأْن َعَم َن ا ِبِنْع َمِة اِاْلْي َم اِن َو اِاْلْس اَل ِم‬
‫ َو َأْش َه ُد َاَّن َس ِّيَد َن ا َو َح ِبْي َب َن ا ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه‬. ‫ َأْش َه ُد َاْن اَل ِاٰل َه ِااَّل ُهللا اْل َم ِلُك اْل ُقُّدْو ُس الَّس اَل ُم‬. ‫َو َأْص َح اِبِه اْل ِكَر اِم‬
‫ ِاَّتُقوا َهّٰللا َح َّق ُتَقاِت ِه َو اَل َت ُم ْو ُتَّن ِااَّل َو َأْنُتْم‬, ‫ َف َي اَأُّي َه ا اْلُمْؤ ِم ُنْو َن‬: ‫ َأَّما َب ْع ُد‬. ‫َو َر ُسْو ُلُه َص اِحُب الَّش َر ِف َو اِإْلْح ِتَر ام‬
. ‫ َو َج َع َلُك ْم ِمْن ُأَّمِة َذ ِو ى ْاَألْر َح اِم‬، ‫ َو َأْو َالُك ْم ِمَن اْل َفْض ِل َو اِإلْن َع اِم‬، ‫ َو اْشُك ُرْو ُه َع َلى َم ا َه َد اُك ْم ِلِإل ْس َالِم‬, ‫ُمْس ِلُمْو َن‬
‫ َو َم ا َأْر َس ْلَن اك ِإاَّل َر ْح َم ة ِلْلَع اَلِمين‬: ‫َق ال هللا َت َع اَلى‬

.Maasyiral muslimin rahima kumullah


Dalam kesempatan ini, izinkan Khatib membawakan cerita seorang
Sahabat yang bernama Ukasyah
Cerita ini terjadi pada diri Rasulullah sebelum beliau wafat.
Ketika itu Nabi Muhammad SAW telah jatuh sakit agak lama sehingga
keadaannya sangat lemah.
Pada suatu hari, Rasulullah SAW meminta Bilal memanggil semua
Sahabat datang ke Masjid. Tidak lama kemudian, penuhlah Masjid dgn
para Sahabat.
Semuanya merasa rindu setelah agak lama tidak mendapatkan
“taushiyah” dari Rasulullah SAW.
Beliau duduk dengan lemah di atas mimbar. Wajahnya terlihat pucat
menahan sakit yang tengah dideritanya.
Kemudian Rasulullah SAW berkata.
"Wahai sahabat-sahabatku semua. Aku ingin bertanya, apakah telah
aku sampaikan semua kepadamu bahwa sesungguhnya Allah SWT itu
adalah satu-satunya Tuhan yg layak disembah?," kata Rasulullah.
Semua Sahabat menjawab dengan suara bersemangat. "Benar
wahai Rasulullah, Engkau telah sampaikan kepada kami bahwa
sesungguhnya Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang layak
disembah."
Kemudian Rasulullah SAW melanjutkan ucapannya. "Persaksikanlah ya
Allah. Sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah ini kepada
mereka."
Berikutnya Rasulullah SAW bersabda lagi, dan setiap apa
yang Rasulullah sabdakan, selalu dibenarkan oleh para sahabat.
Akhirnya, sampailah pada satu momentum pertanyaan yang menjadikan
para Sahabat sedih dan terharu.
"Sesungguhnya, aku akan pergi menemui Allah SWT. Dan sebelum aku
pergi, aku ingin menyelesaikan segala urusan dengan manusia. Maka
aku ingin bertanya kepada kalian semua. Adakah aku berhutang kepada
kalian? Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut. Karena aku tidak
2

mau bertemu dgn Allah SWT dalam keadaan berhutang dengan


manusia," ujar Rasulullah.
Mendengar perkataan itu semua para Sahabat diam. Dalam hati
masing-masing berkata, "Mana mungkin Rasullullah SAW berhutang
dengan kami. Justru Kamilah yg banyak berhutang kepada Rasulullah".
Rasulullah SAW mengulangi pertanyaan itu sebanyak 3 kali. Tiba-tiba
bangun seorang lelaki yang bernama UKASYAH. Ia adalah sahabat, yang
cukup dekat dengan Rasulullah SAW.
"Ya Rasulullah...Aku ingin sampaikan masalah ini. Seandainya ini
dianggap utang, Maka aku minta engkau selesaikan. Seandainya bukan
utang, maka tidak perlulah engkau berbuat apa-apa," ujar Ukasyah.
Rasulullah SAW berkata, "Sampaikanlah wahai Ukasyah".
Maka Ukasyah pun mulai bercerita.
"Aku masih ingat ketika perang Uhud dulu. Suatu ketika engkau
menunggang kuda, lalu engkau pukulkan cemeti ke belakang kuda.
Tetapi cemeti tersebut tidak kena pada belakang kuda, tapi justru
terkena pada dadaku karena ketika itu aku berdiri dibelakang kuda
yang engkau tunggangi wahai Rasulullah," jelas Ukasyah.
Mendengar itu, Rasulullah SAW berkata, "Sesungguhnya itu adalah
utang wahai Ukasyah. Kalau dulu aku pukul engkau, maka hari ini aku
akan terima hal yang sama."
Kemudian Ukasyah berkata. "Kalau begitu aku ingin segera melakukan-
nya wahai Rasulullah."
Ukasyah seolah tidak merasa bersalah mengatakan hal tersebut.
Sementara sebagian sahabat berteriak marah kepada Ukasyah.
"Sungguh engkau tidak berperasaan Ukasyah. Bukankah Baginda
sedang sakit..!!?," teriak para Sahabat.
Ukasyah tidak menghiraukan semua itu.
Rasulullah SAW meminta Bilal mengambil cambuk di rumah Fatimah,
anaknya.
Bilal meminta cambuk itu dari Fatimah,
Setelah mengambil cambuk itu, Ukasyah menuju ke
hadapan Rasulullah. Tiba-tiba Abu Bakar berdiri
menghalangi Ukasyah sambil berkata:
"Ukasyah, kalau kamu hendak memukul, pukullah aku!!," ujar Abu
Bakar.
Rasulullah SAW bersabda: "Duduklah wahai Abu Bakar. Ini urusan
antara aku dgn Ukasyah".
Ukasyah langsung menuju ke hadapan Rasulullah SAW. Kemudian
Umar bin Khattab berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata:
"Ukasyah! kalau engkau mau pukul, pukullah aku. Dulu aku pernah
berniat untuk menyakitinya. Itu dulu. Sekarang, tidak boleh ada
seorang pun yang boleh menyakiti Rasulullah Muhammad SAW. Kalau
engkau berani menyakiti Rasulullah, maka langkahi dulu mayatku..!!,"
kata Umar bin Khattab.
3

Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW, "Duduklah wahai Umar. Ini urusan
antara aku dengan Ukasyah".
Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah, dan tiba-tiba berdirilah Ali bin
Abu Talib, sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW. Dia
menghalangi Ukasyah sambil berkata:
"Ukasyah, pukullah aku saja. Darah yang sama mengalir pada tubuhku ini
wahai Ukasyah," ujar Ali.
Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW, "Duduklah wahai Ali, ini urusan antara
aku dengan Ukasyah".
Begitu sampai di tangga mimbar, dengan serius Ukasyah berkata,
"Bagaimana aku mau memukul engkau ya Rasulullah. Engkau duduk di
atas dan aku di bawah. Kalau engkau mau aku pukul, maka turunlah ke
bawah sini..!!"
Rasulullah SAW memang manusia terbaik. Kekasih Allah itu meminta
beberapa sahabat memapahnya ke bawah. Rasulullah SAW didudukkan
pada sebuah kursi, lalu dengan suara tenang Ukasyah berkata lagi:
"Dulu waktu engkau memukul aku, aku tidak memakai baju,
Ya Rasulullah."
Para sahabat makin geram dan murka mendengar perkataan Ukasyah.
Tanpa berlama-lama dalam keadaan lemah, Rasulullah SAW membuka
bajunya. Kemudian terlihatlah tubuh Rasulullah, sedang beberapa batu
terikat di perut Rasulullah, pertanda Rasulullah sedang menahan lapar.
Kemudian Rasulullah SAW berkata, "Wahai Ukasyah, Segeralah dan
janganlah kamu berlebih-lebihan. Nanti Allah SWT akan murka padamu."
Ukasyah langsung menghambur menuju Rasulullah SAW. Cambuk di
tangannya ia buang jauh-jauh. Kemudian ia peluk
tubuh Rasulullah SAW seerat-eratnya sambil menangis sejadi-jadinya.
"Ya Rasulullah, ampuni aku, maafkan aku, mana ada manusia yang
sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah. Sengaja aku melakukannya, agar
aku dapat merapatkan tubuhku dengan tubuhmu. Karena Engkau pernah
mengatakan, "Barang siapa yang kulitnya pernah bersentuhan denganku,
maka diharamkan api neraka atasnya."
"Seumur hidupku aku bercita-cita dapat memelukmu. Karena
sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api
neraka."
"Dan sungguh aku takut dengan api neraka. Maafkan aku ya Rasulullah..."
Rasulullah SAW dgn senyum berkata, "Wahai sahabat-sahabatku semua.
Kalau kalian ingin melihat Ahli Syurga, maka lihatlah Ukasyah."
Semua sahabat menitikkan air mata. Setelah itu para sahabat
bergantian memeluk Rasulullah SAW.
Dari kisah ini menunjukkan betapa besar rasa cinta para Sahabat Nabi saw
kepada beliau seperti pernah disampaikan oleh Baginda Nabi, bahwa
belumlah kalian dianggap beriman, sampai ia menjadikan diriku orang
yang paling dicintainya dari pada ayah, anak maupun keluarganya, serta
manusia pada umumnya.
‫‪4‬‬

‫‪Khutbah II‬‬

‫اْلَح ْم ُد ِهّٰلِل اَاْلَح ِد الَّصَمِد اَّلِذْي َلْم َي ِلْد َو َلْم ُيْو َلْد َو َلْم َي ُك ْن َلُه ُكُفًو ا َأَح ٌد ‪َ .‬أْش َه ُد َأْن اَل ِإٰل َه ِااَّل ُهّٰللا اَّلِذْي َأَمَر َن ا‬
‫ِباِإْلِّت َح اِد‪َ .‬و َأْش َه ُد َأَّن ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه َو َر ُسْو ُلُه اَّلِذْي َد َع اَن ا ِبُحِّب اْل ِباَل ِد‪ .‬الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم َع َلى َس ِّيِد َن ا َو َح ِبْي ِبَن ا‬
‫‪َ.‬و َش ِفْيِع َن ا َو َم ْو اَل َن ا ُم َح َّمٍد اَّلِذْي َأْر َس َل ِلْلَع اَلِمْي َن ِاَلى َي ْو ِم اْلَمَعاِد َأَّما َب ْع ُد‬
‫َف َي اَأُّي َه ا الَّن اُس ُأْو ِص ْي ُك ْم َو َن ْف ِس ْي ِبَت ْق َو ى ِهٰللا َفَقْد َف اَز اْلُم َّت ُقْو َن ‪َ .‬فَقاَل ُهٰللا َت َع اَلى ِاَّن َهٰللا َو َم اَل ِئَكَت ُه ُيَص ُّلْو َن َع َلى‬
‫الَّن ِبِّي ٰي َأُّي َه ا اَّلِذْي َن ٰأ َم ُنْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُمْو ا َت ْس ِلْيًما َالّٰل ُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َع ٰل ى َس ِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد َو َع ٰل ى ٰأ ِل َسِّيِد َن ا‬
‫ُم َح َّمٍد َك َم ا َص َّلْيَت َع ٰل ى َسِّيِد َن ا ِاْب َر اِهْي َم َو َب اِر ْك َع ٰل ى َس ِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد َو َع ٰل ى ٰا ِل َسِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد َك َم ا َب اَر ْك َت َع ٰل ى‬
‫َس ِّيِد َن ا ِاْب َر اِهْي َم َو َع ٰل ى ٰا ِل َس ِّيِد َن ا ِاْب َر اِهْي َم ْف ي اْل َع اَلِمْي َن ِاَّن َك َح ِمْي ٌد َم ِج ْي ٌد َالّٰل ُهَّم َو اْر َض َع ِن اْل ُخَلَفاِء الَّر اِش ِدْي َن ‪.‬‬
‫ٰل‬
‫‪َ.‬و َع ْن َاْص َح اِب َن ِبِّي َك َاْج َم ِعْي َن ‪َ .‬و الَّت اِبِعْب َن َو َت اِبِع الَّت اِبِعْي َن َو َت اِبِع ِه ْم ِا ى َي ْو ِم الِّد ْي ِن‬
‫َالّٰل ُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُمْس ِلِمْي َن َو اْل ُمْس ِلَماِت َو اْلُمْؤ ِم ِنْي َن َو اْلُمْؤ ِم َن اِت َالّٰل ُهَّم اْد َف ْع َع َّن ا اْلَغ اَل َء َو اْلَو َب اَء َو الَّط اُعْو َن‬
‫َو اَاْلْم َر اَض َو اْل ِفَت َن َم ا اَل َي ْد َف ُعُه َغ ْيُر َك َع ْن َب َلِد َن ا ٰه َذ ا ِاْن ُد ْو ِنْيِس َّيا َخ اَّص ًة َو َع ْن َس اِئِر ِباَل ِد اْلُمْس ِلِمْي َن َع اَّم ًة َي ا‬
‫َر َّب اْلَع اَلِمْي َن ‪َ .‬ر َّب َن ا ٰا ِتَن ا ِفي الُّد ْن َي ا َح َس َن ًة َو ِفي اٰاْل ِخَر ِة َح َس َن ًة َو ِقَن ا َع َذ اَب الَّن اِر ِع َب اَد ِهٰللا ِاَّن َهٰللا َي ْأُمُر ِباْلَع ْد ِل‬
‫َو اِاْلْح َس اِن َو َي ْن َه ى َع ِن اْل َفْح َش اِء َو اْل ُم ْن َك ِر ‪َ .‬يِع ُظ ُك ْم َلَع َّلُك ْم َت َذ َّك ُرْو َن ‪َ .‬ف اْذ ُك ُروا َهٰللا اْلَعِظ ْي َم َي ْذ ُك ْر ُك ْم ‪َ .‬و اْشُك ُرْو ُه‬
‫‪َ .‬ع ٰل ى ِنَعِمِه َي ِز ْد ُك ْم ‪َ .‬و َلِذ ْك ُر ِهٰللا َاْك َب ر‪ .‬أقيموا الصالة‬

Anda mungkin juga menyukai