Anda di halaman 1dari 18

ISSN 2715-1689

BULETIN AGRITEK
Volume 2, Nomor 2, November 2021

Penanggungjawab :
Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian,
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Reviewer :
Ketua merangkap Anggota:
Prof. Dr. Ir. Rubiyo, M.Si (Peneliti Utama, Pemuliaan dan Genetika Tanaman, BBP2TP)

Anggota:
Dr. Yudi Sastro, SP., MP (Peneliti Madya, Mikrobiologi Tanah, BB Padi)
Ir. Sri Suryani M Rambe, M.Agr (Penyuluh Utama, BPTP Balitbangtan Bengkulu)
Drs. Afrizon, M.Si. (Peneliti Madya, BPTP Balitbangtan Bengkulu)
Dr. Hamdan, SP., M.Si (Peneliti Muda, BPTP Balitbangtan Bengkulu)

Mitra Bestari :
Dr. Ir. Darkam Musaddad, M.Si (Peneliti Madya, Balitsa)
Dr. Shannora Yuliasari, STP., MP. (Peneliti Muda, BPTP Balitbangtan Bengkulu)
Prof. Ir. Muhammad Chosin, MSc. Ph.D (Guru Besar Faperta Universitas Bengkulu).
Dr. Andi Ishak, A.Pi., M.Si. (Peneliti Muda, BPTP Balitbangtan Bengkulu)

Dewan Editor :
lrma Calista Siagian, S.T., M.Agr.Sc.
Herlena Bidi Astuti, S.P., MP
Kusmea Dinata, S.P., MP
Yahumri, S.P., M.Ling
Ria Puspitasari, S.Pt, M.Si.
Engkos Kosmana, S.ST.
Evi Silviyani, S.ST.

Alamat Redaksi :
Balai Pengakjian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu
Jln. Irian KM. 6,5 Bengkulu, 38119
Telpon/Faximile : (0376) 23030/345568 E-mail : bptp_bengkulu@yahoo.com.
Website : www.bengkulu.litbang.pertanian.go.id
ISSN 2715-1689

Buletin AGRITEK
Volume 2, Nomor 2, November 2021

PERENCANAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN


BERKELANJUTAN (LP2B) DI KABUPATEN SUMEDANG (Mujiono dan 1-10
Yahumri)

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI MELON (Cucumis melo L) DI


11-24
KOTA BENGKULU (Kholis Karimil, Reswita dan Irnad)

KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN ORGANOLEPTIK KUE BAY


TAT BERBASIS TEPUNG PISANG AMBON CURUP (Musa sapientum
25-39
cv. ‘Ambon Curup’) (Marina Patila Sari, Lina Widawati, Andwini Prasetya
dan Hesti Nur’aini)

KARAKTERISTIK MUTU DAN PERSEPSI MINAT MASYARAKAT


TERHADAP MAKANAN TRADISIONAL “LEMANG” DI KOTA 40-49
BENGKULU (Assa’idus Tsalits, Lina Widawati, Hesti Nur’aini)

KELAYAKAN USAHATANI PAKCOY HIDROPONIK DI RUMAH


KACA DENGAN NUTRISI BERBEDA (Nelli, Hamdan, Yulie Oktavia 50-57
dan Shannora Yuliasari)

POTENSI SISTEM INTEGRASI TANAMAN-TERNAK BERBASIS


SAPI POTONG DI KABUPATEN BENGKULU SELATAN (Herlena
58-67
Bidi Astuti, Shannora Yuliasari, Wahyuni Amelia Wulandari, Emlan Fauzi
Jhon Firison, Andi Ishak dan Yudi Sastro)
KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN ORGANOLEPTIK
KUE BAY TAT BERBASIS TEPUNG PISANG AMBON CURUP
(Musa sapientum cv. ‘Ambon Curup’)

PHYSICAL, CHEMICAL, AND ORGANOLEPTIC


CHARACTERISTICS OF BAY TAT CAKES BASED ON AMBON
CURUP BANANA (Musa sapientum cv. ‘Ambon Curup’) FLOUR
Marina Patila Sari1, Lina Widawati1*, Andwini Prasetya1, Hesti Nur’aini1
1
Prodi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Dehasen
Bengkulu. Jl. Meranti Raya No 32 Kota Bengkulu
*
Email: linawida84@unived.ac.id

ABSTRAK
Kue bay tat merupakan salah satu kue khas Bengkulu yang terbuat dari tepung terigu
dengan selai nanas dibagian atasnya. Penggunaan tepung pisang Ambon Curup diharapkan
dapat sebagai substitusi tepung terigu dalam pengolahan kue bay tat. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis pengaruh substitusi tepung pisang terhadap sifat fisik, kimia dan
organoleptik kue bay tat. Metode dalam penelitian meliputi proses pengolahan tepung
pisang dan pengolahan kue bay tat dengan perlakuan terhadap masing-masing sampel yaitu
substitusi tepung pisang Ambon Curup (0%, 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%). Analisis
pada penelitian ini meliputi rendemen, kadar air, dan karbohidrat tepung pisang Ambon
Curup serta kadar air, karbohidrat dan organoleptik kue bay tat. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rendemen tepung pisang Ambon Curup yang didapat sebesar 23,80%
dengan kadar air 10,45%, dan kadar karbohidrat 39,17%. Substitusi tepung pisang Ambon
Curup tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air kue bay tat, kadar air kue bay tat berkisar
antara 24,44% hingga 24,59%. Kadar karbohidrat kue bay tat antara 25,69% hingga
29,85%. Tekstur kue bay tat antara 4,89 g/mm 2 hingga 641,50 g/mm2. Hasil organoleptik
warna kue bay tat antara 2,25 (tidak suka) hingga 4,45 (suka). Hasil organoleptik rasa kue
bay tat antara 2,85 (agak suka) hingga 3,95 (suka). Hasil organoleptik aroma kue bay tat
antara 2,60 (agak suka) hingga 3,40 (suka). Hasil organoleptik testur kue bay tat antara
2,75 (agak suka) hingga 3,70 (suka).
Kata Kunci: tepung pisang Ambon Curup, kue bay tat, substitusi

ABSTRACT

Bay tat cake is one of Bengkulu’s traditional cakes made from wheat flour with pineapple
jam on top. The use of Ambon Curup banana flour is expected to be a substitute for wheat
flour in the processing of bay tat cakes. The purpose of this study was to analyze the effect
of banana flour substitution on the physical, chemical and organoleptic properties of bay
tat cakes. The method in this research includes banana flour processing and bay tat cake
processing with treatment for each sample, namely Ambon Curup banana flour substitution
(0%, 10%, 20%, 30%, 40% and 50%). The analysis in this study included the yield, water
content, and carbohydrates of Ambon Curup banana flour as well as water, carbohydrate
content and organoleptic of bay tat cake. The results showed that the yield of Ambon Curup

Buletin Agritek │ Volume 2, Nomor 2, November 2021


25
banana flour obtained was 23,80% with a water content of 10,45%, and a carbohydrate
content of 39,17%. Ambon Curup banana flour substitution had no significant effect on the
moisture content of the bay tat cake, the water content of the bay tat cake ranged from
24,44% to 24,59%. The carbohydrate content of the bay tat cake is between 25,69% to
29,85%. Bay tat cake texture between 4,89 g/mm2 to 641,50 g/mm2. The organoleptic result
color bay tat cake color is between 2,25 (dislike) to 4,45 (like). The organoleptic results of
bay tat cake taste between 2,85 (rather like) to 3,95 (like). The organoleptic results of the
bay tat cake aroma are between 2,60 (rather like) to 3,40 (like). The organoleptic results
of bay tat cake test were between 2,75 (rather liked) to 3,70 (liked).
Keywords: Ambon Curup Banana Flour, Bay Tat Cake, Substitution

PENDAHULUAN hijau dengan bercak coklat. Salah satu


Salah satu komoditas buah tropis kendala dalam penanganan pascapanen
dengan sumber gizi yang hampir yaitu distribusi pemasaran karena pisang
sempurna yaitu buah pisang, karena Ambon Curup tersebut mudah rusak
mengandung nutrisi seperti air, gula, (perishable). Proses kematangan yang
protein, lemak, vitamin, dan mineral. cepat, kondisi penyimpanan yang kurang
Selain itu, pisang juga dapat tepat serta jarak transportasi yang jauh
menyediakan cadangan energi dengan antara produsen dan konsumen
cepat bila dibutuhkan (Wakjira dkk, menyebabkan buah cepat busuk.
2012). Buah pisang merupakan hasil Menurut Suyanti dan Ahmad (2008),
tanaman pertanian dari kelompok sebagai komoditi hasil pertanian, buah
hortikultura dan termasuk salah satu pisang merupakan produk yang bersifat
tanaman pangan penting di Indonesia dan mudah rusak. Sedangkan umur
banyak diproduksi di Indonesia. Menurut simpannya juga sangat terbatas, sehingga
(BPS, 2021) produksi buah pisang di diperlukan penggunaan teknologi yang
Indonesia pada tahun 2020 mencapai tepat guna untuk mengolah buah pisang
8.182.756 ton. Sedangkan produksi buah menjadi produk makanan yang lebih
pisang pada 2020 di Propinsi Bengkulu meningkatkan nilai tambah dan umur
mencapai 18.153 ton. simpannya.
Kabupaten Rejang Lebong Salah satu cara penangan
menghasilkan pisang Ambon yang pascapanen yang dapat dilakukan yaitu
dikenal dengan buah pisang Ambon pengolahan pisang Ambon Curup
Curup. Pisang Ambon Curup memiliki menjadi tepung pisang, dimana
rasa yang manis, daging buah yang lunak pembuatan tepung ini merupakan usaha
dan berwarna putih kekuningan, serta untuk memperpanjang umur simpan buah
memiliki kulit berwarna kuning sedikit pisang yang biasanya hanya bertahan 7

Buletin Agritek │ Volume 2, Nomor 2, November 2021


26
sampai 10 hari. Setelah diolah menjadi baik dari segi fisik, kimia, maupun
tepung, daya simpannya bisa bertahan organoleptik.
selama 1 sampai 2 tahun dengan
METODE PENELITIAN
mempertahankan kandungan gula,
Bahan dan Alat
protein, lemak, vitamin, dan mineral dari
Bahan yang dibutuhkan dalam
pisang tersebut. Aplikasi tepung pisang
penelitian ini yaitu tepung pisang Ambon
Ambon Curup dapat mempermudah dan
Curup, tepung terigu, margarin, gula
memperluas pengembangan
pasir, telur, soda kue, santan, selai nanas,
pemanfaatan pisang melalui pengolahan
dan bahan-bahan untuk analisis. Alat
kue Bay Tat, yang merupakan salah satu
yang dibutuhkan untuk proses pembuatan
makanan tradisional di daerah Bengkulu.
kue bay tat yaitu timbangan, baskom,
Penelitian mengenai pemanfaatan tepung
mikser, oven, kuas roti, loyang, kompor
pisang Ambon Curup (Musa sapientum
dan alat untuk analisis.
cv. ‘Ambon Curup’) sebagai substitusi
tepung terigu dalam pengolahan kue bay Pelaksanaan penelitian

tat dilakukan sebagai salah satu Metode yang dilakukan dalam penelitian

diversifikasi produk olahan tepung ini adalah sebagai berikut:

pisang. 1. Penelitian tahap awal dilakukan

Kue bay tat merupkan salah satu dengan membuat tepung pisang

kue yang terbuat dari dari tepung terigu Ambon Curup sebagai berikut:

dengan selai nanas dibagian atasnya. a. Persiapan bahan baku, bahan yang

Menurut Maflahah (2012), makanan baik untuk dibuat tepung adalah

tradisional merupakan makanan yang pisang Ambon Curup yang

dikonsumsi oleh suatu masyarakat dipanen pada kematangan yang

dengan cita rasa yang khas. Salah satu optimal.

makanan tradisional dari daerah b. Pisang yang sudah disiapkan

Bengkulu adalah kue bay tat. Kue bay tat dikukus hingga kulitnya layu,

memiliki tekstur yang lembut dengan selama kurang lebih 15 menit.

rasa yang manis, warna yang agak kuning c. Pisang yang telah dikukus itu

kecoklatan serta aroma yang khas dari didinginkan terlebih dahulu baru

adonan kue bay tat. Kue bay tat yang kemudian dikupas kulitnya.

disubstitusi tepung pisang Ambon Curup d. Dilakukan pengirisan.

diharapkan dapat diterima konsumen

Buletin Agritek │ Volume 2, Nomor 2, November 2021


27
e. Dilakukan perendaman ke dalam kimia meliputi analisis kadar air
larutan kapur sirih selama 1 jam, metode pengeringan (AOAC,
dicuci dan ditiriskan. 2005) dan kadar karbohidrat
f. Irisan pisang dijemur dibawah metode by difference (AOAC,
sinar matahari langsung dengan 2005) serta organoleptik dengan
perhitungan 8 jam perhari selama cara uji hedonik atau tingkat
3 hari, yang ditandai dengan irisan kesukaan (Soekarto, 2000).
pisang mudah dipatahkan atau
Rancangan yang digunakan pada
dihancurkan.
penelitian ini yaitu rancangan acak
g. Setelah irisan pisang kering,
lengkap (RAL). Faktor tunggal (A) yaitu
dilakukan penggilingan,
substitusi tepung ambon pisang dengan 6
pengayakan dan dianalisis
perlakuan yaitu:
rendemen, kadar air, serta
A0 : Tepung terigu 500 gram + tepung
karbohidrat. pisang Ambon Curup 0 gram / 0%

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 A1 : Tepung terigu 450 gram + tepung


Rendemen = 𝑋 100% pisang Ambon Curup 50gram /
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙
10%
2. Pengolahan Kue Bay Tat
A2 : Tepung terigu 400 gram + tepung
a. Tepung terigu dan tepung pisang pisang Ambon Curup 100 gram /
20%
Ambon Curup (sesuai perlakuan)
A3 : Tepung terigu 350 gram + tepung
ditambahkan 4 buah telur,
pisang Ambon Curup 150 gram /
margarin 200 gram, gula halus 175 30%
A4 : Tepung terigu 300 gram + tepung
gram, soda kue 10 gram, dan
pisang Ambon Curup 200 gram /
santan kental 50 ml, kemudian 40%
A5 : Tepung terigu 250 gram + tepung
diulen sehingga membentuk pisang Ambon Curup 250 gram /
adonan yang kalis. 50%
b. Adonan dicetak, dan diberikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
selai nanas selanjutnya dioven
Karakteristik Tepung Pisang Ambon
selama 30 menit dengan suhu 180 Curup
o Rendemen tepung pisang
C.
c. Setelah dioven kue bay tat yang berhubungan dengan kandungan pati dan
sudah dingin dilakukan analisis: kadar air tepung. Semakin rendah kadar
fisik meliputi analisis tekstur air tepung, maka semakin rendah juga
metode Texture Profile Analyzer rendemen tepung yang dihasilkan. Hasil
(TPA) (Lukman et al., 2009), analisis rendemen, kadar air, dan

Buletin Agritek │ Volume 2, Nomor 2, November 2021


28
karbohidrat tepung pisang ambon dapat
dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Tepung Pisang


Pisang Ambon Pisang Pisang Pisang Raja
No. Analisis
Curup Merah* Jantan* Nangka*
1 Rendemen (%) 23,8 14,51 20,42 20,01
2 Kadar Air (%) 10,5 7,24 9,64 10,04
3 Kadar Karbohidrat (%) 39,2 86,66 84,96 84,06
(Rosalina dkk., 2018)

Rendemen Tepung Pisang Ambon = (538 gram/2.252 gram) x 100%


Curup = 23,80 %
Rendemen adalah presentase
Dari Tabel 1 menunjukkan
produk yang didapatkan dari
rendemen tepung pisang Ambon Curup
perbandingan berat awal bahan dengan
sebesar 23,80%. Dari analisis rendemen
berat akhirnya, sehingga depat diketahui
tepung pisang Ambon Curup
kehilangan beratnya proses pengolahan.
menunjukkan perbandingan bobot akhir
Rendemen didapatkan dengan cara
dan bobot awal dengan rendemen 23,8%.
membandingkan berat akhir bahan yang
Dari hasil penelitian Rosalina, dkk
dihasilkan dari proses perbandingan
(2018), rendemen tepung pisang lokal
dengan berat bahan awal bahan baku
Bengkulu antara 14,51-20,01 %.
utama. Sampel yang digunakan adalah
Sedangkan hasil penelitian Yani dkk.
pisang Ambon Curup. Dalam pembuatan
(2013), rendemen tepung pisang nangka
tepung pisang ambon masing-masing
dan jantan yaitu 20-21% dan 35-36 %.
mengunakan 2252 gram pisang Ambon
Perbedaan rendemen dari tepung pisang
Curup yang dijadikan sebagai bobot awal
dapat dipengaruhi oleh perbedaan bahan
(V1). Tepung pisang Ambon Curup
baku terutama kadar air pada pisang yaitu
bobot akhir (V2) yaitu 538 gram.
sebesar 67,30% (Riana, 2010), cara
Analisis rendemen pisang Ambon Curup
pengolahan tepung dan teknik
sebagai berikut:
pengeringan yang digunakan, serta lama
V1 = 2252 gram
dan suhu pengeringan yang digunakan.
V2 = 538 gram
Semakin lama pengeringan bahan, maka
Perhitungan rendemen tepung
kadar air pada bahan akan semakin
pisang Ambon Curup:
rendah dan menurunkan bobot bahan,
Rendemen:
sehingga rendemen tepung yang
= (bobot akhir/bobot awal) x 100%
= (V2/V1) x 100% dihasilkan semakin rendah (Erni dkk.,

Buletin Agritek │ Volume 2, Nomor 2, November 2021


29
2018). Hal ini sesuai dengan pernyataan bahan, sehingga rendemen tepung yang
Desrosier dalam Lubis (2008), dihasilkan semakin rendah (Erni dkk.,
bahwasemakin lama pengeringan maka 2018). Ciri-ciri dari tepung pisang
menjadikan massa air semakin berkurang berkualitas baik adalah bewarna putih,
sehingga pemisahan tepung lebih rasa, dan aroma khas, tahan disimpan 9-
sempurna dan diperoleh rendemen yang 12 bulan, tidak berjamur dan kadar air 9-
lebih rendah. 11% (Rohmah, 2012). Tepung pisang
ambon yang dihasilkan sudah memenuhi
Kadar Air Tepung Pisang Ambon
Curup standar dimana memiliki warna putih
Kadar air pada produk tepung keabu-abuan dan aroma khas pisang.
sangat penting, karena berpengaruh
Kandungan Karbohidrat Tepung
terhadap penampakan dan daya simpan. Pisang Ambon Curup
Kadar air produk yang rendah secara Hasil analisis kandungan
umum dapat memperpanjang umur karbohidrat tepung pisang Ambon Curup
simpan produk. Hasil analisis kandungan yang dihasilkan yaitu 39,17% (Tabel 1),
kadar air tepung pisang Ambon Curup dimana kandungan kadar karbohidrat
yang dihasilkan yaitu 10,45% (Tabel 1). cukup tinggi. Kandungan karbohidrat
Dari hasil penelitian Rosalina dkk. tepung pisang dipengaruhi oleh
(2018), kadar air tepung pisang lokal kandungan karbohidrat pada pisang
Bengkulu antara 7,24-10,04 %. Kadar air Ambon Curup yang digunakan, dimana
tepung pisang Ambon Curup sudah kandungan karbohidrat dari daging
memenuhi standar syarat mutu tepung pisang ambon 31,15% (Riana, 2010),
pisang berdasarkan SNI 01-3841-1995 24,72 % (Wulandari dkk, 2018), dan
yaitu maksimal 12%. Jenis pisang yang 25,80% (Sampath et al., 2012). Tepung
digunakan dalam pengolahan tepung pisang dibuat dari pisang ambon yang tua
pisang yaitu pisang ambon dimana atau mengkal, kandungan karbohidrat
pisang memiliki kandungan kadar air pada tepung pisang mengkal cukup tinggi
yang cukup tinggi yaitu 67,30% (Riana, disebabkan oleh tingginya pati yang ada
2010). dalam tepung pisang (Soltani dkk.,
Kadar air tepung pisang dapat 2010). Dari hasil penelitian Rosalina dkk.
dipengaruhi oleh proses pengeringan. (2018), kadar karbohidrat tepung pisang
Semakin lama pengeringan yang lokal Bengkulu antara 84,06% hingga
digunakan, maka kadar air bahan akan 86,66%. Jenis dan keseragaman bahan
semakin rendah dan menurunkan bobot baku seperti tingkat kematangan buah

Buletin Agritek │ Volume 2, Nomor 2, November 2021


30
dan besar ukuran sangat mempengaruhi 0%, 10%, 40% dan 50% pada taraf
tepung pisang yang dihasilkan. signifikansi 5%. Rerata analisis tekstur
kue bay tat dengan substitusi tepung
Karakteristik Fisik dan Kimia Kue
Bay Tat pisang Ambon Curup antara 489,00
Karakteristik fisik (tekstur) kimia g/mm2 hingga 641,50 g/mm2.
(kadar air dan karbohidrat) kue bay tat Tekstur kue bay tat dengan
dengan substitusi tepung pisang Ambon perlakuan substitusi tepung pisang
Curup dapat dilihat pada Tabel 2. Ambon Curup 0% menunjukkan rerata
Tekstur memiliki pengaruh tesktur terendah yaitu 489,00 g/mm2
penting terhadap produk misalnya dari dimana menunjukkan tekstur kue bay tat
tingkat kelembutan, keempukan, dan yang lembut, sedangkan pada perlakuan
kekerasan, dan sebagainya. Nilai substitusi tepung pisang Ambon Curup
kekerasan (hardness) biasanya digunakan 50% menunjukkan rerata tekstur tinggi
untuk mendeskripsikan ketidak halusan yaitu 641,50 g/mm2. Dimana dengan
remah kue (Cauvain, 2004). semakin rendah nilai tekstur
Tabel 2 menjelaskan hasil anlisis menunjukkan tekstur yang semakin
tekstur kue bay tat dengan perlakuan lembut sebalik nya dengan semakin
substitusi tepung pisang Ambon Curup tinggi nilai tekstur menunjukkan tekstur
terhadap tepung terigu 20% dan 30% yang semakin keras atau padat.
menunjukkan tidak berbeda nyata akan
tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan

Tabel. 2 Rerata Tekstur, Kadar Air, Kadar Karbohidrat Kue Bay Tat
Substitusi Tepung
Tekstur (g/mm2) Kadar Air (%) Karbohidrat (%)
Pisang Ambon Curup
0% 489,00e 24,44a 29,85b
d a
10% 529,50 24,46 28,01a
c a
20% 552,00 24,58 27,98a
c a
30% 556,50 24,59 26,97ab
b a
40% 604,00 24,55 25,65b
a a
50% 641,50 24,47 25,69b
Keterangan: Angka yang diikuti oleh kode huruf yang berbeda menunjukkan adanya
perbedaan yang nyata pada taraf signifikansi 5%.

Tekstur kue bay tat yang yang menunjukkan tekstur kue bay tat
dihasilkan dengan tanpa penambahan lembut sebaliknya dengan penambahan
tepung pisang Ambon Curup substitusi tepung pisang Ambon Curup
menunjukkan nilai kekerasan terendah tekstur kue bay tat semakin tinggi

Buletin Agritek │ Volume 2, Nomor 2, November 2021


31
menunjukkan tekstur semakin keras atau terbentuk dengan sempurna sehingga roti
padat. Tekstur kue bay tat dapat memiliki pengembangan yang kecil dan
dipengaruhi oleh kandungan gluten pada tekstur yang keras. Oleh karena itu,
tepung terigu. Semakin rendah semakin banyak penambahan tepung
penggunaan tepung terigu pada pisang ambon maka tekstur kue bay tat
pengolahan bay tat maka kandungan yang dihasilkan semakin keras dan padat.
gluten juga semakin rendah. Menurut Kadar air merupakan parameter
Wahyudi (2003), gluten dalam penting terhadap stabilitas mutu suatu
pembuatan roti berfungsi untuk produk. Kadar air yang melebihi standar
memerangkap dan menahan gas sehingga akan menyebabkan produk tersebut
roti dapat mengembang dengan struktur rentan ditumbuhi mikroorganisme
berongga-rongga halus dan seragam serta sehingga akan mudah rusak. Selain itu
tekstur lembut dan elastis. Menurut kadar air juga mempengaruhi tekstur
Saepudin dkk. (2017), kadar kandungan serta citarasa produk (Winarno, 2004).
gluten yang rendah menyebabkan Dari Tabel 2 menjelaskan bahwa hasil
kemampuan pengembangan adonan roti analisis kadar air kue bay tat dengan
manis yang rendah, selain itu tekstur dan perlakuan substitusi tepung pisang
kehalusan tepung sukun terasa lebih Ambon Curup terhadap tepung terigu
kasar dibanding tepung terigu. Hal ini 0%, 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% tidak
menyebabkan tekstur dari roti manis berbeda nyata. Kadar air kue bay tat
menjadi kurang lembut. Penggunaan berkisar antara 24,44% hingga 24,59%.
tepung non gluten mengakibatkan Kadar air pada kue bay tat dapat
pengembangan roti tidak dapat maksimal dipengaruhi oleh bahan baku yang
sehingga roti yang dihasilkan menjadi digunakan yaitu tepung terigu dan tepung
lebih padat dan lebih keras. Dalam pisang Ambon Curup. Dimana
pembuatan roti, gluten merupakan salah kandungan kadar air tepung terigu yaitu
satu faktor utama dalam membentuk 10,42% (Sutomo, 2011) sedangkan kadar
kerangka adonan roti. Gluten memiliki air tepung pisang hasil penelitian yaitu
sifat yang viskoelastisitas dan mampu 10,45%. Kadar air tepung sama-sama
mengikat gas sehingga kerangka adonan kurang dari 12%, dimana tepung pisang
dapat terbentuk, mengembang, dan Ambon Curup sudah memenuhi standar
menghasilkan tekstur yang tidak keras. syarat mutu tepung pisang berdasarkan
Tanpa adanya gluten dalam pembuatan SNI 01-3841-1995 yaitu maksimal 12%.
roti, maka kerangka adonan tidak dapat Sehingga substitusi tepung pisang

Buletin Agritek │ Volume 2, Nomor 2, November 2021


32
Ambon Curup terhadap tepung terigu semakin rendah. Hal ini disebabkan oleh
pada pengolahan kue bay tat tidak penggunaan bahan baku pada pengolahan
berpengaruh nyata terhadap kadar air kue kue bay tat yaitu tepung terigu dan
bay tat. Kadar air pada kue bay tat dengan tepung pisang Ambon Curup. Dimana
rerata 24,44% hingga 24,59% sudah kandungan karbohidrat pada tepung
memenuhi syarat mutu kue basah terigu lebih besar dibanding tepung
berdasarkan Badan Standarissasi pisang Ambon Curup. Menurut hasil
Nasional (2009) yaitu maksimal 40%. analisis karbohidrat tepung pisang
Karbohidrat memiliki peranan Ambon Curup pada penelitian sebesar
penting dalam menentukan karakteristik 39,17%. Sedangkan menurut Mahmud
bahan makanan, seperti rasa, warna, dkk. (2009) menyatakan bahwa tepung
tekstur dan lain-lain. Karbohidrat terigu memiliki kadar karbohidrat
merupakan sumber kalori utama sebesar 77,3%.
walaupun jumlah kalori yang dihasilkan Organoleptik Kue Bay Tat
oleh 1 gram karbohidrat hanya 4 Kal Hasil analisis organoleptik warna,
(kkal) bila dibanding protein dan lemak. rasa, aroma dan tekstur kue bay tat
Sedangkan dalam tubuh karbohidrat dengan substitusi tepung pisang Ambon
berguna untuk memecah protein tubuh Curup dapat dilihat pada tabel 3.
yang berlebihan dan membantu Tabel 3 menjelaskan rerata
metabolisme lemak dan protein organoleptik warna kue bay tat dengan
(Winarno, 2008). Dari Tabel 2 substitusi tepung pisang Ambon Curup
menjelaskan bahwa hasil analisis kadar terhadap tepung terigu 0% berbeda tidak
karbohidrat kue bay tat dengan perlakuan nyata terhadap perlakuan 10% akan
substitusi tepung pisang Ambon Curup tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan
terhadap tepung terigu 0%, 10%, 20%, 20%, 30%, 40% dan 50% pada taraf
30%, 40% dan 50% berbeda nyata. Kadar signifikansi 5%. Hasil rerata uji
karbohidrat kue bay tat berkisar antara organoleptik warna kue bay tat dengan
25,69% hingga 29,85%. Kadar perlakuan substitusi tepung pisang
karbohidrat pada kue bay tat dapat Ambon Curup 0% menjukkan penilai
dipengaruhi oleh bahan baku yang panelis tertinggi yaitu 4,45 (suka)
digunakan yaitu tepung terigu dan tepung sedangkan perlakuan substitusi tepung
pisang Ambon Curup. Semakin tinggi pisang Ambon Curup 50% menunjukkan
substitusi tepung pisang Ambon Curup penilai panelis terendah yaitu 2,25 (tidak
maka kandungan karbohidrat kue bay tat suka).

Buletin Agritek │ Volume 2, Nomor 2, November 2021


33
Tabel. 3 Rerata Organoleptik Kue Bay Tat
Substitusi Tepung
Warna Rasa Aroma Tekstur
Pisang Ambon Curup
0% 4,45a 3,95a 3,40a 3,70a
ab b ab
10% 3,80 3,05 3,10 3,10b
b b ab
20% 3,25 2,95 3,05 3,15b
30% 2,70bc 2,85b 3,15ab 2,85b
bc ab ab
40% 2,80 3,40 3,00 2,75b
c b b
50% 2,25 3,10 2,60 2,90b
Keterangan: angka yang diikuti oleh kode huruf yang berbeda menunjukkan adanya
perbedaan yang nyata pada taraf signifikansi 5%.Ket Skala : 1= sangat tidak tidak suka; 2
= tidak suka; 3 = agak suka; 4 = suka; 5 = sangat suka.

Warna kue bay tat yang dihasilkan Pada tepung pisang Ambon Curup hasil
dapat dipengaruhi oleh bahan-bahan penelitian mengandung karbohidrat
yang digunakan pada saat pengolahan 39,17%.
kue, dimana warna kue bay tat yang Semakin tinggi substitusi tepung
dihasilkan yaitu coklat. Warna yang pisang Ambon Curup warna kue bay tat
dipakai dalam pembuatan kue bay tat semakin kurang disukai, warna kue bay
yaitu warna dari pemakaian bahan itu tat yang dihasikan semakin coklat.
sendiri karena dapat mempengaruhi Adanya perbedaan warna kue bay tat
warna kue, seperti pemakain gula, telur, subtitusi tepung pisang Ambon Curup
dan pemakaian tepung pisang. Tepung disebabkan karena substitusi tepung
pisang yang dihasilkan bewarna putih pisang Ambon Curup yang berbeda.
keabu-abuan tidak secerah warna tepung Semakin tinggi jumlah subtitusi tepung
terigu. Warna kue bay tat yang dihasilkan pisang Ambon Curup yang digunakan
juga dipengaruhi oleh reaksi maillard. warnanya semakin lebih gelap (kuning
Menurut Winarno (2008), reaksi maillard coklat), hal ini disebabkan karena warna
merupakan reaksi browning non tepung pisang Ambon Curup tidak
enzimatis yang terjadi antara gula seputih atau secerah tepung terigu. Selain
pereduksi dengan asam amino yang itu karena adanya interaksi selama
menghasilkan warna kecoklatan ketika pengolahan. Menurut Noer dkk. (2017),
mengalami proses pemanasan. Reaksi reaksi pencoklatan juga dapat dipicu oleh
pencoklatan non enzimatis sering juga proses pemasakan yang dipengaruhi oleh
disebut dengan reaksi millard, reaksi ini suhu. Reaksi kecoklatan dapat dipicu
terjadi bila dalam pangan terdapat gula oleh pemanasan pada suhu tinggi, seperti
pereduksi (Andarwulan dkk., 2011).

Buletin Agritek │ Volume 2, Nomor 2, November 2021


34
proses pengeringan, penggorengan, Faridah dkk. (2013) fungsi gula adalah
pemanggangan, dan pemasakan. sebagai pemberi rasa manis pada
Rasa merupakan faktor penentu makanan. Oleh karena itu penambahan
daya terima konsumen terhadap produk gula mengakibatkan pengaruh dari fungsi
pangan (Winarno, 2004). Hasil rerata uji penambahan tepung pisang tersebut
organoleptik rasa kue bay tat dengan sebagai penambah rasa manis pada kue
substitusi tepung pisang Ambon Curup bay tat tepung pisang Ambon Curup.
dapat dilihat pada tabel 3. Rerata Hasil rerata uji organoleptik aroma
ujiorganoleptik rasa kue bay tat dengan kue bay tat dengan substitusi tepung
perbandingan tepung terigu dan tepung pisang Ambon Curup dapat dilihat pada
pisang Ambon Curup 0% dan 40% tabel 3. Rerata ujiorganoleptik aroma kue
menunjukkan tidak beda nyata akan bay tat dengan substitusi tepung pisang
tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan Ambon Curup terhadap tepung terigu
10%, 20%, 30% dan perlakuan 50% pada 0%, 10%, 20%, 30%, 40% menunjukkan
taraf signifikansi 5%. Hasil rerata uji berbeda tidak nyata akan tetapi berbeda
organoleptik rasa kue bay tat dengan nyata terhadap perlakuan perbandingan
perlakuan substitusi tepung pisang tepung terigu dan tepung pisang 50%
Ambon Curup 0% menjukkan penilai pada taraf signifikansi 5%. Hasil rerata
panelis tertinggi yaitu 3,95 (suka) uji organoleptik aroma kue bay tat
sedangkan perlakuan substitusi tepung dengan perlakuan substitusi tepung
pisang Ambon Curup 50% menunjukkan pisang Ambon Curup 0% menunjukkan
penilai panelis terendah yaitu 3,10 (agak penilai panelis tertinggi yaitu 3,40 (agak
suka). suka) sedangkan perlakuan substitusi
Penilaian panelis terhadap rasa kue tepung pisang Ambon Curup 50%
bay tat dengan substitusi tepung pisang menunjukkan penilai panelis terendah
Ambon Curup berada pada skala agak yaitu 2,60 (agak suka).
suka. Rasa kue bay tat yang dihasilkan Aroma kue bay tat yang dihasilkan
yaitu rasa manis dan gurih. Rasa pada kue memiliki aroma khas kue, perbedaan
bay tat dapat dipengaruhi oleh bahan aroma khas pisang Ambon Curup pada
yang digunakan pada pengolahan kue sampel kue bay tat dipengaruhi oleh
bay tat. Tingkat rasa yang digunakan bahan subtitusi yang digunakan dalam
pada kue dipengaruhi oleh penggunaan pembuatan yaitu tepung pisang Ambon
bahan tambahan seperti jumlah Curup. Tepung pisang Ambon Curup
penggunaan tepung yang tepat. Menurut mempunyai aroma yang khas dan tajam

Buletin Agritek │ Volume 2, Nomor 2, November 2021


35
(wangi pisang yang khas). Substitusi 0% menjukkan penilai panelis tertinggi
tepung pisang Ambon Curup tidak begitu yaitu 3,70 (suka) sedangkan perlakuan
mempengaruhi aroma kue bay tat karena substitusi tepung pisang 50%
perbedaan substitusi yang tidak terlalu menunjukkan penilai panelis terendah
jauh. Pada penelitian Rangkuti (2015) yaitu 2,90 (agak suka).
bahwa tepung pisang kepok berpengaruh Hasil rerata analisis kue bay tat
terhadap aroma jika pensubstitusian dengan perlakuan substitusi tepung
tepung pisang kepok dalam jumlah yang pisang Ambon Curup 0% menunjukkan
besar. Didukung pula oleh pendapat nilai tekstur yang rendah yaitu 489,00
Andriani (2012) tepung pisang yang g/mm2 dimana tekstur kue yang lembut
dihasilkannya mempunyai kelemahan dan perlakuan perlakuan 50%
yaitu aroma pisangnya kurang kuat. menunjukkan nilai tekstur tertinggi yaitu
Menurut Sitohang et al. (2015), bau khas 641,50 g/mm2 yang menunjukkan lebih
adonan juga ditimbulkan dari komponen padat dan agak keras. Semakin tinggi
pada adonan seperti pencampuran substitusi tepung pisang menurunkan
margarin dan telur, aroma juga penilaian panelis terhadap kue bay tat.
dipengaruhi oleh proses pemanggangan Panelis lebih menyukai tekstur kue bay
dimana tingkat kehilangan air pada saat tat yang lembut. Tekstur kue bay tat dapat
proses pemanggangan yang dipengaruhi oleh penggunaan bahan pada
menyebabkan terjadinya penguapan dari pengolahan kue bay tat salah satunya
dalam adonan kue. tepung pisang Ambon Curup dan
Hasil rerata uji organoleptik aroma penambahan bahan seperti telur, gula dan
kue bay tat dengan substitusi tepung margarin. Tekstur kue bay tat juga
pisang Ambon Curup dapat dilihat pada dipenmgaruhi oleh banyaknya pori yang
tabel 3. Rerata ujiorganoleptik tekstur dihasilkan produk. Semakin banyak
kue bay tat dengan substitusi tepung jumlah pori yang dihasilkan maka
pisang Ambon Curup terhadap tepung semakin seragam penampakannya
terigu 0% menunjukkan beda nyata sehingga tekstur kue yang dihasilkan
terhadap perlakuan 10%, 20%, 30%, 40% semakin empuk (Noer dkk., 2017). Pori
dan 50%. Sedangkan perlkauan 10%, ini menunjukkan banyaknya rongga
20%, 30%, 40% dan perlakuan 50 tidak udara pada adonan. Rongga tersebut yang
beda nyata. Hasil rerata uji organoleptik akan menangkap gas CO2 akibat
tekstur kue bay tat dengan perlakuan tertangkap dan tertahan oleh gluten yang
substitusi tepung pisang Ambon Curup

Buletin Agritek │ Volume 2, Nomor 2, November 2021


36
memiliki sifat viskoelastis Substitusi tepung pisang hingga 40%
(Wipradnyadewi dkk., 2016). masih dapat diterima oleh konsumen dari
segi organoleptik.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan DAFTAR PUSTAKA
bahwa rendemen tepung pisang Ambon Andarwulan, N., Kusnandar, F., dan
Herwati, D. (2011). Analisis
Curup yang didapat sebesar 23,80%
Pangan. PT. Dian Rakyat, Jakarta.
dengan kadar air 10,45%, dan kadar
Andriani, Dwi. (2012). Studi pembuatan
karbohidrat 39,17%. Substitusi tepung bolu kukus tepung pisang raja
(Musa paradisiacal L). Program
pisang Ambon Curup tidak berpengaruh
Sarjana Universitas Haluoleo,
nyata terhadap kadar air kue bay tat, Makasar. (Skripsi Sarjana
Pertanian)
kadar air kue bay tat berkisar antara
AOAC (Association of Official
24,44% hingga 24,59%. Semakin tinggi
Analytical Chemist). 2005. Official
substitusi tepung pisang Ambon Curup, Method of Analysis of the
Association of Official Analytical of
maka kandungan karbohidrat kue bay tat
Chemist. The Association of
semakin rendah. Kadar karbohidrat kue Official Analytical Chemist, Inc.
Arlington
bay tat antara 25,69% hingga 29,85%.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2021).
Semakin tinggi substitusi tepung pisang
Produksi Buah-buahan 2020.
Ambon Curup, maka tekstur kue bay tat https://www.bps.go.id/indicator/55/
62/1/produksi-tanaman-buah-
semakin keras dan padat. Tekstur kue bay
buahan.html
tat antara 4,89 g/mm2 hingga 641,50 Badan Standardisasi Nasional (BSN).
2
g/mm . Semakin tinggi substitusi tepung (1995). SNI 01-3841-1995 Tepung
Pisang. Badan Standarisai Nasional.
pisang Ambon Curup maka penilaian Jakarta
organoleptik warna, rasa, aroma, dan Badan Standardisasi Nasional (BSN).
tekstur semakin rendah. Hasil rerata (2012). SNI No. 01-2973-1992.
Syarat Mutu Kue Basah. Badan
organoleptik warna kue bay tat antara Standardisasi Nasional. Jakarta
2,25 (tidak suka) hingga 4,45 (suka). Cauvain, S.P. (2004). Improving the
Hasil rerata organoleptik rasa kue bay tat Texture of Bread. In: Kilcast D (ed.).
Texture in Food. CRC Press,
antara 2,85 (agak suka) hingga 3,95 Cambridge
(suka). Hasil rerata organoleptik aroma Erni, Nurfiani, Kadirman, dan Fadilah, R.
kue bay tat antara 2,60 (agak suka) (2018). Pengaruh suhu dan lama
pengeringan terhadap sifat kimia
hingga 3,40 (suka). Hasil rerata dan organoleptik tepung umbi talas
organoleptik testur kue bay tat antara (Colocasia esculenta). Jurnal
Pendidikan Teknologi Pertanian, 4
2,75 (agak suka) hingga 3,70 (suka). (): 95-105

Buletin Agritek │ Volume 2, Nomor 2, November 2021


37
Faridah, A, Kasmita. S, Yulastri, A., pisang lokal bengkulu. Industria:
Yusuf, A.L. (2008). Patiseri, Jilid Jurnal Teknologi dan Manajemen
1. Jendral manajemen pendidikan Agroindustri, 7(3): 153-160.
dasar dan menengah. Departemen
Sampath, K.K.P., Bhowmik, D.,
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Duraivel, S., Umadevi, M. (2012).
Lubis, I.H. (2008). Pengaruh Lama dan Traditional and medicinal uses of
Suhu Pengeringan terhadap Mutu banana. Journal Pharmacogn
Tepung Pandan. Skripsi. Fakultas Phytochem, 3(1): 57-70.
Pertanian Universitas Sumatra
Soekarto, S.T. (2000). Penilaian
Utara. Medan.
organoleptik untuk industri pangan
Lukman, I., Huda, N., dan Ismail, N. dan hasil pertanian. Jakarta: Bhrata
(2009). Physicochemical and Karya Aksara.
sensory properties of commercial
Suyanti dan Ahmad, S. (2008). Pisang,
chicken nuggets. Asian Journal of
Budidaya, pengolahan dan prospek
Food Agroindustry, 2(2): 171-180.
pasar. Edisi revisi. Depok: Penebar
Maflalah, I. (2012). Disain kemasan Swadaya.
makanan tradisional madura dalam
Sitohang, K. A. K., Lubis, Z., Lubis, L.
rangka pengembangan IKM. Jurnal
M. (2015). Pengaruh perbandingan
Agrointek, 6(2): 188-122.
jumlah tepung terigu dan tepung
Mahmud, M.K., Hermana, N.A. sukun dengan jenis penstabil
Zulfianto, I. Ngadiarti, R.R. terhadap mutu cookies sukun.
Apriyantono, B. Hartati, Bernadus, Jurnal Rekayasa Pangan dan
dan Tinexcelly. (2009). Tabel Pertanian, 3(3): 308-315.
Komposisi Pangan Indonesia. PT
Wahyudi. (2003). Memproduksi Roti.
Elex Media Komputindo. Kompas
Direktorat Pendidikan Menengah
Gramedia. Jakarta.
Kejuruan Direktorat Jenderal
Noer, Sri Wahyuni M., M. Wijaya dan Pendidikan Dasar dan Menengah
Kardiman. (2017). Pemanfaatan Departemen Pendidikan Nasional.
tepung ubi jalar (Ipomea batatas L) Jakarta
berbagai varietas sebagai bahan
Wakjira, W., & Ajit Pal Singh, M.
baku pembuatan kue bolu kukus.
(2012). Total productive
Jurnal Pendidikan Teknologi
maintenance: a case study in
Pertanian, 3(4): 60-71.
manufacturing industry. Global
Rangkuti, N. (2015). Pengaruh substitusi Journal of researches in
tepung pisang kepok terhadap engineering, 12(1): 25-31.
kualitas cookies. Program Sarjana
Winarno, F.G. (2004). Kimia Pangan
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka
Universitas Negeri Padang, Padang.
Umum. Jakarta
(Skripsi Sarjana Teknik).
Winarno, F.G. (2008). Kimia Pangan
Rohmah, M. (2012). Karakterisasi sifat
dan Gizi. PT. Gramedia Utama.
fisikokimia tepung dan pati pisang
Jakarta
kapas. Jurnal Teknologi Pertanian
Universitas Mulawarman, 8(1): 20- Wipradnyadewi, P. A. S., A. A. G. N. A.
24. Jambe, G. A. K. D. Puspawati, P. T.
Ina, N. M. Yusa, N. L. Ari
Rosalina, Yesi, L. Susanti, D. Silsia, dan
Yusasrini. (2016). Kajian
R. Setiawan. (2018). Karakteristik
perbandingan tepung ubi jalar
tepung pisang dari bahan baku

Buletin Agritek │ Volume 2, Nomor 2, November 2021


38
kuning (Ipomoea batatas L) dan Yani, A., Wylis Arief, R., & Mulyanti, N.
tepung terigu terhadap karakteristik (2013). Processing of banana flour
bolu kukus. Jurnal Ilmiah Teknologi using a local banana as raw
Pertanian Agrotechno, 1(1): 32-36. materials in lampung. International
Journal on Advanced Science,
Wulandari, T.R, N. Widyastuti, dan M.
Engineering and Information
Ardiaria. (2018). perbedaan
Technology, 3(4): 26–30.
pemberian pisang raja dan pisang
https://doi.org/10.18517/ijaseit.3.4.
ambon terhadap vo2max pada
306.
remaja di sekolah sepak bola.
Journal of Nutrition College, 7(1):
8-14.

Buletin Agritek │ Volume 2, Nomor 2, November 2021


39

Anda mungkin juga menyukai