1.1
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Berbagai macam makanan
yang khas berasal dari setiap daerah. Mulai dari makanan utama hingga makanan
pelengkap seperti kerupuk. Kerupuk sangat beragam dalam bentuk, ukuran, warna, bau,
rasa, kerenyahan, ketebalan ataupun nilai gizinya (Purba dan Rusmarilin, 2006). Kerupuk
merupakan lauk sederhana dan dijadikan lauk makanan, karena rasanya yang gurih dan
enak yang dapat menambah selera makan (Nurhayati, 2007). Salah satu jenis kerupuk yang
digemari masyarakat adalah kerupuk udang.
Kerupuk udang merupakan makanan tradisional Indonesia yang disukai oleh
keseluruhan masyarakat baik dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini terbukti dari volume
ekspor kerupuk udang yang terus meningkat dan jumlah negara pengimpor juga meningkat.
Kerupuk udang terdiri atas dua kelompok yaitu kerupuk udang mentah dan matang. Kerupuk
udang mentah umumnya berupa lempengan setebal 1-2 mm dengan bentuk, ukuran, dan
warna yang bermacam-macam. Kerupuk udang mentah ada yang berbentuk setengah
lingkaran, persegi panjang, dan oval. Dalam hal ini tidak ada ukuran standar untuk kerupuk,
ukuran hanya dibuat berdasarkan kesepakatan bersama antara pemesan dan produsen
(Suprapti, 2005).
Dalam proses pembuatan kerupuk, udang berfungsi sebagai sebagai bahan baku
yang memberikan cita rasa dan aroma khas udang, sehingga produk kerupuk layak untuk
disebut kerupuk udang. Berdasarkan fungsinya, semua jenis varietas udang dapat
digunakan sebagai bahan baku kerupuk (Suprapti, 2004).
PT. Legong Bali Nusantara merupakan industri pengolahan kerupuk udang dan
kerupuk ikan yang pertama kali berdiri di Jenggolo Sidoarjo dan telah mendirikan cabang
perusahaan di Gempol Pasuruan pada tahun 2003. Proses produksi yang dilakukan
bertujuan untuk menghasilkan produk kerupuk udang yang berkualitas. Diharapkan dengan
adanya kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Legong Bali Nusantara, mahasiswa
dapat mempraktekkan langsung dari teori yang diterima di perkuliahan. Selain itu,
diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya di
bidang pengolahan kerupuk.
1.2
1.2.1
Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini meliputi :
1
dan bumbu-bumbu yang lain. Kerupuk udang memiliki rasa dan bau khas udang, bentuk
dan ukuran kerupuk yang seragam, warna kerupuk udang mengarah ke warna udang rebus
yaitu warna yang sangat muda (Destrasia, 2012).
2.2.2 Udang
Ikan dan udang merupakan bahan tambahan dalam pembuatan kerupuk ikan dan
udang. Penambahan ikan atau udang bertujuan untuk meningkatkan nilai gizi dan untuk
mendapatkan cita rasa khas ikan atau udang. Untuk memperoleh keseimbangan cita rasa
dan harga produk diperlukan udang dengan kriteria antara lain semua jenis udang kecuali
udang rebon, masih dalam keadaan segar, serta berukuran sedang (Suprapti, 2004).
2.2.3 Air
Air untuk industri pangan memegang peranan penting karena dapat mempengaruhi
mutu makanan yang dihasilkan. Jenis air yang digunakan berbeda-beda tergantung dari
jenis bahan yang diolah. Air yang digunakan harus mempunyai syarat-syarat tidak
3
berwarna, tidak berbau, jernih, tidak mempunyai rasa, tidak mengandung besi (Fe) dan
mangan (Mn), serta dapat diterima secara bakteriologis yaitu tidak mengganggu kesehatan
dan tidak menyebabkan kebusukan bahan pangan yang diolah.
Penambahan air dalam pembuatan kerupuk udang yaitu untuk melarutkan garam,
gula, dan bumbu-bumbu, juga untuk menyebarkan bahan-bahan secara merata dalam
pembuatan adonan. Adanya air pati akan mengalami pembengkakan granula pati. Semakin
naik suhu pati dalam air maka pembengkakan granula semakin besar. Bila air yang
ditambahkan kurang, gelatinisasi terjadi tidak sempurna saat pengukusan. Apabila jumlah
air yang ditambahkan berlebih, adonan kerupuk akan menjadi lembek sehingga adonan
sulit dibentuk dan kerupuk sulit diiris (Rosiani, 2011).
2.2.4 Telur
Penggunaan telur pada penggunaan kerupuk udang akan mempengaruhi kemekaran
kerupuk udang pada waktu digoreng. Telur yang digunakan oleh perusahaan adalah telur
bebek. Hal ini karena telur bebek lebih efisien dan lebih banyak mengandung gizi. Kerupuk
yang terbuat dari tepung tapioka dengan campuran kuning telur tidak lebih dari 15 persen
(persen total dari telur yang ditambahkan) telah dapat meningkatkan rasa, kerenyahan dan
pengembangan volume (Koswara, 2009).
2.2.5 Garam dan Gula
Pada dasarnya pemberian gula dan garam dalam pembuatan kerupuk udang
terutama berperan sebagai penambah cita rasa dan pengawet (Afifah, 2008). Penambahan
gula dan garam dapat menambah umur simpan kerupuk. Karena kerupuk yang dibuat tidak
menggunakan bahan pengawet maka gula dan garamlah yang akan digunakan sebagi
pengawet. Garam juga berperan sebagai selektif mikroorganisme tertentu seperti
pembusuk, penghasil spora pada konsentrasi 10-12% (Buckle et al. 1987). Jumlah garam
yang ditambahkan sebanyak 2 4 persen dari jumlah tepung. Penambahan gula juga
bertujuan sebagai bahan pengikat dalam pembuatan kerupuk.
2.2.6 Bumbu
Bumbu dapat meningkatkan aroma dan cita rasa kerupuk. Bumbu yang digunakan
antara lain bawang merah, bawang putih, ketumbar, merica, bawang daun dan terasi.
Sebagai pengganti bumbu dapat digunakan monosodium glutamate sebagai bahan
penyedap untuk memperbaiki cita rasa (Astawan dan Astawan, 1988).
2.3 Proses Produksi Kerupuk Udang
Gambar 2.
Produksi Kerupuk
Udang
Pencetakan dilakukan untuk memperoleh bentuk dan ukuran adonan kerupuk yang
seragam. Keseragaman penting untuk memperoleh penampakan dan penetrasi panas yang
merata sehingga memudahkan proses penggorengan dan pengembangan (Koswara,
2009).
2.3.3 Pengukusan
Pengukusan merupakan
tahapan
gelatinisasi
pati
yang
berperan
dalam
2.3.6 Pengeringan
Pengeringan kerupuk bertujuan untuk menghasilkan kadar air tertentu pada kerupuk,
kadar air pada kerupuk akan memengaruhi kualitas dan kapasitas pengembangan kerupuk
ketika digoreng. Menurut Wiriano (1984), diperlukan tingkatan kadar air tertentu untuk
menghasilkan tekanan uap maksimum pada proses penggorengan sehingga gel pati bisa
mengembang. Pada pengeringan menggunakan matahari memiliki kelemahan yaitu
intensitas cahaya yang diberikan tidak seragam sehingga kaadar air tidak seragam dan
menghambat pengembangan kerupuk ketika digoreng dan berpeluang terkontaminasi debu
dan kotoran atau organisme.
2.3.7 Pengemasan
Pengemasan berfungsi untuk melindungi produk dari pengaruh lingkungan dan untuk
memberi pengaruh visual. Selain itu pengemasan juga dapat mempermudah penanganan
serta distribusi dan memperpanjang masa simpan produk yang dikemas. Kemasan yang
6
digunakan adalah jenis primer dan sekunder. Kemasan primer yaitu kemasan yang
langsung berinteraksi dengan produk, yaitu berupa kemasan plastik yang biasanya
ditambahkan silika gel untuk menjaga kelembaban sehingga tidak mudah melempem dan
ditumbuhi jamur (Afifah, 2008).
2.4 Standar dan Mutu Kerupuk Udang
Standar mutu dan keamanan produk dari kerupuk dengan menggunakan SNI
2714.1:2009 kerupuk udang.
Tabel 2.1 Persyaratan Mutu dan Keamanan Kerupuk Udang (SNI 2714.1:2009)
Jenis Uji
Satuan
Persyaratan
Mutu 1
Mutu 2
Sensori
Angka (1-9)
7
7
Cemaran mikroba*
- ALT
Koloni/g
- Escherichia coli
APM/g
<3
<3
% fraksi
Maksimal 12
Maksimal 12
Maksimal 0.2
Maksimal 0.2
Minimal 8
Minimal 8
Kimia
Kadar air
c.
asam
Massa
Protein
%fraksi massa
CATATAN *) bila
diperlukan
Kegiatan
Pengenalan Tata Tertib dan K3.
Pengenalan sejarah industri PT. Legong Bali Nusantara
Pengenalan ketenagakerjaan dan diskusi.
8
Minggu III
Pasuruan
Mempelajari proses produksi kerupuk udang
Mempelajari teknik pembuatan kerupuk udang
Mengetahui HACCP proses produksi kerupuk udang di PT.
Minggu IV
BAB IV PENUTUP
Demikian proposal Praktek Kerja Lapang yang akan kami lakukan di PT. Legong Bali
Nusantara Gempol Pasuruan Semoga dengan adanya program PKL ini mahasiswa
mendapatkan pemahaman yang jelas terkait dengan proses produksi serta memberikan
kontribusi yang baik untuk perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
10
Afifah, Diana Nur. 2008. Sistem Produksi dan Pengawasan Mutu Kerupuk Udang Berkualitas
Ekspor. Semarang: Universitas Diponegoro.
Astawan,M.W. dan Astawan, M. 1988. Teknologi Pengolahan Pangan Hewani Tepat Guna.
Akademika Pressindo. Jakarta.
Buckle KA, Edward RA, Fleet GH, Wooton N. 1987. Ilmu Pangan. Edisi kedua. Purnomo H,
Adiono, penerjemah. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Terjemahan dari: Food
Science
Destrasia, Rina Fusia. 2012. Studi Komparasi Pembuatan Kerupuk Kepala Udang dengan
Composite Flour (Pati Ganyong dan Tepung Tapioka). Food Science and Culinary
Education Journal 1 (1). Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Jayanti, Ardyaning Estrida. 2009. Pemanfaatan Flavor Kepala Udang Windu (Panaeus
monodon) dalam Pembuatan Kerupuk Berkalsium dari Cangkang Rajungan
(Portunus sp.). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Telur. Semarang: Universitas Muhammadiyah
Semarang
Nurhayati, 2007.Sifat Kimia Kerupuk Goreng yang Diberi Penambahan Tepung Daging Sapi
dan Perubahan Bilangan TBA Selama Penyimpanan. Bogor: Jurnal FTP Insitut
Pertanian Bogor.
Purba, A dan H. Rusmarilin. 2006. Penuntun Praktikum Teknologi Hewani. Medan: USU
Press.
Rosiani, Hadiani. 2011. Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains terhadap Hasil
Belajar Biologi Siswa. Jakarta: UIN Jakarta
SNI. 2009. Mutu dan Cara Uji Kerupuk Udang, Departemen Industri Semarang.
Suprapti, Lies. 2004. Teknologi Pengolahan Pangan ANEKA OLAHAN UDANG. Yogyakarta:
Kanisius.
Suprapti, Lies. 2005. Kerupuk Udang Sidoarjo. Yogyakarta: Kanisius.
Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi Cetakan ke XI. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Wiriano H. 1984. Mekanisme Teknologi Pembuatan Kerupuk.Balai Penelitian dan
Pengembangan Industri. Balai Pengembangan Makanan Fitokimia, Jakarta:
Departemen Perindustrian.
Zulfiani R. 1992. Pengaruh Berbagai Tingkat Penggor Engan Terhadap Pola Pengembangan
Kerupuk Sagu Goreng. [skripsi]. Bogor: Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
11
NAMA
NIM / JURUSAN
: 135100100111001
JENIS KELAMIN
: PEREMPUAN
AGAMA
: ISLAM
: BAHASA JAWA
DIKUASAI
PROGRAM (S.1 Reguler /
Non Reguler)
ALAMAT DI MALANG
TELEPON / HP
: 089657743383
NAMA
: INNA SURYANI
NIM / JURUSAN
: 135100101111039
JENIS KELAMIN
: PEREMPUAN
AGAMA
: ISLAM
: BAHASA JAWA
DIKUASAI
PROGRAM (S.1 Reguler /
Non Reguler)
ALAMAT DI MALANG
TELEPON / HP
: 085731336869
Inna Suryani
13
NAMA
NIM / JURUSAN
: 135100101111053
JENIS KELAMIN
: LAKI LAKI
AGAMA
: ISLAM
: BAHASA JAWA
DIKUASAI
PROGRAM (S.1 Reguler /
Non Reguler)
ALAMAT DI MALANG
TELEPON / HP
: 085733003287
14