Anda di halaman 1dari 12

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI PETIS IKAN DARI

PERBANDINGAN KALDU PINDANG LAYANG DAN TEPUNG MAIZENA

(PHYSICOCHEMICAL AND SENSORY CHARACTERISTICS OF FISH PASTE FROM


COMPARISON OF PINDANG LAYANG BROTH AND CORNSTARCH)

Elfira Choirun Ni’mah, Maria Sudjatinah dan Sri Haryati


Mahasiswa Fakutas Teknologi Pertanian, Universitas Semarang
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Semarang
Jln. Soekarno-Hatta Semarang, Telp. (024) 6702757 (Hunting) Fax. (024) 6702272
Email : elfirachoirunn@gmail.com

ABSTRAK

Petis adalah komponen dalam masakan indonesia yang dibuat dari produk sampingan
pengolahan makanan berkuah (biasanya dari pindang ikan, kupang, atau udang) yang
dipanaskan hingga cairan kuah menjadi kental seperti saus yang lebih pekat, yang berwarna
hitam atau coklat tergantung pada jenis bahan yang digunakan. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui pengaruh dari perbandingan kaldu pindang layang dan tepung maizena terhadap
sifat fisik (daya oles), kimia (kadar air, kadar protein, kadar abu), dan sifat sensori (aroma,
warna dan rasa) pada petis pindang layang. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap dengan satu faktor yaitu perbandingan antara kaldu pindang layang dan tepung
maizena, pada P1 (98%: 2%), P2 (96% : 4%), P3 (94% : 6%), P4 (92% : 8%), P5 (90% : 10%).
Parameter yang diamati adalah sifat kimia (kadar air, kadar protein dan kadar abu), sifat fisik
(daya oles), dan sifat sensori (aroma, warna dan rasa). Hasil menunjukkan bahwa perlakuan
berpengaruh nyata terhadap variabel kadar air, kadar abu, daya oles, sensori aroma, warna dan
rasa. Tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel kadar protein. P3 direkomendasikan
sebagai perlakuan terbaik dengan pertimbangan sebagai berikut variabel kadar air sebesar
39,53 %, kadar protein 18,09 %, kadar abu 1,07 %, daya oles sebesar 1,68mJ, dan uji sensori
aroma 5,05, warna 4,15, dan rasa 4,8.

Kata kunci : Tepung Maizena, Kaldu Pindang Layang, Petis

ABSTRACT

Petis is a component in Indonesian cooking that is made from a by-product of


processing soup (usually from fish, mussels, or shrimp) which is heated until the liquid becomes
thick like a thicker sauce, which is black or brown depending on the type of ingredients used.
The aim of this study was to determine the effect of the ratio of pindang layang broth and
cornstarch on physical properties (spreadability), chemistry (moisture content, protein content,
ash content), and sensory properties (aroma, color and taste) in pindang layang petis. This
research method used a completely randomized design with one factor, namely the ratio
between pindang layang broth and cornstarch, at P1 (98%: 2%), P2 (96%: 4%), P3 (94%:
6%), P4 ( 92%: 8%), P5 (90%: 10%). The parameters observed were chemical properties
(moisture content, protein content and ash content), physical properties (smearing power), and
sensory properties (aroma, color and taste). The results showed that the treatment had a
significant effect on the variables of moisture content, ash content, spreadability, flavor
sensory, color and taste. But it has no significant effect on the variable protein content. P3 is
recommended as the best treatment with the following considerations that the water content
variable is 39.53%, the protein content is 18.09%, the ash content is 1.07%, the spreadability is
1.68mJ, and the aroma sensory test is 5.05, color 4, 15, and a taste of 4,8.

Keywords : Cornstarch, Pindang Layang Broth, Petis


1. PENDAHULUAN menyebabkan limbah cair dari proses
Ikan layang merupakan ikan pemindangan ikan yang dihasilkan
pelagis kecil yang tersebar hampir semakin banyak dan dapat mencemari
diseluruh Indonesia dan memiliki nilai lingkungan.
ekonomis yang dimanfaatkan sebagai Limbah cair hasil dari
bahan baku berbagai pengolahan produk pemindangan ikan layang ini dapat
perikanan.Tahun 2011 hasil produksi dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam
ikan layang mencapai 405.808 ton pembuatan petis. Air rebusan pindang
(Kementerian Kelautan dan Perikanan, tersebut berasa asin, mengandung
2012). sejumlah zat gizi berupa protein,
Ikan pindang layang merupakan vitamin serta mineral dan komponen
salah satu jenis olahan pangan yang cita rasa yang terlarut selama perebusan
dilakukan secara tradisional. ikan yangdapat diolah menjadi produk
Pemindangan merupakan kombinasi petis (Junianingsih, 2015).
proses antara penggaraman dan Petis merupakan salah satu
perebusan dalam waktu tertentu dengan makanan tradisional yang berbentuk
maksud agar produk yang dihasilkan saus yang merupakan bahan pangan
lebih awet dibandingkan ikan segar. perangsang yang memberikan rasa dan
Hasil produksi ikan pindang di aroma tambahan yang khas pada
Kabupaten Pati mencapai 43.000 ton makanan (Cahyarani, 2006). Petis
pada tahun 2011, jumlah ini mengalami biasanya berbahan dasar kaldu hasil
peningkatan signifikan dari tahun 2010 rebusan ikan pindang, kupang, ataupun
yang hanya menghasilkan produksi ikan udang. Menurut Fauzy et al. (2016),
pindang sebesar 27.815 ton (Dislautkan petis memiliki tekstur semi-padat dan
Kab. Pati, 2013). Pemindangan pada diberi penambahan bumbu-bumbu dan
prosesnya tidak hanya menghasilkan gula, sehingga warnanya menjadi coklat
produk utama yaitu pindang, namun pekat dan rasanya manis.
juga menghasilkan hasil samping Bahan pengisi yang umum
berupa cairan hasil pemindangan. digunakan dalam pembuatan petis yaitu
Pengolah produk perikanan di Juwana tepung terigu, tepung tapioka, air tajin,
sendiri cukup banyak khususnya dan lain-lain. Penggunaan tepung
pengolahan ikan pindang, sehingga tapioka pada pembuatan petis dari
cairan hasil pemindangan ikan layang Manfaat Penelitian
didasarkan pada kemampuannya Memberikan informasi dan
membentuk kekentalan dalam air panas pengetahuan kepada masyarakat pada
karena kandungan pati yang tinggi umumnya tentang pengaruh
(Fakhrudin, 2009). perbandingan kaldu pindang layangdan
Tepung maizena dapat tepung maizena terhadap sifat fisik, sifat
digunakan sebagai bahan pembuat petis, kimia, dan sifat sensori petis pindang
karena juga dapat membentuk gel. layang.
Fungsi dari tepung maizena antara lain
Hipotesis
adalah memperbaiki tekstur, citarasa,
Diduga dari perbandingan kaldu
daya ikat air, dan memperbaiki
pindang layang dan tepung
elastisitas pada produk ahkir (Vivi dan
maizenaberpengaruh terhadap sifat
Joni, 2015).
fisik, sifat kimia dan sifat sensori.
Perumusan Masalah Panduan perumusan hipotesis yang
Apakah perbandingan kaldu digunakan dalam penelitian ini adalah
pindang layang dan tepung maizena sebagai berikut :
berpengaruh terhadap sifat fisik, sifat H0 : Tidak ada pengaruh perlakuan
kimia, dan sifat sensori pada petis yang terhadap seluruh variabel yang
dihasilkan ? diamati
H1 : Ada pengaruh perlakuan terhadap
Tujuan Penelitian
seluruh variabel yang diamati
1. Mengetahui pengaruh dari
3. METODE PENELITIAN
perbandingan kaldu pindang layang
Waktu dan Tempat Penelitian
dan tepung maizena terhadap sifat
Penelitian ini akan dilakukan
fisik, sifat kimia, dan sifat sensori
pada bulan Desember 2020 - Januari
pada petis pindang layang.
2021.Penelitian ini dilakukan di
2. Mengetahui perlakuan terbaik dari
Laboratorium Rekayasa Pangan
perbandingan kaldu pindang layang
Fakultas Teknologi Pertanian
dan tepung maizena pada petis yang
Universitas Semarang untuk pembuatan
dihasilkan.
petis pindang layang, Laboratorium
Kimia Teknologi Pertanian Universitas
Semarang untuk pengujian kadar air, tepung maizena dengan 5 perlakuan dan
kadar protein, kadar abu, daya oles dan 4 kali pengulangan.
Laboratorium Uji Indrawi untuk Perlakuan yang ditetapkan yaitu
pengujian sensoris. P1 : 98% kaldu pindang layang dan
2% tepung maizena
Bahan dan Peralatan
P2 : 96% kaldu pindang layang dan
Bahan baku yang di gunakan
4% tepung maizena
dalam pembuatan kaldu pindang layang
P3 : 94% kaldu pindang layang dan
yaitu ikan layang dari TPI Juwana
6% tepung maizena
dengan ukuran yang seragam (18-
P4 : 92% kaldu pindang layang dan
23cm). Sedangkan bahan baku yang
8% tepung maizena
digunakan dalam pembuatan petis
P5 : 90% kaldu pindang layang dan
pindang layang adalah kaldu pindang
10% tepung maizena
layang, tepung maizena, tepung beras
dan gula merah. Bahan yang di gunakan Variabel Pengamatan
untuk analisa adalah larutan H2SO4 Variabel pengamatan yaitu sifat
pekat, K2SO4, indikator PP, NaOH, dan fisik (daya oles), sifat kimia (kadar air,
HCl kadar protein, dan kadar abu), dan sifat
Alat yang digunakan untuk sensori (aroma, warna dan rasa) petis
pembuatan petis pindang layang yaitu pindang layang.
sendok, baskom, timbangan digital,
Analisis Data
pisau, talenan dan teflon. Alat yang
Data yang diperoleh dianalisis
digunakan untuk analisa yaitu cawan,
menggunakan uji analisis ragam
oven, desikator, texture analyzer, labu
ANOVA (Analysis of Variance)
takar, tabung reaksi, pipet tetes dan
menggunakan software SPSS versi 26.
gelas ukur.
Jika terdapat pengaruh nyata maka akan
Rancangan Percobaan dilakukan Uji lanjut DMRT pada taraf
Penelitian ini dianalisis 5% menggunakan kriteria pengujian
menggunakan Rancangan percobaan sebagai berikut :
Rancangan Acak Lengkap (RAL)  Signifikasi (Sig.) < 0,05 H0
dengan satu faktor yaitu perbandingan diterima H1 ditolak
antara kaldu pindang layang dengan  Signifikasi (Sig.) ≥ 0,05 H1
diterima H0 ditolak al. (2003) menjelaskan bahwa pati
jagung terdiri dari 73% amilopektin dan
3.HASIL DAN PEMBAHASAN 27% amilosa. Disamping itu pada
1. Kadar Air Petis Pindang Layang proses pemanasan terjadi
Berdasarkan hasil analisis ragam pembengkakan granula pati yang diikuti
menunjukkan bahwa perbandingan dengan peningkatan kekentalan. Hal ini
kaldu pindang layang dan tepung didukung Hatta (2012) bahwa semakin
maizena pada petis memberikan banyak konsentrasi tepung yang
pengaruh nyata (p<0,05) terhadap nilai digunakan maka fraksi amilosa dan
kadar air. Setelah diuji lanjut DMRT amilopektin semakin tinggi sehingga
taraf 5% menunjukkan adanya pada proses pemanasan bahan, pati akan
perbedaan antar perlakuan. mengalami pembengkakan dan akhirnya
pecah dan menyerap air semakin tinggi.
Tabel 1. Rerata Hasil Kadar Air Petis
Kadar air petis pindang layang sudah
Pindang Layang
Perlakuan Rerata Hasil (%) sesuai SNI No 1-2718-2013 yang
P1 43,54e mensyaratkan kadar air petis adalah
P2 41,65d
sekitar 30 – 50%.
P3 39,53c
P4 36,62b
P5 34,19a 2. Kadar Protein Petis Pindang
Keterangan : angka yang diikuti dengan Layang
superskrip huruf kecil yang berbeda
pada kolom yang sama menunjukkan Berdasarkan penelitian yang
perbedaan yang nyata (p < 0.05). telah dilakukan hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa perbandingan
Dari gambar 1. dapat dilihat
kaldu pindang layang dan tepung
bahwa P1 hingga P5 mengalami
maizena pada petis tidak memberikan
penurunan nilai kadar air. Hal ini
pengaruh nyata (p≥0,05) terhadap nilai
diduga semakin tinggi penggunaan
kadar protein. Selanjutnya tidak
tepung maizena maka semakin rendah
dilakukan uji lanjut karena dari uji
nilai kadar air pada petis pindang
analisis ragam tidak memberikan
layang. Hal ini terjadi karena
pengaruh nyata.
kandungan pati tepung maizena yang
semakin tinggi akan menyerap lebih
banyak air bebas pada petis. Mauro et
Tabel 2. Rerata Hasil Kadar Protein Tabel 3. Rerata Hasil Kadar Abu Petis
Petis Pindang Layang Pindang Layang
Perlakuan Rerata Hasil (%) Perlakuan Rerata Hasil (%)
P1 18.35a P1 0.92a
P2 18.23a P2 1.02b
P3 18.09a P3 1.07bc
P4 18.08a P4 1.13c
P5 18.01a P5 1.33d
Keterangan: angka yang diikuti dengan
Keterangan : angka yang diikuti dengan
superskrip huruf kecil yang sama pada
superskrip huruf kecil yang berbeda
kolom yang sama menunjukkan tidak
pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata (p≥0,05)
perbedaan yang nyata (p < 0.05).

Menurut SNI No 1-2718-2013 Dari Tabel 3. dapat dilihat

kadar protein petis yaitu minimal 15%. bahwa kadar abu perlakuan P1 hingga

Sedangkan pada penelitian ini kadar P5 mengalami kenaikan. Peningkatan

protein petis pindang layang yang kadar abu petis pindang layang yang

diperoleh lebih tinggi dari SNI, dihasilkan dipengaruhi oleh penggunaan

sehingga kadar protein yang dihasilkan tepung meizena yang semakin banyak
sudah memenuhi persyaratan SNI No 1- disetiap perlakuan. Astawan (2009)

2718-2013. Kadar protein yang tinggi menjelaskan bahwa tepung maizena


pada petis pindang layang ini mengandung garam mineral sebanyak

disebabkan karena kaldu pindang 20 mg kalsium, 1,5 mg zat besi, dan 30


layang mengandung protein sebesar mg fosfor, sehingga kadar abu petis

22,31%. (Data Primer 2021) akan meningkat. Hal ini didukung oleh
Fakhrudin (2009) bahwa nilai kadar abu
3. Kadar Abu Petis Pindang Layang pada petis disebabkan oleh penambahan
Berdasarkan penelitian yang bumbu-bumbu dan bahan tambahan
telah dilakukan hasil analisis ragam seperti tepung atau tepung-tepungan.
menunjukkanbahwa perbandingan kaldu Penambahan tepung mampu
pindang layang dan tepung maizena meningkatkan zat anorganik pada
pada petis memberikan pengaruh nyata produk sehingga kadar abu bertambah.
(p<0,05) terhadap nilai kadar abu. Nilai kadar abu yang dihasilkan
Setelah diuji lanjut DMRT taraf 5% petis kaldu pindang layang yang telah
menunjukkan adanya perbedaan antar memenuhi persyaratan SNI No 1-2718-
perlakuan. 2013 yaitu pada P1 (0.92%). Sedangkan
yang mendekati SNI No 1-2718-2013 penggunaan tepung maizena maka
yaitu pada P2 (1.02%) dan P3 (1.07%). kadar amilosa dan amilopektin juga
bertambah, sehingga dapat
4. Daya Oles Petis Pindang Layang
mengakibatkan semakin kerasnya suatu
Berdasarkan penelitian yang
bahan.
telah dilakukan hasil analisa ragam
Disamping penggunaan tepung
menunjukkanbahwa perbandingan kaldu
meizena, proses pemasakan petis
pindang layang dan tepung maizena
pindang layang dengan menggunakan
pada petis memberikan pengaruh nyata
panas dapat melemahkan ikatan
(p<0,05) terhadap nilai daya oles.
hidrogen pada amilosa sehingga terjadi
Setelah diuji lanjut DMRT taraf 5%
gelatinisasi yang berlanjut dengan difusi
menunjukkan adanya perbedaan antar
amilosa dan amilopektin (Asasia dan
perlakuan.
Yuwono, 2018). Kadar air yang
terkandung pada petis pindang layang
Tabel 4. Rerata Hasil Daya Oles Petis
juga berpengaruh terhadap daya oles
Pindang Layang
Perlakuan Rerata Hasil (mJ) petis. Hal ini sesuai dengan pendapat
P1 0.28a menurut Guna, dkk (2020) bahwa kadar
P2 0.62a
air yang terkandung pada petis juga
P3 1.68ab
P4 4.21bc berpengaruh terhadap daya oles petis.
P5 5.42c Semakin tinggi kadar air dalam petis
Keterangan : angka yang diikuti dengan
superskrip huruf kecil yang berbeda maka akan semakin kecil nilai daya oles
pada kolom yang sama menunjukkan petis pindang layang, sehingga petis
perbedaan yang nyata (p < 0.05).
pindang layang semakin mudah
dioleskan. Akan tetapi bila nilai daya
Dari Tabel 4. dapat dilihat
oles petis rendah atau terlalu tinggi,
bahwa pada P1 hingga P5 mengalami
maka petis yang dihasilkan terlalu cair
kenaikan nilai daya oles petis pindang
atau terlalu kental yang menyebabkan
layang. Hasil tersebut menunjukkan
petis sulit untuk dioleskan.
bahwa penggunaan tepung maizena
yang semakin banyak akan 5. Sensori Aroma Petis Pindang
meningkatkan nilai daya oles. Hal ini Layang
dikarenakan gel yang terbentuk pada Berdasarkan penelitian yang
petis semakin kental. Semakin tinggi telah dilakukan hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa perbandingan mengalami penurunan tingkat kesukaan
kaldu pindang layang dan tepung panelis terhadap aroma, hal ini diduga
maizena pada petis memberikan karena pada perlakuan P4 hingga P5
pengaruh nyata (p<0,05) terhadap nilai penggunaan tepung maizena yang
sensori aroma. Setelah diuji lanjut semakin banyak menghasilkan aroma
DMRT taraf 5% menunjukkan adanya khas pati terlalu tampak, sehingga
perbedaan antar perlakuan. kurang disukai oleh panelis. . Hal ini
sesuai dengan pendapat Zahrotin (2013)
Tabel 5. Rerata Hasil Sensori Aroma
bahwa tepung dapat mengurangi bau
Petis Pindang Layang
Perlakuan
Rerata
Kriteria
amis yang dihasilkan oleh produk
Hasil
Sangat tidak suka perikanan.
P1 2.80a
- tidak suka
P2 4.25b Agak suka – suka 6. Sensori Warna Petis Pindang
P3 5.05c Suka - sangat suka
Layang
P4 4.00b Agak suka Berdasarkan penelitian yang
5.42c Tidak suka-agak
P5 telah dilakukan hasil analisa ragam
suka
Keterangan : angka yang diikuti dengan menunjukkan bahwa perbandingan
superskrip huruf kecil yang berbeda kaldu pindang layang dan tepung
pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata (p < 0.05). maizena pada petis memberikan
pengaruh nyata (p<0,05) terhadap nilai
Pada Tabel 5. menunjukkan P1
sensori warna.
hingga P3 mengalami kenaikan tingkat
kesukaan panelis terhadap aroma, hal Tabel 6. Rerata Hasil Sensori Warna
ini diduga pada P1 dan P2 penggunaan Petis Pindang Layang
Rerata
kaldu pindang layang yang semakin Perlakuan Kriteria
Hasil
banyak akan menghasilkan aroma yang P1 5.35c Suka - sangat suka
P2 4.20b Agak suka – suka
terlalu amis, sehingga tidak disukai oleh P3 4.00b Agak suka – suka
Tidak suka - agak
panelis. Sedangkan P3 merupakan P4 3.75ab
suka
perlakuan yang paling disukai oleh Tidak suka - agak
P5 3.30a
suka
panelis. Hal ini disebabkan karena Keterangan : angka yang diikuti dengan
aroma petis yang dihasilkan pada P3 superskrip huruf kecil yang berbeda
pada kolom yang sama menunjukkan
seimbang tidak terlalu amis dan aroma perbedaan yang nyata (p < 0.05).
khas pati tidak terlalu tampak.
Sedangkan pada P4 hingga P5
Dari Tabel 6. menunjukkan 7. Sensori Rasa Petis Pindang
semakin banyak penggunaan tepung Layang
maizena semakin rendah tingkat Berdasarkan penelitian yang
kesukaan panelis terhadap sensori telah dilakukan hasil analisis ragam
warna. Hal ini dapat disebabkan karena menunjukkan bahwa perbandingan
semakin tinggi penggunaan tepung kaldu pindang layang dan tepung
maizena maka warna petis yang maizena pada petis memberikan
dihasilkan yaitu coklat tua dan pengaruh nyata (p<0,05), terhadap nilai
cemerlang tetapi agak pucat. Hal ini sensori rasa. Setelah diuji lanjut DMRT
sesuai dengan pendapat Fakhrudin taraf 5% menunjukkan adanya
(2009), tepung yang ditambahkan pada perbedaan antar perlakuan.
petis dapat menutupi sifat yang terdapat
Tabel 6. Rerata Hasil Sensori Rasa Petis
pada gula yang dikarenakan tepung
Pindang Layang
memberikan warna yang terang atau Perlakuan
Rerata
Kriteria
Hasil
sedikit agak krem dan memiliki larutan Sangat tidak suka
P1 2.40a
yang jernih. - tidak suka
Tidak suka –
Warna pada petis juga P2 3.90b
agak suka
P3 4.80c Agak suka – suka
dipengaruhi oleh proses pemasakan, P4 4.10b Agak suka – suka
karena proses pemasakan akan terjadi Tidak suka - agak
P5 3.75b
suka
beberapa proses citarasa dan perubahan Keterangan : angka yang diikuti dengan
warna akibat adanya reaksi maillard. superskrip huruf kecil yang berbeda
pada kolom yang sama menunjukkan
Hal ini di dukung Rosida dan Widodo perbedaan yang nyata (p < 0.05).
(2015), reaksi pencoklatan non
Dari Tabel 7. menunjukkan
enzimatis atau dikenal dengan istilah
bahwa P1 hingga P3 ini mengalami
reaksi maillard dapat terjadi akibat
kenaikan tingkat kesukaan panelis
adanya protein. Pada sat pemanasan
terhadap rasa, hal ini dikarenakan pada
kadar gula reduksi akan meningkat
P1 dan P2 penggunaan kaldu pindang
tajam, sehingga terjadilah reaksi
layang semakin banyak akan
pencoklatan (Maillard) yang semakin
menghasilkan petis dengan rasa yang
meningkat. Skor warna tertinggi yaitu
terlalu amis, sehingga tidak disukai oleh
pada P1 (5.35).
panelis. Sedangkan P3 memiliki nilai
kesukaan tertinggi, karena P3
menghasilkan rasa yang seimbang yaitu variabel kadar air sebesar 39.53 %,
tidak terlalu amis dan rasa khas pati kadar protein sebesar 18.09 %,
tepung tidak terlalu tampak. Sedangkan kadar abu sebesar 1.07 %, daya
pada P4 hingga P5 mengalami oles sebesar 1.68mJ, dan uji sensori
penurunan lagi, hal ini disebabkan aroma 5.05, warna 4.15, dan rasa
karena P4 dan P5 dengan penggunaan
tepung maizena semakin banyak, maka 5. DAFTAR PUSTAKA
rasa khas pati tepung terlalu tampak. [SNI].Standar Nasional Indonesia.
Penggunaan tepung maizena yang 2013. SNI No 1-2718-2013:
kurang pada P1 dan P2 atau terlalu Syarat Mutu Petis Udang.
banyak pada P4 dan P5 tidak akan Badan Standarisasi Nasional,
menghasilkan citarasa yang gurih yang Jakarta.
disukai panelis. Chandra (2010) Asasia, P. A. A., dan Yuwono, S. S.
menjelaskan bahwa maizena 2018. Pengaruh Konsentrasi
mempunyai rasa yang tidak manis, tidak Tepung Maizena Dan
asin dan tidak larut dalam air dingin, Konsentrasi Asam Sitrat
tetapi didalam air panas dapat Terhadap Sifat Fisik, Kimia Dan
membentu sol atau gel yang bersifat Organoleptik Selai Mawar.
kental. Jurnal Pangan dan
Agroindustri.Vol.6 (1) : 64-74.
4. Kesimpulan
Astawan, Made. 2009. Panduan
Berdasarkan penelitian ini dapat
Karbohidrat Terlengkap. Jakarta
diambil kesimpulan sebagai berikut :
: PT. Gramedia Pustaka.
1. Perlakuan perbandingan kaldu
Cahyarani, C.H. 2006. Perbedaan
pindang layang dan tepung
Jumlah Coliform Pada Petis Ikan
maizena berpengaruh nyata
Kemasan Dan Bukan Kemasan
terhadap variabel kadar air, kadar
Yang Beredar Di Pasar Baru
abu, daya oles, sensori rasa, warna,
Kamal Madura. Skripsi.
aroma dan tidak berpengaruh nyata
Universitas Airlangga. Surabaya
terhadap kadar protein.
Dinas Kelautan dan Perikanan
2. P3 direkomendasikan sebagai
Kabupaten Pati.2013. Daftar
perlakuan terbaik dengan
pertimbangan sebagai berikut yaitu
Pengolah Ikan Se-Kabupaten
Pati Tahun 2013. Pati.
Fakhrudin, A. 2009.Pemanfaatan Air
Rebusan Kupang Putih (Corbula
faba Hinds) Untuk Pengolahan
Petis dengan Penambahan
berbagai Pati-patian.SKRIPSI.
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan.Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Fauzy, H. R., T. Surti dan Romadhon.
2016. Pengaruh Metode
Pengeringan Granulator
Terhadap Kandungan Asam
Glutamat Serbuk Petis Limbah
Pindang Ikan laying
(Decapterussp.). Jurnal
Pengolahan dan Bioteknologi
Hasil Perikanan. 5(1):16-22.
Junianingsih, I. 2015. Uji Kualitas Mutu
Pindang Cue-Besek Ikan layang
(Decapterussp.) Di Desa Jangkar
Kabupaten Situbondo. Jurnal
Ilmu Perikanan. 6 (2) :91-98.
Vivi, Retno., dan J. Kusnadi., 2015.
Pembuatan Petis Instan (Kajian
Jenis dan Proporsi Bahan
Pengisi). Jurnal Pangan dan
Agroindustri.Vol.3 No.2. FTP

Anda mungkin juga menyukai