Anda di halaman 1dari 524

PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU

JALAN BTS JAMBI – PENINGGALAN STA 80+203 – 88+833


PROVINSI SUMATERA SELATAN

SKRIPSI

Dibuat untuk memenuhi persyaratan dalan menyelesaikan Pendidikan


Diploma IV Perancangan Jalan dan Jembatan
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya

Oleh :
Hardianti Soleha 061940110220
Puspa Ratnasari 061940111866

JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2023
PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU
JALAN BTS JAMBI – PENINGGALAN STA 80+203 – 88+830
PROVINSI SUMATERA SELATAN

SKRIPSI

Palembang, Juli 2023


Disetujui oleh pembimbing
Skripsi Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Sriwijaya

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Andi Herius, S.T., M.T. Akhmad Mirza, S.T., M.T.


NIP. 197609072001121002 NIP.197008151996031002

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil Ketua Program Studi D-IV
Politeknik Negeri Sriwijaya Peracangan Jalan dan Jembatan

Ibrahim, S.T., M.T. Ir.Kosim, M.T.


NIP. 196905092000031001 NIP. 196210181989031002

ii
PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU
JALAN BTS JAMBI – PENINGGALAN STA 80+203 – 88+830
PROVINSI SUMATERA SELATAN

SKRIPSI

Disetujui oleh penguji


Skripsi Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Sriwijaya

Nama Penguji Tanda Tangan

1. Ibrahim, S.T., M.T.


NIP. 196905092000031001 ................................

2. Drs. Sudarmadji, M.T.


NIP. 196101011988031004 ................................

3. Ir. Yusri, M.T.


NIP. 195812181989031001 ................................

4. Drs. B. Hidayat Fuady, S.T., M.M.,M.T.


NIP. 195807161986031004 ................................

5. Akhmad Mirza, S.T., M.T.


NIP. 197008151996031002 ................................

iii
MOTTO

“ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”

– QS AL Baqarah 286 –

Persembahan

Puji syukur atas nikmat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan kesehatan,
kekuatan dan kesabaran sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
tepat pada waktunya
Dengan niat yang tulus dan segala kerendahan hati saya ingin
mengucapkan terimasih kepada :
1. Keluargaku tercinta yang selalu memberikan semangat dan mendoakan
agar saya dapat menyelesaikan kuliah dengan baik dan tepat waktu.
2. Dosen Pembimbing terbaik “ Bapak Andi Herius., S.T.,M.T” dan “ Bapak
Akhmad Mirza., S.T.,M.T” yang telah memberikan kami bimbingan dalam
penyusunan skripsi kami. Dan semua dosen serta staf Jurusan Teknik Sipil
POLSRI yang telah memberikan kami ilmu pengetahuan yang sangat
bermanfaat bagi masa depan kami.
3. Rekan seperjuangan Puspa Ratnasari mulai dari magang hingga skripsi ini
4. Grup international class yang senantiasa mendengarkan keluh kesah kami,
dan tentunya support system terbaik di perkuliahan ini.
5. Rekan seperjuangan selama 4 tahun PJJA 19

– Hardianti Soleha –
iv
MOTTO

“Hanya karena proesmu lebih lama daripada yang lain, bukan berati kamu gagal”
– Colonel Sanders –

Persembahan

Puji syukur atas nikmat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan kesehatan,
kekuatan dan kesabaran sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
tepat pada waktunya
Dengan niat yang tulus dan segala kerendahan hati saya ingin
mengucapkan terimasih kepada :
6. Keluargaku tercinta yang selalu memberikan semangat dan mendoakan
agar saya dapat menyelesaikan kuliah dengan baik dan tepat waktu.
7. Dosen Pembimbing terbaik “ Bapak Andi Herius., S.T.,M.T” dan “ Bapak
Akhmad Mirza., S.T.,M.T” yang telah memberikan kami bimbingan dalam
penyusunan skripsi kami. Dan semua dosen serta staf Jurusan Teknik Sipil
POLSRI yang telah memberikan kami ilmu pengetahuan yang sangat
bermanfaat bagi masa depan kami.
8. Rekan seperjuangan Hardianti Soleha mulai dari magang hingga skripsi ini
9. Grup international class yang senantiasa mendengarkan keluh kesah kami,
dan tentunya support system terbaik di perkuliahan ini.
10. Rekan seperjuangan selama 4 tahun PJJA 19

– Puspa Ratnasari –

v
PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU
JALAN BTS JAMBI – PENINGGALAN STA 80+203 – 88+833 PROVINSI
SUMATERA SELATAN

Hardianti Soleha,Puspa Ratnasari

ABSTRAK

Prasarana jalan yang baik dapat membantu dalam pengembangan suatu


daerah. Pembuatan Jalan Bts Jambi – Peninggalan dapat meningkatkan pelayanan
dan pembaruan fasilitas jalan sehingga dapat menunjang kegiatan transportasi
bagi masyarakat dan perindustrian yang ada. Pelayanan jalan yang ekonomis,
aman dan nyaman dapat terpenuhi dengan perencanaan yang didasarkan pada
pertimbangan yang dapat mewujudkan hal tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan
pada Jalan Bts Jambi – Peninggalan ini merupakan jalan Arteri kelas I dengan
kecepatan rencana jalan 80 km/jam, dan pada jalan ini menggunakan 3 jenis
tikungan diantaranya, 4 Full Circle, dan 4 Spiral Circle Spiral dan 4 Spiral –
Spiral. Lapisan permukaan jalan menggunakan Perkerasan Rigid dengan tebal
lapisan 17 cm, sedangkan lapisan pondasi bawah menggunakan Lean Concrete
dengan tebal 10 cm dan Agregat Kelas A dengan tebal lapisan 15 cm.
Pembangunan jalan ini dilaksanakan dalam waktu 252 hari kerja dengan total
dana Rp. 110.783.255.000,00 – (Seratus sepuluh milyar tujuh ratus delapan puluh
tiga juta dua ratus lima puluh lima ribu rupiah).

Kata Kunci : Jalan, Desain Geometrik, Tebal Perkerasan Kaku, Rencana


Anggaran Biaya.

vi
GEOMETRIC DESIGN AND RIGID PAVEMENT OF
BTS JAMBI - PENINGGALAN ROAD STA 80+203 – 88+833 SOUTH
SUMATERA PROVINCE

Hardianti Soleha,Puspa Ratnasari

ABSTRACT

Good road infrastructure can help to development a region. The


construction of Jalan Bts Jambi – Peninggalan may improve services and renewal
of road facilities to support transportation activities for the comunity adn exsisting
industries. Road services that are economical, safe , and comfort can be fulfilled
with planning based on considerations that can make this happen. From the results
of the calculations above, Bts Jambi - Peninggalan Road is a class I Arterial road
with a road plan speed of 80 km / hour, and on this road uses 3 types of bends
including,4 Full Circles, and 4 Spiral Circle Spirals and 4 Spirals. The road
surface layer uses Rigid Pavement with a layer thickness of 17 cm, while the
bottom layer uses a 10 cm thick Lean Concrete and Class A aggregate with a layer
thickness of 15 cm. The construction of this road is carried out within 252
working days with a total fund of Rp. 110.783.255.000,00,- (One hundred and
Ten Billion Seven Eighty Three Million Two Hundred and Twenty Five
Thousand Rupiah).

Keywords : The road, geometric design, thickness of rigid pavement, Budget


Plan.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
“Perancangan Geometrik dan Tebal Perkerasan Kaku Jalan Bts Jambi –
Peninggalan STA 80+203 – 88+800 Provinsi Sumatera Selatan” tepat pada
waktunya. Laporan ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi prsyaratan
menyelesaian Pendidikan Diploma IV Program Studi Perancangan Jalan dan
Jembatan Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya.
Dalam pelaksanaan penyusunan proposal skripsi ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih pada :
1. Yth. Bapak Dr. Ing Ahmad Taqwa, S.T., M.T. selaku Direktur Politeknik
Negeri Sriwijaya.
2. Yth. Bapak Ibrahim, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Sriwijaya.
3. Yth. Bapak Ir. H. Kosim, M.T. selaku Ketua Program Studi DIV
Perancangan Jalan Jembatan.
4. Yth. Bapak Andi Herius, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan.
5. Yth. Bapak H. Akhmad Mirza, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing II
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya.
7. Orang tua kami yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat
hingga tersusunnya skripsi ini.
8. Teman-teman kelas PJJ A 2019 yang selalu memberikan motivasi dan kerja
samanya sehingga selesainya skripsi ini.
9. Semua pihak yang telah membantu selama melaksanakan penulisan skripsi
ini.

viii
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
MOTTO ................................................................................................................ iii
ABSTRAK .............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiii
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah .......................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat .................................................................................. 3
1.4 Sistematika Penulisan ............................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI 5
2.1 Pengertian Jalan ........................................................................................ 5
2.2 Klasifikasi Jalan ........................................................................................ 5
2.2.1 Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi Jalan .............................................5
2.2.2 Klasifikasi Jalan Menurut Kelas Jalan .............................................. 7
2.2.3 Klasifikasi Jalan Menurut Medan Jalan ............................................ 8
2.2.4 Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang Pembinaan Jalan ...................9
2.3 Penampang Melintang Jalan ..................................................................... 9
2.3.1 Jalur Lalu Lintas .............................................................................. 10
2.3.2 Bahu Jalan ....................................................................................... 11
2.3.3 Median .............................................................................................13
2.3.4 Trotoar Atau Jalur Pejalan Kaki (Side Walk) .................................. 14
2.3.5 Saluran Samping ..............................................................................14
2.3.6 Talud / Kemiringan Lereng ............................................................. 15
2.3.7 Kereb ............................................................................................... 15
2.3.8 Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) ....................................................... 15
2.3.9 Ruang Milik Jalan (Rumija) ............................................................ 16
2.3.10 Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja) ............................................... 16
2.4 Perencanaan Geometrik Jalan ................................................................. 16
2.3.1 Data Topografi .................................................................................17

ix
2.3.2 Penentuan Trase ...............................................................................18
2.3.3 Data Lalu Lintas .............................................................................. 19
2.3.4 Data Penyelidikan Tanah .................................................................21
2.5 Parameter Perencanaan ........................................................................... 22
2.5.1 Kendaraan Rencana ......................................................................... 23
2.5.2 Kecepatan Rencana ..........................................................................28
2.5.3 Volume Lalu Lintas ......................................................................... 28
2.5.4 Jarak Pandang .................................................................................. 35
2.6 Alinyemen Horizontal .............................................................................38
2.6.1 Penentuan Trase Jalan ..................................................................... 40
2.6.2 Penentuan Kordinat dan Jarak ......................................................... 41
2.6.3 Penentuan Sudut Jurusan dan Sudut Bearing .................................. 42
2.6.4 Jari-jari Tikungan ............................................................................ 42
2.6.5 Tikungan Full Circle (FC) ...............................................................45
2.6.6 Tikungan Spiral – Circle – Spiral (SCS) ........................................ 46
2.6.7 Tikungan Spiral-Spiral (SS) ............................................................48
2.6.8 Diagram Superelevasi ......................................................................54
2.6.9 Landai Relatif .................................................................................. 57
2.6.10 Pelebaran Perkerasan Jalan Tikungan ............................................. 59
2.6.11 Kebebasan Samping pada Tikungan ............................................... 62
2.6.12 Penomoran Panjang – Jalan (Stationing) .........................................64
2.7 Alinyemen Vertikal .................................................................................64
2.7.1 Landai Maksimum ...........................................................................65
2.7.2 Panjang Landai Kritis ...................................................................... 66
2.7.3 Lengkung Vertikal ...........................................................................66
2.8 Perhitungan Timbunan dan Galian ......................................................... 73
2.9 Perencanaan Tebal Perkerasan ................................................................74
2.8.1 Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) .................................................75
2.8.2 Persyaratan Teknis Perencanaan Perkerasan Kaku ......................... 78
2.8.3 Lalu – lintas Rencana ...................................................................... 82
2.8.4 Umur Rencana ................................................................................. 82
2.8.5 Pertumbuhan Lalulintas ...................................................................83
2.8.6 Lajur Rencana dan Koefisien Distribusi ..........................................83
2.8.7 Perencanaan Tebal Pelat ..................................................................84

x
2.8.8 Perencanaan Penulangan ................................................................. 90
2.8.9 Sambungan ...................................................................................... 91
2.8.10 Prosedur Perencanaan ......................................................................96
2.10 Perencanaan Bangunan Pelengkap ......................................................96
2.10.1 Bangunan Drainase ..........................................................................97
2.10.2 Bangunan Samping ..........................................................................98
2.10.3 Gorong–gorong (Culvert) .............................................................. 104
2.11 Desain Dimensi Saluran Samping dan Gorong – gorong ................. 106
2.12 Manajemen Proyek ............................................................................110
2.13 Rencana Anggaran Biaya (RAB) ...................................................... 114
2.14 Rencana Kerja (Time Schedule) ........................................................ 117
BAB III PERHITUNGAN KONSTRUKSI 122
3.1 Tinjauan Umum .................................................................................... 122
3.2 Perhitungan Alinyemen Horizontal ...................................................... 123
3.2.1 Menentukan Titik Koordinat ......................................................... 123
3.2.2 Menghitung Panjang Garis Tangen ............................................... 124
3.2.3 Perhitungan Sudut Azimuth dan Susut Antara Dua Tangen (∆) ... 131
3.2.4 Penentuan Medan Jalan ................................................................. 147
3.2.5 Perhtiungan Kriteria Perencanaan ................................................. 150
3.3 Perhitungan Alinyemen Horizontal ...................................................... 154
3.3.1 Perhitungan Tikungan ................................................................... 154
3.3.2 Perhitungan Kontrol Overlapping ................................................. 197
3.3.3 Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan ............................................199
3.3.4 Perhitungan Kebebasan Samping Pada Tikungan ......................... 211
3.3.5 Penentuan Titik Stationing ............................................................ 227
3.4 Perhitungan Alinyemen Vertikal .......................................................... 232
3.4.1 Perhitungan Kelandaian .................................................................232
3.4.2 Perhitungan Nilai Grade ................................................................ 232
3.4.3 Perhitungan Lengkung Vertikal .................................................... 235
3.5 Perhitungan Tebal Perkerasan Kaku (rigid pavement) ......................... 245
3.5.1 Parameter Perencanaan Tebal Perkerasan ..................................... 245
3.5.2 Perhitungan Tebal Perkerasan ....................................................... 248
3.6 Perhitungan Saluran Drainase Jalan ......................................................259
3.6.1 Analisa Curah Hujan ..................................................................... 259

xi
3.6.2 Perhitungan Aliran Debit Rencana (Q) ......................................... 260
3.6.3 Desain Saluran Samping ................................................................267
3.7 Perhitungan Dimensi Box Culvert (Q) ..................................................269
3.7.1 Debit Aliran Rencana Box Culvert ................................................272
3.7.2 Desain Dimensi Box Culvert ......................................................... 272
3.7.3 Perhitungan Pembebanan Box Culvert .......................................... 274
3.7.4 Penulangan Box Culvert ................................................................ 280
BAB IV MANAJEMEN PROYEK 295
4.1 Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ...............................................295
4.1.1 Syarat-Syarat Administrasi ............................................................295
4.1.2 Syarat-syarat Pelaksanaan ............................................................. 298
4.1.3 Syarat-syarat Teknis ...................................................................... 302
4.1.4 Peraturan Bahan yang Dipakai ...................................................... 308
4.1.5 Pelaksanaan Pekerjaan ...................................................................310
4.2 Rencana Anggaran Biaya ......................................................................312
4.2.1 Perhitungan Kuantitas Pekerjaan ...................................................312
4.2.2 Perhitungan Biaya Sewa Alat Per Jam .......................................... 323
4.2.3 Analisa Harga Satuan Pekerjaan ....................................................337
4.2.4 Perhitungan Jam Kerja dan Jumlah Kebutuhan Alat .....................391
4.2.5 Perhitunga Rekapitulasi Durasi Pekerjaan .................................... 397
4.2.6 Perhitungan Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya ..................... 398
4.2.7 Perhitungan Rencana Anggaran Biaya .......................................... 399
BAB V PENUTUP 401
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 401
5.2 Saran ..................................................................................................... 402
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 403
LAMPIRAN ....................................................................................................... 404

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Dimensi kendaraan kecil ...................................................................24


Gambar 2. 2 Dimensi kendaraan sedang ............................................................... 24
Gambar 2. 3 Dimensi kendaraan besar ..................................................................24
Gambar 2. 4 Kendaraan Penumpang (P) ............................................................... 25
Gambar 2. 5 Kendaraan Truk As Tuggal (SU) ......................................................26
Gambar 2. 6 Kendaraan Bus Sekolah ....................................................................26
Gambar 2. 7 Kendaraan City Bus .......................................................................... 26
Gambar 2. 8 Kendaraan Bus Tempel Atau Gandengan (A-BUS) .........................27
Gambar 2. 9 Kendaraan Semitrailer Kombinasi Sedang (WB-12) ....................... 27
Gambar 2. 10 Kendaraan Semitrailer Kombinasi Besar (WB-15) ........................ 27
Gambar 2. 11 Contoh Rencana Garis Sumbu Jalan .............................................. 41
Gambar 2. 12 Sudut Azimuth dan Sudut Antara Dua Tangen .............................. 42
Gambar 2. 13 Tikungan Full Circle ...................................................................... 46
Gambar 2. 14 Tikungan Spiral - Circle - Spiral ....................................................47
Gambar 2. 15 Tikungan Spiral-Spiral ................................................................... 49
Gambar 2. 16 Superelevasi ....................................................................................55
Gambar 2. 17 Diagram Pencapaian Superelevasi ..................................................55
Gambar 2. 18 Diagram Pencapaian Superelevasi ..................................................56
Gambar 2. 19 Diagram Pencapaian Superelevasi ..................................................56
Gambar 2. 20 Perubahan Kemiringan Melintang Jalan .........................................58
Gambar 2. 21 Pelebaran Perkerasan pada Tikungan ............................................. 59
Gambar 2. 22 Daerah Bebas Samping Ditikungan Untuk Jh < Lt ........................ 63
Gambar 2. 23 Daerah Bebas Samping Tikungan Untuk Jh > Lt ........................... 63
Gambar 2. 24 Lengkung Vertikal .......................................................................... 67
Gambar 2. 25 Alinyemen Vertikal Cembung ........................................................68
Gambar 2. 26 Panjang Lv untuk Jh < Lv ...............................................................68
Gambar 2. 27 Panjang Lv untuk Jh > Lv ...............................................................69
Gambar 2. 28 Grafik Panjang Lengkung Vertikal Cembung Berdasarkan Jarak
Pandang Henti (Jh) ................................................................................................ 70

xiii
Gambar 2. 29 Grafik Panjang Lengkung Vertikal Cembung Berdasarka Jarak
Panjang Mendahului (Jd) .......................................................................................71
Gambar 2. 30 Alinyemen Vertikal Cekung ........................................................... 72
Gambar 2. 31 Grafik Pajang Lengkung Vertikal Cekung ..................................... 73
Gambar 2. 32 Contoh Galian dan Timbunan .........................................................74
Gambar 2. 33 Struktur Perkerasan Beton Semen .................................................. 76
Gambar 2. 34 Tebal Pondasi Bawah Minimum untuk Perkerasan Kaku Terhadap
Repitisi Sumbu ...................................................................................................... 80
Gambar 2. 35 CBR Tanah Dasar Efektif dan Tebal Pondasi Bawah .................... 80
Gambar 2. 36 Analisi Fatik dan Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Rasio Tegangan,
dengan / Tanpa Bahu Beton .................................................................................. 87
Gambar 2. 37 Analisis Erosi dan Jumlah Repetisi Beban Ijin, Berdasarkan Faktor
Erosi, Tanpa Bahu Beton .......................................................................................88
Gambar 2. 38 Analisis Erosi dan Jumlah Repetisi Beban Ijin,Berdasarkan Faktor
Erosi, dengan Bahu Beton ..................................................................................... 89
Gambar 2. 39 Sambungan Susut Melintang dengan Dowel ..................................92
Gambar 2. 40 Sambungan Pelaksanaan Memanjang dengan Lidah Alur dan ......94
Gambar 2. 41 Jarak Tie Bar Maksimum Menurut AASTHO (1986) ....................95
Gambar 2. 42 Sambungan Muai dengan Dowel ....................................................96
Gambar 2. 43 Penampang Saluran Berbentuk Trapesium ...................................107
Gambar 2. 44 Dimensi Gorong–gorong Berbentuk Persegi (Box culvert) ..........109
Gambar 2. 45 Network Planning ......................................................................... 119
Gambar 2. 46 Barchart ........................................................................................121
Gambar 2. 47 Kurva S ......................................................................................... 121
Gambar 3. 1 Trase Rencana .................................................................................124
Gambar 3. 2 Sudut Azimuth 1 .............................................................................133
Gambar 3. 3 SudutAzimuth 2 ..............................................................................134
Gambar 3. 4 Sudut Azimuth 3 .............................................................................135
Gambar 3. 5 Sudut Azimuth 4 .............................................................................136
Gambar 3. 6 Sudut Azimuth 5 .............................................................................137
Gambar 3. 7 Sudut Azimuth 6 .............................................................................139

xiv
Gambar 3. 8 Sudut Azimuth 7 .............................................................................140
Gambar 3. 9 Sudut Azimuth 8 .............................................................................141
Gambar 3. 10 Sudut Azimuth 10 .........................................................................142
Gambar 3. 11 Sudut Azimuth 10 .........................................................................143
Gambar 3. 12 Sudut Azimuth 11 .........................................................................145
Gambar 3. 13 Sudut Azimuth 12 .........................................................................146
Gambar 3. 14 Tikungan 1 (Full Circle) ...............................................................156
Gambar 3. 15 Diagram Superelevasi Tikungan 1 (FC) ....................................... 156
Gambar 3. 16 Tikungan 2 (Spiral-Spiral) ........................................................... 159
Gambar 3. 17 Diagram Superelevasi Tikungan 2 (SS) ....................................... 159
Gambar 3. 18 Tikungan 3 (Full Circle) ...............................................................162
Gambar 3. 19 Diagram Superelevasi Tikungan 3 (FC) ....................................... 162
Gambar 3. 20 Tikungan 4 (Spiral-Spiral) ........................................................... 165
Gambar 3. 21 Diagram Superelevasi Tikungan 4 (SS) ....................................... 165
Gambar 3. 22 Tikungan 5 (Full Circle) ...............................................................168
Gambar 3. 23 Diagram Superelevasi Tikungan 5 (FC) ....................................... 168
Gambar 3. 24 Tikungan 6 (Spiral Circle Spiral) .................................................172
Gambar 3. 25 Diagram Superelevasi Tikungan 6 (SCS) .....................................172
Gambar 3. 26 Tikungan 7 (Spiral Circle Spiral) .................................................176
Gambar 3. 27 Diagram Superelevasi Tikungan 7 (SCS) .....................................176
Gambar 3. 28 Tikungan 8 (Full Circle) ...............................................................179
Gambar 3. 29 Diagram Superelevasi Tikungan 8 (FC) ....................................... 179
Gambar 3. 30 Tikungan 9 (Spiral Spiral) ............................................................182
Gambar 3. 31 Diagram Superelevasi Tikungan 9 (SS) ....................................... 182
Gambar 3. 32 Tikungan 10 (Spiral Spiral) ..........................................................185
Gambar 3. 33 Diagram Superelevasi Tikungan 10 (SS) ..................................... 185
Gambar 3. 34 Tikungan 11 (Spiral Circle Spiral) ..............................................189
Gambar 3. 35 Diagram Superelevasi Tikungan 11 (SCS) ...................................189
Gambar 3. 36 Tikungan 12 (Spiral Circle Spiral) ...............................................193
Gambar 3. 37 Diagram Superelevasi Tikungan 12 (SS) ..................................... 193
Gambar 3. 38 Lengkung Vertikal Cembung ....................................................... 237

xv
Gambar 3. 39 Lengkung Vertikal Cekung .......................................................... 239
Gambar 3. 40 Grafik Repetisi Ijin Fatik untuk Tebal Pelat 17 cm ......................253
Gambar 3. 41 Grafik Analisa Erosi dan Jumlah Repetisi Beban Berdasarkan
Faktor Erosi dengan Bahu Beton untuk Tebal Pelat 17 cm .................................254
Gambar 3. 42 Sambungan Susut Melintang Dengan Menggunakan Dowel Pada
Perkerasan Beton Bersambung Dengan Tulangan .............................................. 258
Gambar 3. 43 Penulangan Perkerasan Beton Bersambung dengan Tulangan .....258
Gambar 3. 44 Desain Drainase ............................................................................ 268
Gambar 3. 45 Dimensi Penampang Box Culvert Perencanaan ............................273
Gambar 3. 46 Dimensi Penampang Box Culvert Pelaksanaan ............................ 274
Gambar 3. 47 Potogan Penampang Box Culvert ................................................. 275
Gambar 3. 48 Beban Lajur "D" ........................................................................... 277
Gambar 3. 49 Intensitas Uniformly Distributed Load (UDL) ............................. 277
Gambar 3. 50 aktor Beban Dinamis (DLA) ........................................................ 278
Gambar 3. 51 Pembebanan Truk “TT” dengan PTT = 80 kN .............................279
Gambar 3. 52 Penampang Box Culvert ............................................................... 283

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Klasifikasi Kelas Jalan ........................................................................... 8


Tabel 2. 2 Klasifikasi Jalan Menurut Medan Jalan ................................................. 8
Tabel 2. 3 Lebar Lajur Ideal .................................................................................. 10
Tabel 2. 4 Lebar Jalur dan Bahu Jalan ...................................................................13
Tabel 2. 5 Klasifikasi Medan dan Besarnya .......................................................... 18
Tabel 2. 6 Ekivalen Mobil Penumpang (EMP) 2/2 UD ........................................ 20
Tabel 2. 7 Nilai R Untuk Perhitungan CBR Segmen ............................................ 22
Tabel 2. 8 Dimensi Kendaraan Rencana ............................................................... 23
Tabel 2. 9 Dimensi Kendaraan Rencana ............................................................... 25
Tabel 2. 10 Kecepatan Rencana ............................................................................ 28
Tabel 2. 11 Satuan Mobil Penumpang (SMP) .......................................................29
Tabel 2. 12 Ekivalen Mobil Penumang (EMP) ..................................................... 29
Tabel 2. 13 Volume Jam Perencanaan ...................................................................31
Tabel 2. 14 Faktor Laju Pertumbuhan Lalu Linta (i) (%) ..................................... 31
Tabel 2. 15 Kapasitas Dasar (Co) Pada Jalan Luar Kota .......................................32
Tabel 2. 16 Faktor Penyesuaian Kapasiras untuk Pemisah Arah (FcSp) .............. 32
Tabel 2. 17 Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Lebar Jalur Lalu Lintas (FCw) 33
Tabel 2. 18 Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Ukuran Kota (FCcs) ......................33
Tabel 2. 19 Faktor Penyesuaian Akibat Hambatan Samping (FCsf) .....................34
Tabel 2. 20 Tingkat Pelayanan Jalan Berdasarkan Q/C ........................................ 35
Tabel 2. 21 Jarak Pandang Henti Minimum (Jh) Minimum ..................................37
Tabel 2. 22 Panjang Minimum Jarak Mendahului ................................................ 38
Tabel 2. 23 Panjang Bagian Lurus Maksimum ..................................................... 40
`Tabel 2. 24 Panjang Jari-Jari Minimum untuk � ��� = 10 % .......................... 43
Tabel 2. 25 Jari-jari yang diizinkan tanpa superelevasi .........................................43
Tabel 2. 26 Jari-jari Tikungan yang Tidak Memerlukan .......................................45
Tabel 2. 27 Panjang Lengkung Peralihan ..............................................................45
Tabel 2. 28 Tabel p* dan k*, untuk Ls = 1 ............................................................51
Tabel 2. 29 Panjang Lengkung Peralihan Minimum dan ...................................... 52

xvii
Tabel 2. 30 Panjang Lengkung Peralihan Minimum dan Superelevasi yang
dibutuhkan (emaks = 10%, Metode Bina Marga) ................................................. 53
Tabel 2. 31 Landai Relatif Maksimum ..................................................................58
Tabel 2. 32 Pelebaran di Tikungan Per Lajur (m) ................................................. 62
Tabel 2. 33 Kelandaian Maksimum yang Diizinkan ............................................. 66
Tabel 2. 34 Panjang Kritis ..................................................................................... 66
Tabel 2. 35 Panjang Minimum Lengkung Vertikal ...............................................67
Tabel 2. 36 Perhitungan Galian dan Timbunan .....................................................74
Tabel 2. 37 Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas ........................................................ 83
Tabel 2. 38 Jumlah Lajur Berdasarkan Lebar Perkerasan dan Koefisien Distribus
(C) Kendaraan Niaga pada Lajur Rencana ............................................................ 84
Tabel 2. 39 Koefisien Gesekan antara Pelat Beton Semen dengan ....................... 91
Tabel 2. 40 Ukuran dan jarak batang dowel (ruji) yang disarankan ......................93
Tabel 2. 41 Ukuran dan jarak batang tie bar yang disarankan .............................. 94
Tabel 2. 42 Nilai Variabel Reduksi Gumbel (Yt) ..................................................99
Tabel 2. 43 Data Variasi Fungsi Kata Ulang (Yt) ................................................. 99
Tabel 2. 44 Nilai K Sesuai Lama Pengamatan .................................................... 100
Tabel 2. 45 Kemiringan Satuan Memanjang (��) Berdasarkan Jenis Material ....101
Tabel 2. 46 Koefisien Hambatan Berdasarkan Kondisi Permukaan ................... 102
Tabel 2. 47 Harga Koefisien Pengaliran (C) dan Harga Faktor Limpasan (fk) ...103
Tabel 2. 48 Tipe Penampang Gorong–gorong .................................................... 104
Tabel 2. 49 Tabel Minimum Lining (Dinding) Saluran ...................................... 105
Tabel 2. 50 Ukuran Dimensi Gorong–gorong ..................................................... 106
Tabel 2. 51 Kemiringan Saluran Memanjang Berdasarkan Jenis Material ......... 107
Tabel 2. 52 Kecepatan Aliran Air yang Diijinkan Berdasarkan Jenis Material .. 107
Tabel 2. 53 Koefisien Kekasaran Manning ......................................................... 110
Tabel 3. 1 Titik Kooordinat ................................................................................. 123
Tabel 3. 2 Perhitungan Jarak Trase Jalan ............................................................ 131
Tabel 3. 3 Hasil Perhitungan Azimuth (�) dan Bearing (∆) ................................ 146
Tabel 3. 4 Perhitungan Kemiringan Medan Jalan ............................................... 147
Tabel 3. 5 Data Lalu Lintas Kendaraan ...............................................................150

xviii
Tabel 3. 6 Data Lalu Lintas Rata - rata Jalan Bts Jambi - Peninggalan .............. 150
Tabel 3. 7 Hasil Perhitungan Tikungan Full Circle ............................................ 194
Tabel 3. 8 Hasil Perhitungan Tikungan Spiral Circle Spiral .............................. 195
Tabel 3. 9 Hasil Perhitungan Tikungan Spiral Spiral ......................................... 196
Tabel 3. 10 Kebebasan Samping Berdasarkan Jarak Pandang Henti .................. 219
Tabel 3. 11 Kebebasan Samping Berdasarkan Jarak Pandang Mendahului ........227
Tabel 3. 12 Hasil Perhitungan Nilai Gradien ...................................................... 234
Tabel 3. 13 Hasil Perhitungan Elevasi Lengkung Vertikal ................................. 240
Tabel 3. 14 Volume dan Komposisi Lalu lintas pada Tahun Pelaksanaan ..........245
Tabel 3. 15 Data CBR Tanah Dasar dari STA 0+000 – STA 8+600 .................. 246
Tabel 3. 16 Perhitungan Jumlah Sumbu Kendaraan Berdasarkan Jenis dan
Bebannya ............................................................................................................. 249
Tabel 3. 17 Perhitungan Repitisi Sumbu Rencana .............................................. 250
Tabel 3. 18 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan dengan Bahu
Beton dengan Ruji dengan tebal Pelat 17 cm ...................................................... 251
Tabel 3. 19 Perhitungan untuk Tebal Pelat 17 cm ...............................................255
Tabel 3. 20 Data Curah Hujan ............................................................................. 259
Tabel 3. 21 Hasil Perhitungan Nilai Koefisien Pengairan (C) ............................ 264
Tabel 3. 22 Hasil Perhitungan Waktu Konsentrasi (Tc) ......................................265
Tabel 3. 23 Hasil Perhitungan Debit Aliran Rencana (Q) ...................................266
Tabel 3. 24 Perhitungan Debit Aliran Rencana (Q) Box Culvert Error! Bookmark
not defined.
Tabel 3. 25 Debit aliran rencana (Q) Box Culvert . Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. 26 Perhitungan Debit Aliran Rencana (Q) Box Culvert ........................ 271
Tabel 3. 27 Debit Aliran Rencana (Q) Box Culvert ............................................ 272
Tabel 3. 28 Beban Mati Tambahan pada Saluran ................................................276
Tabel 3. 29 Kombinasi Beban Ultimate .............................................................. 280
Tabel 3. 30 Kombinasi Momen Ultimate ............................................................ 280
Tabel 3. 31 Kombinasi Gaya Geser Ultimate ......................................................280
Tabel 3. 32 Hasil Volume Galian dan Timbunan ................................................291
Tabel 4. 1 Kuantitas Pekerjaan ............................................................................ 312

xix
Tabel 4. 2 Analisa Biaya Sewa Bulldozer ........................................................... 323
Tabel 4. 3 Analisa Biaya Sewa Excavator .......................................................... 324
Tabel 4. 4 Analisa Biaya Sewa Wheel Loader .................................................... 325
Tabel 4. 5 Analisa Biaya Sewa Vibrator Roller .................................................. 326
Tabel 4. 6 Analisa Biaya Water Tanker .............................................................. 327
Tabel 4. 7 Analisa Biaya Sewa Truck Mixer ....................................................... 328
Tabel 4. 8 Analisa Biaya Sewa Concrete Pan Mixer .......................................... 329
Tabel 4. 9 Analisa Biaya Sewa Dump Truck .......................................................330
Tabel 4. 10 Analisa Biaya Sewa Motor Grader ...................................................331
Tabel 4. 11 Analisa Biaya Sewa Tandem Roller ................................................. 332
Tabel 4. 12 Analisa Biaya Sewa Concrete Vibrator ........................................... 333
Tabel 4. 13 Analisa Biaya Sewa Slip Form Paver .............................................. 334
Tabel 4. 14 Analisa Biaya Sewa Concrete Mixer ................................................335
Tabel 4. 15 Analisa Biaya Sewa Trailer ............................................................. 336
Tabel 4. 16 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Mobilisasi .....................................337
Tabel 4. 17 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pengukuran .................................. 338
Tabel 4. 18 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Peembersihan ............................... 339
Tabel 4. 19 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Galian ...........................................343
Tabel 4. 20 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Timbunan ..................................... 346
Tabel 4. 21 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Badan dan Bahu Jalan ..................350
Tabel 4. 22 Analisa harga Satuan Pekerjaan Pembetonan Drainase ................... 353
Tabel 4. 23 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat A ............. 357
Tabel 4. 24 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Beton K-350 .................................361
Tabel 4. 25 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Lean Mix Concrete ...................... 365
Tabel 4. 26 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Tulangan Memanjang dan Melintang
............................................................................................................................. 368
Tabel 4. 27 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Baja Tulangan Polos D--28 ..........370
Tabel 4. 28 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Baja Tulangan Ulir U-16 ............. 372
Tabel 4. 29 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Galian Box Culvert .......................374
Tabel 4. 30 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pasir Urug Box Culvert ................ 377
Tabel 4. 31 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Penulangan Box Culvert ...............380

xx
Tabel 4. 32 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pembetonan Box Culvert ............. 382
Tabel 4. 33 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Timbunan Box Culvert .................385
Tabel 4. 34 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Demobilisasi ................................ 390
Tabel 4.35 Jumlah Alat dan Hari Kerja Pekerjaan Pembersihan ........................ 391
Tabel 4. 36 Jumlah Alat dan Hari Kerja Pekerjaan Galian ................................. 392
Tabel 4. 37 Jumlah Alat dan Hari Kerja Pekerjaan Timbunan ............................392
Tabel 4.38 Jumlah Alat dan Hari Kerja Pekerjaan Bahu dan Jalan .....................392
Tabel 4. 39 Jumlah Alat dan Hari Kerja Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat A ....393
Tabel 4. 40 Jumlah Alat dan Hrai Kerja Pekerjaan Beton ...................................393
Tabel 4. 41 Jumlah Alat dan Hari Kerja Pekerjaan Lean Mix Concrete ............. 393
Tabel 4. 42 Jumlah Alat dan Hari Kerja Pekerjaan Pembetonan drainase .......... 395
Tabel 4. 43 Jumlah Alat dan Hari Kerja Pekerjaan Galian Box Culvert ............. 395
Tabel 4. 44 Jumlah Alat dan Hari Kerja Pekerjaan Pasir Urug Box Culvert .......395
Tabel 4. 45 Jumlah Alat dan Hari Kerja Pekerjaan Pembetonan Box Culvert .. 395
Tabel 4. 46 Jumlah Alat dan Hari Kerja Pekerjaan Timbunan Box Culvert ....... 396
Tabel 4. 47 Rekapitulasi Hari Kerja .................................................................... 397
Tabel 4. 48 Total Biaya Per Pekerjaan ................................................................ 398
Tabel 4. 49 Tabel Rekapitulasi Biaya ..................................................................399

xxi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum laju perkenomian biasanya tidak terlepas dari tuntutan
pengembangan wilayah yang nantinya akan membawa perubahan pada kondisi
angkutan barang dan jasa, sehingga volume kendaraan maupun berat bebannya
semakin meningkat. Untuk mendukung hal tersebut perlu dilakukan suatu
perencanaan prasarana yang dapat melayani arus lalu lintas dan memikul beban
kendaraan dalam mendistribusikan berbagai kebutuhan masyarakat. Jalan
merupakan prasarana yang memudahkan mobilitas penduduk dalam mengadakan
hubungan perekonomian dan kegiatan sosial lainnya. Namun masih sering terjadi
berbagai permasalahan lalu lintas seperti kemacetan pada ruas jalan yang
merupakan penghubung antar daerah dan biasanya dilalui oleh kendaraan
bermuatan besar dalam jumlah yang tidak sedikit setiap harinya.
Seperti halnya pada ruas jalan lintas Bts Jambi – Peninggalan Musi
Banyuasin yang seringkali membuat kendaraan roda empat terjebak dan menjadi
penyebab kemacetan yang mana sebagian besar kendaraan itu diketahui
mengangkut hasil bumi seperti batu bara dan sebagian merupakan kendaraan
angkutan logistik. Dari pengamatan sementara mengenai lalu lintas dan beban
yang terjadi pada jalan Bts Jambi – Peninggalan maka diperlukan perencanaan
jalan yang nantinya dapat melayani arus lalu lintas sesuai dengan umur rencana
dan memenuhi persyaratan teknis geometrik jalan dan diharapkan konstruksi
tersebut dapat memikul beban kendaraam yang melintas.
Perencanaan tebal perkerasan kaku di jalan Bts Jambi – Peninggalan ini bisa
menjadi pilihan yang tepat karena mempunyai kekuatan konstruksi yang
ditentukan oleh kekuatan pelat beton sendiri, dengan umur rencana yang bisa
mencapai 20 tahun serta biaya pemeliharaan yang relatif rendah. Oleh karena itu
sesuai dengan latar belakang yang telah dijelaskan maka penulis mengambil judul
skripsi dengan judul Perancangan Geometrik dan Tebal Perkerasan Kaku Jalan
Bts Jambi – Peninggalan STA 80+203 – 88+833 Provinsi Sumatera Selatan

1
2

1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat
diambil dalam penulisan Tugas Akhir yang berjudul Perancangan Geometrik Dan
Tebal Perkerasan Kaku pada Jalan Bts Jambi – Peninggalan STA 80+203 –
88+833 Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana desain geometrik yang akan digunakan pada jalan tersebut agar
aman dan nyaman bagi pengguna jalan.
2. Berapa tebal dan lebar perkerasan kaku yang dibutuhkan serta desain
bangunan pelengkap jalan yang akan digunakan pada jalan tersebut
3. Berapa besar biaya dan lama waktu pengerjaan yang dbutuhkan dalam
proyek pembangunan jalan.

Dalam pembuatan Tugas Akhir ini, panjang jalan yang direncanakan


sepanjang 8,63 km yang dimulai dari STA 80+203 – STA 88+833. Penulis
memilih perencanaan konstruksi jalan sebagai materi pembahasan, karena
konstruksi jalan memiliki ruang lingkup pekerjaan yang cukup luas dan pokok
permasalahan yang kompleks, maka penulis membatasi masalah yang akan
dibahas antara lain:
1. Desain Geometrik, dengan menggunakan metode spesifikasi standar Bina
Marga.
2. Desain alinyemen horizontal, meliputi desain trase, tikungan, pekerjaan
pendukung lainnya.
3. Desain alinyemen vertikal, meliputi desain lengkung vertikal cembung dan
cekung.
4. Desain tebal Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) dengan menggunakan
metode Bina Marga.
5. Desain pelengkap jalan, meliputi drainase, box culvert dan sebagainya.
6. Perhitungan kuantitas pekerjaan dan analisa satuan pekerjaan, serta
perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
3

7. Manajemen Proyek berupa Network Planning (NWP), Bar Chart dan Kurva
“S”

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari pembuatan skripsi Perancangan Geometrik dan Tebal
Perkerasan Kaku Jalan Bts Jambi – Peninggalan STA 80+203 – 88+833 Provinsi
Sumatera Selatan adalah sebagai berikut :
1. Dapat mendesain dan melakukan perhitungan geometrik jalan yang
mengacu pada peraturan dan standar yang dikeluarkan oleh Dirjen Bina
Marga.
2. Dapat merencanakan tebal perkerasan kaku dan bangunan pelengkap jalan.
3. Dapat membuat Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan merencanakan jadwal
pelaksanaan berupa Network Planning dan Kurva S.

Adapun manfaat dari pembuatan skripsi pada Perancangan Geometrik dan


Tebal Perkerasan Kaku Jalan Bts Jambi – Peninggalan STA 80+203 – 88+833
Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan desain geometrik jalan, tebal perkerasan, serta bangunan
pelengkap yang ideal dan efisien sebagai alternatif desai jalan.
2. Mendapatkan rencana manajemen proyek serta rencana anggaran biaya
dalam desain jalan.
3. Mendapatkan acuan sebagai alternatif pembanding dalam desain geometrik
dan tebal perkerasan kaku.

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika Penulisan pada skripsi ini dibagi menjadi beberapa pokok
pembahasan yang kemudian akan diuraikan secara terperinci dimana masing-
masing bab dibagi menjadi sub bab yang akan dibahas setiap permasalahan agar
dapat dipahami dengan mudah dan jelas. Adapun yang akan diuraikan dalam
skripsi ini adalah sebagai berikut :
4

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan latar belakang, tujuan dan manfaat, permasalahan dan
pembatasan masalah serta sistematika dalam penulsan skripsi ini.

BAB II LANDASAN TEORI


Pada bab ini menguraikan dasar teori yang berhubungan dengan perencanaan
geometrik, klasifikasi jalan, perencanaan tebal perkerasan, perencanaan bangunan
pelengkap, perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) serta penjadwalan
proyek. Berdasarkan buku-buku referensi yang tersedia dan peraturan-peraturan
yang berlaku.

BAB III PERHITUNGAN KONSTRUKSI


Pada bab ini menguraikan perhitungan geometrik jalan yang meliputi,
penentuan trase jalan, perhitungan alinyemen horizontal dan vertikal, perhitungan
galian dan timbunan, perhitungan tebal perkerasan kaku (rigid pavement), serta
perhitungan bangunan pelengkap yang berdasarkan dasar teori pada Bab II.

BAB IV MANAJEMEN PROYEK


Pada bab ini menguraikan Rencana Kerja dan Syarat (RKS), perhitungan Rencana
Anggran Biaya (RAB), dan penjadwalan proyek yang meliputi (Network Planning,
Barchart dan Kurva S).

BAB V PENUTUP
Pada bab ini menguraikan mengenai kesimpulan dari pembahasan yang telah
diuraikan pada bab-bab sebelumnya serta beberapa saran untuk mencari solusi
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Jalan


Menurut Undang–undang No. 38/2004, jalan adalah prasarana transportasi
darat yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau
air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

2.2 Klasifikasi Jalan


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
dijelaskan bahwa penyelenggaraan jalan yang konsepsional dan menyeluruh perlu
melihat jalan sebagai suatu kesatuan sistem jaringan jalan yang mengikat dan
menghubungkan pusat-pusat kegiatan. Dalam hubungan ini dikenal sistem
jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Pada setiap sistem
jaringan jalan diadakan pengelompokan jalan menurut fungsi, status dan kelas
jalan. Pengelompokan jalan berdasarkan status memberikan kewenangan kepada
pemerintah untuk menyeleggarakan jalan yang mempunyai layanan nasional dan
pemerintah daerah untuk menyelenggarakan jalan di wilayah sesuai dengan
prinsip-prinsip otonomi daerah.

2.2.1 Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi Jalan


Jalan umum menurut fungsinya berdasarkan pasal 8 Undang – Undang No
38 Tahun 2004 tentang Jalan dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor,
jalan lokal dan jalan lingkungan sebagai berikut :
a. Jalan Arteri
Jalan Arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
umum dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah
jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. Dari peran dan fungsinya ini, jalan
arteri harus memenuhi syarat sebagai berikut :

5
6

 Kecepatan rencana atau kendaraan lebih dari 60 km/jam.


 Lebar jalan melebihi 8 meter.
 Kapasitas jalan lebih besar dibandingkan volume lalu lintas rata-rata.
 Kecepatan rencana dan kapasitas jalan dicapai dengan membatasi jalan masuk
secara efisien.
 Lalu lintas dan kegiatan lokal tidak boeh menganggu jalan.
b. Jalan Kolektor
Jalan Kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, dan jumlah jalan
masuk dibatasi. Dari peran dan fungsinya ini, jalan kolektor harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
 Kecepatan rencana atau kendaraan lebih dari 40 kmjam .
 Lebar badan jalan harus lebih 7meter.
 Volume lalu lintas rata-rata tidak boleh lebih besar dari kapasitas jalan.
 Kecepatan rencana dan kapasitas jalan dicapai dengan membatasi jalan masuk
secara efisien.
 Lalu lintas dan kegiatan lokal tidak boeh menganggu jalan.
c. Jalan Lokal
Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tdak dibatasi. Dari peran dan fungsinya ini jalan kolektor
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
 Tidak terputus, apabila memasuki wilayah desa.
 Lebar badan jalan lokal lebih dari 6 meter.
 Kecepatan rencana atau kendaraan diatas 20 km.jam.
d. Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan merupakan jalan umum yan berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat , dan kecepatan rata-rata rendah.
7

2.2.2 Klasifikasi Jalan Menurut Kelas Jalan


Jenis klasifikasi jalan di Indonesia juga dikelompokkan berdasarkan kelas
jalan antara lain, jalan kelas I, jalan kelas II, jalan kelaas IIIA, jalan kelas IIIB dan
jalan kelas IIIC. Berikut penjelasan dari klasifikasi jalan di Indonesia :
a. Jalan Kelas I
Jalan kelas I adalah jalan ateri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran panjang
tidak melebihi 18000 mm dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar
dari 10 ton, yang saat ini masih belum sudah dikembangkan diberbagai negara
maju seperti Perancis yang telah mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13 ton.
b. Jalan Kelas II
Jalan kelas II adalah jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi dari 2500 mm. Ukuran
panjang yang tidak melebihi 18000 mm dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan 10 ton. Jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan peti
kemas.
c. Jalan Kelas III A
Jalan kelas III A adalah jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500
mm, ukuran panjang tidak melebihi 18000 mm, dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan 8 ton.
d. Jalan Kelas III B
Jalan kelas III B adalah jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 mm, ukuran
panjang tidak melebihi 12000 mm, dan muatan sumbu terberat diizinkan 8 ton.
e. Jalan Kelas III C
Jalan kelas III C adalah jalan lokal dan lingkungan yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500
mm, ukuran panjang tidak melebihi 9000 mm dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan 8 ton.
8

Tabel 2. 1 Klasifikasi Kelas Jalan


Muatan Sumbu
Dimensi Kendaraan
Kelas Jalan Fungsi Jalan Terberat (MST)
Lebar Panjang Tinggi ton
Arteri,
Kelas I ≤ 2,55 ≤ 18,0 ≤ 4,2 10
Kolektor

Kelas II Arteri, ≤ 2,55 ≤ 12,0 ≤ 4,2 8


Kolektor,

Kelas III Lokal, dan ≤ 2,2 ≤ 9,0 ≤ 3,5 8


Lingkungan
Kelas Khusus Arteri >2,55 >18,0 ≤ 4,2 >10
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997)

2.2.3 Klasifikasi Jalan Menurut Medan Jalan


Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar
kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur. Keseragaman kondisi
medan yang diproyeksikan harus mempertimbangkan keseragaman kondisi medan
menurut rencana trase jalan dengan mengabaikan perubahan-perubahan pada
bagian kecil dari segmen rencana jalan tersebut. Klasifikasi menurut medan jalan
untuk perencanaan geometrik dapat dilihat dalam Tabel 2. 2

Tabel 2. 2 Klasifikasi Jalan Menurut Medan Jalan


Jenis Kemiringan
No Notasi
Medan Medan (%)
1 Datar D <3

2 3 – 35
Perbukitan B

3 Gunung G >25
(Sumber : Teknik Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997; 5)
9

2.2.4 Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang Pembinaan Jalan


Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaannya sesuai PP. No. 26/1985
adalah Jalan Nasional, Jalan Provinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kota, Jalan Desa,
dan Jalan Khusus.
a. Jalan Nasional
Jalan nasional merupakan jalan yang menjadi penghubung antar ibu kota
provinsi, dan jalan strategis nasional.
b. Jalan Provinsi
Jalan provinsi merupakan jalan yang menjadi penghubung ibu kota provinsi
dengan ibu kota kabupaten/kota, antar ibu kota kabupaten/kota, dan jalan strategis
provinsi.
c. Jalan Kabupaten
Jalan kabupaten merupakan jalan yang menjadi penghubung ibu kota
kabupaten dengan ibu kota kecamatan, antar ibu kota kecamatan, ibu kota
kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, dan jalan
strategis kabupaten
d. Jalan Kota
Jalan kota merupakan bagian dari jaringan jalan sekunder yang menjadi
penghubung antar pusat pelayanan dalam kota, pusat perlayanan dengan persil
(perumahan dan perkebunan), antar persil, dan antar pusat pemukiman di kota.
e. Jalan Desa
Jalan desa merupakan jalan terkecil yang menghubungkan antar kawasan
atau antar pemukiman.
f. Jalan Khusus
Jalan khusus merupakan jalan yang dibangun dan dipelihara oleh intansi,
badan usaha hukum, atau perorangan untuk melayani kepentingan sendiri.

2.3 Penampang Melintang Jalan


Penampang melintang jalan merupakan potongan melintang tegak lurus
sumbu jalan (Silvia Sukirman, 1999:21). Pada potongan melintang jalan dapat
10

terlihat bagian-bagian jalan. Bagian-bagian jalan yang utama dapat


dikelompokkan sebagai berikut :

2.3.1 Jalur Lalu Lintas


Jalur lalu lintas (travelled way = carriage way) adalah keseluruhan bagian
perkerasan jalan yang diperuntukkan untuk lalu lintas kendaraan. Jalur lalu lintas
terdiri beberapa lajur (lane) kendaraan. Lajur kendaraan yaitu bagian dari jalur
lalu lintas yang khusus diperuntukkan untuk dilewati oleh satu rangkaian
kendaraan beroda empat atau lebih dalam satu arah (Silvia Sukirman, 1999:22).

Tabel 2. 3 Lebar Lajur Ideal


Fungsi Kelas Lebar Lajur Ideal
I 3,75
Arteri
II, II A 3,50
Kolektor III A, III B 3,00
Lokal III C 3,00
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997)

Lebar jalur lalu lintas merupakan bagian yang paling menentukan lebar
melintang jalan secara keseluruhan. Besarnya lebar lajur lalu lintas hanya dapat
ditentukan dengan pengamatan langsung dilapangan karena :
a. Lajur lalu lintas tak mungkin tepat sama dengan lebar kendaraan maksimum.
Untuk keamanan dan kenyamanan setiap pengemudi membutuhkan ruang
gerak antara kendaraan.
b. Lintasan kendaraan yang satu tidak mungkin akan dapat diikuti oleh lintasan
kendaraan lain dengan tepat.
c. Lintasan kendaraan tak mungkin dibuat tetap sejajar sumbu lajur lalu lintas,
karena kendaraan selama bergerak akan mengalami gaya-gaya samping
seperti tidak ratanya permukaan, gaya sentrifugal ditikungan, dan gaya
angin akibat kendaraan lain yang menyiap.
11

Jumlah lajur minimal untuk jalan 2 arah adalah 2 dan pada umumnya
disebut sebagai jalan 2 lajur 2 arah. Jalur lalu lintas untuk 1 arah minimal terdiri
dari 1 lajur lalu lintas. Lebar jalur lalu lintas merupakan bagian yang paling
menentukan lebar melintang jalan secara keseluruhan. Besarnya lebar lajur lalu
lintas hanya dapat ditentukan dengan pengamatan langsung dilapangan. Lebar
kendaraan penumpang pada umumnya bervariasi antara 1,50 m 1,75 m. Bina
Marga mengambil lebar kendaraan rencana untuk mobil penumpang adalah 1,70
m – 2,50 m untuk kendaraan rencana truk/bis/semitrailer. Pada jalan lokal
(kecepatan rendah) lebar jalan minimum 5,50 m 92 x 2,75 m) cukup memadai
untuk jalan 2 lajur dengan 2 arah.
Dengan pertimbangan biaya yang tersedia, lebar 5 m pun masih
diperkenankan. Jalan arteri yang direncanakan untuk kecepatan tinggi,
mempunyai lebar lajur lintas lebih besar dari 3,25 m, sebaiknya 3,50 m.Jumlah
lajur kendaraan ditetapkan dengan mengacu kepada MKJI berdasarkan tingkat
kinerja yang direncanakan, di mana untuk suatu ruas jalan dinyatakan oleh nilai
rasio antara volume terhadap kapasitas yang nilainya tidak lebih dari 0,8.
Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No. 038
Tahun 1997 untuk kelancaran drainase permukaan, lajur lalu lintas pada
alinyemen lurus memerlukan kemiringan melintang normal sebagai berikut :
 2 - 3%untuk lapisan permukaan menggunakan bahan pengikat aspal ataupun
beton
 4 - 5%untuk jalan dengan lapisan permukaan belum mempergunakan bahan
pengikat seperti jalan kerikil.

2.3.2 Bahu Jalan


Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas
yang berfungsi sebagai :
a. Ruangan untuk menghindarkan diri dari saat–saat darurat, sehingga dapat
mencegah terjadinya kecelakaan.
12

b. Ruangan untuk tempat berhenti sementara kendaraan yang mogok atau yang
sekedar berhenti karena pengemudi ingin berorientasi mengenai jurusan
yang akan ditempuh, atau untuk beristirahat.
c. Memberikan sokongan pada konstruksi perkerasan jalan dari arah samping.
d. Ruangan pembantu pada waktu mengadakan pekerjaan perbaikan atau
pemeliharaan jalan (untuk tempat penempatan alat–alat, dan penimbunan
bahan material)
e. Ruangan untuk lintasan kendaraan–kendaraan patroli, ambulans, yang
sangat dibutuhkan pada keadaan darurat.

Berdasarkan tipe perkerasannya, bahu jalan dapat dibedakan atas :


 Bahu yang tidak diperkeras, yaitu bahu yang hanya dibuat dari material
perkerasan jalan tanpa bahan pengikat. Biasanya menggunakan material
agregat bercampur sedikit lempung. Bahu yang tidak diperkeras ini
dipergunakan untuk daerah–daerah yang tidak begitu penting, dimana
kendaraan yang berhenti dan mempergunakan bahu tidak begitu banyak
jumlahnya.
 Bahu yang diperkeras, yaitu bahu yang dibuat dengan mempergunakan
bahan pengikat sehingga lapisan tersebut lebih kedap air dibandingkan
dengan bahu yang tidak diperkeras. Bahu jenis ini dipergunakan untuk
jalan–jalan di mana kendaraan yang akan berhenti dan memakai bagian
tersebut besar jumlahanya, seperti sepanjang jalan tol, di sepanjang jalan
arteri yang melintasi kota, dan di tikungan–tikungan yang tajam.

Dilihat dari letaknya bahu terhadap arah arus lalu lintas, maka bahu jalan
dapat dibedakan atas :
 Bahu kanan/bahu dalam (right/inner shoulder) adalah bahu yang terletak
ditepi sebelah kanan dari jalur lalu lintas.
 Bahu kiri/bahu luar (left shoulder/outer shoulder) adalah bahu yang terletak
ditepi sebelah kiri dari jalur lalu lintas
13

Tabel 2. 4 Lebar Jalur dan Bahu Jalan


Arteri Kolektor Lokal
VLHR Lebar Ideal Lebar Min Lebar Ideal Lebar Min Lebar Ideal Lebar Min
Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu
<3000 6,0 1,5 4,5 1,0 6,0 1,5 4,5 1,0 6,0 1,0 4,5 1,0
3000-
7,0 2,0 6,0 1,5 7,0 1,5 6,0 1,5 7,0 1,5 6,0 1,0
10000
10000-
7,0 2,0 7,0 2,0 7,0 2,0 **) **) - - - -
25000
2nx 2nx
2x
>25000 ,.5 2,5 2,0 3,5 2,0 **) **) - - - -
7,0
*) *)
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997)
Keterangan : **) = mengacu pada persyaratan ideal
*) = 2 jalur terbagi - =tidak ditentukan

2.3.3 Median
Pada arus lalu lintas yang tinggi seringkali dibutuhkan median guna
memisahkan arus lalu lintas yang berlawanan arah. Median adalah jalur yang
terletak di tengah jalan untuk membagi jalan dalam masing–masing arah. Secara
garis besar median berfungsi sebagai :
 Menyediakan jarak yang cukup untuk membatasi/ mengurangi kesilauan
terhadap lampu besar dari kendaraan yang berlawanan arah.
 Menyediakan jarak yang cukup untuk membatasi/ mengurangi kesilauan
terhadap lampu besar dari kendaraan yang berlawanan arah.
Untuk memenuhi keperluan–keperluan tersebut diatas, maka median serta
batas–batasnya harus nyata oleh setiap mata pengemudi baik pada siang hari
maupun pada malam hari serta segala cuaca dan keadaan. Lebar median bervariasi
antara 1,0 – 12 m.
14

2.3.4 Trotoar Atau Jalur Pejalan Kaki (Side Walk)


Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas
yang khusus dipergunakan pejalan kaki (pedestrian). Untuk keamanan pejalan
kaki maka trotoar ini harus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik
berupa kereb. Perlu atau tidaknya trotoar disediakan sangat tergantung dari
volume pedestrian dan volume lalu lintas pemakai jalan tersebut (Silvia Sukirman,
1999, 28).
Lebar trotoar yang dibutuhkan ditentukan oleh volume pejalan kaki, tingkat
pelayanan pejalan kaki yang diinginkan, dan fungsi jalan. Untuk itu lebar 1,5 – 3,0
m merupakan nilai yang umum dipergunakan. Lebar jalur tepian median dapat
bervariasi antara 0,25 – 0,75 m dan dibatasi dengan marka berupa garis putih
menerus

2.3.5 Saluran Samping


Umumnya bentuk saluran samping trapesium, atau empat persegi panjang.
Untuk daerah perkotaan, di mana daerah pembebasan jalan sudah sangat terbatas,
maka saluran samping dapat dibuat empat persegi panjang dari konstruksi beton
dan ditempatkan dibawah trotoar. Sedangkan didaerah pedalaman di mana
pembebasan jalan bukan menjadi masalah, saluran samping umumnya dibuat
berbentuk trapesium. Dinding saluran dapat dengan mempergunakan pasangan
batu kali atau tanah asli. Lebar dasar saluran disesuaikan dengan besarnya debit
yang diperkirakan akan mengalir pada saluran tersebut, minimum 30 cm. Saluran
samping terutama berguna untuk :
a. Mengalirkan air dari permukaan perkerasan jalan ataupun dari bagian luar
jalan.
b. Menjaga supaya konstruksi jalan selalu berada dalam keadaan kering tidak
terendam.
Landai dasar saluran biasanya dibuatkan mengikuti kelandaian dari jalan.
Tetapi pada kelandain jalan yang cukup besar, dan saluran hanya terbuat dari
tanah asli, kelandaian dasar saluran tidak lagi mengikuti kelandaian jalan. Hal ini
untuk mencegah pengikisan oleh aliran air. Kelandaian dasar saluran dibatasi
15

sesuai dengan material dasar saluran. Jika terjadi perbedaan yang cukup besar
antara kelandaian dasar saluran dan kelandaian jalan, maka perlu dibuat terasiring.

2.3.6 Talud / Kemiringan Lereng


Talud jalan umumnya dibuat 2H : 1V, tetapi untuk tanah-tanah yang mudah
longsor talud jalan harus dibuat sesuai dengan besarnya landai yang aman, yang
diperoleh dari perhitungan kestabilan lereng. Berdasarkan keadaan tanah pada
lokasi jalan tersebut, mungkin saja dibuat bronjong, tembok penahan tanah, lereng
bertingkat (berm) ataupun hanya ditutupi rumput saja.

2.3.7 Kereb
Talud jalan umumnya dibuat 2H : 1V, tetapi untuk tanah-tanah yang mudah
longsor talud jalan harus dibuat sesuai dengan besarnya landai yang aman, yang
diperoleh dari perhitungan kestabilan lereng. Berdasarkan keadaan tanah pada
lokasi jalan tersebut, mungkin saja dibuat bronjong, tembok penahan tanah, lereng
bertingkat (berm) ataupun hanya ditutupi rumput saja.

2.3.8 Ruang Manfaat Jalan (Rumaja)


Ruang manfaat jalan adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar,
tinggi, dan kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan yang
digunakan untuk badan jalan, slauran tepi jalan dan ambang pengamannya. Badan
meliputi jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan dan
diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, pemisahan jalur, bahu jalan, saluran
tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman timbunan dan galian gorong– gorong
perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap lainnya. Ruang manfaat jalan
(Rumaja) dibatasi oleh :
 Lebar antara batas ambang pengaman konstruksi jalan di kedua sisi jalan.
 Kedalaman minimum 1,5 m diukur dari permukaan perkerasan pada sumbu
jalan
 Tinggi minimum 5 m diatas permukaan perkerasan pada sumbu jalan.
16

2.3.9 Ruang Milik Jalan (Rumija)


Ruang milik jalan adalah ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu
diluar manfaat jalan yang diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran jalan,
penambahan jalur lalu lintas dimasa datang serta kebutuhan ruangan untuk
pengamanan jalan dan dibatasi oleh lebar, kedalaman, dan tinggi tertentu.
Rumija juga dimaksudkan sebagai ruang untuk dapat melakukan perawatan
rutin dan pelebaran terhadap jalan/jalur di masa mendatang. Istilah rumija
biasanya digunakan dalam konstruksi jalan tol, jalan setapak, transportasi rel,
kanal, saluran listrik udara, serta jalur pipa minyak dan gas
Biasanya pada jarak tiap 1 km dipasang patok rumija berwarna kuning.
Sejalur tanah tertentu diluar ruang manfaat jalan tetapi didalam ruang milik jalan
dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan keamanan penggunaan jalan
antara lain untuk keperluan pelebaran ruang manfaat jalan dikemudian hari.

2.3.10 Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja)


Ruang pengawasan jalan adalah ruang sepanjang jalan diluar rumija yang
di batas oleh lebar dan tinggi tertentu, yang ditetapkan oleh pembina jalan, dan
digunakan untuk pandangan bebas pengemudi dan pengamanan konstruksi.

2.4 Perencanaan Geometrik Jalan


Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang
menitikberatkan pada perencanaan bentuk fisik dari jalan. Perencanaan geometrik
jalan bertujuan untuk memenuhi fungsi dasar jalan, yaitu memberikan pelayanan
kepada pengguna arus lalu lintas secara optimum.(Sukirman,1994).
Yang menjadi dasar perencanaan geometrik adalah sifat, gerakan,ukuran
kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan gerakan kendaraannya dan
karakterstik arus lalu lintas. Hal-hal tersebut haruslah menjadi bahan
pertimbangan perencanaan sehingga dihasilkan bentuk dan ukuran jalan, serta
ruang gerak kendaraan yang memenuhi tingkat keamanan dan kenyamanan yang
diharapkan.
17

Perencanaan konstruksi jalan raya membutuhkan data-data perencanaan


yang meliputi data lalu lintas, data topografi, dan penyelidikan tanah, data
penyeldikan material dan data penunjang lainnya. Semua data ini diperlukan
dalam merencanakan suatu konstruksi jalan raya, karena data ini memberikan
gambaran yang sebenarnya kondisi suatu daerah yang akan dibangun. Dengan
adanya data-data ini, kita dapat menentukan geometrik dan tebal perkerasan yang
diperlukan dalam merencanakan suatu konstruksi jalan raya (Sukirman,1999).
Perencanaan route dari suatu ruas jalan secara lengkap, menyangkut
beberapa komponen jalan yang dirancang berdasarkan kelengkapan data dasar,
yang didapatkan dari hasil survey lapangan, kemudian dianalisis berdasarkan
acuan persyaratan perencanaan geometrik yang berlaku. Acuan perencanaan yang
dimaksud adalah sesuai dengan standar perencanaan geometrik yang dianut di
Indonesia. Standar perencanaan tersebut, dibuat oleh Direktorat Jenderal Bina
Marga yang disesuaikan dengan klasifikasi jalan berdasarkan peruntukan jalan
raya, yaitu:
1. Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997.
2. Peraturan Perencanaan Geometrik untuk Jalan Antar Kota
No.038/T/BM/1997.
3. Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen Pd-T-14 2003
4. Manual Desain Perkerasan (revisi juni 2017) no 04/SE/Db/2017
5. Perencanaan Sistem Drainase 2006

2.3.1 Data Topografi


Topografi merupakan faktor penting dalam menentukan lokasi jalan dan
pada umumnya mempengaruhi alinyemen sebagai standar perencanaan geometrik.
Untuk memperkecil biaya pembangunan jalan maka dalam perencanaan
geometrik perlu sekali disesuaikan dengan keadaan topografi.
Pengukuran peta topografi digunakan untuk mengumpulkan data topografi
yang cukup guna menentukan kecepatan sesuai dengan daerahnya. Pengukuran
peta topografi dilakukan pada sepanjang trase jalan rencana dengan mengadakan
tambahan dan pengukuran detail pada tempat yang memerlukan alinyemen dan
18

tempat-tempat persilangan dengan sungai atau jalan lain, sehingga memungkinkan


didapatkannya trase jalan yang sesuai dengan standar. Pekerjaan pengukuran ini
terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut :
a. Pekerjaan perintisan untuk pengukuran, dimana secara garis besar
ditentukan kemungkinan rute alternatif dan trase jalan.
b. Kegiatan pengukuran.
Kegiatan pengukuran meliputi :
1. Penentuan titik kontrol vertikal dan horizontal yang dipasang setiap
interval 100 meter pada rencana as jalan
2. Pengukuran situasi selebar kiri dan kanan dari jalan yang dimaksud dan
disebutkan serta tata guna tanah disekitar trase jalan.
3. Pengukuran penampang melintang (Cross Section) dan penampang
memanjang.
4. Perhitungan perencanaan desain jalan dan penggambaran peta topografi
berdasarkan titik koordinat kontrol diatas.

Berdasarkan besarnya lereng melintang dengan arah kurang lebih tegak


lurus sumbu jalan raya jenis medan dibagi menjadi tiga golongan umum yaitu
datar, perbukitan dan gunung.
Tabel 2. 5 Klasifikasi Medan dan Besarnya
Golongan Medan Lereng Melintang
Datar (D) 0% - 9,9%
Perbukitan (B) 10% - 24,9%
Gunung (G) ≥ 25%
(Sumber :Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga, 1997)

2.3.2 Penentuan Trase


Penentuan lokasi dan perencanaan suatu trase jalan sampai pada batas-batas
tertentu sangat dipengaruhi oleh keadaan fisik dan topografi serta peruntukan
lahan yang dilaluinya. Keadaan tanah dasar dapat mempengaruhi lokasi dan
bentuk trase dari suatu jalan, misalnya keadaan tanah dasar yang kurang baik
19

dapat memaksa perencana untuk memindahkan trase jalan atau melakukan


penimbunan yang tinggi, walaupun dalam kondisi tertentu dapat diatasi dengan
cara tata alir drainase yang baik (Ir. Hamirhan Saodang,2010:47).
Permen PU No.19 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan
Kriteria Perencanaan Teknis Jalan, penentuan pemilihan trase dipertimbangkan
melalui:
a. Trase jalan sebaiknya dibuat lurus, pendek, sedikit tikungan, dan
kelandaiannya seminim mungkin.
b. Trase jalan menjauhi Daerah Aliran Sungai (DAS).
c. Trase jalan mempertimbangkan besarnya volume galian dan timbunan.
d. Pemilihan lokasi trase pada tanah yang mempunyai nilai CBR yang
memenuhi syarat, sehingga keberadaan tanah tersebut bisa dipakai untuk
pekerjaan timbunan pada lokasi trase jalan yang akan direncanakan.

2.3.3 Data Lalu Lintas


Data lalu lintas merupakan dasar informasi yang dibutuhkan untuk
perencanaan dan desain suatu jalan, karena kapasitas jalan yang akan
direncanakan tergantung dari komposisi lalu lintas yang akan melalui jalan
tersebut. Analisis data lalu lintas pada intinya dilakukan untuk menentukan
kapasitas jalan, akan tetapi harus dilakukan bersamaan dengan perencanaan
geometrik lainnya, karena saling memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya.
Data lalu lintas didapatkan dengan melakukan pendataan kendaraan yang
melintasi suatu ruas jalan, sehingga dari hasil pendataan ini kita dapat mengetahui
volume lalu lintas yang melintasi jalan tersebut, namun data volume lalu lintas
yang diperoleh dalam satuan kendaraan per jam (kend/jam).
Volume lalu lintas dinyatakan dalam Satuan Mobil Penumpang (smp),
volume lalu lintas dalam smp ini menunjukan besarnya jumlah lalu lintas harian
rata-rata (LHR) yang melintasi jalan tersebut. Dari lalu lintas harian rata-rata yang
didapatkan kita dapat merencanakan tebal perkerasan.
Untuk perencanaan teknik jalan baru, survey lalu lintas tidak dapat
dilakukan karena belum ada jalan. Akan tetapi untuk menentukan dimensi jalan
20

tersebut diperlukan data jumlah kendaraan. Untuk itu hal yang harus dilakukan
sebagai berikut :
a. Survei perhitungan lalu lintas dilakukan pada jalan yang sudah ada, yang
diperkirakan mempunyai bentuk, kondisi dan keadaan komposisi lalu lintas
akan serupa dengan jalan yang direncanakan
b. Survei asal dan tujuan yang dilakukan pada lokasi yang dianggap tepat
dengan cara melakukan wawancara kepada pengguna jalan untuk
mendapatkan gambaran rencana jumlah dan komposisi kendaraan pada jalan
yang direncanakan. ( L.Hendarsin Shirley, 2000).
Volume lalulintas dinyatakan dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP) yang
didapat dengan mengalihkan atau mengonversi angka Faktor Ekuivalensi (FE)
setiap kendaraan yang melintasi jalan tersebut dengan jumlah kendaraan 28 yang
kita peroleh dari hasil pendataan (km/jam). Volume lalulintas dalam SMP ini
menunjukkan besarnya jumlah Lalulintas Harian Rata–rata (LHR) yang
didapatkan untuk merencanakan tebal perkerasan.
Ekuivalen mobil penumpang adalah angka satuan kendaraan dalam
kapasitas jalan.
Tabel 2. 6 Ekivalen Mobil Penumpang (EMP) 2/2 UD
Arus EMP
Jenis
Total Kend Lebar Perkerasan Jalan
Topografi Bus Truk
(kend Menengah
Jalan Berat Besar <6m 6 – 8m >8m
/jam) Besar
0 1,2 1,2 1,8 0,8 0,6 0,4
800 1,8 1,8 2,7 1,2 0,9 0,6
Datar
1350 1,5 1,6 2,5 0,9 0,7 0,5
≥ 1900 1,3 1,5 2,5 0,6 0,5 0,4
0 1,8 1,6 5,2 0,7 0,5 0.3
Perbukitan 650 2,4 2,5 5,0 1,0 0,8 0,5
1100 2,0 2,0 4,0 0,8 0,6 0,4
≥ 1600 1,7 1,7 3,2 0,5 0,4 0,3
0 3,5 2,5 6,0 0,6 0,4 0,2
450 3,0 3,2 5,5 0,9 0,7 0,4
Pegunungan
900 2,5 2,5 5,0 0,7 0,5 0,3
≥ 1350 1,9 2,2 4,0 0,5 0,4 0,3
(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Departemen PU, Ditjen Bina Marga, 1997)
21

2.3.4 Data Penyelidikan Tanah


Tanah dasar dapat terdiri dari tanah dasar asli, tanah dasar tanah galian, atau
tanah dasar tanah urug yang disiapkan dengan cara dipadatkan menurut (Shirley L.
Hendarsin 2000). Data penyelidikan tanah didapat dengan cara melakukan
penyelidikan tanah dilapangan, meliput pekerjaan :
a. Penelitian terhadap semua kondisi tanah yang ada pada proyek jalan tersebut,
dilakukan berdasarkan survei langsung dilapangan maupun dengan
pemeriksaan di laboratorium. Pengambilan data CBR (California Bearing
Ratio) dilapangan dilakukan sepanjang ruas rencana, dilakukan setiap jarak
250 m. Penentuan nilai CBR dapat dilakukan dengan 2 motede yaitu anatis
dan grafis.
 Metode Analitis
Dengan menggunakan Metode Japan Road Ass
Rumus CBR segmen
��� ����−����−(��� ����−��� min)
��� =

.....................................2. 1

Dimana :
CBR segmen = CBR yang mewakili nilai CBR satu segmen
CBR rata-rata = CBR yang mewakili nilai CBR satu segmen
CBR maks = CBR maksimal dalam satu segmen
CBR min = CBR minimum dalam satu segmen
R = Konstanta
 Metode Grafis
Nilai CBR segmen dengan menggunakan metode grafis merupakan nilai
persentil ke 90 dari data CBR yang ada dalam satu segmen. Langkah-
langkah menentukan CBR segmen menggunakan metode grafis adalah
sebagai berikut :
 Tentukan nilai CBR terkecil
 Susunlah nilai CBR dari yang terkecil ke yang terbesar dan tentukan
jumlah data dengan nilai CBR yang sama atau lebih besar dari setiap
nilai CBR. Pekerjaan ini dilakukan secara tabelaris.
22

 Angka terbanyak diberi nilai 100%, angka yang lain merupakan


persentase dari 100%
 Gambarlah hubungan antara nilai CBR dan persentase dari butir 3
 Nilai CBR segmen adalah nilai pada angka 90% sama atau lebih
besar dari nilai CBR yang tertera.
b. Analisa
Membakukan analisa pada contoh tanah yang terganggu dan tidak terganggu,
ASTM (American Standard Testing And Materials) dan AASHTO (The
American Association Of State Highway And Transportation Officials)
maupun standar yang berlaku di Indonesia

Tabel 2. 7 Nilai R Untuk Perhitungan CBR Segmen


Jumlah titik pengamatan Nilai R
2 1,41
3 1,91
4 2,24
5 2,48
6 2,57
7 2,83
8 2,96
9 3,08
>10 3,18
(Sumber : Dasar-dasar perencanaan geometrik jalan)

2.5 Parameter Perencanaan


Dalam perencanaan geometrik jalan terdapat beberapa parameter
perencanaan yang harus dipahami seperti kendaraan rencana, kecepatan rencana,
volume dan kapasitas jalan, dan tingkat pelayanan yang diberikan oleh jalan
tersebut. Parameter-parameter ini merupakan penentu tingkat kenyamanan dan
keamanan yang dihasilkan oleh suatu bentuk geometrik jalan. Berikut ini adalah
parameter yang digunakan dalam perencanaan geometrik jalan, yaitu :
23

2.5.1 Kendaraan Rencana


Kendaraan rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius putarnya
dipakai sebagai acuan dalam perencanaan geometrik. Kendaraan rencana
dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu :
a. Kendaraan ringan/kecil (LV), yaitu kendaraan yang mempunyai 2 as dengan
empat roda dengan jarak as 2,00-3,00 meter meliputi: penumpang, mikrobus,
pick up, dan truk kecil sesuai sistem klasifikasi Bina Marga.
b. Kendaraan Sedang (MHV), yaitu kendaraan yang mempunyai dua as gandar,
dengan jarak as 3,5-5,00 meter meliputi: bus kecil, truk dua as dengan enam
roda.
c. Kendaraan Berat/Besar (LB), yaitu bus dengan dua/tiga gandar, dengan
jarak as 5,00-6,00 meter.
d. Truk Besar (LT), yaitu truk dengan tiga gandar dan truk kombinasi tiga,
dengan jarak gandar (gandar pertama ke gandar kedua) < 3,50 meter.
e. Sepeda Motor (MC), yaitu kendaraan bermotor dengan dua atau tiga roda
meliputi: sepeda motor dan kendaraan roda tiga.
f. Kendaraan tak bermotor (UM), yaitu kendaraan dengan roda yang
digerakkan oleh orang atau hewan (meliputi sepeda, becak, kereta kuda, dan
kereta dorong sesuai sistem Klasifikasi Bina Marga).
Tabel 2. 8 Dimensi Kendaraan Rencana

RADIUS
KATEGORI DIMENSI TONJOLAN RADIUS
PUTAR
KENDARAN KENDARAAN (cm) (cm) TONJOLAN
(cm)
RENCANA (cm)

T L P D B Min Max
Kendaraan
130 210 580 90 150 420 730 780
Kecil
Kendaraan 1410
410 260 1210 210 210 740 1280
Sedang
Kendaraan
410 260 2100 120 120 290 1400 1370
Besar
(Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997)
24

Gambar 2. 1 Dimensi kendaraan kecil

Gambar 2. 2 Dimensi kendaraan sedang

Gambar 2. 3 Dimensi kendaraan besar


25

Tabel 2. 9 Dimensi Kendaraan Rencana


Dimensi Dimensi Radius Radius
Jenis Kendaraan Simbol Kendaraan Tonjolan Putar Putar
T L P D B Min Maks

Mobil Penumpang P 1,3 2,1 5,8 0,9 1,5 7,3 4,4

Truk As Tunggal SU 4,1 2,4 9,0 1,1 1,7 12,8 8,6

Bus Gandeng ABUS 3,4 2,5 18,0 2,5 2,9 12,1 6,5

Truk Semitrailer
WB12 4,1 2,4 13,9 0,9 0,8 12,2 5,9
Kombinasi Sedang
Truk Semitrailer
WB15 4,1 2,5 16,8 0,9 0,6 13,7 5,2
Kombinasi Sedang
Convetion al
SB 3,2 2,4 10,9 0,8 3,7 11,9 7,3
School Bus

City Transit Bus CB 3,2 2,5 12,0 2,0 2,3 12,8 7,5

(Sumber :RSNI Geometrik Jalan Perkotaan, 2004)

Gambar 2. 4 Kendaraan Penumpang (P)


26

Gambar 2. 5 Kendaraan Truk As Tuggal (SU)

Gambar 2. 6 Kendaraan Bus Sekolah

Gambar 2. 7 Kendaraan City Bus


27

Gambar 2. 8 Kendaraan Bus Tempel Atau Gandengan (A-BUS)

Gambar 2. 9 Kendaraan Semitrailer Kombinasi Sedang (WB-12)

Gambar 2. 10 Kendaraan Semitrailer Kombinasi Besar (WB-15)


28

2.5.2 Kecepatan Rencana


Kecepatan rencana (VR) pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang dipilih
sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan -
kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah,
lalu lintas yang lengang, dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti. Untuk
kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat diturunkan dengan syarat
bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km/jam. Kecepatan rencana
tergantung kepada :
a. Kondisi pengemudi dan kendaraan yang bersangkutan.
b. Sifat fisik jalan dan keadaan medan disekitarnya.
c. Cuaca.
d. Adanya gangguan dari kendaraan lain.
e. Batasan kecepatan yang diizinkan
Kecepatan rencana inilah yang dipergunakan untuk dasar perencanaan
geometrik (alinyemen). Kecepatan rencana dari masing-masing kendaraan dapat
ditetapkan pada Tabel 2. 10
Tabel 2. 10 Kecepatan Rencana
Kecepatan Rencana (Vr), km/jam
Fungsi Jalan
Datar Bukit Pegunungan

Arteri 70-120 60-80 40-70

Kolektor 60-90 50-60 30-50


Lokal 40-70 30-50 20-30
(Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No.038/TBM/1997)

2.5.3 Volume Lalu Lintas


Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melintas satu titik
pengamatan dalam satu-satuan waktu (hari, jam atau menit). Volume lalu lintas
harian rata-rata (VLHR) adalah perkiraan volume lalu lintas harian pada akhir
tahun rencana lalu lintas dinyatakan dalam smp/hari.
29

a. Satuan Mobil Penumpang (smp)


` Satuan mobil penumpang adalah angka satuan kendaraan dalam hal
kapasitas jalan, dari berbagai tipe kendaraan telah diubah menjadi kendaraan
ringan (termasuk mobil penumpang) dengan menggunakan ekivalen mobil
penumpang.
Tabel 2. 11 Satuan Mobil Penumpang (SMP)
Jennis Kendaraan Nilai SMP
Sepeda 0,5
Mobil Penumpang/Sepeda Motor 1,0
Truk Ringan 2,0
Truk Sedang 2,5
Truk Berat 3,0
Bus 3,0
Kendaraan Tak Bermotor 7,0
(Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No.038/TBM/1997)
b. Ekivalensi mobil penumpang (smp)
Faktor konversi sebagai jenis kendaraan dibandingkan dengan mobil
penumpang atau kendaraan lainnya sehubungan dengan dampaknya pada perilaku
lalu lintas (emp mobil penumpang = 1,0).
Tabel 2. 12 Ekivalen Mobil Penumang (EMP)

No Jenis Kendaraan Datar/Bukit Gunung

1 Sedang, Jeep statiion wagon 1,0 1,0

2 Pick up, Bus kecil,Truck kecil 1,2 – 2,4 1,9 – 3,5

3 Bus dan Truck besar 1,2 – 5,0 2,2 – 6,0

(Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No.038/TBM/1997)


30

Satuan volume lalu lintas yang digunakan dengan jumlah dan lebar lajur adalah:
a. Lalu Lintas Harian Rata-Rata Tahunan (LHRT)
Lalu lintas harian rata-rata tahunan (LHRT) adalah jumlah lalu lintas
kendaraaan rata-rata yang melewati satu jalur selama 24 jam dan diperoleh
dari data satu tahun penuh.
jumlah lalu limtas dalam 1 tahun
LHRT = 365 hari
................................................. 2. 2

b. Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR)


Lalu lintas harian rata-rata (LHR) adalah hasil bagi jumlah kendaraan yang
diperoleh selama pengmatan dengan lamanya pengamatan.
jumlah lalu lintas dalam 1 tahun
LHRT =
lamanya pengamatan
..................................................2. 3

c. Volume Jam Rencana (VJR)


Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.038
Tahun 1997, Volume Arus Lalu lintas Harian Rencana (VLHR) adalah
prakiraan volume lalu lintas harian pada akhir tahun rencana lalulintas
dinyatakan dalam SMP/hari. Sedangkan volume arus lalulintas jam rencana
adalah prakiraan volume lalu lintas pada jam sibuk tahun rencana lalu lintas,
dinyatakan dalam SMP/jam dan dapat dihitung dengan menggunakan
K
rumus :VJP = VLHR = F
2. 4

Dimana :
K = Faktor volume arus lalu lintas jam sibuk
F = Faktor variasi tingkat lalulintas perseperempat jam dalam 1 jam
31

Tabel 2. 13 Volume Jam Perencanaan


VLHR (smp/hari) Faktor / K (%) Faktor / F (%)
>50.000 4–6 0,9 – 1
30.000 – 50.000 6–8 0,8 – 1
10.000 – 30.000 6–8 0,8 – 1
5.000 – 10.000 8 – 10 0,6 – 8
1.000 – 5.000 10 – 12 0,6 – 8
< 1.000 12 – 16 <0,6
(Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No.038/TBM/1997)

Tabel 2. 14 Faktor Laju Pertumbuhan Lalu Linta (i) (%)

Rata-Rata
Jawa Sumatera Kalimantan
Indonesia

Arteri dan Perkotaan 4,80 4,83 5,14 4,74

Kolektor Rural 3,50 3,50 3,50 3,50

Jalan Desa 1,00 1,00 1,00 1,00


(Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)

d. Kapasitas (C)
Kapasitas adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat melewati suatu
penampang jalan pada jalur jalan selama 1 jam dengan kondisi serta arus
lalu lintas tertentu (Silvia Sukirman, 1999:46). Kapasitas jalan menunjukkan
jumlah arus lalu lintas maksimum yang dapat melewati penampang tersebut
dalam waktu 1 jam sesuai kondisi jalan.
Persamaan dasar untuk menghitung kapasitas ruas jalan dalam MKJI (1997)
jalan luar kota adalah sebagai berikut:
C = Co x FCw x FCsp x FCsf (smp/jam)....................................... 2. 5

Dimana :
32

C = Kapasitas (smp/jam)
Co = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCw = Faktor peneysuaian lebar jalur lalu lintas
FCsp = Faktor penyesuaian pemisah arah
FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping

Tabel 2. 15 Kapasitas Dasar (Co) Pada Jalan Luar Kota


Kapasitas Dasar (smp/jam) Catatan
Tipe Jalan
Tipe Jalan Jalan Jalan
Alinyemen Bebas
Perkotaan Luar Kota
Hambatan
Empat Datar 1,650 1,900 2,300
lajur Bukit 1,850 2,250 Per lajur
terbagi Gunung 1,800 2,150
Empat Datar 1,500 1,700
lajur tak Bukit 1,650 Per lajur
terbagi Gunung 1,600
Datar 2,900 3,100 3,400
Dua lajur Total
Bukit 1,000 3,300
tak terbagi dua arah
Gunung 2,900 3,200
(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997)

Tabel 2. 16 Faktor Penyesuaian Kapasiras untuk Pemisah Arah (FcSp)


Faktor Penyesuaian Hambatan Samping untuk
Kelas
Jalan dengan Bahu (FCsf)
Tipe Jalan Hambatan
Lebar Bahu Efektif (Ws)
Samping
≤5 1,0 1,5 ≤ 2,0
VL 0,99 1,00 1,01 1,03
L 0,96 0,97 0,99 1,01
4/2 D M 0,93 0,95 0,96 0,99
H 0,90 0,92 0,95 0,97
VH 0,88 0,90 0,93 0,96
VL 0,97 0,99 1,00 1,02
4/2 UD L 0,93 0,95 0,97 1,00
Atau 2/2 M 0,88 0,91 0,94 0,98
UD H 0,84 0,87 0,91 0,95
VH 0,80 0,83 0,88 0,93
(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997)
33

Tabel 2. 17 Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Lebar Jalur Lalu Lintas (FCw)
Lebar Jalur FCw
Lalu Lintas
Tipe Jalan Jalan Jalan Luar Jalan Bebas
Efektif (Cw)
Perkotaan Kota Hambatan
(m)
Per lajur
Enam atau
3,00 0,92 0,91
empat lajur
3,25 0,96 0,96 0,96
terbagi atau
3,50 1,00 1,00 1,00
jalan satu
arah 3,75 1,04 1,03 1,03
4,00
Per lajur
3,00 0,91 0,91
Empat lajur
3,25 0,95 0,96
tak terbagi
3,50 1,00 1,00
(4/2 UD)
3,75 1,05 1,03
4,00
Total dua arah
5,0 0,56 0,69
6,0 0,87 0,91
6,5 0,96
Dua lajur tak
7,0 1,00 1,00 1,00
terbagi
7,5 1,04
(2/2 UD)
8,0 1,14 1,08
9,0 1,25 1,15
10,0 1,29 1,21
11,0 1,34 1,27
(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997)

Tabel 2. 18 Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Ukuran Kota (FCcs)


Faktor penyesuaian
Ukuran Kota (juta penduduk)
untuk ukuran kota
<0,1 0,86
0,1 – 0,5 0,90
0,5 – 1,0 0,94
1,0 – 3,0 1,00
>3,0 1,04
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga, 1997)
34

Tabel 2. 19 Faktor Penyesuaian Akibat Hambatan Samping (FCsf)


Faktor Penyesuaian untuk Hambatan
Kelas
Samping (FCsf)
Tipe Jalan Hambatan
Lebar bahu Efektif (WS)
Samping
≤0,5 m 1,0 m 1,5 m ≥2 m
4-lajur 2 Sangat Rendah 0,96 0,98 1,01 1,03
arah Rendah 0,94 0,97 1,00 1,02
berpembatas Sedang 0,92 0,95 0,98 1,00
median (4/2 Tinggi 0,88 0,92 0,95 0,98
D) Sangat Tinggi 0,84 0,88 0,92 0,96
4-lajur 2 Sangat Rendah 0,96 0,99 1,01 1,03
arah tanpa Rendah 0,94 0,97 1,00 1,02
pembatas Sedang 0,92 0,95 0,98 1,00
media (4/2 Tinggi 0,87 0,91 0,94 0,98
UD) Sangat Tinggi 0,80 0,86 0,90 0,95
2-lajur 2 Sangat Rendah 0,94 0,96 0,99 1,01
arah tanpa Rendah 0,92 0,94 0,97 1,00
pembatas Sedang 0,89 0,92 0,95 0,98
medan (2/2 Tinggi 0,82 0,86 0,90 0,95
U) atau
jalan satu Sangat Tinggi 0,73 0,79 0,85 0,91
arah D
(Sumber :Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997)

e. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai rasio arus jalan terhadap
kapasitas, yang digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat
kinerja simpang dan segmen jalan. Nilai DS menunjukkan apakah segmen
jalan tersebut mempunyai maslah kapasitas atau tidak.
Persamaan dasar untuk menentuka derajat kejenuhan adalah sebgai berikut :

�� = .............................................................................................. 2. 6

35

Dimana :
�� = Derajat Kejenuhan
Q = Arus Lalu Lintas (smp/jam)
C = Kapasitas (smp/jam)

Tabel 2. 20 Tingkat Pelayanan Jalan Berdasarkan Q/C


Tingkat
Kondisi Lapangan Rasio (Q/C)
Pelayanan
Arus bebas ; volume rendah dan
A kecepatan tinggi, pengemudi dapat 0,00 – 0,20
memilih kecepatan yang dikehendaki
Arus stabil, kecepatan sedikit 0,20 – 0,44
B
terbatas oleh lalu lintas
Arus stabil, kecepatan dikontrol oleh 0,45 – 0,74
C
lalu lintas
Tingkat
Kondisi Lapangan Rasio (Q/C)
Pelayanan
Arus mendekati tidak stabil,
kecepatan menurun akibat hambatan
D 0,75 – 0,84
yang timbul dan kebebasan bergerak
relatif kecil
Arus tidak stabil, kecepatan rendah
E dan berbedabeda terkadang berhenti, 0,85 – 1,00
volume mendekati kapasita
Arus yang dipaksakan atau macet ;
kecepatan rendah volume dibawah
F >1,00
kapasitas, terjadi hambatan yang
besar
(Sumber :Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga, 1997)

2.5.4 Jarak Pandang


Keamanan dan kenyamanan pengemudi kendaraan untuk dapat melihat
dengan jelas dan menyadari situasi pada saat mengemudi, sangat tergantung pada
jarak yang dapat dilihat dari tempat kedudukannya. Jarak pandangan merupakan
panjang jalan di depan yang masih dapat dilihat dengan jelas diukur dari titik
kedudukan pengemudi. Jarak pandangan berguna untuk :
a. Menghindarkan terjadinya tabrakan yang dapat membahayakan kendaraan
dan manusia akibat adanya benda yang berukuran cukup besar, kendaraan
36

yang sedang berhenti, pejalan kaki, atau hewan-hewan yang berada pada
jalur jalan.
b. Memberi kemungkinan untuk mendahului kendaraan lain yang bergerak
dengan kecepatan lebih rendah dengan mempergunakan lajur sebelahnya.
c. Menambah efisiensi jalan tersebut, sehingga volume pelayanan dapat
dicapai semaksimal mungkin.
d. Sebagai pedoman bagi pengatur lalu-lintas dalam menempatkan
ramburambu lalu lintas yang diperlukan pada setiap segmen
Berdasarkan kegunaanya jarak pandangan terdiri atas :
a. Jarak Pandang Henti (Jph)
Jarak pandang henti yaitu jarak minimum yang diperlukan oleh setiap
pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat
adanya halangan di depan. Setiap titik disepanjang jalan harus memenuhi Jh. Jh
diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan
tinggi halangan 15 cm diukur dari permukaan jalan. Jarak panjang henti terdiri
atas 2 elemen jarak, yaitu :
 Jarak Tanggap (Jht)
Jarak tanggap adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak pengemudi
melihat suatu halangan yang menyebabkan harus berhenti sampai saat
pengemudi menginjak rem.
 Jarak Pengereman (Jhr)
Jarak pengereman adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan
kendaraan sejak pengemudi menginja rem sampai kendaraan berhenti.

Berdasarkan Shirley L. Hendarsin (2000:90) jarak pandang henti dalam


satuan meter, dapat dihitung dengan rumus :
Jh = Jht + Jhr .........................................................................................2. 7
VR 2
VR
Jh = 3,6 T + 3,6
2g.f.p
......................................................................................2. 8
37

Dari persamaan tersebut dapat dibedakan menjadi :


Untuk jalan dasar
Vr2
Jh = 0,278 x Vr x T +
254 x fp
.................................................................. 2. 9

Untuk jalan dengan kelandaian tertentu


Vr2
Jh = 0,278 x Vr x T + 254 x fp ±L.............................................................. 2. 10

Dimana :
Vr = Kecepatan rencana (km/jam)
T = Waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
g = Percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2
fp =Koefisien gesek memanjang jalan aspal, ditetapkan 0,35 – 0,55 (menurut
bina marga)
L = Landai jalan dalam (%) dibagi 100

Tabel 2. 21 Jarak Pandang Henti Minimum (Jh) Minimum

Vr (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20

Jh Min (m) 250 175 120 75 55 40 27 16


(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum Jenderal Bina Marga, 1997)

b. Jarak Pandang Mendahului (Jpm)


Jarak pandang mendahului adalah jarak pandangan yang dibutuhkan untuk
dapatn menyiap kendaraan lain yang berada pada lajur jalannya dengan
menggunakan lajur untuk arah yang berlawanan.
Berdasarkan (Shirley L. Hendarsin (2000:92)), rumus yang digunakan :
�� = �1 + �2 + �3 + �4 ...................................................................... 2. 11

Dimana :
d1 = Jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m)
d2 = Jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke
lajur semula (m)
38

d3 = Jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang datang


dari arah berlawanan setelah proses mendahului selesai (m)
d4 = Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah
berlawanan (m)

Adapun rumusan estimasi d1, d2, d3, d4 adalah sebagai berikut :


T
d1 = 0,278 T1 (VR − m + α. 1..............................................................2. 12
2

d2 = 0,278 VR T2.................................................................................. 2. 13
d3 = antara 30 − 100m ....................................................................... 2. 14
2
d4 = . d2............................................................................................... 2. 15
3

Dimana :
T1 = Waktu dalam (detik), = 2,12 + 0,026 VR
T2 = Waktu kendaraan berada di jalur lawan (detik)
α = 6,56 + 0,048 VR
a = Percepatan rata–rata (km/jam/detik)
m = 2,052 + 0,0036 VR
m = Perbedaan kecepatan dari kendaraan yang mendahului kendaraan

Daerah mendahului harus disebar di sepanjang jalan dengan jumlah panjang


minimum 30 % dari panjang total ruas jalan tersebut. Jarak pandang mendahului
minimum dapat dilihat pada Tabel 2. 22
Tabel 2. 22 Panjang Minimum Jarak Mendahului
Vr (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
Jh Min (m) 800 670 550 350 250 200 150 100
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum Jenderal Bina Marga, 1997)

2.6 Alinyemen Horizontal


Alinyemen horizontal dikenal juga situase jalan atau trase jalan adalah
proyeksi sumbu jalur pada bidang horizontal. Alinyemen horizontak terdiri dari
garis-garis lurus yang dihubungkan dengan garis-garis lengkung tersebut dapat
39

terdiri dari busur lingkaran ditambah busur peralihan, busur peralihan ataupun
busur lingkaran saja (Sukirman,1999)
Pada saat kendaraan melalui tikungan akan terjadi gesekan arah melintang
jalan antara ban kendaraan dengan permukaan aspal yang menimbulkan gaya
gesekan melintang dengan gaya normal disebut koefisien gesekan melintang.
Untuk menghindari terjadinya kecelakaan, maka untuk kecepatan tertentu
ditentukan jari–jari minimum untuk superelevasi maksimum dapat dilihat pada
Tabel
Pada perencanaan garis-garis lengkung peralihan atau tikungan perlu
dilakukan perhitungan kemiringan jalan atau superelevasi, karena ada tikungan
akan bekerja gaya yang dapat mendorong kendaraan secara radial keluar jalur
yang disebut gaya sentrifugal. Superelevasi bertujuan untuk memperoleh
komponen berat kendaraan untuk mengimbangi gaya sentrifugal. Semakin besar
superelevasi, maka semakin besar komponen berat kendaraan yang diperoleh.
(Silvia sukirman (1999 : 71-72)) menyatakan superelavasi maksimum (e�) yang
dapat dipergunakan pada suatu jalan raya dibatasi oleh beberapa seperti :
1. Keadaan cuaca
2. Jalan yang berada didaerah yang sering turun hujan
3. Keadaan medan jalan. Daerah datar memiliki nilai superelevasi maksimum
lebih tinggi daripada daerah perbukitan
4. Keadaan lingkungan, perkotaan (urban) atau luar kota (rural). Superelevasi
maksimum lebih tinggi dari pada perbukitan
5. Komposisi jenis kendaraan dari arus lalulintas.

Dimana nilai-nilai �����ℎ (��)


1. Untuk daerah licin atau berkabut, e� = 8%
2. Daerah perkotaan, e� = 4 − 6 %
3. Dipersimpangan, e sebaiknya rendah, bahkan tanpa superelevasi
40

4. American Assiciation Of State Highway And Transparan Officials


AASHTO) menganjurkan, jalur luar kota untuk V rencana = 30 km/jam e =
8%, V rencana > 30 km/jam e = 10 %
5. Bina Marga menganjurkan, e maks untuk jalan perkotaan = 6 %

Tabel 2. 23 Panjang Bagian Lurus Maksimum


Panjang Bagian Lurus Maksimum
Fungsi
Datar Bukit Pegunungan
Arteri 3.000 2.500 2.000
Kolektor 2.000 1.750 1.500
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997)

2.6.1 Penentuan Trase Jalan


Dalam penentuan trase jalan harus diterapkan sedemikian rupa, agar bisa
memberikan pelayanan yang baik yang sesuai dengan fungsi serta bisa
memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pemakainya.
Untuk membuat trase jalan yang baik dan ideal, maka harus memerhatikan
syarat-syarat sebagai berikut :
a. Penentuan trase jalan yang tidak terlalu banyak memotong kontur, sehingga
dapat menghemat biaya dalam pelaksanaan pekerjaan galian dan timbunan.
b. Dalam penyediaan material dan tenaga kerja diletakkan tidak terlalu jauh
dari lokasi proyek sehingga dapat menekan biaya pemindahan material
tersebut.
c. Untuk mendapatkan jalan yang dapat memberikan rasa keamanan dan
kenyamanan bagi pemakai jalan maka perlu diperhatikan keadaan topografi,
sehingga tercapainya perencanaan yang baik dan ssuai topografi elevasi
muka tanah daeraj tersebut.
41

2.6.2 Penentuan Kordinat dan Jarak


Penentuan titik-titik penting yang diperoleh dari pemilihan rencana
alinyemen horizontal.

Gambar 2. 11 Contoh Rencana Garis Sumbu Jalan

Titik penting yang ditentukan koordinatnya adalah :


a. Titik awal proyek dengan simbol A.
b. Titik PI.I, PI.2, ..... PI.n sebagai titik potong dari kedua bagian lurus rencana
alinyemen horizontal
c. Titik akhir proyek dengan simbol B.
Rumus yang dipakai untuk menghitung jarak adalah :
�= �1 − �2 2 + �1 + �2 2 ........................................................... 2. 16

Dimana :
D = Jarak titik A ke titik PI.I
X2 = Koordinat titik PI.I pada sumbu X
X1 = Koordinat titik A pada sumbu X
Y2 = Koordinat titik PI.I pada sumbu Y
Y1 = Koordinat titik A pada sumbu Y
42

2.6.3 Penentuan Sudut Jurusan dan Sudut Bearing

Gambar 2. 12 Sudut Azimuth dan Sudut Antara Dua Tangen

Sudut jurusan diitentukan berdasarkan arah utara. Untung menghitung nilai


delta, kita harus mencari nilai alfa terlebih dahulu dengan rumus sebagai berikut :
Xb−Xa
�1 = arc tan ( Ya−Yb )............................................................................. 2. 17

Sudut antara dua tangen ∆ dapat dihitung dengan menggunakan persamaan


sebagai berkut :
∆1 = α2 ± α1.......................................................................................2. 18

Dimana :
α1 = Sudut jurusan
∆1 = Sudut azimuth
Xa/Ya = Koordinat pada titik awal garis tangen
Xb/Yb = Koordinat pada titik akhir/perpotongan garis tangen

2.6.4 Jari-jari Tikungan


Dalam Perencanaan tikungan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Jari-jari Lengkung Minimum
Untuk kecepatan tertentu ditentukan jari-jari minimum dengan
superelevasi minimum 10%. Nilai panjang jari-jari minimum dapat dilihat
pada Tabel 2.24
43

Rumus jari-jari minimum Rmin adalah sebagai berikut :


v2
Rmin =
127(e maks+fmaks)
................................................................ 2. 19
� ��� + ����
���� = 181913,53
�2
.................................................... 2. 20

Dimana :
Rmin = Jari-jari tikungan minimum (m)
V = Kecepatan rencana (km/jam)
Dmax = Derajat lengkung maksimum, (°)
emax = Superelevasi maksimum (%)
fmax = Koefisien gesekan melintang maksimum

`Tabel 2. 24 Panjang Jari-Jari Minimum untuk � ��� = 10 %


Vr (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
Rmin (m) 600 370 280 110 80 50 30 15

(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997)

2. Batas tikungan tanpa kemiringan


Untuk jari-jari yang diijinkan tanpa adanya superelevasi dapat dilihat pada
Tabel 2.25
Tabel 2. 25 Jari-jari yang diizinkan tanpa superelevasi
Kecepatan Rencana Vr (km/jam) R (m)
60 700
80 1250
100 2000
120 5000
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997)
44

3. Lengkung peralihan
Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan di antara bagian lurus
jalan dan bagian lengkung jalan berjari jari tetap R; berfungsi
mengantisipasi perubahan alinyemen jalan dari bentuk lurus (R tak
terhingga) sampai bagian lengkung jalan berjari jari tetap R sehingga gaya
sentrifugal yang bekerja 29 pada kendaraan saat berjalan di tikungan
berubah secara berangsur-angsur, baik ketika kendaraan mendekati tikungan
maupun meninggalkan tikungan.
Menurut Bina Marga 1997 untuk menentukan panjang Ls diambil nilai yang
terbesar dar tiga persamaan di bawah ini :
a. Berdasarkan waktu tempuh maksimum (3 detik), untuk melintas
lengkung peralihan, maka panjang lengkung:
��
�� = � (�)...................................................................... 2. 21
3.6

b. Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal, digunakan rumus sebagai


berikut :
��3 ��−�
�� = 0,002
��. .�
− 2,272 �
(m)........................................ 2. 22

c. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian :


(em − en
Ls =
3.6τc.
x VR (m)............................................................. 2. 23

Dimana :
T = Waktu tempuh pada lengkung peralihan, ditetapkan 3 detik
VR = Kecepatan rencana (km/jam)
E = Superelevasi
C = Perubahan percepatan diambil 0,3 – 1,0
R = Jari-jari busur lingkaran (m)
em = Superelevasi maksimum
�� = Superelevasi normal
�� = Tingkat pencapaian perubahan kemiringan melintang jalan.
��
- VR ≤ 70 ��� , ������ = 0,035 �/�/�����
��
- VR ≤ 80 ��� , ������ = 0,035 �/�/�����
45

Tabel 2. 26 Jari-jari Tikungan yang Tidak Memerlukan Lengkung Peralihan


�� (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
���� (m) 2500 1500 900 500 350 250 130 60
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997)

Selain menggunakan rumus Ls dapat ditetatpkan berdasarkan Tabel 2. 27.


Tabel 2. 27 Panjang Lengkung Peralihan
Superelevasi e (%)
Vr
2 4 6 8 10
(km.jam)
Ls Ls Ls Ls Ls Ls Ls Ls Ls Ls
20
30
40 10 20 15 25 15 25 25 30 35 40
50 15 25 20 30 20 30 30 40 40 50
60 15 30 20 35 25 40 35 50 50 60
70 20 35 25 40 30 45 40 55 60 70
80 30 55 40 60 45 70 65 99 90 120
90 30 60 40 70 50 80 70 65 99 120
100 35 65 45 80 55 90 80 110 0 145
110 40 75 50 85 60 100 90 120 11 -
120 40 80 55 90 70 110 95 135 0 -
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997)

2.6.5 Tikungan Full Circle (FC)


Tikungan Full circle yaitu jenis tikungan yang hanya terdiri dari segmen
bentuk lingkaran saja. Tikungan Full Circle hanya dipakai untuk R (jari-jari
lingkaran) yang lebar agar tidak terjadi retakan (crack), karena nilai R kecil maka
dibutuhkan superelevasi yang besar. Jari-jari tikungan untuk tikungan jenis Full
Circle ditunjukkan pada. Tabel 2. 28.dan komponen komponennya dapat dilihat
pada gambar Gambar 2. 13.
46

Gambar 2. 13 Tikungan Full Circle

Rumus yang digunakan pada tikungan Full Circle yaitu:


1
Tc = R tan ∆..........................................................................................2. 24
2
1
Ec = Tc. tan 2 ∆....................................................................................... 2. 25
π
Lc =
180
x ∆ x R....................................................................................... 2. 26

Dimana :
∆ = Sudut tangen (°)
Tc = Panjang tangen jarak dari TC ke PI ke CT (m)
Rc = Jari-jari lingkaran (m)
Ec = Panjang luar PI ke busur lingkaran (m)
Lc = Panjang busur lingkaran (m)

2.6.6 Tikungan Spiral – Circle – Spiral (SCS)


Bentuk tikungan ini digunakan pada daerah perbukitan atau
pegunungan, karena tikungan jenis ini memiliki lengkung peralihan yang
memungkinkan perubahan menikung tidak secara mendadak dan tikungan
tersebut menjadi aman.
Tikungan spiral merupakan peralihan dan suatu bagian lurus ke bagian
lingkaran (circle) yang panjangnya diperhitungkan dengan mempertimbangkan
47

bahwa perubahan gaya sentrifugal dari nol sampai mencapai bagian lengkung.
Jari-jari yang diambil untuk tikungan Spiral circle-spiral haruslah sesuai dengan
kecepatan rencana dan tidak mengakibatkan adanya kemiringan tikungan yang
melebihi harga maksimum yang telah ditentukan.komponen tikungan SCS dapat
dilihat pada Gambar 2. 14

Gambar 2. 14 Tikungan Spiral - Circle - Spiral

Jari-jari lengkung minimum untuk setiap kecepatan rencana ditentukan


berdasarkan:
1. Kemiringan tikungan maksimum
2. Koefisien gesekan melintang maksimum

Adapun ketentuan dan rumus yang digunakan untuk jenis tikungan Spiral – Circle
– Spiral adalah sebagai berikut:
90° Ls
θs = . ............................................................................................. 2. 27
π R

∆c = ∆ − 2θs ..........................................................................................2. 28
∆c
Lc = 180° . π. R ........................................................................................ 2. 29
Ls2
Ys = 6R
...................................................................................................2. 30
Ls2
Xs = Ls 1 − 40R2 ................................................................................2. 31
48

Ls2
p= 6R
− R(1 − cosθs).......................................................................... 2. 32
Ls3
k = Ls − 40. R − R. sin θs........................................................................ 2. 33
1
Ts = R + P tan 2 ∆ + K ....................................................................... 2. 34
R+P
Es = 1 ............................................................................................ 2. 35
cos ∆−R
2


Es = 360 − 2πR....................................................................................... 2. 36

L = Lc + 2Ls...........................................................................................2. 37
Dimana :
Xs = absis titik SC pada garis tangen, jarak titik TS ke SC (m).
Ys = Ordinat titik SC pada garis tegak lurus pada garis tangen (m).
Ls = Panjang lengkung peralihan (m).
L' = Panjang busur lingkaran (dari titik SC ke CS) (m).
Ts = Panjang tangen (titik P1 ke TS atau ke ST) (m).
TS = Titik dari tangen ke spiral (m).
SC = Titik dari spiral ke lingkaran (m).
R = Jari-jari lingkaran (m).
P = Pergeseran tangen terhadap spiral (m).
K = Absis dari p pada garis tangen spiral (m).
S = Sudut lengkung spiral (°).
Es = Jarak dari PI ke lingkaran (m).

Dengan kontrol jika :


a. Lc < 25, maka sebaiknya digunakan tikungan jenis S – S
��2
b. P 24−� < 0,25 m, maka digunakan tikungan jenis F – C

2.6.7 Tikungan Spiral-Spiral (SS)


Bentuk tikungan ini digunakan pada keadaan yang sangat tajam. Lengkung
horizotal berbentuk spiral-spiral adalah lengkung tanpa busur lingkaran, sehinnga
49

SC berimpit dengan titik CS komponen tikugan SS dapat dilihat pada Gambar 2.


15

Gambar 2. 15 Tikungan Spiral-Spiral

Menurut Silvia Sukriman, 1999:134 lengkung horizontal berbentuk Spiral –


Spiral adalah lengkung tanpa busur lingkaran sehingga titik SC berimpit dengan
1
titik CS. Panjang busur lingkaran Lc = 0, dan θs = 2 ∆

Adapun semua rumus dan aturannya sama seperti rumus Spiral-circle-spiral,


yaitu:
1
θs = 2 ∆................................................................................................. 2. 38
θs.π.R
Ls =
90°
............................................................................................... 2. 39

Lc = 0 ...................................................................................................2. 40

Ts = R + P . tan + K.......................................................................... 2. 41
2

Es = R + P . sec 2 − R.......................................................................... 2. 42

L = 2 × Ls...............................................................................................2. 43
K = k∗ × Ls............................................................................................. 2. 44
P = p∗ × Ls............................................................................................. 2. 45
50

Dimana :
Ls = Panjang lengkung peralihan (jarak TS – SC atau CS – ST), (m)
Lc = Panjang besar lingkaran (jarak SC – CS) (m)
Δ = Sudut tikungan (°)
�� = Sudut lengkung spiral (°)
R = Jari–jari tikungan (m)
P = Pergerseran tangen terhadap spiral (m)
k = Absis p pada garis tangen spiral (m)
L = Panjang tikungan S – S (m)
51

Tabel 2. 28 Tabel p* dan k*, untuk Ls = 1

(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997)


52

Tabel 2. 29 Panjang Lengkung Peralihan Minimum dan


Superelevasi yang dibutuhkan

(Su
mber : Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997)
53

Tabel 2. 30 Panjang Lengkung Peralihan Minimum dan Superelevasi yang


dibutuhkan (emaks = 10%, Metode Bina Marga)

(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997)


54

2.6.8 Diagram Superelevasi


Superelevasi adalah kemiringan melintang jalan pada daerah tikungan.
Untuk bagian jalan lurus, jalan mempunyai kemiringan melintang yang biasa
disebut lereng normal atau normal trawn yaitu diambil minimum 2% baik sebelah
kiri maupun sebelah kanan as jalan. Hal ini di pergunakan untuk sistem drainase
aktif. Harga elevasi (e) yang menyebabkan kenaikan elevasi terhadap sumbu jalan
diberi tanda (+) dan yang menyebabkan penurunan elevasi terhadap jalan diberi
tanda (-).
Penggambaran superelevasi dilakukan untuk mengetahui kemiringan-
kemiringan jalan pada bagian tertentu yaitu berfungsi untuk mempermudah dalam
pelaksanaan pengerjaan.
a. Superelevasi dapat dicapai secara bertahap dari kemiringan melintang
normal pada bagian jalan yang lurus sampai kemiringan penuh (superelevasi)
pada bagian lengkung.
b. Pada tikungan spiral–circle–spiral, pencapaian superelevasi dilakukan
secara linier, diawali dari bentuk normal sampai lengkung peralihan (TS)
yang berbentuk pada bagian lurus jalan, lalu dilanjutkan sampai superelevasi
penuh pada akhir bagian lengkung peralihan (SC).
c. Pada tikungan full circle, pencapaian superelevasi dilakukan secara linier,
diawali dari bagian lurus sepanjang 2/3 Ls sampai dengan bagian lingkaran
penuh sepanjang 1/3 Ls.
d. Pada tikungan Spiral–Spiral. Pencapaian superelevasi seluruhnya dilakukan
pada bagian spiral.
e. Superelevasi tidak diperlukan jika ruas cukup besar, untuk itu cukup lereng
luar diputar sebesar lereng normal (LN), atau bahkan tetap lereng normal
(LN).
55

Gambar 2. 16 Superelevasi

Berikut ini merupakan contoh diagram elevasi untuk tiap-tiap jenis tikungan :
1. Diagram Superelevasi Full Circle

Gambar 2. 17 Diagram Pencapaian Superelevasi


56

2. Diagram Superelevasi Spiral – Circle – Spiral

Gambar 2. 18 Diagram Pencapaian Superelevasi

3. Diagram Superelevasi Spiral – Spiral

Gambar 2. 19 Diagram Pencapaian Superelevasi


57

2.6.9 Landai Relatif


Pada jalan yang lurus kendaraan bergerak tanpa membutuhkan kemiringan
melintang jalan (e). namun agar air hujan yang jatuh menimpa perkerasan jalan
dapat mengalir ke samping dan masuk ke saluran tepi dengan cepat, maka
dibuatkan kemiringan jalan yang disebut dengan kemiringan normal (en).
Besarnya kemiringan normal jalan sangat tergantung kepada jenis lapis
permukaan jalan yang dipergunakan. Semakin kedap air pada permukaan jalan
tersebut maka kemiringan melintang jalan semakin dibuat landai sebaliknya, jenis
lapis permukaan jalan yang mudah dirembesi oleh air harus mempunyai
kemiringan melintang jalan yang cukup besar sehingga kerusakan konstruksi
perkerasan jalan dapat dihindari. Besar kemiringan melintang normal berkisar
antara 2 – 4 %.
Proses kemiringan melintang atau kelandaian pada penampang jalan
diantara tepi perkerasan luar dan sumbu jalan sepanjang lengkung peralihan
disebut landai relatif (Shirley L. Hendarsin, 2000 : 103) Landai relatif (L/m)
adalah besarnya kelandaian akibat perbedaan elevasi tepi perkerasan sebelah luar
sepanjang lengkung peralihan. Perbedaan elevasi didasarkan pada tinjauan
perubahan bentuk penampang melintang jalan, belum merupakan gabungan dari
perbedaan elevasi akibat kelandaian vertikal jalan. Rumus yang digunakan untuk
menghitung landai relatif. Berdasarkan Metode Bina Marga :
1 ��+�� �

=
��
............................................................................................. 2. 46

Dimana :
Ls = panjang lengkung peralihan (m)
B = lebar lajur 1 arah (m)
�� = superelevasi (m/m’)
�� = kemiringan melintang normal (m/m’)
58

Tabel 2. 31 Landai Relatif Maksimum


Kelandaian Relatif Maksimum
Kecepatan Rencana (km/jam)
Bina Marga Luar Kota
20 1/50
30 1/75
40 1/100
50 1/115
60 1/125
80 1/150
100 -
(Sumber : Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan )

Gambar 2. 20 Perubahan Kemiringan Melintang Jalan


59

2.6.10 Pelebaran Perkerasan Jalan Tikungan


Kendaraan yang bergerak dari jalan lurus menuju tikungan seringkali tidak
mempertahankan lintasannya pada lajur yang telah disediakan. Hal tersebut
disebabkan oleh :
1. Pada waktu membelok yang diberikan sudut belokan hanya roda depan,
sehingga lintasan roda belakang menjalani lintasan lebih kedalam dari roda
depan.
2. Jejak lintasan kendaraan tidak lagi berhimpit, karena bemper depan dan
belakang kendaraan mempunyai lintasan yang berbeda antara roda depan
dan belakang.
3. Pengemudi akan mengalami kesukaran dalam mempertahankan
lintasannya untuk tetap pada lajur jalannya, terutama pada
tikungantikungan yang tajam atau pada kecepatan yang tinggi. Untuk
menghindari hal di atas, maka pada tikungan yang tajam perlu diadakan
pelebaran jalan.

Gambar 2. 21 Pelebaran Perkerasan pada Tikungan


60

Rumus yang digunakan untuk menghitung pelebaran perkerasan pada


tikungan menurut Silvia Sukirman (1999) adalah sebagai berikut :
2
1
�� = ��2 − �−� 2 + �
2
+ �+� 2 .................................... 2. 47

1 2
�= ��2 − � − � 2 + 2� + � + � 2 ...........................................2. 48

Sehingga :
2
�= ��2 − 64 + 1,25 + 64 − ��2 − 64 + 1,25......................2. 49

Dimana :
B =Lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada lajur
sebelah dalam (m).
Rc = Radius lengkung untuk lintasan roda depan.
Rc = radius lajur sebelah dalam – ½ lebar perkerasan + ½ b

Nilai radius lengkung untuk lintasan luar roda depan (Rc) dapat dicari
dengan menggunakan rumus dibawah ini:
1 1
�� = � − 4 �� + 2 �................................................................................2. 50

Dimana :
R = Jari – jari busur lingkaran pada tikungan (m)
Bn = Lebar total perkerasan pada abgian lurus (m)
b = Lebar kendaraan rencana (m)

Bt= � � + � +.......................................................................................2. 51

Z= 0,0015 �
(�)....................................................................................2. 52
61

Dimana :
n = Jumlah jalur lalu lintas
B = Lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada lajur
sebelah dalam (m).
Z = Lebar tambahan akibat kesukaran mengemudi di tikungan (m)
C = Lebar kebebasan samping di kiri dan kanan jalan (m) 0,5 m untuk lebar
lajur 6 m; 1 m untuk lebar lajur 7 m; 1,25 m untuk lebar lajur 7,5 m

Adapun rumus untuk menghitung tambahan lebar perkerasan di tikungan


sebagai berikut :
∆� = �� − ��......................................................................................... 2. 53
Dimana :
Δb = Tambahan lebar perkerasan di tikungan (m)
Bn = Lebar total perkerasan pada abgian lurus (m)
V = Kecepatan rencana (km/jam)
R = Jari – jari tikungan
62

Tabel 2. 32 Pelebaran di Tikungan Per Lajur (m)


Kecepatan Rencana Vd (km/jam)
R(m)
50 60 70 80 90 1100 110
1500 0.3 0.4 0.4 0.4 0.4 0.5 0.6
1000 0.4 0.4 0.4 0.5 0.5 0.5 0.6
750 0.6 0.6 0.7 0.7 0.7 0.8 0.8
500 0.8 0.9 0.9 1.0 1.0 1.1 0.1
400 0.9 0.9 1.0 1.0 1.1 1.1
300 0.9 1.0 1.0 1.1
250 1.0 1.1 1.1 1.2
200 1.2 1.3 1.3 1.4
150 1.3 1.4
140 1.3 1.4
130 1.3 1.4
120 1.3 1.4
110 1.3
100 1.4
90 1.4
80 1.6
70 1.7
(Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antara Kota No. 038/TBM/1997 )

2.6.11 Kebebasan Samping pada Tikungan


Daerah bebas samping di tikungan adalah ruang untuk menjamin
kebebasan pandang di tikungan sehingga Jh dipenuhi. Daerah bebas samping
dimaksudkan untuk memberikan kemudahan pandangan di tikungan dengan
membebaskan objek–objek penghalang sejauh E (m), yang diukur dari garis
tengah lajur dalam sampai ke objek penghalang pandangan sehingga memenuhi
persyaratan Jh. Menurut Bina Marga daerah bebas samping ditikungan di hitung
berdasarkan jarak pandang henti menggunakan rumus–rumus sebagai berikut :
63

1. Jika Jh < Lt

Gambar 2. 22 Daerah Bebas Samping Ditikungan Untuk Jh < Lt

cos 90�ℎ
� = �∗ (1 − ................................................................................. )2. 54
�.�

Dimana :
E = Jarak bebas samping (m)
R = Jari – jari tikungan (m)
R’ = Jari – jari sumbu jalur dalam (m)
Jh = Jarak pandang henti (m)

2. Jika Jh > Lt

Gambar 2. 23 Daerah Bebas Samping Tikungan Untuk Jh > Lt


64

Daerah bebas samping ditikung dihitung berdasarkan jarak pandang


mendahului menggunakan rumus–rumus sebagai berikut :
1
� = � 1 − cos � + 2 �� − � ����..................................................... 2. 55

Dimana :
E = Jarak dari sumbu penghalang ke sumbu lajur sebelah dalam (m)
θ = Setengah sudut pusat sepanjang L (°)
R = Radius sumbu lajur sebelah dalam (m)
Jd = Jarak pandangan (m)
L = Panjang tikungan (m)

2.6.12 Penomoran Panjang – Jalan (Stationing)


Penomoran (stationing) panjang jalan pada tahap perencanaan adalah
memberikan nomor pada interval–interval tertentu dari awal pekerjaan. Nomor
jalan (STA jalan) dibutuhkan sebagai sarana komunikasi, selanjutnya menjadi
panduan untuk lokasi suatu tempat. Nomor jalan ini sangat bermanfaat pada saat
pelaksanaan dan perencanaan. Di samping itu dari penomoran jalan tersebut dapat
diperoleh informasi tentang panjang jalan secara keseluruhan. Setiap STA jalan
dilengkapi dengan gambar potongan melintangnya (Silvia Sukirman, 1999:181).
Nomor jalan ( STA jalan ) ini sama fungsinya dengan patok–patok km di
sepanjang jalan, namun juga terdapat perbedaannya antara lain :
1. Patok km merupakan petunjuk jarak yang diukur dari patok km 0, yang
umumnya terletak di Ibukota Provinsi atau Kotamadya, sedangkan patok
STA merupakan petunjuk jarak yang diukur dari awal sampai akhir
pekerjaan.
2. Patok km berupa patok permanen yang dipasang dengan ukuran standar
yang berlaku, sedangkan patok STA merupakan patok sementara selama
masa pelaksanaannya proyek jalan tersebut

2.7 Alinyemen Vertikal


Alinyemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal yang melalui sumbu
jalan atau proyeksi tegak lurus bidang gambar. Profit ini menggambarkan tinggi
65

rendahnya jalan terhadap kemampuan kendaraan dalam keadaan naik dan


bermuatan penuh (untuk itu digunakan sebagai kendaraan standar), biasa nya juga
disebut dengan profil/penampang memanjang jalan (Saodang Hamirhan,2004).
Perencanaan alinyemen vertikal dipengaruhi oleh besarnya biaya
pembangunan yang tersedia. Alinyemen vertikal yang mengikuti muka tanah asli
akan mengurangi pekerjaan tanah, tetapi mungkin saja akan mengakibatkan jalan
itu terlalu banyak mempunyai tikungan. Tentu saja hal ini belum tentu sesuai
dengan persyaratan yang diberikan sehubungan dengan fungsi jalannya.
Muka jalan sebaiknya diletakkan sedikit diatas muka tanah asli sehingga
memudahkan dalam pembuatan drainase jalannya, terutama di daerah yang datar.
Pada daerah yang seringkali di landa banjir sebaiknya penampang memanjang
jalan diletakkan diatas elevasi muka banjir. Di daerah perbukitan atau pegunungan
diusahakan banyaknya pekerjaan galian seimbang dengan pekerjaan timbunan,
sehingga secara keseluruhan biaya yang dibutuhkan tetap dapat dipertanggung
jawabkan.
Alinyemen vertikal disebut juga penampang memanjang jalan yang terdiri,
dari garis–garis lurus dan garis–garis lengkung. Garis lurus tersebut dapat datar,
mendaki, menurun dan biasa disebut landai dengan dinyatakan persen. Pada
perencanaan alinyemen vertikal akan ditemui kelandaian positif (tanjakan) dan
kelandaian negatif (turunan) sehingga kombinasinya berupa lengkung cembung
dan lengkung cekung, disamping kedua lengkung tersebut ditemui juga
kelandaian sama dengan 0 (datar).

2.7.1 Landai Maksimum


Menurut Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997 :
a. Kelandaian maksimum dimaksudkan untuk memungkinkan kendaraan
bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan yang berarti.
b. Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan truk yang bermuatan
penuh yang mampu bergerak dengan penurunan kecepatan tidak lebih dari
separuh kecepatan semula tanpa harus menggunakan gigi rendah.
c. Kelandaian maksimum untuk berbagai Vr.
66

Tabel 2. 33 Kelandaian Maksimum yang Diizinkan

Vr
120 110 100 80 60 50 40 <40
(km/jam)
Kelandaian
3 3 4 5 8 9 10 10
maksimum
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997)

2.7.2 Panjang Landai Kritis


Panjang kritis yaitu panjang landai maksimum yang harus disediakan agar
kendaraan dapat mempertahankan kecepatannya sedemikian sehingga penurunan
kecepatan tidak lebih dari separuh Vr. Lama perjalanan tersebut ditetapkan tidak
lebih dari satu menit.
Tabel 2. 34 Panjang Kritis

Kecepatan pada awal tanjakan Kelandaian(%)


(km/jam) 4 5 6 7 8 9 10
80 630 460 360 270 230 230 200
60 320 210 160 120 110 90 80
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997)

2.7.3 Lengkung Vertikal


Pada setiap penggantian landai harus dibuat lengkungan vertikal yang harus
memenuhi keamanan, kenyamanan dan drainase yang baik. Adapun lengkung
vertical yang digunakan adalah lengkung parabola sederhana (Sukirman,1999).
Bentuk lengkung vertikal adalah parabola dengan asumsi sederhana
sehingga elevasi panjang lengkung dapat diperkirakan panjangnya, panjang
minimum lengkung vertikal bisa ditentukan langsung sesuai dengan Tabel 2.35
67

Tabel 2. 35 Panjang Minimum Lengkung Vertikal


Kecepatan Rencana Perbeedaan Kelandaian
Panjang Lengkung (m)
(km/jam) Memanjang (%)
<40 1 20 – 30
40 – 60 0,6 40 – 80
>60 0,4 80 – 150
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997)

Gambar 2. 24 Lengkung Vertikal

Adapun rumus yang dipergunakan untuk lengkung vertikal adalah sebagai berikut:
� = �1 ± �2.......................................................................................... 2. 56
�2−�1
�' = 200.��
. �2 ..................................................................................... 2. 57
1
Untuk � = 2 ��, ���� �' = �� yang dirumuskan sebagai berikut :
�2−�1 ��
�� =
800
......................................................................................... 2. 58

Dimana :
x = Jarak horizontal dari titik PLV ke titik yang ditinjau (m)
y’ = Besarnya penyimpangan (jarak vertikal) antara garis kemiringan
dengan lengkungan (m)
g1,g2 = Besar kelandaian (kenaikan/penurunan), (%)
Lv = Panjang lengkung vertikal (m)
68

Lengkung vertikal dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut :


a. Lengkung Vertikal Cembung
Lengkung vertical cembung, yaitu lengkung dimana titik perpotongan antara
kedua tangen berada dibawah permukaan jalan. Untuk gambar lengkung vertical
cekung dapat dilihat pada gambar 2.25 dibawah ini :

Gambar 2. 25 Alinyemen Vertikal Cembung

Panjang lengkung vertikal cembung (Lv), dapat diperoleh dengan rumus


sebagai berikut :
a. Panjang Lv berdasarkan Jh (dalam meter)
�.�ℎ2
Jh < Lv, maka �� = 399
................................................................2. 59

Gambar 2. 26 Panjang Lv untuk Jh < Lv


69

399
Jh > LV, maka �� = 2�ℎ − �
................................................... 2. 60

Gambar 2. 27 Panjang Lv untuk Jh > Lv

b. Panjang Lv berdasarkan Jd (dalam meter)


�.��2
Jd < Lv, maka �� = 840
.............................................................. 2. 61
840
Jd > Lv, maka �� = 2 �� − �
......................................................2. 62

Dimana :
Jh = Jarak pandang henti (m)
Jd = Jarak pandang mendahului/menyiap (m)
g1,g2 = Kemiringan/tangen (%)
Lv = Panjang Lengkung (m)
A = Perbedaan aljabar untuk kelandaian (%), dimana A= g1±g2

Untuk menentukan panjang lengkung vertikal cembung (Lv) dapat juga


ditentukan berdasarkan grafik pada (untuk jarak pandang henti) dan grafik pada
(untuk jarak padang menyiap) di bawah ini:
70

Gambar 2. 28 Grafik Panjang Lengkung Vertikal Cembung


Berdasarkan Jarak Pandang Henti (Jh)
71

Gambar 2. 29 Grafik Panjang Lengkung Vertikal Cembung Berdasarka Jarak


Panjang Mendahului (Jd)
72

b. Lengkung Vertikal Cekung


Lengkung vertical cekung dalah lengkung dimana titik perpotongan antara
kedua tangen berada di atas permukaan jalan. Untuk gambar lengkung vertical
cekung dapat dilihat pada gambar 2.30 dibawah ini :

Gambar 2. 30 Alinyemen Vertikal Cekung

Dalam menentukan panjang lengkung vertikal cekung, harus


memperhatikan antara lain :
a. Jarak penyinaran lampu kendaraan.
b. Jarak pandang bebas di bawah bangunan.
c. Persyaratan drainase.
d. Kenyamanan Pengemudi.
e. Keluwesan bentuk.
Panjang lengkung vertikal cekung ditentukan berdasarkan jarak pandang pada
waktu malam hari dan syarat drainase sebagaimana tercantum dalam grafik pada
Gambar 2. 31 . Rumus–rumus yang berlaku pada lengkung cekung vertikal adalah
sebagai berikut :
�ℎ2
Jh < Lv, maka �� = �. 120+3,5�ℎ.............................................................. 2. 63
120+3,5�ℎ
Jh > Lv, maka �� = 2�ℎ = �
....................................................... 2. 64
73

Gambar 2. 31 Grafik Pajang Lengkung Vertikal Cekung

2.8 Perhitungan Timbunan dan Galian


Dalam perencanaan jalan raya diusahakan agar volume galian sama dengan
volume timbunan. Dengan mengkombinasikan alinyemen vertikal dan horizontal
memungkinkan kita untuk menghitung banyaknya volume galian dan timbunan.
Langkah-langkah dalam perhitungan galian dan timbunan, antara lain:
a. Penentuan stationing (jarak patok) sehingga diperoleh panjang
horizontal jalan dari alinyemen horizontal (trase jalan).
b. Gambarkan profil memanjang (alinyemen vertikal) yang memperlihatkan
perbedaan beda tinggi mua tanah asli dengan muka tanah rencana.
c. Gambar potongan melintang (cross section) pada titik stationing,
sehingga didapatkan luas galian dan timbunan.
74

d. Hitung volume galian dan timbunan dengan mengalikan luas penampang


rata-rata dari galian atau timbunan dengan jarak patok.

Gambar 2. 32 Contoh Galian dan Timbunan

Tabel 2. 36 Perhitungan Galian dan Timbunan


Luas (m2) Volume (m3)
Timbuna Jarak (m)
Sta Galian Galian Timbunan
n
�+�
�� = � �+�
0+000 A A 2
�� = �
2
L �+� �+�
�� = � ��=�
0+100 B B 2 2

Jumlah ΣC ΣC
(Sumber : Hendra Suryadharma, 1999)

2.9 Perencanaan Tebal Perkerasan


Perkerasan jalan adalah suatu bagian konstruksi jalan yang terletak diatas
tanah dasar yang bertujuan untuk melewati lalu lintas dengan aman dan nyaman
serta menerima dan meneruskan beban lalu lintas ke tanah dasar.
Secara umum perkerasan jalan mempunyai persyaratan yaitu kuat, awet,
kedap air, rata, tidak licin, murah, dan mudah dikerjakan. Oleh karena itu bahan
perkerasan jalan yang paling cocok adalah pasir, kerikil, batu, dan bahan pengikat
(aspal atau semen). Perkerasan akan mempunyai kinerja yang baik, bila
perencanaan dilakukan dengan baik dan komponen utama dalam sistem
perkerasan berfungsi dengan baik pula. Menurut Federal Highway Administration
(dalam Hardiyatmo, 2015:2) komponen–komponen perkerasan meliputi:
75

a. Lapis aus (wearing course) yang memberikan cukup kekesatan, tahanan


gesek dan penutup kedap air atau drainase dipermukaan.
b. Lapis perkerasan terikat atau tersementasi (aspal dan beton) yang
memberikan daya dukung yang cukup dan sekaligus sebagai penghalang air
yang masuk kedalam material tak terikat dibawahnya.
c. Lapis pondasi (base course) dan lapisan pondasi bawah (sub-base course)
tak terikat yang memberikan tambahan kekuatan (khususnya untuk
perkerasan lentur dan ketahanan terhadap pengaruh air yang merusak
struktur perkerasan, serta pengaruh degradasi yang lain (erosi dan instrusi
butiran halus).
d. Tanah dasar (subgrade) yang memberikan cukup kekakuan, kekuatan yang
seragam dan merupakan landasan yang stabil bagi lapisan material
perkerasan di atasnya.
e. Sistem drainase yang dapat membuang air dengan cepat dari sistem
perkerasan, sebelum air menurunkan kualitas lapisan material granular tak
terikat dan tanah dasar.

2.8.1 Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)


Perkerasan kaku adalah perkerasan yang terdiri dari pelat beton semen yang
bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan dan menerus dengan
tulangan terletak diatas lapisan pondasi bawah tanpa atau dengan lapis permukaan
beraspal.
Bahan-bahan perkerasan kaku terdiri dari material agregat kasar (batu pecah)
+ pasir + semen + air dan additive atau tulangan jika diperlukan. Jenis perkerasan
ini jauh lebih baik dibandingkan dengan perkerasan lentur, namun dari segi biaya
perkerasan ini tergolong mahal.
Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement) biasanya terdiri dari plat beton
semen (slab) yang dibangun langsung atau dengan perantara lapis pondasi
diatas tanah dasar yang dipadatkan. Pada perkerasan kaku ini kekuatan
memikul beban lebih tergantung pada kekuatan slab dalam menanggung momen
76

lentur. Hal ini disebabkan kekuatan dan besarnya modulus elastisitas slab yang
mengakibatkan penyebaran beban tanah dasar yang luas.

Gambar 2. 33 Struktur Perkerasan Beton Semen

Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis
pondasi karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang
berfungsi sebagai lapis permukaan, karena kekuatan perkerasan lebih banyak
ditentukan oleh kekuatan betonnya sendiri, maka peran pondasi bawah dalam
mendukung beban lalulintas menjadi tidak begitu signifikan. Hal ini berbeda
dengan perkerasan lentur, dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis
pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan.
Menurut Saodang (2005:118) tiga faktor desain untuk perancangan
perkerasan kaku yang sangat penting adalah :
a. Kekuatan tanah dasar (subgrade) dan lapisan pondasi bawah (sub-base)
yang di indikasikan lewat parameter k (sub-base reaction) atau CBR.

b. Modulus keruntuhan lentur beton (flexural strenght – fcf).


c. Beban lalu lintas.
Menurut National Association of Australian State Road Authorities
(NAASRA) dalam Shirley L. Hendarsin (2000:236), tipe perkerasan beton
semen dibedakan kedalam lima jenis yaitu :
a. Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan (BBTT).
b. Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan (BBDT)..
77

c. Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan (BMDT


d. Perkerasan beton semen dengan tulangan serat baja (fiber).
e. Perkerasan beton semen pra-tekan.

Menurut Shirley L. Hendarsin (2000:236) metode perencanaan yang


diambil untuk menentukan tebal lapisan perkerasan kaku didasarkan pada
perkiraan sebagai berikut:
a. Kekuatan tanah dasar yang dinamakan CBR atau modulus reaksi tanah
dasar (k).
b. Kekuatan beton yang digunakan untuk lapisan perkerasan.
c. Prediksi volume dan komposisi lalulintas selama usia rencana.
d. Ketebalan dan kondisi lapisan pondasi bawah (sub-base) yang
diperlukan untuk menopang konstruksi, lalulintas, penurunan akibat
air dan perubahan volume lapisan tanah dasar serta sarana
perlengkapan daya dukung permukaan yang seragam di bawah dasar
beton.
Faktor–faktor yang perlu diperhatikan pada perkerasan beton semen
adalah kadar air pemadatan, kepadatan dan perubahan kadar air selama masa
pelayanan. Lapis pondasi bawah pada perkerasan beton semen bukan
merupakan bagian utama yang memikul beban, tetapi merupakan bagian
yang berfungsi sebagai berikut:

a. Mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar.


b. Mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan dan tepi–
tepi pelat.
c. Memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada pelat.
d. Sebagai perkerasan lantai kerja selama pelaksanaan.
Pelat beton semen mempunyai sifat yang cukup kaku serta dapat
menyebarkan beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang
rendah pada lapisan dibawahnya. Bila diperlukan tingkat kenyamanan yang
78

tinggi, permukaan beton semen dapat dilapisi dengan lapis campuran


beraspal setebal 5 cm.
Adapun kelebihan dalam pemakaian konstruksi perkerasan kaku :
a. Biaya awal pembangunan lebih murah daripada perkerasan aspal.
b. Perkerasan kaku lebih tahan terhadap drainase yang buruk
c. Umur rencana dapat mencapai 20 – 40 tahun.
d. Pencampuran adukan beton mudah dikontrol.
e. Keseluruhan tebal perkerasan jauh lebih kecil daripada perkerasan
aspal sehingga dari segi lingkungan/environment lebih
menguntungkan pemeliharaan kecil, namun bila terjadi kerusakan
biaya pemelharaan lebih tinggi.

2.8.2 Persyaratan Teknis Perencanaan Perkerasan Kaku


Menurut pedoman Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen, 2003
terdapat beberapa persyaratan dalam merencanakan perkerasan kaku, yaitu:
a. Tanah Dasar
Daya dukung tanah dasar ditentukan dengan pengujian CBR insitu
sesuai dengan SNI 03-1731-1989 atau CBR laboratorium sesuai dengan SNI
03- 1744-1989, masing-masing untuk perencanaan tebal perkerasan lama
dan perkerasan jalan baru. Apabila tanah dasar mempunyai nilai CBR
lebih kecil dari 2 %, maka harus dipasang pondasi bawah yang terbuat
dari beton kurus (Lean-Mix Concrete) setebal 15 cm yang dianggap
mempunyai nilai CBR tanah dasar efektif 5 %.
b. Pondasi bawah
Lapis pondasi bawah berfungsi untuk menambah daya dukung
tanah dasar, menyediakan lantai kerja yang stabil dan mendapatkan
permukaan dengan daya dukung yang seragam. Lapis pondasi bawah juga
dapat mengurangi lendutan pada sambungan-sambungan sehingga
menjamin penyaluran beban melalui sambungan muai dalam waktu lama,
menjaga perubahan volume lapisan tanah dasar akibat pemuaian dan
79

penyusutan serta mencegah keluarnya air atau pumping pada sambungan


pada tepi- tepi pelat beton. Bahan pondasi bawah dapat berupa :
1. Bahan berbutir
Persyaratan dan gradasi pondasi bawah harus sesuai dengan kelas B.
Sebelum pekerjaan dimulai, bahan pondasi bawah harus diuji gradasinya
dan harus memenuhi spesifikasi bahan untuk pondasi bawah, dengan
penyimpangan ijin 3% - 5%.
2. Stabilisasi atau dengan beton kurus giling padat (Lean Rolled Concrete)
 Stabilisasi material berbutir dengan kadar bahan pengikat yang sesuai
dengan hasil perencanaan, untuk menjamin kekuatan campuran dan
ketahanan terhadap erosi. Jenis bahan pengikat dapat meliputi
semen, kapur, serta abu terbang dan/atau slag yang dihaluskan.
 Campuran beraspal bergradasi rapat (dense-graded asphalt)
 Campuran beton kurus giling padat yang harus mempunyai kuat
tekan karakteristik pada umur 28 hari minimum 5,5 MPa (55
kg/cm2 )
3. Campuran Beton Kurus (Lean Mix Concrete)
Pondasi dengan campuran beton kurus (CBK) harus mempunyai kuat
tekan beton karakteristik pada umur 28 hari minimum 5 MPa (50 kg/cm2)
tanpa kenggunakan abu terbang, atau 7 MPa (70 kg/cm2) bila
menggunakan abu terbang, dengan tebal minimum 10 cm. Bila
direncanakan perkerasan beton semen bersambung tanpa ruji, pondasi
bawah harus menggunakan campuran beton kurus (CBK). Tebal lapis
pondasi bawah minimum yang disarankan dapat dilihat pada Gambar 2.
34
80

Gambar 2. 34 Tebal Pondasi Bawah Minimum untuk Perkerasan Kaku


Terhadap Repitisi Sumbu

c. Beton semen
Gambar 2. 35 CBR Tanah Dasar Efektif dan Tebal Pondasi Bawah

Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur (flexural
strength) umur 28 hari, yang didapat dari hasil pengujian balok dengan
pembebanan tiga titik (ASTM C-78)yang besarnya secara tipikal sekitar 3–5
MPa (30-50 kg/cm2).Kuat tarik lentur beton yang diperkuat dengan bahan
serat penguat seperti serat baja, aramit atau serat karbon, harus mencapai
81

kuat tarik lentur 5–5,5 MPa (50-55 kg/cm2). Kekuatan rencana harus
dinyatakan dengan kuat tarik lentur karakteristik yang dibulatkan hingga
0,25 MPa (2,5 kg/cm2) terdekat. Hubungan antara kuat tekan karakteristik
dengan kuat tarik-lentur beton dapat didekati dengan rumus berikut:
Fcf = K (f c’)0.50 dalam Mpa........................................................2. 65
Fcf = 3,13 K (f c’)0.50 dalam Mpa................................................2. 66
Dimana:
fc’ = kuat tekan beton karakteristik 28 hari (kg/cm2)
fcf = kuat tarik lentur beton 28 hari (kg/cm2)
K = konstanta 0,7 untuk agregat tidak dipecah dan 0,75
untuk agregat pecah

Bahan beton semen terdiri dari agregat, semen, air, dan bahan tambah
jika diperlukan, dengan spesifikasi sebagai berikut:
a. Agregat
Agregat yang akan dipergunakan untuk perkerasan beton semen terdiri
dari agregat halus dan kasar. Agregat halus terdiri dari pasir atau butiran
– butiran yang lolos saringan no.4 (0,425) sedangkan agregat kasar yang
tidak lolos saringan tersebut. Diameter agregat batu pecah harus ≤ 1/3
tebal pelat atau ≤ ¾ jarak bersih minimum antar tulangan. Dengan
persyaratan mutu agregat sesuai dengan yang tercantum dalam SK SNI
S04-1989-F.
b. Semen
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton umumnya tipe I yang
harus sesuai dengan SNI 15-2049-1994. Semen yang digunakan harus
sesuai dengan lingkungan dimana perkerasan akan dibangun.
c. Air
Air yang digunakan untuk campuran harus bersih dan terbebas dari
minyak, garam, asam, lanau atau bahan–bahan lain dalam jumlah tertentu
yang dapat merusak kualitas beton.
82

2.8.3 Lalu – lintas Rencana


Penentuan beban lalu-lintas rencana untuk perkerasan beton semen,
dinyatakan dalam jumlah sumbu kendaraan niaga (commercial vehicle), sesuai
dengan konfigurasi sumbu pada lajur rencana selama umur rencana. Lalu-lintas
harus dianalisis berdasarkan hasil perhitungan volume lalu-lintas dan konfigurasi
sumbu, menggunakan data terakhir atau data 2 tahun terakhir. Kendaraan yang
ditinjau untuk perencanaan perkerasan beton semen adalah yang mempunyai berat
total minimum 5 ton.
Konfigurasi sumbu untuk perencanaan terdiri atas 4 jenis kelompok sumbu
sebagai berikut :
 Sumbu tunggal roda tunggal (STRT)
 Sumbu tunggal roda ganda (STRG)
 Sumbu tandem roda ganda (SGRG)
 Sumbu tridem roda ganda (STrRG)
Dengan karakteristik kendaraan yang diperhitungkan :
a. Pada perencanaan perkerasan kaku, jenis kendaraan yang diperhitungkan
hanya kendaraan niaga yang mempunyai berat total minimum 5 ton
b. Khusus untuk perencanaan perkerasan kaku, beban lalulintas rencana
didapatkan dengan mengakumulasikan jumlah beban sumbu untuk masing–
masing jenis kelompok dalam rencana lajur selama umur rencana.

2.8.4 Umur Rencana


Umur rencana perkerasan jalan ditentukan atas pertimbangan klasifikasi
fungsional jalan, pola lalu lintas serta nilai ekonomis jalan yang bersangkutan,
110 yang dapat ditentukan antara lain dengan metode Benefit Cost Ratio, Internal
Rate of Return, kombinasi dari metode tersebut atau cara lain yang tidak terlepas
dari pola pengembangan wilayah. Umumnya perkerasan kaku dpaat direncanakan
dengan Umur Rencana (UR) 20 tahun sampai 40 tahun.
83

2.8.5 Pertumbuhan Lalulintas


Volume pertumbuhan akan bertambah sesuai dengan umur rencana atau
sampai tahap dimana kapasitas jalan dicapai dengan faktor pertumbuhan lalulintas
yang dapat ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut:
1+� �� −1
�= �
........................................................................................... 2. 67

Dimana :
I = Laju pertumbuhan lalu lintas pertahun (%)
UR = Umur rencana (tahun)

Faktor pertumbuhan lalulintas juga dapat ditentukan melalui Tabel 2. 37.


berikut ini
Tabel 2. 37 Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas
Umur Laju Pertumbuhan Lalulintas (i) per tahun (%)
Rencana
0 2 4 6 8 10
(Tahun)
5 5 5,2 5,4 5,6 5,9 6,1
10 10 10,9 12 13,2 14,5 15,9
15 15 17,3 20 23,3 27,2 31,8
20 20 24,3 29,8 36,8 45,8 57,3
25 25 32 41,6 54,9 73,1 98,3
30 30 40,6 56,1 79,1 113,3 164,5
35 35 50 73,7 111,4 172,3 271
40 40 60,4 95 154,8 259,1 442,6
(Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 20003)

2.8.6 Lajur Rencana dan Koefisien Distribusi


Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu lintas dari satu ruas jalan raya
yang menampung lalulints kendaraan niaga terbesar. Jika jalan tidak memiliki
tanda batas lajur, maka jumlah dan koefisien distribusi (C) kendaraan niaga dapat
ditentukan dari lebar perkerasan sesuai dengan Tabel 2. 38.
84

Tabel 2. 38 Jumlah Lajur Berdasarkan Lebar Perkerasan dan Koefisien Distribus


(C) Kendaraan Niaga pada Lajur Rencana
Koefidien Distribusi (C)
Lebar Perkerasan Jumlah Lajur (n)
1 arah 2 arah
Lp < 5,50 m 1 Lajur 1 1
5,50 ≤ Lp < 8,35 m 2 Lajur 0,70 0,50
8,35 ≤ Lp < 11,25 m 3 Lajur 0,50 0,475
11,25 ≤ Lp 4 Lajur 0,45
15,00 ≤ Lp < 18,75 m 5 Lajur 0,425
18,75 ≤ Lp < 22,00 m 6 Lajur 0,40
(Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 20003)

2.8.7 Perencanaan Tebal Pelat


Setelah menghitung lalulintas rencana maka perhitungan tebal perkerasan
dapat dilakukan, tebal minumum pelat untuk perkerasan kaku adalah 150 mm
kecuali perkerasan kaku bersambung tanpa ruji (dowel), tebal minimum harus 200
mm. perencanaan tebal pelat didasarkan pada total fatigue pelat rencana
mendekati atau sama dengan 100%.
Berdasarkan metode bina marga 2003 langkah-langkah dalam perencanaan
tebal perkerasan kaku adalah sebagai berikut :
1. Pilih jenis perkerasan beton semen, bersambung tanpa ruji, bersambung
dengan ruji atau menerus dengan tulangan.
2. Tentukan apakah akan menggunakan bahu beton atau bukan.
3. Tentukan jenis dan tebal pondasi bawah berdasarkan nilai CBR rencana dan
perkiraan jumlah sumbu kendaraan niaga selama umur rencana sesuai
dengan Gambar 2.34
4. Tentukan CBR efektif berdasarkan nilai CBR rencana dan pondasi bawah
yang sesuai dengan Gambar 2.35
5. Pilih kuat tarik lentur atau kuat beton pada umur 28 hari (f’cf).
6. Pilih faktor keamanan beban lalu lintas (FKB).
85

7. Taksir tebal pelat beton (taksiran awal dengan tebal tertentu berdasarkan
pengalaman atau menggunakan contoh yang tersedia).
8. Tentukan tegangan ekivalen (TE) dan faktor erosi (FE) untuk STRT dari
Tabel 2.
9. Tentukan faktor rasio tegangan (FRT) dengan membagi tegangan ekivalen
(TE) oleh kuat tarik lentur (f’cf).
10. Untuk setiap rentang beban kelompok sumbu tersebut, tentukan beban per
roda dan kalikan dengan faktor keamanan (FKB) untuk menentukan beban
rencana per roda. Jika beban rencana per roda ≥ 65 Kn (6,5 ton), anggap dan
gunakan nilai tersebut sebagai batas tertinggi pada Gambar 2.36 sampai
Gambar 2. 38
11. Dengan faktor rasio tegangan (FRT) dan beban rencana, tentukan jumlah
repetisi ijin untuk fatik dari Gambar 2.36, yang dimulai dari beban roda
tertinggi dari jenis sumbu STRT tersebut.
12. Hitung persentase dari repetisi datik yang direncanakan terhadap jumlah
repetisi ijin.
13. Dengan menggunakan faktor erosi (FE), tentukan jumlah repetisi ijin untuk
erosi, dari Gambar 2.37 dan Gambar 2.38.
14. Hitung persentase dari repetisi erosi yang direncanakan terhadap jumlah
repetisi ijin.
15. Ulangi langkah 11 sampai dengan 14 untuk setiap beban per roda pada
sumbu tersebut sampai jumlah repetisi beban ijin yang terbaca pada Gambar
2.36 dan Gambar 2.37 atau Gambar 2.38 yang masing – masing mencapai
10 juta dan 100 juga repetisi.
16. Hitung jumlah total fatik dengan menjumlahkan persentase fatik dari setiap
beban roda pada STRT tersebut.
17. Ulangi langkah 8 sampai dengan langkah 16 untuk setiap kelompok sumbu
lainnya.
18. Hitung jumlah total kerusakkan akibat fatik dan jumlah total kerusakan
akibat erosi untuk seluruh jenis kelompok sumbu.
86

19. Ulangi langkah 7 sampai dengan 18 hingga diperoleh ketebalan tertipis


yang menghasilkan total kerusakan akibat fatik dan atau erosi ≤ 100%.
Tebal tersebut tebal perkerasan beton semen yang direncanakan.
87

Gambar 2. 36 Analisi Fatik dan Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Rasio Tegangan,
dengan / Tanpa Bahu Beton
88

Gambar 2. 37 Analisis Erosi dan Jumlah Repetisi Beban Ijin, Berdasarkan Faktor
Erosi, Tanpa Bahu Beton
89

Gambar 2. 38 Analisis Erosi dan Jumlah Repetisi Beban Ijin,Berdasarkan Faktor


Erosi, dengan Bahu Beton
90

2.8.8 Perencanaan Penulangan


Jumlah tulangan yang diperlukan dipengaruhi oleh jarak sambungan susut,
sedangkan untuk beton bertulang menerus diperlukan jumlah tulangan yang cukup
untuk mengurangi sambungan susut. Tujuan utama penulangan, yaitu:
a. Membatasi lebar retakkan, agar kekuatan pelat tetap dapat dipertahankan.
b. Memungkinkan penggunaan pelat yang lebih panjang agar dapat
mengurangi jumlah sambungan melintang sehingga dapat meningkatkan
kenyamanan.
c. Mengurangi biaya pemeliharaan.

1. Kebutuhan Penulangan pada Pekerasan Bersambung Tanpa Tulangan


Pada perkerasan bersambung tanpa tulangan, penulangan tetap dibutuhkan
untuk mengantisipasi atau meminimalkan retak pada tempat-tempat dimana
dimungkinkan terjadi tegangan yang tidak dapat dihindari, tipikal
penggunaan penulangan khusus ini antara lain pada tambahan pelat tipis,
sambungan yang tidak tepat dan pelat kulah atau struktur lainnya.
2. Penulangan pada Perkerasan Bersambung dengan Tulangan
Luas tulangan dapat dihitung dengan persamaan berikut :
��������ℎ
�� =
2���1
............................................................................... 2. 68

Dimana :
μ = Koefisien gesekan antara pelat beton dengan lapisan
dibawahnya (Tabel 2.57)
As = Luas tulangan yang diperlukan (mm2 /m lerbar)
M = Berat per satuan volume pelat L = Jarak antara sambungan
(m)
H = Tebal pelat (m)
Fs = Kuat tarik ijin tulangan (Mpa)
Catatan : As minimum menurut SNI ’91 untuk segala keadaan 0,14% dari
luas penampang beton.
91

3. Penempatan Tulangan
Penulangan melintang pada perkerasan beton semen harus ditempatkan pada
kedalaman lebih besar 65 mm dari permukaan untuk tebal pelat ≤ 20 cm
maksimum sampai sepertiga tebal pelat untuk tebal pelat > 20 cm. Tulangan
arah memanjang dipasangan di atas tulangan arah melintang.
Tabel 2. 39 Koefisien Gesekan antara Pelat Beton Semen dengan
Jenis Pondasi Faktor Gesekan
BURTU, LAPEN dan Konstruksi
2,2
Sejenis
Aspal Beton, LATASTON 1,8
Stabilisasi kapur 1,8
Stabilisasi aspal 1,8
Stabilisasi semen 1,8
Koral 1,5
Batu Pecah 1,5
Sirtu 1,2
Tanah 0,9
(Sumber : Shirley L. Hendarsin, 2000)

2.8.9 Sambungan
Keterbatasan kemampuan peralatan pelaksanaan serta pembatasan terhadap
teganagan–tegangan yang timbul akibat pemuaian, penyusutan, perbedaan suhu
dan kadar air pada ketebalan pelat menuntut perkerasan beton semen dikerjakan
dalam pola terpotong. Sehingga perencanaan sambungan pada perkerasan kaku
merupakan bagian yang harus dilakukan pada perencanaan. Semua sambungan
pada perkerasan kaku harus ditutup dengan bahan penutup (joint sealer).
Penyaluran beban antara pelat perkerasan disalurkan melalui ruji (dowel)
berupa batang baja tulangan polos maupun profil yang digunakan sebagai sarana
penyambungan/pengikat pada beberapa jenis sambungan pelat beton perkerasan
jalan. Dowel dipasang dengan separuh panjang terikat dan separuh panjang
dilumasi/dicat untuk memberikan kebebasan bergeser. Sedangkan tie bar atau
92

batang pengikat merupakan potongan baja yang diprofilkan yang dipasang pada
sambungan lidah alur dengan maksud untuk mengikat pelat agar tidak bergerak
horizontal. Pada dasarnya terdapat tiga jenis sambungan yang digunakan dalam
konstruksi perkerasan beton bersambung, yaitu :
a. Sambungan Susut
Sambungan ini dibuat dalam arah melintang, pada jarak yang sama
dengan panjang pelat yang telah ditentukan. Sambungan ini diperlukan
untuk mengendalikan tegangan lenting dan retakan pada beton yang baru
dihampar, yang diakibatkan oleh perubahan tempertaur dan kelembapan u.
pelat hingga batas tertenti. Agar retakan susut dapat terjadi pada sambungan
susut, maka kedalaman tarikam dibuat sama dengan ¼ tebal pelat.
Pada sambungan yang dibuat dengan memasang pengisi yang sudah
dibentuk seperti self expanding cork. Bahan ini berfungsi sebagai bahan
pengisi sekaligus sebagai bahan penutup sambungan. Sedangkan pada
sambungan yang digergaji, dapat dilakukan setelah beton cukup keras.
Waktu penggergajian dapat dilakukan antara 8 hingga 20 jam setelah
pengecoran. Lebar penggergajian tidak kurang dari 3 mm dan tidak lebih
dari 5 mm. Setiap sambungan susut harus dipasang ruji (dowel) yang
berfungsi sebagai penyalur beban.

Gambar 2. 39 Sambungan Susut Melintang dengan Dowel


93

Tabel 2. 40 Ukuran dan jarak batang dowel (ruji) yang disarankan


Tebal Pelat Dowel
Diameter Jarak
Perkerasan Panjang
Inchi Mm Inchi Mm Inchi Mm Inchi Mm
6 150 ¾ 19 18 450 12 300
7 175 1 25 18 450 12 300
8 200 1 25 18 450 12 300
9 225 1¼ 32 18 450 12 300
10 250 1¼ 32 18 450 12 300
11 275 1¼ 32 18 450 12 300
12 300 1¼ 38 18 450 12 300
13 325 1½ 38 18 450 12 300
14 350 1½ 38 18 450 12 300
(Sumber : Principles of Pavement Design by Yoder & Witczak, 1975)

b. Sambungan Pelaksanaan
Sambungan pelaksanaan ditempatkan pada perbatasan antar akhir
pengecoran dengan awal pengecoran berikutnya, untuk memisahkan
bagian– bagian yang dicor disaat yang berbeda. Sambungan pelaksanaan
dalam arah memanjang dipasang diantara jalur–jalur perkerasan yang
berbatasan. Sambungan dapat dibuat dengan cara menggergaji permukaan
(membentuk takikan) yang kemudian diisi dengan bahan penutup
sambungan (preformed joint sealer).
Sambungan pelaksanaan memanjang dengan bentuk lidah dari alur
harus dilengkapi dengan batang pengikat (tie bar) yang diprofilkan serta
dibuat dari baja U24 dan dengan Ø 16 mm, panjang 800 mm dan jarak 750
mm, sedangkan untuk sambungan pelaksanaan melintang harus dilengkapi
dengan ruji (dowel).
94

Gambar 2. 40 Sambungan Pelaksanaan Memanjang dengan Lidah Alur dan


Tie Bar

Tabel 2. 41 Ukuran dan jarak batang tie bar yang disarankan


Diameter Tie Bar Panjang Tie Bar Jarak antar Tie
Tebal Pelat (cm)
(mm) (mm) Bar (cm)
12,5 12 600 75
15,0 12 600 75
17,5 12 600 75
20,0 12 600 75
22,5 12 750 90
25,0 12 750 90
(Sumber : Bina Marga)
95

Gambar 2. 41 Jarak Tie Bar Maksimum Menurut AASTHO (1986)

c. Sambungan Muai
Sambungan muai bertujuan untuk membebaskan tegangan pada
perkerasan beton. Sambungan ini terdapat pada pertemuan jalan baru
dengan perkerasan lama pada persimpangan jalan. Sambungan muai dibuat
dari bahan yang sudah dibentuk dan tidak merusak serta dapat mengikuti
perubahan bentuk akibat tekanan. Bahan ini dipasang pada seluruh
permukaan sambungan beton dan dipasangkan hanya setelah salah satu
bidang sambungan mengeras. Untuk sambungan muai yang memisahkan
dua bidang beton yang berdekatan, maka harus dipasang ruji (dowel)
sebagai penyalur beban.
96

Gambar 2. 42 Sambungan Muai dengan Dowel

2.8.10 Prosedur Perencanaan


Prosedur perencanaan perkerasan beton semen secara estimatis diperoleh
dua model berbagai kerusakan :
1. Retak fatik (lelah) tarik lentur pada pelat.
2. Terjadinya erosi yang terdapat di bagian pondasi bawah atau tanah dasar
bisa disebabkan lendutan yang terjadi hingga berulang – ulang ataupun air
hujan yang memiliki tingkat asam yang tinggi yang berada diatas tanah
sedikit berlempung.
Cara ini bisa mempertimbangkan bawah perlukan ruji pada sambungan
dan bahu beton. Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan maka bisa
disebut sebagai perkerasan bersambung yang telah dipasang dengan ruji. Data lalu
lintas yang diperlukan adalah jenis sumbu kendaraan dan pendistribusi beban serta
jumlah repetisi masing-masing jenis sumbu/kombinasi beban yang diperkirakan
selama umur rencana.

2.10 Perencanaan Bangunan Pelengkap


Bangunan pelengkap jalan merupakan bagian dari jalan yang dibangun
untuk memenuhi persyaratan kelancaran lalu lintas dan menghindari kerusakan
yang mungkin terjadi pada permukaan jalan yang nantinya akan berdampak pada
87 kenyamanan pemakai jalan. Menurut Shirley L. Hendarsin (2000:309)
bangunan pelengkap jalan dapat dikelompokkan sebagai berikut :
97

a. Bangunan Drainase Jalan.


b. Bangunan Penguat Tebing.
c. Bangunan Pengaman Lalu Lintas, Rambu dan Marka Jalan.

2.10.1 Bangunan Drainase


Pada pembangunan dan pemeliharaan jalan, drainase sangat penting
diperhatikan karena kondisi drainase yang buruk juga merupakan penyebab utama
kerusakan perkerasan. Drainase jalan yang baik harus mampu menghindari
masalah–masalah atau kerusakan jalan yang disebabkan oleh pengaruh cuaca dan
beban lalu lintas.Air masuk ke struktur perkerasan jalan melalui banyak cara
antara lain retak pada permukaan jalan, air tanah tinggi pada musim hujan atau
infiltrasi dan kapilerisasi air pada daerah sekitar perkerasan.
Drainase yang digunakan sebagai bangunan pelengkapan jalan untuk
mengalirkan air pada permukaan jalan secepat mungkin agar jalan tidak tergenang
air dalam waktu yang cukup lama yang akan mengakibatkan kerusakan konstruksi
jalan. Ada dua jenis drainase yaitu drainase permukaan dan drainase bawah
permukaan. Drainase permukaan berfungsi untuk membuang air dari permukaan
perkerasan ke saluran pembuang. Saluran drainase permukaan terdiri dari tiga
jenis, yaitu saluran (saluran penangkap; saluran samping), gorong–gorong (culvert)
dan saluran alam (sungai) yang memotong jalan.
Agar saluran air hujan dapat ditampung dan dialirkan ke tempat
pembuangan (sungai dll) maka kapasitas saran drainase jalan (kecuali saluran
alam) ukuran/dimensinya harus direncanakan terlebih dahulu berdasarkan
besarnya kapasitas yang diperlukan (Qs) yaitu dapat menampung besarnya debit
aliran rencana (Qr). Untuk menghitung besarnya hujan rencana, dapat digunakan
berbagai cara tergantung data hujan (dari hasil pengamatan) yang tersedia, karena
tidak semua post pencatat hujan model otomatis dan pengamatan yang dilakukan
juga tidak selalu bersinambungan (berbagai pertimbangan dari segi SDM,
keamanan, kondisi lokasi, teknisi dan suku cadang).
Metode untuk menentukan Qr akibat hujan yang banyak digunakan dan
disarankan oleh JICA, AASHTO maupun SNI yaitu metode rasional yang
98

merupakan rumus empiris dari hubungan antara curah hujan dan besarnya
limpasan (debit).
�.��.�
�=
3,6
.................................................................................................. 2. 69

Dimana :
Q = Debit limpasan (m3 /det)
C = Koefisien limpasan atau pengaliran
It = Intensitas hujan selam waktu konsentrasi (mm/jam)
A = Luas daerah tangkapan hujan (km2 )

2.10.2 Bangunan Samping


Tahanan untuk menentukan kapasitas saluran samping jika menggunakan
metode rasional.
a. Menentukan Frekuensi Hujan Rencana Pada Masa Ulang (T) Tahun
Dibawah ini diberikan contoh perhitungan sekaligus dengan uraian dan
rumus dengan Analisa Distribusi Frekuensi Cara Gumber.
Rumus persamaan yang digunakan sebagai berikut :
Σx
�=
π
...................................................................................................... 2. 70

Σ(x2 )−xΣx
sx = n−1
........................................................................................ 2. 71

RT = X + Sx............................................................................................ 2. 72
Dimana :
X = Curah hujan harian maksimal pertahun (mm)
N = Jumlah data curah hujan
X = Curah hujan harian rata – rata (mm)
Sx = Standar deviasi
RT = Frekuensi hujan pada periode ulang T
K = Faktor frekuensi

Untuk mendapatkan nilai Yn dan Sn pada perhitungan selanjutnya dapat


dilihat pada Tabel 2. 42 berikut ini :
99

Tabel 2. 42 Nilai Variabel Reduksi Gumbel (Yt)


Periode Ulang Yt
2 0,3665
5 14,999
10 2,502
25 31,985
50 39,019
100 46,001
1000 69,000
(Sumber: Soewarno, 1995)

Tabel 2. 43 Data Variasi Fungsi Kata Ulang (Yt)


N Yt Sn
10 0,3665 0,9496
11 1,4999 0,9676
12 2,2502 0,9833
13 2,9702 0,9971
14 3,1985 1,0095
15 3,9019 1,0206
(Sumber : SNI 03-3424-1994)
100

Tabel 2. 44 Nilai K Sesuai Lama Pengamatan


Lama Pengamatan (tahun)
T Yt
10 15 20 25 30
2 0,3665 -0,1355 -0,1434 -1,478 -0,1506 -0,1526
5 1,4999 1,0580 0,9672 0,9186 0,8878 0,8663
10 2,2502 1,8482 1,7023 1,6246 1,5752 1,5408
20 2,9702 2,6064 2,4078 2,3020 2,2348 2,1881
25 3,1985 2,8468 2,6315 2,5168 2,4440 2,3933
50 3,9019 2,5875 3,3207 3,1787 3,1787 3,0256
100 4,6001 4,3228 4,0048 3,8356 3,8356 3,6533
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2006)

b. Menentukan Intensitas Hujan Rencana


Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalam air hujan per satuan waktu. Sifat
umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya cenderung
makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya.
Hubungan antara intensitas, lama curah hujan dan frekuensi hujan biasanya
Intensitas hujan diperoleh dengan cara melakukan analisis data hujan baik
secara statis maupun secara empiris. Biasanya intensitas hujan dihubungkan
dengan durasi hujan jangka pendek misalnya 5 menit, 10 menit, 30 menit, 60
menit dan jam. Untuk mengolah R (Frekuensi Hujan) menjadi I (Intensitas Hujan)
dapat digunakan cara Monobe sebagai berikut : dalam lengkung Intensitas–
durasi–frekuensi (IDF).
2
�24 243
�=
24
. �
.......................................................................................... 2. 73

Dimana :
I = Intensitas Hujan (mm/jam)
T = Lamanya curah hujan (menit)
R24 = Curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm)
101

c. Waktu Konsentrasi (Tc)


Waktu konsentrasi adalah waktu terpanjang yang dibutuhkan untuk seluruh
daerah layanan dalam menyalurkan aliran air secara simultan (runoff) setelah
melewati titik–titik tertentu. Terdiri dari (t1) waktu untuk mencapai saluran dari
titik terjauh dan (t2) waktu pengaliran. Waktu konsentrasi untuk saluran terbuka
dihitung dengan rumus :
�� = �1 + �2 ........................................................................................... 2. 74
2 �� 0,167
�1 = 3
�3,28��� �

.....................................................................2. 75

�2 =
60��
.................................................................................................. 2. 76

Dimana :
Tc = Waktu konsentrasi (menit)
t1 = Waktu untuk aliran mencapai awal saluran dari titik terjauh(menit)
t2 = Waktu aliran dalam saluran sepanjang L dari ujung saluran (menit)
Io = Jarak dari titik terjauh sampai sarana drainase (m)
L = Panjang saluran (m)
K = Kelandaian permukaan
nd = Koefisien hambatan (Tabel 2.46)
Is = Kemiringan saluran memanjang
V = Kecepatan air rata–rata pada saluran drainase

Tabel 2. 45 Kemiringan Satuan Memanjang (��) Berdasarkan Jenis Material


N0. Jenis Material Kemiringan Saluran (Is%)
1 Tanah Asli 0–5
2 Kerikil 5 – 7,5
3 Pasangan 7,5
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2006)
102

Tabel 2. 46 Koefisien Hambatan Berdasarkan Kondisi Permukaan


No. Kondisi Permukaan yang Dilalui Aliran ��
1 Lapisan semen dan aspal,beton 0,013
2 Permukaan halus dan kedap air 0,02
3 Permukaan halus dan padat 0,10
4 Lapangan dengan rumput jarang, lading dan 0,20
tanah lapang kosong dengan permukaan
cukup kasar
5 Lading dan lapangan rmput 0,40
6 Hutan 0,60
7 Hutan dan rimba 0,80
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2006)

d. Koefisien Pengaliran dan Faktor Limpasan


Koefisien pengaliran (C) dan koefisien limpasan (fk) adalah angka reduksi
dari intensitas hujan, yang besarnya disesuaikan dengan kondisi permukaan
kemiringan atau kelandaian,jenis tanah dan durasi hujan, koefisien ini tidak
berdimensi. Berdasarkan pada T-02-2006-B tentang Perencanaan Drainase Jalan
nilai C dengan berbagai kondisi permukaan, dapat dihitung atau ditentukan
dengan cara sebagai berikut :
�1.�1+�2.�2+�3.�3.��
�� = . �1+�2+�3+…
.................................................................................2. 77

Dimana :
C1,C2.... = Koefisien pengaliran sesuai dengan jenis permukaan
A1,A2.... = Luas daerah pengaliran yang diperhitungkan sesuai dengan
kondisi permukaan, (km2 )
Cw = C rata – rata pada daerah pengaliran yang dihitung
fk = Faktor limpasan sesuai guna jalan
103

Tabel 2. 47 Harga Koefisien Pengaliran (C) dan Harga Faktor Limpasan (fk)
Koefisien Faktor
No. Kondisi Permukaan
Pengaliran (C) Limpasan(fk)
BAHAN
1 Jalan beton & jalan aspal 0,70-0,90 -
2 Jalan kerikil & jalan tanah 0,40-0,70 -
3 Bahu jalan :
Tanah berbutir halus 0,40-0,65 -
Tanah berbutir kasar 0,10-0,20 -
Batuan masif keras 0,70-0,85 -
Batuan masif lunak 0,60-0,75 -
TATA GUNA LAHAN
1 Daerah Perkotaan 0,70-0,95 2,0
2 Daerah Pinggiran Kota 0,60-0,70 1,5
3 Daerah Industry 0,60-0,90 1,2
4 Pemukiman Padat 0,40-0,60 2,0
5 Pemukiman Tidak Padat 0,40-0,60 1,5
6 Taman dan Kebun 0,40-0,60 0,2
7 Persawitan 0,45-0,60 0,5
8 Perbukitan 0,70-0,80 0,4
9 Pegunungan 0,75-0,95 0,3
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2006)

e. Debit Banjir
Untuk menghitung debit aliran (Q) dapat dihitung dengan rumus :
1
Q= x Cw x I x A......................................................................... 2. 78
3.6

Dimana :
Q = Debit a;iran (m3 /detik)
Cw = Koefisien pengaliran rata – rata 94
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah layanan (km2 )
104

2.10.3 Gorong–gorong (Culvert)


Pada drainase jalan, gorong–gorong berfungsi sebagai penerus aliran dari
saluran samping ke tempat pembuangan, gorong–gorong ditempatkan melintang
jalan di beberapa lokasi sesuai kebutuhan.
Tipe dan bahan gorong–gorong yang permanen dapat dilihat pada Tabel 2.
49 dengan desain umur rencana untuk periode ulang untuk perencanaan gorong–
gorong disesuaikan dengan fungsi jalan tempat gorong–gorong berlokasi
 Jalan Tol = 25 tahun
 Jalan Arteri = 10 tahun
 Jalan Kolektor = 7` tahun
 Jalan Lokal =5 tahun
Perhitungan gorong–gorong mengambil asumsi sebagai saluran terbuka
dan dimensi gorong–gorong harus memperkirakan debit yang masuk gorong–
gorong tersebut. Dimensi gorong–gorong minimum dengan diameter 80 cm
dengan kedalaman minimum 1 m – 1,5 m tergantung tipe.
Tabel 2. 48 Tipe Penampang Gorong–gorong
No. Tipe Gorong-gorong Bahan yang dipakai
Metal gelombang, beton
bertulang atau beton
1 Pipa tunggal atau lebih
tumbuk, besi cor dan lain–
lain
2 Pipa lengkung tunggal atau lebih Metal gelombang
3 Gorong – gorong persegi (Boxculvert) Beton bertulang
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2006)
105

Tabel 2. 49 Tabel Minimum Lining (Dinding) Saluran


Jenis Saluran Tebal Minimum (cm)
Pasangan batu 30
Beton tumbuk (saluran kecil) 8
Beton tumbuk (saluran besar) 10
Beton bertulang 7
Beton ferrocement 3
Pasangan semen tanah dipadatkan (saluran kecil) 10
Pasangan semen tanah dipadatkan (saluran besar) 15

Berdasarkan standar gorong–gorong persegi single beton bertulang dari


Bina Marga panjang gorong–gorong persegi merupakan lebar jalan ditambah dua
kali lebar bahu jalan dan dua kali tebal dinding sayap. Konstruksi gorong–gorong
persegi beton bertulang ini direncanakan dapat menampung berbagai variasi lebar
perkerasan sehingga pada prinsipnya panjang gorong–gorong persegi adalah
bebas, tetapi pada perhitungan volume dan berat besi tulangan diambil terbatas
dengan lebar perkerasan yang umum, yaitu 3,5;4,5;6 dan 7 meter.
106

Dimensi gorong–gorong persegi beton bertulang direncanakan seperti pada


Tabel 2.50 berikut ini :

Tabel 2. 50 Ukuran Dimensi Gorong–gorong


Tipe Single
L T H
100 100 16
100 150 17
100 200 18
200 100 22
200 150 23
200 200 25
200 250 26
200 300 28
300 150 28
300 200 30
300 250 30
300 300 30
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997)

2.11 Desain Dimensi Saluran Samping dan Gorong – gorong


Pada perencanaan saluran terbuka secara hidrolika, jenis aliran yang terjadi
adalah aliran terbuka, yaitu pengaliran air dengan permukaan bebas. Perencanaan
ini digunakan untuk perencanaan saluran samping jalan maupun gorong–gorong.
Bahan bangunan saluran ditentukan oleh besarnya kecepatan rencana aliran air
yang mengalir di saluran samping tersebut. Sedangkan besarnya kemiringan
saluran memanjang ditentukan berdasarkan bahan yang digunakan.
107

Tabel 2. 51 Kemiringan Saluran Memanjang Berdasarkan Jenis Material


No. Jenis material Kemiringan Saluran (%)
1 Tanah asli 0–5
2 Kerikil 5 – 7,5
3 Pasangan >7,5
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2006)

Tabel 2. 52 Kecepatan Aliran Air yang Diijinkan Berdasarkan Jenis Material


Kecepatan Aliran Alir
No. Jenis Bahan
yang Diijinkan (m/detik)
1 Pasir halus 0,45
2 Lempung kepasiran 0,50
3 Lanau aluvial 0,60
4 Kerikil halus 0,75
5 Lempung kokoh 1,10
6 Lempung padat 1,20
7 Kerikil kasar 1,50
8 Batu-bata besar 1,50
9 Pasangan batu 1,50
10 Beton 1,50
11 Beton bertulang 1,50
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2006

a. Desain Saluran Samping

Gambar 2. 43 Penampang Saluran Berbentuk Trapesium


108

Perhitungan dimensi saluran dilakukan dengan menggunakan rumus


Manning :
2 1
1
� = � � �3 � �2 ........................................................................................ 2. 79

� = � � �................................................................................................ 2. 80

�=� ...................................................................................................2. 81

�= 0,5ℎ.............................................................................................. 2. 82

Rumus Penampang Ekonomis :


� + 2 �ℎ = 2 ℎ �2 + 1........................................................................2. 83
Dimana :
V = Kecepatan aliran dalam saluran (m/detik)
R = Radius hidrolis (m)
S = Kemiringan saluran (%)
A = Luas penampang basah saluran (m2 )
P = Keliling basah saluran (m)
Q = Debit aliran (m3 /detik)
n = Koefisien kekasaran Manning (Tabel 2.40)
w = Tinggi jagaan (m)
B = Lebar saluran (m)
m = Perbandingan kemiringan talud
h = Tinggi muka air (m)
109

b. Dimensi Gorong–gorong Berbentuk Persegi (Box culvert)

Gambar 2. 44 Dimensi Gorong–gorong Berbentuk Persegi (Box culvert)


� = ...................................................................................................2. 84

� = 2ℎ................................................................................................ 2. 85
� = � � ℎ.............................................................................................2. 86
�= 0,5 ℎ........................................................................................2. 87
Dimana :
V = Kecepatan aliran dalam saluran (m/detik)
Q = Debit aliran (m3 /detik)
A = Luas penampang basah saluran (m2 )
w = Tinggi jagaan (m)
b = Tinggi penampang saluran (m)
I = Lebar saluran (m)
h = Tinggi muka air (m)
110

Tabel 2. 53 Koefisien Kekasaran Manning

(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2006)

2.12 Manajemen Proyek


Untuk menyelesaikan suatu pekerjaan konstruksi yang tepat diperlukan
adanya hubungan ketergantungan antar bagian-bagian pekerjaan dengan pekerjaan
lainnya. Oleh karena itu dengan adanya pengolahan proyek maka pekerjaan yang
akan dikerjakan dapat sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pengolahan proyek harus diatur secara baik agar pelaksanaan proyek
berjalan sesuai dengan aturan, maka dari itu diperlukan pengaturan manajemen
proyek dan perhitungan anggaran biaya proyek.
Manajemen proyek adalah semua kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian sumber daya untuk mencapai tujuan proyek yang tepat biaya, tepat
111

mutu dan tepat waktu. Ada banyak faktor yang mempengaruhi lancarnya 128
pelaksanaan suatu proyek konstruksi. Salah satunya adalah ketersediaan dana
untuk membiayai pelaksanaan proyek konstruksi. Dalam industri konstruksi,
estimasi biaya adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan
perkiraan biaya yang akan digunakan untuk merealisasikan suatu proyek
konstruksi. Proyek konstruksi dilakukan melalui beberapa tahapan yang
membutuhkan rentang waktu tertentu sehingga estimasi biaya sangat dibutuhkan.
Suatu proyek konstruksi akan sulit terwujud apabila tidak tersedia cukup dana
untuk membiayainya. Sebaliknya, suatu proyek konstruksi akan berjalan lancar
apabila dana yang dibutuhkan terpenuhi.
Besarnya estimasi biaya yang diperlukan untuk merealisasikan suatu proyek
konstruksi harus sudah diketahui terlebih dahulu sebelum proyek berjalan agar
dana yang dibutuhkan untuk melaksanakan proyek tersebut dapat dipersiapkan.
Apabila dana untuk pelaksanaan proyek sudah dipersiapkan sejak awal maka
kemungkinan terhentinya proyek di tengah jalan akibat kekurangan dana dapat di
minimalisir.
Pengetahuan mengenai biaya proyek yang akan dilaksanakan sangat penting
bagi para kontraktor dan pemilik proyek. Bagi para kontraktor, pengetahuan
tersebut bermanfaat untuk menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB). Apabila
suatu RAB memiliki nilai yang lebih jauh besar dari pada estimasi biaya maka
hampir dapat dipastikan kontraktor telah melakukan mark up (pembengkakan)
biaya proyek. Sedangkan apabila suatu RAB memiliki nilai yang jauh lebih kecil
dari pada estimasi biaya maka bangunan yang akan dihasilkan kemungkinan tidak
memiliki kualitas sebagaimana yang diharapkan.
Agar suatu estimasi/perkiraan mendekati suatu kebenaran (optimal),
diperlukan pengetahuan teknik dan berbagai pengetahuan kerekayasaan konstrusi,
rekayasa konstruksi, rekayasa manajement konstruksi, sebagaimana dalam definisi
yang dikemukakan oleh AACE (The American Association of Cost Engineering)
yang mengatakan bahwa : “Cost Engineering” adalah area dari kegiatan
engineering dimana pengalaman dan pertimbangan engineering dipakai pada
112

aplikasi–aplikasi prinsip –prinsip teknik dan ilmu pengetahuan di dalam masalah


perkiraan biaya dan pengendalian biaya.
Untuk memperkirakan biaya konstruksi perkerasan jalan raya diperlukan
desain tebal perkerasan, bahan, tenaga kerja,dan peralatan, hal tersebut memegang
peranan penting dalam menentukan nilai estimasi biaya. Kualitas suatu estimasi
proyek tergantung pada tersedianya data dan informasi, teknik atas metode yang
digunakan serta kecakapan dan pengalaman estimator. Tersedianya data dapat
menambah keakuratan hasil estimasi biaya proyek yang dihasilkan. Keakuratan
pekerjaan estimasi tergantung dari estimator yang membuat estimasi biaya. Fungsi
dari estimasi biaya dalam industri konstruksi adalah :
a. Untuk melihat apakah perkiraan biaya konstruksi dapat terpenuhi dengan
biaya yang ada.
b. Untuk mengatur aliran dana ketika pelaksanaan konstruksi sedang berjalan.
c. Untuk kompetensi pada saat proses penawaran.
Pada proyek konstruksi estimasi biaya selain dibuat oleh masing–masing
pelaku jasa konstruksi sesuai dengan tahapan proyek konstruksi tersebut, juga
dibuat oleh owner sebagai dasar memperkirakan harga proyek konstruksi terutama
pada tahap pelaksanaan, sehingga dalam prakteknya terdapat beberapa istilah
estimasi yang didasarkan pada pembuatan estimasi tersebut.
1. Estimasi yang dibuat oleh pemilik, yang lebih pada umumnya disebut
Owner Estimate (OE) digunakan oleh pemilik sebagai patokan biaya untuk
menentukan kelanjutan investasi, patokan/pembanding dengan harga
penawaran, analisa harga satuan yang akan diajukan oleh kontraktor dan
untuk patokan/pembanding dengan analisa harga satuan, serta RAB yang
dibuat oleh konsultan.
2. Estimasi yang dibuat oleh konsultan kelayakan digunakan untuk
memperkirakan harga konstruksi sebagai suatu investasi (biaya yang
dikeluarkan antara lain biaya pembangunan gedungnya, pembebasan tanah,
pengadaan peralatan utama dan lain sebagainya) dan selanjutnya akan
dihitung dengan teori–teori perhitungan ekonomi investasi bahwa proyek
konstruksi tersebut layak untuk dibangun.
113

3. Estimasi yang dibuat oleh konsultan perencana yang pada umumnya disebut
dengan Engineering Estimate (EE) adalah rencana anggaran biaya (RAB)
merupakan hasil kerja konsultan selain gambar rencana dan spesfikasi. RAB
dibuat berdasarkan hasil survey lapangan, berkaitan dengan kriteria desain
dan metode pelaksanaan. Perkiraan biaya (RAB) ini merupakan dokumen
pemilik (rahasia) yang selanjutnya sebagai pembanding harga yang akan
ditawarkan oleh kontraktor pada saat lelang
4. Estimasi yang dibuat oleh kontraktor pada umumnya disebut dengan
Contractor Estimate (CE) atau Bid Price, digunakan kontraktor untuk
mengajukan penawaran kepada pemilik, dengan keuntungan yang cukup
memadai bagi kontraktor.

Sumber informasi terbaik adalah pengalaman perusahaan dari proyek–


proyek yang pernah dikerjakan antara lain. Informasi mengenai jumlah material
yang terpakai, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk suatu jenis pekerjaan.
Sebagaimana tahapan proyek konstruksi data dan informasi akan semakin lengkap
dari tahap studi kelayakan sampai dengan tahap pelaksanaan, atau dalam arti
kualitas perkiraan biaya akan semakin mendekati ketepatannya. Terdapat
beberapa jenis estimasi yang didasarkan pada cara memperkirakan biaya suatu
konstruksi, yaitu :
a. Estimasi kelayakan adalah sebagaiman tujuan dari tahap studi kelayakan
adalah untuk menentukan apakah bangunan tersebut layak dibangun, maka
memperkirakan biaya konstruksinya berdasarkan membandingkan dengan
bangunan yang identik, dapat termsuk di dalamnya adalah biaya
pembebasan tanah, namun untuk biaya bangunan dapat digunakan dengan
cara estimasi lapangan.
b. Estimasi konseptual adalah memperkirakan biaya suatu bangunan
berdasarkan satuan volume bangunan atau faktor yang lain, dengan patokam
harga yang didasarkan pada bangunan yang identik. Pada estimasi
konseptual telah tersedia gambar lengkap ataupun belum lengkap. Beberapa
metode estimasi konseptual sebagai berikut:
114

1.) Metode Satuan Luas (m2 ), metode ini mengandalkan data dari proyek
sejenis yang pernah dibangun. Metoda ini bersifat garis besar dan
ketelitiannya rendah.
2.) Metode Satuan Isi (m3 ) dapat dipakai pada bangunan dimana volume
sangat dipentingkan. Metoda ini hanya dapat diandalkan untuk fase
awal perencanaan dan perancangan untuk bangunan yang kurang lebih
identik.
3.) Metode Harga Satuan Fungsional, yang menggunakan fungsi dari
fasilitas sebagai dasar penetapan biaya.
4.) Metode Faktorial, dapat digunakan pada proyek bertipe sama. Metode
ini berguna untuk proyek–proyek yang mempunyai kompenen utama
sama. Biaya kompenen utama ini akan berfungsi sebagai faktor dasar
1.00. Semua komponen yang lain harganya merupakan fungsi dari
komponen utama.
5.) Metode Sistematis (Elemental Estimate atau Parametric Estimate),
dimana proyek dibagi atas sistem fungsionalnya. Harga satuan
ditentukan oleh penjualan tiap harga satuan elemen dalam setiap sistem
atau mengalikan dengan data faktor pengali yang ada.

2.13 Rencana Anggaran Biaya (RAB)


RAB (Rencana Anggaran Biaya) adalah perkiraan atau perhitungan biaya
yang diperlukan untuk tiap-tiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi baik
upah maupun bahan dalam sebuah proyek pekerjaan proyek konstruksi, baik
rumah, gedung, jembatan, jalan,bandara, pelabuhan dan lain-lain, sehingga kita
memperoleh biaya total yang diperlukan dalam menyelesaikan proyek tersebut.
RAB sangat dibutuhkan dalam sebuah proyek konstruksi agar proyek dapat
berjalan dengan efisien kena dana yang cukup. Anggaran biaya merupakan harga
dari bahan bangunan yang dihitung dengan teliti, cermat dan memenuhi syarat.
Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda di masing-masing
daerah, disebabkan karena perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja. Secara
umum ada 4 fungsi utama dari Rencana Anggaran Biaya (RAB) :
115

a. Menetapkan jumlah total biaya pekerjaan yang menguraikan masingmasing


item pekerjaan yang akan dibangun. RAB harus menguraikan jumlah semua
biaya upah kerja, material, dan peralatan termasuk biaya lainnya yang
diperlukan misalnya perizinan, kantor atau gudang sementara, fasilitas
pendukung misalnya air, dan listrik sementara.
b. Menetapkan daftar dan jumlah material yang di butukan. Dalam RAB harus
dipastikan jumlah masing-masing material di setiap komponen pekerjaan.
Jumlah material didasarkan dari volume pekerjaan, sehingga kesalahan
perhitungan volume setiap komponen pekerjaan akan mempengaruhi jumlah
material yang dibutuhkan. Daftar dan jenis material yang tertuang dalam
RAB menjadi dasar pembelian material ke Supplier.
c. Menjadi dasar untuk penunjukan/pemilihan kontraktor pelaksana.
Berdasarkan RAB yang ada, maka akan diketahui jenis dan besarnya
pekerjaan yang akan dilaksanakan. Dari RAB tersebut akan kelihatan
pekerja dan kecakapan apa saja yang dibutuhkan. Berdasarkan RAB tersebut
akan diketahui apakah cukup diperlukan satu kontraktor pelaksana saja atau
apakah diperlukan untuk memberikan suatu pekerjaan kepada subkontraktor
untuk menangani pekerjaan yang dianggap perlu dengan spesialis khusus.
d. Peralatan-peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan akan
diuraikan dalam estimasi biaya yang ada. Seorang estimator harus
memikirkan bagaimana pekerjaan dapat berjalan secara mulus dengan
menentukan peralatan apa saja yang dibutuhkan dalam pekerjaan tersebut.
Dari RAB juga dapat diputuskan peralatan yang dibutuhkan apakah perlu
dibeli langsung atau hanya perlu dengan sistem sewa. Kebutuhan peralatan
dispesifikasikan berdasarkan jenis, jumlah dan lama pemakaian sehingga
dapat diketahui berapa biaya yang diperlukan. Rencana anggaran biaya
meliputi Rencana Kerja dan Syarat–Syarat (RKS), perhitungan sewa alat,
rencana anggaran biaya (RAB), Rekapitulasi Biaya.
1. Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
Penyusunan rencana kerja dan syarat merupakan penjelasan tertulis
perencanaan secara keseluruhan yang meliputi:
116

a. Keterangan mengenai pekerjaan


b. Keterangan mengenai pemberian tugas
c. Keterangan mengenai perancangan
d. Keterangan mengenai pengawas bangunan
2. Daftar Harga Satuan Bahan dan Upah
Daftar satuan bahan dan upah dalah harga yang dikeluarkan oleh Dinas
Pekerjaan Umum Bina Marga, tempat proyek ini berada karena toidak
setiap daerah memiliki standar yang sama. Penggunaan daftar upah ini
juga merupakan pedoman untuk menghitung rancangan anggaran biaya
pekerjaan dan upah yang dipakai kontraktor. Adapun harga satuan bahan
dan upah adalah satuan harga yang termasuk pajak–pajak.
3. Analisa Satuan Harga Pekerjaan
Analisa harga satuan pekerjaan adalah suatu cara perhitungan harga
satuan pekerjaan konstruksi yang dijabarkan dalam perkalian kebutuhan
bahan bangunan, upah kerja, dan peralatan dengan harga bahan bangunan,
standar pengupahan pekerja dan harga sewa/beli peralatan untuk
menyelesaikan per satuan pekerjaan konstruksi. Analisa harga satuan
pekerjaan ini dipengaruhi oleh angka koefisien yang menunjukkan nilai
satuan bahan/material, nilai satuan alat, dan nilai satuan upah tenaga
kerja ataupun satuan pekerjaan yang dapat digunakan sebagai
acuan/panduan untuk merencanakan atau mengendalikan biaya suatu
pekerjaan. Untuk harga bahan material didapat dipasaran, yang kemudian
dikumpulkan didalam suatu daftar yang dinamakan harga satuan
bahan/material, sedangkan upah tenaga kerja didapatkan di lokasi
setempat yang kemudian dikumpulkan dan didata dalam suatu daftar
yang dinamakan daftar harga satuan upah tenaga kerja. Harga satuan
yang didalam perhitungannya haruslah disesuaikan dengan kondisi
lapangan, kondisi alat/efisiensi, metode pelaksanaan dan jarak angkut.
117

2.14 Rencana Kerja (Time Schedule)


Untuk penyelesaian suatu pekerjaan konstruksi diperlukasn perencanaan
yang tepat untuk menyelesaikan tiap–tiap pekerjaan yang ada. Perencanaan kerja
proyek meliputi pembuatan Network Planning (NWP) untuk mengetahui
hubungan antar pekerjaan pada proyek, pembuatan Barchart untuk
mengidentifikasi unsur waktu dan urutan pelaksanaan pekerjaan sehingga
pengaturan pemakaian alat dan bahan antar pekerjaan tidak saling mengganggu
dan kurva “S” untuk mengetahui bobot tiap pekerjaan.
Rencana kerja memberikan informasi pembagian waktu secara rinci untuk
masing-masing bagian pekerjaan dari pekerjaan awal sampai pekerjaan akhir.
Manfaat dan kegunaan rencana kerja sebagai berikut :
a. Alat koordinasi bagi pemimpin
b. Pedoman kerja para pelaksana
c. Pemimpin kemajuan pekerjaan
d. Evaluasi hasil pekerjaan

2.13.1 Network Planning (NWP)


Adanya network ini menjadikan sistem manajemen dapat menyusun
perencanaan penyelesaian proyek dengan waktu dan biaya yang paling efisien. Di
samping itu network juga dapat dipergunakan sebagai alat pengawasan yang
cukup baik untuk menyelesaikan proyek tersebut. Diagram network merupakan
kerangka penyelesaian proyek secara keseluruhan, ataupun masing-masing
pekerjaan yang menjadi bagian daripada penyelesaian proyek secara
keseluruhan.Pada prinsipnya network dipergunakan untuk perencanaan
penyelesaian berbagai macam pekerjaan terutama pekerjaan yang terdiri atas
berbagai unit pekerjaan yang semakin sulit dan rumit.
Menurut Sofwan Badri (1997 : 13) dalam bukunya “Dasar-Dasar Network
Planning” adalah sebagai berikut : “Network planning pada prinsipnya adalah
hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan (variabel) yang
digambarkan dalam diagram network”. Dengan demikian diketahui bagian-bagian
pekerjaan mana yang harus didahulukan, bila perlu dilembur (tambah biaya),
118

pekerjaan mana yang menunggu selesainya pekerjaan yang lain, pekerjaan mana
yang tidak perlu tergesa-gesa sehingga alat dan tenaga dapat digeser ke tempat
lain demi efesiensi.
Sedangkan menurut (Soetomo Kajatmo (1977: 26)) adalah : “Network
planning merupakan sebuah alat manajemen yang memungkinkan dapat lebih luas
dan lengkapnya perencanaan dan pengawasan suatu proyek”. Adapun definisi
proyek itu sendiri adalah suatu rangkaian kegiatan-kegiatan (aktivitas) yang
mempunyai saat permulaan dan yang harus dilaksanakan serta diselesaikan untuk
mendapatkan tujuan tertentu.
Pengertian lainnya yang dikemukakan oleh (Tubagus Haedar Ali (1995:
38)) yaitu: “Network planning adalah salah satu model yang digunakan dalam
penyelenggaraan proyek yang produknya adalah informasi mengenai
kegiatankegiatan yang ada dalam network diagram proyek yang bersangkutan.
Adapun kegunanaan dari NWP ini adalah :
a. Dapat memfokuskan perhatian pada hal-hal yang kritis yang mungkin
terjadi pada pelaksanaan sebuah pekerjaan konstruksi.
b. Mengarahkan seorang pimpinan mengambil keputusan dan mengelola
resources (sumber daya) dalam usaha mempercepat selesainya proyek.
Resources yang dibutuhkan dapat berupa orang, peralatan dan juga
fasilitas-fasilitas khusus untuk mengerjakan proyek tersebut.
c. Memudahkan koordinasi dengan orang–orang atau lembaga yang terlibat.
d. Memudahkan pengawasan dan pengendalian.
e. Pedoman bagi para pelaksana pekerjaan sebuah proyek.

Sebelum menggambar diagram NWP ada beberapa hal yang perlu kita
perhatikan, antara lain:
a. Panjang, pendek maupun kemiringan anak panah sama sekali tidak
mempunyai arti, dalam pengertian pekerjaan, banyaknya durasi maupun
resources yang dibutuhkan.
b. Aktifitas-aktifitas apa yang mendahului dan aktifitas-aktifitas apa yang
mengikuti.
119

c. Aktifitas-aktifitas apa yang dapat dilakukan bersama-sama.


d. Aktifitas-aktifitas itu dibatasi mulai dan selesai.
e. Waktu, biaya dan resources yang dibutuhkan aktifitas-aktifitas itu,
kemudian mengikutinya.
f. Taksiran waktu penyelesaian setiap pekerjaan. Biasanya memakai waktu
rata-rata berdasarkan pengalaman. Jika proyek itu baru sama sekali
biasanya diberikan.
g. Kepala anak panah menjadi arah pedoman dari setiap kegiatan.
h. Besar kecilnya lingkaran juga tidak mempunyai arti dalam pengertian
penting tidaknya suatu peristiwa.

Gambar 2. 45 Network Planning

Keterangan :

1. (Arrow), bentuk ini merupakan anak panah yang artinya


aktifitas atau kegiatan. Simbol ini merupakan pekerjaan atau tugas
dimana penyelesaiannya membutuhkan jangka waktu tertentu dan
resources tertentu. Anak panah selalu menghubungkan dua buah nodes,
arah dari anak – anak panah menunjukkan urutan – urutan waktu.

2. (Node/event), bentuknya merupakan lingkaran bulat yang


artinya saat, peristiwa atau kejadian. Simbol ini adalah permulaan atau
akhir dari suatu kegiatan
120

3. (Double Arrow), anak panah sejajar merupakan kegiatan


dilintasan kritis (critical path).

4. (Dummy), bentuknya merupakan anak panah putus-putus


yang artinyam, keigiatan semu atau aktifitas semu. Yang dimaksud
dengan aktifitas semua adalah aktifitas yang tidak memakan waktu.

5. (Event/kejadian), Event adalah saat dimulainya atau


berakhirnya suatu kegiatan. Simbol yang digunakan biasanya berupa
lingkaran atau ellips. Ruangan sebelah kiri digunakan untuk memberi
identitas dari event itu, biasanya berupa bilangan (tak berdimensi).
Ruangan kanan digunakan kapan terjadinya kejadian itu, bagian kanan
atas menunjukkan kapan paling cepat saat itu terjadi (EET = Earliest
Event Time) dan kanan bawah menunjukkan paling lambat saat itu boleh
terjadi (LET = Latest Event time). Setiap kegiatan selalu dimulai oleh
sebuah event (disebut start event atau saat dimulai) dan berakhir pada
event lain (disebut finísh event atau saat selesai). Event tidak
membutuhkan waktu.
6. A,...,L merupakan kegiatan sedangkan La,Lb,Lc,Ld,Le,Lf,Lg dan Lh
merupakan durasi dari kegiatan tersebut.

2.13.2 Barchart
Diagram barchart merupakan suatu yang erat hubungannya dengan NWP,
barchart ditunjukkan dengan diagram batang yang dapat menunjukkan waktu
pelaksanaan. Disamping itu dapat menunjukkan lamanya pemakaian alat dan
bahan yang diperlukan dan pengaturan hal–hal tersebut agar tidak terganggu
pelaksanaan pekerjaan.
121

Gambar 2. 46 Barchart

2.13.3 Kurva S
Kurva S adalah suatu kurva yang disusun untuk menunjukkan hubungan
antara nilai komulatif biaya atau jam orang (man hours) yang telah digunakan
atau persentase (%) penyelesaian pekerjaan terhadap waktu. Dengan demikian
pada kurva S dapat digambarkan kemajuan volume pekerjaan yang diselesaikan
sepanjang berlangsungnya proyek. Oleh karena itu pengendalian proyek dengan
memanfaatkan Kurva S sering kali digunakan dalam pengendalian suatu proyek.
Pada Kurva “S” sumbu horizontal menunjukkan waktu kalender, dan sumbu
vertikal menunjukkan nilai kumulatif biaya atau persentase penyelesaian
pekerjaan.

Gambar 2. 47 Kurva S
BAB III
PERHITUNGAN KONSTRUKSI

3.1 Tinjauan Umum


Dalam merencanakan geometrik dan tebal perkerasan pada suatu ruas jalan
diperlukan kelengkapan dan keakuratan data agar dapat memberikan alternatif
jalan yang terbaik. Sebelum melakukan perhitungan awal dilakukan penentuan
trase jalan untuk menentukan rute jalan yang akan dibuat.
Data yang diperoleh harus diolah dengan baik sesuai standar perencanaan
yang berlaku. Adapun perhitungan yang akan diuraikan pada bab ini adalah
sebagai berikut :
1. Penentuan parameter perencanaan
a. Penentuan titik koordinat
b. Penentuan panjang garis tangen
c. Penentuan sudut azimuth dan sudut bearing
d. Perhitungan klasifikasi dan kelas jalan
e. Penentuan medan jalan
f. Penentuan kriteria perencanaan
2. Perhitungan tikungan horizontal
g. Perhitungan tikungan
h. Perhitungan pelebaran perkerasan pada tikungan
i. Perhitungan kebebasan samping pada tikungan
j. Perhitungan kontrol overlapping
k. Penentuan titik stasioning
3. Perhitungan alinyemen vertikal
4. Perhitungan tebal perkerasan jalan kaku (rigid pavement)
5. Perhitungan saluran drainase dan gorong-gorong persegi (box culvert)
6. Perhitungan galian dan timbunan

122
123

3.2 Perhitungan Alinyemen Horizontal


Perhitungan alinyemen horizontal dilakukan untuk mendapatkan gambaran
jalan yang tegak lurus. Dalam perhitungan alinyemen horizontal terdapat
beberapa komponen bagian yang harus dihitung, yaitu adalah sebagai berikut.

3.2.1 Menentukan Titik Koordinat


Berdasarkan gambar trase jalan rencana yang telah dibuat, maka dapat
ditentukan titik koordinat. Adapun titik koordinat dari jalan Bts Jambi –
Peninggalan yang diperoleh dari cilvil 3D dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3. 1 Titik Kooordinat

Koordinat
Titik
X Y
A 347256,7700 9787532,2200
PI.1 346782,0439 9788054,4865
PI.2 346225,6918 9788455,1007
PI.3 346213,0612 9789398,4241
PI.4 346104,9022 9790110,1350
PI.5 345619,0152 9790313,2528
PI.6 345154,1307 9790596,8048
PI.7 344528,8767 9790675,1792
PI.8 344013,2578 9790944,3098
PI.9 343482,0819 9791307,7898
PI.10 343657,9766 9791880,3389
PI.11 343200,4107 9792436,9427
PI.12 342560,1538 9792847,6828
B 342067,7800 9793542,7400
124

3.2.2 Menghitung Panjang Garis Tangen

Gambar 3. 1 Trase Rencana

Dalam perencanaan suatu geometrik perlu diketahui nilai jarak yang akan
digunakan dalam perhitungan tikungan. Dengan mengetahui titik-titik koordinat
di setiap tikungan, maka dapat menentukan jarak trase dari titik A (awal proyek)
ke titik B (akhir proyek).
Jarak titik A dengan titik P1 dengan rumus 2.16
dA – PI.1 = (XA − XPI. 1)2 + ( YA − YP. 1)2
125

Keterangan : dA – PI.1 = Jarak antara titik A dengan PI.1


XPI.1 = Koordinat titik PI.1 pada sumbu X
XA = Koordinat titik A pada sumbu X
YPI.1 = Koordinat titik PI.1 pada sumbu Y
YA = Koordinat titik A pada sumbu Y

Perhitungan :
a Jarak titik A ke titik PI.1

PI.1 (346782,0439 ; 9788054,4865)

A (347256,7700; 9787532,2200 )

d1 = (XA − XPI. 1)2 + ( YA − YPI. 1)2


= 347256,7700 − 346782,0439 2 + 9787532,2200 − 9788054,4865 2

= 705,781 m

b Jarak titik PI.1 ke titik PI.2

PI.2 (346782,0439; 9788054,4865 )

PI.1 (346782,0439 ; 9788054,490)


126

d2 = (XPI. 1 − XPI. 2)2 + ( YPI. 1 − YPI. 2)2


= 346782,0439 − 346782,0439 2 + 9788054,4865 − 9788054,4865 2 \
= 685,580 m

c Jarak PI.2 ke titik PI.3


PI.3 (346213,0612 ; 9789398,4241)

PI.2 (346225,6918 ; 9788455,1007)

d3 = (XPI. 2 − XPI. 3)2 + ( YPI. 2 − YPI. 3)2


= 346225,6918 − 346213,0612 2 + 9788455,1007 − 9789398,4241 2

= 943,408 m

d Jarak PI.3 ke titik PI.4

PI.4 (346104,9022 ; 9790110,1350)

PI.3 (346213,0612 ; 9789398,4241)


127

d4 = (XPI. 3 − XPI. 4)2 + ( YPI. 3 − YPI. 4)2


= 346213,0612 − 346104,9022 2 + 9789398,4241 − 9790110,1350 2

= 719,882 m

e Jarak PI.4 ke titik PI.5

PI.5 (345619,0152 ; 9790313,2528 )

PI.4 (346104,9022 ; 9790110,1350)

d5 = (XPI. 4 − XPI. 5)2 + ( YPI. 4 − YPI. 5)2


= 346104,9022 − 345619,0152 2 + 9790110,1350 − 9790313,2528 2

= 526,634 m

f Jarak PI.5 ke titik PI.6

PI.6 (345154,1307 ; 9790596,8048 )

PI.5 (345619,0152 ; 9790313,2528 )

d6 = (XPI. 5 − XPI. 6)2 + ( YPI. 5 − YPI. 6)2

= 345619,0152 − 345154,1307 2 + 9790313,2528 − 9790596,8048 2

= 544,536 m

g Jarak PI.6 ke titik PI.7


128

PI.7 (344528,8767 ; 9790675,1792 )

PI.6 (345154,1307; 9790596,8048 )

d7 = (XPI. 6 − XPI. 7)2 + ( YPI. 6 − YPI. 7)2


= 345154,1307 − 344528,8767 2 + 9790596,8048 − 9790675,1792 2

= 630,147 m

h Jarak PI.7 ke titik PI.8

PI.8 (344013,2578; 9790944,3098)

PI.7 (344528,8767; 9790675,1792)

d8 = XPI. 7 – XPI. 8 2 + YPI. 7 – YPI. 8 2

= 344528,8767 − 344013,2578 2 + 9790675,1792 − 9790944,3098 2

= 581,631 m

i Jarak PI.8 ke titik PI.9

PI.9 (343482,0819 ; 9791307,7898 )

PI.8 (344013,2578 ; 9790944,3098)


129

d9 = (XPI. 8 − XPI. 9)2 + ( YPI. 8 − YPI. 9)2


= 344013,2578 − 343482,0819 2 + 9790944,3098 − 9791307,7899 2

= 643,635 m

j Jarak PI.9 ke titik PI.10

PI.10 (343657,9766; 9791880,3389)

PI.9 (343482,0819 ; 9791307,7898 )


)
d10 = (XPI. 9 − XPI. 10)2 + ( YPI. 9 − YPI. 10)2
= 343482,0819 – 343657,9766 2 + 9791307,790 − 9791880,3389 2

= 598,959 m

k Jarak PI.10 ke titik PI.11

PI.11 (343200,4107 ; 9792436,9427 )

PI.10 (343657,9766; 9791880,3389 )


130

d11 = (XPI. 10 − XPI. 11) 2 + ( YPI. 10 − YPI. 11)2


= 343657,9766 − 343200,4107 2 + 9791880,3389 − 9792436,9427 2

= 720,538 m

l Jarak PI.11 ke titik PI.12

PI.12 (342560,1538 ; 9792847,6828 )

PI.11 (343200,4107 ; 9792436,9427)

d12 = (XPI. 11 − XPI. 12)2 + ( YPI. 11 − YPI. 12)2


= 343200,4107 − 342560,1538 2 + 9792436,9427 − 9792847,6828 2

= 760,681 m

m Jarak PI.12 ke titik B

B (342067,7800 ; 9793542,7400 )

PI.12 (342560,1538 ; 9792847,6828 )


131

d13 = (XPI. 12) − XPB2 + ( YPI. 12 − YPB)2


= 342560,1538 − 342067,7800 2 + 9792847,6828 − 9793542,7400 2

= 851,784 m
Tabel 3. 2 Perhitungan Jarak Trase Jalan
Titik Jarak
A – PI.1 705,781
PI.1 – PI.2 685,580
PI.2 – PI.3 943,408
PI.3 – PI.4 719,882
PI.4 – PI.5 526,634
PI.5 – PI.6 544,536
PI.6 – PI.7 630,147
PI.7 – PI.8 581,631
PI.8 – PI.9 643,635
PI.9 – P1I.0 598,959
PI.10 – PI.11 720,538
PI.11 – PI.12 760,681
PI.12 – B 851,784

3.2.3 Perhitungan Sudut Azimuth dan Susut Antara Dua Tangen (∆)
Dalam perencanaan suatu geometrik, perlu dilakukan perhitungan nilai
sudut antara dua tangen (Δ) dan sudut azimuth. Sebelum menghitung nilai Δ,maka
harus dilakukan perhitungan sudut azimuth terlebih dahulu.
Rumus 2.17
Xb − Xa
�1 = arc tan ( )
Ya − Yb
a. Pada Titik A – PI.1 – PI.2
A – P1 terletak pada Kuadran IV
132

(X X )
 αA−PI.1 = arc tg (YPI.1−−YA)
PI.1 A

(346782,0439−347256,7700)
= arc tg (9788054,4865− 9787532,2200)

= 42,270 °

 Sudut Azimuth (�) titik A – PI.1 = 360° − |��−��.1 |


= 360° − |42,270°|
= 317,730 °

PI.1 – PI.2 terletak pada Kuadran IV


(���.2− ���.1 )
 ���.1−��.2 = arc tg (���.2 −���.1 )
(346225,692−346782,0439)
= arc tg (9788455,1007−9788054,4865)

= 54,243 °

 Sudut Azimuth (�) titik PI.1 – A = 360° − | α��.1−��.2 |


= 360° − |54,243°|
= 305,757 °

 Sudut Bearing (∆) 1 = (� titik PI.1 – A) − (� titik A – PI.)


= 317,730° − 305,757°
= 11,973° (Tikungan Full Circle)
133

Gambar 3. 2 Sudut Azimuth 1

b. Pada titik PI.1 – PI.2 – PI.3


PI.1 – PI.2 terletak pada Kuadran IV
(���.2− ���.1 )
 ���.1−��.2 = arc tg (���.2 −���.1 )
(346225,6918−346782,0439)
= arc tg (9788455,1007−9788054,4865)

= 54,243 °
 Sudut Azimuth (�) titik PI.1 – PI.2 = 360° − | α��.1−��.2 |
= 360° − |54,243 °|
= 305,757 °

PI.2 – PI.3 terletak pada Kuadran IV


(���.3− ���.2 )
 ���.2−��.3 = arc tg (���.3 −���.2 )
(346213,0612−346225,6918)
= arc tg (9789398,4242−9788455,1007)

= 0,767 °
 Sudut Azimuth (�) titik PI.2 – PI.3 = 360° − | α��.2−��.3 |
= 360° − |0,767°|
= 359,233 °
134

 Sudut Bearing (∆) 2 = (� titik PI.2 – PI.3) − (� titik PI.1 –PI.2)


= 359,233 ° − 305,757 °
= 53,476°

Gambar 3. 3 SudutAzimuth 2

c. Pada titik PI.2 – PI.3 – PI.4


PI.2 – PI.3 terletak pada Kuadran IV
(� � )
 ���.2−��.3 = arc tg (���.3−−� ��.2)
��.3 ��.2

(346213,0612−346225,6918)
= arc tg (9789398,4241−9788455,1007)

= 0,767 °
 Sudut Azimuth (�) titik PI.2 – PI.3 = 360° − | α��.2−��.3 |
= 360° − |0,767°|
= 359,233 °

PI.3 – PI.4 terletak pada Kuadran IV


(� � )
 ���.3−��.4 = arc tg (���.4−−� ��.3)
��.4 ��.3

(346104,9022−346213,0612)
= arc tg (9790110,1350 −9789398,4241)

= 8,641 °
135

 Sudut Azimuth (�) titik PI.3 – PI.4 = 360° − | α��.3−��.4 |


= 360° − |8,641°|
= 351,359 °

 Sudut Bearing (∆) 3 = (� titik PI.2 – PI.3) − (� titik PI.3 – PI.4)


= 359,233 ° − 351,359 °
= 7,874 °

Gambar 3. 4 Sudut Azimuth 3

d. Pada titik PI.3 – PI.4 – PI.5


PI.3 – PI.4 terletak pada Kuadran IV
(� � )
 ���.3−��.4 = arc tg (���.4−−� ��.3)
��.4 ��.3

(346104,9022−346213,0612)
= arc tg (9790110,1350 −9789398,4241)

= 8,641 °

 Sudut Azimuth (�) titik PI.3 – PI.4 = 360° − | α��.3−��.4 |


= 360° − |8,641 °|
= 351,359 °
136

PI.4 – PI.5 terletak pada Kuadran IV


(� � )
 ���.4−��.5 = arc tg (���.5−−� ��.4)
��.5 ��.4

(345619,0152−346104,9022)
= arc tg (9790313,2528−9790110,1350 )

= 67,313 °
 Sudut Azimuth (�) titik PI.4 – PI.5 = 360° − | α��.4−��.5 |
= 360° − |67,313 °|
= 292,687 °

 Sudut Bearing (∆) 4 = (� titik PI.3 – PI.4) − (� titik PI.4 –PI.5)


= 351,359 ° − 292,687 °
= 58,672°

Gambar 3. 5 Sudut Azimuth 4

e. Pada titik PI.4 – PI.5 – PI.6


PI.4 – PI.5 terletak pada Kuadran IV
(� � )
 ���.4−��.5 = arc tg (���.5−−� ��.4)
��.5 ��.4

(345619,0152−346104,9022)
= arc tg (9790313,2528−9790110,1350 )

= 67,313 °
137

 Sudut Azimuth (�) titik PI.4 – PI.5 = 360° − | α��.4−��.5 |


= 360° − |67,313 °|
= 292,687 °

PI.5 –PI.6 terletak pada Kuadran IV


(� � )
 ���.5−��.6 = arc tg (���.6−−� ��.5)
��.6 ��.5

(345154,1307−345619,0152)
= arc tg (9790596,8048−9790313,2528)

= 58,619 °

 Sudut Azimuth (�) titik PI.5 – PI.6 = 360° − | α��.5−��.6 |


= 360° − |58,619 °|
= 301,381°

 Sudut Bearing (∆) 5 = (� titik PI.5 – PI.6) − (� titik PI.4 –PI.5)


= 301,381° − 292,687 °
= 8,694°

Gambar 3. 6 Sudut Azimuth 5


138

f. Pada titik PI.5 –PI.6 – PI.7


PI.5 –PI.6 terletak pada Kuadran IV
(� � )
 ���.5−��.6 = arc tg (���.6−−� ��.5)
��.6 ��.5

(345154,1307−345619,0152)
= arc tg (9790596,8048−9790313,2528)

= 58,619 °

 Sudut Azimuth (�) titik PI.5 – PI.6 = 360° − | α��.5−��.6|


= 360° − |58,619°|
= 301,381°

PI.6 – PI.7 terletak pada Kuadran IV


(� � )
 ���.6−��.7 = arc tg (���.7−−� ��.6)
��.7 ��.6

(344528,8767−345154,1307)
= arc tg (9790675,1792−9790596,8048)

= 82,855 °
 Sudut Azimuth (�) titik PI.6 – PI.7 = 360° − | α��.6|
= 360° − |82,855°|
= 277,145 °

 Sudut Bearing (∆) 6 = (� titik PI.5 – PI.6) – (� titik PI.6 – PI.7)


= 301,381° − 277,145°
= 24,236°
139

Gambar 3. 7 Sudut Azimuth 6

g. Pada titik PI.6 – PI.7 – PI.8


PI.6 – PI.7 terletak pada Kuadran IV
(� � )
 ���.6−��.7 = arc tg (���.7−−� ��.6)
��.7 ��.6

(344528,8767−345154,1307)
= arc tg (9790675,1792−9790596,8048)

= 82,855 °

 Sudut Azimuth (�) titik PI.6 – PI.7 = 360° − | α��.6|


= 360° − |82,855°|
= 277,145 °
PI.7 – PI.8 terletak pada Kuadran IV
(� � )
 ���.7−��.8 = arc tg (���.8−−� ��.7)
��.8 ��.7

(344013,2024−344528,8767)
= arc tg (9790944,3388−9790675,1792)

= 62,437 °

 Sudut Azimuth (�) titik PI.7 – PI.8 = 360° − | α��.7−��.8 |


= 360° − |62,437°|
= 297,563 °
140

 Sudut Bearing (∆)7 = (� titik PI.7 – PI.8) – (� titik PI.6 – PI.7)


= 297,563 ° − 277,145 °
= 20,418°

Gambar 3. 8 Sudut Azimuth 7

h. Pada titik PI.7 – PI.8 – PI.9


PI.7 – PI.8 terletak pada Kuadran IV
(� � )
 ���.7−��.8 = arc tg (���.8−−� ��.7)
��.8 ��.7

(344013,2024−344528,8767)
= arc tg (9790944,3388−9790675,1792)

= 62,437 °

 Sudut Azimuth (�) titik PI.7 – PI.8 = 360° − | α��.7−��.8 |


= 360° − |62,437°|
= 297,563 °

PI.8 – PI.9 terletak pada Kuadran IV


(� � )
 ���.8−��.9 = arc tg (���.9−−� ��.8)
��.9 ��.8

(343482,0819−344013,2024)
= arc tg (9791307,7898−9790944,3388)

= 55,616 °
141

 Sudut Azimuth (�) titik PI.8 – PI.9 = 360° − | α��.8|


= 360° − |55,616°|
= 304,384 °

 Sudut Bearing (∆)8 = (� titik PI.8 – PI.9) – (� titik PI.7 – PI.8)


= 304,384 ° − 297,563°
= 6,821°

Gambar 3. 9 Sudut Azimuth 8

i. Pada titik PI.8 – PI.9 – PI.10


PI.8 – P9 terletak pada Kuadran IV
(� � )
 ���,8−��.9 = arc tg (���.9−−� ��.8)
��.9 ��.8

(343482,0819−344013,2024)
= arc tg (9791307,7898−9790944,3388)

= 55,616 °

 Sudut Azimuth (�) titik PI.8 – PI.9 = 360° − | α��.8|


= 360° − |55,616°|
= 304,384
142

PI.9 – PI.10 terletak pada Kuadran I


(���.10− ���.9 )
 ���.9−��.10 = arc tg (���.10 −���.9 )
(343657,9766−343482,0819)
= arc tg (9791880,3389−9791307,7898)

= 17,078 °

 Sudut Azimuth (�) titik PI.9 – PI.10 = | α��.9 |


= |17,078 °|

 Sudut Bearing (∆)9 = 360° − (� titik PI.8 – PI.9) + (� titik PI.9 PI.10)
= 360° − 304,384° + 17,078 °
= 56,501°

Gambar 3. 10 Sudut Azimuth 10

j. Pada titik PI.9 – PI.10 – PI.11


PI.9 – PI.10 terletak pada Kuadran I
(���.10− ���.9 )
 ���.9−��.10 = arc tg (���.10 −���.9 )
(343657,9766−343482,0819)
= arc tg (9791880,3389−9791307,7898)

= 17,078 °
143

 Sudut Azimuth (�) titik PI.9 – PI.10 = | α��.9 |


= |17,078 °
PI.10 – PI.11 terletak pada Kuadran IV
(���.11− ���.10 )
 ���.10−��.11 = arc tg (���.11 −���.10 )
(343200,4107−343657,9766)
= arc tg (9792436,9427−9791880,3389)

= 39,423 °

 Sudut Azimuth (�) titik PI.10 – PI.11 = 360° − | α��.10|


= 360° −|39,423 °|
= 320,577 °
 Sudut Bearing (∆)10
=360° − (� titik PI.10 – PI.11)+(� titik PI.9 – PI.10)
= 360° − 320,577 ° + 17,078 °
= 56,501°

Gambar 3. 11 Sudut Azimuth 10


144

k. Pada titik PI.10 – PI.11 – PI.12


PI.10 – PI.11 terletak pada Kuadran IV
(���.11− ���.10 )
 ��10−�11 = arc tg (���.11 −���.10 )
(343200,4107−343657,9766)
= arc tg (9792436,9427−9791880,3389)

= 39,423 °

 Sudut Azimuth (�) titik PI.10 – PI.11 = 360° − | α��.10|


= 360° −|39,423 °|
= 320,577 °

PI.11 – PI.12 terletak pada Kuadran IV


(���.12− ���.11 )
 ���.11−��.12 = arc tg (���.12 −���.11 )
(342560,1538−343200,4107)
= arc tg (9792847,6828−9792436,9427)

= 57,319 °

 Sudut Azimuth (�) titik PI.11 – PI.12 = 360° − | α��.11−��.12 |


= 360° −|57,319 °|
= 302,681 °

 Sudut Bearing (∆)11 = (� titik PI.10 – PI.11) – (� titik PI.11 –PI.12)


= 320,577 ° − 302,681 °
= 17,896°
145

Gambar 3. 12 Sudut Azimuth 11

a. Pada titik PI.11 – PI.12 – B


PI.11 – PI.12 terletak pada Kuadran IV
(���.12− ���.11 )
 ���.11−��.12 = arc tg (���.12 −���.11 )
(342560,1538−343200,4107)
= arc tg (9792847,6828−9792436,9427)

= 57,319 °

 Sudut Azimuth (�) titik PI.11 – PI.12 = 360° − | α��.11−��.12 |


= 360° −|57,319 °|
= 302,681 °
PI.12 – B terletak pada Kuadran IV
(��− ���.12 )
 ���.12−� = arc tg (�� −���.12 )
(342067,7800−342560,1538)
= arc tg (9793542,7400−9792847,6828)

= 35,313 °

 Sudut Azimuth (�) titik PI.12 – B = 360° − | α��.12|


= 360° −|35,313 °|
= 324,687 °
146

 Sudut Bearing (∆) 12 = (� titik PI.12 – B) – ( � titik PI.11 – PI.12)


= 324,687 ° − 302,681 °
= 22,005°

Gambar 3. 13 Sudut Azimuth 12

Tabel 3. 3 Hasil Perhitungan Azimuth (�) dan Bearing (∆)

Titik Azimuth Bearing

A-P1 317,730 11,973


P1-P2 305,757 53,476
P2-P3 359,233 7,874
P3-P4 351,359 58,672
P4-P5 292,687 8,694
P5-P6 301,381 24,236
P6-P7 277,145 20,418
P7-P8 297,563 6,821
P8-P9 304,384 72,694
P9-P10 17,078 56,501
P10-P11 320,577 17,896
P11-P12 302,681 22,006
147

3.2.4 Penentuan Medan Jalan


Penentuan kelas medan jalan dilakukan dengan memperhitungkan sebagian
besar kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur. Adapun hasil
perhitungannya pada tabel 3.4 sebagai berikut :

Tabel 3. 4 Perhitungan Kemiringan Medan Jalan


TITI ELEVASI ELEVASI
STA BEDA TINGGI JARAK KEMIRINGAN
K KIRI KANAN
A 0+000,00 43,895 47,026 3,131 100,000 3,13%
1 0+100,00 46,027 48,387 2,360 100,000 2,36%
2 0+200,00 48,64 49,786 1,146 100,000 1,15%
3 0+300,00 50,461 51,029 0,568 100,000 0,57%
4 0+400,00 52,076 51,794 -0,282 100,000 0,28%
5 0+500,00 52,981 52,855 -0,126 100,000 0,13%
6 0+600,00 51,242 51,49 0,248 100,000 0,25%
7 0+700,00 50,612 50,908 0,296 100,000 0,30%
8 0+800,00 50,495 51,955 1,460 100,000 1,46%
9 0+900,00 50,302 53,84 3,538 100,000 3,54%
10 1+000,00 48,642 53,335 4,693 100,000 4,69%
11 1+100,00 44,79 48,83 4,040 100,000 4,04%
12 1+200,00 41,292 45,695 4,403 100,000 4,40%
13 1+300,00 39,912 42,929 3,017 100,000 3,02%
14 1+400,00 41,985 41,902 -0,083 100,000 0,08%
15 1+500,00 42,067 44,131 2,064 100,000 2,06%
16 1+600,00 43,825 45,488 1,663 100,000 1,66%
17 1+700,00 44,578 46,332 1,754 100,000 1,75%
18 1+800,00 44,606 46,029 1,423 100,000 1,42%
19 1+900,00 44,549 46,028 1,479 100,000 1,48%
20 2+000,00 44,833 46,017 1,184 100,000 1,18%
21 2+100,00 45,73 45,832 0,102 100,000 0,10%
22 2+200,00 45,091 45,181 0,090 100,000 0,09%
23 2+300,00 44,966 44,981 0,015 100,000 0,02%
24 2+400,00 44,976 45,152 0,176 100,000 0,18%
25 2+500,00 46,17 46,628 0,458 100,000 0,46%
26 2+600,00 48,249 47,591 -0,658 100,000 0,66%
27 2+700,00 49,036 47,381 -1,655 100,000 1,66%
28 2+800,00 49,212 46,702 -2,510 100,000 2,51%
29 2+900,00 48,546 46,554 -1,992 100,000 1,99%
30 3+000,00 47,401 46,304 -1,097 100,000 1,10%
148

TITI ELEVASI ELEVASI


STA BEDA TINGGI JARAK KEMIRINGAN
K KIRI KANAN
31 3+100,00 47,146 46,349 -0,797 100,000 0,80%
32 3+200,00 46,657 46,157 -0,500 100,000 0,50%
33 3+300,00 46,551 46,071 -0,480 100,000 0,48%
34 3+400,00 47,921 46,965 -0,956 100,000 0,96%
35 3+500,00 48,561 48,327 -0,234 100,000 0,23%
36 3+600,00 49,192 49,758 0,566 100,000 0,57%
37 3+700,00 50,31 51,823 1,513 100,000 1,51%
38 3+800,00 50,474 52,789 2,315 100,000 2,32%
39 3+900,00 50,447 52,015 1,568 100,000 1,57%
40 4+000,00 50,015 50,881 0,866 100,000 0,87%
41 4+100,00 50,012 50,247 0,235 100,000 0,23%
42 4+200,00 50,834 50,965 0,131 100,000 0,13%
43 4+300,00 51,929 52,043 0,114 100,000 0,11%
44 4+400,00 53,734 53,386 -0,348 100,000 0,35%
45 4+500,00 54,849 54,386 -0,463 100,000 0,46%
46 4+600,00 55,728 55,081 -0,647 100,000 0,65%
47 4+700,00 55,391 55,122 -0,269 100,000 0,27%
48 4+800,00 55,108 55,569 0,461 100,000 0,46%
49 4+900,00 54,791 57,899 3,108 100,000 3,11%
50 5+000,00 56,069 57,618 1,549 100,000 1,55%
51 5+100,00 55,792 57,216 1,424 100,000 1,42%
52 5+200,00 55,36 57,258 1,898 100,000 1,90%
53 5+300,00 55,217 56,3 1,083 100,000 1,08%
54 5+400,00 54,331 54,52 0,189 100,000 0,19%
55 5+500,00 52,647 51,787 -0,860 100,000 0,86%
56 5+600,00 51,283 49,02 -2,263 100,000 2,26%
57 5+700,00 51,063 50,698 -0,365 100,000 0,37%
58 5+800,00 48,157 51,378 3,221 100,000 3,22%
59 5+900,00 46,389 47,796 1,407 100,000 1,41%
60 6+000,00 45,428 47,182 1,754 100,000 1,75%
61 6+100,00 46,244 48,632 2,388 100,000 2,39%
62 6+200,00 47,406 50,357 2,951 100,000 2,95%
63 6+300,00 48,591 51,596 3,005 100,000 3,01%
64 6+400,00 49,963 53,196 3,233 100,000 3,23%
65 6+500,00 52,338 55,002 2,664 100,000 2,66%
66 6+600,00 55,225 54,906 -0,319 100,000 0,32%
67 6+700,00 55,819 56,465 0,646 100,000 0,65%
68 6+800,00 55,611 55,771 0,160 100,000 0,16%
69 6+900,00 52,996 52,687 -0,309 100,000 0,31%
70 7+000,00 51,966 51,877 -0,089 100,000 0,09%
149

TITI ELEVASI ELEVASI


STA BEDA TINGGI JARAK KEMIRINGAN
K KIRI KANAN
71 7+100,00 52,184 52,505 0,321 100,000 0,32%
72 7+200,00 53,82 53,719 -0,101 100,000 0,10%
73 7+300,00 54,312 54,391 0,079 100,000 0,08%
74 7+400,00 52,783 54,169 1,386 100,000 1,39%
75 7+500,00 50,257 51,377 1,120 100,000 1,12%
76 7+600,00 47,869 51,4 3,531 100,000 3,53%
77 7+700,00 48,309 52,262 3,953 100,000 3,95%
78 7+800,00 51,287 52,989 1,702 100,000 1,70%
79 7+900,00 52,541 53,442 0,901 100,000 0,90%
80 8+000,00 49,311 50,986 1,675 100,000 1,68%
81 8+100,00 46,387 48,371 1,984 100,000 1,98%
82 8+200,00 44,18 46,34 2,160 100,000 2,16%
83 8+300,00 43,539 45,733 2,194 100,000 2,19%
84 8+400,00 43,724 45,932 2,208 100,000 2,21%
85 8+500,00 43,743 46,13 2,387 100,000 2,39%
86 8+600,00 44,75 46,731 1,981 100,000 1,98%
87 8+700,00 46,223 47,119 0,896 100,000 0,90%
88 8+800,00 46,196 48,277 2,081 100,000 2,08%
89 8+900,00 45 48,054 3,054 100,000 3,05%
B 8+923,65 45,6 48,048 2,448 23,650 2,45%
RATA-RATA 1,44%

Berdasarkan Pedoman Perencanaan Geometrik Jalan Raya Antar Kota


1997 tentang kelas medan jalan dan hasil perhitungan kemiringan medan diatas,
maka untuk perencanaan ruas Jalan Bts Jambi – Peninggalan digolongkan pada
jenis medan Datar dengan kemiringan medan 1,44 % < 3%.
150

3.2.5 Perhtiungan Kriteria Perencanaan


Menentukan kriteria perencanaan dilakukan dengan menetapkan :
a. Penentuan Fungsi dan Kelas Jalan
Data lalulintas harian rata-rata ruas Jalan Bts. Jambi-Peninggalan pada tahun
2020, direncanakan untuk menentukan kelas jalan baik berdasarkan fungsi jalan
maupun volume Lalulintas Harian Rata-rata (LHR).
Tabel 3. 5 Data Lalu Lintas Kendaraan

Volume
No. Klasifikasi Kendaraan Karakteristik Kendaraan / jam
Tahun 2020
1 Golongan 1 MC 2075
2 Golongan 2 LV 2247
3 Golongan 3 LV 174
4 Golongan 4 LV 390
5 Golongan 5 A LB 25
6 Golongan 5 B LB 58
7 Golongan 6 A MHV 1519
8 Golongan 6 B MHV 44
9 Golongan 7 A LT 19
10 Golongan 7 B LT 0
11 Golongan 7 C LT 5
Total 6556
(Sumber : Data Survey Dinas PU Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan 2020)

Data lalu lintas rata-rata pada ruas Jalan Bts Jambi – Peninggalan pada tahun
2020 adalah sebagai berikut :

Tabel 3. 6 Data Lalu Lintas Rata - rata Jalan Bts Jambi - Peninggalan
Jenis Kendaraan Tahun 2020
Sepeda Motor (MC) 2075
Kendaraan Ringan (LV) 2811
Kedaraan Berat Menengah (LB) 83
Bis Besar (MHV) 1563
Truk Besar (LT) 24
TOTAL 6.5556 kendaraan / hari
(Sumber : Data Survey Dinas PU Bina Marga Provinsi Sumatera Selatan2020)
151

Persentase angka pertumbuhan lalu lintas dari awal tahun 2020 sampai jalan
dibuka, dengan pertumbuhan setiap jenis kendaraan selama masa pelaksanaan
adalah 4,83 % (dilihat pada tabel 2.18), dan presentase angka pertumbuhan lalu
lintas dari awal tahun 2024 sampai akhir tahun 2044 masih di asumsikan 4,83%.
Berdasarkan data lalu lintas diatas, maka dapat dibuat perhitungan lalu lintas
harian rata-rata (LHR) sebagai berikut :
a. LHR pada tahun 2024 (awal umur rencana), n = 4; I = 4,83%
Rumus = LHR x (1+i)n
4
Sepeda Motor (MC) = 2075 x 1 + 0,048 = 2505,881
4
Kendaraan Ringan (LV) = 2811 x 1 + 0,048 = 3394.714
4
Kendaraan Berat Menengah (MHV) = 1563 x 1 + 0,048 = 1887.562
4
Bis Besar (LB) = 83 x 1 + 0,048 = 100,235
4
Truk Besar (LT) = 24 x 1 + 0,048 = 28,984 +
Total = 7917,376 Kend/Hr
b. LHR pada tahun 2044 (akhir umur rencana)
LHR2043 = LHR2023 x (1+i)n dimana n = 20 tahun ; I = 5%
20
Sepeda Motor (MC) =2505,881x 1 + 0,050 = 6648,848
20
Kendaraan Ringan (LV) =3394.714x 1 + 0,050 = 9007,187
20
Kendaraan Berat Menengah (MHV) =1887.562x 1 + 0,050 = 5008,265
20
Bis Besar (LB) = 100,235x 1 + 0,050 = 265,954
20
Truk Besar (LT) = 28,984 x 1 + 0,050 = 76,902 +
Total = 21000,156kend/hr
c. LHR dalam satuan mobil penumpang (smp)
LHR dalam SMP = LHR x emp
Sepeda Motor (MC) = 6648,848� 0,75 = 4986,636
Kendaraan Ringan (LV) = 9007,187� 1,0 = 9007,187
Kendaraan Berat Menengah (MHV) = 5008,265� 1,5 = 7512,398
Bis Besar (LB) = 265,954� 1,5 = 398,931
Truk Besar (LT) = 76,902 � 2,2 = 169,185 +
Total = 22074,337smp / hari
152

Untuk menentukan kelas jalan mengacu pada Peraturan Perencanaan


Geometrik Jalan Raya No. 13/1970.
a. Berdasarkan perhitungan LHR pada tahun akhir pelayanan pada tahun 2043
didapat 22074,337smp/hari, maka jalan Bts Jambi – Peninggalan ditentukan
sebagai jalan Arteri Kelas I yang memiliki nilai >20.000 smp.
b. Penentuan Lebar Jalur dan Bahu Jalan
Untuk penentuan lebar jalur dan bahu jalan dapat dilihat pada Tabel 2.17
untuk VLHR 22074,337smp / hari dan kelas jalan arteri diambil lebar jalur
2(2x3,5 m) dan lebar bahu 2,0 m pada kanan dan kiri jalan.
c. Penentuan Kecepatan Rencana
Kecepatan rencaana (Vr) dipilih untuk menjadi dasar dalam perencanaan
geometrik jalan. Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar
Kota No.38/TBM/1997, kecepatan rencana dibagi menurut fungsi jalan dapat
dilihat pada Tabel 2.10. Berdasarkan penentuan kelas dan fungsi jalan yang
telah ditentukan di atas, jalan yang direncanakan berfungsi sebagai jalan arteri
dan berdasarkan hasil perhitungan medan jalan lokasi jalan yang
direncanakan termasuk ke dalam medan datar. Berdasarkan tabel kecepatan
rencana berkisar antara 70 – 120 km/jam, maka kecepatan rencana (Vr)
diambil 80 km/jam.
d. Pemilihan Tipe Jalan
Diketahui kondisi jalan yang direncanakan adalah sebagai berikut :
Fungsi Jalan = Arteri Kelas I
Medan = Datar
Volume Lalu Lintas Harian Rencana (VLHR) = 22074,337smp/jam
Pertumbuhan lalulintas (i), pada saat pelaksanaan = 4,83 %
Setelah jalan dibuka =5%

1) Perhitungan Arus Jam Rencana


VJR = VLHR x k

= 22074,337 x 7%
153

= 1545,204 smp/jam
Dimana :
VJR = arus jam rencana
VLHR = volume lalu lintas harian rencana

2) Kapasitas Jalan
Direncanakan lebar jalur 2 (2x3,5 m) dan lebar bahu 2,0 m 4/2 UD. Rumus
yang digunakan untuk menghitung kapasitas jalan luar kota berdasarkan
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, adalah sebagai berikut:
C = Co x FCW x FCSP x FCSF
= 3100 smp/jam x 1,00 x 1,00 x 1,02
= 3162 smp/jam
Dimana:
C = Kapasitas (smp/jam)
Co = Kapasitas dasar (smp/jam), jalan 2 lajur tanpa pembatas median
(datar), maka diambil = 3100 smp/jam
FCw = Faktor penyesuaian lebar lajur lalu lintas, jalan 2 lajur tanpa
median, lebar jalan efektif 7 m maka diambil = 1,00
FCSP = Faktor penyesuaian pemisah arah, jalan 2 lajur maka diambil =
1,00
FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping, jalan 2 lajur,lebar bahu
jalan efektif ≥ 2 m, maka diambil = 1,02

3) Derajat Kejenuhan (DS) pada Tahun Rencana


Dengan membandingkan arus rencana dan kapasitas di atas:
Q 1545,204
DS = C = 3162
= 0,49 ≤ 0,70

Dari hasil perhitungan nilai parameter tingkat kinerja jalan di atas


besarnya DS memenuhi persyaratan (DS ideal adalah ≤ 0,70), maka tipe jalan
2/2 UD dapat dipergunakan, nilai di atas menunjukkan bahwa ruas jalan yang
direncanakan mampu menampung volume lalu lintas sampai akhir tahun
umur rencana.
154

3.3 Perhitungan Alinyemen Horizontal


Perhitungan alinyemen horizontal dilakukan untuk mendapatkan gambaran
tipe tikungan dan diagram superelevasi.

3.3.1 Perhitungan Tikungan


1. Tikungan 1
Direncanakan menggunakan tikungan Full Circle (FC)
Data – data Lengkung Full Circle :
 Kecepatan rencana (V) = 80 km/jam
 Miring tikungan Normal (en) = 2%
 Miring tikungan Maksimum (e maks) = 10%
 Jari – jari (r) = 1000 m
 Sudut bearing ∆ = 11,973 °
Koefisien Gesek (fm)
 Fm = - 0,000652 . V + 0,192 (kecepatan < 80 Km/jam)
 Fm = - 0,000652 . 80 km/jam + 0,192
 Fm = 0,14
 Ls’ (Lengkung Peralihan Fiktif) = 70 m (Tabel 2.31 Panjang Lengkung
Peralihan Minimum, Metoda Bina Marga)
Perhitungan :
�2 802
Rmin = 127 (����+��)
= 127 (0,10+�0,14) = 2009,97 ~ 210 m
181913,53(����+����) 181913,53(0,10+0,14)
Dmax = �2
= 802
= 6,82
1432,39 1432,39
D = �
= 1000
= 1,432
� ��� 2.� ���
ep = − �2 ��� . �2 + � ���
.�
0,10 2.0,10
= − 6,822 . 1,4322 + 6,82
. 1,432

= 0,0376080
 Menentukan panjang tangen jarak dari PI.1 ke titik TC atau CT

Tc = R tan2
155

11,973
= 1000 tan
2

= 104,866 m
 Menentukan Panjang luar titik PI.1 ke busur lingkaran

Ec = Tc tan4
11,973
= 104,869 tan 4

= 5,483 m
 Menentukan Panjang busur lingkaran

Lc = 180 � � �
11,973
= 180
� � 1000

= 208,968 m
 Mentukan nilai X
3
4 ���' = (� + ��)
��' (�� + ��)
3
0,02+0,0376 � � 70
X = ��
4
− 0,02

=0,0232 m
 Kontrol
2 x Tc > Lc
2 x 104,869 > 208,975
209,738 > 208,975 (OK)
156

Gambar 3. 14 Tikungan 1 (Full Circle)

Gambar 3. 15 Diagram Superelevasi Tikungan 1 (FC)


157

2. Tikungan 2
Direncanakan menggunakan tikungan Spiral – Spiral (SS)
Data – data Lengkung Spiral – Spiral :
 Kecepatan rencana (V) = 80 km/jam
 Miring tikungan Normal (en) = 0,02
 Miring tikungan Maksimum (e maks) = 0,10
 Jari – jari (r) = 250
 Sudut bearing ∆ = 53,476°
 Koefisien Gesek (fm)
 Fm = -0,000652 . V + 0,192 (kecepatan < 80 Km/jam)
 Fm = -0,000652 . 80 km/jam + 0,192
 Fm = 0,14
 Ls’ (Lengkung Peralihan Fiktif) = 70 m (Tabel 2.31 panjang lengkung
peralihan minimum, Metoda Bina Marga)
Perhitungan :
V2 802
Rmin = =
127 (emax+fm) 127 (0,10+f0,14)
= 2009,97 ~ 210 m
181913,53(emax+fmax) 181913,53(0,10+0,14)
Dmax = V2
= 802
= 6,82
1432,39 1432,39
D = R
= 250
= 5,730
e max 2.e max
ep = − D2 max . D2 + D max
.D
0,10 2.0,10
= − 6,822 . 5,7302 + 6,82
. 5,730

= 0,0974
 Ls ( Lengkung peralihan )
Untuk menentukan nilai Ls dapat digunakan perhitungan sebagai
berikut:
 Ls yang digunakan
θs . π . R
Ls = 90
26,738 . π . 250
= 90

= 233,332 m
158

 Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal


V3 V . ep
Ls = 0,022 R . C − 2,727 C
803 80 . 0,975
= 0,022 250 . 0,400
− 2,727 0,400

= 59,518 m
 Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian
(�� −��
Ls = 3,6��
��
(0,10−0,02
= 3,6 . 0,025 � 80

= 71,111 m
Ls > Ls minimum, maka Ls yang digunakan 233,333 m
 Menentukan pergeseran tangen terhadap spiral
��2
P =6 ��
− �(1 − ����� )
233,3332
= 6 � 250
− 250(1 − cos 26,738 )

= 9,564 m
 Menentukan absis p pada tangen spiral
Ls3
K = Ls 40 x R2 − R x sinθs
233,3333
=233,333 40 x 2502 − 250 x sin26,738

= 115,773 m

 Menentukan jarak PI.1 ke TS atau ST



Ts = R + P tg 2
+K
53,476
= 250 + 9,564 tg 2
+ 115,773

= 246,536 m

 Menentukan jarak P1 ke tengah busur lingkaran


(R+P)
Es = 1 −R
cos ∆
2

(250+9,654)
= 1 − 250
cos . 53,476
2

= 40,64135 m
159

L total = 2 x Ls = 2 x 233,332 = 466,664 m


Kontrol :
2 x Ls < 2 x Ts
2 x 233,33 < 2 x 246,536
466,664 < 493,072 (OK)

Gambar 3. 16 Tikungan 2 (Spiral-Spiral)

Gambar 3. 17 Diagram Superelevasi Tikungan 2 (SS)


160

3. Tikungan 3
Direncanakan menggunakan tikungan Full Circle (FC)
Data – data Lengkung Full Circle :
 Kecepatan rencana (V) = 80 km/jam
 Miring tikungan Normal (en) = 2%
 Miring tikungan Maksimum (e maks) = 10%
 Jari – jari (r) = 1000 m
 Sudut bearing ∆ = 7,874°
 Koefisien Gesek (fm)
 Fm = - 0,000652 . V + 0,192 (kecepatan < 80 Km/jam)
 Fm = - 0,000652 . 80 km/jam + 0,192
 Fm = 0,14
 Ls’ (Lengkung Peralihan Fiktif) = 70 m (Tabel 2.31 Panjang Lengkung
Peralihan Minimum, Metoda Bina Marga)
Perhtungan :
V2 802
Rmin = =
127 (emax+fm) 127 (0,10+f0,14)
= 2009,97 ~ 210 m
181913,53(emax+fmax) 181913,53(0,10+0,14)
Dmax = V2
= 802
= 6,82
1432,39 1432,39
D = R
= 80
= 1,432
e max 2.e max
ep = − D2 max . D2 + D max
.D
0,10 2.0,10
= − 6,822 . 1,4322 + 6,82
. 1,432

= 0,0376 m
 Menentukan panjang tangen jarak dari PI.1 ke titik TC atau CT

Tc = R tan2
7,874°
= 1000 tan 2

= 68,822 m
161

 Menentukan Panjang luar titik PI.1 ke busur lingkaran



Ec = Tc tan4
7,874°
= 68,822 tan 4

= 2,365 m
 Menentukan Panjang busur lingkaran

Lc = 180 π x R
7,874°
= 180
π x 1000

= 137,427 m
 Mentukan nilai X
3
4 xLs' = (X + en)
Ls' (en + ep)
3
0,02+0,0376 x x 70
X = 4
Ls
− 0,02

=0,0232 m
Kontrol
2 x Tc > Lc

2 x 68,822 > 137,427


2 x 137,644 > 137,427 (OK)
162

Gambar 3. 18 Tikungan 3 (Full Circle)

Gambar 3. 19 Diagram Superelevasi Tikungan 3 (FC)


163

4. Tikungan 4
Direncanakan menggunakan tikungan Spiral – Spiral (SS)
Data – data Lengkung Spiral – Spiral :
 Kecepatan rencana (V) = 80 km/jam
 Miring tikungan Normal (en) = 0,02
 Miring tikungan Maksimum (e maks) = 0,10
 Jari – jari (r) = 250
 Sudut bearing ∆ = 58,672°
Koefisien Gesek (fm)
 Fm = -0,000652 . V + 0,192 (kecepatan < 80 Km/jam)
 Fm = -0,000652 . 80 km/jam + 0,192
 Fm = 0,14
 Ls’ (Lengkung Peralihan Fiktif) = 70 m (Tabel 2.31 panjang lengkung
peralihan minimum, Metoda Bina Marga)
Perhitungan :
V2 802
Rmin = 127 (emax+fm)
= 127 (0,10+f0,14) = 2009,97 ~ 210 m
181913,53(emax+fmax) 181913,53(0,10+0,14)
Dmax = V2
= 802
= 6,82
1432,39 1432,39
D = R
= 250
= 5,730
e max 2.e max
ep = − D2 max . D2 + D max
.D
0,10 2.0,10
= − 6,822 . 5,7302 + 6,82
. 5,730

= 0,0974
 Ls ( Lengkung peralihan )
Untuk menentukan nilai Ls dapat digunakan perhitungan sebagai berikut:
 Ls yang digunakan
θs . π . R
Ls = 90
29,336 . π . 250
= 90

= 256,004 m
164

 Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal


V3 V . ep
Ls = 0,022 R . C − 2,727 C
803 80 . 0,974
= 0,022 250 . 0,400
− 2,727 0,400

= 59,518 m
 Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian
(em−en
Ls = 3,6τe
xV
(0,10−0,02
= 3,6 . 0,025
x 80

= 71,111 m
Ls > Ls minimum, maka Ls yang digunakan 256,004m
 Menentukan pergeseran tangen terhadap spiral
Ls2
P =6 xR
− R(1 − cosθs )
256,0042
= 6 x 250
− 250(1 − cos 29,336 )

= 11,632 m
 Menentukan absis p pada tangen spiral
Ls3
K = Ls 40 x R2 − R x sinθs
256,0043
= 256,005 40 x 2502 − 250 x sin29,336

= 126,810 m
 Menentukan jarak PI.1 ke TS atau ST

Ts = R + P tg 2
+K
58,672
= 250 + 11,632 tg 2
+ 126,810

= 273,847 m
 Menentukan jarak P1 ke tengah busur lingkaran
(R+P)
Es = 1 −R
cos ∆
2

(250+11,633 )
= 1 − 250
cos . 58,672
2

= 50,119 m
165

 Kontrol
2 x Ls < 2 x Ts
2 x 256,004 < 2 x 273,847
512,008 < 547,694 (OK)

Gambar 3. 20 Tikungan 4 (Spiral-Spiral)

Gambar 3. 21 Diagram Superelevasi Tikungan 4 (SS)


166

5. Tikungan 5
Direncanakan menggunakan tikungan Full Circle (FC)
Data – data Lengkung Full Circle :
 Kecepatan rencana (V) = 80 km/jam
 Miring tikungan Normal (en) = 2%
 Miring tikungan Maksimum (e maks) = 10%
 Jari – jari (r) = 1000 m
 Sudut bearing ∆ = 8,694°
 Koefisien Gesek (fm)
 Fm = - 0,000652 . V + 0,192 (kecepatan < 80 Km/jam)
 Fm = - 0,000652 . 80 km/jam + 0,192
 Fm = 0,14
 Ls’ (Lengkung Peralihan Fiktif) = 70 m (Tabel 2.31 Panjang Lengkung
Peralihan Minimum, Metoda Bina Marga)
Perhitungan :
V2 802
Rmin = 127 (emax+fm)
= 127 (0,10+f0,14) = 2009,97 ~ 210 m
181913,53(emax+fmax) 181913,53(0,10+0,14)
Dmax = V2
= 802
= 6,82
1432,39 1432,39
D = R
= 1000
= 1,432
e max 2.e max
ep = − D2 max . D2 + D max
.D
0,10 2.0,10
= − 6,822 . 1,4322 + 6,82
. 1,432

= 0,0376
 Menentukan panjang tangen jarak dari PI.1 ke titik TC atau CT

Tc = R tan2
8,694°
= 1000 tan 2

= 76,015 m
167

 Menentukan Panjang luar titik PI.1 ke busur lingkaran



Ec = Tc tan4
8,694°
= 76,015 tan 4

= 2,885 m
 Menentukan Panjang busur lingkaran

Lc = 180 π x R
8,694°
= 180
π x 1000

= 151,739 m
 Mentukan nilai X
3
4 xLs' = (X + en)
Ls' (en + ep)
3
0,02+0,0376 x x 70
X = Ls
4
− 0,02

=0,0232 m
 Kontrol
2 x Tc > Lc
2 x 76,016 > 151,739
153,030 > 151,739 (OK)
168

Gambar 3. 22 Tikungan 5 (Full Circle)

Gambar 3. 23 Diagram Superelevasi Tikungan 5 (FC)


169

6. Tikungan 6
Direncanakan menggunakan tikungan Spiral Circle Spiral (SCS)
Data - Data Lengkung Spiral Circle Spiral :
 Kecepatan rencana (V) = 80 km/jam
 Miring tikungan Normal (en) = 2%
 Miring tikungan Maksimum (e maks) = 10%
 Jari – jari (r) = 900 m
 Sudut bearing ∆ = 24,236°
 Koefisien Gesek (fm)
 Fm = - 0,000652 . V + 0,192 (kecepatan < 80 Km/jam)
 Fm = - 0,000652 . 80 km/jam + 0,192
 Fm = 0,14
 Ls’ (Lengkung Peralihan Fiktif) = 70 m (Tabel 2.31 Panjang Lengkung
Peralihan Minimum, Metoda Bina Marga)
Perhitungan :
V2 802
Rmin = 127 (emax+fm)
= 127 (0,10+f0,14) = 2009,97 ~ 210 m
181913,53(emax+fmax) 181913,53(0,10+0,14)
Dmax = V2
= 802
= 6,82
1432,39 1432,39
D = R
= 900
= 1,592
e max 2.e max
ep = − D2 max . D2 + D max
.D
0,10 2.0,10
= − 6,822 . 1,5922 + 6,82
. 1,592

= 0,041
 Ls ( lengkung peralihan )
Untuk menentukan nilai Ls dapat digunakan beberapa pendekatan
sebagai berikut :
 Berdasarkan Tabel Metoda Bina Marga :
Ls minimum = 70 m
 Berdasarkan waktu tempuh maksimum 3 detik :
Vr
Ls = 3,6 x T
170

80
= x3
3,6

= 66,667
 Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal :
V3 V . ep
Ls = 0,022 R . C − 2,727 C
803 80 . 0,041
=0,022 900 . 0,400
− 2,727
0,400

= 8,927 m
 Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian
(em−en
Ls = 3,6τe
xV
(0,10−0,02
= 3,6 . 0,025 x 80

= 71,111 m
Diambil lengkung peralihan (Ls) yang terbesar = 71,111 m
 Menentukan Sudut Lengkung Bagian Spiral
90 x Ls
θs =
πxR
90 x 71,111
= π x 900

= 2,264
 Menentukan Sudut Lengkung Bagian Circle
∆c = ∆ − (2 x θs )
= 24,236 − (2 x 2,264)
=19,708
 Menentukan Pergeseran Tangen Terhadap Spiral
Ls2
P =6 xR
− R(1 − cosθs )
71,111 2
= 6 x 900
− 900(1 − cos 2,264 )

= 0,234 m
 Menentukan absis P pada tangen spiral
Ls3
K = Ls 40 x R2 − R x sinθs
71,1113
=71,111 40 x 9002 − 900 x sin 2,264
171

= 35,557 m
 Panjang Busur Lingkaran (Panjang Dari Titik SC Ke CS)
(∆c − 2θs )
Lc = 180
xπxR
(19,708 − 2x2,264)
= 180
x π x 900

= 309,573 m
 Menentukan Jarak P1 Ke TS Atau ST

Ts = R + P tg 2
+K
24,236
= 900 + 0,234 tg 2
+ 35,557

= 228,846 m
 Menghitung Jarak Dari P1 Ke Puncak Busur Lingkaran
( R + P)
Es = 1 −R
cos x ∆
2

(250 + 0,847)
= 1 − 900
cos x 24,236
2

= 20,751 m
 Menentukan absis titik SC pada garis tangen/jarak titik TS Ke TitikSC
Ls2
Xs = Ls ( 1 − 40 x R2
)
71,1112
=71,111 ( 1 − 40 x 9002
)

=71,100 m
 Menentukan absis titik SC pada garis tangen/jarak titik TS ke titik SC
Ls2 71,1112
Ys = 6.R
= 6 . 900
= 0,936

L Total = Lc + 2 x Ls
= 309,573 + 2 x 71,111
= 451,795
Kontrol :
Ltotal < 2xTS
451,795 < 2x 228,846
451,795 < 457,692 (OK)
172

Gambar 3. 24 Tikungan 6 (Spiral Circle Spiral)

Gambar 3. 25 Diagram Superelevasi Tikungan 6 (SCS)


173

7. Tikungan 7
Direncanakan menggunakan tikungan Spiral Circle Spiral (SCS)
Data - Data Lengkung Spiral Circle Spiral :
 Kecepatan rencana (V) = 80 km/jam
 Miring tikungan Normal (en) = 2%
 Miring tikungan Maksimum (e maks) = 10%
 Jari – jari (r) = 900 m
 Sudut bearing ∆ = 20,418 °
 Koefisien Gesek (fm)
 Fm = - 0,000652 . V + 0,192 (kecepatan < 80 Km/jam)
 Fm = - 0,000652 . 80 km/jam + 0,192
 Fm = 0,14
 Ls’ (Lengkung Peralihan Fiktif) = 70 m (Tabel 2.31 Panjang Lengkung
Peralihan Minimum, Metoda Bina Marga)
Perhitungan :
Direncanakan menggunakan tikungan Spiral Circle Spiral (SCS)
Perhitungan :
V2 802
Rmin = 127 (emax+fm)
= 127 (0,10+f0,14) = 2009,97 ~ 210 m
181913,53(emax+fmax) 181913,53(0,10+0,14)
Dmax = V2
= 802
= 6,82
1432,39 1432,39
D = R
= 900
= 1,592
e max 2.e max
ep = − D2 max . D2 + D max
.D
0,10 2.0,10
= − 6,822 . 1,5922 + 6,82
. 1,592

= 0,041
Ls ( lengkung peralihan )
Untuk menentukan nilai Ls dapat digunakan beberapa pendekatan sebagai
berikut :
 Berdasarkan Tabel Metoda Bina Marga :
Ls minimum = 70 m
 Berdasarkan waktu tempuh maksimum 3 detik :
174

Vr
Ls = 3,6 x T
80
= 3,6 x 3

= 66,667 m
 Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal :
V3 V . ep
Ls = 0,022 R . C − 2,727 C
803 80 . 0,041
=0,022 900 . 0,400
− 2,727 0,400

=8,927 m
 Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian
(em−en
Ls = 3,6τe
xV
(0,10−0,02
= 3,6 . 0,025 x 80

= 71,111 m
Diambil lengkung peralihan (Ls) yang terbesar = 71,111 m
 Menentukan Sudut Lengkung Bagian Spiral
90 x Ls
θs = πxR
90 x 71,111
= π x 900

= 2,264
 Menentukan Sudut Lengkung Bagian Circle
∆c = ∆ − (2 x θs )
= 20,418 − (2 x 2,264 )
= 15,890
 Menentukan Pergeseran Tangen Terhadap Spiral
Ls2
P =6 xR
− R(1 − cosθs )
71,111 2
= 6 x 900
− 900(1 − cos 2,264)

= 0,234 m

 Menentukan absis P pada tangen spiral


175

Ls3
K = Ls 40 x R2 − R x sinθs
71,1113
=71,111 40 x 9002 − 900 x sin 2,264

= 35,557 m
 Panjang Busur Lingkaran (Panjang Dari Titik SC Ke CS)
∆−(2 x θs )
Lc = 180
x πxR
20,418−(2 x 2,264 )
= 180
x π x 900

= 249,600 m
 Menentukan Jarak P1 Ke TS Atau ST

Ts = R + P tg 2
+K
20,418
= 900 + 0,234 tg
2
+ 35,557

= 197,681 m
 Menghitung Jarak Dari P1 Ke Puncak Busur Lingkaran
( R + P)
Es = 1 −R
cos x ∆
2

(900 + 0,234)
= 1 − 900
cos x 20,418
2

= 14,716 m
 Menentukan absis titik SC pada garis tangen/jarak titik TS Ke TitikSC
Ls2
Xs = Ls ( 1 − 40 x R2
)
71,1112
=71,111 ( 1 − 40 x 9002
)

= 71,100 m
 Menentukan absis titik SC pada garis tangen/jarak titik TS ke titik SC
Ls2 71,1112
Ys = 6.R
= 6 . 900
=0,936 m

L Total = Lc + 2 x Ls
= 249,600 + 2 x 71,111
= 391,882 m
Kontrol :
176

Ltotal < 2xTs


391,882 < 2x197,681
391,835 < 395,362 (OK)

Gambar 3. 26 Tikungan 7 (Spiral Circle Spiral)

Gambar 3. 27 Diagram Superelevasi Tikungan 7 (SCS)


177

8. Tikungan 8
Direncanakan menggunakan tikungan Full Circle (FC)
Data – data Lengkung Full Circle :
 Kecepatan rencana (V) = 80 km/jam
 Miring tikungan Normal (en) = 2%
 Miring tikungan Maksimum (e maks) = 10%
 Jari – jari (r) = 1000 m
 Sudut bearing ∆ = 6,821 °
 Koefisien Gesek (fm)
 Fm = - 0,000652 . V + 0,192 (kecepatan < 80 Km/jam)
 Fm = - 0,000652 . 80 km/jam + 0,192
 Fm = 0,14
 Ls’ (Lengkung Peralihan Fiktif) = 70 m (Tabel 2.31 Panjang Lengkung
Peralihan Minimum, Metoda Bina Marga)
Perhitungan :
V2 802
Rmin = 127 (emax+fm)
= 127 (0,10+f0,14) = 2009,97 ~ 210 m
181913,53(emax+fmax) 181913,53(0,10+0,14)
Dmax = V2
= 802
= 6,82
1432,39 1432,39
D = R
= 1000
= 1,432
e max 2.e max
ep = − D2 max . D2 + D max
.D
0,10 2.0,10
= − 6,822 . 1,4322 + 6,82
. 1,432

= 0,0376
 Menentukan panjang tangen jarak dari PI.1 ke titik TC atau CT

Tc = R tan2
6,821 °
= 1000 tan 2

= 59,595 m
178

 Menentukan Panjang luar titik PI.1 ke busur lingkaran



Ec = Tc tan4
6,821°
= 59,595 tan 4

= 1,774 m
 Menentukan Panjang busur lingkaran

Lc = 180 π x R
6,821°
= 180
π x 1000

= 119,049 m
 Mentukan nilai X
3
4 xLs' = (X + en)
Ls' (en + ep)
3
0,02+0,0376 x x 70
X = Ls
4
− 0,02

=0,0232
 Kontrol
2 x Tc > Lc
2 x 59,595 > 119,049
119,190 > 119,049 (OK)
179

Gambar 3. 28 Tikungan 8 (Full Circle)

Gambar 3. 29 Diagram Superelevasi Tikungan 8 (FC)


180

9. Tikungan 9
Direncanakan menggunakan tikungan Spiral – Spiral (SS)
Data – data Lengkung Spiral – Spiral :
 Kecepatan rencana (V) = 80 km/jam
 Miring tikungan Normal (en) = 0,02
 Miring tikungan Maksimum (e maks) = 0,10
 Jari – jari (r) = 215
 Sudut bearing ∆ = 72,694°
Koefisien Gesek (fm)
 Fm = -0,000652 . V + 0,192 (kecepatan < 80 Km/jam)
 Fm = -0,000652 . 80 km/jam + 0,192
 Fm = 0,14
 Ls’ (Lengkung Peralihan Fiktif) = 70 m (Tabel 2.31 panjang lengkung
peralihan minimum, Metoda Bina Marga)
Perhitungan :
V2 802
Rmin = 127 (emax+fm)
= 127 (0,10+f0,14) = 2009,97 ~ 210 m
181913,53(emax+fmax) 181913,53(0,10+0,14)
Dmax = V2
= 802
= 6,82
1432,39 1432,39
D = R
= 215
= 6,662
e max 2.e max
ep = − D2 max . D2 + D max
.D
0,10 2.0,10
= − 6,822 . 6,662 2 + 6,82
. 6,662

= 0,099
 Ls ( Lengkung peralihan )
Untuk menentukan nilai Ls dapat digunakan perhitungan sebagai
berikut:
 Ls yang digunakan
θs . π . R
Ls = 90
36,347 . π . 215
= 90

= 272,780 m
181

 Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal


V3 V . ep
Ls = 0,022 R . C − 2,727 C
803 80 . 0,099
= 0,022 215 . 0,400
− 2,727 0,400

= 76,491 m
 Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian
(em−en
Ls = 3,6τe
xV
(0,10−0,02
= 3,6 . 0,025 x 80

= 71,111 m
Ls > Ls minimum, maka Ls yang digunakan 272,780 m
 Menentukan pergeseran tangen terhadap spiral
Ls2
P =6 xR
− R(1 − cosθs )
272,780 2
= 6 x 215
− 215(1 − cos 36,347 )

= 15,851 m
 Menentukan absis p pada tangen spiral
Ls3
K = Ls 40 x R2 − R x sinθs
272,7803
=272,780 40 x 2152 − 215 x sin 36,347

= 134,378 m
 Menentukan jarak PI.1 ke TS atau ST

Ts = R + P tg 2
+K
72,694
= 215 + 15,851 tg 2
+ 134,378

= 304,247 m
 Menentukan jarak P1 ke tengah busur lingkaran
(R+P)
Es = 1 −R
cos ∆
2

(215+15,851 )
= 1 − 215 = 71,614 m
cos . 72,694
2
182

 Kontrol
2 x Ls < 2 x Ts
2 x 272,780 < 2 x 304,247
545,560 < 608,494 (OK)

Gambar 3. 30 Tikungan 9 (Spiral Spiral)

Gambar 3. 31 Diagram Superelevasi Tikungan 9 (SS)


183

10. Tikungan 10
Direncanakan menggunakan tikungan Spiral – Spiral (SS)
Data – data Lengkung Spiral – Spiral :
 Kecepatan rencana (V) = 80 km/jam
 Miring tikungan Normal (en) = 0,02
 Miring tikungan Maksimum (e maks) = 0,10
 Jari – jari (r) = 215
 Sudut bearing ∆ = 56,501°
Koefisien Gesek (fm)
 Fm = -0,000652 . V + 0,192 (kecepatan < 80 Km/jam)
 Fm = -0,000652 . 80 km/jam + 0,192
 Fm = 0,14
 Ls’ (Lengkung Peralihan Fiktif) = 70 m (Tabel 2.31 panjang
lengkung peralihan minimum, Metoda Bina Marga)
Perhitungan :
V2 802
Rmin = 127 (emax+fm)
= 127 (0,10+f0,14) = 2009,97 ~ 210 m
181913,53(emax+fmax) 181913,53(0,10+0,14)
Dmax = V2
= 802
= 6,82
1432,39 1432,39
D = R
= 215
= 6,662
e max 2.e max
ep = − D2 max . D2 + D max
.D
0,10 2.0,10
= − 6,822 . 6,662 2 + 6,82
. 6,662

= 0,0999
Ls ( Lengkung peralihan )
Untuk menentukan nilai Ls dapat digunakan perhitungan sebagai
berikut:
 Ls yang digunakan :
θs . π . R
Ls = 90
28,250 . π . 215
= 90

= 212,021 m
184

 Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal


V3 V . ep
Ls = 0,022 R . C − 2,727 C
803 80 . 0,099
= 0,022 215 . 0,400
− 2,727 0,400

= 76,491 m
 Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian
(em −en
Ls = 3,6τe
xV
(0,10−0,02
= 3,6 . 0,025 x 80

= 71,111 m
Ls > Ls minimum, maka Ls yang digunakan 212,021 m
 Menentukan pergeseran tangen terhadap spiral
Ls2
P =6 xR
− R(1 − cosθs )
212,0212
= 6 x 215
− 215 − cos 28,251 )

= 9,237 m
 Menentukan absis p pada tangen spiral
Ls3
K = Ls 40 x R2 − R x sinθs
212,0213
=212,021 40 x 2152 − 215 x sin 28,251

=105,099 m
 Menentukan jarak PI.1 ke TS atau ST

Ts = R + P tg 2
+K
56,501
= 215 + 9,237 tg 2
+ 105,099

= 225,588 m
 Menentukan jarak P1 ke tengah busur lingkaran
(R+P)
Es = 1 −R
cos ∆
2

(215+9,236 )
= 1 − 215
cos . 56,501
2

= 39,558
185

 Kontrol
2 x Ls < 2 x Ts
2 x 212,021 < 2 x 225,588
424,042 < 451,176 (OK)

Gambar 3. 32 Tikungan 10 (Spiral Spiral)

Gambar 3. 33 Diagram Superelevasi Tikungan 10 (SS)


186

11. Tikungan 11 (SCS)


Direncanakan menggunakan tikungan Spiral Circle Spiral (SCS)
Data - Data Lengkung Spiral Circle Spiral :
 Kecepatan rencana (V) = 80 km/jam
 Miring tikungan Normal (en) = 2%
 Miring tikungan Maksimum (e maks) = 10%
 Jari – jari (r) = 900 m
 Sudut bearing ∆ = 17,896 °
 Koefisien Gesek (fm)
 Fm = - 0,000652 . V + 0,192 (kecepatan < 80 Km/jam)
 Fm = - 0,000652 . 80 km/jam + 0,192
 Fm = 0,14
 Ls’ (Lengkung Peralihan Fiktif) = 70 m (Tabel 2.31 Panjang Lengkung
Peralihan Minimum, Metoda Bina Marga)
Perhitungan :
V2 802
Rmin = 127 (emax+fm)
= 127 (0,10+f0,14) = 2009,97 ~ 210 m
181913,53(emax+fmax) 181913,53(0,10+0,14)
Dmax = V2
= 802
= 6,82
1432,39 1432,39
D = R
= 900
= 1,592
e max 2.e max
ep = − D2 max . D2 + D max
.D
0,10 2.0,10
= − 6,822 . 1,5922 + 6,82
. 1,592

= 0,041
Ls ( lengkung peralihan )
Untuk menentukan nilai Ls dapat digunakan beberapa pendekatan sebagai
berikut :
 Berdasarkan Tabel Metoda Bina Marga :
Ls minimum = 70 m
187

 Berdasarkan waktu tempuh maksimum 3 detik :


Vr
Ls = 3,6 x T
80
= 3,6 x 3

= 66,667
 Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal :
V3 V . ep
Ls = 0,022 R . C − 2,727 C
803 80 . 0,041
=0,022 900 . 0,400
− 2,727 0,400

= 8,927 m
 Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian
(em −en
Ls = 3,6τe
xV
(0,10−0,02
= 3,6 . 0,025 x 80

= 71,111 m

Diambil lengkung peralihan (Ls) yang terbesar = 71,111 m


 Menentukan Sudut Lengkung Bagian Spiral
90 x Ls
θs = πxR
90 x 71,111
= π x 900

= 2,264
 Menentukan Sudut Lengkung Bagian Circle
∆c = ∆ − (2 x θs )
= 17,896 − (2 x 2,264 )
=13,368
 Menentukan Pergeseran Tangen Terhadap Spiral
Ls2
P =6 xR
− R(1 − cosθs )
71,111 2
= 6 x 900
− 900(1 − cos 2,264)

= 0,234 m
188

 Menentukan absis P pada tangen spiral


Ls3
K = Ls 40 x R2 − R x sinθs
71,1113
=71,111 40 x 9002 − 900 x sin 2,264

= 35,557 m
 Panjang Busur Lingkaran (Panjang Dari Titik SC Ke CS)
∆c−(2 x θs )
Lc = 180
x πxR
13,368 −(2 x 2,264 )
= 180
x π x 900

= 281,115
 Menentukan Jarak P1 Ke TS Atau ST

Ts = R + P tg 2
+K
17,896
= 900 + 0,234 tg
2
+ 35,557

=177,303 m
 - Menghitung Jarak Dari P1 Ke Puncak Busur Lingkaran
( R + P)
Es = 1 −R
cos x ∆
2

(900 + 0,234)
= 1 − 900
cos x 17,896
2

= 11,325 m
 Menentukan absis titik SC pada garis tangen/jarak titik TS Ke TitikSC
Ls2
Xs = Ls ( 1 − 40 x R2
)
71,1112
=71,111 ( 1 − 40 x 9002
)

= 71,100 m
 Menentukan absis titik SC pada garis tangen/jarak titik TS ke titik SC
Ls2 71,1112
Ys = 6.R
= 6 . 900
=0,936 m

L Total = Lc + 2 x Ls
= 209,984 + 2 x 71,111
= 352,206
189

Kontrol :
Ltot < 2 x Ts
352,206 < 2 x 177,303

352,206 < 354,606 (OK)

Gambar 3. 34 Tikungan 11 (Spiral Circle Spiral)

Gambar 3. 35 Diagram Superelevasi Tikungan 11 (SCS)


190

12. Tikungan 12
Direncanakan menggunakan tikungan Spiral Circle Spiral (SCS)
Data - Data Lengkung Spiral Circle Spiral :
 Kecepatan rencana (V) = 80 km/jam
 Miring tikungan Normal (en) = 2%
 Miring tikungan Maksimum (e maks) = 10%
 Jari – jari (r) = 900 m
 Sudut bearing ∆ = 22,006°
 Koefisien Gesek (fm)
 Fm = - 0,000652 . V + 0,192 (kecepatan < 80 Km/jam)
 Fm = - 0,000652 . 80 km/jam + 0,192
 Fm = 0,14
 Ls’ (Lengkung Peralihan Fiktif) = 70 m (Tabel 2.31 Panjang Lengkung
Peralihan Minimum, Metoda Bina Marga)
Perhtungan :
V2 802
Rmin = 127 (emax+fm)
= 127 (0,10+f0,14) = 2009,97 ~ 210 m
181913,53(emax+fmax) 181913,53(0,10+0,14)
Dmax = V2
= 802
= 6,82
1432,39 1432,39
D = R
= 900
= 1,592
e max 2.e max
ep = − D2 max . D2 + D max
.D
0,10 2.0,10
= − 6,822 . 1,5922 + 6,82
. 1,592

= 0,041
Ls ( lengkung peralihan )
Untuk menentukan nilai Ls dapat digunakan beberapa pendekatan sebagai
berikut :
 Berdasarkan Tabel Metoda Bina Marga :
Ls minimum = 70 m
191

 Berdasarkan waktu tempuh maksimum 3 detik :


Vr
Ls = 3,6 x T
80
= 3,6 x 3

= 66,667 m
 Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal :
V3 V . ep
Ls = 0,022 R . C − 2,727 C
803 80 . 0,0412
=0,022 900 . 0,400
− 2,727 0,400

= 8,297 m
 Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian
(em−en
Ls = 3,6τe
xV
(0,10−0,02
= 3,6 . 0,025 x 80

= 71,111 m
Diambil lengkung peralihan (Ls) yang terbesar = 71,111 m
 Menentukan Sudut Lengkung Bagian Spiral
90 x Ls
θs = πxR
90 x 71,111
= π x 900

= 2,264
 Menentukan Sudut Lengkung Bagian Circle
∆c = ∆ − (2 x θs )
= 22,006 − (2 x 2,264 )
=17,478
 Menentukan Pergeseran Tangen Terhadap Spiral
Ls2
P =6 xR
− R(1 − cosθs )
71,111 2
= 6 x 900
− 900(1 − cos 2,264)

= 0,234 m
192

 Menentukan absis P pada tangen spiral


Ls3
K = Ls 40 x R2 − R x sinθs
71,1113
=71,111 40 x 9002 − 900 x sin 2,264

= 35,557 m
 Panjang Busur Lingkaran (Panjang Dari Titik SC Ke CS)
∆−(2 x θs )
Lc = 180
xπxR
17,478 −(2 x 2,264 )
= 180
x π x 900

=274,554 m
 Menentukan Jarak P1 Ke TS Atau ST

Ts = R + P tg 2
+K
22,005
= 900 + 0,234 tg
2
+ 35,557

=210,594 m
 Menghitung Jarak Dari P1 Ke Puncak Busur Lingkaran
( R + P)
Es = 1 −R
cos x ∆
2

(900 + 0,234)
= 1 − 900
cos x 22,005
2

=17,093 m
 Menentukan absis titik SC pada garis tangen/jarak titik TS Ke Titik SC
Ls2
Xs = Ls ( 1 − 40 x R2
)
71,1112
=71,111 ( 1 − 40 x 9002
)

= 71,100 m
 Menentukan absis titik SC pada garis tangen/jarak titik TS ke titik SC
Ls2 71,1112
Ys = 6.R
= 6 . 900
=0,936 m

L Total = Lc + 2 x Ls
= 274,544 + 2 x 71,111
= 416,766 m
Kontrol :
193

Ltot < 2 x Ts
416,766 < 2 x 210,594
416,766 < 421,188(OK)

Gambar 3. 36 Tikungan 12 (Spiral Circle Spiral)

Gambar 3. 37 Diagram Superelevasi Tikungan 12 (SS)


194

Tabel 3. 7 Hasil Perhitungan Tikungan Full Circle

Tikungan
Uraian Satuan
1 3 5 8
Sudut Derajat 11,973 7,874 8,694 6,821
(°)
Kecepatan rencana(Vr) Km/jam 80 80 80 80
Jari - jari (R) M 1000 1000 1000 1000
Superelevasi normal (en) % 2% 2% 2% 2%
Superelevasi maksimal (emax) % 10% 10% 10% 10%
Koefisien gesek (fmax) 0,14 0,14 0,14 0,14
Jari -jari minimum (Rmin) M 210 210 210 210
Derajat lengkung maksimal Derajat 6,820 6,820 6,820 6,820
(Dmax) (°)
Derajat lengkung (D) Derajat 1,432 1,432 1,432 1,432
(°)
Superelevasi (e) % 3,76% 3,76% 3,76% 3,76%
Lengkung Peralihan
Berdasarkan waktu tempuh M 70 70 70 70
maksimum
Panjang lengkung (Lc) M 208,968 137,4 151,73 119,0
27 9 49
Jarak TC - PI.1 atau PI - CT (Tc) M 104,866 68,82 76,015 59,59
2 5
Jarak PI.1 ke puncak busur M 5,483 2,365 2,885 1,774
lingkaran ( Ec)
Penampang melintang di Tc (X) % 2,32% 2,32% 2,32% 2,32%
195

Tabel 3. 8 Hasil Perhitungan Tikungan Spiral Circle Spiral


Tikungan
Uraian Satuan
6 7 11 12
Sudut Derajat 24,236 20,418 17,896 22,006
(°)
Kecepatan rencana(Vr) Km/jam 80 80 80 80
Jari - jari (R) m 900 900 900 900
Superelevasi normal (en) % 2% 2% 2% 2%
Superelevasi maksimal (emax) % 10% 10% 10% 10%
Koefisien gesek (fmax) 0,14 0,14 0,14 0,14
Jari -jari minimum (Rmin) m 210 210 210 210
Derajat lengkung maksimal Derajat 6,820 6,820 6,820 6,820
(Dmax) (°)
Derajat lengkung (D) Derajat 1,592 1,592 1,592 1,592
(°)
Superelevasi (e) % 4,10% 4,10% 4,10% 4,10%
Lengkung Peralihan
Berdasarkan waktu tempuh m 66,667 66,667 66,667 66,667
maksimum
Berdasarkan antisipasi gaya m 8,927 8,927 8,927 8,927
sentrifugal
Berdasarkan tingkat pencapaian m 71,111 71,111 71,111 71,111
perubahan kelandaian
Absis titik SC pada garis tangen m 71,100 71,100 71,100 71,100
(Xs)
Ordinat titik SC pada garis tegak m 0,936 0,936 0,936 0,936
lurus garis tangen (Ys)
Sudut lengkung spiral (∆s) Derajat 2,264 2,264 2,264 0,234
(°)
Sudut lengkung circle (∆c) Derajat 19,708 15,890 13,368 17,478
(°)
Pergeseran tangen terhadap m 0,234 0,234 0,234 0,234
spiral (P)
Absis P pada garis tangen spiral m 35,557 35,557 35,557 35,557
(K)
Panjang lengkung (Lc) m 380,698 320,725 281,110 345,669
Jarak tangen daei PI.1 ke TS m 228,846 197,681 177,303 210,594
atau ST (Ts)
Jarak PI.1 ke puncak busur m
20,751 14,716 11,325 17,093
lingkaran ( Ec)
Panjang tikungan SCS (L) m 451,795 391,822 352,206 416,766
196

Tabel 3. 9 Hasil Perhitungan Tikungan Spiral Spiral


Tikungan
Uraian Satuan
6 7 11 12
Sudut Derajat 24,236 20,418 17,896 22,006
(°)
Kecepatan rencana(Vr) Km/jam 80 80 80 80
Jari - jari (R) m 900 900 900 900
Superelevasi normal (en) % 2% 2% 2% 2%
Superelevasi maksimal (emax) % 10% 10% 10% 10%
Koefisien gesek (fmax) 0,14 0,14 0,14 0,14
Jari -jari minimum (Rmin) m 210 210 210 210
Derajat lengkung maksimal Derajat 6,820 6,820 6,820 6,820
(Dmax) (°)
Derajat lengkung (D) Derajat 1,592 1,592 1,592 1,592
(°)
Superelevasi (e) % 4,10% 4,10% 4,10% 4,10%
Lengkung Peralihan
Berdasarkan waktu tempuh m 66,667 66,667 66,667 66,667
maksimum
Berdasarkan antisipasi gaya m 8,927 8,927 8,927 8,927
sentrifugal
Berdasarkan tingkat pencapaian m 71,111 71,111 71,111 71,111
perubahan kelandaian
Absis titik SC pada gari tangen m 71,100 71,100 71,100 71,100
(Xs)
Ordinat titik SC pada garis tegak m 0,936 0,936 0,936 0,936
lurus garis tangen (Ys)
Sudut lengkung spiral (∆s) Derajat 2,264 2,264 2,264 0,234
(°)
Sudut lengkung circle (∆c) Derajat 19,708 15,890 13,368 17,478
(°)
Pergeseran tangen terhadap m 0,234 0,234 0,234 0,234
spiral (P)
Absis P pada garis tangen spiral m 35,557 35,557 35,557 35,557
(K)
Panjang lengkung (Lc) m 380,69 320,72 281,11 345,66
8 5 0 9
Jarak tangen daei PI.1 ke TS m 228,84 197,68 177,30 210,59
atau ST (Ts) 6 1 3 4
Jarak PI.1 ke puncak busur m
20,751 14,716 11,325 17,093
lingkaran ( Ec)
Panjang tikungan SCS (L) m 451,79 391,82 352,20 416,76
5 2 6 6
197

3.3.2 Perhitungan Kontrol Overlapping


Untuk mengetahui apakah hasil perencanaan geometrik alinyemen
horizontal tidak terjadi overlapping, maka diperlukan perhitungan control
overlapping antara lengkung horizontal yang satu dengan lengkung horizontal
yang lain.
a. Titik Pertemuan antara titik awal proyek A dan Tikungan 1 (FC)
PA-PI.I = Tc1 + (3/4Ls) +30 < d1
= 104,866+(3/4)(70)+30 < 705,781
= 187,366 < 705,781
b. Titik Pertemuan antara Tikungan 1 (FC) dan Tikungan 2 (SS)
PI.I-PI.2 = Tc1 + Ts2 + (3/4Ls) + 30 < d2
= 104,866 + 246,536 + (3/4)(70) + 30 < 685,580
= 4343,902 < 685,580
c. Titik Pertemuan antara Tikungan 2 (SS) dan Tikungan 3 (FC)
PI.2-PI.3 = Ts2 + Tc3 + (3/4Ls) + 30 < d3
= 246,536 + 68,222 + (3/4)(70) + 30 < 943,408
=397,858 < 943,408
d. Titik Pertemuan antara Tikungan 3 (FC) dan Tikungan 4 (SS)
PI.3-PI.4 = Tc3 + Ts4 + (3/4Ls) + 30 < d4
= 68,222 + 273,847 + (3/4)(70) + 30 < 719,882
= 425,169 < 719,882
e. Titik Pertemuan antara Tikungan 4 (SS) dan Tikungan 4 (FC)
PI.4-PI.5 = Ts4 + Tc5 + (3/4Ls) + 30 < d5
= 273,847 + 76,015 + (3/4)(70) + 30 < 526,634
= 432,362 < 526,634
f. Titik Pertemuan antara Tikungan 5 (FC) dan Tikungan 6 (SCS)
PI.5-PI.6 = Tc5 + Ts6 +(3/4Ls) + 30 < d6
= 76,015 + 89,533 + (3/4)(70) + 30 < 544,536
= 387,361 < 544,536
198

g. Titik Pertemuan antara Tikungan 6 (SCS) dan Tikungan 7 (SCS)


PI.6-PI.7 = Ts6 + Ts7 + 30 < d7
= 228,846 + 197,681 + 30 < 630,147
= 456,527 < 630,147
h. Titik Pertemuan antara Tikungan 7 (SCS) dan Tikungan 8 (FC)
PI.7-PI.8 = Ts7 + Tc8 + (3/4Ls) + 30 < d8
= 197,681 + 59,595 + (3/4)(70) + 30 < 581,631
= 339,776 < 581,631
i. Titik Pertemuan antara Tikungan 8 (FC) dan Tikungan 9 (SS)
PI.8-PI.9 = Tc8 + Ts9 +(3/4Ls) + 30 < d9
= 59,595 + 304,247 + (3/4)(70) + 30 < 643,635
= 446,342 < 643,635
j. Titik Pertemuan antara Tikungan 9 (SS) dan Tikungan 10 (SS)
PI.9-PI.10 = Ts9 + Ts10 +30 < d9
= 304,247 + 225,588+ 30 < 720,538
= 559,835 < 720,538
k. Titik Pertemuan antara Tikungan 10 (SS) dan Tikungan 11 (SCS)
PI.10-PI.11 = Ts10 + Ts11 + 30 < d10
= 225,584 + 177,303+ 30 < 720,538
= 432,891 m < 720,538
l. Titik Pertemuan antara Tikungan 11 (SCS) dan Tikungan 12 (SCS)
PI.11-PI.12 = Ts11 + Ts12 + 30 < d11
= 177,303 + 210,594 + 30 < 760,081
= 417,897 < 760,081
m. Titik Pertemuan antara Tikungan 12 (SCS) dan Titik akhir proyek (B)
PI.12-B = Ts12 +30 < d12
= 210,594 + 30 < 851,784
= 240,594 < 851,784
199

3.3.3 Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan


Adapun perhitungan pelebaran perkerasan pada tikungan adalah sebagai
berikut :
a. Tikungan 1 (Full Circle)
Kecepatan rencana (Vr) = 80km/jam
Jari-jari (R) = 1000 m
Jumlah lajur (n) = 2 lajur
Lebar badan jalan (Bn) = 3,5 x 2 = 7,00 m
Lebar kebebasan samping (C) =1m
Lebar kendaraan rencana (b) = 2,5 m
Perhitungan :
1 1
Rc =�− 4
�� + �
2
1 1
Rc =1000 − 4
7,00 + 2 2,5

Rc = 999,5

B = ( ��2 − 64 +1,25)2 + 64 −( ��2 − 64 + 1,25

= ( 999,52 − 64 +1,25)2 + 64 −( 999,52 − 64 + 1,25

B = 2,532
0,105��� 0,105�80
Z= �
== 1000
=0,266

Bt = n( B + C ) + Z

Bt = 2(2,532 + 1) + 0,266

= 7,330

∆b = Bt – Bn

= 7,330 m – 7,00 m
= 0,330 m ( Tidak perlu pelebaran karena < 0,6 m)
200

b. Tikungan 2 (Spiral-Spiral)
Kecepatan rencana (Vr) = 80 km/jam
Jari-jari (R) = 250 m
Jumlah lajur (n) = 2 lajur
Lebar badan jalan (Bn) = 3,5 x 2 = 7,00 m 7,00 m
Lebar kebebasan samping (C) =1m
Lebar kendaraan rencana (b) = 2,5 m
Perhitungan :
1 1
Rc =�− 4
�� + 2 �
1 1
Rc = 250 − 4
7,00 + 2,5
2

Rc = 249,5

B = ( ��2 − 64 +1,25)2 + 64 −( ��2 − 64 + 1,25

= ( 249,52 − 64 +1,25)2 + 64 −( 249,52 − 64 + 1,25

B = 2,628 m
0,105��� 0,105�80
Z = �
==
250
= 0,531 m

Bt = n( B + C ) + Z

Bt = 2(2,628 + 1 ) + 0,531

= 7,787 m

∆b = Bt – Bn

= 7,787 m – 7,00 m

= 0,787 (perlu pelebaran karena > 0.6 m)


201

c. Tikungan 3 (Full Circle)


Kecepatan rencana (Vr) = 80km/jam
Jari-jari (R) = 1000 m
Jumlah lajur (n) = 2 lajur
Lebar badan jalan (Bn) = 3,5 x 2 = 7,00 m
Lebar kebebasan samping (C) =1m
Lebar kendaraan rencana (b) = 2,5 m
Perhitungan :
1 1
Rc = � − 4
�� + 2 �
1 1
Rc =1000 − 4
7,00 + 2,5
2

Rc = 999,5

B = ( ��2 − 64 +1,25)2 + 64 −( ��2 − 64 + 1,25

= ( 999,52 − 64 +1,25)2 + 64 −( 999,52 − 64 + 1,25

B = 2,532
0,105��� 0,105�80
Z= �
==
1000
=0,266

Bt = n( B + C ) + Z

Bt = 2(2,532 + 1) + 0,266

= 7,330

∆b = Bt – Bn

= 7,330 m – 7,00 m
= 0,330 m ( Tidak perlu pelebaran karena < 0,6 m)
202

d. Tikungan 4 (Spiral-Spiral)
Kecepatan rencana (Vr) = 80 km/jam
Jari-jari (R) = 250 m
Jumlah lajur (n) = 2 lajur
Lebar badan jalan (Bn) = 3,5 x 2 = 7,00 m 7,00 m
Lebar kebebasan samping (C) =1m
Lebar kendaraan rencana (b) = 2,5 m
Perhitungan :
1 1
Rc = � − 4
�� + 2 �
1 1
Rc = 250 − 4
7,00 + 2,5
2

Rc = 249,5

B = ( ��2 − 64 +1,25)2 + 64 −( ��2 − 64 + 1,25

= ( 249,52 − 64 +1,25)2 + 64 −( 249,52 − 64 + 1,25

B = 2,628 m
0,105��� 0,105�80
Z= �
==
250
= 0,531 m

Bt = n( B + C ) + Z

Bt = 2(2,628 + 1 ) + 0,531

= 7,787 m

∆b = Bt – Bn

= 7,787 m – 7,00 m

= 0,787 (perlu pelebaran karena > 0.6 m)


203

e. Tikungan 5 (Full Circle)


Kecepatan rencana (Vr) = 80km/jam
Jari-jari (R) = 1000 m
Jumlah lajur (n) = 2 lajur
Lebar badan jalan (Bn) = 3,5 x 2 = 7,00 m
Lebar kebebasan samping (C) =1m
Lebar kendaraan rencana (b) = 2,5 m
Perhitungan :
1 1
Rc =�− 4
�� + 2 �
1 1
Rc =1000 − 4
7,00 + 2,5
2

Rc = 999,5

B = ( ��2 − 64 +1,25)2 + 64 −( ��2 − 64 + 1,25

= ( 999,52 − 64 +1,25)2 + 64 −( 999,52 − 64 + 1,25

B = 2,532
0,105��� 0,105�80
Z = �
==
1000
=0,266

Bt = n( B + C ) + Z

Bt = 2(2,532 + 1) + 0,266

= 7,330

∆b = Bt – Bn

= 7,330 m – 7,00 m
= 0,330 m ( Tidak perlu pelebaran karena < 0,6 m)
204

f. Tikungan 2 (Spiral Circle Spirak)


Kecepatan rencana (Vr) = 80 km/jam
Jari-jari (R) = 250 m
Jumlah lajur (n) = 2 lajur
Lebar badan jalan (Bn) = 3,50 x 2 = 7,00 m
Lebar kebebasan samping (C) =1m
Lebar kendaraan rencana (b) = 250 m
Perhitungan :
1 1
Rc = � − 4
�� + 2 �
1 1
Rc = 250 − 4
7,00 + 2,5 �
2

Rc = 249,5

B = ( ��2 − 64 +1,25)2 + 64 −( ��2 − 64 + 1,25

= ( 249,52 − 64 +1,25)2 + 64 −( 249,52 − 64 + 1,25

B = 2,628 m
0,105��� 0,105�80
Z = �
==

= 0,531 m

Bt = n( B + C ) + Z

Bt = 2(2,628 + 1 ) + 0,531

= 7,787 m

∆b = Bt – Bn

= 7,787 m – 7,00 m
= 0,787 m (perlu pelebaran karena > 0.6 m)
205

g. Tikungan 7 (Spiral Circle Spiral)


Kecepatan rencana (Vr) = 80 km/jam
Jari-jari (R) = 250 m
Jumlah lajur (n) = 2 lajur
Lebar badan jalan (Bn) = 3,50 x 2 = 7,00 m
Lebar kebebasan samping (C) =1m
Lebar kendaraan rencana (b) = 250 m
Perhitungan :
1 1
Rc = � − 4
�� + 2 �
1 1
Rc = 250 − 4
7,00 + 2,5 �
2

Rc = 249,5

B = ( ��2 − 64 +1,25)2 + 64 −( ��2 − 64 + 1,25

= ( 249,52 − 64 +1,25)2 + 64 −( 249,52 − 64 + 1,25

B = 2,628 m
0,105��� 0,105�80
Z = �
==

= 0,531 m

Bt = n( B + C ) + Z

Bt = 2(2,628 + 1 ) + 0,531

= 7,787 m

∆b = Bt – Bn

= 7,787 m – 7,00 m
= 0,787 m (perlu pelebaran karena > 0.6 m)
206

h. Tikungan 8 (Full Circle)


Kecepatan rencana (Vr) = 80km/jam
Jari-jari (R) = 1000 m
Jumlah lajur (n) = 2 lajur
Lebar badan jalan (Bn) = 3,5 x 2 = 7,00 m
Lebar kebebasan samping (C) =1m
Lebar kendaraan rencana (b) = 2,5 m
Perhitungan :
1 1
Rc = � − 4
�� + 2 �
1 1
Rc =1000 − 4
7,00 + 2,5
2

Rc = 999,5

B = ( ��2 − 64 +1,25)2 + 64 −( ��2 − 64 + 1,25

= ( 999,52 − 64 +1,25)2 + 64 −( 999,52 − 64 + 1,25

B = 2,532
0,105��� 0,105�80
Z = �
==
1000
=0,266

Bt = n( B + C ) + Z

Bt = 2(2,532 + 1) + 0,266

= 7,330

∆b= Bt – Bn

= 7,330 m – 7,00 m
= 0,330 m ( Tidak perlu pelebaran karena < 0,6 m)
207

i. Tikungan 9 (Spiral Spiral)


Kecepatan rencana (Vr) = 80 km/jam
Jari-jari (R) = 250 m
Jumlah lajur (n) = 2 lajur
Lebar badan jalan (Bn) = 3,5 x 2 = 7,00 m 7,00 m
Lebar kebebasan samping (C) =1m
Lebar kendaraan rencana (b) = 2,5 m
Perhitungan :
1 1
Rc = � − 4
�� + 2 �
1 1
Rc = 250 − 4
7,00 + 2,5
2

Rc = 249,5

B = ( ��2 − 64 +1,25)2 + 64 −( ��2 − 64 + 1,25

= ( 249,52 − 64 +1,25)2 + 64 −( 249,52 − 64 + 1,25

B = 2,628 m
0,105��� 0,105�80
Z = �
==
250
= 0,531 m

Bt = n( B + C ) + Z

Bt = 2(2,628 + 1 ) + 0,531

= 7,787 m

∆b = Bt – Bn

= 7,787 m – 7,00 m

= 0,787 (perlu pelebaran karena > 0.6 m)


208

j. Tikungan 10 (Spiral Spiral)


Kecepatan rencana (Vr) = 80 km/jam
Jari-jari (R) = 250 m
Jumlah lajur (n) = 2 lajur
Lebar badan jalan (Bn) = 3,5 x 2 = 7,00 m 7,00 m
Lebar kebebasan samping (C) =1m
Lebar kendaraan rencana (b) = 2,5 m
Perhitungan :
1 1
Rc =�− 4
�� + 2 �
1 1
Rc = 250 − 4
7,00 + 2,5
2

Rc = 249,5

B = ( ��2 − 64 +1,25)2 + 64 −( ��2 − 64 + 1,25

= ( 249,52 − 64 +1,25)2 + 64 −( 249,52 − 64 + 1,25

B = 2,628 m
0,105��� 0,105�80
Z = �
==
250
= 0,531 m

Bt = n( B + C ) + Z

Bt = 2(2,628 + 1 ) + 0,531

= 7,787 m

∆b = Bt – Bn

= 7,787 m – 7,00 m

= 0,787 (perlu pelebaran karena > 0.6 m)


209

k. Tikungan 11 (Spiral Circle Spiral)


Kecepatan rencana (Vr) = 80 km/jam
Jari-jari (R) = 250 m
Jumlah lajur (n) = 2 lajur
Lebar badan jalan (Bn) = 3,50 x 2 = 7,00 m
Lebar kebebasan samping (C) =1m
Lebar kendaraan rencana (b) = 250 m
Perhitungan :
1 1
Rc =�− 4
�� + 2 �
1 1
Rc = 250 − 4
7,00 + 2,5 �
2

Rc = 249,5

B = ( ��2 − 64 +1,25)2 + 64 −( ��2 − 64 + 1,25

= ( 249,52 − 64 +1,25)2 + 64 −( 249,52 − 64 + 1,25

B = 2,628 m
0,105��� 0,105�80
Z = �
==

= 0,531 m

Bt = n( B + C ) + Z

Bt = 2(2,628 + 1 ) + 0,531

= 7,787 m

∆b = Bt – Bn

= 7,787 m – 7,00 m
= 0,787 m (perlu pelebaran karena > 0.6 m)
210

l. Tikungan 12 (Spiral Circle Spiral)


Kecepatan rencana (Vr) = 80 km/jam
Jari-jari (R) = 250 m
Jumlah lajur (n) = 2 lajur
Lebar badan jalan (Bn) = 3,50 x 2 = 7,00 m
Lebar kebebasan samping (C) =1m
Lebar kendaraan rencana (b) = 250 m
Perhitungan :
1 1
Rc =�− 4
�� + 2 �
1 1
Rc = 250 − 4
7,00 + 2,5 �
2

Rc = 249,5

B = ( ��2 − 64 +1,25)2 + 64 −( ��2 − 64 + 1,25

= ( 249,52 − 64 +1,25)2 + 64 −( 249,52 − 64 + 1,25

B = 2,628 m
0,105��� 0,105�80
Z = �
==

= 0,531 m

Bt = n( B + C ) + Z

Bt = 2(2,628 + 1 ) + 0,531

= 7,787 m

∆b = Bt – Bn

= 7,787 m – 7,00 m
= 0,787 m (perlu pelebaran karena > 0.6 m)
211

3.3.4 Perhitungan Kebebasan Samping Pada Tikungan


Kebebasan samping pada tikungan dapat ditinjau berdasarkan :
1. Berdasarkan jarak pandang henti
Adapun perhitungan kebebasan samping pada tikungan berdasarkan jarak
pandang henti adalah sebagai berikut:
a. Tikungan 1
Jenis tikungan Full Circle (FC)
Kecepatan rencana = 80 km/jam
Jari-jari (R) = 1000 m
Lebar total perkerasan bagian lurus (Bn) = 7,00 m
Jh = 120 m
(Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geomterik Jalan Antar Kota,
1997 Tabel )
Lt = 208,968 m
Perhitungan :
Jh < Lt
120 < 208,975
1
R’ =� − 4�
1
= 1000 − 4 7,00

= 998,25 m
288,65�ℎ
E =�' (1 − ��� �'
)
288,65.120
= 998,25(1 − ��� 998,25
)

= 1,803 m
212

b. Tikungan 2
Jenis tikungan Spiral Spiral (SS)
Kecepatan rencana = 80 km/jam
Jari-jari (R) = 250 m
Lebar total perkerasan bagian lurus (Bn) = 7,00 m
Jh = 120 m
(Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geomterik Jalan Antar Kota,
1997 Tabel )
Lt = 466,666 m
Perhitungan :
Jh < Lt
120 < 466,666
1
R’ =� − 4�
1
= 250 − 4 7,00

= 248,25 m
288,65�ℎ
E =�' (1 − ��� �'
)
288,65.120
= 248,25(1 − ��� 248,25
)

= 7,217 m

c. Tikungan 3
Jenis tikungan Full Circle (FC)
Kecepatan rencana = 80 km/jam
Jari-jari (R) = 1000 m
Lebar total perkerasan bagian lurus (Bn) = 7,00 m
Jh = 120 m
(Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geomterik Jalan Antar Kota,
1997 Tabel )
Lt = 137,427 m
213

Perhitungan :
Jh < Lt
120 < 137,427
1
R’ = � − 4�
1
= 1000 − 4 7,00

= 998,25 m
288,65�ℎ
E =�' (1 − ��� �'
)
288,65.120
= 998,25(1 − ��� 998,25
)

= 1,803 m

d. Tikungan 4
Jenis tikungan Spiral Spiral (SS)
Kecepatan rencana = 80 km/jam
Jari-jari (R) = 250 m
Lebar total perkerasan bagian lurus (Bn) = 7,00 m
Jh = 120 m
(Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geomterik Jalan Antar Kota,
1997 Tabel )
Lt = 512,010 m
Perhitungan :
Jh < Lt
120 < 512,010
1
R’ = � − 4�
1
= 250 − 4 7,00

= 248,25 m
288,65�ℎ
E =�' (1 − ��� �'
)
288,65.120
= 248,25(1 − ��� 248,25
)

= 7,217 m
214

e. Tikungan 5
Jenis tikungan Full Circle (FC)
Kecepatan rencana = 80 km/jam
Jari-jari (R) = 1000 m
Lebar total perkerasan bagian lurus (Bn) = 7,00 m
Jh = 120 m
(Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geomterik Jalan Antar Kota,
1997 Tabel )
Lt = 151,740 m
Perhitungan :
Jh < Lt
120 < 151,740
1
R’ = � − 4�
1
= 1000 − 4 7,00

= 998,25 m
288,65�ℎ
E =�' (1 − ��� �'
)
288,65.120
= 998,25(1 − ��� 998,25
)

= 1,803 m

f. Tikungan 6
Jenis tikungan Spiral Circle Spiral (SCS)
Kecepatan rencana = 80 km/jam
Jari-jari (R) = 250 m
Lebar total perkerasan bagian lurus (Bn) = 7,00 m
Jh = 120 m
(Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geomterik Jalan Antar Kota,
1997 Tabel )
Lt = 309,573 m
215

Perhitungan :
Jh < Lt
120 < 176,861
1
R’ = � − 4�
1
= 900 − 4 7,00

= 898,25 m
288,65�ℎ
E =�' (1 − ��� �'
)
288,65.120
= 898,25(1 − ��� 898,25
)

= 2,003 m

g. Tikungan 7
Jenis tikungan Spiral Circle Spiral (SCS)
Kecepatan rencana = 80 km/jam
Jari-jari (R) = 250 m
Lebar total perkerasan bagian lurus (Bn) = 7,00 m
Jh = 120 m
(Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geomterik Jalan Antar Kota,
1997 Tabel )
Lt = 249,600 m
Perhitungan :
Jh < Lt
120 < 249,600
1
R’ =� − 4�
1
= 900 − 4 7,00

= 898,25 m
288,65�ℎ
E =�' (1 − ��� �'
)
288,65.120
= 898,25(1 − ��� 898,25
)

= 2,003 m
216

h. Tikungan 8
Jenis tikungan Full Circle (FC)
Kecepatan rencana = 80 km/jam
Jari-jari (R) = 1000 m
Lebar total perkerasan bagian lurus (Bn) = 7,00 m
Jh = 120 m
(Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geomterik Jalan Antar Kota,
1997 Tabel )
Lt = 119,048 m
Perhitungan :
Jh < Lt
120 < 119,048
1
R’ = � − 4�
1
= 1000 − 4 7,00

= 998,25 m
288,65�ℎ
E =�' (1 − ��� �'
)
288,65.120
= 998,25(1 − ��� 998,25
)

= 1,803 m

i. Tikungan 9
Jenis tikungan Spiral Spiral (SS)
Kecepatan rencana = 80 km/jam
Jari-jari (R) = 215 m
Lebar total perkerasan bagian lurus (Bn) = 7,00 m
Jh = 120 m
(Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geomterik Jalan Antar Kota,
1997 Tabel )
Lt = 545,563 m
217

Perhitungan :
Jh < Lt
120 < 545,563
1
R’ = � − 4�
1
= 250 − 4 7,00

= 213,25m
288,65�ℎ
E =�' (1 − ��� �'
)
288,65.120
= 213,25(1 − ��� 213,25
)

= 8,386 m

j. Tikungan 10
Jenis tikungan Spiral Spiral (SS)
Kecepatan rencana = 80 km/jam
Jari-jari (R) = 215 m
Lebar total perkerasan bagian lurus (Bn) = 7,00 m
Jh = 120 m
(Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geomterik Jalan Antar Kota,
1997 Tabel )
Lt = 424,030 m
Perhitungan :
Jh < Lt
120 < 424,030
1
R’ = � − 4�
1
= 250 − 4 7,00

= 213,25m
288,65�ℎ
E =�' (1 − ��� �'
)
288,65.120
= 213,25(1 − ��� 213,25
)

= 8,386 m
218

k. Tikungan 11
Jenis tikungan Spiral Circle Spiral (SCS)
Kecepatan rencana = 80 km/jam
Jari-jari (R) = 900 m
Lebar total perkerasan bagian lurus (Bn) = 7,00 m
Jh = 120 m
(Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geomterik Jalan Antar Kota,
1997 Tabel )
Lt = 352,226 m
Perhitungan :
Jh < Lt
120 < 352,226
1
R’ = � − 4�
1
= 900 − 4 7,00

= 898,25 m
288,65�ℎ
E =�' (1 − ��� �'
)
288,65.120
= 898,25 (1 − ��� 898,25
)

= 2,003 m

l. Tikungan 12
Jenis tikungan Spiral Circle Spiral (SCS)
Kecepatan rencana = 80 km/jam
Jari-jari (R) = 900 m
Lebar total perkerasan bagian lurus (Bn) = 7,00 m
Jh = 120 m
(Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geomterik Jalan Antar Kota,
1997 Tabel )
Lt = 416,771 m
219

Perhitungan :
Jh < Lt
120 < 416,771
1
R’ = � − 4�
1
= 900 − 4 7,00

= 898,25 m
288,65�ℎ
E =�' (1 − ��� �'
)
288,65.120
= 898,25 (1 − ��� 898,25
)

= 2,003 m

Tabel 3. 10 Kebebasan Samping Berdasarkan Jarak Pandang Henti


Keterangan Vr(km/jam) Jh(m) Lt(m) R(m) R'(m) E(m)
Tikungan 1 80 120 208,968 1000 998,25 1,803
Tikungan 2 80 120 466,664 250 248,25 7,217
Tikungan 3 80 120 137,427 1000 998,25 1,803
Tikungan 4 80 120 512,008 250 248,25 7,217
Tikungan 5 80 120 151,739 1000 998,25 1,803
Tikungan 6 80 120 451,795 900 898,25 7,217
Tikungan 7 80 120 391,822 900 898,25 2,003
Tikungan 8 80 120 119,049 1000 998,25 1,803
Tikungan 9 80 120 545,560 215 213,25 8,386
Tikungan 10 80 120 424,042 215 213,25 8,386
Tikungan 11 80 120 352,206 900 898,25 2,003
Tikungan 12 80 120 416,766 900 898,25 2,003
220

2. Berdasarkan Jarak Pandang Mendahului


Adapun perhitungan kebebasan samping pada tikungan berdasarkan jarak
pandang menyiap adalah sebagai berikut:
a. Tikungan 1
Jenis tikungan Full Circle
Kecepatan rencana (Vr) = 80 km/jam
Jari –jari (R) =1000 m
Lebar total perkerasan bagian lurus ( Bn) = 7,00 m
Jd = 550
Lt = 208,975
Perhitungan :
90 x Lt
θ=
πxR
90 x 208,975
θ=
π x 1000
= 5,987

1
E =R(1 − cos θ) + 2
jd − L sinθ
1
= 1000(1 − cos 5,987) + 2
550 − 208,975 sin 5,987

= 23,238 m

b. Tikungan 2
Jenis tikungan Spiral - Spiral
Kecepatan rencana (Vr) = 80 km/jam
Jari –jari (R) = 250 m
Lebar total perkerasan bagian lurus ( Bn) = 7,00 m
Jd = 550
Lt = 466,666
Perhitungan :
90 � ��
θ=
���
221

90 � 466,666
θ=
� � 250
= 53,476
1
E = �(1 − cos θ) + 2
�� − � ���θ
1
= 250(1 − cos 53,476 ) + 2
550 − 466,666 sin 53,476

= 134,694 m

c. Tikungan 3
Jenis tikungan Full Circle
Kecepatan rencana (Vr) = 80 km/jam
Jari –jari (R) =1000 m
Lebar total perkerasan bagian lurus ( Bn) = 7,00 m
Jd = 550
Lt = 137,427 m
Perhitungan :
90 � ��
θ=
���
90 � 137,427
θ=
� � 1000
= 3,937
1
E = �(1 − cos θ) + 2
�� − � ���θ
1
= 1000(1 − cos 3,937 ) + 2
550 − 137,427 sin 3,937

= 3,937 m

d. Tikungan 4
Jenis Tikungan Spiral-Spiral
Kecepatan rencana (Vr) = 80 km/jam
Jari –jari (R) = 250 m
Lebar total perkerasan bagian lurus ( Bn) = 7,00 m
Jd = 550
Lt = 512,010
222

Perhitungan :
90 � ��
θ=
���
90 � 512,010
θ=
� � 250
= 58,672
1
E = �(1 − cos θ) + 2
�� − � ���θ
1
= 250(1 − cos 58,672 ) + 2
550 − 512,010 sin 58,672

= 136,242 m

e. Tikungan 5
Jenis tikungan Full Circle
Kecepatan rencana (Vr) = 80 km/jam
Jari –jari (R) =1000 m
Lebar total perkerasan bagian lurus ( Bn) = 7,00 m
Jd = 550
Lt = 151,740 m
Perhitungan :
90 � ��
θ=
���
90 � 151,740
θ=
� � 1000
= 4,347
1
E = �(1 − cos θ) + 2
�� − � ���θ
1
= 1000(1 − cos 4,347 ) + 2
550 − 151,740 sin 4,347

= 17,970 m
223

f. Tikungan 6
Tikungan Spiral-Circle-Spiral
Kecepatan rencana (Vr) = 80 km/jam
Jari –jari (R) = 250 m
Lebar total perkerasan bagian lurus ( Bn) = 7,00 m
Jd = 550
Lt = 512,010
Perhitungan :
90 � ��
θ=
���
90 � 176,861
θ=
� � 250
= 20,267
1
E = �(1 − cos θ) + 2
�� − � ���θ
1
= 250(1 − cos 20,267 ) + 2
550 − 176,861 sin 20,267

= 80,104 m

g. Tikungan 7
Jenis Tikungan Spiral-Circle-Spiral
Kecepatan rencana (Vr) = 80 km/jam
Jari –jari (R) = 900 m
Lebar total perkerasan bagian lurus ( Bn) = 7,00 m
Jd = 550
Lt = 391,835
Perhitungan :
90 � ��
θ=
���
90 � 391,835
θ=
� � 900
= 12,473
1
E = �(1 − cos θ) + 2
�� − � ���θ
224

1
= 900(1 − cos 12,473 ) + 550 − 391,835 12,473
2

= 38,320 m

h. Tikungan 8
Jenis tikungan Full Circle
Kecepatan rencana (Vr) = 80 km/jam
Jari –jari (R) =1000 m
Lebar total perkerasan bagian lurus ( Bn) = 7,00 m
Jd = 550
Lt = 119,048 m
Perhitungan :
90 � ��
θ=
���
90 � 119,048
θ=
� � 1000
= 3,410
1
E = �(1 − cos θ) + 2
�� − � ���θ
1
= 1000(1 − cos 3,410 ) + 2
550 − 119,048 sin 3,410

= 14,589 m

i. Tikungan 9
Jenis Tikungan Spiral-Spiral
Kecepatan rencana (Vr) = 80 km/jam
Jari –jari (R) = 215 m
Lebar total perkerasan bagian lurus ( Bn) = 7,00 m
Jd = 550
Lt = 545,563
Perhitungan :
90 � ��
θ=
���
225

90 � 545,563
θ=
� � 215
= 72,694
1
E = �(1 − cos θ) + 2
�� − � ���θ
1
= 215(1 − cos 72,694 ) + 2
550 − 545,563 sin 72,694

= 153,161 m

j. Tikungan 10
Jenis Tikungan Spiral-Spiral
Kecepatan rencana (Vr) = 80 km/jam
Jari –jari (R) = 215 m
Lebar total perkerasan bagian lurus ( Bn) = 7,00 m
Jd = 550
Lt = 424,030
Perhitungan :
90 � ��
θ=
���
90 � 424,030
θ=
� � 215
= 56,500
1
E = �(1 − cos θ) + 2
�� − � ���θ
1
= 215(1 − cos 56,500 ) + 2
550 − 424,030 sin 56,500

= 148,857 m

k. Tikungan 11
Jenis Tikungan Spiral-Circle-Spiral
Kecepatan rencana (Vr) = 80 km/jam
Jari –jari (R) = 900 m
Lebar total perkerasan bagian lurus ( Bn) = 7,00 m
Jd = 550
Lt = 352,226
226

Perhitungan :
90 � ��
θ=
���
90 � 352,226
θ=
� � 900
= 11,212
1
E = �(1 − cos θ) + 2
�� − � ���θ
1
= 900(1 − cos 11,212 ) + 2
550 − 352,226 sin 11,212

= 36,403 m

l. Tikungan 12
Jenis Tikungan Spiral-Circle-Spiral
Kecepatan rencana (Vr) = 80 km/jam
Jari –jari (R) = 900 m
Lebar total perkerasan bagian lurus ( Bn) = 7,00 m
Jd = 550
Lt = 416,666
Perhitungan :
90 � ��
θ=
���
90 � 416,771
θ=
� � 900
= 13,266
1
E = �(1 − cos θ) + 2
�� − � ���θ
1
= 900(1 − cos 13,266 ) + 2
550 − 416,771 sin 13,266

= 39,304 m
227

Tabel 3. 11 Kebebasan Samping Berdasarkan Jarak Pandang Mendahului


Keterangan Vr(km/jam) Jh(m) Lt(m) R(m) θ(m) E(m)
Tikungan 1 80 550 104,866 1000 3,004 13,038
Tikungan 2 80 550 466,664 250 53,476 134,695
Tikungan 3 80 550 137,427 1000 3,937 16,523
Tikungan 4 80 550 512,008 250 58,672 136,242
Tikungan 5 80 550 152,030 1000 4,355 17,997
Tikungan 6 80 550 451,795 250 51,772 133,875
Tikungan 7 80 550 391,822 900 12,472 38,319
Tikungan 8 80 550 119,049 1000 3,411 14,592
Tikungan 9 80 550 545,560 215 72,694 153,162
Tikungan 10 80 550 424,042 215 56,502 148,858
Tikungan 11 80 550 352,206 900 72,694 36,402
Tikungan 12 80 550 416,766 900 13,266 39,303

3.3.5 Penentuan Titik Stationing


Penentuan titik stationing (STA) bertujuan untuk mengetahui Panjang jalur
yang direncanakan.
a. Titik A STA 0+000

b. Tikungan 1 Full Circle (FC)


STA TC1 = STA A + d1 - TC1
= 0+000 + 705,781 - 104,866
= 600,92
= 0+600,92
STACT1 = STATC1 + Lc1
= 600,92 + 208,968
= 809,888 = 0+809,888

c. Tikungan 2 Spiral-Spiral (SS)


STATS2 = STA CT1 + d2 - ( TC1+TS2)
= 809,888+ 685,580 – (104,866 + 246,536)
= 1144,066 = 1+144,066
228

STA ST2 = STA TS2 + L total


= 1144,066 + 466,664
= 1610,30 1+610,30

d. Tikungan 3 Full Circle (FC)


STA TC3 = STA ST2 + d3 - (TS2+TC3)
= 1610,730 + 943,408 – (246,536+ 68,822)
= 2238,780 = 2+238,780
STA CT3 = STA TC3 + Lc3
= 2238,780 + 137,427
= 2376,207 = 2+376,207

e. Tikungan 4 Spiral-Spiral (SS)


STA TS4 = STA CT3 + d4 - (TC3 +TS4)
= 2376,207 + 719,883 – (68,822 + 273,847)
= 2753,421 = 2+753,421
STA ST4 = STA TS4 + Ltotal
= 2753,421 + 512,008
= 3265,429 = 3+265,429

f. Tikungan 5 Full Circle (FC)


STA TC5 = STA ST4 + d5 - (TS4 + TC5)
= 3265,429 + 526,634 – (273,847 + 76,015)
= 3442,201 = 3+442,201
STA CT5 = STA TC5 +Lc5
= 3442,201 + 151,739
= 3593,940 = 3+593,940
229

g. Tikungan 6 Spiral Circle Spiral (SCS)


STA TS6 = STA CT5 + d6 - (TC5+TS6)
= 3593,940 + 544,536 – (76,015 + 228,846)
= 3833,615= 3+833,615
STA SC6 = STA TS6 + Ls6
= 3833,615 + 71,111
= 3904,726 = 3+904,726
STA CS6 = STA SC6 + Lc6
= 3904,726 + 309,573
= 4214,299 = 4+214,299
STA ST6 = STA CS6 + Ls6
= 4214,299 + 71,111

= 4285,410 = 4+285,410

h. Tikungan 7 Spiral-Circle-Spiral (SCS)


STA TS7 = STA ST7 + d7 - (TS6+TS7)
= 4285,410 + 630,147 – (228,846 + 197,681)
= 4489,030 = 4+489,030
STA SC7 = STA TS7 + Ls7
= 4489,030 + 71,111
= 4560,141= 4+560,141
STA CS7 = STA SC7 + Lc7
= 4560,141+ 249,600
= 4809,741= 4+809,741
STA ST7 = STA CS7 + Ls7
= 4809,741 + 71,111

= 4880,852 = 4+880,852
230

i. Tikungan 8 Full Circle (FC)


STA TC8 = STA ST7 + d8 - (TS7 + TC8)
= 4880,852 + 581,631 – (197,681 + 59,595)
= 5205,207 = 5+205,207
STA CT8 = STA TC8 + Lc8
= 5205,207 + 119,049
= 5324,246 = 5+324,246

j. Tikungan 9 Spiral-Spiral (SS)


STA TS9 = STA CT8 + d9 - (TC8 + TS9)
= 5324,246 + 643,635 – (59,595 + 304,247)
= 5604,049 = 5+604,049
STA ST9 = STA TS9 + Ltotal
= 5604,049 + 545,560
= 6149,609 = 6+149,609

k. Tikungan 10 Spiral – Spiral (SS)


STA TS10 = STA ST9 + d10 -(TS9 + TS10)
= 6149,609 + 598,959 – (304,247 + 225,588)
= 6218,733 = 6+218,733
STA ST10 = STA TS10 + Ltotal
= 6218,733 + 424,042
= 6642,755 = 6+642,755

l. Tikungan 11 Spiral Circle Spiral (SCS)


STA TS11 = STA ST10 + d11 - ( TS10+TS11)
= 6642,755 + 720,538 – (225,588 + 177,303)
= 6960,422 = 6+960,422
STA SC11 = STA TS11 + Ls11
= 6960,422 + 71,111
= 7031,533 = 7+031,533
231

STA CS11 = STA SC11 + Lc11


= 7031,533 + 209,984
= 7241,517 = 7+241,517
STA ST11 = STA CS11 + Ls11
= 7241,517 + 71,111
= 7312,628 = 7+312,628

m. Tikungan 12 Spiral Circle Spiral (SCS)


STA TS12 = STA ST11 + d12 - ( TS11+TS12)
= 7312,628 + 760,681 – (177,303 + 210,594)
= 7685,412 = 7+685,412
STA SC12 = STA TS12 + Ls12
= 7685,412 + 71,111
= 7756,523 = 7+756,523
STA CS12 = STA SC12 + Lc12
= 7756,523 + 274,544
= 8031,067 = 8031,067
STA ST12 = STA CS12 + Ls12
= 8031,053 + 71,111
= 8102,178 = 8102,178

n. Titik B
STA B = STA ST12 + (d13 - TS12)
= 8102,178 + (851,784 - 210,594)
= 8743,37 = 8+743,37
232

3.4 Perhitungan Alinyemen Vertikal


Perhitungan alinyemen vertikal terdiri atas perhitungan bagian landai
vertikal dan bagian lengkung vertikal. Adapun langkah perhitungannya sebagai
berikut :
3.4.1 Perhitungan Kelandaian
a. Penentuan landai maksimum
Untuk penentuan landai maksimum dapat dilihat dari tabel 2.37.
Berdasarkan kriteria perencanaan diambil kecepatan rencana (Vr) 80
Km/jam maka kelandaian maksimum adalah 5%
b. Penentuan panjang landai kritis
Untuk penentuan panjang landai kritis dapat dilihat pada tabel, dengan
kondisi bahwa kecepatan kendaraan pada awal tanjakan sama dengan
kecepatan rencana, yaitu 80 km/jam dengan kelandaian maksimum 5 %,
maka didapat panjang kritis 460 m.
3.4.2 Perhitungan Nilai Grade
Untuk penentuan nilai grade dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:
��1 −� 54,000−45,688
g1 = �����
� 100% =
525,1
� 100% = 1,58 %
Pv2 −A 51,000−54,000
g2 = Jarak
x 100% =
248,9
x 100% = −1,05 %
Pv3 −A 50,000−51,000
g3 = Jarak
x 100% = 230
x 100% = −0,43 %
Pv4 −A 42,000−50,000
g4 = Jarak
x 100% = 220
x 100% = −3,64 %
Pv5 −A 45,000−42,000
g5 = Jarak
x 100% =
920
x 100% = 0,33 %
Pv6 −A 47,000−45,000
g6 = Jarak
x 100% = 690
x 100% = 0,29 %
Pv7 −A 47,000−47,000
g7 = Jarak
x 100% = 350
x 100% = 0,00 %
Pv8 −A 56,000−47,000
g8 = Jarak
x 100% =
1700
x 100% = 0,53 %
Pv9 −A 54,000−56,000
g9 = Jarak
x 100% =
480
x 100% = −0,42 %
Pv10 −A 46,000−54,000
g10 = Jarak
x 100% = 470
x 100% = −1,70 %
233

Pv11 −A 55,000−46,000
g11 = Jarak
x 100% = 520
x 100% = −1,73 %
Pv12 −A 53,000−55,000
g12 = Jarak
x 100% = 680
x 100% = −0,29 %
Pv13 −A 51,000−53,000
g13 = Jarak
x 100% =
740
x 100% = −0,27 %
Pv14 −A 45,000−51,000
g14 = Jarak
x 100% = 190
x 100% = −3,16 %
Pv15 −A 47,000−45,000
g15 = Jarak
x 100% = 743,37
x 100% = 0,27 %
234

Tabel 3. 12 Hasil Perhitungan Nilai Gradien


Elevasi Kemiringan
STA Jarak
Grade Rencana Melintang
(m) (%)
0+000 45,688
g1 525,1 1,58
0+525,10 54,000
g2 284,9 -1,05
0+810 51,000
g3 230 -0,43
1+040 50,000
g4 220 -3,64
1+260 42,000
g5 920 0,33
2+180 45,000
g6 690 0,29
2+870 47,000
g7 350 0,00
3+220 47,000
g8 1700 0,53
4+920 56,000
g9 480 -0,42
5+400 54,000
g10 470 -1,70
5+870 46,000
g11 520 1,73
6+390 55,000
g12 680 -0,29
7+070 53,000
g13 740 -0,27
7+810 51,000
g14 190 -3,16
8+000 45,000

g15 743,37 0,27


8+743,37 47,000
235

3.4.3 Perhitungan Lengkung Vertikal


Perhitungan lengkung vertikal dilakukan untuk merubah secara bertahap
dari kelandaian kritis yang terjadi, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
guncangan akibat perubahan tersebut.
Lengkung vertikal direncanakan untuk merubah secara bertahap perubahan
dari dua macam kelandaian arah memanjang jalan pada setiap lokasi yang
diperlukan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi goncangan akibat perubahan
kelandaian dan menyediakan jarak pandang henti yang cukup untuk keamanan
dan kenyamanan pengemudi
Lengkung Vertikal terbagi atas :
1. Lengkung vertikal cembung
2. Lengkung vertikal cekung
Perhitungan lengkung vertikal cembung dan lengkung vertikal cekung dapat
dilihat pada perhitungan di bawah ini :
1. Lengkung Vertikal Cembung
a. Menghitung Kelandaian Rencana
A = g1 − g2
= 1,58% − ( − 1,05%)
= 2,63%
Nilai A negatif menunjukkan lengkung vertikal yang akan dihasilkan
adalah lengkung vertikal cekung. Dengan kecepatan rencana 80 km/jam
dan kelandaian A= 2,63% maka didapatkan Lv = 50 m (dari grafik pada
gambar 2.33)

b. Mencari y’ (jarak vertikal antar kemiringan dengan lengkung)


A. Lv 0,24 x 50
Ev = 800
= 800
= 0,164 m

Untuk X = ¼ LV
1 2
A.X2 0,164. 4x50
y’ = 200.Lv = 200.50
= 0,041 m

c. Mencari Elevasi Vertikal


236

1
Elevasi di titik PLV1 = Elevasi PPV – (g1 x Lv)
2
1,58 1
= 54,000– ( 100 x 2 . 50)

= 53,605 m
1
Elevasi di titik PLV2 = Elevasi PPV – (g1 x 4 Lv) – y
1,58 1
= 54,000 – ( 100 x 2 . 45) – 0,003

= 53,762 m
Elevasi di titik PPV = Elevasi PPV – Ev
= 54,000 – 0,164 = 53,836 m
1
Elevasi di titik PTV2 = Elevasi PPV + (g2 x 4 Lv) + y
1,05 1
= 54,000 + (– 100 x 4 50) + 0,003

= 53,910 m
1
Elevasi di titik PTV1 = Elevasi PPV + g2 x 2 Lv
1,05 1
= 54,000 + – 100 x 2 50

= 53,738 m
d. STA
STA PPV = 0+000
STA PLV = STA PPV – ½ Lv
= 0+525,100 – ½ 50
= 0+500,10
STA PLV2 = STA PPV – ¼ Lv
= 0+525,100 – ¼ 50
= 0+512,600
STA PPV = STA PPV
= 0+525,100
STA PTV2 = STA PPV + ½ Lv
= 0+525,100 + ½ 50
= 0+537,600
STA PTV = STA PPV + ¼ Lv
237

=0+525,100 + ¼ 50
=0+550,100

Gambar 3. 38 Lengkung Vertikal Cembung

2. Lengkung Vertikal Cekung


a. Menghitung Kelandaian Rencana
A = g1 − g2
= −1,05 − ( − 0,43)
= −0,62 %
Nilai A positif menunjukkan lengkung vertikal yang akan dihasilkan
adalah lengkung vertikal cembung.
Dengan kecepatan rencana 80 km/jam dengan kelandaian A= −0,62 %
maka didapatkan Lv = 45 m (dari grafik pada gambar 2.33)
b. Mencari y’ (jarak vertikal antar kemiringan dengan lengkung)
�. �� −0,62%. 45
Ev = 800
= 800
= 0,035

Untuk X = ¼ LV
1 2
�.�2 −0,62% . � 45
y’ = 200.�� = = 2
200 . 45
= 0,009

c. Mencari Elevasi Tangen


1
Elevasi di titik PLV1 = Elevasi PPV – (g1 x 2 Lv)
238

1,05 1
= 51,000 – ( − 100
x 2 x45)

= 51,236 m
1
Elevasi di titik PLV2 = Elevasi PPV – (g1 x 4 Lv) – y
1,05 1
= 51,000 – ( − 100
x 4 x45) – 0,009

= 51,109 m
Elevasi di titik PPV = Elevasi PPV + Ev
= 51,000 +0,009
= 501,035 m
1
Elevasi di titik PTV2 = Elevasi PPV + (g2 x 2 Lv) + y
0,43 1
= 51,000 + ( − 100 x 2 45) + 0,009

= 50,961 m
1
Elevasi di titik PTV1 = Elevasi PPV + (g2 x 2 Lv)
0,43 1
= 51,000 + − 100 x 2 45

= 50,903 m
d. STA
STA PPV = 0+810
STA PLV = STA PPV − ½ Lv
= 0+810 − ½ 45
= 0+787,5
STA PLV2 = STA PPV – ¼ Lv
= 0+810 – ¼ 45
= 0+798,75
STA PPV = STA PPV
= 0+810
STA PTV2 = STA PPV + ½ Lv
= 0+810 + ½ 45
= 0+821,25
STA PTV = STA PPV – ¼ Lv
= 0+810 + ¼ 45
239

= 0+832,5

Gambar 3. 39 Lengkung Vertikal Cekung


240

Tabel 3. 13 Hasil Perhitungan Elevasi Lengkung Vertikal


Titik Lengkung g 1 (%) g2 (%) A (%) Lv Ev X Y Titik STA Ev
PLV 500,100 53,605
PLV 2 512,600 53,762
PPV1 Cembung 1,58 -1,05 2,63 50,00 0,164 12,500 0,041 PPV 525,100 53,836
PTV 2 537,600 53,910
PTV 550,100 53,738
PLV 787,5 51,236
PLV 2 798,75 51,109
PPV 2 Cekung -1,05 -0,43 -0,62 45,00 0,035 11,250 0,009 PPV 810 51,035
PTV 2 821,25 50,961
PTV 832,5 50,903
PLV 1015 50,108
PLV 2 1027,5 50,004
PPV 3 Cembung -0,43 -3,64 3,21 50 0,201 12,500 0,050 PPV 1040 49,799
PTV 2 1052,5 49,595
PTV 1065 49,090
241

Titik Lengkung g 1 (%) g2 (%) A (%) Lv Ev X Y Titik STA Ev


PLV 1237,5 42,819
PLV 2 1248,75 42,354

PPV 4 Cekung -3,64 0,33 -3,97 45 0,223 11,250 0,0558 PPV 1260 42,223
PTV 2 1271,25 42,093
42,074
PTV 1282,5

PLV 2155 44,918


PLV 2 2167,5 44,958
PPV 5 Cembung 0,33 0,29 0,04 50 0,003 12,500 0,001 PPV 2180 44,997
PTV 2 2192,5 45,037
PTV 2205 45,073
PLV 2845 46,928
PLV 2 2857,5 46,959
PPV 6 Cembung 0,29 0,00 0,29 50 0,018 12,500 0,005 PPV 2870 47,018
PTV 2 2882,5 47,005
PTV 2895 47,000
242

Titik Lengkung g 1 (%) g2 (%) A (%) Lv Ev X Y Titik STA Ev


PLV 3197,5 47,000
PLV 2 3208,75 46,993
PPV 7 Cekung 0,00 0,53 -0,53 45 0,030 11,250 0,007 PPV 3220 46,970
PTV 2 3231,25 47,067
PTV 3242,5 47,119
PLV 4895 55,868
PLV 2 4907,5 55,919
PPV 8 Cembung 0,53 -0,42 0,95 50 0,059 12,500 0,015 PPV 4920 56,059
PTV 2 4932,5 55,963
PTV 4945 55,895
PLV 5375 54,105
PLV 2 5387,5 54,033

PPV 9 Cembung -0,42 -1,70 1,28 50 0,080 12,500 0,020 PPV 5400 53,920
PTV 2 5412,5 53,808
53,575
PTV 5425
243

Titik Lengkung g 1 (%) g2 (%) A (%) Lv Ev X Y Titik STA Ev


PLV 5847,5 46,383
PLV 2 5858,75 46,143
PPV 10 Cekung -1,70 1,73 -3,43 45 0,193 11,250 0,048 PPV 5870 45,807
PTV 2 5881,25 46,243
PTV 5892,5 46,383
PLV 6365 54,568
PLV 2 6377,5 54,752
PPV 11 Cembung 1,73 -0,29 2,02 50 0,126 12,500 0,032 PPV 6390 54,874
PTV 2 6402,5 54,996
PTV 6415 54,568
PLV 7047,5 53,065
PLV 2 7058,75 53,033
PPV 12 Cekung -0,29 -0,27 -0,02 45 0,001 11,250 0,000 PPV 7070 52,999
PTV 2 7081,25 52,970
PTV 7092,5 53,065
244

Titik Lengkung g 1 (%) g2 (%) A (%) Lv Ev X Y Titik STA Ev


PLV 7785 51,068
PLV 2 7797,5 50,989
PPV 13 Cembung -0,27 -3,16 2,89 50 0,181 12,500 0,045 PPV 7810 50,819
PTV 2 7822,5 50,650
PTV 7835 51,068
PLV 7977,5 45,711
PLV 2 7988,75 45,308
PPV 14 Cekung -3,16 0,27 -3,43 45 0,193 11,250 0,048 PPV 8000 44,807
PTV 2 8011,25 45,078
PTV 8022,5 45,711
245

3.5 Perhitungan Tebal Perkerasan Kaku (rigid pavement)


3.5.1 Parameter Perencanaan Tebal Perkerasan
a. Volume dan Komposisi Lalu Lintas
Perencanaan perkerasan jalan raya pada skripsi ini menggunakan
perkerasan kaku yang dihitung dengan menggunakan metode Bina Marga
2003. Berdasarkan data Lalulintas Harian Rata-rata pada pada Tahun 2020,
diperkirakan secara keseluruhan jumlah kendaraan yang akan melewati ruas
jalan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.19 berikut ini:

Tabel 3. 14 Volume dan Komposisi Lalu lintas pada Tahun Pelaksanaan


Jumlah
Jumlah
No. Jenis Kendaraan Kendaraan
Sumbu
(buah)
1. Mobil Penumpang (1+1) ton 2811 -
2. Bus (3+5) ton 83 166
3. Trus 2 as Kecil (2+4) ton 1519 302
4. Trus 2 as Besar (6+8) ton 1057 2114
5. Truk 3 as (6+14) ton 465 930
6. Truk Gandengan (6+14+5+5) ton 109 436
Total 6044 6684

b. Analisi Kekuatan Tanah Dasar dan Lapis Pondasi


1. Perhitungan CBR
Data CBR untuk ruas jalan Bts Jambi – Peninggalan dapat dilihat pada
Tabel berikut ini :
246

Tabel 3. 15 Data CBR Tanah Dasar dari STA 0+000 – STA 8+600

No STA CBR

1 0+000 6,5

2 0+200 6,5

3 0+400 7,0

4 0+600 5,5

5 0+800 6,0

6 1+000 7,0

7 1+200 7,0

8 1+400 7,0

9 1+600 7,0

10 1+800 7,0

11 2+000 6,0

12 2+200 5,5

13 2+400 7,0

14 2+600 7,0

15 2+800 7,0

16 3+000 7,0

17 3+200 6,5

18 3+400 7,0

19 3+600 6,5

20 3+800 7,0

21 4+000 6,5

22 4+200 7,0

23 4+400 7,0

24 4+600 7,0

25 4+800 6,0

26 5+000 7,0

27 5+200 6,0
247

No STA CBR

28 5+400 7,0

29 5+600 5,5

30 5+800 5,5

31 6+000 6,0

32 6+200 6,0

33 6+400 7,0

34 6+600 5,5

35 6+800 5,5

36 7+000 4,6

37 7+200 3,9

38 7+400 3,0

39 7+600 3,2

40 7+800 3,6

41 8+000 5,5

42 8+200 6,6

43 8+400 2,2

44 8+600 1,8

(������ −���min )
��������� = CBR - �

Jumlah banyak data (titik pengamatan) = 44 buah, karena > 10 maka R = 3,18
�� 261,9
�������−���� = 18 = 44
= 5,952%

(������ −���min )
��������� = CBR − �

(7−1,8
= 5,952 % − 3,18

= 4,3 %
248

2. Lapis Pondasi Bawah Material Berbutir


Parameter Perencanaan
CBR Tanah Dasar : 4,3%
Koefisien Distribusi (C) : 4,0 Mpa
Jenis / Tebal Pondasi Bawah : Lapis berbutir agregat A = 15cm
Jens / Tebal Pondasi Bawah : Lean mix concrete = 10 cm
Mutu Baja Tulangan : U-39 (fy = 3900 kg/cm2)
Koefisien Gesek antara pelat beton dengan pondasi (μ) : 1,2
Bahu Jalan : Ya Lapis berbutir
Ruji (dowel) : Ya
Pertumbuhan lalu lintas : 5 % per tahun
Umur rencana : 20 tahun
Direncanakan perkerasan beton bersambung dengan tulangan untuk jalan 2
lajur 2 arah jalan arteri antar kota.

3.5.2 Perhitungan Tebal Perkerasan


a. Analisa Lalu Lintas
Perhitungan jumlah sumbu berdasarkan jenis dan bebannya untuk data
lalu lintas harian rata-rata pada ruas jalan Bts Jambi - Peninggalan dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
249

Tabel 3. 16 Perhitungan Jumlah Sumbu Kendaraan Berdasarkan Jenis dan Bebannya

Ket : RD = Roda Depan, RB = Roda Belakang, RGD = Roda Gandeng Depan, RGB = Roda Gandeng Belakang, BS = Beban Sumbu,JS = Jumlah
Sumbu, STRT = Sumbu Tunggal Roda Tunggal, STRG = Sumbu Tunggal Roda Ganda, STdRG = Sumbu Tandem Roda Ganda
250

Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga (JSKN) selama umur rencana (10 tahun)
JSKNH = 6684 buah kendaraan
1+� � −1 1+0,05 20 −1
R = �
= 0,05
= 33,066

JSKN = 365 x JSKNH x R


= 365 x 6684 x 33,066
= 80669685,587 sumbu kendaraan 8,07 x107

JSKN Rencana = C x JSKN


= 0,5 x 80669685,587
= 4,03 x 107
b. Perhutungan Repetisi Sumbu yang Terjadi
Perhitungan repetisi sumbu rencana dapat dilihat pada Tabel 3.22 berikut
ini:
Tabel 3. 17 Perhitungan Repitisi Sumbu Rencana

c. Perhitungan Tebal Pelat Beton


Jenis perkerasan : BBDT dengan Ruji
Jenis bahu : Sirtu
Umur rencana : 20 tahun
JSKN rencana : 4,03 x 107
251

Faktor keamanan beban : 1,1


Kuat tarik lentur beton (f’ cf) umur 28 hari : 4,0 Mpa
Jenis dan tebal lapis pondasi : Lapis berbutir sirtu = 15 cm
CBR tanah dasar : 4,3 %
CBR efektif : 30 %
Tebal taksiran pelat beton : 17 cm
Ruji (dowel) : Ya
1. Perhitungan Beban Sumbu
Beban sumbu ton STRT = 6 ton x 10 = 60 ton
2. Perhitungan Beban Rencana Per Roda
����� �����
Beban rencana per roda = �����ℎ ����� ��� ���� x Fkb
60 ��
= 2
× 1,1

= 33
3. Mencari Faktor Tegangan dan Erosi
Nilai tegangan ekivalen dan faktor erosi dengan CBR efektif = 30 %
didapat :

Tabel 3. 18 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan dengan Bahu Beton
dengan Ruji dengan tebal Pelat 17 cm

CBR Tegangan Setara Faktor Erosi


Efektif
(%) STRT STRG STdRG STRT STRG STdRG

25 1,08 1,62 1,35 1,95 2,55 2,55


35 1,05 1,55 1,3 1,94 2,53 2,51
252

Dikarenakan nilai CBR efektif = 30 %, maka nilai yang akan dipakai


menggunakan perhitungan interpolasi :
(1,08−1,05)
STRT = 1,08-- (35−25)
x (30- 25)

Tegangan Setara Faktor Erosi


CBR
Efektif
(%) STRT STRG STdRG STRT STRG STdRG

25 1,08 1,62 1,35 1,95 2,55 2,55


30 1,07 1,60 1,34 1,95 2,55 2,55
35 1,05 1,55 1,3 1,94 2,53 2,51

4. Menentukan Faktor Rasio Tegangan (FRT)


Faktor rasio teganagan (FRT) dicari dengan membagi teganagan ekivalen
(TE) oleh kuat tarik lentur (fcf). Faktor rasio teganag (FRT) untuk
berbagai jenis sumbu kendaraan adalah sebagai berikut :
�� 1,07
FRTSTRT = ��� = 4
= 0,27

�� 1,60
FRTSTRG = ��� = 4
= 0,40

�� 1,34
FRTSTdRG = ��� = 4
= 0,34

5. Menetukan Jumlah Repetisi Izin Fatik dan Repetisi Izin Erosi


253

0,27

33

Gambar 3. 40 Grafik Repetisi Ijin Fatik untuk Tebal Pelat 17 cm

Dari gambar 3.40 diperoleh repetisi ijin fatik yang terjadi untuk semua jenis
kendaraan adalah tidak terbatas. Repetisi beban ijin berdasarkan faktor erosi
diperlihatkan pada gambar 3.40 berikut ini
254

1.95

33

Gambar 3. 41 Grafik Analisa Erosi dan Jumlah Repetisi Beban Berdasarkan Faktor Erosi
dengan Bahu Beton untuk Tebal Pelat 17 cm

Dari gambar 3.41diperoleh jumlah repetisi beban berdasarkan faktor erosi dengan
bahu beton untuk tebal pelat 17 cm yaitu tak terbatas. Perhitungan tebal pelat
beton dapat dilihat pada Tabel 3.19 berikut ini
255

Tabel 3. 19 Perhitungan untuk Tebal Pelat 17 cm

Beban Beban Faktor Analisa Fatik Analisa Erosi


Jenis
Sumbu Rencana Repitisi Yang Terjadi Tegangan dan Persen Persen
Sumbu Repitisi Ijin Repitisi Ijin
Ton (K) Per Roda Erosi Rusak (%) Rusak (%)
1 2 3 4 5 6 7=4x100/6 8 9=4x100/8
6 (60) 33,00 3,45312E+12 TT 0 TT 0
5 (50) 27,50 7,71696E+12 TE = 1,07 TT 0 TT 0
STRT 4 (40) 22,00 9,18829E+12 FRT = 0,27 TT 0 TT 0
3 (30) 16,50 5,10461E+11 FE = 1,95 TT 0 TT 0
2 (20) 11,00 9,18829E+12 TT 0 TT 0
8 (80) 22,00 6,39759E+12 TE = 1,60 TT 0 TT 0
STRG 5 (50) 13,75 5,03801E+11 FRT = 0,40 TT 0 TT 0
FE = 2,55
TE = 1,34
STdRG 14 (140) 19,25 3,47087E+12 FRT = 0,34 TT 0 TT 0
FE = 2,55
Total 0% <100% 0% < 100%

Keterangan :
TE =TeganganEkivalen
FRT =FaktorRasioTegangan
Fe =FaktorErosi
TT =TidakTerbatas
256

a. Perhitungan Tulangan

Berdasarkan perhitungan tebal pelat, maka untuk perkerasan beton


bersambung dengan tulangan digunakan :
1.) Ukuran pelat :

Tebal (h) = 17 cm
Lebar pelat (l) = 2 x 3,50 m
Panjang pelat = 15 cm
2.) Sambungan susut dipasang tiap jarak : 15 m

Ruji yang digunakan adalah polos dengan Ø 28 mm, panjang 450 mm


dan jarak 300 mm
3.) Tulangan memanjang :

Koefisien gegsek antara pelat beton dengan pondasi bawah (μ) = 1,2
Kuat tarik ijin baja (fs) = 240 Mpa
Berat isi beton (m) = 2400 kg/m3
Gravitasi (g) = 9,81 m/detik2
�.�.�.�.ℎ
As = 2.��
1,2 . 1,5 . 2400 . 9,81 .(0,17)
= (2.)(240)

= 150,093 mm2/m’
As min = 0,1% x 170 mm x 1000 mm

= 170 mm2/m -> diambil nilai yang terbesar sebagai As min

Dipergunakan tulangan diameter 12 – 200 mm


1
����2 �1000
������� = 4
200

1
���122 �1000
=4 200
= mm2/m

= 565,487 mm2/m’

 Aspakai = (565,487 mm2/m’) > Asmin (170 mm2/m’) → penampang aman


257

4.) Tulangan Melintang


�.�.�.�.ℎ
As = 2.��

(1,2).(7).(2400).(9,81).(0,17)
= 2 .(240)

= 70,043 mm2/m’

As min = 0,1% x170 mm x 1000 mm

= 170 mm2/m’ -> diambil nilai yang terbesar sebagai As min

Dipergunakan tulangan diameter 12 – 300 mm


1
����2 �1000
������� = 4
300

1
���122 �1000
= 4
300

= 376,991 mm2/m’

 Aspakai = (376,991 mm2/m’) > Asmin(170 mm2/m’) → penampang aman

5.) Ruji Dowel menggunakan Diameter 28, panjang 225 mm (berdasarkan

SNI Beton Pd-14-2003), dengan masing-masing jarak 450 mm.

(berdasarkan tabel 2.22 diameter ruji)

6.) Tie Bar digunakan Baja Ulir Diameter 16 mm, panjang 700 mm , Jarak

Maksimum 750mm

�� ( ���� ��������� ��������/�) = 204 x b x h


= 204 x 3,5 x 0,17

= 121,380 mm2
� ( ������� ������ ��������) = (38,5 x Ø) + 75
= (38,5 x 16) + 75

= 691,000 mm 700 mm
258

Gambar 3. 42 Sambungan Susut Melintang Dengan Menggunakan Dowel Pada


Perkerasan Beton Bersambung Dengan Tulangan

Gambar 3. 43 Penulangan Perkerasan Beton Bersambung dengan


Tulangan
259

3.6 Perhitungan Saluran Drainase Jalan


3.6.1 Analisa Curah Hujan
Dalam skripsi ini, data curah hujan yang digunakan adalah Data Curah
Hujan Stasiun Kelas I Sumatera Selatan, yang diperoleh BMKG selama 5 tahun
terakhir. Data yang peroleh adalah sebagai berikut :
Tabel 3. 20 Data Curah Hujan

Sumber : BMKG Palembang

Selanjutnya dilakukan perhitungan frekuensi curah hujan dengan


menggunakan metode Gumbel sebagai berikut :

1. Analisis Frekuensi Curah Hujan Harian Maksimum


Dilakukan perhitungan frekuensi curah hujan dengan mengunakan
metode Gumbel, untuk menghitung hujan rata-rata maksimum dengan jumlah
260

pengamatan (n) = 5 tahun, data tersebut dikumulatifkan dengan periode ulang


5 tahun.
Curah Hujan harian rata-rata
R 2126
R = = = 425,200 mm
n 5

Standar Deviasi
(R−Ṝ)2 82,800
Sx = �−1
= 5−1
= 4,5

Untuk periode ulang (T) = 5 Tahun



Yt = − �� ��( �−1 )
5
= − �� ��( 5−1 )

= 1,4999
Yn= 0,4952 (Lihat Tabel Reduced Mean, Soemarto, 1999)
Sn = 0,9496 (Lihat Tabel Reduced Mean Standart Deviation, Soemarto, 1999)
Rumus yang digunakan untu kala ulang 5 tahun :
�� −��
Rt =R+ ��
���
1,4999 − 0,4592
= 425,200 + 0,9496
× 4,5

= 429,957 mm/hari

3.6.2 Perhitungan Aliran Debit Rencana (Q)


Perhitungan debit aliran rencana berdasarkan peta topografi yang ditinjau
persegmen jalan.
a. Kondisi eksisting permukaan jalan
Panjang saluran drainase (L) = 525,10 m
L1 : perkerasan jalan = 3,5 m
L2 : bahu jalan = 2,0 m
L3 : bagian luar jalan = 20 m
Menentukan koefisien C ( tabel ) :
Badan jalan (C1) = 0,70 (jalan beton & jalan aspal)
Bahu Jalan (C2) = 0,10 (tanah berbutir kasar)
261

Bagian luar jalan (C3) = 0,20 (taman dan kebun)


Fk( faktor limpasan kebun) = 0,2

�1 � �1 + �2 � �2 + �3 � �3 � ��
 Cgab = �1+�2+�3

(0,70 × 1837,85) +(0,10 × 1050,20) +(0,20 × 10502) ×0,2


= 1837,85+ 1050,20+ 10502

= 0,135
b. Perhitungan Waktu Konsentrasi (tc)
Waktu inlet yang diperhitungkan adalah waktu yang dibutuhkan oleh air
hujan sejak jatuh dari titik yang terjauh dari daerah tangkapan sampai ke
saluran drainase.
Koefisien Hambatan (nd) pada Tabel

ndaspal = 0,013 kaspal = 0,02


ndbahu = 0,20 kbahu = 0,04
nd����ℎ���� ���� = 0,4 kcatchment area = 0,05

Kemiringan saluran Memanjang (Is )

 Is ( aspal) = 0,02
 Is (bahu) = 0,04
 Is (����ℎ���� ����) = 0,05
2 �� 0,167
 taspal =
3
� 3,28 � �1�
��

2 �� 0,167
=
3
� 3,28 � 3,5� 0,02

= 0,943 menit

2 �� 0,167
 tbahu =
3
� 3,28 � �1�
��

2 �� 0,167
=
3
� 3,28 � 2,0 � 0,04

= 1,279 menit
262

2 �� 0,167
 tluar jalan =
3
� 3,28 � �1� ��

0,167
2 ��
= � 3,28 � 2,0 �
3 0,05

= 2,071 menit

 t0 = taspal + tbahu + tluar jalan

= taspal + tbahu + tluar jalan


= 0,943 menit + 1,279 menit + 2,071menit = 4,293 menit

V izim = 1,5 m/det, dipilih berdasarkan jenis material “pasangan batu”


� 525,10
 td = 60 � 1,5 = 60 � 1,5 = 5,834 menit

 tc = t0 + td
= 4,293 menit + 5,834 menit = 0,169 jam

c. Perhitungan Intensitas Curah Hujan


Periode ulang yang digunakan untuk perencanaan saluran drainase yaitu 5
tahun.
2
�24 24 3
 I = 24
� ��
2
429.957 24 3
= 24
� 0,169

= 487,637 mm/jam
d. Debit Aliran Rencana (Q)
 A = A1 + A2 + A3
= 1837,85 + 1050,20 + 10502
= 13390,05 m2 = 0,0134 km2
 C = 0,135
 I = 487,637 mm/jam
1
 Q = 36 x C x I x A
263

1
= x 0,135 x 487,637 x 0,0134
36

= 0,245 m3/detik
264

Tabel 3. 21 Hasil Perhitungan Nilai Koefisien Pengairan (C)


265

Tabel 3. 22 Hasil Perhitungan Waktu Konsentrasi (Tc)


266

Tabel 3. 23 Hasil Perhitungan Debit Aliran Rencana


(Q)
3.6.3 Desain Saluran Samping
Penentuan dimensi awal dengan menggunakan bahan :
a. Saluran direncanakan dibuat dari batu-batu besar dengan kecepatan aliran
yang diijinkan 1,50 m/detik (Tabel 2.52).
b. Bentuk penampang : Persegi
c. Angka kekasaran permukaan saluran Manning (n) = 0,014 dari Tabel
2.36.
Dari hasil perhitungan debit aliran rencana diatas dengan periode ulang 5
tahun yaitu 0,793 m³/detik. Direncanakan suatu drainase untuk mengalirkan debit
tersebut.
1. Luas desain (Ad)
� 0,453 m3/detik
Ad = � ���� = 1,50 m/detik
= 0,302 m2

2. Luas Penampang ekonomis (Ae)


Ae → B =2xy
3. Persamaan Ad = Ae
Ad =bxy
0,302m2 = 2y . y
0,302 m2= 2y2
0,302
y = 2
= 0,389 m

4. Tinggi jagaan/free board/ weakling (ruang bebas)


w = 0,5� = 0,5 x 0,389 = 0,441 m
5. Lebar dasar saluran
(B) =2xy
= 2 x 0,389 m
= 0,778 m
6. Jari-jari hidarulik
�� 1,167
R = � = 1,556 = 0,750 m
268

7. Keliling basah (P) = B + 2 x y


= 0,570 m + 2 x 0,389
= 1,556 m

8. Luas penampang basah (A) =B+y


= 0,778 + 0,389\
= 1,167 m2
9. Kemiringan saluran drainase
2 1
1
Kecepatan aliran pada saluran (V) = n x R3 x S2 , sehingga
2 2
��� 1,5 x 0,014
S= 2 = 2
�3 0,705 3

= 0,0006
= 0,06 %

Gambar 3. 44 Desain Drainase


269

3.7 Perhitungan Dimensi Box Culvert (Q)


Beberapa hal yang perlu diketahui sebelum menghitung besarnya dimensi
box culvert yaitu adalah intensitas curah hujan dan debit limpasan. Berikut ini
adalah perhitungannya :
1. Perhitungan Debit limpasan
Perhitungan debit aliran rencana berdasarkan peta topografi yang ditinjau
per segmen jalan, untuk contoh perhitungan STA 0+810 sampai STA
1+260.
 Kondisi eksisting permukaan jalan
Panjang saluran drainase (L) = 734,9 m
L1: Perekerasan jalan = 3,5 m
L2 : bahu jalan = 2,0 m
L3 : bagian luar jalan = 20 m
 Menentukan koefisien C (tabel 2.32) :
I1 : perkerasan jalan C1 = 0,70 (jalan beton & jalan aspal)
I2 : bahu jalan C2 = 0,10 (tanah berbutir kasar)
I3 : bagian luar jalan C3 = 0,20 (taman dan kebun)
Fk (faktor limpasan taman dan kebun) = 0,2
 Luas daerah pengaliran diambil per meter panjang :
Perkerasan jalan (A1) = 3,5 m x 734,9 m = 2572,15 m2
Bahu jalan (A2) = 2,0 m x 734,9 m = 1469,80 m2
Bagian luar jalan (A3) = 2,0 m x 734,9 m = 1469,80 m2

Koefisien pengaliran rata-rata :


C1 X A1 + C2 × A2 + C3 × A3 ×fk
C = A1 + A2 + A3
0,70 × 2572,15 + 0,10 × 11469,80 + 0,20 × 14698 × 0,2
= 2572,15+ 1469,80+ 14698

= 0,135
270

2. Perhitungan Waktu Konsentrasi (Tc)


Dikarenakan jenis bahan pada jalan beton bertulang, maka kecepatan yang
diizinkan V = 1,5 m/det

ndaspal = 0,013 kaspal = 0,02


ndbahu = 0,20 kbahu = 0,04

ndcatchment area = 0,4 kcatchment area = 0,05

2 nd 0,167
taspal = 3
x 3,28 x L1 x

2 0,013 0,167
= 3
x 3,28 x 3,5 x 0,02

= 0,943 menit
0,167
2 nd
tbahu = 3
x 3,28 x L2 x
Is

2 0,20 0,167
= 3
x 3,28 x 2,0 x
0,04

= 1,279 menit
2 nd 0,167
tcatchment area = 3
x 3,28 x L3 x

0,167
2 0,40
= 3
x 3,28 x 20 x
0,05

= 2,071 menit

t0 = 0,943 menit + 1,279 menit + 2,071menit = 4,293 menit


L 734,90
td = 60 x V = 60 x 1,5 = 8,166 menit

Tc = t0 + td = 4,293 menit + 8,166menit = 12,459 menit = 0,208 jam

3. Perhitungan Intensitas Curah Hujan


Periode ulang yang digunakan untuk perencanaan saluran drainase, yaitu 5
tahun.
271

2 2
R24 24 3 429,957 24 3
I = 24
x tc
= 24
x 0,208
= 424,599 mm/jam

4. Debit Aliran Rencana (Q)


A = A1 + A2 + A3
= 2572,15+ 1469,80+ 14698
= 18739,95 m2 = 0,019 km2
C = 0,135

I = 424,599 mm/jam

1
Q = 3,6 x C.I.A

1
= 3,6 x 0,135 x 424,599 x 0,019

= 0,303 m3/det

Hasil perhitungan debit aliran rencana (Q) dapat dilihat pada Tabel 3.31
berikut ini :

Tabel 3. 26 Perhitungan Debit Aliran Rencana (Q) Box Culvert

Periode ulang
A
Panjang Tc T = 5 Tahun
Segmen STA (km^2 C
(m) jam Q
) I (m/det)
(m^3/det)

1+260,00 734,90 0,019 0,208 0,135 424,599 0,303


I
2+870 1610,00 0,041 0,370 0,135 289,215 0,445
3+220 350,00 0,009 0,136 0,135 563,632 0,190
II
4+920 1700,00 0,043 0,386 0,135 281,166 0,453
5+870 950,00 0,024 0,248 0,135 377,619 0,340
III
6+390 520,00 0,013 0,168 0,135 489,570 0,239
8+000 1610,00 0,041 0,370 0,135 289,215 0,445
IV
8+743,37 743,37 0,019 0,209 0,135 423,244 0,302
272

Tabel 3. 27 Debit Aliran Rencana (Q) Box Culvert


Box Culvert STA Q
I 1+260,00 0,748
II 3+220 0,635
III 5+870 0,643
IV 8+000 0,793

Dari perhitungan debit aliran rencana, didapatkan nilai Q maksimal


sebesar 0,793 m3/detik.

3.7.1 Debit Aliran Rencana Box Culvert


Dari perhitungan debit aliran rencana, didapatkan nilai Qmaksimal sebesar
0,793 m3/detik. Maka direncanakan suatu Box Culvert untuk mengalirkan debit
tersebut.

3.7.2 Desain Dimensi Box Culvert


Perhitungan desain box culvert saluran yang akan direncanakan dapat dilihat
pada perhitungan dibawah ini:
Box culvert direncanakan dibuat dari beton bertulang dengan kecepatan
aliran yang diijinkan 1,50 m/detik dengan koefisien manning (n) = 0,014 (Tabel
2.38) untuk permukaan saluran beton bertulang. Perhitungan luas penampang
basah saluran dengan menggunakan rumus :
a. A desain
� 0,793
Ad = � ���� = 1,5
= 0,529 m2

Kriteria penampang persegi ekonomi, b = 2h


Dimensi saluran, A = b.h
A = 2h2
0,529 = 2h2
0,529
b. Tinggi Aliran, h = 2
= 0,514 m
273

c. Tinggi jagaan w = 0,5 � ℎ = 0,5 �0,514 = 0,507 m


d. Tinggi penampang, = W + h
= 0,507 + 0,514
= 1,021 m
e. Lebar saluran, B =2xh
= 2 x 0,514
= 1,028 m
f. Keliling basah, P = B + 2. h
= 1,028 + 2 x 0,514 = 2,056 m
g. Luas penampang basah, A =Bxh
= 1,028 x 1,028 = 0,528 m
� 0,528 �
h. Jari-jari hidraulik, R = � = 2,056 �
= 0,257 m

Dari perhitungan tersebut diambil dimensi box culvert berdasarkan SNI


gorong-gorong persegi beton bertulang (box culvert) tipe single dengan
diameter Ø16 mm dan jumlah tulangan pada lampiran dengan penampang
sebagai berikut :

Gambar 3. 45 Dimensi Penampang Box Culvert Perencanaan


274

Gambar 3. 46 Dimensi Penampang Box Culvert Pelaksanaan

3.7.3 Perhitungan Pembebanan Box Culvert


a. Data Teknis
 Mutu beton : Fc’ = 25 Mpa
 Mutu baja : fy =BJ-24=240Mpa
 Berat jenis beton bertulang : wc = 25 kN/m3
 Berat jenis agregat a : wag = 18 kN/m3
 Berat jenis lc : wlc = 15 kN/m3
 Berat jenis aspal : wa = 22 kN/m3
 Berat jenis air : ww = 9,80 kN/m3
 Lebar box culvert (sisi dalam) :I =1m
 Tinggi box culvert (sisi dalam) :H =1m
 Tebal saluran :h = 0,16 m
 Lebar saluran :B = 1,32 n
 Volume box culvert/m :V = 0,794 m3
 Lebar jalan ( jalur lalu lintas) :L = 7,00 m
 Tebal pelat rigid pavement : ts = 0,17 m
 Tebal lapisan agregat a : tag = 0,15 m
 Tebal lc : tlc = 0,10 m
275

 Tebal lapisan aspal + overlay : ta = 0,05 m


 Tinggi genangan air hujan : th = 0,05 m

Gambar 3. 47 Potogan Penampang Box Culvert

b. Analisa Beban
a). Berat Sendiri (MS)
Berat sendiri adalah berat bahan dan bagian saluran yang merupakan
elemen struktural, ditambah dengan elemen non-struktural yang
dipikulnya, dan bersifat tetap. Beban berat sendiri saluran dihitung
sebagai berikut :
Faktor beban ultimate (KMS) = 1,3
Berat sendiri pelat rigid pavement (QMS1) = B x ts x wc
=1,32mx0,17mx 25kN/m3
= 5,610 kN/m
Berat sendiri pelat agregat A (QMS2) = B x tag x wag
=1,32mx0,15mx18kN/m3
= 3,564 kN/m
Berat sendiri pelat lc (QMS3) = B x tlc x wlc
=1,32mx0,10mx 15kN/m3
= 1,98 kN/m
Berat sendiri saluran (QMS4) = V x wc
= 0,794 m3 x 25 kN/m3
276

= 19,85 kN/m
Total berat sendiri (QMS) = QMS1 + QMS2 + QMS3 + QMS
= 5,610 + 3,564 + 1,98 + 19,85
= 31,004 kN/m
Gaya geser dan momen akibat berat sendiri (MS) :
VMS = 1/2 . QMS . B = 1/2 x 31,004 kN/m x 1,32 m = 20,462 kN
MMS = 1/8 . QMS . B2 = 1/8 x 31,004kN/m x (1,322) m = 6,752 kN

b).Beban Mati Tambahan (MA)


Faktor beban ultimate (KMA) = 1,3
Berat mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang menimbulkan
suatu beban pada saluran yang merupakan elemen non-struktural dan
kemungkinan besarnya berubah selama umur saluran. Saluran
dianalisis harus mampu memikul beban tambahan, seperti :
1. Penambahan lapisan aspal (overlay) dikemudian hari.
2. Genangan air hujan jika sistem drainase tidak bekerja dengan baik.

Tabel 3. 28 Beban Mati Tambahan pada Saluran


Lebar Tebal Berat Jenis Beban Mati
No. Jenis
(m) (m) (kN/m3) (kN/m)
1 Lapis aspal + overlay 1,32 0,05 22 1,45
2 Air hujan 1,32 0,05 9,80 0,65
QMA 2,10

Gaya geser dan momen akibat beban tambahan (MA):


VMS = 1/2 . QMA . B = 1/2 x 2,10 kN/m x 1,32 m = 1,386 kN
MMS = 1/8 . QMA . B2 = 1/8 x 2,10 kN/m x (1,322) m = 0,457 Kn

c). Berat Lalu Lintas


1.) Beban Lajur “D” (TD)
277

Faktor beban ultimate (KTD) = 1,0


Beban kendaraan yang berupa beban lajur “D” terdiri dari beban
terbagi rata UDL (Uniformly Distributed Load) dan beban garis
KEL (Knife Edge Load) seperti pada gambar 3.42. UDL intensitas
q (kPa) yang besarnya tergantung pada panjang bentang L yang
dibebani lalulintas seperti gambar 3.43 atau dinyatakan dengan
rumus sebagai berikut :
q = 8,0 kPa, untuk L ≤ 30 m
q = 8,0 . (0,5 + 15/L) kPa, untuk L > 30 m

Gambar 3. 48 Beban Lajur "D"

Gambar 3. 49 Intensitas Uniformly Distributed Load (UDL)

Untuk panjang bentang, L = 7,00 m, q = 8,00 kPa = 8


kN/m2
KEL mempunyai intensitas, p = 44,00 kN/m
Faktor beban dinamis (DLA) untuk KEL diambil sebagai berikut :
DLA = 0,40 untuk L ≤ 50 m
278

DLA = 0,40 – 0,0025. (1-50) untuk 50 < L < 90 m


DLA = 0,30 untuk L ≥ 90 m

Gambar 3. 50 aktor Beban Dinamis (DLA)

Lebar saluran,
B = 1,32 m
DLA = 0,40

Beban lajur pada saluran,


QTD =qxB
= 8 kN/m2 x 1,32 m
= 10,56 kN/m
PTD = (1+DLA) x p x B
= (1+0,40) x 44,00 kN/m2 x 1,32 m
= 81,312 kN/m

Gaya geser dan momen akibat beban lajur “D”,


VTD = ½ . (QTD . B + PTD)
= ½ x (10,56 kN/m x 1,32 m + 81,312 kN)
= 47,626 kN
MTD = 1/8 . QTD . B2 + 1/4 . PTD. B
= 1/8 x 10,56 kN/m x 1,322 m + ¼ x 81,321 kN x 1,32 m
279

= 29,133 kN.m

d).Beban Truk “T” (TT)


Faktor beban ultimate (KTT) = 1,0
Beban hidup pada slab rigid berupa beban roda ganda oleh Truk
(beban T yang besarnya, T = 80 kN.
Faktor beban dinamis untuk pembebanan truk diambil (DLA) = 0,40

Gambar 3. 51 Pembebanan Truk “TT” dengan PTT = 80 kN

Gaya geser maksimum akibat beban (T),


VTT = ½ . PTT = ½ x 80 kN = 40 kN
Momen maksimum akibat beban (T),
MTT = ½ . PTT. ½ . L = ½ x 80 kN x ½ x 1,32 m = 26,40 kN.m
Gaya geser dan momen yang terjadi akibat pembebanan lalulintas,
diambil yang memberikan pengaruh terbesar terhadap saluran diantara
beban “D” dan beban “T”.
Gaya geser maksimum akibat beban (D), VTD = 47,62 kN
Momen maksimum akibat beban (D), MTD = 29,13 kN.m
280

e). Kombinasi Beban Ultimate

Tabel 3. 29 Kombinasi Beban Ultimate

Faktor
No. Jenis Beban Kombinasi
Beban
1 Berat Sendiri (MS) 1,3 √
2 Beban Mati Tambahan (MA) 1,3 √
3 Beban Lajur "D" 1,0 √

Tabel 3. 30 Kombinasi Momen Ultimate


Faktor M Mu
No. Jenis Beban
Beban (kNm) (kNm)
1 Berat Sendiri (MS) 1,3 6,75 8,78
Beban Mati Tambahan
2 1,3 0,46 0,60
(MA)
3 Beban Lajur "D" 1,0 29,13 29,13
Mu 38,51

Tabel 3. 31 Kombinasi Gaya Geser Ultimate


Faktor M Mu
No. Jenis Beban
Beban (kNm) (kNm)
1 Berat Sendiri (MS) 1,3 20,46 26,60
2 Beban Mati Tambahan (MA) 1,3 1,39 1,81
3 Beban Lajur "D" 1,0 47,62 47,62
Vu 76,03

Momen ultimate rencana saluran, Mu = 38,51 kN.m


Gaya geser ultimate rencana saluran, Vu = 76,03 Kn

3.7.4 Penulangan Box Culvert


a. Tulangan Arah X
281

 Mutu beton = fc = 25 MPa


 Mutu baja = fy’ = BJ-24 = 240 MPa
 Diameter tulangan dipakai = Ø16 mm
 Diameter pelat yang ditinjau (b) = 1000 mm
 Tebal pelat (h) = 160 mm
 Tebal selimut beton (d’) = 40 mm
 Tebal efektif pelat (d) = h - d’- ½ Ø = 112 mm

Rasio tulangan :
�� � . ��
� . �. �2
= � . fy . 1 − 1,7 . ��'

38,51 x 106 � . 240


0,8 � 1000 � 1122
= � . 240 . 1 − 1,7 . 25

3,836 = 240 � - 1355,294 �2


� = 0,017
1,4 1,4
�min = ��
= 240 = 0,006

0,85 . �' . ��' 600


�max = 0,75 . ��
. 600+��
0,85 . 0,85 . 25 600
= 0,75 . 240
. 600+��

= 0,0403
�min < � < �max (ok)
Luas Tulangan :
As perlu = � x b x d
= 0,017 x 1000 mm x 112 mm
= 1904 mm2
Jarak tulangan yang diperlukan:

S = ¼ . π . D2 x ��
1000
= ¼ . π . 162 x 1904

= 105,60 mm ~ 100 mm

As pakai Ø16-100 = ¼ . π . D2 x �
282

1000
= ¼ . π . 162 x
100

= 2610,62 mm2
As pakai (2610,62 mm2 ) > As perlu (1904 mm2) → (ok)
Sehingga digunakan Ø16-100

b. Tulangan arah Y
 Mutu beton = fc’ = 25 MPa
 Mutu baja = fy = BJ-24 = 240 Mpa
 Diameter tulangan yang dipakai = Ø16 mm
 Diameter pelat yang ditinjau = b = 1000 mm
 Tebal pelat = h = 160 mm
 Tebal selimut beton = d’= 40 mm
 Tebal efektif pelat = d’= h - d’- Ø = 112 mm

Rasio tulangan :
�� � . ��
� . �. �2
= � . fy . 1 − 1,7 . ��'

38,51 x 106 � . 240


0,8 � 1000 � 1122
= � . 240 . 1 − 1,7 . 25

3,71 = 240 � - 1355,294 �2


� = 0,017
1,4 1,4
�min = ��
= 240 = 0,006

0,85 . �' . ��' 600


�max = 0,75 . . 600+��
��
0,85 . 0,85 . 25 600
= 0,75 . 240
. 600+��

= 0,0403
�min < � < �max (ok)
Luas Tulangan :
As perlu =�xbxd
= 0,017 x 1000 mm x 112
= 1904 mm2
283

Jarak tulangan yang diperlukan:



s = ¼ . π . D2 x ��
1000
= ¼ . π . 162 x 1904

= 105,60 mm 100 mm

As pakai Ø16-75 = ¼ . π . D2 x �
1000
= ¼ . π . 162 x 100

= 2010,62 mm2
As pakai (2010,62 mm2) > As perlu (1904 mm2) → (ok)
Sehingga digunakan Ø16-100

Gambar 3. 52 Penampang Box Culvert


284

3.8 Perhitungan Volume Galian dan Timbunan


Perhitungan volume galian dan timbunan pada jalan dapat dilihat pada tabel
a. Perhitungan luas STA 0+300

1. Luasan G1

�×ℎ
G1 = 2
1,14� × 0,57�
= 2

= 0,32 m2

2. Luasan G2

(ℎ1+ℎ2) × �
G2 = 2
(0,57 �+0,99 �) × 1,10�
= 2

= 0,86 m2
285

3. Luasan G3

(ℎ1+ℎ2) × �
G3 = 2
(0,99 �+0,57 �) × 1,10 �
= 2

= 0,86 m2

4. Luasan G4

(ℎ1+ℎ2) × �
G4 = 2
(0,99 � +0,91 �) × 2 �
= 2

= 1,91 m2

5. Luasan G5

(ℎ1+ℎ2) × �
G4 = 2
(0,91 � +0,85 �) × 3,50 �
= 2

= 3,09 m 2
286

6. Luasan G6

(ℎ1+ℎ2) × �
G6 = 2
(0,85 �+0,92 �) ×3,5 �
= 2

= 3,10 m2

7. Luasan G7

(ℎ1+ℎ2) × �
G7 = 2
(0,92 �+ 1 �) ×3,5 �
= 2

= 1,92 m 2

8. Luasan G8

(ℎ1+ℎ2) × �
G8 = 2
(1 �+ 0,58 �) ×1,10 �
= 2

= 0,87 m2
287

9. Luasan G2

(ℎ1+ℎ2) × �
G2 = 2
(0,57 �+0,99 �) × 1,10�
= 2

= 0,86 m 2

10. Luasan G1

�×ℎ
G1 = 2
1,17� × 0,58�
= 2

= 0,34 m2

Luas galian STA 0+300


= G1+G2+G3+G4+G5+G6+G7+G8
= 0,32 m2 + 0,86 m2 + 0,86 m2 + 1,91 m2 + 3,09 m2 + 3,10 m2 + 1,92 m2 + 0,87 m2
+0,86 m2 + 0,34 m2
= 14,11 m2

b. Perhitungan luas STA 5+500


288

1. Luasan T1

�×ℎ
T1 = 2
3,16 � × 1,58�
= 2

= 2,50 m2

2. Luasan T2

T2 =��
= 1,10 × 0,59
= 0,65 m2

3. Luasan T3
289

(ℎ1+ℎ2) × �
T3 = 2
(1,16 �+1,24 �) × 2�
= 2

= 2,40 m 2

4. Luasan T4

(ℎ1+ℎ2) × �
T4 = 2
(1,24�+1,30�) × 3,5�
= 2

= 4,45 m 2

5. Luasan T5

(ℎ1+ℎ2) × �
T5 = 2
(1,30�+ 1,37 �) × 3,5�
= 2

= 4,68 m 2

6. Luasan T6
290

(ℎ1+ℎ2) × �
T6 = 2
(1,37�+ 1,29 �) × 2�
= 2

= 2,66 m 2

7. Luasan T7

T6 =��
= 1,10 × 0,72
= 0,79 m2

8. Luasan T8

�×ℎ
T8 = 2
3,41 � × 1,71�
= 2

= 2,91 m2

Total Luas Timbunan STA 0+600


= T1+T2+T3+T4+T5+T6+T7+T8
= 2,50 m2 + 0,65 m2 + 2,40 m2 + 4,45 m2 + 4,68 m2 + 2,66 m2 + 0,79 m2 + 2,91 m2
= 21,02 m2
291

Tabel 3. 32 Hasil Volume Galian dan Timbunan


292
293
294
BAB IV
MANAJEMEN PROYEK

4.1 Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)


4.1.1 Syarat-Syarat Administrasi

PASAL 2
UMUM
a. Yang dapat mengikuti penawaran kerja ini hanyalah perusahaan
yang mampu membuktikan dirinya dengan syarat-syarat yang
ditentukan oleh pelelangan pekerjaan itu sendiri.
b. Perusahaan-perusahaan harus sudah dapat pengesahan Tanda Daftar
Rekaman (TDR).

PASAL 2
TATA CARA PENAWARAN
a. Surat penawaran harus bermaterai Rp 10000
b. Surat penawaran harus menggunakan bentuk contoh dari formulir
(terlampir) dalam 5 rangkap, dimasukkan dalam sampul tertutup.
c. Sampul dengan ukuran yang ditentukan tidak boleh dicantumkan
d. nama si penawar atau perusahaan.
e. Surat penawaran tidak diperbolehkan ada perubahan atau coretan-
coretan dan hapusan serta tanda-tanda lain.

295
296

PASAL 3
DATA-DATA LAMPIRAN PENAWARAN
Setiap penawaran harus dilengkapi lampiran masing-masing rangkap
5 (lima), yaitu:
a. TDR yang masih berlaku (fotocopy)
b. Surat keterangan NPWP yang masih berlaku dan bisa dibuktikan
kebenarannya pada saat surat penawaran dibuka.
c. Jaminan penawaran asli dan fotocopy.
d. Daftar harga bahan dan upah.
e. Daftar analisa dan perhitungan.
f. Daftar susunan dan personil.
g. Daftar peralatan.
h. Time schedule pekerjaan.
i. Surat pernyataan bukan pegawai negeri bagi pimpinan
perusahaan.
j. Fiscal tender.

PASAL 4
WAKTU PEMASUKAN DAN PEMBUKAAN
AMPLOP PENAWARAN
a. Pemasukkan amplop kedalam kotak dan pembukaan kotak
penawaran ditetapkan sebagai berikut ;
Hari/tanggal :
Waktu :
Tempat :
b. Setiap amplop ataupun yang ada hubungannya dengan penawaran
tidak diperkenankan diserahkan kepada panitia atau salah satu
anggota panitia, bila terjadi hal tersebut maka penawaran dianggap
gugur.
297

c. Apabila kontrak tender sudah ditutup ternyata masih ada rekaman


yang datang untuk memasukkan, maka penawaran tersebut dianggap
gugur.
d. Pada waktu pembukaan sampul-sampul surat penawaran hanya
dibacakan atau diumumkan:
1. Nama perusahaan yang mengajukan penawaran.
2. Lengkap atau tidaknya syarat-syarat yang dilampirkan.
3. Jumlah harga penawaran.
4. Pada hari penelitian surat-surat penawaran tidak ada pengumuman,
surat penawaran disimpan di kotak tender yang kuncinya
disimpan oleh kedua panitia lelang.

PASAL 5
SURAT PENAWARAN YANG TIDAK SAH
a. Tidak dimasukkan dalam sampul tertutup, atau pada sampul tersebut
tidak terdapat hal seperti yang ditentukan oleh panitia lelang,
menggunakan sampu tembus baca, serta tidak terdapat hal-hal yang
tidak ada dalam syarat-syarat yang telah ditentukan.
b. Penawaran tidak bertanggal, atau tidak terkena dengan materai pada
saat pembubuhan tanda tangan dan tidak cukupnya nilai materai.
c. Tidak jelas jumlah angka penawaran.
d. Harga yang tercantum dengan angka tidak sesuai dengan harga yang
tercantum dalam huruf.
e. Tidak terdapat pernyataan yang jelas bahwa penawaran tunduk
pada ketentuan yang terdapat pada peraturan Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS).
f. Materai tidak bertanggal dan tidak terkena tanda tangan, dalam hal
ini digunakan materai tempe
298

4.1.2 Syarat-syarat Pelaksanaan


PASAL 1
EVALUASI DAN PENGUMUMAN / PEMBERITAHUAN
a. Semua penawaran berikut lampiran-lampirannya akan diperiksa,
diteliti dan dinilai.
b. Penawaran yang rendah tidak mutlak jadi pemenang.
c. Pengumuman akan diberitahukan secara tertulis sekaligus akan
mengembalikan jaminan penawaran kepada penawar yang gugur.
d. Sanggahan hanya dapat dilakukan oleh pelaksana pelelangan.

PASAL 2
JAMINAN PELAKSANA
a. Pemborong atau rekanan yang telah ditunjuk untuk melaksanakan
pekerjaan sebelum menandatangani kontrak diwajibkan memberikan
jaminan pelaksana berupa surat jaminan bank pemerintah atau bank
yang telah mendapatkan persetujuan materai sebesar 5% dari kontrak
nilai.
b. Pada waktu jaminan, pelaksana diterima oleh direksi, maka jaminan
dari penawar bersangkutan dikembalikan.
c. Jaminan pelaksana ditunjuk panitia pelelangan.
d. Jaminan pelaksana tersebut berlaku untuk nilai borongan di atas Rp
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
e. Masa berlaku jaminan pelaksana minimal harus sesuai dengan
jangka waktu pelaksanaan tidak termasuk masa pemeliharaan.
f. Pada surat jaminan pelaksanaan harus tercantum nama proyek atau
pekerjaan.
g. Dalam hal ini pemborong yang mengundurkan diri setelah ditunjuk
atau menandatangani kontrak, maka jaminan pelaksanaannya
menjadi milik negara.
299

h. Jaminan pelaksanaan dikembalikan kepada pemborong setelah


pelaksanaan selesai seluruhnya sesuai dengan kontrak dan diterima
oleh direksi.
i. Dalam jangka waktu 3 (tiga) hari setelah menerima Surat Perintah
Kerja (SPK), pemborong harus mengirimkan rencana kerja terperinci
yang menunjukkan urutan pelaksanaan, bagianbagian pekerjaan
untuk mendapatkan persetujuan direksi.
j. Jaminan pelaksanaan pekerjaan menjadi milik panitia lelang jika
tidak memulai pekerjaannya secara fisik dalam waktu 7 (tujuh) hari
kalender sejak tanggal berlakunya surat perjanjiannya. Yang
dimaksud dengan telah dimulainya pekerjaan secara fisik adalah
pengukuran, pengiriman bahan- bahan dan lain-lain.

PASAL 3
PENJAGAAN
a. Pemborong harus menjaga dengan sungguh-sungguh atas pekerjaan
yang sedang dilaksanakan, gudang bahan-bahan dan sebagainya.
b. Pada saat penyelesaian pekerjaan, pemborong harus membersihkan
dan menyingkirkan dari lapangan semua peralatan konstruksi,
sampah, bahan dan segala macam pekerjaan penunjangnya,
pemborong harus meninggalkan seluruh lapangan dan pekerjaan
dalam keadaan bersih dan rapi sehingga dapat diterima oleh pemberi
tugas.
c. Bangunan kantor pimpinan proyek dan direksi lapangan setelah
proyek selesai harus diselesaikan atau ditetapkan dalam dokumen
kontrak.
PASAL 4
WAKTU PELAKSANAAN
a. Jangka waktu pelaksanaan selama 300 hari terhitung setelah surat
perjanjian pekerjaan (kontrak) ditandatangani tidak termasuk
harihari besar dan minggu.
300

b. Jika ternyata setelah jangka waktu yang telah ditetapkan dalam


kontrak telah sampai dan tidak dapat dipenuhi oleh pemborong yang
bersangkutan, maka akan dikenai denda 1% (satu persen) dari harga
kontrak setiap hari keterlambatan atau setinggi 5% (lima persen) dari
harga kontrak.
c. Masa pemeliharaan ditetapkan dari penyerahan pertama sampai
penyerahan kedua sampai 60 (enam puluh) hari, segala kerusakan
yang terjadi selama masa pemeliharaan tersebut menjadi tanggung
jawab kontraktor. Jika hal ini tidak dapat dilaksanakan oleh
pemborong, maka direksi akan menunjuk pihak lain untuk
melaksanakan pemeliharaan tersebut dengan biaya dari pihak
pemborong setelah jangka waktu pemeliharaan berakhir, maka
pekerjaan diserahkan untuk kedua kalinya (terakhir).

PASAL 5
PERPANJANGAN WAKTU PELAKSANAAN
a. Perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan hanya dapat diberikan
oleh direksi, bilamana alasan-alasan dari pemborong cukup kuatm
untuk itu harus diajukan secara tertulis kepada pemberi tugas.
Setelah pertimbangan-pertimbangan dimana keterlambatan tersebut
ternyata benar-benar diluar kemampuan pemborong, maka diberi
perpanjangan waktu oleh pemberi tugas secara tertulis.
b. Yang dimaksud diluar kemampuan pemborong dalam pasal 5 ayat (a)
antara lain :
1. Hal-hal lain yang terjadi diluar dugaan.
2. Perubahan-perubahan rencana.
3. Persiapan yag belumm terselesaikan, seperti kasus tanah dan
lain-lain.
c. Setiap perpanjangna yang disetujui oleh direksi hanya dapat
dianggap sah dengan tertulis dan ditetapkan dengan surat keputusan.
301

PASAL 6
ASURANSI
a. Mewajibkan semua pelaksana proyek jasa konstruksi mendaftarkan
proyeknya ke BPJS Ketenagakerjaan, hal ini berdasarkan peraturan
yang telah diatur dalam peraturan menteri ketenagakerjaan RI nomor
44 tahun 2015 tentang penyelenggara program jaminan kecelakaan
kerja dan jaminan kematian serta pasal 6 ayat (5) Peraturan Presiden
b. Nomor 109 Tahun 2013 tentang penahapan kepesertaan program
jaminan sosial, perlu menetapkan Peraturan Menteri
c. Ketenagakerjaan tentang penyelenggaraan program jaminan
kecelakaan kerja dan jaminann kematian bagi pekerja harian lepas,
borongan dan perjanjian kerja waktu tertentu pada sektor usaha jasa
konstruksi.
d. Bukti pembayaran asuransi diserahkan pada waktu penandatanganan
kontrak pekerjaan.

PASAL 7
PAJAK BEA SERTA ONGKOS-ONGKOS
a. Biaya pekerjaan atau harga kontrak pekerjaan ditetapkan dalam
kontrak setelah mendapatkan penilaian atau persetujuan panitia
bersama pimpinan proyek.
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPH)
besarnya 12,5% serta keuntungan pemboron 10% telah
diperhitungkan dalam penawaran.
c. Segala ongkos-ongkos yang berhubungan dengan kontrak,
pajakpajak berhubungan dengan pelaksanan-pelaksanaan dari
pekerjaan sesusai Peraturan Pemerintah yang berlaku saat itu
sehubungandengan pekerjaan ini menjadi beban pemborong yang
bersangkutan.
302

PASAL 8
PERHITUNGAN HARGA PENAWARAN DAN UPAH
a. Dasar perhitungan harga penawaran digunakan harga upah dan
bahan-bahan bangunan yang umumnya berlaku pada saat pelelangan.
b. Untuk menetapkam hal ini, penawaran pemborong harus
memasukkan harga upah termasuk pajak upah yang umumnya
berlaku dalam penawaran antara lain: kepala tukang, tukang kayu,
tukang besi, tukang batu dan mandor

PASAL 9
KLAIM HARGA BORONGAN
Klaim harga borongan kontrak ditiadakan, kecual adanya harga serta
perubahan keuangan secara resmi dari Pemerintah.

4.1.3 Syarat-syarat Teknis


PASAL 1
PEKERJAAN PERSIAPAN DAN PENGUKURAN
a. Pekerjaan Persiapan
1. Pemborong harus membersihkan dan membenahi lapangan untuk
tempat kerja, lokasi bangunan untuk direksi keet.
2. Melaksanakan mobilisasi seluruh alat berat dan alat-alat yang
digunakan untuk kelancaran pekerjaan di lokasi.
3. Menyediakan alat-alat kecil, yaitu alat-alat yang digunakan untuk
kelancaran pekerjaan di lokasi.
4. Pemborong harus membuat gudang penyimpanan bahan dan
peralatan pekerjaan serta membuat direksi keet atau kantor
lapangan yang dilengkapi dengan peralatan kantor.
5. Pemborong ahrus menempatkan bahan-bahan dan alat-alat kerja
dengan tertib sehingga tidak mengganggu di daerah sekitar
303

pekerjaan dan keamanannya merupakan tanggung jawan


pemborong.
6. Setelah semua pekerjaan dimaksud selesai. Pemborong harus
secepatnya mengeluarkan peralatan kerja dan melaksanakan
pembersihan lokasi pekerjaan. Untuk menghindari kerugian
terjadinya kecelakaan atau keragu-raguan lain, maka dilengkapi
dengan tanda-tanda peringatan yang jelas dan dapat dibaca.

b. Pekerjaan Pengukuran
1. Untuk melaksanakan pekerjaan pengukuran, pemborong harus
menyediakan instrumen atau pesawat ukur dan peralatan
pembantu lainnya di lokasi pekerjaan dalam kondisi baik serta
dapat dipakai.
2. Pekerjaan pengukuran, yaitu mengadakan pengukuran di lapangan
dengan dilaksanakan oleh tenaga berpengalaman dibidangnya.
3. Hasil pengukuran di lapangan harus dapat dikaitkan dengan patok
yang tetap yang telah ada sesuai dengan petunjuk tugas dan
berdasarkan patok-patok tersebut pemborong harus membuat
patok-patok pembantu untuk ketinggian selama pekerjaan
berlangsung.
4. Ukuran-ukuran dinyatakan dalam matrik, kecuali dinyatakan oleh
pemberi tugas.

PASAL 2
PEKERJAAN PENDATANGANAN TANAH
a. Pekerjaan Timbunan
Yang dimaksud dengan pekerjaan timbunan disini, adalah dimana
permukaan tanah rencana lebih tinggi daripada permukaan tanah asli
sebagaimana tertera pada gambar rencana.
Peralatan yang digunakan:
1. Wheel loader
304

2. Dump truck
3. Motor grader
4. Water tank truk
5. Tandem roller
6. Bulldozer
b. Pelaksana Pekerjaan
1. Jika menggunakan bahan timbunan yang didatangkan langsung
dari lokasi atau menggunakan material bekas galian harus
memenuhi persyaratan.
2. Pemberi tugas berhak untuk menolak material bila dinyatakan lain
oleh pemberi tugas.
3. Pemberi tugas akan memberi jawaban dalam waktu 10 hari
kalender setelag diterimanya pengajuan dari pemborong, dan bila
dalam waktu tersebut belum ditanggapi berarti permohonan
disetujui.
4. Bagian pekerjaan yang telah diselesaikan di lapangan dengan
sistem Field Destiny Test dengan nilai kepadatan permohonan
disetujui.
c. Hasil-hasil tes di lapangan harus tertulis dan diketahui oleh pemberi
tugas.
d. Pemadatan tanah timbunan dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Persiapan bahan dilapangan
Untuk pekerjaan ini, pengangkutan bahan dilakukan oleh dump
truk, bahan ditumpuk setempat kemudian ditebarkan oleh
bulldozer.
2. Penyemprotan air jika diperlukan
Jika kadar air yang dibutuhkan kurang, maka dilakukan
penyemprotan air di lokasi pekerjaan.
3. Pencampuran bahan dengan air
305

Pencampuran bahan dengan air dilakukan agar didapatkan bahan


kadar air yang seragam dan dilakukan bila bahan terlalu basah.
4. Penggilasan lapisan
Jenis alat yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah tandem
roller, untuk menentukan apakah kepadatan tanah telah dicapai
atau belum, maka perlu dibuat percobaan sebelumnya di lapangan,
penggilasan dilakukan lapis demi lapis sampai permukaan rata.

PASAL 3
PEKERJAAN LAPIS PONDASI
Material berbutir tanpa pengikat untuk lapisan pondasi harus
memenuhi persyaratan sesuai dengan SNI-03-6388-2000.
Persyaratan dan gradasi pondasi bawah harus sesuai dengan kelas B.
Sebelum pekerjaan dimulai, bahan pondasi bawah harus diuji
gradasinya dan harus memenuhi spesifikasi bahan untuk pondasi
bawah.

PASAL 4
PEKERJAAN PERKERASAN JALAN KAKU
(RIGID PAVEMENT)
a Yang dimaksud beton adalah campuran semen portland atau semen
hidrolik yang setara, agregrat halus, agregat kasar dan air dengan
atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat.
b Mutu beton yang digunakan pada masing-masing bagian dari
pekerjaan dalam kontrak harus seperti yang ditunjukkan dalam
gambar rencana atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan. Mutu beton yang digunakan adalah sebagai berikut :
c Penyedia jasa harus mengirimkan rancangan campuran (mix design)
untuk masing-masing mutu beton yang akan digunakan sebelum
pekerjaan pengecoran beton dimulai, lengkap dengan hasil pengujian
bahan dan hasil pengujian percobaan campuran beton di
306

laboratorium berdasarkan kuat tekan beton untuk umur 7 dan 28 hari,


kecuali ditentukam untuk umur-umur yang lain oleh Direksi
Pekerjaan. Proporsi bahan dan berat penakaran hasil perhitungan
harus memenuhi kriteria teknis utama, yaitu kelecekan (workability),
kekuatan (strenght) dan keawetan (durability).
d Bilamana terjadi perbedaan pendapat dalam mutu pekerjaan beton
atau adanya kegiatan keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi
Pekerjaan dapat meminta Penyedia Jasa melakukan pengujian
tambahan yang diperlukan untuk menajmin bahwa mutu pekerjaan
yang telah dilaksanakan dapat dinili dengan adil. Biaya pengujian
tambahan tersebut haruslah menjadi tanggung jawab penyedia jasa
e Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser yang
diakibatkan oleh kelalaian Penyedia Jasa merupakan tanggungjawab
Penyedia Jasa dan harus dilakukan dengan biaya sendiri. Penyedia
Jasa tidak bertanggungjawan atas kerusakan yang timbul berasal dari
bencana alam yang tidak dapat dihindarkan, asalkan pekerjaan yang
rusak tersebut telah diterima dan dinyatakan oelh Direksi Pekerjaan
secara tertulis telah selesai.

PASAL 5
PEKERJAAN PENGGILASAN
a. Bagian urutan yang ditimbun tingginya lebih dari 20 cm, harus
digilas sepalpis demi selapis, sebanyak 8 sampai 12 kali penggilasan.
b. Kecepatan penggilasan maksimum 3 km/jam dengan tandem roller.

PASAL 6
PEKERJAAN LAIN-LAIN
a. Direksi keet dengan ukuran 6 x 4 m terbuat dari dinding triplek, atap
seng, lantai semen dengan perlengkan lainnya.
307

b. Selama pelaksanaan pekerjaann keamanan umum, lalulintas dari


pekerjaan dan lain-lain, baik selama pekerjaan berlangsung maupun
waktu vakum.
c. Pekerjaan samping jalan, yaitu pasangan batu kali dengan mutu
beton K250 pengadukan bahan-bahannya harus dilakukan dengan
cepat.
d. Pekerjaan gorong-gorong menggunakan spesfikasi standar yang
sudah ditentukan.

PASAL 7
PEKERJAAN RUMIJA
a. Pembuatan rumija dilakukan langsung pada waktu penimbunan dan
pembuatan kemiringan jalan dengan alat motor grader.
b. Pekerjaan tanah adalah pekerjaan yang meliputi pekerjaan galian
atau kupasan dan timbunan pada jalan atau bahu jalan serta
stabilisasi badan jalan dengan tanah kualitas baik dan mendapatkan
persetujuan direksi.
c. Untuk kupasan badan jalan dengan lebar rerata 5 m sepanjang 5000
m, pengupasan dilakukan pada permukaan bahu jalan lebih tinggi
dari perkerasan. Kemiringan bahu jalan ke arah saluran 4-6%.
d. Meninggikan dan menimbun badan jalan dengan tanah yang baik
menggunakan mesin. Jika kadar air yang ada melebihi 8%, maka
tidak dibenarkan melakukan pemadatan. Penggilasan dilakukan dari
pinggir jalan ke tanah badan jalan dan harus berbentuk cembung
serta kemiringan melintang 2-3%. Proses pemadatan dihentikan
setelah pemadatan 95%
308

4.1.4 Peraturan Bahan yang Dipakai

PASAL 1
UMUM
Sebagai peraturan yang bersifat umum untuk bahan yang digunakan
dalam pekerjaan ini harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam
Peraturan Umum Pemerintah Bahan-bahan (PPUB 1995).

PASAL 2
AIR
a. Air untuk keperluan adukan mortar, beton dan plesteran harus bersih
dan tidak mengandung garam-garam, asam, bahan nabati, lanau
lumpur atau bahan-bahan lain yang dalam jumlah tertentu dapat
membahayakan.
b. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ini tidak dapat dipergunakan air
PAM, hendaknya dicarikan air dari sumber air lain yang bebas dari
persenyawaan kimia yang dapat merusak.

PASAL 3
PORTLAND CEMENT
a. Untuk pekerjaan ini hendaklah digunakan satu macam semen yang
berkualitas baik dan dari satu pabrik semen yang terlebih dahulu
disetujui oleh direksi.
b. Semen yang kantongnya rusak (bocor) tidak boleh dipakai lagi.
c. Selanjutnya dipakai ketentuan syarat PBI 1971.

PASAL 4
TANAH URUGAN
a. Tanah untuk urugan harus bersih dari kotoran-kotoran dan lumpur
serta tidak mengandung bahan-bahan lain yang dapat merusak.
309

b. Tanah untuk pekerjaan timbunan ini harus tanah yang baik, tidak
mengadung bahan kimia yang dapat merusak konstruksi pekerjaan
jalan tersebut.

PASAL 5
BATU PECAH (SPLIT)
a. Batu pecah yang digunakan harus bersih dari kotoran, dnegan besar
butiran yang bermacam-macam, cukup kasar dan tidak cacat sebagai
akibat pengaruh kimir atau rusak dan harus bersifat masif (tidak
boros). Batu pecah yang rapuh tidak boleh dipakai.
b. Dalam hal ini juga dipenuhi syarat PBI 1971 serta persetujuan yang
berwenang.
PASAL 6
MUTU BETON
Mutu beton yang dipakai, yaitu beton K-350 untuk perkerasan. Dan
kekuatan beton K-250 digunakan pada umur mutu beton struktur drainase.
PASAL 7
PENGUJIAN BAHAN-BAHAN
a. Semua bahan-bahan yang digunakan dan didatangkan sebelumnya
haruslah diuji dan setelah diluluskan/diijinkan direksi barulah dapat
dipakai.
b. Dalam hal ini terjadi perselisihan mengenai pengujian bahan-bahan,
maka direksi mengirimkan sampel bahan yang dimasukkan ke
laboratorium pengujian bahan untuk diuji.
c. Bahan-bahan yang dinyatakan (tidak layak pakai) harus segera
disingkirkan dari lapangan.
d. Seluruh lapis pondasi agregat harus bebas dari bahan organik dan
gumpalan lempung bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan
setelah dipadatkan harus memenuhi ketentuan gradasi.
310

4.1.5 Pelaksanaan Pekerjaan


PASAL 1
PEKERJAAN TANAH DSAR DAN LAPIS PONDASI
Sebelum operasi penghamparan dimulai, harus dipenuhi beberapa
ketentuan sebagai berikut :
a. Pastikan bahan yang digunakan bersih dan tidak ada unsur bahan
organik lainnya yang dapat menurunkan mutu tanah pilihan dan
agregat lapis pondasi.
b. Sebelum dilakukan penghamparan, tanah dasar dan lapis pondasi
bawah harus diperiksa kepadatan dan bentuk penamoang
melintangnya.
c. Kondisi tanah dasar normal, dengan ciri-ciri nilai CBR lebih rendah
dari 3% harus dipadatkan secara mekanis. Desain ini meliputi
perkerasan si atas timbunan, galian atau tanah asli.
d. Pekerjaan pembentukan permukaan harus dilaksanakan secara terliti
ditinjau dari segi ebton yang diperlukan.

PASAL 2
PEKERJAAN PERKERASAN
Sebelum operasi penghamparan dimulai, harus dipenuhi beberapa
ketentuan sebagai berikut :
a. Alinyemen superelevasi harus dilakukan pada lapis pondasi bawah
dan setiap lokasi yang lebih tinggi dari 5 mm dari eleivasi rancangan
harus diperbaiki oleh Penyedia Jasa segera sebelum dilakukannya
setiap pekerjaan berikutnya.
b. Beton yang dicor haru sesuai dengan ketebalan dan elevasi
sedemikian rupa sehingga pekerjaan pemindahan sedapat mungkin
dihindari.
c. Setelah dibentuk dan dipadatkan, selanjutnya beton harus diperhalus
serta diperbaiki pada bagian yang kurang sempurna.
311

d. Permukaan perkerasan beton semen yang terekspos harus segera


dirawat dengan penyemprotan bahan perawat yang disetujui.
e. Lokasi yang banyak keroposnya dianggap pekerjaan yang cacat
mutu dan harus dibongkar, tidak boleh kurang dari 3,0 m panjangnya
atau kurang dari lebar seluruh lajur yang terkena pembongkaran.
Dan jika diperlukan dalam membongkar dan mengganti suatu bagian
perkerasan, setiap bagian yang tersisa dari pembongkaran pekerasan
beton dekat sambungan yang panjangnya kurang dari 3,0 m harus
ikut dibongkar dan diganti.

PASAL 3
PEKERJAAN LAIN-LAIN
a. Pekerjaan struktur drainase, konsistensi slump yang disyaratkan
sesuai dengan cara pelaksanaan slump test, tinggi slump test yang
diijinkan adalah antara 50 mm – 80 mm.
b. Pengecoran beton harus dilaksanakan terus menerus sampai
pekerjaan selesaim kecuali dalam keadaan yang tidak
memungkinkan serta diberhentikan pada sambungan kontruksi yang
disetujui oleh Direksi.
c. Pekerjaan saluran drainasi harus dibuat secara teliti serta kemiringan
saluran yang tepat agar saluran berfungsi dengan seharusnya.
312

4.2 Rencana Anggaran Biaya


4.2.1 Perhitungan Kuantitas Pekerjaan
Tabel 4. 1 Kuantitas Pekerjaan
No. Uraian Pekerjaan Perhitungan Volume Satuan
I Pekerjaan Persiapan
a. Mobilisasi - 1 Ls
b. Pengukuran .= Panjang STA Jalan 8743,353 8743 m
c. Pembersihan V=PxLxT
V = 8743 x (7+2+2) x 0,1 9617 m3

d. Direksi Keet dan


Luas direksi keet
Gudang
.= Panjang x Lebar
.= 6 m x 4 m
.= 24 m2 24 m2
Keliling direksi keet
.= 6 + 6 + 4 + 4
.= 20 m 20 m2
Pondasi Volume galian pondasi
.= P x L x T
.= 20 m x 0,50 m x 0,30 m
.= 300 m3 3 m2

Urugan Pasir Lantai Pondasi


.= 20 x 0,50 x 0,10
.= 1 m3 1 m3
313

No. Uraian Pekerjaan Perhitungan Volume Satuan


Urugan tanah bagian luar pondasi
.= 20 x 0,10 x 0,20
.= 0,40 m3 0,40 m3

Kebutuhan Batu Bata :


Ukuran batu bata = 5 x 10 x 20
Perbandingan 1 pc : 5 pasir
1 m'= 40 buah
20 m x 40 buah
.= 800 buah 800 buah

Kebutuhan pasir dan semen


pasangan batu bata
Luar dinding pondasi
.= (6x0,4)x2 + (4x0,4)x2
.= 8 m2 4 m2
Pasir :
1 m' = 0,102 m3
8m2 x 0,102 m3 = 0,816 m3 0,408 m3
Semen :
1 m' = 22,2 kg
8 m2 x 22,2kg 88,8
.= 177,60 kg / 50kg
.= 4 zak 2 zak
Volume Lantai
Lantai
.= P x L x Tebal
.= 6 m x 4 m x 0,1 m
.= 2,40 m3 2,4 m3

Urugan Pasir Lantai


.= 6m x 4m x 0,1m
.= 2,4 m3 2,4 m3
Pasir :
1 m2 = 1,2 m3
2,4 m3 x 1,2 m3 = 2,880 m3 2,88 m3
314

No. Uraian Pekerjaan Perhitungan Volume Satuan


Lantai beton 1 pc : 2 pc : 3 split
1 m2 = 1 x 1m x 0,10
.= 0,10m3 0,1 m3
Volume beton = 24 m3 x 0,1 m3
.= 2,4m3 2,4 m3

Semen : 1/6 x 2,4 m3 = 0,4m3 0,4


1 zak semen 50 kg berisi 0,024 m3
.= 0,4m3 /0,024 m3 = 16,6 17 zak
Pasir : 2/6 x 2,4 = 0,08 m3 0,8 m3
Split : 3/6 x 2,4 = 1,2 m3 1,2 m3

Dinding triplek
Balok 6/12= 24 buah 12 buah
Tiang toilet 4/6= 5 buah 5 buah
Depan - belakang = (4 x 3) x 2
.= 24 m2 24 m2

Samping = (6 x 3) x 2
.= 36 m2 36 m2

Dinding WC = (1,5 x 3) x 2
.= 9 m2 9 m2

Total Luas Dinding (A)


.= 69 m2 69 m2

Luas Triplek
.= 1,22 m x 2,44 m
.= 2,98 m2 2,98 m2

Kebutuhan triplek
.= A / L. Triplek
.= 69 / 2,98
.= 23,2~ 24 keping 24 keping
315

No. Uraian Pekerjaan Perhitungan Volume Satuan

Rangka Atap Kayu Ring balok 5/7


.= (6m +6m+4m+4m)
.= 20 m 20 m
Ring balok
.= 20/4 = 5 5 batang
Tiang
.= 14 batang 14 batang
Kuda-kuda=
(2,74+2,74+4+1+0,8+0,8) x 3
.= 36,24 m 36,24 m
Gording = 7 m x 6 bh = 42 m 42 m
1 kayu = 4 m

Kaso 5/7 dipasang tiap 1 m


.= (2,74x8) x2 43,84
.= 44 m/ 4m = 11 batang 11 batang

Kebutuhan kayu
.= 36,24+ 42
.= 79 /4
.= 19,75~ 20 batang
.= 20 +14 + 11 + 5 50 batang
316

No. Uraian Pekerjaan Perhitungan Volume Satuan


Reng 3/4 cm dipasang tiap 80 cm
.= (7m x 4) x2
` .= 56 m /4m = 14 batang 14 batang

Nok seng 7 m
.= 7m/3m
.= 2,3 ~ 3 buah 3 buah
`
Luas Atap
(7 m x 2,74m) x 2
.= 38,36 m2 38,36 m2

Seng gelombang (1,22 m x 3 m)


.= 3,66 m2 3,66
Kebutuhan seng
.= luas atap / luas seng
.= 38,36 / 3,66 = 10,481 10,481
.= 10,481 ~ 12 keping 12 keping

Lisplank (0,009 m x 0,2 m x 3 m)


(2,74 m + 2,74 m) x 2 = 11 m
7 m x 2 = 14 m
Total = 25 m 25 m

Kebutuhan Lisplank
.= 25/3
.= 8,33 ~ 9 keping 9 keping
317

Kebutuhan Total
Batu bata 800 buah
Pasir 0,8 m3
Semen 17 zak
Split 1,2 m3
Balok 6/12 12 batang
Balok 5/10 5 batang
Triplek 24 keping
Kayu 5/7 50 batang
Reng 3/4 14 batang
Seng : 30 keping 12 keping
Nok seng 3 buah
Lisplank : 9 keping 9 keping
Kunci tanam : 2 buah 2 buah
Pintu WC : 1 buah 1 buah
Pintu biasa : 1 buah 1 buah
Jendela : 1 buah 1 buah
Closet jongkok : 1 buah 1 buah
Paku : 1 kg 1 Kg
Paku seng : 1 kg 1 Kg
Engsel ; 4 buah 4 buah
Keterangan Panjang Jalan 8743 m
Tebal Beton 0,17 m
Tebal Lean Concrete 0,1 m
Tebal Agregat A 0,15 m
Lebar Jalan + Bahu 11 m
II Pekerjaan Tanah
a. Pekerjaan Galian Tanah Volume Galian
.= 130238,9 130238,9 m3
b. Pekerjaan Timbunan Volume Timbunan
Tanah .= 25548,6 25548,6 m3
III Pekerjaan Badan Jalan
a. Penyiapan Badan Jalan .= Panjang STA x Lebar Jalan
.= 8743 x (3,5+2+3,5+2)
.= 96173 96173 m3
b. Pekerjaan Lapis Pondasi .= Panjang STA x Lebar Jalan
Agregat Kelas A .= x Tebal
.= 8743 x 11 x 0,15
.= 14426 14426 m3
318

No. Uraian Pekerjaan Perhitungan Volume Satuan


IV Pekerjaan Struktur
a. Pekerjaan Lapis Beton .= Panjang STA x Lebar Jalan
.= x Tebal
.= 8743 x 11 x 0,17
.= 16349 16349 m3
b. Pekerjaan Lean Mix .= Panjang STA x Lebar Jalan
Concrete .= x Tebal
.= 8743 x 11 x 0,1
.= 9617 9617 m3
c. Pembesian untuk Dowel Jumlah Dowel / Segmen
( mm .= 7 m/0,30 m
panjang Dowel = 450 mm .= 24 buah 24 Buah
Panjang Tulangan
.=24 buah x 0,450
.= 11 m 11 m
Volume Tulangan
.= 3,14 x 0,014 x 0,014 x 21
.= 0,007 m3 0,007 m3
Berat besi
.= 0,007 m3 x 7850 kg/m3
.= 54,9950 Kg 54,950 Kg
Berat Total
Berat besi x ( Panjang STA
/Segmen)-1
.= 54,950 x (8743/15)-1
= 31980,9 31980,9 Kg
d. Pembesian untuk Tie Bar Jumlah Tie Bar / Segmen
( - 750 mm) .= 8743 / 0,75 m
Panjang Tie Bar = 700 mm .= 11657 Buah 11657 Buah
Panjang Tulangan
.= 11657 buah x 0,700
.= 8161 m 8161 m
Volume Tulangan
.=3,14 x 0,008 x 0,008 x 8161
.= 0,00281 1,6400 m3
319

No. Uraian Pekerjaan Perhitungan Volume Satuan


Berat besi Total
.= 1,6400 x 7850 kg/m3
.= 12874 Kg 12874 Kg

e. Pekerjaan tulangan Tulangan memanjang 12-


memanjang 12-200 mm 200
.= 7/0,200
.= 35 35 Bh/seg
Panjang tulangan memanjang
.= 35 x 8743
.= 306005 m 306005 m
Volume tulangan
.= 3,14 x 0,006 x 0,006 x
306005
.= 34,591 m3 34,591 m3
Berat besi
.= 34591 x 7850 m3
.= 271539 kg 271539 m3
f. Pekerjaan tulangan Tulangan melintang 12-
melintang 300
memanjang 12-
.= 8743/0,300
300mm
.= 29143 Buah 29143 Bh/sg
Panjang tulangan melintang
.= 29143 x 7 m
.= 204001 m 204001 m
Volume tulangan
.= 3,14 x 0,006 x 0,006 x
204001
.= 23,060 m3 23,060 m3
Berat besi
.= 23,060 x 7850 m3
.= 181021,000 kg 181021 kg
Total Berat Besi Tulangan Memanjang dan Tulangan
Melintang 452560 Kg
320

No. Uraian Pekerjaan Perhitungan Volume Satuan


Jumlah kawat bedrat yang
g. Kebutuhan kawat diperlukan :
bendrat beton
1 roll kawat bedrat = 25 kg
Dalam analisa harga SNI
koefisien untuk kawat beton
adalah 0,15 Kg untuk setiap 10
Kg pekerjaan pembesian
.= 1,5% x 181021,000 kg
.= 2715,315 2715,315 kg
.= 529 roll 109 roll
V Pekerjaan Drainase
a. Pembetonan drainase Pembetonan
= (0,978x0,930) - (0,778x0,83)
= 0,2238 0,2638 m3

Kebutuhan
= 0,2638 x 8743 x 2
= 4612,807 4612,807 m3

VI Pekerjaan Box Culvert


a.Pekerjaan galian Box
.= P x L x T x jumlah BC
Culvert
.= 11 m x (1,32 m + 0,1 m)
x ( 1,32 m + 0,1 m) x 4
.= 88,722 88,722 m3
b. Pekerjaan beton Box
Culvert Volume Beton
(Beton K-350) .= (Luas luar - Luas dalam) x
Panjang Bc x Jumlah Bc
.= ((P x L) - (P x L)) x Panjang
x Jumlah
.= ((1,32 x 1,32) - (1 x 1)) x 5
11 m x 4 Buah
.= 32,666 32,666 m3
321

No. Uraian Pekerjaan Perhitungan Volume Satuan


c. Pekerjaan Penulangan
Tulangan arah Y 16-100
Box
Culvert mm
Jumlah 1 sisi box culvert
.= 1,32/0,10
.= 13,2 Buah 13 Buah
Jumlah total 4 sisi Bc
.= 13 buah x 4 sisi
.= 52 Buah 52 Buah
Panjang Tulangan
.= 52 Buah x 11 m
.= 572 m 572 m
Volume tulangan
.= 3,14 x 0,008 m x 0,008 m x
988 m
.= 0,115 m3 0,115 m3
Berat besi
.=V.tulangan x Bj baja tulangan
.= 0,115 m3 x 7850 kg/m3
.= 902,75 kg 902,75 Kg
Berat total 4 buah
.= 902,75 x 4 Buah
.= 3611 kg 3611 kg
Tulangan arah Y 16-100
mm
Jumlah 1 sisi box culvert
.= 11 m /0,10
.= 110 Buah 110 Buah
Jumlah total 4 sisi Bc
.= 110 buah x 4 sisi
.= 440 Buah 440 Buah
Panjang Tulangan
.= 440 Buah x 1,32 m
.= 581 581 m
Volume tulangan
.= 3,14 x 0,008 m x 0,008 m x
581 m
.= 0,117 m3
0,117 m3
322

No. Uraian Pekerjaan Perhitungan Volume Satuan


Berat besi
.=V.tulangan x Bj baja tulangan
.= 0,117 m3 x 7850 kg/m3
.= 918,45 kg 918,45 Kg
Berat total 4 buah
.= 918,45 x 4 Buah
.= 3673,8 kg 3673,8 kg
d. Pekerjaan pasir urug .= (p x l xt ) x Jumlah Bc
.=(11 m x 1,32 m x 0,10 m)x4
.= 5,808 m3 5,808 m3
e. Timbunan Box Culvert .= vol.galian - vol.pasir urug -
vol. beton bc
.= 88,722 - 5,508- 32,666
.= 50,248 m3 50,248 m3
VII Pekerjaan Finishing
a. Pembersihan akhr =8743 x 0,12 x 2 2098,32 m2
Kebutuhan Marka Jalan
Cat thermoplastic =0,1 x 3 x L x 1kg/m2
2622,9
kg
= 2622,9
kg
Glass beads = 450 gr x 2098,32
944

b. Demobilisasi - 1 Ls
323

4.2.2 Perhitungan Biaya Sewa Alat Per Jam


a. Bulldozer
Tabel 4. 2 Analisa Biaya Sewa Bulldozer
No. Uraian Kode Koefisien Satuan
A. URAIAN PEKERJAAN E04
1. Jenis Peralatan Bulldozer 100-150 Hp
2. Tenaga Pw 155 Hp
3. Kapasitas Cp - -
4. Alat baru : a. Umur Ekonomis A 5 Tahun
b. Jam kerja ( 1 tahun ) W 2.000 Jam
c. Harga alat B 2.543.788.566 Rupiah
Alat yang dipakai : a. Umur Ekonomis A' 5 Tahun
b. Jam Kerja ( 1 tahun ) W' 2.000 Jam
c. Harga alat B' 2.543.788.566 Rupiah
B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA
1. Nilai sisa alat : 10 % x B C 254.378.857 Rupiah
2. Faktor Angsuran Modal : i x ( 1+ i)^A' D 0,264
(1 + i)^A - 1
3. Biaya pasti per jam :
a. Biaya Pengembalian Modal (B' - C) x D E 302.202,08 Rupiah
W'
b. Asuransi, dan lain-lain 0,002 x B' F 2.543,79 Rupiah
W'
Biaya Pasti per jam (E + F) G 304.745,87 Rupiah
C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA
1. Bahan Bakar : (0,125 - 0,175 liter/Hp/jam) x Pw x Ms H 447.563 Rupiah
2. Pelumas : (0,01 - 0,02 liter/Hp/jam) x Pw x Mp I 149.110,00 Rupiah
12,5% -
3. Perawatan dan Perbaikan 17,5% x B' K 222.581,50 Rupiah
W'
4. Operator : (1 orang/jam) x V1 L 27.000,00 Rupiah
5. Pembantu Operator (1 orang/jam) x V2 M 20.350,00 Rupiah
(H + I + K +
Biaya Operasi per jam L + M) P 866.604,50 Rupiah
D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT PER JAM (G+P) S 1.171.350,37 Rupiah
E. LAIN-LAIN
per
1. Tingkat Suku Bunga I 10% tahun
2. Upah Operator/ Sopir V1 27.000,00 Rp/jam
3. Upah Pembantu Operator/ Pembantu Sopir V2 20.350,00 Rp/jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 13.750,00 Rp/liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 16.500,00 Rp/liter
6. Minyak Pelumas Mp 48.100,00 Rp/liter
Keterangan : PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi Biaya Pekerjaan (RAB)
324

b. Excavator
Tabel 4. 3 Analisa Biaya Sewa Excavator
No. Uraian Kode Koefisien Satuan
A. URAIAN PEKERJAAN E10
1. Jenis Peralatan Excavator 80-140 Hp
2. Tenaga Pw 133 Hp
3. Kapasitas Cp 0,9 M3
4. Alat baru : a. Umur Ekonomis A 5 Tahun
b. Jam kerja ( 1 tahun ) W 2.000 Jam
c. Harga alat B 2.248.308.563 Rupiah
Alat yang dipakai : a. Umur Ekonomis A' 5 Tahun
b. Jam Kerja ( 1 tahun ) W' 2.000 Jam
c. Harga alat B' 2.248.308.563 Rupiah
B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA
1. Nilai sisa alat : 10 % x B C 224.830.856 Rupiah
2. Faktor Angsuran Modal : i x ( 1+ i)^A' D 0,264
(1 + i)^A - 1
3. Biaya pasti per jam :
a. Biaya Pengembalian Modal (B' - C) x D E 267.099,06 Rupiah
W'
b. Asuransi, dan lain-lain 0,002 x B' F 2.248,31 Rupiah
W'
Biaya Pasti per jam (E + F) G 269.347,37 Rupiah
C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA
1. Bahan Bakar : (0,125 - 0,175 liter/Hp/jam) x Pw x Ms H 384.038 Rupiah
2. Pelumas : (0,01 - 0,02 liter/Hp/jam) x Pw x Mp I 127.946,00 Rupiah
12,5% -
3. Perawatan dan Perbaikan 17,5% x B' K 196.727,00 Rupiah
W'
4. Operator : (1 orang/jam) x V1 L 27.000,00 Rupiah
5. Pembantu Operator (1 orang/jam) x V2 M 20.350,00 Rupiah
(H + I + K +
Biaya Operasi per jam L + M) P 756.061,00 Rupiah
TOTAL BIAYA SEWA ALAT PER
D. JAM (G+P) S 1.025.408,37 Rupiah
E. LAIN-LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10% per tahun
2. Upah Operator/ Sopir V1 27.000,00 Rp/jam
3. Upah Pembantu Operator/ Pembantu Sopir V2 20.350,00 Rp/jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 13.750,00 Rp/liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 16.500,00 Rp/liter
6. Minyak Pelumas Mp 48.100,00 Rp/liter
Keterangan : PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi Biaya Pekerjaan (RAB)
325

c. Wheel Loader
Tabel 4. 4 Analisa Biaya Sewa Wheel Loader
No. Uraian Kode Koefisien Satuan
A. URAIAN PEKERJAAN E15
1. Jenis Peralatan Wheel Loader 1.0-1.6 M3
2. Tenaga Pw 96 Hp
3. Kapasitas Cp 1,5 M3
4. Alat baru : a. Umur Ekonomis A 5 Tahun
b. Jam kerja ( 1 tahun ) W 2.000 Jam
c. Harga alat B 1.686.331.746 Rupiah
Alat yang dipakai : a. Umur Ekonomis A' 5 Tahun
b. Jam Kerja ( 1 tahun ) W' 2.000 Jam
c. Harga alat B' 1.686.331.746 Rupiah
B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA
1. Nilai sisa alat : 10 % x B C 168.633.175 Rupiah
i x ( 1+
2. Faktor Angsuran Modal : i)^A' D 0,264
(1 + i)^A - 1
3. Biaya pasti per jam :
a. Biaya Pengembalian Modal (B' - C) x D E 200.336,21 Rupiah
W'
b. Asuransi, dan lain-lain 0,002 x B' F 1.686,33 Rupiah
W'
Biaya Pasti per jam (E + F) G 202.022,54 Rupiah
C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA
1. Bahan Bakar : (0,125 - 0,175 liter/Hp/jam) x Pw x Ms H 277.200 Rupiah
2. Pelumas : (0,01 - 0,02 liter/Hp/jam) x Pw x Mp I 92.352,00 Rupiah
12,5% -
3. Perawatan dan Perbaikan 17,5% x B' K 147.554,03 Rupiah
W'
4. Operator : (1 orang/jam) x V1 L 27.000,00 Rupiah
5. Pembantu Operator (1 orang/jam) x V2 M 20.350,00 Rupiah
(H + I + K +
Biaya Operasi per jam L + M) P 564.456,03 Rupiah
D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT PER JAM (G+P) S 766.478,57 Rupiah
E. LAIN-LAIN
per
1. Tingkat Suku Bunga i 10% tahun
2. Upah Operator/ Sopir V1 27.000,00 Rp/jam
3. Upah Pembantu Operator/ Pembantu Sopir V2 20.350,00 Rp/jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 13.750,00 Rp/liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 16.500,00 Rp/liter
6. Minyak Pelumas Mp 48.100,00 Rp/liter
Keterangan : PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi Biaya Pekerjaan (RAB)
326

d. Vibrator Roller
Tabel 4. 5 Analisa Biaya Sewa Vibrator Roller
No. Uraian Kode Koefisien Satuan
A. URAIAN PEKERJAAN E19
1. Jenis Peralatan Vibratory Roller 5-8 T
2. Tenaga Pw 82 Hp
3. Kapasitas Cp 7 Ton
4. Alat baru : a. Umur Ekonomis A 5 Tahun
b. Jam kerja ( 1 tahun ) W 2.000 jam
c. Harga alat B 644.300.000 Rupiah
Alat yang dipakai : a. Umur Ekonomis A' 5 tahun
b. Jam Kerja ( 1 tahun ) W' 2.000 2000
c. Harga alat B' 644.300.000 Rupiah
B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA
1. Nilai sisa alat : 10 % x B C 64.430.000 Rupiah
2. Faktor Angsuran Modal : i x ( 1+ i)^A' D 0,264
(1 + i)^A - 1
3. Biaya pasti per jam :
a. Biaya Pengembalian Modal (B' - C) x D E 76.542,84 Rupiah
W'
b. Asuransi, dan lain-lain 0,002 x B' F 644,30 Rupiah
W'
Biaya Pasti per jam (E + F) G 77.187,14 Rupiah
C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA
1. Bahan Bakar : (0,125 - 0,175 liter/Hp/jam) x Pw x Ms H 236.775 Rupiah
2. Pelumas : (0,01 - 0,02 liter/Hp/jam) x Pw x Mp I 39.442,00 Rupiah
12,5% - 17,5%
3. Perawatan dan Perbaikan x B' K 56.376,25 Rupiah
W'
4. Operator : (1 orang/jam) x V1 L 27.000,00 Rupiah
5. Pembantu Operator (1 orang/jam) x V2 M 20.350,00 Rupiah
(H + I + K + L
Biaya Operasi per jam + M) P 379.943,25 Rupiah
D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT PER JAM (G+P) S 457.130,39 Rupiah
E. LAIN-LAIN
per
1. Tingkat Suku Bunga I 10% tahun
2. Upah Operator/ Sopir V1 27.000,00 Rp/jam
3. Upah Pembantu Operator/ Pembantu Sopir V2 20.350,00 Rp/jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 13.750,00 Rp/liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 16.500,00 Rp/liter
6. Minyak Pelumas Mp 48.100,00 Rp/liter
Keterangan : PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi Biaya Pekerjaan (RAB)
327

e. Water Tanker

Tabel 4. 6 Analisa Biaya Water Tanker


` Uraian Kode Koefisien Satuan
A. URAIAN PEKERJAAN E23
1. Jenis Peralatan Water Tanker 3000-4500 L
2. Tenaga Pw 100 Hp
3. Kapasitas Cp 4.000 Liter
4. Alat baru : a. Umur Ekonomis A 5 tahun
b. Jam kerja ( 1 tahun ) W 2.000 jam
c. Harga alat B 391.353.930 Rupiah
Alat yang dipakai : a. Umur Ekonomis A' 5 tahun
b. Jam Kerja ( 1 tahun ) W' 2.000 Jam
c. Harga alat B' 391.353.930 Rupiah
B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA
1. Nilai sisa alat : 10 % x B C 39.135.393 Rupiah
2. Faktor Angsuran Modal : i x ( 1+ i)^A' D 0,264
(1 + i)^A - 1
3. Biaya pasti per jam :
a. Biaya Pengembalian Modal (B' - C) x D E 46.492,85 Rupiah
W'
b. Asuransi, dan lain-lain 0,002 x B' F 391,35 Rupiah
W'
Biaya Pasti per jam (E + F) G 46.884,20 Rupiah
C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA
1. Bahan Bakar : (0,125 - 0,175 liter/Hp/jam) x Pw x Ms H 288.750 Rupiah
2. Pelumas : (0,01 - 0,02 liter/Hp/jam) x Pw x Mp I 48.100,00 Rupiah
3. Perawatan dan Perbaikan 12,5% - 17,5% x B' K 34.243,47 Rupiah
W'
4. Operator : (1 orang/jam) x V1 L 27.000,00 Rupiah
5. Pembantu Operator (1 orang/jam) x V2 M 20.350,00 Rupiah
Biaya Operasi per jam (H + I + K + L + M) P 418.443,47 Rupiah
TOTAL BIAYA SEWA ALAT
D. PER JAM (G+P) S 465.327,67 Rupiah
E. LAIN-LAIN
per
1. Tingkat Suku Bunga i 10% tahun
2. Upah Operator/ Sopir V1 27.000,00 Rp/jam
3. Upah Pembantu Operator/ Pembantu Sopir V2 20.350,00 Rp/jam
4. Bahan Bakar Bensin (Pertalite) Mb 13.750,00 Rp/liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 16.500,00 Rp/liter
6. Minyak Pelumas Mp 48.100,00 Rp/liter
Keterangan : PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi Biaya Pekerjaan (RAB)
328

f. Truck Mixer
Tabel 4. 7 Analisa Biaya Sewa Truck Mixer

No. Uraian Kode Koefisien Satuan


A. URAIAN PEKERJAAN E49
1. Jenis Peralatan Truk Mixer 150 HP
2. Tenaga Pw 220 Hp
3. Kapasitas Cp 5,0 M3
4. Alat baru : a. Umur Ekonomis A 5 Tahun
b. Jam kerja ( 1 tahun ) W 2.000 Jam
c. Harga alat B 577.500.000 Rupiah
Alat yang dipakai : a. Umur Ekonomis A' 5 Tahun
b. Jam Kerja ( 1 tahun ) W' 2.000 Jam
c. Harga alat B' 577.500.000 Rupiah
B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA
1. Nilai sisa alat : 10 % x B C 57.750.000 Rupiah
i x ( 1+
2. Faktor Angsuran Modal : i)^A' D 0,264
(1 + i)^A -
1
3. Biaya pasti per jam :
(B' - C) x
a. Biaya Pengembalian Modal D E 68.607,00 Rupiah
W'
b. Asuransi, dan lain-lain 0,002 x B' F 577,50 Rupiah
W'
Biaya Pasti per jam (E + F) G 69.184,50 Rupiah
C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA
1. Bahan Bakar : (0,125 - 0,175 liter/Hp/jam) x Pw x Ms H 635.250 Rupiah
2. Pelumas : (0,01 - 0,02 liter/Hp/jam) x Pw x Mp I 211.640,00 Rupiah
12,5% -
3. Perawatan dan Perbaikan 17,5% x B' K 50.531,25 Rupiah
W'
4. Operator : (1 orang/jam) x V1 L 27.000,00 Rupiah
5. Pembantu Operator (1 orang/jam) x V2 M 20.350,00 Rupiah
(H + I + K
Biaya Operasi per jam + L + M) P 944.771,25 Rupiah
D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT PER JAM (G+P) S 1.013.955,75 Rupiah
E. LAIN-LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10% per tahun
2. Upah Operator/ Sopir V1 27.000,00 Rp/jam
3. Upah Pembantu Operator/ Pembantu Sopir V2 20.350,00 Rp/jam
4. Bahan Bakar Bensin (Pertalite) Mb 13.750,00 Rp/liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 16.500,00 Rp/liter
6. Minyak Pelumas Mp 48.100,00 Rp/liter
Keterangan : PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi Biaya Pekerjaan (RAB)
329

g. Concrete Pan Mixer


Tabel 4. 8 Analisa Biaya Sewa Concrete Pan Mixer
No. Uraian Kode Koefisien Satuan
A. URAIAN PEKERJAAN E43
1. Jenis Peralatan Concrete Pan Mixer
2. Tenaga Pw 134 Hp
3. Kapasitas Cp 600,0 Liter
4. Alat baru : a. Umur Ekonomis A 5 Tahun
b. Jam kerja ( 1 tahun ) W 2.000 Jam
c. Harga alat B 1.119.800.000 Rupiah
Alat yang dipakai : a. Umur Ekonomis A' 5 Tahun
b. Jam Kerja ( 1 tahun ) W' 2.000 Jam
c. Harga alat B' 1.119.800.000 Rupiah
B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA
1. Nilai sisa alat : 10 % x B C 111.980.000 Rupiah
2. Faktor Angsuran Modal : i x ( 1+ i)^A' D 0,264
(1 + i)^A - 1
3. Biaya pasti per jam :
a. Biaya Pengembalian Modal (B' - C) x D E 133.032,24 Rupiah
W'
b. Asuransi, dan lain-lain 0,002 x B' F 1.119,80 Rupiah
W'
Biaya Pasti per jam (E + F) G 134.152,04 Rupiah
C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA
1. Bahan Bakar : (0,125 - 0,175 liter/Hp/jam) x Pw x Ms H 386.925 Rupiah
2. Pelumas : (0,01 - 0,02 liter/Hp/jam) x Pw x Mp I 128.908,00 Rupiah
12,5% -
3. Perawatan dan Perbaikan 17,5% x B' K 97.982,50 Rupiah
W'
4. Operator : (1 orang/jam) x V1 L 27.000,00 Rupiah
5. Pembantu Operator (1 orang/jam) x V2 M 20.350,00 Rupiah
(H + I + K +
Biaya Operasi per jam L + M) P 661.165,50 Rupiah
TOTAL BIAYA SEWA ALAT PER
D. JAM (G+P) S 795.317,54 Rupiah
E. LAIN-LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10% per tahun
2. Upah Operator/ Sopir V1 27.000,00 Rp/jam
3. Upah Pembantu Operator/ Pembantu Sopir V2 20.350,00 Rp/jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 13.750,00 Rp/liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 16.500,00 Rp/liter
6. Minyak Pelumas Mp 48.100,00 Rp/liter
Keterangan : PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi Biaya Pekerjaan (RAB)
330

h. Dump Truck
Tabel 4. 9 Analisa Biaya Sewa Dump Truck
No. Uraian Kode Koefisien Satuan
A. URAIAN PEKERJAAN E09
1. Jenis Peralatan Dump Truck
2. Tenaga Pw 190 Hp
3. Kapasitas Cp 10 Ton
4. Alat baru : a. Umur Ekonomis A 5 tahun
b. Jam kerja ( 1 tahun ) W 2.000 jam
c. Harga alat B 500.000.000 Rupiah
Alat yang dipakai : a. Umur Ekonomis A' 5 tahun
b. Jam Kerja ( 1 tahun ) W' 2.000 2000
c. Harga alat B' 500.000.000 Rupiah
B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA
1. Nilai sisa alat : 10 % x B C 50.000.000 Rupiah
2. Faktor Angsuran Modal : i x ( 1+ i)^A' D 0,264
(1 + i)^A - 1
3. Biaya pasti per jam :
a. Biaya Pengembalian Modal (B' - C) x D E 59.400,00 Rupiah
W'
b. Asuransi, dan lain-lain 0,002 x B' F 500,00 Rupiah
W'
Biaya Pasti per jam (E + F) G 59.900,00 Rupiah
C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA
1. Bahan Bakar : (0,125 - 0,175 liter/Hp/jam) x Pw x Ms H 548.625 Rupiah
2. Pelumas : (0,01 - 0,02 liter/Hp/jam) x Pw x Mp I 91.390,00 Rupiah
12,5% -
3. Perawatan dan Perbaikan 17,5% x B' K 43.750,00 Rupiah
W'
4. Operator : (1 orang/jam) x V1 L 27.000,00 Rupiah
5. Pembantu Operator (1 orang/jam) x V2 M 20.350,00 Rupiah
(H + I + K
Biaya Operasi per jam + L + M) P 731.115,00 Rupiah
D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT PER JAM (G+P) S 791.015,00 Rupiah
E. LAIN-LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10% per tahun
2. Upah Operator/ Sopir V1 27.000,00 Rp/jam
3. Upah Pembantu Operator/ Pembantu Sopir V2 20.350,00 Rp/jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 13.750,00 Rp/liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 16.500,00 Rp/liter
6. Minyak Pelumas Mp 48.100,00 Rp/liter
Keterangan : PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi Biaya Pekerjaan (RAB)
331

i. Motor Grader
Tabel 4. 10 Analisa Biaya Sewa Motor Grader

No. Uraian Kode Koefisien Satuan


A. URAIAN PEKERJAAN E13
1. Jenis Peralatan Motor Grader >100 Hp
2. Tenaga Pw 135 Hp
3. Kapasitas Cp 10.800,0 -
4. Alat baru : a. Umur Ekonomis A 5 Tahun
b. Jam kerja ( 1 tahun ) W 2.000 Jam
c. Harga alat B 2.143.642.050 Rupiah
Alat yang dipakai : a. Umur Ekonomis A' 5 Tahun
b. Jam Kerja ( 1 tahun ) W' 2.000 Jam
c. Harga alat B' 2.143.642.050 Rupiah
B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA
1. Nilai sisa alat : 10 % x B C 214.364.205 Rupiah
2. Faktor Angsuran Modal : i x ( 1+ i)^A' D 0,264
(1 + i)^A - 1
3. Biaya pasti per jam :
a. Biaya Pengembalian Modal (B' - C) x D E 254.664,68 Rupiah
W'
b. Asuransi, dan lain-lain 0,002 x B' F 2.143,64 Rupiah
W'
Biaya Pasti per jam (E + F) G 256.808,32 Rupiah
C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA
1. Bahan Bakar : (0,125 - 0,175 liter/Hp/jam) x Pw x Ms H 389.813 Rupiah
2. Pelumas : (0,01 - 0,02 liter/Hp/jam) x Pw x Mp I 129.870,00 Rupiah
12,5% -
3. Perawatan dan Perbaikan 17,5% x B' K 187.568,68 Rupiah
W'
4. Operator : (1 orang/jam) x V1 L 27.000,00 Rupiah
5. Pembantu Operator (1 orang/jam) x V2 M 20.350,00 Rupiah
(H + I + K +
Biaya Operasi per jam L + M) P 754.601,68 Rupiah
D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT PER JAM (G+P) S 1.011.410,00 Rupiah
E. LAIN-LAIN
per
1. Tingkat Suku Bunga i 10% tahun
2. Upah Operator/ Sopir V1 27.000,00 Rp/jam
3. Upah Pembantu Operator/ Pembantu Sopir V2 20.350,00 Rp/jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 13.750,00 Rp/liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 16.500,00 Rp/liter
6. Minyak Pelumas Mp 48.100,00 Rp/liter
Keterangan : PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi Biaya Pekerjaan (RAB)
332

j. Tandem Roller
Tabel 4. 11 Analisa Biaya Sewa Tandem Roller
No. Uraian Kode Koefisien Satuan
A. URAIAN PEKERJAAN E17
1. Jenis Peralatan Tandem Roller 6-8 T
2. Tenaga Pw 82 Hp
3. Kapasitas Cp 8,1 Ton
4. Alat baru : a. Umur Ekonomis A 5 Tahun
b. Jam kerja ( 1 tahun ) W 2.000 Jam
c. Harga alat B 1.045.000.000 Rupiah
Alat yang dipakai : a. Umur Ekonomis A' 5 Tahun
b. Jam Kerja ( 1 tahun ) W' 2.000 Jam
c. Harga alat B' 1.045.000.000 Rupiah
B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA
1. Nilai sisa alat : 10 % x B C 104.500.000 Rupiah
2. Faktor Angsuran Modal : i x ( 1+ i)^A' D 0,264
(1 + i)^A - 1
3. Biaya pasti per jam :
a. Biaya Pengembalian Modal (B' - C) x D E 124.146,00 Rupiah
W'
b. Asuransi, dan lain-lain 0,002 x B' F 1.045,00 Rupiah
W'
Biaya Pasti per jam (E + F) G 125.191,00 Rupiah
C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA
1. Bahan Bakar : (0,125 - 0,175 liter/Hp/jam) x Pw x Ms H 236.775 Rupiah
2. Pelumas : (0,01 - 0,02 liter/Hp/jam) x Pw x Mp I 78.884,00 Rupiah
12,5% - 17,5%
3. Perawatan dan Perbaikan x B' K 91.437,50 Rupiah
W'
4. Operator : (1 orang/jam) x V1 L 27.000,00 Rupiah
5. Pembantu Operator (1 orang/jam) x V2 M 20.350,00 Rupiah
(H + I + K + L
Biaya Operasi per jam + M) P 454.446,50 Rupiah
TOTAL BIAYA SEWA ALAT PER
D. JAM (G+P) S 579.637,50 Rupiah
E. LAIN-LAIN
per
1. Tingkat Suku Bunga i 10% tahun
2. Upah Operator/ Sopir V1 27.000,00 Rp/jam
3. Upah Pembantu Operator/ Pembantu Sopir V2 20.350,00 Rp/jam
4. Bahan Bakar Bensin (Pertalite) Mb 13.750,00 Rp/liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 16.500,00 Rp/liter
6. Minyak Pelumas Mp 48.100,00 Rp/liter
Keterangan : PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi Biaya Pekerjaan (RAB)
333

k. Concrete Vibrator
Tabel 4. 12 Analisa Biaya Sewa Concrete Vibrator
No. Uraian Kode Koefisien Satuan
A. URAIAN PEKERJAAN E20
1. Jenis Peralatan Concrete Vibrator
2. Tenaga Pw 5,5 Hp
3. Kapasitas Cp 25 -
4. Alat baru : a. Umur Ekonomis A 5 tahun
b. Jam kerja ( 1 tahun ) W 2.000 jam
c. Harga alat B 4.510.000 Rupiah
Alat yang dipakai : a. Umur Ekonomis A' 5 tahun
b. Jam Kerja ( 1 tahun ) W' 2.000 2000
c. Harga alat B' 4.510.000 Rupiah
B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA
1. Nilai sisa alat : 10 % x B C 451.000 Rupiah
i x ( 1+
2. Faktor Angsuran Modal : i)^A' D 0,264
(1 + i)^A - 1
3. Biaya pasti per jam :
a. Biaya Pengembalian Modal (B' - C) x D E 535,79 Rupiah
W'
b. Asuransi, dan lain-lain 0,002 x B' F 4,51 Rupiah
W'
Biaya Pasti per jam (E + F) G 540,30 Rupiah
C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA
1. Bahan Bakar : (0,125 - 0,175 liter/Hp/jam) x Pw x Ms H 15.881 Rupiah
2. Pelumas : (0,01 - 0,02 liter/Hp/jam) x Pw x Mp I 2.645,50 Rupiah
12,5% -
3. Perawatan dan Perbaikan 17,5% x B' K 394,63 Rupiah
W'
4. Operator : (1 orang/jam) x V1 L 27.000,00 Rupiah
5. Pembantu Operator (1 orang/jam) x V2 M 20.350,00 Rupiah
(H + I + K +
Biaya Operasi per jam L + M) P 66.271,13 Rupiah
D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT PER JAM (G+P) S 66.811,43 Rupiah
E. LAIN-LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10% per tahun
2. Upah Operator/ Sopir V1 27.000,00 Rp/jam
3. Upah Pembantu Operator/ Pembantu Sopir V2 20.350,00 Rp/jam
4. Bahan Bakar Bensin (Pertalite) Mb 13.750,00 Rp/liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 16.500,00 Rp/liter
6. Minyak Pelumas Mp 48.100,00 Rp/liter
Keterangan : PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi Biaya Pekerjaan (RAB)
334

l. Slip Form Paver


Tabel 4. 13 Analisa Biaya Sewa Slip Form Paver

No. Uraian Kode Koefisien Satuan


A. URAIAN PEKERJAAN E42
1. Jenis Peralatan Slip Form Paver
2. Tenaga Pw 105 Hp
3. Kapasitas Cp 2,5 M
4. Alat baru : a. Umur Ekonomis A 5 tahun
b. Jam kerja ( 1 tahun ) W 2.000 jam
c. Harga alat B 1.617.942.857 Rupiah
Alat yang dipakai : a. Umur Ekonomis A' 5 tahun
b. Jam Kerja ( 1 tahun ) W' 2.000 Jam
c. Harga alat B' 1.617.942.857 Rupiah
B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA
1. Nilai sisa alat : 10 % x B C 161.794.286 Rupiah
2. Faktor Angsuran Modal : i x ( 1+ i)^A' D 0,264
(1 + i)^A - 1
3. Biaya pasti per jam :
a. Biaya Pengembalian Modal (B' - C) x D E 192.211,61 Rupiah
W'
b. Asuransi, dan lain-lain 0,002 x B' F 1.617,94 Rupiah
W'
Biaya Pasti per jam (E + F) G 193.829,55 Rupiah
C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA
1. Bahan Bakar : (0,125 - 0,175 liter/Hp/jam) x Pw x Ms H 303.188 Rupiah
2. Pelumas : (0,01 - 0,02 liter/Hp/jam) x Pw x Mp I 50.505,00 Rupiah
12,5% - 17,5%
3. Perawatan dan Perbaikan x B' K 141.570,00 Rupiah
W'
4. Operator : (1 orang/jam) x V1 L 27.000,00 Rupiah
5. Pembantu Operator (1 orang/jam) x V2 M 20.350,00 Rupiah
(H + I + K + L
Biaya Operasi per jam + M) P 542.613,00 Rupiah
D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT PER JAM (G+P) S 736.442,55 Rupiah
E. LAIN-LAIN
per
1. Tingkat Suku Bunga i 10% tahun
2. Upah Operator/ Sopir V1 27.000,00 Rp/jam
3. Upah Pembantu Operator/ Pembantu Sopir V2 20.350,00 Rp/jam
4. Bahan Bakar Bensin (Pertalite) Mb 13.750,00 Rp/liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 16.500,00 Rp/liter
6. Minyak Pelumas Mp 48.100,00 Rp/liter
Keterangan : PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi Biaya Pekerjaan (RAB)
335

m. Concrete Mixer
Tabel 4. 14 Analisa Biaya Sewa Concrete Mixer

No. Uraian Kode Koefisien Satuan


A. URAIAN PEKERJAAN E06
1. Jenis Peralatan Concrete Mixer 0.3-0.6 M3
2. Tenaga Pw 20 Hp
3. Kapasitas Cp 500,0 Liter
4. Alat baru : a. Umur Ekonomis A 5 Tahun
b. Jam kerja ( 1 tahun ) W 2.000 Jam
c. Harga alat B 111.633.390 Rupiah
Alat yang dipakai : a. Umur Ekonomis A' 5 Tahun
b. Jam Kerja ( 1 tahun ) W' 2.000 Jam
c. Harga alat B' 111.633.390 Rupiah
B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA
1. Nilai sisa alat : 10 % x B C 11.163.339 Rupiah
i x ( 1+
2. Faktor Angsuran Modal : i)^A' D 0,264
(1 + i)^A -
1
3. Biaya pasti per jam :
a. Biaya Pengembalian Modal (B' - C) x D E 13.262,05 Rupiah
W'
b. Asuransi, dan lain-lain 0,002 x B' F 111,63 Rupiah
W'
Biaya Pasti per jam (E + F)
G 13.373,68 Rupiah
C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA
1. Bahan Bakar : (0,125 - 0,175 liter/Hp/jam) x Pw x Ms H 57.750 Rupiah
2. Pelumas : (0,01 - 0,02 liter/Hp/jam) x Pw x Mp I 19.240,00 Rupiah
12,5% -
3. Perawatan dan Perbaikan 17,5% x B' K 9.767,92 Rupiah
W'
4. Operator : (1 orang/jam) x V1 L 27.000,00 Rupiah
5. Pembantu Operator (1 orang/jam) x V2 M 20.350,00 Rupiah
(H + I + K
Biaya Operasi per jam + L + M) P 134.107,92 Rupiah
D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT PER JAM (G+P) S 147.481,60 Rupiah
E. LAIN-LAIN
1. Tingkat Suku Bunga i 10% per tahun
2. Upah Operator/ Sopir V1 27.000,00 Rp/jam
3. Upah Pembantu Operator/ Pembantu Sopir V2 20.350,00 Rp/jam
4. Bahan Bakar Bensin (Pertalite) Mb 13.750,00 Rp/liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 16.500,00 Rp/liter
6. Minyak Pelumas Mp 48.100,00 Rp/liter
Keterangan : PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi Biaya {Pekerjaan (RAB)
336

n. Trailer
Tabel 4. 15 Analisa Biaya Sewa Trailer

No. Uraian Kode Koefisien Satuan


A. URAIAN PEKERJAAN 0
1. Jenis Peralatan Trailer 20 Ton
2. Tenaga Pw 175 Hp
3. Kapasitas Cp 20,0 Liter
4. Alat baru : a. Umur Ekonomis A 5 Tahun
b. Jam kerja ( 1 tahun ) W 2.000 Jam
c. Harga alat B 672.100.000 Rupiah
Alat yang dipakai : a. Umur Ekonomis A' 5 Tahun
b. Jam Kerja ( 1 tahun ) W' 2.000 Jam
c. Harga alat B' 672.100.000 Rupiah
B. BIAYA PASTI PER JAM KERJA
1. Nilai sisa alat : 10 % x B C 67.210.000 Rupiah
i x ( 1+
2. Faktor Angsuran Modal : i)^A' D 0,264
(1 + i)^A
-1
3. Biaya pasti per jam :
(B' - C) x
a. Biaya Pengembalian Modal D E 79.845,48 Rupiah
W'
0,002 x
b. Asuransi, dan lain-lain B' F 672,10 Rupiah
W'
Biaya Pasti per jam (E + F) G 80.517,58 Rupiah
C. BIAYA OPERASI PER JAM KERJA
1. Bahan Bakar : (0,125 - 0,175 liter/Hp/jam) x Pw x Ms H 505.313 Rupiah
2. Pelumas : (0,01 - 0,02 liter/Hp/jam) x Pw x Mp I 168.350,00 Rupiah
12,5% -
17,5% x
3. Perawatan dan Perbaikan B' K 58.808,75 Rupiah
W'
4. Operator : (1 orang/jam) x V1 L 27.000,00 Rupiah
5. Pembantu Operator (1 orang/jam) x V2 M 20.350,00 Rupiah
(H + I +
K+L+
Biaya Operasi per jam M) P 779.821,75 Rupiah
D. TOTAL BIAYA SEWA ALAT PER JAM (G+P) S 860.339,33 Rupiah
E. LAIN-LAIN
1. Tingkat Suku Bunga I 10% per tahun
2. Upah Operator/ Sopir V1 27.000,00 Rp/jam
3. Upah Pembantu Operator/ Pembantu Sopir V2 20.350,00 R[p/jam
4. Bahan Bakar Bensin Mb 13.750,00 Rp/liter
5. Bahan Bakar Solar Ms 16.500,00 Rp/liter
6. Minyak Pelumas Mp 48.100,00 Rp/liter
Keterangan : PPN diperhitungkan pada lembar Rekapitulasi Biaya Pekerjaan (RAB)
337

4.2.3 Analisa Harga Satuan Pekerjaan


a. Pekerjaan Mobilisasi
Tabel 4. 16 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Mobilisasi
HARGA JUMLAH
NO URAIAN VOLUME SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
B Alat
1 Bulldozer 100-150 Hp 2 1.171.350,37 2.342.700,74
2 Dump Truck 29 791.015,00 22.939.435,00
3 Excavator 80-140 Hp 2 1.025.408,37 2.050.816,74
4 Motor Grader >100 Hp 3 1.011.410,00 3.034.230,00
5 Wheel Loader 1.0-1.6 M3 3 766.478,57 2.299.435,71
6 Tandem Roller 6-8 T 2 579.638 1.159.276,00
7 Vibratory Roller 5-8 T 3 457.130,39 1.371.391,17
8 Concrete Vibrator 6 66.811,43 400.868,58
9 Water Tanker 3000-4500 L 6 465.327,67 2.791.966,02
10 Slip Form Paver 1 736.442,55 736.442,55
11 Truk Mixer 150 HP 5 1.013.955,75 5.069.778,75
12 Concrete Mixer 0.3-0.6 M3 1 147.481,60 147.481,60
13 Concrete Pan Mixer 3 795.317,54 2.385.952,62
14 Road Marker Machine 1 15.000.000 15.000.000
Total Biaya Mobilisasi Alat 61.729.775,48
Overhead & Profit dari Jumlah Total 10% x Jumlah 6.172.977,55
Harga Satuan Item (Total Item) + (Overhead) 67.902.753,03
338

b. Pekerjaan Pengukuran

Proyek Jalan Bts Jambi - Peninggalan


Unit Pekerjaan Pekerjaan Pengukuran
Satuan Pembayaran per 1 m
Volume Pekerjaan 8743

Tabel 4. 17 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pengukuran


HARGA JUMLAH
NO URAIAN SATUAN KOEFISIEN SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
A Tenaga
Kepala Tim
1 OH 0,022 30.952,38 680,95
Pengukuran
2 Surveyor/Juru Ukur OH 0,022 30.952,38 680,95
Pekerja Pegang
3 OH 0,033 16.075,40 530,49
Rambu
4 Tukang Pasang Patok OH 0,033 16.075,40 530,49

B Material
1 - - - - -

C Peralatan
1 Waterpass/Theodolite Hari 0,022 200.000,00 4.400,00
2 Rambu Ukur Hari 0,020 25.000,00 500,00
3 Kendaraan Angkut Hari 0,011 100.000,00 1.100,00

D Total Harga Tenaga, Bahan dan Peralatan 14.422,88


E Overhead & Keuntungan 10% x D 1.442,29
F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 15.865,17
339

c. Pekerjaan Pembersihan
Tabel 4. 18 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Peembersihan
NO URAIAN KODE KOEF SATUAN
I ASUMSI
1 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
3 Jam Kerja Efektif per hari Tk 8,00 Jam
4 Berat volume tanah (lepas) D 1,6 Ton/m³
5 Faktor pengembangan bahan Fk 1,2 -
II URUTAN KERJA
Pembersihan dilakukan di daerah untuk pekerjaan galian dan
1
timbunan
2 Bulldozer mengupas lapisan tanah setebal t t 0,1 m
3 Wheel loader mengangkat tanah kupasan ke Dump Truck
4 Dump Truck membuang material galian kedalam lokasi jalan L 5,00 km
III PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA
1. BAHAN
Tidak ada bahan yang diperlukan
ALAT
2a. BULLDOZER
Panjang hamparan Lh 50,00 m
Lebar blade bo 4,26 m
Faktor Efisiensi alat Fa 0,83 -
Kecepatan gusur V1 10,00 km/jam
Kecepatan kembali V2 12,00 km/jam
Tinggi blade B 1,76 m
Waktu siklus :
Waktu gusur = (Lh×60) / (v1×100) T1 0,30 menit
Waktu kembali = (Lh×60) / (v2×100) T2 0,25 menit
Lain-lain T3 0,07 menit
Ts1 0,62 jam
Kapasitas blade = 0,8 × bo × b V 5,998 m³
Kap.Prod/jam = V × Fa × 60 x t
Q1 48,18 m³/jam
Ts0
Koefisien Alat/M3 = 1 : Q1 0,0208 jam
2b. WHEEL LOADER
Kapasitas bak V 1,50 m³
Faktor bucket Fb 0,85 -
Faktor Efisiensi Alat Fa 0,83 -
Waktu Siklus:
- Memuat T1 1,00 menit
Menanggu membuat T2 0,45 menit
Ts2 1,45 menit
Kap.Prod/jam = V × Fb × Fa × 60
Q2 36,49 m³/jam
Fk × Ts2
Koefisien Alat/M3 = 1 : Q2 0,0274
Jam
340

2c. DUMP TRUCK


Kapasitas bak V 10,00 Ton
Faktor efisiensi alat Fa 0,83 -

Kecepatan rata-rata bermuatan V1 50,00 km/jam


Kecepatan rata-rata kosong V2 60,00 km/jam
Waktu siklus:
- Waktu memuat = (V × 60)/(D×Fk×Q2) T1 8,56 menit
- Waktu tempuh isi = (L : V1) × 60 menit T2 6,00 menit
- Waktu tempuh kosong = (L : V2) × 60 menit T3 5,00 menit
- Lain-lain (termasuk dumping setempat) T4 2,00 menit
Ts3 21,56 menit
Kap.prod/jam = V × Fa × 60
D × Fk × Ts2 Q3 12,03 m³/jam

Koefisien Alat/M3 = 1 : Q3 0,0831 jam


2d. ALAT BANTU
Diperlukan alat bantu seperti sekop,cangkul = 2 buah Ls
3 TENAGA
Produksi menentukan : Bulldozer Q1 96,36 m³/jam
Produksi pembersihan / Hari = Tk × Q1 Qt 770,88 m³/jam
Kebutuhan Tenaga:
- Pekerja P 4 Orang
- Mandor M 1 Orang
Koefisien Tenaga/M3
- Pekerja = (Tk x P) : Qt 0,04151 jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt 0,01038 jam
4 HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT
Lihat lampiran
5 ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Lihat perhitungan pada halaman berikutnya
Didapat Harga Satuan Pekerjaan
Rp124.586,86 /m3
6 WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN
Masa pelaksanaan : 13hari
7 VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN
Volume pekerjaan : 9617 m3
341

Proyek : Jalan Bts Jambi - Peninggalan


Unit Pekerjaan : Pekerjaan Pembersihan
Satuan Pekerjaan : m³
Volume Pekerjaan : 9617

HARGA JUMLAH
NO URAIAN SATUAN KOEFISIEN SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
A Tenaga
1 Pekerja Jam 0,04151 22.050,00 915,30
2 Mandor Jam 0,01038 23.750,00 246,53

B Material
1 - - - - -

C Peralatan
1 Bulldozer Jam 0,0208 1.171.350,37 24.364,09
2 Wheel Loader Jam 0,0274 766.478,57 21.001,51
3 Dump Truck Jam 0,0831 791.015,00 65.733,35
4 Alat Bantu Ls 1,0000 1.000,00 1.000,00

D Total Harga Tenaga, Bahan dan Peralatan 113.260,78


E Overhead & Keuntungan 10% x D 11.326,08
F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 124.586,86

Catatan :
1 Satuan dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan
Volume dan atau ukuran untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas setiap komponen untuk menyelesaikan satu
satuan pekerjaan dari nomor mata pembayaran
Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis pakai
3
dan operator
Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan
4 (tetapi tidak termasuk PPN yang dibiayai dari kontrak) dan biaya-biaya
lainnya.
342

Proyek : Jalan Bts Jambi - Peninggalan


Unit Pekerjaan : Pekerjaan Direksi Keet
Satuan Pembayaran : m2
Volume Pekerjaan : 24
HARGA JUMLAH
NO URAIAN KOEFISIEN SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
A Tenaga
1 Pekerja 0,625 176.400,00 110.250,00
2 Tukang 0,208 209.600,00 43.596,80
3 Kepala Tukang 0,208 216.000,00 44.928,00

B Material
1 Batu bata 33,333 985,00 32.833,01
2 Split 0,050 285.140,00 14.257,00
3 Pasir 0,033 233.800,00 7.715,40
4 Semen 0,708 94.550,00 66.941,40
5 Balok 6/12 0,500 80.000,00 40.000,00
6 Balok 5/10 0,208 32.500,00 6.760,00
7 Triplek 1,000 140.000,00 140.000,00
8 Kayu 5/7 mm 2,083 43.000,00 89.569,00
10 Reng ¾ 0,583 15.000,00 8.745,00
11 Seng gelombang 0,500 59.000,00 29.500,00
12 Nok seng 0,125 59.000,00 7.375,00
13 Lisplank 0,125 28.500,00 3.562,50
14 Kunci tanam 0,083 58.000,00 4.814,00
15 Pintu WC 0,042 175.000,00 7.350,00
16 Pintu biasa 0,042 500.000,00 21.000,00
17 Jendela 0,042 525.000,00 22.050,00
18 Closet jongkok 0,042 145.000,00 6.090,00
19 Paku 0,042 14.000,00 588,00
20 Paku seng 0,042 43.643,00 1.833,01
21 Engsel 0,167 20.000,00 3.340,00

C Peralatan
1 Palu 0,208 30.000,00 6.240,00
2 Gergaji 0,083 90.000,00 7.470,00
3 Cangkul 0,083 75.000,00 6.225,00
4 Waterpass 0,042 80.000,00 3.360,00
5 Ember 0,208 20.000,00 4.160,00
6 Meteran 0,083 26.000,00 2.158,00
7 Pahat 0,042 29.000,00 1.218,00
8 Centong semen 0,125 39.000,00 4.875,00
9 Obeng 0,042 25.000,00 1.050,00

D Total Harga Tenaga, Bahan dan Peralatan 749.854,12


343

E Overhead & Keuntungan 10% x D 74.985,41


F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 824.839,53
d. Pekerjaan Galian
Tabel 4. 19 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Galian
NO URAIAN KODE KOEF SATUAN
I ASUMSI
1 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
3 Jam Kerja Efektif per hari Tk 8,00 Jam
4 Berat volume tanah (lepas) D 1,6 Ton/m³
5 Faktor pengembangan bahan Fk 1,2 -
II URUTAN KERJA
1 Penggalian dilakukan dengan menggunakan Excavator
2 Selanjutnya Excavator menuangkan material hasil galian
kedalam Dump Truck
3 Dump Truck membuang material hasil galian keluar lokasi
pembangunan jalan sejauh L L 5,00 Km
III PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA
1. BAHAN
Tidak ada bahan yang diperlukan
2. ALAT
2a. EXCAVATOR
Kapasitas bucket V 0,93 m³
Faktor bucket Fb 1,20 -
Faktor Efisiensi Alat Fa 0,83 -
Faktor konvensi,kedalaman 40%-75%. Mudah: Fv 0,80
Waktu Siklus: '- Menggali, memuat T1 0,24 Menit
- Lain-lain T2 0,08 Menit
Ts1 0,32 Menit
Kap.Prod/jam = V × Fb × Fa × 60 x Fk
Q1 260,52 m³/jam
Fv× Ts1
Koefisien Alat/M3 = 1 : Q1 0,0038 Jam
2b. DUMP TRUCK
Kapasitas bak V 10,00 Ton
Faktor efisiensi alat Fa 0,83 -
Kecepatan rata-rata bermuatan V1 40,00 km/jam
Kecepatan rata-rata kosong V2 60,00 km/jam
Waktu siklus:
- Waktu memuat = (V × 60)/(D×Fk×Q1) T1 1,20 Menit
- Waktu tempuh isi = (L : V1) × 60 menit T2 7,50 Menit
- Waktu tempuh kosong = (L : V2) × 60 menit T3 5,00 Menit
- Lain-lain (termasuk dumping setempat) T4 0,50 Menit
Ts2 14,20 Menit
Kap.prod/jam = V × Fa × 60
Q2 18,27 m³/jam
D × Fk × Ts2
Koefisien Alat/M3 = 1 : Q2 0,0547 Jam
2c. ALAT BANTU
Diperlukan alat-alat bantu kecil
- Sekop Ls
- Keranjang

3 TENAGA
Produksi menentukan : Excavator Q1 521,04 m³/jam
344

Produksi galian / hari = Tk × Q1 Qt 4168,32 m³/jam


Kebutuhan Tenaga:
- Pekerja P 4 Orang
- Mandor M 1 Orang
Koefisien Tenaga/M3
- Pekerja = (Tk x P) : Qt 0,00768 Jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt 0,00192 jam
4 HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT
Lihat lampiran
5 ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Lihat perhitungan pada halaman berikutnya
Didapat Harga Satuan Pekerjaan
Rp.53.218,01/ m3
6 WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN
Masa pelaksanaan : 31 hari
7 VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN
Volume pekerjaan : 130239
345

Proyek : Jalan Bts Jambi - Peninggalan


Unit Pekerjaan : Pekerjaan Galian Biasa
Satuan Pembayaran : m³
Volume Pekerjaan : 130239

HARGA JUMLAH
NO URAIAN SATUAN KOEFISIEN SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
A Tenaga
1 Pekerja Jam 0,00768 22.050,00 169,34
2 Mandor Jam 0,00192 23.750,00 45,60

B Material
1 - - - - -

C Peralatan
1 Excavator Jam 0,0038 1.025.408,37 3.896,55
2 Dump Truck Jam 0,0547 791.015,00 43.268,52
3 Alat Bantu Ls 1,0000 1.000,00 1.000,00

D Total Harga Tenaga, Bahan dan Peralatan 48.380,01


Overhead &
E 10% x D 4.838,00
Keuntungan
F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 53.218,01

Catatan :
1 Satuan dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan
Volume dan atau ukuran untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas setiap komponen untuk menyelesaikan satu
satuan pekerjaan dari nomor mata pembayaran
Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis pakai
3
dan operator
Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan
4 (tetapi tidak termasuk PPN yang dibiayai dari kontrak) dan biaya-biaya
lainnya.
346

e. Pekerjaan Timbunan
Tabel 4. 20 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Timbunan

NO URAIAN KODE KOEF SATUAN


I ASUMSI
1 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
3 Jam Kerja Efektif per hari Tk 8,00 Jam
4 Berat volume tanah (lepas) D 1,6 Ton/m³
5 Faktor pengembangan bahan Fk 1,2 -
Tebal hamparan
6 T 0,15 m
padat
II URUTAN KERJA
1 Wheel Loader memuat ke dalam Dump Truck
Dump Truck mengangkut ke lapangan dengan jarak
2 L 5,00 km
quarry
ke lapangan
3 Material diratakan dengan menggunakan Motor Grader
Material diratakan dengan menggunakan Vibratory
4
Roller
5 Selama pemadatan, beberapa pekerja akan merapikan
tepian hamparan dan level permukaan dengan
menggunakan alat bantu
PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN
III
TENAGA
1. BAHAN
Bahan timbunan = 1 x Fk 1,2
2. ALAT
2a. EXCAVATOR
Kapasitas bucket V 0,93 m³
Faktor bucket Fb 1,20 -
Faktor Efisiensi Alat Fa 0,83 -
Faktor Konversi asli ke
Fv1 0,80
padat
Waktu Siklus: - Memuat T1 0,10 menit
'- Lain-lain T2 0,10 menit
Ts1 0,20 menit
=V × Fb × Fa × 60 x Fk
Kap.Prod/jam Q1 416,83 m³/jam
Fv × Ts1

Koefisien Alat/M3 = 1 : Q1 0,0024 jam


2b. DUMP TRUCK
Kapasitas bak V 10,00 Ton
Faktor efisiensi alat Fa 0,83 -
Kecepatan rata-rata
V1 50,00 km/jam
bermuatan
Kecepatan rata-rata kosong V2 60,00 km/jam
347

Waktu siklus:
- Waktu memuat = (V × 60)/(D×Fk×Q1) T1 0,75 Menit

- Waktu tempuh isi = (L : V1) × 60 menit T2 6,00 menit


- Waktu tempuh kosong = (L : V2) × 60
T3 5,00 menit
menit
- Lain-lain (termasuk dumping setempat) T4 2,00 menit
Ts2 13,75 menit
Kap.prod/ja =V × Fa × 60 Q2 18,86 m³/jam
D × Fk × Ts
Koefisien Alat/M3 =1 : Q2 0,0530 jam
2c. MOTOR GRADER
Panjang hamparan Lh 50,00 m
Lebar overlap bo 0,30 m
Faktor efisiensi alat Fa 0,83 -
Kecepatan rata-rata alat V 4,00 km/jam
Jumlah lintasan n 2,00 lintasan
Jumlah lajur lintasan N 1,00
Lebar efektif kerja blade b 2,40 m
Waktu Siklus
- Perataan 1 kali lintasan = (Lh × 60) / (v × 1000) T1 0,75 menit
- Lain-lain T2 1,00 menit
Ts3 1,75 jam
Kap.Prod/jam = Lh x (N(b-bo) + bo) x t x Fa x 60
Q3 256,11 m³/jam
Ts3 x n
Koefisien Alat/M3= 1 : Q2 0,0039 jam
2d. VIBRATORY ROLLER
Kecepatan rata-rata alat V 4,00 km/jam
Lebar efektif pemadatan b 1,48 m
Jumlah lintasan n 8,00 lintasan
Lajur lintasan N 3,00
Lebar overlap bo 0,30 m
Faktor efisiensi alat Fa 0,83

Kap.Prod/jam = (v x 1000) x (N(b-bo)+bo) x t x Fa


Q4 239,04 m³/jam
n
Koefisien Alat/M3 = 1 : Q4 0,0042 jam
2e. WATER TANKER
Volume tangki air V 4,00 m³
Kebutuhan air per m³
Wc 0,07 m³
material padat
Kapasitas pompa air Pa 200,00 l/menit
Faktor efisiensi alat Fa 0,83

Kap.Prod/jam = Pa x Fa x 60
Q5 142,29 m³/jam
1000 x Wc
Koefisien Alat/M3 = 1 : Q5 0,0070 jam
2f. ALAT BANTU
Diperlukan alat-alat bantu
348

kecil
- Sekop Ls
- Keranjang

3 TENAGA
Produksi menentukan : Excavator Q1 833,66 m³/jam
Produksi timbunan / hari = Tk× Q1 Qt 6669,28 m³/jam
Kebutuhan Tenaga:
- Pekerja P 4 Orang
- Mandor M 1 Orang
Koefisien Tenaga/M3
- Pekerja = (Tk x P) : Qt 0,00480 jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt 0,00120 jam
HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN
4
ALAT
Lihat lampiran
ANALISA HARGA SATUAN
5
PEKERJAAN
Lihat perhitungan pada halaman
berikutnya
Didapat Harga Satuan
Pekerjaan
Rp.60.104,95 / m3
WAKTU PELAKSANAAN YANG
6
DIPERLUKAN
Masa pelaksanaan : 10 hari
VOLUME PEKERJAAN YANG
7
DIPERLUKAN
Volume pekerjaan : 25548,6 m3
349

Proyek Unit : Jalan Batas Jambi - Peninggalan


Pekerjaan : Pekerjaan Timbunan Biasa
Satuan Pembayaran : m³
Volume Pekerjaan : 25548,6

HARGA JUMLAH
NO URAIAN SATUAN KOEFISIEN SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
A Tenaga
1 Pekerja Jam 0,00480 22.050,00 105,84
2 Mandor Jam 0,00120 23.750,00 28,50

B Material
- - - - - -

C Peralatan
1 Excavator Jam 0,0024 1.025.408,37 2.460,98
2 Dump Truck Jam 0,0530 791.015,00 41.923,80
3 Motor Grader Jam 0,0039 1.011.410,00 3.944,50
4 Vibratory Roller Jam 0,0042 457.130,39 1.919,95
5 Water Tanker Jam 0,0070 465.327,67 3.257,29
6 Alat Bantu Ls 1,0000 1.000,00 1.000,00

D Total Harga Tenaga, Bahan dan Peralatan 54.640,86


E Overhead & Keuntungan 10% x D 5.464,09
F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 60.104,95

Catatan :
1 Satuan dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan
Volume dan atau ukuran untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas setiap komponen untuk menyelesaikan satu
satuan pekerjaan dari nomor mata pembayaran
Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis pakai
3
dan operator
Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan
4
(tetapi tidak termasuk PPN yang dibiayai dari kontrak) dan biaya-biaya
350

lainnya.

f. Pekerjaan Badan dan Bahu Jalan


Tabel 4. 21 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Badan dan Bahu Jalan
NO URAIAN KODE KOEF SATUAN
I ASUMSI
1 Pekerjaan dilaksanakan pada tanah galian dan timbunan
2 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
3 Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
4 Jam Kerja Efektif per hari Tk 8,00 Jam
II URUTAN KERJA
1 Motor Grader meratakan permukaan tanah hasil galian
dan timbunan
2 Vibratory Roller memadatkan permukaan yang telah dipotong
atau diratakan dengan Motor Grader
3 Sekelompok pekerja akan membantu meratakan badan jalan
dengan alat bantu
III PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA
1. BAHAN
Tidak ada bahan yang diperlukan
2. ALAT
2a. MOTOR GRADER
Panjang hamparan Lh 50,00 m
Lebar overlap bo 0,30 m
Faktor efisiensi alat Fa 0,83 -
Kecepatan rata-rata alat V 4,00 km/jam
Jumlah lintasan n 2,00 lintasan
Jumlah lajur lintasan N 1,00
Lebar efektif kerja blade b 3,00 m
Waktu Siklus
- Perataan 1 kali lintasan = (Lh × 60) / (v × 1000) T1 0,75 menit
- Lain-lain T2 0,96 menit
Ts1 1,71 jam
Kap.Prod/jam = Lh x (N(b-bo) + bo) x Fa x 60
Q1 1092,11 m³/jam
N x Ts1 x n
= 1 : Q1
Koefisien Alat/M3 0,0009 jam
2b. VIBRATORY ROLLER
Kecepatan rata-rata alat V 4,00 km/jam
Lebar efektif pemadatan b 1,48 m
Jumlah lintasan n 6,00 lintasan
Lajur lintasan N 3,00
Lebar overlap bo 0,30 m
Faktor efisiensi alat Fa 0,83
Kap.Prod/jam = (v x 1000) x (N(b-bo)+bo) xFa Q2 2124,80 m³/jam
n
351

Jam
Koefisien Alat/M3 = 1 :Q2 0,00047

2c. WATER TANKER


Volume tangki air V 4,00 m³
Kebutuhan air per m³ material padat Wc 0,07 m³
Pengisian tangki / jam N 6,00 kali
Faktor efisiensi alat Fa 0,83

Kap.Prod/jam = v x n x Fa Q3 284,57 m³/jam


Wc

Koefisien Alat/M3 = 1 : Q3 0,00351 jam


2d. ALAT BANTU
Diperlukan alat-alat bantu kecil
- Sekop = 3 buah Ls
- Keranjang
3 TENAGA
Produksi menentukan : Motor Grader Q1 1092,11 m³/jam
Produksi / hari = Tk × Q1 Qt 8736,880 m³/jam
Kebutuhan Tenaga:
- Pekerja P 4,00 Orang
- Mandor M 1 Orang
Koefisien Tenaga/M3
- Pekerja = (Tk x
0,00366 jam
P) : Qt
- Mandor = (Tk x M) : Qt 0,00092 jam
4 HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT
Lihat lampiran
5 ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Lihat perhitungan pada halaman berikutnya
Didapat Harga Satuan Pekerjaan
'Rp. 4.257,04 / m3
6 WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN
Masa pelaksanaan : 12 HARI
7 VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN
Volume pekerjaan : 104605 m3
352

Proyek : Jalan Batas Jambi - Peninggalan


Unit Pekerjaan : Pekerjaan Badan dan Bahu Jalan
Satuan Pembayaran : m³
Volume Pekerjaan : 104605

HARGA
JUMLAH HARGA
NO URAIAN SATUAN KOEFISIEN SATUAN
(Rp) (Rp)
A Tenaga
1 Pekerja Jam 0,00366 22.050,00 80,70
2 Mandor Jam 0,00092 23.750,00 21,85

B Material
1 - - - - -

C Peralatan
1 Motor Grader Jam 0,0009 1.011.410,00 910,27
Vibratory
2 Jam 0,0005 457.130,39 228,57
Roller
3 Water Tanker Jam 0,0035 465.327,67 1.628,65
4 Alat Bantu Ls 1,0000 1.000,00 1.000,00

D Total Harga Tenaga, Bahan dan Peralatan 3.870,04


E Overhead & Keuntungan 10% x D 387,00
F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 4.257,04
Catatan :
1 Satuan dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan
Volume dan atau ukuran untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas setiap komponen untuk menyelesaikan satu
satuan pekerjaan dari nomor mata pembayaran
Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis pakai
3
dan operator
Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan
4 (tetapi tidak termasuk PPN yang dibiayai dari kontrak) dan biaya-biaya
lainnya.
353

g. Pekerjaan Pembetonan Drainase


Tabel 4. 22 Analisa harga Satuan Pekerjaan Pembetonan Drainase
NO URAIAN KODE KOEF SATUAN
I ASUMSI
1 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
3 Jam Kerja Efektif per hari Tk 8,00 Jam
4 Bahan dasar (batu, pasir dan semen) diterima di lokasi
Pekerjaan
5 Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 2,00 Km
6 Kadar semen minimum (spesifikasi) Ks 365,00 Kg/m³
7 Ukuran agregat maksimum Ag 19,00 mm
8 Perbandingan air/semen maksimum (spesifikasi) Wcr 0,45 -
9 Perbandingan campuran
- Semen Sm 16,67 %
- Pasir Ps 33,33 %
- Agregat Kasar Kr 50,00 %
10 Jenis Bahan
- Beton D1 2,20 Ton/m³
- Semen D2 1,25 Ton/m³
- Pasir D3 1,30 Ton/m³
-Agregat Kasar D4 1,40 Ton/m³
II URUTAN KERJA
1 Semen, pasir, agregat dan air dicampur dan diaduk menjadi
mortar dengan menggunakan Concrete Pan Mixer
2 Beton diangkut menggunakan Truck Mixer
3 Beton di cor kedalam bekisting , dipadatkan dengan
Concrete Vibrator
4 Penyelesaian (alur) dan perapihan setelah pemasangan
III PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA
1. BAHAN
Semen (PC) = (Sm x D1 x
1a. 375,909 Kg
1000) x 1.025
Pasir beton = ((Ps x D1) :
1b. 0,578 m³
D3) x 1.025
Agregat kasar = ((Kr x D1) :
1c. 0,81 m³
D4) x 1.025
1d. Kayu perancah atau bekisting 45,49 m³
Ie Kayu 5/7 40,44
1f Paku 1,5 Kg
2. ALAT
2a. CONCRETE MIXER
Kapasitas alat V 500 liter
Faktor Efisiensi Alat Fa 0,83 -
354

Waktu Siklus: (T1+T2+T3+T4)


- Memuat T1 0,00 menit
- Mengaduk T2 1,10 menit
- Menuang T3 0,15 menit
- Menunggu, dan lain-lain T4 0,00 menit

Ts1 1,25 menit


Kap.Prod/jam = V × Fa × 60
Q1 19,92 m³/jam
Ts1 x 1000
Koefisien Alat/M3 = 1 : Q1
0,0502 jam
2b. TRUCK MIXER
Kapasitas drum V 5 m³
Faktor efisiensi alat Fa 0,83 -
Kecepatan rata-rata isi V1 20,00 km/jam
Kecepatan rata-rata kosong V2 40,00 km/jam
Waktu siklus:
a. Waktu muat = (V:Q1) x 60 T1 6,0 menit
b. Waktu mengangkut = (LxQ1) x 60 T2 15,00 menit
c. Waktu kembali = (LxQ1) x 60 T3 7,50 menit
d. Menumpahkan T4 2,00 menit
Ts2 30,50 menit
Kap.Prod/jam = V × Fa ×
Q2 8,16 m³/jam
60
Ts1

Koefisien Alat/M3 =1:Q 0,1225 jam

2c. Concrete Vibrator


Kebutuhan alat penggetar beton disesuaikan dengan
kapasitas produksi alat pemcampur nvib 6 buah

Kap.Prod/jam = Q Q3 3,320
nvib
1:
Koefisien Alat/M3 = 0,3012048 Jam
Q3
2d. Water Tanker
Volume tangki air V 4 km/jam
Kebutuhan air per m³ material padat Wc 0,19 m³
Kapasitas pompa air Pa 100,00 l/menit
Faktor efisiensi alat Fa 0,83

= Pa x Fa x
Kap.Prod/jam
60
Q5 26,21 m³/jam
1000 x
Wc
=1:
Koefisien Alat/M3 0,0382 jam
Q4
2e. ALAT BANTU
Diperlukan alat-alat bantu kecil
355

- Sekop
- Cangkul Ls
- Sendok semen
- Ember
- Gerobak dorong

3 TENAGA
Produksi menentukan : Concrete Mixer Q1 19,92 m³/jam
Produksi pasangan batu / hari = Tk × Q1 Qt 159,36 m³/jam
Kebutuhan Tenaga:
- Pekerja P 8 Orang
- Mandor M 1 Orang
- Tukang T 3 Orang
Koefisien Tenaga/M3
- Pekerja = (Tk x P) : Qt 0,40161 jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt 0,05020 jam
- Tukang = (Tk x T) : Qt 0,15060 jam
4 HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT
Lihat lampiran
5 ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Lihat perhitungan pada halaman berikutnya
Didapat Harga Satuan Pekerjaan
Rp. 4.235.852,23 m3

6 WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN


Masa pelaksanaan : 29 hari

7 VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN


Volume pekerjaan : 4612,807 m3
356

Proyek : Jalan Bts Jambi - Peninggalan


Unit Pekerjaan : Pembetonan Drainase
Satuan Pembayaran : m³
Volume Pekerjaan : 4612,807

NO URAIAN SATUAN KOEFISIEN HARGA JUMLAH


SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
A Tenaga
1 Pekerja Jam 0,40161 22.050,00 8.855,50
2 Mandor Jam 0,05020 23.750,00 1.192,25
3 Tukang Jam 0,15060 26.200,00 3.945,72

B Material
1 Semen (PC) Kg 375,909 1.850,00 695.432
2 Pasir beton m³ 0,58 233.800,00 135.604
3 Agregat kasar m³ 0,810 285.140,00 230.963
4 Papan 20 m3 45,490 24.000 1.956.070
5 Kayu 5/7 m³ 45,49 43.000 636.860,00
6 Paku Kg 0,81 14.000 11.340,00

C Peralatan
1 Concrete Mixer Jam 0,0502 147.481,60 7.403,58
2 Truck Mixer Jam 0,1225 1.013.955,75 124.209,58
3 ConcreteVibrator Jam 0,3012 66.811,43 20.123,60
4 Water tanker Jam 0,0382 465327,67 17.775,52
5 Alat bantu Ls 1,0000 1.000,00 1.000,00

D Total Harga Tenaga, Bahan dan Peralatan 3.850.774,75


E Overhead & Keuntungan 10% x D 385.077,48
F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 4.235.852,23
357

h. Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A


Tabel 4. 23 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat A
NO URAIAN KODE KOEF SATUAN
I ASUMSI
1 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
3 Jam Kerja Efektif per hari Tk 8,00 Jam
4 Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 5 Km
5 Berat isi agregat padat Bip 1,81 Ton / m³
6 Tebal lapis agregat padat T 0,15 m
7 Proporsi Campuran :
- Agregat pecah mesin 20 - 30 mm 20-30 18 %
5-10 &
- Agregat pecah mesin 5 - 10 mm & 10 - 20 mm 18 %
10-20
- Sirtu St 64 %
8 Berat isi agregat lepas Bil 1,50 Ton / m³
9 Faktor kehilangan :
- Agregat A Fh 1,05
II URUTAN KERJA
1 Wheel Loader mencampur dan memuat agregat ke dalam Dump
Truck di Base Camp
2 Dump Truck mengangkut agregat kelas A ke lokasi pekerjaan
dan dihampar dengan Motor Grader
3 Hamparan agregat dibasahi dengan Water Tanker sebelum
dipadatkan dengan Tandem Roller
4 Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan merapikan tepian
hamparan dan level permukaan menggunakan Alat Bantu
III PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA
1. BAHAN
Agregat A = 1 m³ x (Bip/Bil) x Fh 1,267
2. ALAT
2a. WHEEL LOADER
Kapasitas bucket V 1,50 m³
Faktor bucket Fb 0,85 -
Faktor Efisiensi Alat Fa 0,83 -
Waktu Siklus:
- Memuat, mencampur dan lain-lain T1 0,45 menit
menit
Ts1 0,45 menit
= V × Fb × Fa × 60
Kap.Prod/jam
Ts1 x Bip/Bil Q1 116,93 m³/jam

Koefisien Alat/M3 = 1 : Q1 0,0086 jam


2b. DUMP TRUCK
358

Kapasitas bak V 10 Ton


Faktor efisiensi alat Fa 0,83 -
Kecepatan rata-rata bermuatan V1 50,00 km/jam
Kecepatan rata-rata kosong V2 60,00 km/jam

Waktu siklus:
- Waktu memuat = (V × 60)/(Q1 x Bil) T1 3,42 menit
- Waktu tempuh isi = (L : V1) × 60 menit T2 6 menit
- Waktu tempuh kosong = (L : V2) × 60 menit T3 5 menit
- Lain-lain (termasuk dumping setempat) T4 0,50 menit
Ts2 14,92 menit
Kap.prod/jam = V × Fa × 60
Q2 18,44 m³/jam
Ts2 x Bip
Koefisien Alat/M3 = 1 : Q2 0,05 jam
2c. MOTOR GRADER
Panjang hamparan Lh 50 m
Lebar overlap bo 0,3 m
Faktor efisiensi alat Fa 0,83 -
Kecepatan rata-rata alat V 4,00 km/jam
Jumlah lintasan n 2,00 lintasan
Jumlah lajur lintasan N 1,33
Lebar efektif kerja blade b 1,33 m
Waktu Siklus
- Perataan 1 kali lintasan = (Lh × 60) / (v × 1000) T1 0,75 menit
- Lain-lain T2 2,24 menit
Ts3 2,99 jam
Kap.Prod/jam = Lh x (N(b-bo) + bo) x t x Fa x 60 Q3 104,299 m³/jam
Ts3 x n
Koefisien Alat/M3 = 1 : Q3 0,0096 jam
2d. TANDEM ROLLER
Kecepatan rata-rata alat V 1,50 km/jam
Lebar efektif pemadatan b 1,20 m
Jumlah lintasan n 6,00 lintasan
Lajur lintasan N 3,00
Lebar overlap bo 0,30 m
Faktor efisiensi alat Fa 0,83

Kap.Prod/jam Q4 93,38 m³/jam


= (v x 1000) x (N(b-bo)+bo) x t x Fa
N
Koefisien Alat/M3 = 1 : Q4 0,0107 jam
2e. WATER TANKER
Volume tangki air V 4 km/jam
Kebutuhan air per m³ material padat Wc 0,07 m³
Kapasitas pompa air Pa 100,00 l/menit
Faktor efisiensi alat Fa 0,83

Kap.Prod/jam = Pa x Fa x 60 Q5 71,14 m³/jam


1000 x Wc
359

Koefisien Alat/M3 = 1 : Q5 0,0141 jam


2f. ALAT BANTU
Diperlukan alat-alat bantu kecil
- Sekop Ls
- Kereta dorong

3 TENAGA
Produksi menentukan : Wheel Loader Q3 116,93 m³/jam
Produksi timbunan / hari = Tk × Q3 Qt 935,44 m³/jam
Kebutuhan Tenaga:
- Pekerja P 7 Orang
- Mandor M 1 Orang
Koefisien Tenaga/M3
- Pekerja = (Tk x P) : Qt 0,05986 jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt 0,00855 jam
4 HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT
Lihat lampiran
5 ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Lihat perhitungan pada halaman berikutnya
Didapat Harga Satuan Pekerjaan
Rp. 604.458,49 / m3
6 WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN
Masa pelaksanaan : 15 hari
7 VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN
Volume pekerjaan : 14426,000 m3
360

Proyek : Jalan Bts Jambi - Peninggalan


Unit Pekerjaan : Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A
Satuan Pembayaran : m³
Volume Pekerjaan : 14426

HARGA JUMLAH
NO URAIAN SATUAN KOEFISIEN SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
A Tenaga
1 Pekerja Jam 0,05986 22.050,00 1.319,91
2 Mandor Jam 0,00855 23.750,00 203,06

B Material
Bahan Agr.Base
1 m³ 1,267 377.560,77 478.369,50
Kelas A

C Peralatan
1 Wheel Loader Jam 0,0086 766.478,57 6.591,72
2 Dump Truck Jam 0,0500 791.015,00 39.550,75
3 Motor Grader Jam 0,0096 1.011.410,00 9.709,54
4 Tandem Roller Jam 0,0107 579.637,50 6.202,12
5 Water Tanker Jam 0,0141 465.327,67 6.561,12
6 Alat Bantu Ls 1,0000 1.000,00 1.000,00

D Total Harga Tenaga, Bahan dan Peralatan 549.507,72


E Overhead & Keuntungan 10% x D 54.950,77
F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 604.458,49
Catatan :
1 Satuan dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan
Volume dan atau ukuran untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas setiap komponen untuk menyelesaikan satu
satuan pekerjaan dari nomor mata pembayaran
Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis pakai
3
dan operator
Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan
4
(tetapi tidak termasuk PPN yang dibiayai dari kontrak) dan biaya-biaya
361

lainnya.

NO URAIAN KODE KOEF SATUAN


I ASUMSI
1 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
3 Jam Kerja Efektif per hari Tk 8,00 Jam
4 Bahan dasar (batu, pasir dan semen) diterima di lokasi
pekerjaan
5 Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 5,00 Km
6 Kadar semen minimum (spesifikasi) Ks 365,00 Kg/m³
7 Ukuran agregat maksimum Ag 19,00 mm
8 Perbandingan air/semen maksimum (spesifikasi) Wcr 0,45 -
9 Perbandingan campuran
- Semen Sm 19,74 %
- Pasir Ps 30,26 %
- Agregat Kasar Kr 50,00 %
10 Jenis Bahan
- Beton D1 2,20 Ton/m³
- Semen D2 1,25 Ton/m³
- Pasir D3 1,30 Ton/m³
-Agregat Kasar D4 1,40 Ton/m³
II URUTAN KERJA
Semen, pasir, agregat dan air dicampur dan diaduk
1
menjadi
mortar dengan menggunakan Concrete Pan Mixer
2 Beton diangkut menggunakan Truck Mixer
3 Beton di cor kedalam bekisting , dipadatkan dengan
Concrete Vibrator
4 Penyelesaian (alur) dan perapihan setelah pemasangan
III PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA
1. BAHAN
1a. Semen (PC = (Sm x D1 x 1000) x 1.025 445,14 Kg
1b. Pasir beton = ((Ps x D1) : D3) x 1.025 0,525 m³
1c. Agregat kasar = ((Kr x D1) : D4) x 1.025 0,81 m³
1d. Kayu perancah atau bekisting 2/20 0,53 m³
Id Kayu 5/7 0,05 m³
1f. Paku 0,3 Kg
2. ALAT

i. Pekerjaan Jalan Beton K-350


Tabel 4. 24 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Beton K-350
362

2a. CONCRETE PAN MIXER (BATCHING PLANT)


Kapasitas alat V 600 liter
Faktor Efisiensi Alat Fa 0,83 -
Waktu Siklus: (T1+T2+T3+T4)
- Memuat T1 0,50 menit
- Mengaduk T2 0,50 Menit
- Menuang T3 0,30 menit
T4 0,20 Menit

Kap.Prod/jam = V × Fa × 60 Ts1 1,50 menit


Ts1 x 1000 Q1 19,92 m³/jam
Koefisien Alat/M3 = 1 : Q1 0,0502 jam
2b. TRUCK MIXER
Kapasitas drum V 5 m³
Faktor Efisiensi Alat Fa 0,83 -
Kecepatan rata-rata bermuatan V1 40,00 km/jam
Kecepatan rata-rata kosong V2 60,00 km/jam
Waktu Siklus: (T1+T2+T3+T4)
- Memuat T1 8,43 menit
- Mengaduk T2 3,00 menit
- Menuang T3 2,00 menit
- Menunggu, dan lain-lain T4 2,00 menit
Ts2 15,43 menit
Kap.Prod/jam = V × Fa × 60
Q2 16,14 m³/jam
Ts2
Koefisien Alat/M3 = 1 : Q2 0,0620 jam
2c. WATER TANKER
Volume tangki air V 4,00 km/jam
Kebutuhan air per m³ material padat Wc 0,07 m³
Kapasitas pompa air Pa 100,00 l/menit
Faktor efisiensi alat Fa 0,83

Kap.Prod/jam = Pa x Fa x 60
Q3 71,14 m³/jam
1000 x Wc
Koefisien Alat/M3 = 1:
0,0141 jam
Q3
2d. CONCRETE VIBRATOR
Kebutuhan alat penggetar disesuaikan dengan kapasitas
Concrete Pan Mixer

Kap.Prod/jam Q4 19,92 m³/jam


Koefisien Alat/M3 = 1:
0,0502 jam
Q4
2e. SLIP FORM PAVER
Kapasitas lebar hamparan b 3,50 m'
363

Kecepatan menghampar v 3,00 m'/menit


Faktor efisiensi alat Fa 0,83 -
Tebal hamparan T 0,30 m'
Q5 156,87 m²
Koefisien Alat/M3 = 1 : Q5 0,0064 jam

2f. ALAT BANTU


Diperlukan alat-alat bantu kecil
- Sekop
- Cangkul Ls
- Sendok semen
- Ember
3 TENAGA
Produksi menentukan : Concrete Pan Mixer Q1 19,92 m³/jam
Produksi pasangan batu / hari = Tk × Q1 Qt 159,36 m³/jam
Kebutuhan Tenaga:
- Pekerja P 12 Orang
- Mandor M 1 Orang
- Tukang T 5 Orang
Koefisien Tenaga/M3
- Pekerja = (Tk x P) : Qt 0,60241 jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt 0,05020 jam
- Tukang = (Tk x T) :
0,25100 jam
Qt
HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN
4
ALAT
Lihat lampiran
5 ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Lihat perhitungan pada halaman berikutnya
Didapat Harga Satuan Pekerjaan
/
Rp. 1.490.149,62
m3

6 WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN


Masa pelaksanaan 103 hari
7 VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN
Volume pekerjaan : 16349 m3
364

Proyek Jalan Bts Jambi - Peninggalan


Unit Pekerjaan Pekerjaan Jalan Beton K-350
Satuan Pembayaran m³
Volume Pekerjaan 16349

HARGA JUMLAH
NO URAIAN SATUAN KOEFISIEN SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
A Tenaga
1 Pekerja Jam 0,60241 22.050,00 13.283,14
2 Mandor Jam 0,05020 23.750,00 1.192,25
3 Tukang Jam 0,25100 26.200,00 6.576,20

B Material
1 Semen (PC) Kg 445,14 1.850,00 823.509,00
2 Pasir m³ 0,53 233.800,00 123.914,00
3 Agregat Kasar m³ 0,81 285.140,00 230.963,40
4 Papan 2x20 m³ 0,53 57.500,00 30.475,00
Kayu
5 m³ 0,05 43.000,00 2.150,00
5/7
6 Paku m³ 0,30 14.000,00 4.200,00

C Peralatan
Concrete Pan
1 Jam 0,0502 795.317,54 39.924,94
Mixer
2 Truck Mixer Jam 0,0620 1.013.955,75 62.865,26
3 Water Tanker Jam 0,0141 465.327,67 6.561,12
4 Concrete Vibrator Jam 0,0502 66.811,43 3.353,93
5 Slip Form Paver Jam 0,0064 736.442,55 4.713,23
6 Alat Bantu Ls 1,0000 1.000,00 1.000,00

D Total Harga Tenaga, Bahan dan Peralatan 1.354.681,47


E Overhead & Keuntungan 10% x D 135.468,15
F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 1.490.149,62
365

NO URAIAN KODE KOEF SATUAN


I ASUMSI
1 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
3 Jam Kerja Efektif per hari Tk 8,00 Jam
4 Bahan dasar (batu, pasir dan semen) diterima di lokasi
pekerjaan
5 Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 5,00 Km
6 Kadar semen minimum (spesifikasi) Ks 365,00 Kg/m³
7 Ukuran agregat maksimum Ag 19,00 mm
8 Perbandingan air/semen maksimum (spesifikasi) Wcr 0,45 -
9 Perbandingan campuran
- Semen Sm 14,46 %
- Pasir Ps 35,54 %
- Agregat Kasar Kr 50,00 %
10 Jenis Bahan
- Beton D1 2,20 Ton/m³
- Semen D2 1,25 Ton/m³
- Pasir D3 1,30 Ton/m³
-Agregat Kasar D4 1,40 Ton/m³
II URUTAN KERJA
1 Semen, pasir, agregat dan air dicampur dan diaduk menjadi
mortar dengan menggunakan Concrete Pan Mixer
2 Beton diangkut menggunakan Truck Mixer
3 Beton di cor kedalam bekisting , dipadatkan dengan
Concrete Vibrator
4 Penyelesaian (alur) dan perapihan setelah pemasangan
III PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA
1. BAHAN
1a. Semen (PC) = (Sm x D1 x 1000) x 1.025 326,073 Kg
1b. Pasir beton = ((Ps x D1) : D3) x 1.025 0,616 m³
1c. Agregat kasar = ((Kr x D1) : D4) x 1.025 0,81 m³
1d. Kayu perancah atau bekisting 0,15 m³
1e. Paku 1,5 Kg
2. ALAT
2a. CONCRETE PAN MIXER (BATCHING PLANT)
Kapasitas alat V 600 liter
Faktor Efisiensi Alat Fa 0,83 -
Waktu Siklus: (T1+T2+T3+T4)
- Memuat T1 0,35 menit

j. Pekerjaan Lean Mix Concrete K-175


Tabel 4. 25 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Lean Mix Concrete
366

- Mengaduk T2 0,35 menit


- Menuang T3 0,25 menit
T4 0,20 menit
Ts1 1,15 menit

Kap.Prod/jam = V × Fa × 60
Q1 25,98 m³/jam
Ts1 x 10
Koefisien Alat/M3 = 1 : Q1 0,0385 jam
2b. TRUCK MIXER
Kapasitas drum V 5 m³
Faktor Efisiensi Alat Fa 0,83 -
Kecepatan rata-rata bermuatan V1 40,00 km/jam
Kecepatan rata-rata kosong V2 60,00 km/jam
Waktu Siklus: (T1+T2+T3+T4)
- Memuat T1 8,43 menit
- Mengaduk T2 3,00 menit
- Menuang T3 2,00 menit
- Menunggu, dan lain-lain T4 2,00 menit
Ts2 15,43 menit
Kap.Prod/jam = V × Fa × 60
Q2 16,14 m³/jam
Ts2
Koefisien Alat/M3 = 1 : Q2 0,0620 jam
2c. CONCRETE VIBRATOR
Kebutuhan alat penggetar disesuaikan dengan kapasitas
Concrete Pan Mixer

Kap.Prod/jam Q3 19,92 m³/jam


Koefisien Alat/M3 = 1 : Q3 0,0502 jam
2d. ALAT BANTU
Diperlukan alat-alat bantu kecil
- Sekop
- Cangkul Ls
- Sendok semen
- Ember
3 TENAGA
Produksi menentukan : Concrete Pan Mixer Q1 77,94 m³/jam
Produksi pasangan batu / hari = Tk × Q1 Qt 623,52 m³/jam
Kebutuhan Tenaga:
- Pekerja P 10 Orang
- Mandor M 1 Orang
- Tukang T 5 Orang
Koefisien Tenaga/M3
- Pekerja = (Tk x P) : Qt 0,12830 jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt 0,01283 jam
- Tukang = (Tk x T) : Qt 0,06415 jam
4 HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT
Lihat lampiran
5 ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Lihat perhitungan pada halaman berikutnya
` Didapat Harga Satuan Pekerjaan
367

Rp.1.584.338,61/ m3
6 WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN
Masa pelaksanaan : 16 hari
7 VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN
Volume pekerjaan : 9617 m3

Proyek : Jalan Bts Jambi - Peninggalan


Unit Pekerjaan : Pekerjaan Lean Mix Concrete K-175
Satuan Pembayaran : m³
Volume Pekerjaan : 9617

HARGA JUMLAH
NO URAIAN SATUAN KOEFISIEN SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
A Tenaga
1 Pekerja Jam 0,12830 22.050,00 2.829,02
2 Mandor Jam 0,01283 23.750,00 304,71
3 Tukang Jam 0,06415 26.200,00 1.680,73

B Material
1 Semen (PC) Kg 326,073 1.850,00 603.235,05
2 Pasir m³ 0,62 233.800,00 144.956,00
3 Agregat Kasar m³ 0,81 285.140,00 230.963,40
4 Kayu Perancah m³ 0,15 2.250.000,00 337.500,00
5 Paku m³ 1,50 14.000,00 21.000,00

C Peralatan
Concrete Pan
1 Jam 0,0385 795.317,54 30.619,73
Mixer
2 Truck Mixer Jam 0,0620 1.013.955,75 62.865,26
3 Concrete Vibrator Jam 0,0502 66.811,43 3.353,93
4 Alat Bantu Jam 1,0000 1.000,00 1.000,00

D Total Harga Tenaga, Bahan dan Peralatan 1.440.307,83


E Overhead & Keuntungan 10% x D 144.030,78
F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 1.584.338,61
368

k. Pekerjaan Tulangan Memanjang dan Melintang


Tabel 4. 26 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Tulangan Memanjang dan Melintang
NO URAIAN KODE KOEF SATUAN
I ASUMSI
1 Pekerjaan dilakuka secara manual
2 Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
3 Jam Kerja Efektif per hari Tk 8,00 Jam
4 Bahan dasar (besi dan kawat) diterima di lokasi pekerjaan
5 Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 5,00 Km
6 Faktor kehilangan besi tulangan Fh 1,10 -
II URUTAN KERJA
1 Besi tulangan dipotong sesuai dengan yang diperlukan
2 Batang tulangan dipasang/disusun sesuai gambar pelaksanaan
dan persilanganya diikat kawat
III PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA
1. BAHAN
1a. Baja Tulangan U24 1,1 Kg
1b. Tulangan Tie Bars,Dowel 1,1 Kg
1c. Kawat Beton 0,0025 Kg
2. ALAT
ALAT BANTU
Diperlukan alat-alat bantu kecil
- Gunting potong baja 2 buah
Ls
- Kunci pembengkok tulangan
- Alat lainnya
3 TENAGA
Produksi kerja / hari dibutuhkan tenaga : Qt 200,00 Kg
- Pekerja P 25 Orang
- Mandor M 1 Orang
- Tukang T 4 Orang
Koefisien Tenaga/Kg
- Pekerja = (Tk x P) : Qt 1,000 jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt 0,040 jam
- Tukang = (Tk x T) : Qt 0,160 jam
4 HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT
Lihat lampiran
5 ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Lihat perhitungan pada halaman berikutnya
Didapat Harga Satuan Pekerjaan
Rp. 45.884,41/ kg
6 WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN
369

Masa pelaksanaan :91 harI


7 VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN
Volume pekerjaan : 452560,0 kg

Proyek Jalan Bts Jambi - Peninggalan


Unit Pekerjaan Pekerjaan Tulangan Memanjang & Melintang
Satuan Pembayaran Kg
Volume Pekerjaan 452560,0

HARGA JUMLAH
NO URAIAN SATUAN KOEFISIEN SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
A Tenaga
1 Pekerja Jam 1,000 22.050,00 22.050,00
2 Mandor Jam 0,040 23.750,00 950,00
3 Tukang Jam 0,160 26.200,00 4.192,00

B Material
Baja Tulangan
1 Kg 1,1 12.220,09 13.442,10
U24
2 Kawat Beton m³ 0,0025 31.600,00 79,00

C Peralatan
1 Alat Bantu Ls 1,0000 1.000,00 1.000,00

D Total Harga Tenaga, Bahan dan Peralatan 41.713,10


E Overhead & Keuntungan 10% x D 4.171,31
F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 45.884,41

Catatan :
1 Satuan dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan
Volume dan atau ukuran untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas setiap komponen untuk menyelesaikan satu
satuan pekerjaan dari nomor mata pembayaran
Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis pakai
3
dan operator
Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan
4 (tetapi tidak termasuk PPN yang dibiayai dari kontrak) dan biaya-biaya
lainnya.
370

l. Pekerjaan Baja Tulangan Polos D-28


Tabel 4. 27 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Baja Tulangan Polos D--28
NO URAIAN KODE KOEF SATUAN
I ASUMSI
1 Pekerjaan dilakuka secara manual
2 Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
3 Jam Kerja Efektif per hari Tk 8,00 Jam
4 Bahan dasar (besi dan kawat) diterima di lokasi pekerjaan
5 Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 5,00 Km
6 Faktor kehilangan besi tulangan Fh 1,10 -
II URUTAN KERJA
1 Besi tulangan dipotong sesuai dengan yang diperlukan
Batang tulangan dipasang/disusun sesuai gambar
2
pelaksanaan
dan persilanganya diikat kawat
III PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA
1. BAHAN
1a. Baja Tulangan Polos U-28 1,1 Kg
1b. Kawat Beton 0,0025 Kg
2. ALAT
ALAT BANTU
Diperlukan alat-alat bantu kecil
- Gunting potong baja 2 buah
Ls
- Kunci pembengkok tulangan
- Alat lainnya
3 TENAGA
Produksi kerja / hari dibutuhkan tenaga : Qt 200,00 Kg
- Pekerja P 6 Orang
- Mandor M 1 Orang
- Tukang T 4 Orang
Koefisien Tenaga/Kg
- Pekerja = (Tk x P) : Qt 0,240 jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt 0,040 jam
- Tukang = (Tk x T) : Qt 0,160 jam
4 HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT
Lihat lampiran
5 ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Lihat perhitungan pada halaman berikutnya
Didapat Harga Satuan Pekerjaan
Rp.27.450,61 /m3
6 WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN
371

Masa pelaksanaan : 27 hari


7 VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN
Volume pekerjaan : 32.028,523 kg

Proyek Jalan Bts Jambi - Peniggalan


Unit Pekerjaan Pekerjaan Baja Tulangan Polos D-28 (Dowel/Ruji)
Satuan Pembayaran Kg
Volume Pekerjaan 32.028,523

HARGA JUMLAH
NO URAIAN SATUAN KOEFISIEN SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
A Tenaga
1 Pekerja Jam 0,240 22.050,00 5.292,00
2 Mandor Jam 0,040 23.750,00 950,00
3 Tukang Jam 0,160 26.200,00 4.192,00

B Material
Baja Tulangan
1 Kg 1,1 12.220,09 13.442,10
Polos U-28
2 Kawat Beton m³ 0,0025 31.600,00 79,00

C Peralatan
1 Alat Bantu Ls 1,0000 1.000,00 1.000,00

D Total Harga Tenaga, Bahan dan Peralatan 24.955,10


E Overhead & Keuntungan 10% x D 2.495,51
F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 27.450,61

Catatan :
1 Satuan dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan
Volume dan atau ukuran untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas setiap komponen untuk menyelesaikan satu
satuan pekerjaan dari nomor mata pembayaran
Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis pakai
3
dan operator
4 Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan
372

(tetapi tidak termasuk PPN yang dibiayai dari kontrak) dan biaya-biaya
lainnya.

m. Pekerjaan Baja Tulangan Ulir U-16


Tabel 4. 28 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Baja Tulangan Ulir U-16
NO URAIAN KODE KOEF SATUAN
I ASUMSI
1 Pekerjaan dilakuka secara manual
2 Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
3 Jam Kerja Efektif per hari Tk 8,00 Jam
4 Bahan dasar (besi dan kawat) diterima di lokasi pekerjaan
5 Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 5,00 Km
6 Faktor kehilangan besi tulangan Fh 1,10 -
II URUTAN KERJA
1 Besi tulangan dipotong sesuai dengan yang diperlukan
2 Batang tulangan dipasang/disusun sesuai gambar pelaksanaan
dan persilanganya diikat kawat
III PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA
1. BAHAN
1a. Baja Tulangan Ulir D-20 1,1 Kg
1b. Kawat Beton 0,0025 Kg
2. ALAT
ALAT BANTU
Diperlukan alat-alat bantu kecil
- Gunting potong baja 2 buah
Ls
- Kunci pembengkok tulangan
- Alat lainnya
3 TENAGA
Produksi kerja / hari dibutuhkan tenaga : Qt 200,00 Kg
- Pekerja P 6 Orang
- Mandor M 1 Orang
- Tukang T 4 Orang
Koefisien Tenaga/Kg
- Pekerja = (Tk x P) : Qt 0,240 jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt 0,040 jam
- Tukang = (Tk x T) : Qt 0,160 jam
4 HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT
Lihat lampiran
5 ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Lihat perhitungan pada halaman berikutnya
Didapat Harga Satuan Pekerjaan
Rp. 27.668,30/ kg
6 WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN
373

Masa pelaksanaan : 11hari


7 VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN
Volume pekerjaan : 12.857,5 kg

Proyek : Jalan Bts Jambi - Peninggalan


Unit Pekerjaan : Pekerjaan Baja Tulangan Ulir U-16 (Tie Bar)
Satuan Pembayaran : Kg
Volume Pekerjaan : 12.874

HARGA JUMLAH
NO URAIAN SATUAN KOEFISIEN SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
A Tenaga
1 Pekerja Jam 0,240 22.050,00 5.292,00
2 Mandor Jam 0,040 23.750,00 950,00
3 Tukang Jam 0,160 26.200,00 4.192,00

B Material
Baja Tulangan Ulir D-
1 Kg 1,1 12.400,00 13.640,00
20
2 Kawat Beton m³ 0,0025 31.600,00 79,00

C Peralatan
1 Alat Bantu Ls 1,0000 1.000,00 1.000,00

D Total Harga Tenaga, Bahan dan Peralatan 25.153,00


E Overhead & Keuntungan 10% x D 2.515,30
F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 27.668,30

Catatan :
1 Satuan dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan
Volume dan atau ukuran untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas setiap komponen untuk menyelesaikan satu
satuan pekerjaan dari nomor mata pembayaran
Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis pakai
3
dan operator
4 Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan
374

(tetapi tidak termasuk PPN yang dibiayai dari kontrak) dan biaya-biaya
lainnya.

n. Pekerjaan Galian Box Culvert


Tabel 4. 29 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Galian Box Culvert
NO URAIAN KODE KOEF SATUAN
I ASUMSI
1 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
3 Jam Kerja Efektif per hari Tk 8,00 Jam
4 Berat volume tanah (lepas) D 1,6 Ton/m³
5 Faktor pengembangan bahan Fk 1,2 -
II URUTAN KERJA
1 Penggalian dilakukan dengan menggunakan Excavator
2 Selanjutnya Excavator menuangkan material hasil galian
kedalam Dump Truck
3 Dump Truck membuang material hasil galian keluar lokasi
pembangunan jalan sejauh L L 5,00 km
III PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA
1. BAHAN
Tidak ada bahan yang diperlukan
2. ALAT
2a. EXCAVATOR
Kapasitas bucket V 0,93 m³
Faktor bucket Fb 1,20 -
Faktor Efisiensi Alat Fa 0,83 -
Faktor Konvensi asli ke padat Fv 0,80
Waktu Siklus: - Menggali, memuat T1 0,10 menit
- Lain-lain T2 0,10 menit
Ts1 0,20 menit
Kap.Prod/jam = V × Fb × Fa × 60 x Fk
Fv × Ts1 Q1 416,83 m³/jam

Koefisien Alat/M3 = 1 : Q1 0,0024 jam


2b. DUMP TRUCK
Kapasitas bak V 10,00 Ton
Faktor efisiensi alat Fa 0,83 -
Kecepatan rata-rata bermuatan V1 50,00 km/jam
Kecepatan rata-rata kosong V2 60,00 km/jam
Waktu siklus:
- Waktu memuat = (V × 60)/(D×Fk×Q1) T1 0,75 menit
- Waktu tempuh isi = (L : V1) × 60 menit T2 6,00 menit
- Waktu tempuh kosong = (L : V2) × 60 menit T3 5,00 menit
375

- Lain-lain (termasuk dumping setempat) T4 0,50 menit


Ts2 12,25 menit
Kap.prod/jam = V × Fa × 60
Q2 21,17 m³/jam
D × Fk × Ts2
Koefisien Alat/M3 = 1 : Q2 0,0472 jam
2c. ALAT BANTU
Diperlukan alat-alat bantu kecil
- Sekop Ls

- Keranjang
3 TENAGA
Produksi menentukan : Excavator Q1 416,83 m³/jam
Produksi galian / hari = Tk × Q1 Qt 3334,64 m³/jam
Kebutuhan Tenaga:
- Pekerja P 4 Orang
- Mandor M 1 Orang
Koefisien Tenaga/M3
- Pekerja = (Tk x P) : Qt 0,00960 jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt 0,00240 jam
4 HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT
Lihat lampiran
5 ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Lihat perhitungan pada halaman berikutnya
Didapat Harga Satuan Pekerjaan
Rp. 45.172,13 / m3
6 WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN
Masa pelaksanaan : 2 hari
7 VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN
Volume pekerjaan : 88,722 m3
376

Proyek : Jalan Bts jambi - Peninggalan


Unit Pekerjaan : Pekerjaan Galian Box Culvert
Satuan Pembayaran : m³
Volume Pekerjaan : 88,722

HARGA JUMLAH
NO URAIAN SATUAN KOEFISIEN SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
A Tenaga
1 Pekerja Jam 0,00960 22.050,00 211,68
2 Mandor Jam 0,00240 23.750,00 57,00

B Material
1 - - - - -

C Peralatan
1 Excavator Jam 0,0024 1.025.408,37 2.460,98
2 Dump Truck Jam 0,0472 791.015,00 37.335,91
3 Alat Bantu Ls 1,0000 1.000,00 1.000,00

D Total Harga Tenaga, Bahan dan Peralatan 41.065,57


Overhead &
E 10% x D 4.106,56
Keuntungan
F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 45.172,13

Catatan :
1 Satuan dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan
Volume dan atau ukuran untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas setiap komponen untuk menyelesaikan satu
satuan pekerjaan dari nomor mata pembayaran
Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis pakai dan
3
operator
377

Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan
4
(tetapi tidak termasuk PPN yang dibiayai dari kontrak) dan biaya-biaya lainnya.

o. Pekerjaan Pasir Urug Box Culvert


Tabel 4. 30 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pasir Urug Box Culvert
NO URAIAN KODE KOEF SATUAN
I ASUMSI
1 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
3 Jam Kerja Efektif per hari Tk 8,00 Jam
4 Berat volume tanah (lepas) D 1,6 Ton/m³
5 Faktor pengembangan bahan Fk 1,2 -
II URUTAN KERJA
1 Penggalian dilakukan dengan menggunakan Excavator
2 Selanjutnya Excavator menuangkan material hasil galian
kedalam Dump Truck
3 Dump Truck membuang material hasil galian keluar lokasi
pembangunan jalan sejauh L L 5,00 km
III PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA
1. BAHAN
Pasir Urug 1,2 m³
2. ALAT
2a. EXCAVATOR
Kapasitas bucket V 0,93 m³
Faktor bucket Fb 1,20 -
Faktor Efisiensi Alat Fa 0,83 -
Faktor Konvensi asli ke padat Fv 0,80
- Menggali, memuat T1 0,10 menit
- Lain-lain T2 0,10 menit
Ts1 0,20 menit
Kap.Prod/jam = V × Fb × Fa × 60 x Fk
Q1 416,83 m³/jam
Fv × Ts1
Koefisien Alat/M3 = 1 : Q1 0,0024 jam
2b. DUMP TRUCK
Kapasitas bak V 10,00 Ton
Faktor efisiensi alat Fa 0,83 -
Kecepatan rata-rata bermuatan V1 50,00 km/jam
Kecepatan rata-rata kosong V2 60,00 km/jam
Waktu siklus:
- Waktu memuat = (V × 60)/(D×Fk×Q1) T1 0,75 menit
- Waktu tempuh isi = (L : V1) × 60 menit T2 6,00 menit
- Waktu tempuh kosong = (L : V2) × 60 menit T3 5,00 menit
- Lain-lain (termasuk dumping setempat) T4 0,50 menit
378

Ts2 12,25 menit


Kap.prod/jam = V × Fa × 60
Q2 21,17 m³/jam
D × Fk × Ts2
Jam
Koefisien Alat/M3 = 1 : Q2 0,0472
2c. ALAT BANTU
Diperlukan alat-alat bantu kecil
` - Sekop Ls

- Keranjang
3 TENAGA
Produksi menentukan : Excavator Q1 416,83 m³/jam
Produksi galian / hari = Tk × Q1 Qt 3334,64 m³/jam
Kebutuhan Tenaga:
- Pekerja P 4 Orang
- Mandor M 1 Orang
Koefisien Tenaga/M3
- Pekerja = (Tk x P) : Qt 0,00960 jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt 0,00240 jam
4 HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT
Lihat lampiran
5 ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Lihat perhitungan pada halaman berikutnya
Didapat Harga Satuan Pekerjaan
Rp 408.238,13 / m3

6 WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN


Masa pelaksanaan : 1 hari
7 VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN
Volume pekerjaan : 5,808 m3
379

Proyek : Jalan Bts Jambi - Peninggalan


Unit Pekerjaan : Pekerjaan Pasir Urug untuk Box Culvert
Satuan Pembayaran : m³
Volume Pekerjaan : 5,808

HARGA JUMLAH
NO URAIAN SATUAN KOEFISIEN SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
A Tenaga
1 Pekerja Jam 0,00960 22.050,00 211,68
2 Mandor Jam 0,00240 23.750,00 57,00

B Material
1 Pasir Urug m³ 1,2 275.050,00 330.060,00

C Peralatan
1 Excavator Jam 0,0024 1.025.408,37 2.460,98
2 Dump Truck Jam 0,0472 791.015,00 37.335,91
3 Alat Bantu Ls 1,0000 1.000,00 1.000,00

D Total Harga Tenaga, Bahan dan Peralatan 371.125,57


E Overhead & Keuntungan 10% x D 37.112,56
F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 408.238,13

Catatan :
1 Satuan dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan
Volume dan atau ukuran untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas setiap komponen untuk menyelesaikan satu
satuan pekerjaan dari nomor mata pembayaran
Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis pakai dan
3
operator
Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan
4
(tetapi tidak termasuk PPN yang dibiayai dari kontrak) dan biaya-biaya lainnya.
380

p. Pekerjaan Penulangan Box Culvert


Tabel 4. 31 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Penulangan Box Culvert
NO URAIAN KODE KOEF SATUAN
I ASUMSI
1 Pekerjaan dilakuka secara manual
2 Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
3 Jam Kerja Efektif per hari Tk 8,00 Jam
4 Bahan dasar (besi dan kawat) diterima di lokasi pekerjaan
5 Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 2,00 Km
6 Faktor kehilangan besi tulangan Fh 1,10 -
II URUTAN KERJA
1 Besi tulangan dipotong sesuai dengan yang diperlukan
2 Batang tulangan dipasang/disusun sesuai gambar pelaksanaan
dan persilanganya diikat kawat
III PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA
1. BAHAN
1a. Baja Tulangan 1,1 Kg
1b. Kawat Beton 0,0025 Kg
2. ALAT
ALAT BANTU
Diperlukan alat-alat bantu kecil
- Gunting potong baja 2 buah
Ls
- Kunci pembengkok tulangan
- Alat lainnya
3 TENAGA
Produksi kerja / hari dibutuhkan tenaga : Qt 200,00 Kg
- Pekerja P 5 Orang
- Mandor M 1 Orang
- Tukang T 4 Orang
Koefisien Tenaga/Kg
- Pekerja = (Tk x P) : Qt 0,200 jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt 0,040 jam
- Tukang = (Tk x T) : Qt 0,160 jam
4 HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT
Lihat lampiran
5 ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Lihat perhitungan pada halaman berikutnya
Didapat Harga Satuan Pekerjaan
Rp.26.480,41
381

6 WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN


Masa pelaksanaan : 7 hari
7 VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN
Volume pekerjaan : 7284,8 kg

Proyek : Jalan Bts Jambi - Peninggalan


Unit Pekerjaan : Pekerjaan Penulangan Box Culvert
Satuan Pembayaran : Kg
Volume Pekerjaan : 7284,8

HARGA JUMLAH
NO URAIAN SATUAN KOEFISIEN SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
A Tenaga
1 Pekerja Jam 0,2000 22.050,00 4.410,00
2 Mandor Jam 0,040 23.750,00 950,00
3 Tukang Jam 0,160 26.200,00 4.192,00

B Material
Baja Tulangan
1 Kg 1,1 12.220,09 13.442,10
U24
2 Kawat Beton m³ 0,0025 31.600,00 79,00

C Peralatan
1 Alat Bantu Ls 1,0000 1.000,00 1.000,00

D Total Harga Tenaga, Bahan dan Peralatan 24.073,10


E Overhead & Keuntungan 10% x D 2.407,31
F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 26.480,41

Catatan :
1 Satuan dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan
Volume dan atau ukuran untuk bahan-bahan.
2 Kuantitas satuan adalah kuantitas setiap komponen untuk menyelesaikan satu
satuan pekerjaan dari nomor mata pembayaran
3 Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis pakai dan
382

operator
Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan
4
(tetapi tidak termasuk PPN yang dibiayai dari kontrak) dan biaya-biaya lainnya.
` URAIAN KODE KOEF SATUAN
I ASUMSI
1 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
3 Jam Kerja Efektif per hari Tk 8,00 Jam
4 Bahan dasar (batu, pasir dan semen) diterima di lokasi
pekerjaan
5 Jarak rata-rata Base Camp ke lokasi pekerjaan L 2,00 Km
6 Kadar semen minimum (spesifikasi) Ks 365,00 Kg/m³
7 Ukuran agregat maksimum Ag 19,00 mm
8 Perbandingan air/semen maksimum (spesifikasi) Wcr 0,45 -
9 Perbandingan campuran
- Semen Sm 16,67 %
- Pasir Ps 33,33 %
- Agregat Kasar Kr 50,00 %
10 Jenis Bahan
- Beton D1 2,20 Ton/m³
- Semen D2 1,25 Ton/m³
- Pasir D3 1,30 Ton/m³
-Agregat Kasar D4 1,40 Ton/m³
II URUTAN KERJA
1 Semen, pasir, agregat dan air dicampur dan diaduk menjadi
mortar dengan menggunakan Concrete Pan Mixer
2 Beton diangkut menggunakan Truck Mixer
3 Beton di cor kedalam bekisting , dipadatkan dengan
Concrete Vibrator
4 Penyelesaian (alur) dan perapihan setelah pemasangan
III PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA
1. BAHAN
1a. Semen (PC) = (Sm x D1 x 1000) x 1.025 375,909 Kg
1b. Pasir beton = ((Ps x D1) : D3) x 1.025 0,578 m³
1c. Agregat kasar = ((Kr x D1) : D4) x 1.025 0,81 m³
1d. Kayu perancah atau bekistin
1e. Paku 1,5 Kg
2. ALAT
2a. CONCRETE PAN MIXER (BATCHING PLANT)
Kapasitas alat V 600 liter
Faktor Efisiensi Alat Fa 0,83 -

q. Pekerjaan Pembetonan Box Culvert


Tabel 4. 32 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pembetonan Box Culvert
383

Waktu Siklus: (T1+T2+T3+T4)


- Memuat T1 0,50 menit
- Mengaduk T2 0,50 menit
- Menuang T3 0,30 menit
- Menunggu, dan lain-lain T4 0,20 menit
Ts1 1,50 menit
Kap.Prod/jam = V × Fa × 60
Q1 19,92 m³/jam
Ts1 x 1000
Koefisien Alat/M3 = 1 : Q1 0,0502 jam
2b. TRUCK MIXER
Kapasitas drum V 5 m³
Faktor Efisiensi Alat Fa 0,83 -
Kecepatan rata-rata bermuatan V1 40,00 km/jam
Kecepatan rata-rata kosong V2 60,00 km/jam
Waktu Siklus: (T1+T2+T3+T4)
- Memuat T1 8,43 menit
- Mengaduk T2 3,00 menit
- Menuang T3 2,00 menit
- Menunggu, dan lain-lain T4 2,00 menit
Ts2 15,43 menit
Kap.Prod/jam = V × Fa × 60
Ts2 Q2 16,14 m³/jam

Koefisien Alat/M3 = 1 : Q2 0,0620 jam


2c. CONCRETE VIBRATOR
Kebutuhan alat penggetar disesuaikan dengan kapasitas
Concrete Pan Mixer

Kap.Prod/jam Q3 19,92 m³/jam


Koefisien Alat/M3 = 1 : Q3 0,0502 jam
2d. ALAT BANTU
Diperlukan alat-alat bantu kecil
- Sekop
- Cangkul Ls
- Sendok semen
- Ember
3 TENAGA
Produksi menentukan : Concrete Pan Mixer Q1 19,92 m³/jam
Produksi pasangan batu / hari = Tk × Q1 Qt 159,36 m³/jam
Kebutuhan Tenaga:
- Pekerja P 12 Orang
- Mandor M 1 Orang
- Tukang T 4 Orang
Koefisien Tenaga/M3
- Pekerja = (Tk x P) : Qt 0,60241 jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt 0,05020 jam
- Tukang = (Tk x T) : Qt 0,20080 jam
4 HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN ALAT
Lihat lampiran
5 ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
384

Lihat perhitungan pada halaman berikutnya


Didapat Harga Satuan Pekerjaan
Rp. 1.330.867,48 / m3
6 WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN
Masa pelaksanaan : 1 hari
7 VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN
Volume pekerjaan : 32,666 m3

Proyek : Jalan Bts Jambi - Peninggalan


Unit Pekerjaan : Pekerjaan Pembetonan Box Culvert
Satuan Pembayaran : m³
Volume Pekerjaan : 32,666
HARGA JUMLAH
NO URAIAN SATUAN KOEFISIEN SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
A Tenaga
1 Pekerja Jam 0,60241 22.050,00 13.283,14
2 Mandor Jam 0,05020 23.750,00 1.192,25
3 Tukang Jam 0,20080 26.200,00 5.260,96

B Material
1 Semen (PC) Kg 375,909 1.850,00 695.431,65
2 Pasir m³ 0,58 233.800,00 135.604,00
3 Agregat Kasar m³ 0,81 285.140,00 230.963,40
4 Kayu Perancah m³ 0,00 2.250.000,00 0,00
5 Paku m³ 1,50 14.000,00 21.000,00

C Peralatan
Concrete Pan
1 Jam 0,0502 795.317,54 39.924,94
Mixer
2 Truck Mixer Jam 0,0620 1.013.955,75 62.865,26
3 Concrete Vibrator Jam 0,0502 66.811,43 3.353,93
4 Alat Bantu Jam 1,0000 1.000,00 1.000,00

D Total Harga Tenaga, Bahan dan Peralatan 1.209.879,53


E Overhead & Keuntungan 10% x D 120.987,95
F `Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 1.330.867,48

Catatan :
1 Satuan dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan
385

Volume dan atau ukuran untuk bahan-bahan.


2 Kuantitas satuan adalah kuantitas setiap komponen untuk menyelesaikan satu
satuan pekerjaan dari nomor mata pembayaran
Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis pakai dan
3
operator
Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan
4
(tetapi tidak termasuk PPN yang dibiayai dari kontrak) dan biaya-biaya lainnya.
r. Pekerjaan Timbunan Box Culvert
Tabel 4. 33 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Timbunan Box Culvert
NO URAIAN KODE KOEF SATUAN
I ASUMSI
1 Menggunakan alat berat (cara mekanik)
2 Lokasi pekerjaan sepanjang jalan
3 Jam Kerja Efektif per hari Tk 8,00 Jam
4 Berat volume tanah (lepas) D 1,6 Ton/m³
5 Faktor pengembangan bahan Fk 1,2 -
6 Tebal hamparan padat T 0,15 m
II URUTAN KERJA
1 Wheel Loader memuat ke dalam Dump Truck
Dump Truck mengangkut ke lapangan dengan jarak
2 L 5,00 km
quarry
ke lapangan
3 Material diratakan dengan menggunakan Motor Grader
4 Material diratakan dengan menggunakan Vibratory Roller
5 Selama pemadatan, beberapa pekerja akan merapikan
tepian hamparan dan level permukaan dengan
menggunakan
alat bantu
III PEMAKAIAN BAHAN, ALAT DAN TENAGA
1. BAHAN
Bahan timbunan = 1 x Fk 1,2
2. ALAT
2a. EXCAVATOR
Kapasitas bucket V 0,93 m³
Faktor bucket Fb 1,20 -
Faktor Efisiensi Alat Fa 0,83 -
Faktor Konversi asli ke padat Fv1 0,80
Waktu Siklus: - Memuat T1 0,10 menit
'- Lain-lain T2 0,10 menit
Ts1 0,20 menit
Kap.Prod/jam = =V × Fb × Fa × 60 x Fk
Fv × Ts1 Q1 416,83 m³/jam

Koefisien Alat/M3 = 1 : Q1 0,0024 jam


2b. DUMP TRUCK
Kapasitas bak V 10,00 Ton
Faktor efisiensi alat Fa 0,83 -
386

Kecepatan rata-rata bermuatan V1 50,00 km/jam


Kecepatan rata-rata kosong V2 60,00 km/jam
Waktu siklus:
- Waktu memuat = (V × 60)/(D×Fk×Q1) T1 0,75 menit
- Waktu tempuh isi = (L : V1) × 60 menit T2 6,00 menit
- Waktu tempuh kosong = (L : V2) × 60 menit T3 5,00 menit
- Lain-lain (termasuk dumping setempat) T4 2,00 menit
Ts2 13,75 menit

Kap.prod/jam = V × Fa × 60
Q2 18,86 m³/jam
D × Fk × Ts2
Koefisien Alat/M3 = 1 : Q2 0,0530 jam
2c. MOTOR GRADER
Panjang hamparan Lh 50,00 m
Lebar overlap bo 0,30 m
Faktor efisiensi alat Fa 0,83 -
Kecepatan rata-rata alat V 4,00 km/jam
Jumlah lintasan n 2,00 lintasan
Jumlah lajur lintasan N 1,00
Lebar efektif kerja blade b 2,40 m
Waktu Siklus
- Perataan 1 kali lintasan = (Lh × 60) / (v × 1000) T1 0,75 menit
- Lain-lain T2 1,00 menit
Ts3 1,75 jam
Kap.Prod/jam = Lh x (N(b-bo) + bo) x t x Fa x 60
Q3 256,11 m³/jam
Ts3 x n
Koefisien Alat/M3 = 1 : Q2 0,0039 jam
2d. VIBRATORY ROLLER
Kecepatan rata-rata alat V 4,00 km/jam
Lebar efektif pemadatan b 1,48 m
Jumlah lintasan n 8,00 lintasan
Lajur lintasan N 3,00
Lebar overlap bo 0,30 m
Faktor efisiensi alat Fa 0,83

Kap.Prod/jam = (v x 1000) x (N(b-bo)+bo) x t x Fa


Q4 239,04 m³/jam
N
Koefisien Alat/M3 = 1 : Q4 0,0042 jam
2e. WATER TANKER
Volume tangki air V 4,00 m³
Kebutuhan air per m³ material padat Wc 0,07 m³
Kapasitas pompa air Pa 200,00 l/menit
Faktor efisiensi alat Fa 0,83

Kap.Prod/jam = Pa x Fa x 60
Q5 142,29 m³/jam
1000 x Wc
Koefisien Alat/M3 = 1 : Q5 0,0070 jam
2f. ALAT BANTU
Diperlukan alat-alat bantu kecil
- Sekop Ls
387

- Keranjang
3 TENAGA
Produksi menentukan : Excavator Q1 833,66 m³/jam
Produksi timbunan / hari = Tk × Q1 Qt 6669,28 m³/jam
Kebutuhan Tenaga:
- Pekerja P 4 Orang
- Mandor
M 1 Orang

Koefisien Tenaga/M3
- Pekerja = (Tk x P) : Qt 0,00480 jam
- Mandor = (Tk x M) : Qt 0,00120 jam
HARGA DASAR SATUAN UPAH, BAHAN DAN
4
ALAT
Lihat lampiran
5 ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Lihat perhitungan pada halaman berikutnya
Didapat Harga Satuan Pekerjaan
Rp.60.104,95 /m3

6 WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN


Masa pelaksanaan : 1 hari
7 VOLUME PEKERJAAN YANG DIPERLUKAN
Volume pekerjaan : 50,248 m3
388

Proyek : Jalan Bts Jambi - Peninggalan


Unit Pekerjaan : Pekerjaan Timbunan Box Culvert
Satuan Pembayaran : m³
Volume Pekerjaan : 50,248

HARGA JUMLAH
NO URAIAN SATUAN KOEFISIEN SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
A Tenaga
1 Pekerja Jam 0,00480 22.050,00 105,84
2 Mandor Jam 0,00120 23.750,00 28,50

B Material
- - - - - -

C Peralatan
1 Excavator Jam 0,0024 1.025.408,37 2.460,98
2 Dump Truck Jam 0,0530 791.015,00 41.923,80
3 Motor Grader Jam 0,0039 1.011.410,00 3.944,50
4 Vibratory Roller Jam 0,0042 457.130,39 1.919,95
5 Water Tanker Jam 0,0070 465.327,67 3.257,29
6 Alat Bantu Ls 1,0000 1.000,00 1.000,00

D Total Harga Tenaga, Bahan dan Peralatan 54.640,86


E Overhead & Keuntungan 10% x D 5.464,09
F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 60.104,95

Catatan :
1 Satuan dapat berdasarkan atas jam operasi untuk Tenaga Kerja dan Peralatan
Volume dan atau ukuran untuk bahan-bahan.
389

2 Kuantitas satuan adalah kuantitas setiap komponen untuk menyelesaikan satu


satuan pekerjaan dari nomor mata pembayaran
Biaya satuan untuk peralatan sudah termasuk bahan bakar, bahan habis pakai dan
3
operator
Biaya satuan sudah termasuk pengeluaran untuk seluruh pajak yang berkaitan
4
(tetapi tidak termasuk PPN yang dibiayai dari kontrak) dan biaya-biaya lainnya.

Proyek : Jalan Bts Jambi - Peninggalan


Unit Pekerjaan : Pekerjaan Pembersihan dan Finishing
Satuan Pembayaran : m³
Volume Pekerjaan : 2098,32

HARGA JUMLAH
NO URAIAN SATUAN KOEFISIEN SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
A Tenaga
1 Pekerja Jam 0,00477 22.050,00 105,18
2 Mandor Jam 0,00238 23.750,00 56,53

B Material
1 Cat Marka Thermoplastic kg 1,250 23.000,00 28.750,00
2 Glass bead kg 0,45 27.000,00 12.150,00

C Peralatan
1 Road Marking machine
2. Kendaraan Angkut Jam 0,00030 100.000,00 30,00

D Total Harga Tenaga, Bahan dan Peralatan 41.091,71


E Overhead & Keuntungan 10% x D 4.109,17
F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 45.200,88
390

s. Pekerjaan Demobilisasi
Tabel 4. 34 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Demobilisasi

HARGA JUMLAH
NO URAIAN SATUAN VOLUME SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
B Alat
1 Bulldozer 100-150 Hp Unit 2 1.171.350,37 2.342.700,74
2 Dump Truck Unit 29 791.015,00 22.939.435,00
3 Excavator 80-140 Hp Unit 2 1.025.408,37 2.050.816,74
4 Motor Grader >100 Hp Unit 3 1.011.410,00 3.034.230,00
5 Wheel Loader 1.0-1.6 M3 Unit 3 766.478,57 2.299.435,71
6 Tandem Roller 6-8 T Unit 2 579.638 1.159.276,00
7 Vibratory Roller 5-8 T Unit 3 457.130,39 1.371.391,17
8 Concrete Vibrator Unit 6 66.811,43 400.868,58
9 Water Tanker 3000-4500 L Unit 6 465.327,67 2.791.966,02
10 Slip Form Paver Unit 1 736.442,55 736.442,55
11 Truk Mixer 150 HP Unit 5 1.013.955,75 5.069.778,75
12 Concrete Mixer 0.3-0.6 M3 Unit 1 147.481,60 147.481,60
13 Concrete Pan Mixer Unit 3 795.317,54 2.385.952,62
Total Biaya Mobilisasi Alat 46.729.775,48
391

4.2.4 Perhitungan Jam Kerja dan Jumlah Kebutuhan Alat


1. Pekerjaan Persiapan
a. Mobilisasi Alat
Pekerjaan mobilisasi diperkirakan dikerjakan dalam waktu 10 hari kerja.
b. Pengukuran
Pekerjaan pengukuran diperkirakan dikerjakan dalam waktu 12 hari
kerja.
c. Pembersihan
Volume Pekerjaan = 9617 m3

Tabel 4.35 Jumlah Alat dan Hari Kerja Pekerjaan Pembersihan


PKA PKA Kebutuhan Jam Hari
No. Jenis Alat Hari
(m³/jam) Dminan Alat Kerja Kerja
1 Bulldozer 48,18 96,36 2 99,308 12,475
2 Wheel Loader 36,49 96,35 3 99,308 12,475 13
3 Dump Truck 12,03 96,36 8 99,308 12,475

d. Direksi Keet
Volume Pekerjaan = 24 m3
1 pekerja (OH) = 0,625 OH/hari
1�2
= 0,625 = 1,600 m2

Direncanakan 3 orang pekerja:


= 1600 m2/OH/hari
= 4800 m2/ hari
24�2
= 4800 = 5 hari
392

2. Pekerjaan Tanah
a. Galian
Volume Pekerjaan = 130239
Tabel 4. 36 Jumlah Alat dan Hari Kerja Pekerjaan Galian
PKA PKA Kebutuhan Jam Hari
No. Jenis Alat Hari
(m³/jam) Dminan Alat Kerja Kerja
1 Excavator 260,52 521,04 2 249,960 31 31
Dump
2 18,27 521,04 29 249,960 31
Truck

b. Timbunan
Volume Timbunan = 25548,6 x faktor gembur = 30658
Tabel 4. 37 Jumlah Alat dan Hari Kerja Pekerjaan Timbunan
PKA PKA Kebutuhan Jam Hari
No. Jenis Alat Hari
(m³/jam) Dminan Alat Kerja Kerja
1 Excavator 416,83 416,83 1 73,551 9
2 Dump Truck 18,86 416,83 22 73,551 9
Motor 10
3 256,11 416,83 3 73,551 9,193875
Grader
Vibratory
4 239,04 416,83 3 73,551 9,193875
Roller
5 Water Tanker 142,29 416,83 6 73,551 9,193875

3. Pekerjaan Badan Jalan


a. Bahu dan Badan Jalan
Tabel 4.38 Jumlah Alat dan Hari Kerja Pekerjaan Bahu dan Jalan
PKA PKA Kebutuhan Jam Hari
No. Jenis Alat Hari
(m³/jam) Dminan Alat Kerja Kerja
393

1 Motor Grader 1092,11 1092,11 1 95,782 11,973


Vibratory
2 2124,80 1092,11 1 95,782 11,973 12
Roller
3 Water Tanker 284,57 1092,11 4 95,782 11,973

b. Lapis Pondasi Agregat A


Tabel 4. 39 Jumlah Alat dan Hari Kerja Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat A
PKA PKA Kebutuhan Jam Hari
No. Jenis Alat Hari
(m³/jam) Dminan Alat Kerja Kerja
1 Wheel Loader 116,93 116,93 1 123,373 15
2 Dump Truck 18,44 116,93 6 123,373 15
Motor
3 104,30 116,93 1 123,373 15 15
Grader
Tandem
4 93,38 116,93 1 123,373 15
Roller
5 Water Tanker 71,14 116,93 2 123,373 15

4. Pekerjaan Perkerasan Beton


a. Pekerjaan Jalan Beton
Tabel 4. 40 Jumlah Alat dan Hrai Kerja Pekerjaan Beton
PKA PKA Kebutuhan Jam Hari
No. Jenis Alat Hari
(m³/jam) Dminan Alat Kerja Kerja
Concrete Pan
1 19,92 19,92 1 820,733 102,592
Mixer
2 Truck Mixer 16,14 19,92 2 820,733 102,592
3 Water Tanker 71,14 19,92 1 820,733 102,592 103
Concrete
4 19,92 19,92 1 820,733 102,592
Vibrator
Slip Form
5 156,87 19,92 1 820,733 102,592
Paver

b. Pekerjaan Lean Mix Concrete


Tabel 4. 41 Jumlah Alat dan Hari Kerja Pekerjaan Lean Mix Concrete
PKA PKA Kebutuhan Jam Hari
No. Jenis Alat Hari
(m³/jam) Dminan Alat Kerja Kerja
394

Concrete Pan
1 25,98 77,94 3 123,390 15,424
Mixer
2 Truck Mixer 16,14 77,94 5 123,390 15,424 16
Concrete
3 19,92 77,94 4 123,390 15,424
Vibrator

c. Pekerjaan Pembesian Baja Tulangan Polos U-28 (Dowel/Ruji)


Volume pembesian = 32.028,523 kg
Produksi/hari = 200 kg/hari/pekerja
Jumlah pekerja = 6 pekerja
Maka produksi/hari = 200 kg/hari/pekerja x 6 pekerja
= 1200 kg/hari
Lama pengerjaan pembesian = 32.028,523 kg / 1200 kg/hari
= 26,690 hari ~ 27 hari

d. Pekerjaan Baja Tulangan Ulir-U16 (Tie Bar)


Volume pembesian = 12857,500 kg
Produksi/hari = 200 kg/hari/pekerja
Jumlah pekerja = 6 pekerja
Maka produksi/hari = 200 kg/hari/pekerja x 6 pekerja
= 1200 kg/hari
Lama pengerjaan pembesian = 12857,500 kg / 1200 kg/hari
= 10,715 hari ~ 11 hari

e. Pekerjaan Tulangan memanjang & Melintang


Volume pembesian = 452560,0 kg
Produksi/hari = 200 kg/hari/pekerja
Jumlah pekerja = 25 pekerja
Maka produksi/har i = 200 kg/hari/pekerja x 25 pekerja
395

= 5000 kg/hari
Lama pengerjaan pembesian = 452560,0 kg / 5000 kg/hari
= 90,512 hari ~ 91 hari

5. Pekerjaan Drainase
a. Pembetonan Drainase
Tabel 4. 42 Jumlah Alat dan Hari Kerja Pekerjaan Pembetonan drainase
PKA PKA Kebutuhan Jam Hari
No. Jenis Alat Hari
(m³/jam) Dminan Alat Kerja Kerja
1 Concrete Mixer 19,92 19,92 1 231,567 28,946
2 Truck Mixer 6,29 19,92 3 231,567 28,946
29
3 ConcreteVibrator 3,320 19,92 6 231,567 28,946
4 Water tanker 26,21 19,92 1 231,567 28,946

6. Bangunan Pelengkap Jalan


a. Galian Box Culvert
Tabel 4. 43 Jumlah Alat dan Hari Kerja Pekerjaan Galian Box Culvert
PKA PKA Kebutuhan Jam Hari
No. Jenis Alat Hari
(m³/jam) Dminan Alat Kerja Kerja
1 Excavator 416,83 416,83 1 0,212 0,0266
2
2 Dump Truck 21,17 416,83 20 0,212 0,0266

b. Pasir Urug Box Culvert


Tabel 4. 44 Jumlah Alat dan Hari Kerja Pekerjaan Pasir Urug Box Culvert
PKA PKA Kebutuhan Jam Hari
No. Jenis Alat Hari
(m³/jam) Dminan Alat Kerja Kerja
1 Excavator 416,83 416,83 1 0,014 0,002
1
2 Dump Truck 21,17 416,83 20 0,014 0,002

c. Pembetonan Box Culvert


Tabel 4. 45 Jumlah Alat dan Hari Kerja Pekerjaan Pembetonan Box Culvert
No. Jenis Alat PKA PKA Kebutuhan Jam Hari Hari
396

(m³/jam) Dminan Alat Kerja Kerja


Concrete Pan
1 19,92 19,92 1 1,640 0,205
Mixer
2 Truck Mixer 16,14 19,92 2 1,640 0,205 1
Concrete
3 19,92 19,92 1 1,640 0,205
Vibrator

d. Pekerjaan Timbunan Box Culvert


Tabel 4. 46 Jumlah Alat dan Hari Kerja Pekerjaan Timbunan Box Culvert
PKA PKA Kebutuhan Jam Hari
No. Jenis Alat Hari
(m³/jam) Dminan Alat Kerja Kerja
1 Excavator 416,83 416,83 1 0,121 0,015125
2 Dump Truck 18,86 416,83 1 0,121 0,015125
Motor
3 256,11 416,83 1 0,121 0,015125 1
Grader
Vibratory
4 239,04 416,83 1 0,121 0,015125
Roller
5 Water Tanker 142,29 416,83 1 0,121 0,015125

e. Pekerjaan Penulangan Box Culvert


Volume Pekerjaan = 7284,800 kg
Produksi/hari = 200 kg/hari/pekerja
Jumlah pekerja = 5 pekerja
Maka produksi/hari = 200 kg/hari/pekerja x 25 pekerja
= 1000 kg/hari
Lama pengerjaan pembesian = 452560,0 kg / 5000 kg/hari
= 7,328 hari ~ 8 harI
397

4.2.5 Perhitunga Rekapitulasi Durasi Pekerjaan


Tabel 4. 47 Rekapitulasi Hari Kerja
Durasi
No Uraian
Hari
A Pekerjaan Persiapan
1 Mobilisasi Alat 10
2 Pengukuran 12
3 Pembersihan 13
4 Direksi Keet 5

B Pekerjaan Tanah
1 Galian 31
2 Timbunan 10

C Pekerjaan Badan Jalan


1 Penyiapan Badan dan Bahu Jalan 12
2 Lapis Pondasi Agregat Kelas A 15

D Pekerjaan Drainase
1 Pembetonan Drainase 29

E Pekerjaan Struktur
1 Jalan Beton K-350 103
2 Lean Mix Concrete K-175 16
3 Baja Tulangan Polos D-28 (Dowel/Ruji) 27
4 Baja Tulangan Ulir U-16 (Tie Bar) 11
5 Pembesian Untuk Badan Jalan 91

F Pekerjaan Bangunan Pelengkap


1 Galian Box Culvert 2
2 Pasir Urug untuk Box Culvert 1
3 Pembetonan Box Culvert 1
4 Penulangan Box Culvert 7
5 Timbunan Box Culvert 1

G Pekerjaan Finishing
1 Pembersihan Akhir dan Finishing 5
2 Demobilisasi 5
398

4.2.6 Perhitungan Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya


`Tabel 4. 48 Total Biaya Per Pekerjaan
Harga Satuan Total Biaya
No Uraian Volume Sat
(Rp) (Rp)
A Pekerjaan Persiapan
1 Mobilisasi Alat 1 Paket 67.902.753,03 67.902.753,03
2 Pengukuran 8743,000 km 15.865,17 138.709.181,31
3 Pembersihan 9617,000 m³ 124.586,86 1.198.151.832,62
4 Direksi Keet 24 m² 824.839,53 19.796.148,72
Total 1.424.559.915,68
B Pekerjaan Tanah
1 Galian 130239,000 m³ 53.218,01 6.931.060.404,39
2 Timbunan 25548,6 m³ 60.104,95 1.535.597.325,57
Total 8.466.657.729,96
C Pekerjaan Badan Jalan
Penyiapan Badan dan Bahu
1 104605 m² 4.257,04 445.307.669,20
Jalan
Lapis Agregat Kelas
2 14426 m³ 604.458,49 8.719.918.176,74
A
Total 9.165.225.845,94
D Pekerjaan Drainase
1. Pembetonan Drainase 4613 m³ 4.235.852,23 19.539.986.336,99
Total 19.539.986.336,99
E Pekerjaan Struktur
1 Jalan Beton K-350 16349 m³ 1.490.149,62 24.362.456.137,38
2 Lean Mix Concrete K-175 9617 m³ 1.584.338,61 15.236.584.412,37
Baja Tulangan Polos D-28
3 31980,9 kg 27.450,61 877.895.213,35
(Dowel/Ruji)
Baja Tulangan Ulir U-16 (Tie
4 12874,000 kg 27.668,30 356.201.694,20
Bar)
5 Pembesian Untuk Badan Jalan 452560,000 kg 45.884,41 20.765.448.589,60
Total 61.598.586.046,90
PekerjaanBangunan
F
Pelengkap
1 Galian Box Culvert 88,722 m³ 45.172,13 4.007.761,72
2 Pasir Urug untuk Box Culvert 5,808 m³ 408.238,13 2.371.047,06
3 Pembetonan Box Culvert 32,666 m³ 2.320.867,48 75.813.457,10
4 Penulangan Box Culvert 12159,000 kg 26.480,41 321.975.305,19
5 Timbunan Box Culvert 50,248 m³ 60.104,95 3.020.153,53
Total 407.187.724,60
G Pekerjaan Finishing
1 Finishing 2098,32 m2 45.200,88 94.845.910,52
2 Demobilisasi 1 Ls 20.000.000,00 15.000.000,00
Total 109.845.910,52
399

4.2.7 Perhitungan Rencana Anggaran Biaya


Tabel 4. 49 Tabel Rekapitulasi Biaya

No Uraian Total Biaya


1 Pekerjaan Persiapan Rp 1.424.559.915,68
2 Pekerjaan Tanah Rp 8.466.657.729,96
3 Pekerjaan Badan Jalan Rp 9.165.225.845,94
4 Pekerjaan Drainase Rp 19.539.986.336,99
5 Pekerjaan Struktur Rp 61.598.586.046,90
6 Pekerjaan Bangunan Pelengkap Rp 407.187.724,60
7 Pekerjaan Finishing Rp 109.845.910,52
A Biaya Pekerjaan (overhead & keuntungan) Rp 100.712.049.510,59
B Pajak Pertambahan Nilai (PPN) = 10% x Rp 10.071.204.951,06
(A)
C Jumlah Total Biaya Pekerjaan = (A) + (B) Rp 110.783.254.461,65
D Pembulatan Rp 110.783.255.000,00
Terbilang : Seratus sepuluh milyar tujuh ratus delapan puluh tiga juta dua ratus
lima puluh lima ribu rupiah
400
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari Perancangan Geometrik dan Tebal
Perkerasan Kaku Jalan BTS Jambi - Peninggalan STA 80+203 - 88+833 Provinsi
Sumatera Selatan ini antara lain:
1. Berdasarkan Peraturan Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota
No.38/TBM/1997, didapat hasil perhitungan lalu lintas harian adalah
20644,271 smp/hari. Maka, Jalan BTS Jambi - Peninggalan ditentukan
sebagai Jalan Arteri Kelas I.
2. Hasil penentuan golongan kelas medan jalan ini dengan menggunakan jarak
50 m adalah 1,44 % (datar). Sebagai jalan arteri kelas I maka, diambil jalur
7 m dengan kemiringan melintang 2% dan lebar bahu 2 m pada sisi kiri dan
kanan dengan kemiringan melintang 4%, total lebar jalan adalah 11 m
dengan panjang 8743 m.
3. Pada desain alinyemen horizontal jalan ini, direncanakan sebanyak 12
tikungan, yaitu 4 buah tikungan Spiral-Circle-Spiral (SCS),4 buah tikungan
Spiral-Spiral (SS) dan 4 buah Full Circle (FC), dengan kecepatan rencana
80 km/jam. Untuk alinyemen vertikal direncanakan 14 bentuk vertikal yaitu
6 buah lengkung vertikal cekung dan 8 lengkung vertikal cembung.
Besarnya Volume Galian pada pekerjaan ini sebesar 130283,90 m3 dan
volume timbunan sebesar 25548,60 m3
4. Perkerasan jalan yang direncanakan menggunakan lapisan perkerasan beton
bersambung dengan tulangan untuk jalan 2 lajur 2 arah. Perkerasan jalan ini
menggunakan perkerasan kaku (Rigid Pavement) dengan mutu beton K-350
maka didapat tebal pelat 17 cm, Tebal lean mix concrete 10 cm, dan untuk
pondasi bawah digunakan agregat kelas A dengan tebal 15 cm.
5. Dimensi saluran samping pada jalan ini berbentuk persegi dengan tinggi
0,830 m dan lebar dasar saluran 0,778 m. Sedangkan box culvert yang

401
402

digunakan yaitu tipe single dengan dimensi 100 cm × 100 cm dengan tebal
16 cm sebanyak 4 buah .
6. Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk pembangunan jalan ini diperlukan
dana sebesar Rp. 110.783.255.000,00 Seratus sepuluh milyar tujuh ratus
delapan puluh tiga juta dua ratus lima puluh lima ribu rupiah Dengan
waktu pelaksanaan 252 hari kerja.

5.2 Saran
Dalam pembuatan laporan Skripsi ini ada beberapa saran yang dapat
penulis sampaikan antara lain:
1. Dalam Perencanaan jalan raya harus direncanakan sesuai dengan fungsi
kegunaan jalan tersebut dan harus berpedoman pada standar yang berlaku
berdasarkan pada Metode Bina Marga. Desain geometriknya harus
ditentukan sedemikian rupa agar dapat lebih mengutamakan unsur
keselamatan dan kenyamanan bagi pengguna jalan.
2. Dalam perencanaan trase jalan harus memperhatikan pekerjaan tanah, pada
penentuan kelandaian harus diperhatikan dan tidak memotong kontur terlalu
banyak agar volume pekerjaan tanah dapat dikurangi sehingga tinggi galian
atau dalamnya timbunan masih dalam batas-batas kemampuan pelaksanaan
dan perencanaan dapat lebih ekonomis namun tetap aman.
3. Perencanaan drainase dan box culvert harus disesuaikan dengan kondisi
trase yang direncanakan dan menganalisa debit air hujan sesuai dengan data
curah hujan yang ada.
4. Membuat perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dengan mutu dan
material sesuai spesifikasi rencana terbaru yang dikeluarkan oleh Dinas PU
dan mengatur pelaksanaannya dalam manajemen proyek.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum (1970), Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan


Raya, Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga, 1997, Tata Cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Badan Penerbit PU, Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum, 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia,


Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum, 2006, Perencanaan Sistem Drainase Jalan, Badan


Penerbit PU, Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Standar Gorong-gorong Persegi Beton


Bertulang (Box Culvert) Tipe Single, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Jakarta.

Departemen Pemerintahan Umum, 2017, Manual Desain Perkerasan Revisi,


Direktorat Jenderal Bina Marga, Badan Penerbit PU, Jakarta.

Direktorat Bina Teknik. 2004. Geometrik Jalan Perkotaan RSNI T-14-2004,


Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Direktorat Jenderal Bina Marga. 2003, Perencanaan Perkerasan Beton Semen


Pd. T-14-2003. Jakarta: Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah.

Direktorat Jendral Bina Marga, 1997, Standar Gorong – Gorong Persegi Beton
Bertulang (Box Culvert), Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.

Hendarsin, Shirley L, 2000, Perencanaan Teknik Jalan Raya, Jurusan Teknik


Sipil - Politeknik Negeri Bandung, Bandung.

Saodang, Hamirhan, 2010. Konstruksi Jalan Raya Buku 1 Geometrik Jalan,


NOVA, Bandung.

Soedrajat Sastraatmaja, 1984, Analisa Anggaran Biaya Pelaksanaan, NOVA,


Bandung.

Sukiman, Silvia, 1999, Dasar – dasar Perencanaan Geometrik Jalan, NOVA,


Bandung.

403
LAMPIRAN
GAMBAR RENCANA

JALAN BTS JAMBI -PENINGGALAN STA 80+203 - 88+833


PROVINSI SUMATERA SELATAN

NIK N
EK

E
T

GE
PO LI

RI
RI A

S
W I J AY

SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
pendidikan Diploma IV Perancangan Jalan dan Jembatan
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya.

Oleh :
HARDIANTI SOLEHA
061940110220

PUSPA RATNASARI
061940111866

PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN
PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU
JALAN BTS JAMBI -PENINGGALAN STA 80+203 - 88+833
PROVINSI SUMATERA SELATAN

SKRIPSI
Palembang, Juli 2023
Disetujui oleh pembimbing
Skripsi Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Sriwijaya

Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II ,

Andi Herius, S.T., M.T. Akhmad Mirza, S.T., M.T.


NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil Ketua Program Studi
Politeknik Negeri Sriwijaya Perancangan Jalan dan Jembatan

Ibrahim, S.T., M.T. Ir. Kosim, M.T.


NIP. 196905092000031001 NIP. 196210181989031002
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR : 1A

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA : 1:25.000
JURUSAN TEKNIK SIPIL KAKU JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80 +203 -88+833 Hardianti Soleha Puspa Ratnasari PETA PROVINSI
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PETA LOKASI
SUMATERA SELATAN
Andi Herius, S.T., M.T. Akhmad Mirza, S.T., M.T. NIM. 061940110220 NIM. 061840111866 TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 11 JULI 2023

LEGENDA
AWAL PROYEK JLN ARTERI/JLN NASIONAL

Ke
JA
JLN KOLEKTOR 1/JLN PROPINSI
AKHIR PROYEK

MB
JLN KOLEKTOR 2/JLN KAB.
PROPINSI JAMBI Bts. Jambi

I
BATAS PROPINSI

BATAS KABUPATEN

GARIS PANTAI

IBUKOTA PROPINSI
Ke

028
3 Tj. Api-api
BA

KOTA
NG

Peninggalan
KO

IBUKOTA KABUPATEN
082 2
028
2 006
Km. 479,65 Sungai Lilin IBUKOTA KECAMATAN
Bts. Jambi
Sorolangun
084
Karangdapo 0821
BANDAR UDARA
Babat Toman 028 1
084
Mangunjaya Betung
088 031 SEKAYU PELABUHAN
Maur 1
027
006 Pk. BALAI
083 808 028 NO. RUAS
085 3
Tabatinggi
Terawas PALEMBANG 016
K
032 088 2
001 BATU PECAH
030
Sp. Pedang
Tugumulyo INDRALAYA
010 Sp. Indralaya
008 KERIKIL
Ma. Beliti 002 015
016
LUBUK LINGGAU Sp. Periuk
009 PASIR SUNGAI
017 KAYUAGUNG
007
Belimbing
033
PRABUMULIH 021 Penyandingan TANAH TIMBUNAN
P
RU

004 018 1
019
CU

Tebingtinggi 019 021


Ke

MUARAENIM 2 Lb. Siberuk


Beringin 018 090
005
006 2
036 2
Bts Bengkulu 56
Tanjungraya Km. 2 006 LAHAT Skala :
1 006
021
006 011
0 10 40 60 Km
036 035 Rasuan/Kepuh
2 Petanggan Ke
Sp. Airdingin 006 006
034 .
BU
PAGARALAM BATURAJA 006 JU
Tanjung sakti Sugihwaras 022 Gumawang N
012 G
039 040 024 TE
034
1 N
U
013 023 Kurungan Nyawa K
041
Bayur MARTAPURA 086
PROPINSI BENGKULU
A

049 042
NN

Lb. Dalam 014 Kota baru


046 046
MA

P. Beringin 047 Sp. Campang 043 Sp. Martapura


045
Ke

Bts. Bengkulu MUARADUA


PROPINSI LAMPUNG
Ke

Sp. Haji 050 PETA


.
KO

044 PROVINSI SUMATERA SELATAN


TA
BU

Sp. Sender
M
I

044
D. RANAU
Kotabaru
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA : 1: 30.000
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI - PENINGGAKAN STA 80 +203- 88+8333
PROVINSI SUMATERA SELATAN KONTUR DAN TRASE
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN TANGGAL :
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

9794000.000 341000.000 342000.000 343000.000 344000.000 345000.000 346000.000 347000.000 348000.000 349000.000 350000.000

9794000.000
9793000.000

9793000.000
θ
9792000.000

9792000.000
θ
9791000.000

9791000.000
θ

θ
9790000.000

9790000.000
θ
9789000.000

9789000.000
θ
9788000.000

9788000.000
341000.000 342000.000 343000.000 344000.000 345000.000 346000.000 347000.000 348000.000 349000.000 350000.000
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA : 1: 30.000
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI - PENINGGAKAN STA 80 +203- 88+8333
PROVINSI SUMATERA SELATAN TIKUNGAN
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN TANGGAL :
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

9794000.000 341000.000 342000.000 343000.000 344000.000 345000.000 346000.000 347000.000 348000.000 349000.000 350000.000

9794000.000
9793000.000

9793000.000
θ
9792000.000

9792000.000
θ
9791000.000

9791000.000
θ

θ
9790000.000

9790000.000
θ
9789000.000

9789000.000
θ
9788000.000

9788000.000
341000.000 342000.000 343000.000 344000.000 345000.000 346000.000 347000.000 348000.000 349000.000 350000.000
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCGANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL KAKU JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203-88+833 Hardianti Soleha Puspa Ratnasari DETAIL ALINYEMENT
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN HORIZONTAL
Andi Herius, S.T., M.T. Akhmad Mirza, S.T., M.T NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP.197008151996031002 18 Juli 2023

PI1
TC CT
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL KAKU JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203-88+833 Hardianti Soleha Puspa Ratnasari DETAIL ALINYEMENT
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN HORIZONTAL
Andi Herius, S.T., M.T. Akhmad Mirza, S.T., M.T NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP.197008151996031002 18 Juli 2023

PI2

ST
TS
θ

θ
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL KAKU JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203-88+833 Hardianti Soleha Puspa Ratnasari DETAIL ALINYEMENT
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN HORIZONTAL
Andi Herius, S.T., M.T. Akhmad Mirza, S.T., M.T NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP.197008151996031002 18 Juli 2023

PI3
TC CT
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL KAKU JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203-88+833 Hardianti Soleha Puspa Ratnasari
DETAIL ALINYEMENT
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN HORIZONTAL
Andi Herius, S.T., M.T. Akhmad Mirza, S.T., M.T NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP.197008151996031002 18 Juli 2023

PI4

θ
TS ST

θ
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL KAKU JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203-88+833 Hardianti Soleha Puspa Ratnasari DETAIL ALINYEMENT
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN HORIZONTAL
Andi Herius, S.T., M.T. Akhmad Mirza, S.T., M.T NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP.197008151996031002 18 Juli 2023

PI5
TC CT
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL KAKU JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203-88+833 Hardianti Soleha Puspa Ratnasari DETAIL ALINYEMENT
PROVINSI SUMATERA SELATAN HORIZONTAL
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN
Andi Herius, S.T., M.T. Akhmad Mirza, S.T., M.T NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP.197008151996031002 18 Juli 2023

PI6

SC CS
TS ST

θ
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL KAKU JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203-88+833 Hardianti Soleha Puspa Ratnasari DETAIL ALINYEMENT
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN HORIZONTAL
Andi Herius, S.T., M.T. Akhmad Mirza, S.T., M.T NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP.197008151996031002 18 Juli 2023

PI7

SC CS
TS ST

θ
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL KAKU JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203-88+833 Hardianti Soleha Puspa Ratnasari
DETAIL ALINYEMENT
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN HORIZONTAL
Andi Herius, S.T., M.T. Akhmad Mirza, S.T., M.T NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP.197008151996031002 18 Juli 2023

PI8
TC CT
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL KAKU JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203-88+833 Hardianti Soleha Puspa Ratnasari
DETAIL ALINYEMENT
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN HORIZONTAL
Andi Herius, S.T., M.T. Akhmad Mirza, S.T., M.T NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP.197008151996031002 18 Juli 2023

PI9

ST
TS
θ

θ
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL KAKU JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203-88+833 Hardianti Soleha Puspa Ratnasari DETAIL ALINYEMENT
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN HORIZONTAL
Andi Herius, S.T., M.T. Akhmad Mirza, S.T., M.T NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP.197008151996031002 18 Juli 2023

PI10

θ ST
TS

θ
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL KAKU JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203-88+833 Hardianti Soleha Puspa Ratnasari DETAIL ALINYEMENT
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN HORIZONTAL
Andi Herius, S.T., M.T. Akhmad Mirza, S.T., M.T NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP.197008151996031002 18 Juli 2023

PI11

SC CS
TS ST

θ
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL KAKU JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203-88+833 Hardianti Soleha Puspa Ratnasari DETAIL ALINYEMENT
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN HORIZONTAL
Andi Herius, S.T., M.T. Akhmad Mirza, S.T., M.T NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP.197008151996031002 18 Juli 2023

PI12

SC CS
TS ST

θ
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203 - 88+833 HORIZONTAL : 1:2000
VERTIKAL : 1:200
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN POTONGAN MEMANJANG
Andi Herius, S.T., M.T Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 21 Juli 2023

W
S

N
E

IT 0+700
GARIS HIMP
Datum 40.000 M

STATION 0+000 0+100 0+200 0+300 0+400 0+500 0+600 0+700


ELEVASI
TANAH ASLI 45.688 47.223 49.184 51.006 52.001 53.456 51.376 50.841
ELEVASI
TANAH RENCANA 45.688 47.223 49.184 51.006 52.001 53.456 51.376 50.841
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203 - 88+833 HORIZONTAL : 1:2000
VERTIKAL : 1:200
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN POTONGAN MEMANJANG
Andi Herius, S.T., M.T Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 21 Juli 2023

S W

E N
GARIS HIMPIT 0+700

0
00
0+
PIT
HIM
RIS
GA
θ

Datum 41.382 M

STATION 0+700 0+800 0+900 1+000 1+100 1+200 1+300 1+400


ELEVASI
TANAH ASLI 50.841 50.927 52.071 50.780 46.795 43.443 41.696 41.879
ELEVASI
TANAH RENCANA 50.841 50.927 52.071 50.780 46.795 43.443 41.696 41.879
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203 - 88+833 HORIZONTAL : 1:2000
VERTIKAL : 1:200
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN POTONGAN MEMANJANG
Andi Herius, S.T., M.T Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 21 Juli 2023

W
S

N
E

GARIS HIMPIT 2+100


0
+00
IT 0
IMP
IS H
GAR

Datum 41.879 M

STATION 1+400 1+500 1+600 1+700 1+800 1+900 2+000 2+100


ELEVASI
TANAH ASLI 41.879 43.417 44.930 45.332 45.402 45.466 45.665 45.549
ELEVASI
TANAH RENCANA 41.879 43.417 44.930 45.332 45.402 45.466 45.665 45.549
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203 - 88+833 HORIZONTAL : 1:2000
VERTIKAL : 1:200
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN POTONGAN MEMANJANG
Andi Herius, S.T., M.T Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 21 Juli 2023

W
S

N
E
PIT 2+100

0
GARIS HIMPIT 0+00
GARIS HIM

Datum 44.963 M

STATION 2+100 2+200 2+300 2+400 2+500 2+600 2+700 2+800


ELEVASI
TANAH ASLI 45.549 44.993 44.966 45.055 47.002 47.997 48.187 48.120
ELEVASI
TANAH RENCANA 45.549 44.993 44.966 45.055 47.002 47.997 48.187 48.120
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203 - 88+833 HORIZONTAL : 1:2000
VERTIKAL : 1:200
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN POTONGAN MEMANJANG
Andi Herius, S.T., M.T Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 21 Juli 2023

S W

0
00
0+
E N
T

00
PI
M

5
IT 3+
HI
IS
AR

P
G

HI M
ARIS G
θ

Datum 46.082 M

STATION 2+800 2+900 3+000 3+100 3+200 3+300 3+400 3+500


ELEVASI
TANAH ASLI 48.120 47.105 46.967 46.657 46.285 46.858 48.196 48.888
ELEVASI
TANAH RENCANA 48.120 47.105 46.967 46.657 46.285 46.858 48.196 48.888
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203 - 88+833 HORIZONTAL : 1:2000
VERTIKAL : 1:200
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN POTONGAN MEMANJANG
Andi Herius, S.T., M.T Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 21 Juli 2023

S
W

0
4+20
E
N

PI T
HIM IS
GARIS HIMPIT 3+500

GAR
θ

Datum 48.888 M

STATION 3+500 3+600 3+700 3+800 3+900 4+000 4+100 4+200


ELEVASI
TANAH ASLI 48.888 50.878 51.671 51.569 50.783 50.187 50.817 52.002
ELEVASI
TANAH RENCANA 48.888 50.878 51.671 51.569 50.783 50.187 50.817 52.002
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203 - 88+833 HORIZONTAL : 1:2000
VERTIKAL : 1:200
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN POTONGAN MEMANJANG
Andi Herius, S.T., M.T Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 21 Juli 2023

S
W
E
N
0
GARIS HIMPIT 4+20

0
4+90
IT
HIMP
IS
GAR
θ
θ

Datum 52.002 M

STATION 4+200 4+300 4+400 4+500 4+600 4+700 4+800 4+900


ELEVASI
TANAH ASLI 52.002 54.036 55.120 56.000 56.000 55.533 55.977 57.466
ELEVASI
TANAH RENCANA 52.002 54.036 55.120 56.000 56.000 55.533 55.977 57.466
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203 - 88+833 HORIZONTAL : 1:2000
VERTIKAL : 1:200
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN POTONGAN MEMANJANG
Andi Herius, S.T., M.T Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 21 Juli 2023

S
W

E
N
0

600
GARIS HIMPIT 4+90

GARIS HIMPIT 5+
Datum 49.957 M

STATION 4+900 5+000 5+100 5+200 5+300 5+400 5+500 5+600


ELEVASI
TANAH ASLI 57.466 56.888 56.450 55.705 54.706 53.093 49.971 51.269
ELEVASI
TANAH RENCANA 57.466 56.888 56.450 55.705 54.706 53.093 49.971 51.269
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203 - 88+833 HORIZONTAL : 1:2000
VERTIKAL : 1:200
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN POTONGAN MEMANJANG
Andi Herius, S.T., M.T Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 21 Juli 2023

W
S

N
E

00
0+0
PIT
HIM
G
AR

RIS
IS
H

GA
IM
PI
T
5+
60
0

Datum 44.000 M

STATION 5+600 5+700 5+800 5+900 6+000 6+100 6+200 6+300


ELEVASI
TANAH ASLI 51.269 50.505 47.744 46.949 47.863 48.997 50.494 52.392
ELEVASI
TANAH RENCANA 51.269 50.505 47.744 46.949 47.863 48.997 50.494 52.392
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203 - 88+833 HORIZONTAL : 1:2000
VERTIKAL : 1:200
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN POTONGAN MEMANJANG
Andi Herius, S.T., M.T Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 21 Juli 2023

00
0
0+
W

T
S

PI
M
HIN
S
E

I
AR

00
G

T 0+0 IMPI
RIS H GA
θ

Datum 51.902 M

STATION 6+300 6+400 6+500 6+600 6+700 6+800 6+900 7+000


ELEVASI
TANAH ASLI 52.392 55.050 55.745 57.070 54.035 52.169 51.952 53.283
ELEVASI
TANAH RENCANA 52.392 55.050 55.745 57.070 54.035 52.169 51.952 53.283
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203 - 88+833 HORIZONTAL : 1:2000
VERTIKAL : 1:200
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN POTONGAN MEMANJANG
Andi Herius, S.T., M.T Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 21 Juli 2023

S W

E N

000
000

GARIS HIMPIT 0+
+
PIT 0
M
IS HI
GAR

Datum 48.695 M

STATION 7+000 7+100 7+200 7+300 7+400 7+500 7+600 7+700


ELEVASI
TANAH ASLI 53.283 54.082 54.049 51.645 49.396 49.876 51.748 52.900
ELEVASI
TANAH RENCANA 53.283 54.082 54.049 51.645 49.396 49.876 51.748 52.900
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203 - 88+833 HORIZONTAL : 1:2000
VERTIKAL : 1:200
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN POTONGAN MEMANJANG
Andi Herius, S.T., M.T Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 21 Juli 2023

W
S

N
E

PIT 8+400
0
0+00

GARIS HIM
M P IT
S HI I
GAR

Datum 44.535 M

STATION 7+700 7+800 7+900 8+000 8+100 8+200 8+300 8+400


ELEVASI
TANAH ASLI 52.900 51.693 48.585 45.342 44.683 44.640 44.794 45.360
ELEVASI
TANAH RENCANA 52.900 51.693 48.585 45.342 44.683 44.640 44.794 45.360
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203 - 88+833 HORIZONTAL : 1:2000
VERTIKAL : 1:200
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN POTONGAN MEMANJANG
Andi Herius, S.T., M.T Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 21 Juli 2023

W
S

N
E

GARIS HIMPIT 8+400

Datum 40.000 M

STATION 8+400 8+500 8+600 8+700 8+747.19


ELEVASI
TANAH ASLI 45.360 46.560 46.967 47.106 47.003
ELEVASI
TANAH RENCANA 45.360 46.560 46.967 47.106 47.003
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 0+000,00
51
50
49
48
47
46
45
44
43
DATUM 42.000 M

STA 0+100,00
53
52
51
50
49
48
47
46
45
DATUM 44.000 M

STA 0+200,00
54
53
52
51
50
49
48
47
46
DATUM 45.000 M

STA 0+300,00
56
55
54
53
52
51
50
49
48
DATUM 47.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 0+400,00
58
57
56
55
54
53
52
51
50
DATUM 49.000 M

STA 0+500,00
59
58
57
56
55
54
53
52
51
DATUM 50.000 M

STA 0+600,00
59
58
57
56
55
54
53
52
51
50
DATUM 49.000 M

STA 0+700,00
58
57
56
55
54
53
52
51
50
49
DATUM 48.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 0+800,00
57
56
55
54
53
52
51
50
49
48
DATUM 47.000 M

STA 0+900,00
56
55
54
53
52
51
50
49
48
DATUM 47.000 M

STA 1+000,00
56
55
54
53
52
51
50
49
48
DATUM 47.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 1+100,00
53
52
51
50
49
48
47
46
45
DATUM 44.000 M

STA 1+200,00
50
49
48
47
46
45
44
43
42
41
DATUM 40.000 M

STA 1+300,00
48
47
46
45
44
43
42
41
40
39
DATUM 38.000 M

STA 1+400,00
48
47
46
45
44
43
42
41
40
DATUM 39.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 1+500,00
48
47
46
45
44
43
42
41
40
DATUM 39.000 M

STA 1+600,00
49
48
47
46
45
44
43
42
41
40
DATUM 39.000 M

STA 1+700,00
49
48
47
46
45
44
43
42
41
DATUM 40.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 1+800,00
49
48
47
46
45
44
43
42
41
DATUM 40.000 M

STA 1+900,00
50
49
48
47
46
45
44
43
42
41
DATUM 40.000 M

STA 2+000,00
50
49
48
47
46
45
44
43
42
DATUM 41.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 2+100,00
50
49
48
47
46
45
44
43
42
DATUM 41.000 M

STA 2+200,00
51
50
49
48
47
46
45
44
43
42
DATUM 41.000 M

STA 2+300,00
51
50
49
48
47
46
45
44
43
DATUM 42.000 M

STA 2+400,00
51
50
49
48
47
46
45
44
43
DATUM 42.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 2+500,00
51
50
49
48
47
46
45
44
43
DATUM 42.000 M

STA 2+600,00
52
51
50
49
48
47
46
45
44
DATUM 43.000 M

STA 2+700,00
52
51
50
49
48
47
46
45
44
DATUM 43.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 2+800,00
52
51
50
49
48
47
46
45
44
DATUM 43.000 M

STA 2+900,00
52
51
50
49
48
47
46
45
44
DATUM 43.000 M

STA 3+000,00
52
51
50
49
48
47
46
45
44
DATUM 43.000 M

STA 3+100,00
52
51
50
49
48
47
46
45
44
DATUM 43.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 3+200,00
53
52
51
50
49
48
47
46
45
44
DATUM 43.000 M

STA 3+300,00
53
52
51
50
49
48
47
46
45
DATUM 44.000 M

STA 3+400,00
53
52
51
50
49
48
47
46
45
DATUM 44.000 M

STA 3+500,00
54
53
52
51
50
49
48
47
46
DATUM 45.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 3+600,00
55
54
53
52
51
50
49
48
47
46
DATUM 45.000 M

STA 3+700,00
55
54
53
52
51
50
49
48
47
DATUM 46.000 M

STA 3+800,00
56
55
54
53
52
51
50
49
48
47
DATUM 46.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 3+900,00
56
55
54
53
52
51
50
49
48
DATUM 47.000 M

STA 4+000,00
57
56
55
54
53
52
51
50
49
48
DATUM 47.000 M

STA 4+100,00
57
56
55
54
53
52
51
50
49
DATUM 48.000 M

STA 4+200,00
58
57
56
55
54
53
52
51
50
49
DATUM 48.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 4+300,00
58
57
56
55
54
53
52
51
50
DATUM 49.000 M

STA 4+400,00
59
58
57
56
55
54
53
52
51
DATUM 50.000 M

STA 4+500,00
59
58
57
56
55
54
53
52
51
DATUM 50.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 4+600,00
60
59
58
57
56
55
54
53
52
DATUM 51.000 M

STA 4+700,00
60
59
58
57
56
55
54
53
52
DATUM 51.000 M

STA 4+800,00
61
60
59
58
57
56
55
54
53
DATUM 52.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 4+900,00
61
60
59
58
57
56
55
54
53
DATUM 52.000 M

STA 5+000,00
61
60
59
58
57
56
55
54
53
DATUM 52.000 M

STA 5+100,00
61
60
59
58
57
56
55
54
53
DATUM 52.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 5+200,00
60
59
58
57
56
55
54
53
52
DATUM 51.000 M

STA 5+300,00
60
59
58
57
56
55
54
53
52
DATUM 51.000 M

STA 5+400,00
59
58
57
56
55
54
53
52
51
DATUM 50.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 5+500,00
58
57
56
55
54
53
52
51
50
49
48
DATUM 47.000 M

STA 5+600,00
56
55
54
53
52
51
50
49
48
DATUM 47.000 M

STA 5+700,00
54
53
52
51
50
49
48
47
46
DATUM 45.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 5+800,00
53
52
51
50
49
48
47
46
45
44
DATUM 43.000 M

STA 5+900,00
52
51
50
49
48
47
46
45
44
DATUM 43.000 M

STA 6+000,00
54
53
52
51
50
49
48
47
46
DATUM 45.000 M

STA 6+100,00
55
54
53
52
51
50
49
48
47
DATUM 46.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 6+200,00
57
56
55
54
53
52
51
50
49
DATUM 48.000 M

STA 6+300,00
59
58
57
56
55
54
53
52
51
DATUM 50.000 M

STA 6+400,00
60
59
58
57
56
55
54
53
52
DATUM 51.000 M

STA 6+500,00
60
59
58
57
56
55
54
53
52
DATUM 51.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 6+600,00
60
59
58
57
56
55
54
53
52
DATUM 51.000 M

STA 6+700,00
60
59
58
57
56
55
54
53
52
51
DATUM 50.000 M

STA 6+800,00
59
58
57
56
55
54
53
52
51
DATUM 50.000 M

STA 6+900,00
59
58
57
56
55
54
53
52
51
50
DATUM 49.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 7+000,00
59
58
57
56
55
54
53
52
51
DATUM 50.000 M

STA 7+100,00
58
57
56
55
54
53
52
51
50
DATUM 49.000 M

STA 7+200,00
58
57
56
55
54
53
52
51
50
DATUM 49.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 7+300,00
58
57
56
55
54
53
52
51
50
DATUM 49.000 M

STA 7+400,00
58
57
56
55
54
53
52
51
50
49
48
DATUM 47.000 M

STA 7+500,00
57
56
55
54
53
52
51
50
49
48
47
DATUM 46.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 7+600,00
57
56
55
54
53
52
51
50
49
DATUM 48.000 M

STA 7+700,00
57
56
55
54
53
52
51
50
49
DATUM 48.000 M

STA 7+800,00
56
55
54
53
52
51
50
49
48
DATUM 47.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 7+900,00
54
53
52
51
50
49
48
47
46
45
DATUM 44.000 M

STA 8+000,00
51
50
49
48
47
46
45
44
43
42
DATUM 41.000 M

STA 8+100,00
51
50
49
48
47
46
45
44
43
DATUM 42.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 8+200,00
51
50
49
48
47
46
45
44
43
DATUM 42.000 M

STA 8+300,00
51
50
49
48
47
46
45
44
43
DATUM 42.000 M

STA 8+400,00
52
51
50
49
48
47
46
45
44
43
DATUM 42.000 M

STA 8+500,00
52
51
50
49
48
47
46
45
44
DATUM 43.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI PENINGGALAN STA 80+103 - 88+833 HORIZONTAL
VERTIKAL
: 1:250
: 1:250
POTONGAN MELINTANG
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

STA 8+600,00
52
51
50
49
48
47
46
45
44
DATUM 43.000 M

STA 8+700,00
52
51
50
49
48
47
46
45
44
DATUM 43.000 M

STA 8+747,19
52
51
50
49
48
47
46
45
44
DATUM 43.000 M
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL KAKU JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203 - 88+883 Hardianti Soleha Puspa Ratnasari
PROVINSI SUMATERA SELATAN TIPIKAL PERKERASAN
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN
Andi Herius, S.T., M.T. Akhmad Mirza, S.T., M.T. NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 11 JULI 2023

CL
2.0 3.5 3.5 2.0
A
-2% -2%
-4% -4%

Perkerasan beton, t =17 cm


A
Lapis Lean Mix Concrete (LMC), =10 cm
Agregat Kelas A, t =15 cm
Tanah dasar, CBR =4,3 %

TIPIKAL PERKERASAN

SKALA 1 : 50

PLAT BETON K-350


Lean Mix Concrete K-175
Lapis Pondasi Agregat Kelas A
Tanah Dasar CBR 4,3 %

GAMBAR POTONGAN A-A

SKALA 1 : 25
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR : 3F

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA : 1:10
JURUSAN TEKNIK SIPIL KAKU JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203 - 88+883 Hardianti Soleha Puspa Ratnasari
PROVINSI SUMATERA SELATAN DETAIL PERKERASAN RIGID
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN
Andi Herius, S.T., M.T. Akhmad Mirza, S.T., M.T. NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 11 JULI 2023

15000 mm 15000 mm 15000 mm 15000 mm

450 mm 450 mm 450 mm 450 mm 450 mm

TJ-1 TJ-2 TJ-2


RIGID PAVEMENT,T= 17 CM RIGID PAVEMENT,T= 17 CM RIGID PAVEMENT,T= 17 CM RIGID PAVEMENT,T= 17 CM
3500 mm
Dowel Ø 28 - 450 mm Dowel Ø 28 - 450 mm Dowel Ø 28 - 450 mm

LJ-2 LJ-2 LJ-2 LJ-2

℄ 700 mm


Tie Bar Ø 16 - 750 mm Tie Bar Ø 16 - 750 mm Tie Bar Ø 16 - 750 mm Tie Bar Ø 16 - 750 mm
RIGID PAVEMENT,T= 17 CM RIGID PAVEMENT,T= 17 CM RIGID PAVEMENT,T= 17 CM RIGID PAVEMENT,T= 17 CM
3500 mm
Dowel Ø 28 - 450 mm Dowel Ø 28 - 450 mm Dowel Ø 28 - 450 mm

TJ-1 TJ-2 TJ-2 TJ-2


LJ-1 LJ-1 LJ-1 LJ-1

TULANGAN RIGID

SKALA 1 : 10

Joint Sealent (6~10 mm) Bellow Surface

DI Cat Anti Karat See Sha e Of Sealer

Setengah Panjang Dowel Di Cat Anti Karat


ARA KENDARAAN ARA KENDARAAN
Di Beri Peluma

I ED 150 SLIDING
85 mm

85 mm

85 mm

85 mm
170 mm 170 mm 170 mm 170 mm

85 mm 85 mm 85 mm 85 mm

Dudukan Ø12 Dudukan Ø12


Dudukan Ø12 Tie Bar
Tul. Melintang Ø12-450 Tul. Melintang Ø12-450
Tul. Melintang Ø12-450 Batang Dowel Ø28-450 Ø 16-750

DETAIL TJ-1 DETAIL LJ-1 DETAIL TJ-2 DETAIL LJ-2


SKALA 1:20 SKALA 1:20 SKALA 1:20 SKALA 1:20

CATATAN : PEMOTONGAN JOINT MEMANJANG DENGAN GERGAJI MESIN SETIAP INTERVAL 15 M.


DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR : 3F

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA : 1:10
JURUSAN TEKNIK SIPIL KAKU JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203 - 88+883 Hardianti Soleha Puspa Ratnasari
PROVINSI SUMATERA SELATAN DETAIL PERKERASAN RIGID
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN
Andi Herius, S.T., M.T. Akhmad Mirza, S.T., M.T. NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 11 JULI 2023

15000 mm 15000 mm 15000 mm 15000 mm

450 mm 450 mm 450 mm 450 mm 450 mm

TJ-1 TJ-2 TJ-2


RIGID PAVEMENT,T= 17 CM RIGID PAVEMENT,T= 17 CM RIGID PAVEMENT,T= 17 CM RIGID PAVEMENT,T= 17 CM
3500 mm
Dowel Ø 28 - 450 mm Dowel Ø 28 - 450 mm Dowel Ø 28 - 450 mm

LJ-2 LJ-2 LJ-2 LJ-2

℄ 700 mm


Tie Bar Ø 16 - 750 mm Tie Bar Ø 16 - 750 mm Tie Bar Ø 16 - 750 mm Tie Bar Ø 16 - 750 mm
RIGID PAVEMENT,T= 17 CM RIGID PAVEMENT,T= 17 CM RIGID PAVEMENT,T= 17 CM RIGID PAVEMENT,T= 17 CM
3500 mm
Dowel Ø 28 - 450 mm Dowel Ø 28 - 450 mm Dowel Ø 28 - 450 mm

TJ-1 TJ-2 TJ-2 TJ-2


LJ-1 LJ-1 LJ-1 LJ-1

TULANGAN RIGID

SKALA 1 : 10

Joint Sealent (6~10 mm) Bellow Surface

DI Cat Anti Karat See Sha e Of Sealer

Setengah Panjang Dowel Di Cat Anti Karat


ARA KENDARAAN ARA KENDARAAN
Di Beri Peluma

I ED 150 SLIDING
85 mm

85 mm

85 mm

85 mm
170 mm 170 mm 170 mm 170 mm

85 mm 85 mm 85 mm 85 mm

Dudukan Ø12 Dudukan Ø12


Dudukan Ø12 Tie Bar
Tul. Melintang Ø12-300 Tul. Melintang Ø12-300
Tul. Melintang Ø12-300 Batang Dowel Ø28-450 Ø 16-750

DETAIL TJ-1 DETAIL LJ-1 DETAIL TJ-2 DETAIL LJ-2


SKALA 1:20 SKALA 1:20 SKALA 1:20 SKALA 1:20

CATATAN : PEMOTONGAN JOINT MEMANJANG DENGAN GERGAJI MESIN SETIAP INTERVAL 15 M.


DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR : 1F

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SAMBUNGAN SUSUT SKALA : 1:10
JURUSAN TEKNIK SIPIL KAKU JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203 - 88+883 Hardianti Soleha Puspa Ratnasari MELINTANG DENGAN DOWEL
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN DAN SAMBUNGAN SUSUT
Andi Herius, S.T., M.T. Akhmad Mirza, S.T., M.T. NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002
MEMANJANG DENGAN TIE BAR 11 JULI 2023

15000 mm 15000 mm 15000 mm 15000 mm

3500 mm
℄ 3500 mm

450 mm 450 mm

Dowel 3500 mm
Ø 28 - 450 mm
Dowel
Dowel

℄ 450 mm 450 mm 450 mm 450 mm


℄ 750 mm

Dowel Dowel Dowel


Ø 28 - 450 mm Ø 28 - 450 mm A-A Ø 28 - 450 mm 15000 mm
Dowel
Dowel
Dowel
Dowel
Dowel
Dowel

3500 mm

Tie Bar
Ø 16 - 750 mm
SAMBUNGAN SUSUT MELINTANG DENGAN DOWEL

SKALA 1 : 10 15000 mm

Sambungan yang dibuat dengan


menggergaji / di bentuk saat pengecoran
Pelat Beton
Batang yang di minyaki atau di cat
Lapis Pondasi LMC (Lean Mix Concrete)
Lapis Pondasi Agregat Kelas A (LPA)
Joint Sealent
(6-10 mm)
6 - 10 mm Bellow Surface

PELUMASAN
CAT ANTI KARAT 45 mm
HANYA SEPARUH PANJANG 85 mm 15000 mm
170 mm
85 mm

225 mm 225 mm
Batang Dowel Ø 28-450 Dudukan Ø12
100 mm
Tul. Melintang Ø12-450

150 mm

DETAIL GAMBAR A - A
SAMBUNGAN SUSUT MEMANJANG DENGAN TIE BAR
SKALA 1 : 10
SKALA 1 : 10
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR : 1F

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SAMBUNGAN SUSUT SKALA : 1:10
JURUSAN TEKNIK SIPIL KAKU JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203 - 88+883 Hardianti Soleha Puspa Ratnasari MELINTANG DENGAN DOWEL
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN DAN SAMBUNGAN SUSUT
Andi Herius, S.T., M.T. Akhmad Mirza, S.T., M.T. NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002
MEMANJANG DENGAN TIE BAR 11 JULI 2023

15000 mm 15000 mm 15000 mm 15000 mm

3500 mm
℄ 3500 mm

450 mm 450 mm

Dowel 3500 mm
Ø 28 - 450 mm
Dowel Dowel

℄ 450 mm 450 mm 450 mm 450 mm


℄ 750 mm

Dowel Dowel Dowel


Ø 28 - 450 mm Ø 28 - 450 mm A-A Ø 28 - 450 mm 15000 mm
Dowel Dowel Dowel Dowel Dowel Dowel

3500 mm

Tie Bar
Ø 16 - 750 mm
SAMBUNGAN SUSUT MELINTANG DENGAN DOWEL

SKALA 1 : 10 15000 mm

Sambungan yang dibuat dengan


menggergaji / di bentuk saat pengecoran
Pelat Beton
Batang yang di minyaki atau di cat
Lapis Pondasi LMC (Lean Mix Concrete)
Lapis Pondasi Agregat Kelas A (LPA)
Joint Sealent
(6-10 mm)
6 - 10 mm Bellow Surface

PELUMASAN
CAT ANTI KARAT 42.5 mm
HANYA SEPARUH PANJANG 85 mm 15000 mm
170 mm
85 mm

225 mm 225 mm
Batang Dowel Ø 28-450 Dudukan Ø12
100 mm
Tul. Melintang Ø12-300

150 mm

DETAIL GAMBAR A - A
SAMBUNGAN SUSUT MEMANJANG DENGAN TIE BAR
SKALA 1 : 10
SKALA 1 : 10
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR : 4F

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA : 1:10
JURUSAN TEKNIK SIPIL KAKU JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203 - 88+883 Hardianti Soleha Puspa Ratnasari
PROVINSI SUMATERA SELATAN DETAIL TULANGAN
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN
Andi Herius, S.T., M.T. Akhmad Mirza, S.T., M.T. NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 11 JULI 2023

Ø12-300
BETON K-350

TULANGAN DOWEL
3.5 m

TULANGAN TIE BAR

Ø12-200

15 m

DETAIL TULANGAN PLAT BETON

SKALA 1 : 10

6 - 10 mm
JOINT SEALENT
BETON K-350
FILLER

45 mm 45 mm

50 mm 25 mm 85 mm
SPACE BAR U Ø 12

TULANGAN MEMANJANG Ø 12-200


80 mm 170 mm
TULANGAN MELINTANG Ø 12-300

85 mm

45 mm

200 mm 40 mm

DETAIL TULANGAN PLAT BETON

SKALA 1 : 10
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR : 4F

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA : 1:10
JURUSAN TEKNIK SIPIL KAKU JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203 - 88+883 Hardianti Soleha Puspa Ratnasari
PROVINSI SUMATERA SELATAN DETAIL TULANGAN
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN
Andi Herius, S.T., M.T. Akhmad Mirza, S.T., M.T. NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 11 JULI 2023

Ø12-450
BETON K-350

TULANGAN DOWEL
3.5 m

TULANGAN TIE BAR

Ø12-200

15 m

DETAIL TULANGAN PLAT BETON

SKALA 1 : 10

6 - 10 mm
JOINT SEALENT
BETON K-350
FILLER

45 mm 45 mm

50 mm 25 mm 85 mm
SPACE BAR U Ø 12

TULANGAN MEMANJANG Ø 12-200


80 mm 170 mm
TULANGAN MELINTANG Ø 12-450

85 mm

45 mm

200 mm 40 mm

DETAIL TULANGAN PLAT BETON

SKALA 1 : 10
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR : 5F

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA : 1:15
JURUSAN TEKNIK SIPIL KAKU JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203 - 88+883 Hardianti Soleha Puspa Ratnasari DETAIL SAMBUNGAN
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERKERASAN RIGID
Andi Herius, S.T., M.T. Akhmad Mirza, S.T., M.T. NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 11 JULI 2023

200 150 6-10 200 150 6-10

JOINT SEALENT JOINT SEALENT


(6-10mm DIBAWAH PERMUKAAN) (6-10mm DIBAWAH PERMUKAAN)

12

45

45
KONSTRUKSI PERTAMA KONSTRUKSI KEDUA 1ST SLAB 2ND SLAB

85

85
150 70

170

170
56

16

85

85
12

28
TULANGAN MELINTANG Ø12 TULANGAN MELINTANG Ø12 TIE BAR
DI CAT ANTI KARAT TIE BAR DI CAT ANTI KARAT
DUDUKAN Ø12 DUDUKAN Ø12
CRACK INDUCER

350 350 350 350

LONGITUDINAL KEYED ABUTTING JOINT LONGITUDINAL DUMMY JOINT

JOINT SEALENT
(6-10mm DIBAWAH PERMUKAAN)
PELUMASAN JOINT SEALENT
CAT ANTI KARAT
HANYA SEPARUH PANJANG (6-10mm DIBAWAH PERMUKAAN)
ARA KENDARAAN ARA KENDARAAN

45
45

85
85
150 150

170
170

85
85
BATANG DOWEL Ø 28 - 350
TULANGAN MELINTANG Ø12 TULANGAN MELINTANG Ø12

DUDUKAN Ø12 DUDUKAN Ø12

225 225 225 225

CONTSRUCTION JOINT MELINTANG CONTSRUCTION JOINT MELINTANG


( DI ISI JOINT SEALER SETELAH PEMOTONGAN )

CATATAN : PEMOTONGAN JOINT DENGAN GERGAJI MESIN SETIAP INTERVAL 15 M. CATATAN : ALUR UNTUK JOINT DIPOTONG DENGAN GERGAJI MESIN DAN
ALUR YANG TERJADI DENGAN SENDIRINYA TIDAK DIIJINKAN.

CATATAN :

1. JOINT SEALENT HARUS SESUAI DENGAN KEBUTUHAN, BERDASARKAN AASHTO M 173.


2. JOINT FILLER HARUS SESUAI DENGAN KEBUTUHAN, BERDASARKAN AASHTO M 33, AASHTO M 153,
AASHTO M 213 ATAU AASHTO M 220.
3. TEBAL PELAT PERKERASAN BETON H = 170 mm
4. SATUAN DALAM MM, KECUALI DINYATAKAN LAIN.
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR : 1E

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA : 1:20
JURUSAN TEKNIK SIPIL KAKU JALAN BTS JAMBI - PENINGGALAN STA 80+203 - 88+883 Hardianti Soleha Puspa Ratnasari
PROVINSI SUMATERA SELATAN BANGUNAN PELENGKAP
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN
Andi Herius, S.T., M.T. Akhmad Mirza, S.T., M.T. NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 11 JULI 2023

16 cm 100 cm 16 cm

170 mm
BETON K - 350

100 mm Lean Mix Concrete K - 175

150 mm Lapis Pondasi Agregat Kelas A

Tanah Dasar CBR = 4,03 %

16 cm

Ø16 - 110
Ø16 - 110
100 cm
16 cm
Ø16 - 110

Ø16 - 110
16 cm 1.00 16 cm

BOX CULVERT

16 cm
SKALA 1 : 20

Ø16 - 110
0.44 cm

1.00
0.93 cm
0.39 cm

16 cm
0.78 cm

Ø16 - 110
0.98 cm
DETAIL PENULANGAN BOX CULVERT

DRAINASE SKALA 1 : 20

SKALA 1 : 20
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI - PENINGGAKAN STA 80 +203- 88+8333
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN NET WORK PLANNING
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

Mobilisasi 10
1
10 Hari 12

Pengukuran Pembersihan 25 Galian I Galian II 56 Timbunan


0 12
2 12 4 5 41 8
0 12 Hari 13 Hari 25 16 Hari 41 57 10 Hari
15 Hari

Direksi keet
3 5
5 Hari 12

Galian Box Culvert 43 Urugan Box Culvert 44 Tulangan Box Culvert Pembetonan Box Culvert 52 Timbunan Box Culvert 53
6 7 9 51 10 11
2 Hari 43 1 Hari 44 7 Hari 51 1 Hari 52 1 Hari 53

JALUR KRITIS : 0-2-4-5-6-7-9-10-11-12-14-15-16-17-20-23-24-26


NET WORK PLANNING

Keterangan :

6 Earliest Event Time (EET) : Waktu Penyelesaian Paling Awal


0
6 Latest Event Time (LET) : Waktu Penyelesaian Paling Akhir

Event (Kejadian) : Urutan Pekerjaan

Normal : Menunjukkan mulainya pekerjaan hingga akhir pekerjaan

Dummy (Kegiatan Semu) : Menyatakan bahwa antar kegiatan satu dengan yang lainnya masih saling ketergantungan

Jalur Kritis : Jalur yang menunjukkan pekerjaan yang tidak boleh satu haripun karena akan menghambat waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI - PENINGGAKAN STA 80 +203- 88+8333
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN NET WORK PLANNING
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

Pembetonan Drainase 2 82
13 82
15 Hari

67 Pekerjaan Penyiapan Badan dan Bahu Jalan 82 Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat A 97 Pekerjaan Lean Mix Concrete 113
12 14 15 97 16
67 82 113
12 Hari 15 Hari 16 Hari

Pembetonan Drainase 1

14 Hari

JALUR KRITIS : 0-2-4-5-6-7-9-10-11-12-14-15-16-17-20-23-24-26 NET WORK PLANNING

Keterangan :

6 Earliest Event Time (EET) : Waktu Penyelesaian Paling Awal


0
6 Latest Event Time (LET) : Waktu Penyelesaian Paling Akhir

Event (Kejadian) : Urutan Pekerjaan

Normal : Menunjukkan mulainya pekerjaan hingga akhir pekerjaan

Dummy (Kegiatan Semu) : Menyatakan bahwa antar kegiatan satu dengan yang lainnya masih saling ketergantungan

Jalur Kritis : Jalur yang menunjukkan pekerjaan yang tidak boleh satu haripun karena akan menghambat waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan
DISETUJUI OLEH DIGAMBAR OLEH JUDUL GAMBAR NO GAMBAR :

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PERANCANGAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN KAKU DOSEN PEMBIMBING I : DOSEN PEMBIMBING II : SKALA :
JURUSAN TEKNIK SIPIL JALAN BTS JAMBI - PENINGGAKAN STA 80 +203- 88+8333
PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN NET WORK PLANNING
Andi Herius,S.T.,M.T. Akhmad Mirza,S.T.,M.T. Hardianti Soleha Puspa Ratnasari TANGGAL :
NIP. 197609072001121002 NIP. 197008151996031002 NIM. 061940110220 NIM. 061940111866 08 Juli 2023

PekerjaanTie Bar 1 150 Pekerjaan Dowel 1 Pekerjaan Tie Bar 2 184


Pekerjaan Dowel 2
18 165 21
6 Hari 5 Hari 201 13 Hari
14 Hari

Pekerjaan Tulangan Memanjang dan Melintang 1 144 Pekerjaan Pembetonan Jalan 1 179 Pekerjaan Tulangan Memanjang dan Melintang 3 214
Pekerjaan Pembetonan 3 Finishing 252
247
17 144 20 23 24 26
31 Hari 35 Hari 179 30 Hari 214 33 Hari 247 5 Hari 252

Pekerjaan Tulangan Memanjang


dan Melintang 2
19 174 Pekerjaan Pembetonan Jalan 1 22 214
Demobilisasi 252
25
30 Hari 179 214 5 Hari 252
35 Hari

JALUR KRITIS : 0-2-4-5-6-7-9-10-11-12-14-15-16-17-20-23-24-26

NET WORK PLANNING

Keterangan :

6 Earliest Event Time (EET) : Waktu Penyelesaian Paling Awal


0
6 Latest Event Time (LET) : Waktu Penyelesaian Paling Akhir

Event (Kejadian) : Urutan Pekerjaan

Normal : Menunjukkan mulainya pekerjaan hingga akhir pekerjaan

Dummy (Kegiatan Semu) : Menyatakan bahwa antar kegiatan satu dengan yang lainnya masih saling ketergantungan

Jalur Kritis : Jalur yang menunjukkan pekerjaan yang tidak boleh satu haripun karena akan menghambat waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan
Durasi Bobot
NO JENIS PEKERJAAN Biaya Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4
(hari) (%) 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

0,047

0,020
1 Mobilisasi Alat 10 Rp 67.902.753,03 0,067

0,081

0,057
2 Pengukuran 12 Rp 138.709.181,31 0,138

0,183

0,641

0,366
3 Pembersihan 13 Rp 1.198.151.832,62 1,190

0,020
4 Direksi Keet 5 Rp 19.796.148,72 0,020

0,666

1,554

1,332
5 Galian I 16 Rp 3.577.321.499,04 3,552

0,222

1,554

1,554
6 Galian II 15 Rp 3.353.738.905,35 3,330

1,068

0,457
7 Timbunan 10 Rp 1.535.597.325,57 1,525

0,111

0,258

0,073
9 Penyiapan Badan dan Bahu Jalan 12 Rp 445.307.669,20 0,442

1,154

4,040

3,464
10 Lapis Pondasi Agregat Kelas A 15 Rp 8.719.918.176,74 8,658

2,007

4,683

2,676
11 Pembetonan Drainase I 14 Rp 9.433.096.852,34 9,366

2,008

4,685

3,347
12 Pembetonan Drainase II 15 Rp 10.106.889.484,65 10,04

13 Jalan Beton K-350 I 35 Rp 8.278.504.512,70 8,220

14 Jalan Beton K-350 II 35 Rp 8.278.504.512,70 8,220

15 Jalan Beton K-350 III 33 Rp 7.805.447.111,98 7,750

0,946

6,619

6,619
16 Lean Mix Concrete K-175 16 Rp 15.236.584.412,37 15,13

17 Baja Tulangan Polos U-36 (Dowel/Ruji) I 14 Rp 455.204.925,44 0,452

18 Baja Tulangan Polos U-36 (Dowel/Ruji) II 13 Rp 422.690.287,91 0,420

19 Baja Tulangan Ulir D-20 (Tie Bar) I 6 Rp 161.909.861,00 0,161

20 Baja Tulangan Ulir D-20 (Tie Bar ) II 5 Rp 194.291.833,20 0,193

21 Tulangan Memanjang & Melintang I 31 Rp 7.073.944.025,03 7,024

22 Tulangan Memanjang & Melintang II 30 Rp 6.845.752.282,29 6,797

23 Tulangan Memanjang & Melintang III 30 Rp 6.845.752.282,29 6,797

0,002

0,002
24 Galian Box Culvert 2 Rp 4.007.761,72 0,004

0,002
25 Pasir Urug untuk Box Culvert 1 Rp 2.371.047,06 0,002

0,075
26 Pembetonan Box Culvert 1 Rp 75.813.457,10 0,075

0,229

0,091
27 Penulangan Box Culvert 7 Rp 321.975.305,19 0,320

0,003
28 Timbunan Box Culvert 1 Rp 3.020.153,53 0,003

29 Pembersihan Akhir 5 Rp 94.845.910,52 0,094

30 Demobilisasi 5 Rp 15.000.000,00 0,015

Jumlah 407 Rp 100.712.049.510,6 100,0


Prestasi Per Minggu 0,148 0,260 0,641 1,032 1,554 1,556 1,787 3,730 5,751 5,252 4,943 4,574 4,040 4,410 6,619 6,619

Prestasi Kumulatif 0,148 0,408 1,049 2,081 3,635 5,191 6,978 10,708 16,459 21,711 26,654 31,228 35,268 39,678 46,297 52,916
Waktu (Minggu)
Bulan ke-5 Bulan ke-6 Bulan ke-7 Bulan ke-8 Bulan ke-9
4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

0,705

1,644

1,644

1,644

1,644

0,939
0,705

1,644

1,644

1,644

1,644

0,939
0,705

1,644

1,644

1,644

1,644

0,469
6,619

0,946

0,129

0,226

0,097

0,162

0,226

0,032
0,081

0,080

0,116

0,077
1,359

1,586

1,586

1,586

0,907
0,680

1,586

1,586

1,586

1,359

0,680

1,586

1,586

1,586

1,359

0,094
0,015
6,619 2,305 1,586 1,586 1,586 2,373 3,439 3,456 3,327 3,003 2,440 3,469 3,456 3,262 3,003 1,644 1,644 1,644 1,644 1,644 0,578
52,916 55,221 56,807 58,393 59,979 62,352 65,791 69,247 72,574 75,577 78,017 81,486 84,942 88,204 91,207 92,851 94,495 96,139 97,783 99,427 100,0

Anda mungkin juga menyukai