Anda di halaman 1dari 196

PROYEK PEMBANGUNAN KONSTRUKSI JALAN UTAMA (MAINROAD)

JALAN TOL SERANG-PANIMBANG SEKSI 2


“STUDI KASUS RIGID PAVEMENT STA 37+965 – STA 38+450 &
OVERPASS 30 STA 41+443,839”

Oleh

Agestina Tri Lestari (19735006)


Muhammad Rizal Ramli (19735028)
Teuku Giovani Sentosa (19735032)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNOLOGI REKAYASA KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
2022
PROYEK PEMBANGUNAN KONSTRUKSI JALAN UTAMA (MAINROAD)
JALAN TOL SERANG-PANIMBANG SEKSI 2
“STUDI KASUS RIGID PAVEMENT STA 37+965 – STA 38+450 &
OVERPASS 30 STA 41+443,839”

Oleh

Agestina Tri Lestari (19735006)


Muhammad Rizal Ramli (19735028)
Teuku Giovani Sentosa (19735032)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNOLOGI REKAYASA KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
2022
HALAMAN PENGESAHAN

1 Judul Laporan Praktik Kerja : Proyek Pembangunan Konstruksi Jalan


. Lapangan Utama (Mainroad) Jalan Tol Serang -
Panimbang Seksi 2 “ Studi kasus Rigid
Pavement STA 37+965 – STA 38+450 &
Overpass 30 STA 41+443,839”

2 Nama Mahasiswa : 1. Agestina Tri Lestari


. 2. Muhammad Rizal Ramli
3. Teuku Giovani Sentosa

3 Nomor Pokok Mahasiswa : 1. 19735006


. 2. 19735028
3. 19735032

4 Program Studi : Teknologi Rekayasa Konstruksi Jalan


. dan Jembatan

5 Jurusan : Teknologi Pertanian


.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Iskandar Zulkarnain, S.T., M.T. Wahyu Utomo


NIP. 19750516 200912 1 001 ET 133165

Ketua Jurusan
Teknologi Pertanian,

Didik Kuswadi, S.TP., M.Si.


NIP. 19690116 199402 1 001

Tanggal Ujian : 16 Januari 2023


PROYEK PEMBANGUNAN KONSTRUKSI JALAN UTAMA (MAINROAD)
JALAN TOL SERANG-PANIMBANG SEKSI 2
“STUDI KASUS RIGID PAVEMENT STA 37+965 – STA 38+450 &
OVERPASS 30 STA 41+443,839”

Oleh

Agestina Tri Lestari


Muhammad Rizal Ramli
Teuku Giovani Sentosa

ABSTRAK

Pemerintah saat ini terus berupaya dalam memaksimalkan pembangunan fisik


terutama infrastruktur secara merata di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan salah satu rencana pembangunan Jalan Tol Serang-
Panimbang. Proyek konstruksi yang sedang berlangsung di PT. Wijaya Karya
(Persero), Tbk. yang menjadi tinjauan adalah Proyek Pembangunan Konstruksi
Jalan Utama (main road) Jalan Tol Serang-Panimbang dan pembangunan
konstruksi Overpass. Pelaksanaan program Praktik Kerja Lapangan (PKL)
dilakukan oleh mahasiswa Diploma 4 (empat) Politeknik Negeri Lampung.
Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada semester 7 selama empat bulan
untuk memenuhi mata kuliah PKL dengan bobot 14 SKS. Tinjauan pelaksanaan
PKL memperhatikan pekerjaan tanah, prosedur rigid pavement (metode slip from
paver with Dowel Bar Inserter), urutan pekerjaan overpass 30, dan melakukan
kegiatan yang diberikan oleh divisi komersial. Hasil yang diperoleh dari praktik
kerja lapangan adalah mendapatkan wawasan mengenai dunia kerja. Sehingga,
dapat mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja nantinya, praktikan dapat
bersikap mandiri, bertanggung jawab serta terbiasa dengan budaya kerja seperti
manajemen waktu, dapat berkomunikasi, dan bekerja didalam tim. Dapat
disimpulkan bahwa praktik kerja lapangan sangatlah bermanfaat bagi semua
pihak yang terlibat, baik mahasiswa, instansi, dan kampus POLINELA sebagai
lembaga pendidikan dalam mempersiapkan SDM yang berkualitas dengan
pengetahuan dan keahlian yang mumpuni agar dapat memenuhi kebutuhan dunia
kerja.

Kata kunci : Jalan Tol Serang-Panimbang, PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.,
pekerjaan tanah, prosedur rigid pavement (metode slip from paver with Dowel
Bar Inserter), urutan pekerjaan overpass 30.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya serta nikmat sehat. sehingga penyusunan
laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul (Proyek Pembangunan Konstruksi
Jalan Utama (Mainroad) Jalan Tol Serang-Panimbang Seksi 2 “Studi Kasus Rigid
Pavement Sta 37+965 – Sta 38+450 & Overpass 30 Sta 41+443,839”).
Penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu penilaian mata kuliah yaitu Praktik Kerja Lapang (PKL).
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan mahasiswa secara kelompok yang terdiri
dari tiga orang mahasiswa dalam satu kelompok dibawah bimbingan Dosen
Pembimbing dan Pembimbing Lapangan.
Dalam proses penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan ini, penulis
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Allah SWT yang memberikan nikmat jasmani dan rohani, serta
kemudahan kelancaran dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.
2. Bapak Dr. Ir. Sarono, M.Si. selaku Direktur Politeknik Negeri Lampung.
3. Didik Kuswadi, S.TP., M.Si. selaku Ketua Jurusan Teknologi Pertanian
Politeknik Negeri Lampung.
4. Bapak Iskandar Zulkarnain, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing
Praktik Kerja Lapangan yang telah memberikan bimbingan terkait
penyusunan laporan ini.
5. Bapak Kelik Istanto, S.T., M.T. selaku ketua Program Studi Teknologi
Rekayasa Konstruksi Jalan dan Jembatan Jurusan Teknologi Pertanian
Politeknik Negeri Lampung
6. Ibu Resti Agustina, S.T., M.T. yang telah membantu kami dalam proses
pencarian tempat kerja praktik lapangan dan memperkenalkan kami
kepada Bapak Santoso Waskito Adhi sebagai Manajer Engineering
(Teknik) pada
vi

PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk di Proyek Pembangunan Jalan Utama


(Mainroad) Jalan Tol Serang-Panimbang Seksi 2.
7. Seluruh Dosen dan Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) Teknologi
Rekayasa Konstruksi Jalan dan Jembatan yang telah memberi ilmu dan
motivasi selama menempuh pendidikan serta membantu mahasiswa dalam
menyusun laporan Praktik Kerja Lapangan.
8. Bapak Saiful Zuhri selaku Project Manager pada PT. Wijaya Karya
(Persero), Tbk di Proyek Pembangunan Jalan Utama (Mainroad) Jalan Tol
Serang-Panimbang Seksi 2.
9. Bapak Wahyu Utomo selaku Pembimbing Praktik Kerja Lapangan pada
PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk di Proyek Pembangunan Jalan Utama
(Mainroad) Jalan Tol Serang-Panimbang Seksi 2.
10. Seluruh Staff PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk di Proyek Pembangunan
Jalan Utama (Mainroad) Jalan Tol Serang-Panimbang Seksi 2.
11. Seluruh teman-teman Teknologi Rekayasa Konstruksi Jalan dan Jembatan
angkatan 2019 yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada
kami.
12. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan dan mendoakan
untuk kelancaran dalam menjalankan Praktik Kerja Lapangan.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan Laporan Praktik Kerja
Lapangan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis sangat terbuka dengan
adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan laporan ini.
Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Lebak, 31 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...........................................................................................V

DAFTAR ISI.......................................................................................................VII

DAFTAR TABEL..................................................................................................X

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................XI

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................1


1.2 Tujuan Umum..............................................................................3
1.3 Tujuan Khusus.............................................................................3
BAB II KEADAAN UMUM .................................................................................5

2.1 Letak Geografis...........................................................................5


2.2 Sejarah Singkat............................................................................5
2.3 Organisasi Proyek........................................................................7
2.3.1 Pemilik Proyek...................................................................9
2.3.2 Konsultan Supervisi.........................................................10
2.3.3 Kontraktor Pelaksana.......................................................12
2.4 Organisasi Manajemen..............................................................14
2.4.1 Manajer Proyek................................................................14
2.4.2 Manajer Bidang Quality Assurance (QA) dan Quality
Control (QC)....................................................................16
2.4.3 Manajer Bidang Pengadaan dan Peralatan.......................18
2.4.4 Manajer Bidang Keuangan dan Human Capital (KHC). .19
2.4.5 Manajer Bidang Komersial..............................................21
2.4.6 Manajer Bidang Engineering (Teknik)............................23
2.4.7 Manajer Bidang Health, Safety, Environment (HSE)......27
2.5 Administrasi Kontrak.................................................................29
2.6 Data Administrasi Proyek..........................................................30
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN............................................................31
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan................................................31
3.2 Kegiatan yang Dilaksanakan.....................................................33
3.3 Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)...........................................40
3.3.1 Tinjauan Perencanaan Rigid Pavement............................41
3.3.2 Akses Jalan Proyek Rigid Pavement................................42
3.3.3 Data Konstruksi Rigid Pavement.....................................42
3.3.4 Perencanaan Rigid Pavement...........................................43
3.3.5 Sumber Daya Rigid Pavement..........................................49
3.3.6 Data Material....................................................................50
3.4 Konstruksi Simpang tidak Sebidang (Overpass).......................51
3.4.1 Tinjauan Perencanaan Overpass 30.................................52
3.4.2 Jalan Akses Proyek Overpass 30.....................................53
3.4.3 Data kontruksi overpass 30..............................................54
3.4.4 Perencanaan Overpass 30.................................................56
3.4.5 Sumber Daya Overpass 30...............................................68
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................70

4.1 Pelaksanaan Pembangunan........................................................70


4.2 Pekerjaan Tanah.........................................................................70
4.2.1 Pekerjaan Galian/Cutting.................................................71
4.2.2 Pekerjaan Timbunan.........................................................75
4.3 Pekerjaan Pelaksanaan Capping atau Separator Layer.............81
4.3.1 Spesifikasi Teknis Material Base B.................................82
4.3.2 Metode Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas B..........82
4.4 Pelaksanaan Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Base A.............84
4.4.1 Spesfikasi Material Base A..............................................84
4.4.2 Metode Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Base A...........85
4.5 Pelaksanaan Pekejaan Lean Concrete Rigid Pavement.............86
4.5.1 Spesifikasi Material Lean Concrete.................................86
4.5.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Lean Concrete...............86
4.6 Peralatan Rigid Pavement..........................................................87
4.7 Material Rigid Pavement...........................................................95
4.8 Prosedur Rigid Pavement........................................................100
4.5.1 Tahap Persiapan.............................................................100
4.5.2 Tahap Pekerjaan Rigid Pavement...................................106
4.5.3 Pekerjaan Cutting dan Joint Sealent...............................117
4.9 Peralatan Overpass 30.............................................................121
4.9.1 Alat Ringan....................................................................121
4.9.2 Alat Berat.......................................................................127
4.10 Material Overpass 30...............................................................134
4.11 Urutan Pekerjaan Overpass 30................................................138
4.11.1 Pekerjaan Persiapan Overpass 30.................................139
4.11.2 Pengadaan dan Penempatan Tiang Pancang.................142
4.11.3 Pekerjaan Struktur Bawah Overpass 30.......................148
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................173

5.1 Kesimpulan..............................................................................173
5.2 Saran........................................................................................173
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

LAMPIRAN..............................................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Rekapitulasi Kegiatan Praktik Kerja Lapang.........................................34


Tabel 3.2 Total Kebutuhan Man Power Sumber Daya Rigid Pavement................49
Tabel 3.3 Total Kebutuhan Peralatan Utama Pekerjaan Rigid Pavement..............50
Tabel 3.4 Total Kebutuhan Peralatan Tambahan Pekerjaan Rigid Pavement........50
Tabel 3.5 Data Material Pekerjaan Rigid Pavement..............................................51
Tabel 3.6 Total Kebutuhan Man Power Sumber Daya Ovepass 30.......................69
Tabel 3.7 Total Kebutuhan Peralatan Tambahan Pekerjaan Overpass 30.............69
Tabel 4.1 Kebutuhan Peralatan Pekerjaan Galian Tanah.......................................71
Tabel 4.2 Kebutuhan Peralatan Pekerjaan Timbunan Tanah.................................75
Tabel 4.3 Volume Rigid Pavement Sta 37+965 – Sta 38+310............................103
Tabel 4.4 Monitoring Dump Truck Pada Pekerjaan Rigid Pavement..................107
Tabel 4.5 Monitoring Produktivitas Pemasangan Spun Pile Abutment...............165
Tabel 4.6 Monitoring Produktivitas Pemasangan Spun Pile Pier........................165
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Proyek Tol Serang-Panimbang............................8


Gambar 2.2 Logo PT. Wijaya Karya Serang-Panimbang........................................9
Gambar 2.3 Logo PT. JAYA CM-PT. Disiplan Consult-PT. Bina Karya (Persero)
................................................................................................................................12
Gambar 2.4 Logo PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.............................................13
Gambar 2.5 Bagan Struktur Organisasi Kontraktor PT. Wijaya Karya (Persero),
Tbk.........................................................................................................................14
Gambar 3.1 Trase Proyek Pembangunan Tol Serang-Panimbang Seksi 1,2, dan 3
................................................................................................................................31
Gambar 3.2 Peta Lokasi Main Road Rigid Pavement Sta 37+965 – Sta 38+450...32
Gambar 3.3 Peta Lokasi overpass 30 Sta. 41+443,839..........................................33
Gambar 3.4 Tipikal Pelaksanaan Perkerasan Beton..............................................41
Gambar 3.5 Jalan Akses Rigid Pavement Sta 37+965 – Sta 38+450.....................42
Gambar 3.6 Tipikal Potongan Melintang Jalan.....................................................45
Gambar 3.7 Tipikal Perkerasan pada Jalan Utama dan Bahu Jalan.......................46
Gambar 3.8 Tampak Isometrik Dowel Bar............................................................46
Gambar 3.9 Dowel Bar yang Diberi Grease dan Tertutup Plastik........................47
Gambar 3.10 Tampak Isometrik Tie Bar...............................................................47
Gambar 3.11 Tie Bar..............................................................................................48
Gambar 3.12 Tipikal Detail Sambungan Perkerasan Beton (Longitudinal Joint-1)
................................................................................................................................48
Gambar 3.13 Bagan Personel Sumber Daya Rigid Pavement...............................49
Gambar 3.14 Plan Profile Overpass 30 Sta. 41+443,839......................................52
Gambar 3.15 Jalan Akses Overpass 30 Sta. 41+443,839......................................54
Gambar 3.17 Denah Spun Pile Abutment A1 dan A2 Overpass 30 Sta.
41+443,839............................................................................................................57
Gambar 3.18 Denah Spun Pile Pier P1 dan P2 Overpass 30 Sta. 41+443,839.....57
xii

Gambar 3.19 Potongan A-A Abutment Overpass 30 Sta. 41+443,839.................58


Gambar 3.20 Denah Pondasi Abutment Overpass 30 Sta. 41+443,839................58
Gambar 3.21 Potongan (B-B, C-C, D-D) Abutment Overpass 30 Sta. 41+443,839
................................................................................................................................59
Gambar 3.22 Gambar Rencana Pier......................................................................59
Gambar 3.23 Denah Mortar dan Bearing Pad Abutment.......................................60
Gambar 3.24 Denah Mortar dan Bearing Pad Pier................................................61
Gambar 3.25 Denah Girder A1-P1........................................................................61
Gambar 3.26 Denah Girder P1-P2.........................................................................62
Gambar 3.27 Denah Girder P2-A2........................................................................62
Gambar 3.28 Denah Diafragma A1-P1..................................................................63
Gambar 3.29 Potongan Diafragma A1-P1.............................................................63
Gambar 3.30 Denah Diafragma P1-P2..................................................................64
Gambar 3.31 Potongan Diafragma P1-P2..............................................................64
Gambar 3.32 Denah Diafragma P2-A2..................................................................65
Gambar 3.33 Potongan Diafragma P2-A2.............................................................65
Gambar 3.34 Denah Deck Slab A1-P1..................................................................66
Gambar 3.35 Denah Deck Slab P1-P2...................................................................66
Gambar 3.36 Denah Deck Slab P2-A2..................................................................67
Gambar 3.37 Potongan dan Dimensi Parapet........................................................67
Gambar 3.38 Detail Tulangan Parapet...................................................................68
Gambar 3.39 Bagan Personel Sumber Daya Overpass 30.....................................68
Gambar 4.1 Galian di Overpass 30........................................................................71
Gambar 4.2 Diagram Alir Pekerjaan Galian..........................................................72
Gambar 4.3 Rambu Dilarang Melewati Garis Pembatas.......................................73
Gambar 4.4 Uji Proof Rolling................................................................................74
Gambar 4.5 Diagram Alir Pekerjaan Timbunan....................................................76
Gambar 4.6 Sondir Test.........................................................................................77
Gambar 4.7 Penghamparan Untuk Trial Pemadatan..............................................78
Gambar 4.8 Pengujian Sandcone...........................................................................79
Gambar 4.9 Form Hasil Pengujian Sandcone........................................................79
Gambar 4.10 Pengujian CBR Lapangan................................................................80
xiii

Gambar 4.11 Hasil Pengujian CBR Lapangan.......................................................80


Gambar 4.12 Pengujian Proof Rolling...................................................................81
Gambar 4.13 Penghamparan Material Capping Layer..........................................83
Gambar 4.14 Pemadatan Material Capping Layer.................................................83
Gambar 4.15 Pemadatan Agregat Base A..............................................................85
Gambar 4.16 Slump Test Lean Concrete...............................................................87
Gambar 4.17 Penghamparan Beton Readymix Lean Concrete..............................87
Gambar 4.18 Batching Plant..................................................................................88
Gambar 4.19 Paver Machine (Wirtgen SP64).......................................................89
Gambar 4.20 Dump Truck......................................................................................90
Gambar 4.21 Wheel Excavator Merk Komatsu Tipe PC 78us..............................90
Gambar 4.22 Water Tank.......................................................................................91
Gambar 4.23 Compressor.......................................................................................92
Gambar 4.24 Pelaksanaan Penyemprotan Curing Compound...............................92
Gambar 4.25 Groover............................................................................................93
Gambar 4.26 Concrete Cutter................................................................................93
Gambar 4.27 Tenda................................................................................................94
Gambar 4.28 Lampu dan Generator Set.................................................................94
Gambar 4.29 Beton Ready Mix..............................................................................95
Gambar 4.30 Dowel Bar........................................................................................96
Gambar 4.31 Tie Bar..............................................................................................96
Gambar 4.32 Plastik Cor........................................................................................97
Gambar 4.33 Air....................................................................................................97
Gambar 4.34 Geotextile Non Woven.....................................................................98
Gambar 4.35 Bekisting..........................................................................................98
Gambar 4.36 Baja Hollow.....................................................................................99
Gambar 4.37 Sealant..............................................................................................99
Gambar 4.38 Bagan Alir Pelaksanaan Rigid Pavement.......................................100
Gambar 4.39 Pembersihan Permukaan Lean Concrete.......................................101
Gambar 4.40 Pembersihan Permukaan dengan air compressor..........................101
Gambar 4.41 Joint Inspection Volume Beton......................................................102
Gambar 4.42 Pemasangan Plastic Sheet..............................................................105
xiv

Gambar 4.43 Persiapan Dowel.............................................................................105


Gambar 4.44 Bagan Alir Tahap Pelaksanaan Rigid Pavement............................106
Gambar 4.45 Pengangkutan Beton Ready Mix dari Batching Plant ke Lokasi...107
Gambar 4.46 Penghamparan Beton Ready Mix...................................................109
Gambar 4.47 Hasil Uji Slump Material Beton Rigid Pavement...........................109
Gambar 4.48 Pengambilan sample untuk uji flexural strenght............................110
Gambar 4.49 Pengambilan sample untuk uji Silinder..........................................110
Gambar 4.50 Pengujian Sample Balok (Beam)...................................................111
Gambar 4.51 Hasil Pengujian Beton Berbentuk Balok........................................111
Gambar 4.52 Penghamparan Beton Menggunakan Excavator............................112
Gambar 4.53 Instalasi Auger dan Vibrator Concrete..........................................112
Gambar 4.54 Pemasangan Tie Bar Otomatis.......................................................113
Gambar 4.55 Besi Dowel Fix dan Move..............................................................114
Gambar 4.56 DBI (Dowel Bar Inserter)..............................................................114
Gambar 4.57 Pemadatan Secara Manual.............................................................115
Gambar 4.58 Grooving Pada Pekerjaan Rigid Pavement....................................115
Gambar 4.59 Curing Compund Pada Pekerjaan Rigid Pavement........................116
Gambar 4.60 Penutupan Beton dengan Plastic Sheet dan Tenda........................116
Gambar 4.61 Bagan Alir Pekerjaan Cutting dan Joint Sealent............................117
Gambar 4.62 Hasil Cutting Pada Pekerjaan Rigid Pavement..............................118
Gambar 4.63 Curing lanjutan dengan Geotextile.................................................118
Gambar 4.64 Pengecekan suhu Joint Sealant......................................................119
Gambar 4.65 Pembersihan Celah Hasil Cutting dari Kotoran.............................120
Gambar 4.66 Pemasangan Lakban Kertas...........................................................120
Gambar 4.67 Pemasangan Joint Sealant Rigid Pavement....................................121
Gambar 4.68 Penentuan lokasi menggunakan Total Station...............................122
Gambar 4.69 Total Station...................................................................................122
Gambar 4.70 Bar Bender.....................................................................................123
Gambar 4.71 Bar Cutter.......................................................................................123
Gambar 4.72 Generator set..................................................................................124
Gambar 4.73 Lampu Penerangan.........................................................................125
Gambar 4.74 Gerinda...........................................................................................125
xv

Gambar 4.75 Kawat Bendrat................................................................................126


Gambar 4.76 Streesing Bed.................................................................................126
Gambar 4.77 Bekisting Lean Concrete................................................................127
Gambar 4.78 Truck Mixer....................................................................................128
Gambar 4.79 Dump Truck....................................................................................129
Gambar 4.80 Truck Hino.....................................................................................129
Gambar 4.81 Hyup Crane....................................................................................130
Gambar 4.82 Mobile Crane Merk XCMG Tipe QY25K.....................................131
Gambar 4.83 Bulldozer Merk Komatsu Tipe D68ESS........................................131
Gambar 4.84 Excavator Merk Kobelco Tipe SK200..........................................132
Gambar 4.85 Sheepfoot Vibratory Roller Merk SAKAI Tipe SV525TF............133
Gambar 4.86 Padfoot Vibratory Roller Merk SAKAI Tipe SV515D.................133
Gambar 4.87 Crawler Crane Merk Kobelco Tipe 7065.......................................134
Gambar 4.88 Beton Ready mix............................................................................135
Gambar 4.89 Baja Tulangan................................................................................136
Gambar 4.90 Spun Pile........................................................................................138
Gambar 4.91 Tahapan Pekerjaan Struktur Overpass 30......................................138
Gambar 4.92 Kedatangan Body Crane................................................................139
Gambar 4.93 Kedatangan Accesories Crane.......................................................140
Gambar 4.94 Pembuatan Jalan Akses..................................................................141
Gambar 4.95 Distribusi Spun Pile ke Lokasi Proyek...........................................142
Gambar 4.96 Susunan Penyimpanan Spun Pile...................................................143
Gambar 4.97 Menempatkan Stressing Bed Dibantu Dengan Excavator.............144
Gambar 4.98 Menempatkan Stressing Bed di Bawah Jack Mobile Crane..........144
Gambar 4.99 Posisi Sempurna Mobile Crane......................................................145
Gambar 4.100 Pemasangan Sling Belt di Hook Besar.........................................145
Gambar 4.101 Menurunkan Tiang Pancang dari Truk Trailer............................146
Gambar 4.102 Susunan Tiang Pancang...............................................................146
Gambar 4.103 Tanda Lolos QC...........................................................................147
Gambar 4.104 Pemasangan Boom ke Body Crane..............................................148
Gambar 4.105 Pemasangan Counter weight ke Body Crane...............................149
Gambar 4.106 Pemasangan Leader.....................................................................149
xvi

Gambar 4.107 Pemasangan Reinforced-steel cable ke Leader dan Diteruskan ke


Mesin Derek.........................................................................................................150
Gambar 4.108 Pemasangan Hummer...................................................................151
Gambar 4.109 Bagian Hummer...........................................................................151
Gambar 4.110 Pemeriksaan Kondisi Mesin.........................................................152
Gambar 4.111 Pemeriksaan Kondisi Alat............................................................152
Gambar 4.112 Kode pada Spun Pile....................................................................153
Gambar 4.113 Titik Angkat Spun Pile.................................................................153
Gambar 4.114 Penandaan Panjang Tiang Interval 50 cm....................................154
Gambar 4.115 Stake Out Titik Pemancangan......................................................154
Gambar 4.116 Rencana Titik Pancang.................................................................155
Gambar 4.117 Pengangkatan Tiang Pancang......................................................155
Gambar 4.118 Positioning Tiang Pancang dengan Total Station........................156
Gambar 4.119 Kontrol Kemiringan Menggunakan Waterpass...........................156
Gambar 4.120 Cek kelurusan Spun Pile..............................................................157
Gambar 4.121 Pemancangan Spun Pile...............................................................157
Gambar 4.122 Pencatatan Pile Driving Record...................................................158
Gambar 4.123 Penyambungan Tiang Pancang dengan Metode Pengelasan.......159
Gambar 4.124 Klem Penyambung Agar Segmen Tiang Pancang Tegak............159
Gambar 4.125 Alat dan Bahan Uji Penetrant......................................................160
Gambar 4.126 Pengecekan Visual Hasil Welding Pengelasan............................160
Gambar 4.127 Penyikatan dari Sisa Welding Pengelasan...................................161
Gambar 4.128 Hasil Uji Penetran pada Sambungan Tiang Pancang...................161
Gambar 4.129 Ilustrasi Kalendering Pemancangan.............................................162
Gambar 4.130 Proses Kalendering Tiang Pancang..............................................163
Gambar 4.131 Hasil Kalendering.........................................................................164
Gambar 4.132 Pemasangan Sensor Accelerometer dan Transducer....................166
Gambar 4.133 Pemasangan Alat Uji PDA..........................................................167
Gambar 4.134 Hasil Nilai RMX Abutment 1 Pada Computer.............................168
Gambar 4.135 Hasil Nilai RMX Abutment 2 Pada Computer.............................168
Gambar 4.136 Hasil Pemotongan Tiang Pancang...............................................169
Gambar 4.137 Detail Elevasi dan Potongan Memanjang Overpass 30...............170
xvii

Gambar 4.138 Galian Permukaan Tanah.............................................................170


Gambar 4.139 Hasil Pekerjaan Pelat Lantai........................................................171
Gambar 4.140 Detail PHT Abutment..................................................................171
Gambar 4.141 Penulangan PHT...........................................................................172
Gambar 4.142 Proses Memasukkan Tulangan PHT............................................172
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konstruksi adalah suatu kegiatan yang membangun sarana maupun


prasarana yang meliputi pembangunan gedung (building construction),
pembangunan prasarana sipil (civil engineer), dan instalasi mekanikal dan

elektrikal (Pinatik et al., 2015). Meskipun disebut kegiatan konstruksi sebagai


suatu pekerjaan, pada kenyataannya kegiatan konstruksi adalah suatu kegiatan
yang terdiri dari sejumlah pekerjaan yang berbeda yang disatukan menjadi satu
kesatuan konstruksi. Pada umumnya, kegiatan konstruksi dimulai dengan
perencanaan oleh konsultan perencana dan dalam melakukan suatu konstruksi
biasanya dilakukan sebuah perencanaan terpadu.

Kegiatan konstruksi seperti pembangunan prasarana sipil (civil engineer)


dari perancangan, desain, metode pelaksanaan, dan bentuk konstruksi dapat
menghasilkan suatu bangunan konstruksi seperti infrastruktur jalan dan jembatan.
Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan merupakan suatu usaha atau
rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang dilakukan secara terencana
untuk membangun prasarana berupa jalan dan jembatan atau segala sesuatu yang
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses pembangunan.
Infrastruktur jalan dan jembatan saat ini menjadi fasilitas yang mendukung dan
memudahkan bagi masyarakat dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah saat ini terus berupaya dalam memaksimalkan pembangunan


fisik terutama infrastruktur secara merata di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan salah satu rencana pembangunan Jalan Tol Serang -
Panimbang yang saat ini dalam tahap pelaksanaan pembangunan. Penetapan
lokasi pembangunan Jalan Tol Serang-Panimbang yang didasarkan pada surat
keputusan Gubernur Banten Nomor : 598 / kep. 387 - Huk / 2016 tanggal 29 juni
2

2016 tentang penetapan pembangunan Jalan Tol Serang-Panimbang (Biro


Pemerintahan Provinsi Banten, 2016). Dimana pembangunan ini memiliki maksud
dan tujuan untuk mendukung perekonomian, meningkatkan aksesbilitas terutama
daerah kawasan ekonomi khusus (KEK) Tanjung Lesung dan Taman Nasional
Ujung Kulon, mempercepat pergerakan barang dan jasa, serta meningkatkan
perekonomian masyarakat Provinsi Banten.

Berdasarkan Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas


(KPPIP) Pembangunan Jalan Tol-Serang Panimbang dibangun dengan nilai
investasi Rp.5,33 Triliun. Skema pendanaannya dilakukan dengan cara kerjasama
antara Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Pembangunannya direncanakan
akan terdiri dari tiga seksi, yaitu seksi I Serang - Rangkasbitung; seksi II
Rangkasbitung - Bojong; dan seksi III Bojong -Panimbang (KPPIP, 2022).

Proyek konstruksi yang sedang berlangsung di PT. Wijaya Karya


(Persero), Tbk. yang menjadi tinjauan adalah Proyek Pembangunan Konstruksi
Jalan Utama (main road) Jalan Tol Serang-Panimbang dan pembangunan
konstruksi Overpass. Pembangunan konstruksi Overpass dilakukan karena Jalan
tol ini pada beberapa lokasi memotong jalan yang sudah ada sebelumnya sehingga
diperlukan struktur pertemuan tidak sebidang. Overpass merupakan salah satu
bangunan infrastruktur dibidang transportasi yang dibangun tidak sebidang
dengan tanah atau melayang melewati daerah/kawasan tertentu yang dibangun
sebagai penghubung jalan yang terputus.

Pelaksanaan program Praktik Kerja Lapangan dilakukan oleh mahasiswa


Diploma 4 (empat) Politeknik Negeri Lampung. Praktik Kerja Lapangan ini
dilaksanakan pada semester 7 (tujuh) selama tiga bulan lima belas hari untuk
memenuhi mata kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan bobot 14 Satuan
Kredit Semester (SKS). Praktik Kerja Lapangan yang diwajibkan oleh Politeknik
Negeri Lampung khususnya Program Studi D4 Teknologi Rekayasa Konstruksi
Jalan dan Jembatan. Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan adalah untuk
memperkenalkan dan memberikan gambaran yang lebih nyata kepada mahasiswa
mengenai dunia kerja, menumbuhkan dan meningkatkan sikap profesionalitas
mahasiswa, meningkatkan daya kreasi, kreatif dan produktifitas mahasiswa serta
3

memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang telah di


dapat selama berada dibangku perkuliahan sebagai persiapan dalam menghadapi
atau memasuki dunia kerja yang sesungguhnya.

1.2 Tujuan Umum

Tujuan umum dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini adalah sebagai
berikut:
a. Memenuhi persyaratan untuk Mata Kuliah Praktik Kerja Lapangan di
Program Studi Teknologi Rekayasa Konstruksi Jalan dan Jembatan.
b. Menerapkan ilmu pengetahuan selama perkuliahan dalam bentuk praktik
kerja lapangan.
c. Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman mahasiswa/i dalam
mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja.

1.3 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini adalah


sebagai berikut:
d. Mengetahui metode pelaksanaan pembangunan konstruksi jalan utama
(main road) dengan tinjauan pekerjaan rigid pavement STA 37+965 – STA
38+450 pada proyek Tol Serang-Panimbang.
e. Mengetahui metode pelaksanaan pembangunan konstruksi overpass 30
dengan tinjuan pekerjaan pemancangan, lean concrete, dan pembesian
footing STA 41+443,839 pada proyek Tol Serang-Panimbang.
f. Mendapatkan pengetahuan secara langsung proses pelaksanaan
pembangunan kontruksi jalan utama (main road) dengan tinjauan
pekerjaan rigid pavement STA 37+965 – STA 38+450 pada proyek Tol
Serang-Panimbang.
g. Mendapatkan pengetahuan seacara langsung proses pelaksanaan
pembangunan overpass 30 dengan tinjuan pekerjaan pemancangan, lean
concrete, dan pembesian footing STA 41+443,839 pada proyek Tol Serang-
Panimbang.
4

Tujuan dari pelaksanaan Proyek Pembangunan Konstruksi Jalan Utama


(main road) Jalan Tol Serang-Panimbang ini adalah untuk mendukung
perekonomian, meningkatkan aksesbilitas terutama daerah kawasan ekonomi
khusus (KEK) Tanjung Lesung dan Taman Nasional Ujung Kulon, mempercepat
pergerakan barang dan jasa, serta meningkatkan perekonomian masyarakat
Provinsi Banten.
BAB II
KEADAAN UMUM

2.1 Letak Geografis

Kantor Wijaya Karya Proyek Tol Serang-Panimbang seksi 2 berlokasi di


Desa Muara Dua, Desa Muara Dua merupakan salah satu desa di wilayah
Kecamatan Cikulur. Luas wilayah Desa Muara Dua yaitu 10.84 km2 atau 1.084 ha.
Jarak Desa Muara Dua dari Kecamatan Cikulur berkisar 7 km dan 21 km dari
pusat Kabupaten Lebak. Menurut hasil rekapitulasi data kependudukan tahun
2018 Desa Muara Dua memiliki jumlah penduduk 7.374 jiwa dengan jumlah
kepala keluarga 1.540 KK terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 3.761 jiwa dan
penduduk perempuan sebanyak 3.613 jiwa (BPS Kabupaten Lebak, 2018).

2.2 Sejarah Singkat

PT Wijaya Karya Tbk (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara


(BUMN) yang bergerak dibidang jasa konstruksi, berawal dari perusahaan sub-
kontraktor. Pada akhir 1960-an Wijaya Karya berkembang menjadi pemborong
pemasangan jaringan listrik tegangan rendah, menengah dan tinggi. Di awal tahun
1970, Wijaya Karya memperluas usahanya ke bidang kontraktor sipil dan
bangunan rumah. Pada 20 Desember 1972, Wijaya Karya berubah statusnya
menjadi Perseroan Terbatas Wijaya Karya (Persero) dengan berdasarkan Akta
No.110, dimana dibuat dihadapan Notaris Djojo Muljadi.

Dalam melakukan perkembangannya, Wijaya Karya selalu melakukan


terobosan-terobosan baru hingga berevolusi menjadi perusahaan infrastruktur
terintegrasi melalui pengembangan divisi atau anak perusahaan seperti Wijaya
Karya Beton, Wijaya Karya Intrade, Wijaya Karya Realty. Pertumbuhan Wijaya
Karya sebagai perusahaan infrastruktur terintegrasi mendapat pengakuan dari
berbagai pihak. Perseroan yang berhasil dalam melaksanakan penawaran saham
perdana (Initial Public Offering/IPO) sebanyak 35% kepada publik pada 29
6

Oktober 2007, di Bursa Efek Indonesia. Setelah IPO, pemerintah Republik


Indonesia memegang 68,4%, sementara sisanya dimiliki oleh masyarakat,
termasuk karyawan melalui Management Stock Ownership Program (MSOP),
Employee Stock Allocation (ESA), dan Employee/Management Stock Option
(E/MSOP).

Perolehan dana dari IPO dipergunakan dengan baik untuk mendukung


pertumbuhan dan inovasi yang dilakukan oleh Wijaya Karya. Posisi Wijaya Karya
menjadi kuat, dimana pada saat krisis ekonomi dunia mulai memperlihatkan
dampaknya dalam negeri, Struktur permodalan yang kuat sangat mendukung
Wijaya Karya dalam meluaskan operasinya keluar negeri dan terus
mengembangkan Engineering Procurement and Construction (EPC), serta
berinvestasi dan mengembangkan sejumlah proyek infrastruktur, khususnya
proyek-proyek yang menjadi program pemerintah terkait dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).

PT Wijaya Karya Serang Panimbang (WSP) merupakan salah satu anak


perusahaan dari PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang bergerak dibidang usaha
jalan tol. Pembentukan perusahaan pengelola jalan tol Serang – Panimbang di
Provinsi Banten, yang diberi nama PT WIJAYA KARYA SERANG
PANIMBANG dibuat dari perjanjian kerjasama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.,
PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., dan PT Jababeka Infrastruktur. Ruas
jalan tol ini merupakan sarana pendukung program Pemerintah untuk
mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung yang
menjadi salah satu prioritas utama Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur
Prioritas (KPPIP) dan untuk mengembangkan potensi kewilayahan oleh
Pemerintah Daerah setempat.

Dasar pembentukan Perseroan adalah penetapan pemenang lelang


Pengusahaan Jalan Tol Serang Panimbang oleh Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat No. KU.03.01-Mn/02 tanggal 04 Januari 2017, Perjanjian
Usaha Patungan, No. 01 tanggal 17 Pebruari 2017, dan Akta Pendirian Perseroan
Terbatas PT Wijaya Karya Serang Panimbang, No. 02 tanggal 17 Pebruari 2017.
7

PT Wijaya Karya Serang Panimbang (WSP) mengadakan tender penyedia


jasa konstruksi design and build. Hasil tender menyatakan bahwa PT. Wijaya
Karya (Persero), Tbk akan berperan sebagai kontraktor design and build dalam
pembangunan main road Jalan Tol Serang Panimbang. Untuk konsultan
perencana adalah PT. Buana Archicon, PT. Mega Trustlink KSO, PT. Cipta
Desain Indonesia, dan PT. Wiratman Infrastructure. Selama berjalannya proyek,
proyek ini akan disupervisi oleh konsultan supervisi, yaitu PT. Jaya CM – PT.
Disiplan Consult – PT. Bina Karya (Persero) KSO.

Dalam menjalankan bisnisnya, PT Wijaya Karya Serang Panimbang


memiliki visi dan misi yang menjadi landasan dan tujuan operasi perusahaan, visi
dan mis tersebut yaitu :

a) Visi
Menjadi perusahaan pengelola jalan tol yang memberikan rasa aman,
nyaman, dan cepat bagi pengguna Jalan Tol Ruas Serang – Panimbang di Banten.

b) Misi
Mewujudkan ruas jalan tol Serang – Panimbang dengan kualitas ekselen
dan pembiayaan yang efisien. Melaksanakan pelayanan dan pemeliharaan dengan
menerapkan sistem manajemen untuk menjamin kepuasan pihak-pihak yang
berkepentingan. Melakukan kerjasama dengan mitra kerja yang saling
menguntungkan & kontinuitas. Meningkatkan kompetensi, dan kesejahteraan
pegawai. Pengelolaan tata perusahaan yang baik GCG (Good Corporate
Governance).
8

2.3 Organisasi Proyek

Organisasi proyek adalah bagian dari organisasi yang lebih besar seperti
pemerintah, institusi, badan atau lembaga atau dapat juga dengan skala lebih kecil
seperti perusahaan, lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, lembaga penelitian,
kumpulan dari kelompok kepentingan, dan lainnya. Pengelolaan proyek
membutuhkan suatu organisasi yang kuat dengan program, visi dan misi dan
tujuan yang jelas, sehingga kegiatan dilakukan dengan batasan dan standar yang
telah disepakati dan dilaksanakan dengan maksimal oleh personel penanggung
jawab masing-masing.

Organisasi proyek adalah sebagai sarana dalam pencapaian tujuan dengan


mengatur dan mengorganisasi sumber daya, tenaga kerja, material, peralatan dan
modal secara efektik dan efisien dengan menerapkan sistem manajemen sesuai
kebutuhan proyek.

Dalam setiap proyek tentunya memiliki organisasinya sendiri termasuk


Proyek Tol Serang-Panimbang. Berikut merupakan struktur organisasi Proyek Tol
Serang-Panimbang yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Proyek Tol Serang-Panimbang


9

Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) sendiri berada di bawah Kementerian


PUPR dan berfungsi untuk mengawasi Badan Usaha Jalan Tol (BUJT). Untuk
BUJT di Jalan Tol Serang-Panimbang adalah PT. Wijaya Karya Serang
Panimbang (WSP) yang juga berperan sebagai owner. Untuk konsultan
pengendali mutu independen (PMI) adalah PT Anugerah Kridapradana dimana
PMI bertugas membantu BPJT (Badan Pengatur Jalan Tol) melakukan
pemeriksaan/audit rutin dan memberi rekomendasi secara langsung dalam
pelaksanaan konstruksi jalan tol yang dilaksanakan oleh BUJT (Badan Usaha
Jalan Tol). Sedangkan hubungan PMI kepada BUJT tidak dilaksanakan secara
langsung (dalam bagan ditunjukan dengan garis putus-putus), tetapi lebih bersifat
koordinatif bagi PMI untuk dapat melaksanakan tugasnya mewakili BPJT.

PT Wijaya Karya Serang Panimbang (WSP) mengadakan tender penyedia


jasa konstruksi design and build. Hasil tender menyatakan bahwa PT. Wijaya
Karya (Persero), Tbk akan berperan sebagai kontraktor design and build dalam
pembangunan main road Jalan Tol Serang Panimbang. Untuk konsultan
perencana adalah PT. Buana Archicon, PT. Mega Trustlink KSO, PT. Cipta
Desain Indonesia, dan PT. Wiratman Infrastructure. Selama berjalannya proyek,
proyek ini akan disupervisi oleh konsultan supervisi, yaitu PT. Jaya CM – PT.
Disiplan Consult – PT. Bina Karya (Persero) KSO. Secara garis besar unsur-unsur
tersebut adalah sebagai berikut.

2.3.1 Pemilik Proyek

Pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau instansi yang memiliki
proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu
melaksanakannya sesuai perjanjian kontrak kerja. Untuk merealisasikan proyek,
owner mempunyai kewajiban pokok yaitu menyediakan dana untuk membiayai
proyek.

Pada Proyek Pembangunan Konstruksi Jalan Utama (Mainroad) Jalan Tol


Serang-Panimbang Seksi 2 dengan studi kasus Rigid Pavement Sta 37+965 – Sta
10

38+450 & Overpass 30 Sta 41+443,839 adalah PT. Wijaya Karya Serang-
Panimbang.

Gambar 2.2 Logo PT. Wijaya Karya Serang-Panimbang


Sumber: Wika Serang Panimbang (WIKA Serang Panimbang, 2017)

Berikut penjelasan mengenai tugas dan fungsi pemilik proyek dalam


pelaksanaan proyek:

a) Menunjuk konsultan perencana dan konsultan supervisi


b) Menunjuk kontraktor pelaksana
c) Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang
telah dilakukan oleh penyedia jasa
d) Menerima dan mengomentari laporan dari kontraktor melalui Konsultan
Supervisi
e) Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan
oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan
f) Menyediakan site/lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan
g) Mengurus dan membiayai perijinan
h) Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa
sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan
i) Mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan dengan
cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak
atas nama pemilik
j) Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan bila terjadi perubahan
k) Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan
oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang
dikehendaki
l) Menerima laporan akhir/menutup proyek.
11

2.3.2 Konsultan Supervisi

Konsultan supervisi atau konsultan pengawas adalah pihak yang ditunjuk


oleh pemilik proyek (owner) untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan.
Konsultan supervisi dapat berupa badan usaha atau perorangan yang sudah
dinyatakan ahli dan profesional dibidang pengawasan jasa konstruksi. Mampu
dalam melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan
konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan.

Konsultan supervisi bertujuan untuk mengawasi teknik pelaksanaan,


waktu, biaya dan mutu agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan
perjanjian/spesifikasi yang telah direncanakan/disepakati. Dalam tahap
pelaksanaan pekerjaan konstruksi, konsultan supervisi/pengawas melaksanakan
kegiatan-kegiatan pokok, seperti berikut:

a) Memberi keputusan terhadap usulan untuk melaksanakan bagian kegiatan


pekerjaan dari pelaksana konstruksi
b) Memberikan pendapat terhadap permintaan perubahan pekerjaan dan atau
rencana kerja pelaksanaan dari pengguna jasa
c) Memberi pendapat kepada pengguna jasa atau memberi keputusan
berdasar kewenangan dari pengguna jasa, terhadap usulan perubahan
pekerjaan dan atau rencana kerja pelaksanaan dari pelaksana konstruksi
d) Memberi laporan hasil pengawasan setiap bagian kegiatan pekerjaan dan
laporan akhir pengawasan untuk mendapat persetujuan pengguna jasa
e) Memberi pendapat kepada pengguna jasa terhadap usulan penyerahan
pertama kalinya hasil akhir pekerjaan dari pelaksana konstruksi
f) Dapat menolak menerima hasil bagian kegiatan pekerjaan yang
dilaksanakan tanpa mendapat ijin terlebih dulu dari pengawas konstruksi
g) Dapat menolak menerima hasil bagian kegiatan pekerjaan yang tidak
memenuhi ketentuan kontrak kerja konstruksi dan tau rencana kerja yang
telah disetujui pengguna jasa dan atau pengawas konstruksi
h) Mengajukan usul perubahan rencana kerja pengawasan.
12

Konsultan supervisi biasa diadakan pada proyek dengan skala besar


dengan tugas mengawasi jalannya pelaksanaan proyek. dalam kondisi nyata di
lapangan diperlukan kerjasama yang baik antara konsultan supervisi dengan
kontraktor agar bisa saling melengkapi dalam pelaksanaan pembangunan sehingga
tidak ada pihak yang dirugikan misalnya kontraktor dibatasi oleh waktu dalam
melaksanakan pekerjaan jadi akan sangat terpengaruh dari proses aproval material
atau shop drawing dari konsultan supervisi. Pemilihan tim supervisi didasarkan
pada akreditasi dan pengalamannya, dengan berkewajiban memberikan laporan
harian, mingguan dan bulanan tentang perkembangan pelaksanaan proyek kepada
owner dan project manager. Konsultan Supervisi pada Pembangunan Konstruksi
Jalan Utama (Mainroad) Jalan Tol Serang-Panimbang Seksi 2 dengan studi kasus
Rigid Pavement Sta 37+965 – Sta 38+450 & Overpass 30 Sta 41+443,839 adalah
PT. JAYA CM – PT. Disiplan Consult – PT. Bina Karya (Persero).

Gambar 2.3 Logo PT. JAYA CM-PT. Disiplan Consult-PT. Bina Karya (Persero)
Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk

2.3.3 Kontraktor Pelaksana

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 2 Tahun 2017 Tentang


Jasa Konstruksi, kontraktor pelaksana adalah penyedia jasa orang perseorangan
atau badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional dibidang pelaksanaan jasa
kontruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu
hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lainnya (UUJK,
2017).

Dalam tahap pelaksanaan pekerjaan konstruksi, kontraktor pelaksana


berhak dan berkewajiban dalam hal sebagai berikut:
13

a) Mendapat kepastian pekerjaan pelaksanaan proyek dalam artian bahwa


pemilik proyek tidak akan membatalkan pelaksanaan proyek secara
sepihak selain ketentuan-ketentuan yang tertulis di dalam kontrak yang
telah disetujui oleh kedua belah pihak
b) Mendapat kepastian pembayaran setelah pelaksanaan pekerjaan
proyekselesai tepat waktunya
c) Mendapat jaminan asuransi kepada tenaga kerja yang akan melaksanakan
pekerjaan proyek
d) Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan,syarat-
syarat, penjelasan pekerjaan, dan syarat-syarat tambahan yang telah
ditetapkan oleh pengguna jasa
e) Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disetujui oleh konsultan
perencana
f) Merencanakan tentang perancangan dan pengendalian waktu,
biaya,kualitas, dan keselamatan kerja
g) Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan
dalamperaturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat
h) Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikannya
sesuai dengan ketetapan yang berlaku
i) Meminta persetujuan untuk subkontraktor, contohnya untuk pengadaan
bahan-bahan material (pekerjaannya minimal 30 % dari nilai proyek)
j) Memberikan jaminan pelaksanaan atau uang muka pelaksanaan proyek
k) Melaksanakan, menyelesaikan, dan memelihara pekerjaan
l) Memperbaiki cacat-cacat pada pelaksanaan proyek
m) Menyediakan bahan-bahan material, alat-alat pelaksanaan proyek, dan
tenaga kerja pelaksanaan proyek.
14

Gambar 2.4 Logo PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk

Kontraktor pelaksana pada Pembangunan Konstruksi Jalan Utama


(Mainroad) Jalan Tol Serang-Panimbang Seksi 2 dengan studi kasus Rigid
Pavement Sta 37+965 – Sta 38+450 & Overpass 30 Sta 41+443,839 adalah PT.
Wijaya Karya (Persero), Tbk.
15

2.4 Organisasi Manajemen

Organisasi Manajemen Proyek Jalan Tol Serang – Panimbang terdiri dari


beberapa bidang yang bertanggung jawab atas setiap pekerjaan, semuanya
dikoordinir oleh manajer proyek. Dalam sistem pengelolaannya, sektor-sektor
yang ada memiliki peran dan kewenangan masing-masing yang ditetapkan agar
proyek Pembangunan Konstruksi Jalan Utama (MAINROAD) Jalan Tol Serang-
Panimbang Seksi 2 dapat berjalan sesuai rencana. Berikut adalah tugas dan
ataupun fungsi dan wewenang setiap pihak pada struktur organisasi dalam
pelaksanaannya:

Gambar 2.5 Bagan Struktur Organisasi Kontraktor PT. Wijaya Karya (Persero),
Tbk.
Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk

2.4.1 Manajer Proyek

Manajer Proyek/Project Manager adalah seseorang yang bertanggung


jawab untuk mengatur, merencanakan, dan melaksanakan project dengan
berdasarkan anggaran dan penjadwalan. Project manager juga bertanggung jawab
untuk memimpin tim, menentukan tujuan, berkomunikasi dengan para
stakeholder, dan menyelesaikan project dari awal hingga akhir.

Prinsip dasar manajemen proyek meliputi perencanaan, pengorganisasian,


pengamanan, pengendalian, memimpin dan mengelola sumber daya dan tugas
untuk mencapai tujuan bisnis tertentu. Manajer proyek menentukan strategi untuk
16

memulai proyek, mengevaluasi dan memahami persyaratan proyek, menganalisis


dan membawa profesional yang dibutuhkan, dan memantau kemajuan pekerjaan.

Dalam pelaksanaannya Manajer Proyek memiliki tugas dan tanggung


jawab sebagai berikut:
a. Menjadi pusat informasi dan komunikasi baik kedalam (organisasi
fungsional dan organisasi proyek) maupun keluar (pemilik proyek,
pemerintah dan konsultan)
b. Bertugas memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dengan
memperdayagunakan sumber daya perusahaan secara optimal dan
memenuhi persyaratan mutu, waktu, biaya yang sesuai dengan rencana
pelaksanaan proyek
c. Memimpin pengelolaan proyek dengan melaksanakan tugas pokok
proyek dan melakukan koordinasi kegiatan fungsional dan pembinaan
sumber daya manusia di unit kerjanya
d. Bertanggung jawab atas terlaksananya kebijakan mutu dan sasaran
mutu perusahaan yang tertuang dalam manual mutu dan sasaran mutu
spesifikasi proyek yang tertuang dalam RMP (Rencana Mutu Proyek)
e. Membuat penyesuaian program dari hasil-hasil evaluasi untuk
mencegah keterlambatan waktu maupun memperkecil penggunaan
biaya
f. Bertugas dan bertanggung jawab membina dan mendidik bawahannya
melalui pelatihan yang intensif di proyek
g. Melaksanakan kegiatan Sistem Manajemen WIKA yang meliputi:
Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001:2015), Sistem Manajemen Mutu
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan (SMK3L) (ISO
14001:2015, OHSAS 18001:2007 dan SMK3L (Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 50 tahun 2012), Sistem Manajemen
Pengamanan (SMP) dan manajemen Risiko K3L, 5R dan sistem
manajemen mutu lainnya yang dikembangkan perusahaan.
h. Melaksanakan pembinaan bawahan yang menjadi tanggung jawabnya
sesuai dengan arah perkembangan perusahaan.
17

i. Memimpin dalam pengendalian ketidaksesuaian produk dan bertugas


melakukan tindakan pencegahan dengan membuat perencanaan yang
efektif .

Kemudian dalam pelaksanaannya Manajer Proyek memiliki wewenang


dalam menjalankan tugasnya, yaitu:
a. Bertindak tanpa melapor, melakukan value engineering seperti
mengubah metode pelaksanaan dengan tujuan untuk peningkatan
efektifitas kerja dan efisiensi biaya
b. Bertindak tanpa melapor untuk menerima atau menolak claim SPK
sub kontraktor atau opname mandor
c. Bertindak kemudian melapor (dalam situasi tertentu) untuk
menentukan supplier material di luar daftar rekanan supplier yang
telah ditentukan
d. Bertindak kemudian melapor untuk menentukan upah tenaga kerja
harian, upah lembur, upah borongan tenaga mandor serta menentukan
harga satuan upah untuk item pekerjaan baru
e. Memberikan persetujuan mengenai progress pekerjaan dan
pembayaran untuk mandor dan subkontraktor.

2.4.2 Manajer Bidang Quality Assurance (QA) dan Quality Control (QC)

Manajer Quality Control adalah seseorang yang memiliki tugas untuk


melakukan pemeriksaan kualitas, kesesuaian komponen, dan finishing
memastikan semuanya sudah sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan.
Quality Control (QC) adalah orang yang menerima tugas dari project manager
untuk mengarahkan pelaksanaan proyek di lapangan dan mentaati pelaksanaan
project quality plan. Bertanggung jawab penuh kelancaran pelaksanaan proyek,
baik dari segi biaya, kualitas maupun waktu, terutama dalam pembiayaan yang
dikeluarkan di proyek (biaya langsung seperti upah, material dan lainnya) yang
keluar di lapangan. Bersama site engineers merumuskan dan menerapkan
metode/sistem kerja efisien.
18

Quality Control akan mewakili project manager dalam melaksanakan


suatu kontrak yang dalam hal ini memiliki wewenang dan tanggung jawab
langsung kepada project manager. Apabila project manager tidak berada di
lapangan, maka Quality Control akan bertindak untuk dan atas nama project
manager. Dalam pelaksanaannya Quality Control memiliki tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab menetapkan construction methode yang
menghasilkan mutu produk sesuai spesifikasi teknis dan peratura-
peraturan standar yang berlaku
b. Bertanggung jawab merealisasikan rencana pelaksanaan pekerjaan
dengan mutu produk sesuai persyaratan
c. Mengkoordinasi dan mengawasi pemakaian alat ukur baik intern
maupun ekstern di proyek
d. Membuat laporan harian dan mingguan untuk diserahkan kepada
atasan langsung dan berdasarkan jadwal mingguan tersebut dapat
membuat detail perencanaan material, alat dan alokasi tenaga kerja
e. Memastikan kesiapan tenaga kerja (mandor atau subkontraktor)
dalam jumlah yang cukup
f. Memastikan kesiapan lapangan, ketersediaan material serta alat kerja
untuk pelaksanaan pekerjaan.

Kemudian dalam pelaksanaannya Quality Control dan Quality Assurance


memiliki wewenang dalam menjalan kan tugasnya, yaitu:
a. Bertindak tanpa melapor untuk mengatur urutan pekerjaan tanpa
mengubah kualitas akhir mutu produk termasuk
penyesuaian/modifikasi pelaksanaan yang bertujuan meningkatkan
efektifitas kerja
b. Bertindak tanpa melapor untuk menghentikan sementara
pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari ketentuan,
menentukan tindakan perbaikan serta melanjutkan pelaksanaan
c. Bertindak kemudian melapor apabila menerima atau menolak hasil
pelaksanaan pekerjaan lapangan
19

d. Bertindak kemudian melapor untuk menerima instruksi pemberi


tugas dalam pelaksanaan pekerjaan sejauh item instruksi tercantum
dalam bill quantity.

Tugas dan wewenang dari fungsi Quality Control dan Quality Assurance
dalam sebuah proyek adalah sebagai berikut:

a. Memastikan dan mengontrol prosedur proyek yang berjalan dengan


menggunakan standar yang sudah baku, serta diakui secara nasional
maupun internasional.
b. Memberikan saran dan masukan teknis dan non teknis tentang proses
operasional proyek.
c. Menyiapkan dokumen administrasi dan pendukung yang
menyangkut operasional proyek selama pekerjaan berjalan.
d. Melakukan monitoring terhadap mutu selama proyek berjalan.
e. Mendukung fungsi komersial dalam proses penjualan/sales dalam
bidang kelengkapan administrasi mutu.
f. Berkoordinasi dengan fungsi konstruksi, owner, dan supervisi
pengawas terkait mutu yang digunakan dilapangan.
g. Melakukan inovasi dalam pemilihan material yang digunakan
dilapangan agar lebih efektif dan efisien tanpa mengurangi mutu
yang disepakati.

2.4.3 Manajer Bidang Pengadaan dan Peralatan

Bidang Pengadaan dan Peralatan mempunyai fungsi utama yaitu


memastikan pelaksanaan sistem manajemen pengadaan melalui kegiatan
purchasing, traffic, expediting. Bertanggung jawab atas terlaksanakannya
pengadaan barang/jasa yang digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka
pencapaian produktifitas dan laba perusahaan.
Tugas dan wewenang dari fungsi pengadaan dan peralatan dalam sebuah
proyek adalah sebagai berikut:
20

a. Memilih dan menyeleksi vendor yang akan digunakan bersama


fungsi komersial dan fungsi engineering sesuai dengan rencana
biaya yang telah disepakati.
b. Mendukung kebutuhan fungsi konstruksi baik dalam bidang
material, alat, ataupun subkontraktor.
c. Membantu fungsi konstruksi dalam menyelesaikan masalah
dilapangan yang berkaitan dengan vendor maupun warga setempat.
d. Membuat kontrak kerja dengan vendor.
e. Mengevaluasi dan memonitor kinerja vendor yang bekerja sama
dengan kontraktor.
f. Berkoordinasi dengan fungsi keuangan terkait invoice penagihan
vendor.
g. Memberikan bantuan dan jasa kepada satuan pelaksana di dalam
masalah yang sifatnya khusus logistik (pergudangan, perbengkelan,
angkutan dsb).
h. Bertanggung jawab langsung kepada pimpinan di dalam
menyelenggarakan kegiatan penyediaan perbekalan dan peralatan
untuk proyek.
i. Memberikan bantuan kepada koordinator proyek dalam hal
pengendalian penggunaan peralatan untuk konstruksi.
j. Melakukan pengawasan terhadap kondisi dan penggunaan yang tepat
dari peralatan.
k. Memberikan data kepada bagian teknik mengenai analisa biaya
peralatan dalam kondisi yang ada dan yang berhubungan dengan
kemampuan

2.4.4 Manajer Bidang Keuangan dan Human Capital (KHC)

Bidang Keuangan dan Human Capital mempunyai fungsi utama yaitu


mengelola keuangan dengan mengoptimalkan sumber dana (termyn) dan
penggunaan dana serta pengelolaan Human Capital guna mendukung kinerja
Divisi. Dalam pelaksanaan nya tugas manajer bidang keuangan dan human
capital adalah sebagai berikut:
21

a. Melakukan seleksi atau perekrutan pekerja diproyek untuk pegawai


bulanan sampai dengan pekerja harian dengan spesialisai keahlian
masing-masing sesuai posisi organisasi proyek yang dibutuhkan
b. Pembuatan laporan keuangan atau laporan kas bank proyek, laporan
pergudangan, laporan bobot prestasi proyek, daftar hutang dan lain-
lain
c. Membuat dan melakukan verifikasi bukti-bukti pekerjaan yang akan
dibayar oleh owner sebagai pemilik proyek
d. Melayani tamu-tamu intern perusahaan maupun ekstern dan
melakukan tugas umum
e. Mengisi data-data kepegawaian, pelaksanaan, asuransi tenaga kerja,
menyimpan data-data kepegawaian karyawan dan pembayaran gaji
serta tunjangan karyawan
f. Membuat laporan akutansi proyek dan menyelesaikan perpajakan
serta retribusi
g. Mengurus tagihan kepada pemilik proyek atau jika kontraktor
nasional dengan banyak proyek maka bertugas juga membuat
laporan ke kantor pusat serta menyiapkan dokumen untuk
permintaan dana ke bagian keuangan pusat
h. Membantu project manager terutama dalam hal keuangan dan
sumber daya manusia sehingga kegiatan pelaksanaan proyek dapat
berjalan dengan baik
i. Membuat laporan ke pemerintah daerah setempat, lurah atau
kepolisian mengenai keberadaan proyek dan karyawan dalam
pelaksanaan pekerjaan pembangunan
j. Mencatat aktiva proyek meliputi inventaris, kendaraan dinas, alat-
alat proyek dan sejenisnya
k. Menerima dan memproses tagihan dari sub kontraktor jika proyek
yang dikerjakan berskala besar sehingga melakukan pemborongan
kembali kepada kontraktor spesialis sesuai dengan item pekerjaan
yang dikerjakan
22

l. Memelihara bukti-bukti kerja sub bagian administrasi proyek serta


data-data proyek
Dalam melaksanakan tugasnya Manajer Keuangan & HC dibantu orang-
orang diposisi seperti :
 Bagian Keuangan
 Kasier
 Akuntansi
 Pajak
 Administrasi
 Sekretaris
 Umum (Gudang)
 Driver
 Office Boy

2.4.5 Manajer Bidang Komersial

Tugas dan wewenang dari fungsi komersial dalam sebuah proyek adalah
sebagai berikut:
a. Membuat dan melaksanakan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
b. Memonitor dan mengontrol pelaksanaan pekerjaan proyek dari segi
biaya dan waktu.
c. Mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan pekerjaan proyek dari
segi biaya dan waktu.
d. Membuat schedule pelaksanaan proyek.
e. Mengidentifikasi pekerjaan tambah untuk dilakukan amandemen.
f. Mengidentifikasi biaya resiko proyek yang akan terjadi dimasa
mendatang.
g. Mengevaluasi dan mengoreksi pekerjaan mitra kerja dan vendor.
h. Membuat laporan internal dan eksternal terkait progress pekerjaan di
proyek.
i. Memitigasi ketidaksesuaian biaya pekerjaan dilapangan agar sesuai
dengan RAB yang telah disepakati.
23

j. Melakukan penjualan atau penagihan progress pekerjaan kepada


owner.
k. Berkoordinasi dengan fungsi engineering terkait desain agar lebih
efektif dan efisien.
l. Berkoordinasi dengan fungsi QA/QC terkait backup dokumen
administrasi penjualan atau penagihan.
m. Berkoordinaasi dengan fungsi DaanLat terkait harga vendor agar
sesuai atau lebih kecil dari RAB.
n. Berkoordinasi dengan fungsi konstruksi terkait administrasi
lapangan terkait volume vendor maupun dokumen untuk penagihan.
o. Berkoordinasi dengan fungsi keuangan terkait volume vendor yang
tercantum dalam invoice.

Tugas Manajer Bidang Komersial dalam pelaksanaannya ialah sebagai


berikut:
a. Menyiapkan rencana kebutuhan sumber daya dan jadwal kegiatan
konstruksi.
b. Menetapkan target kegiatan konstruksi.
c. Melaksanakan pengukuran kinerja biaya dan waktu.
d. Mengevaluasi biaya, mutu dan waktu.

Wewenang Seorang Kepala Seksi Bidang Komersial dalam


pelakasanaannya adalah sebagai berikut:
a. Mengusulkan dan mengajukan klaim-klaim.
b. Menominasikan pemasok dan subkontraktor.
c. Bernegosiasi dengan pemasok dan subkontraktor.
d. Menilai kinerja subkontraktor dan pemasok.

Tanggung Jawab Seorang Kepala Seksi Bidang Komersial dalam


pelakasanaannya, yaitu:
a. Terukurnya kinerja/produktivitas sumber daya.
b. Terkendalinya risiko komersial/kerugian.
c. Terkendalinya dokumen dan administrasi kontrak.
24

Dalam melaksanakan tugasnya Manajer Bidang Komersial dibantu orang-


orang diposisi seperti Cost Control dan Quantity Surveyor.

2.4.6 Manajer Bidang Engineering (Teknik)

Manajer bidang engineering merupakan penanggung jawab bidang


perencanaan teknis dan pengendalian operasionalnya yang meliputi menyediakan
seluruh shop drawing, membuat perhitungan konstruksi yang diperlukan,
menentukan spesifikasi data teknis bahan dan volume pekerjaan. Selain itu, juga
membuat metode pelaksanaan yang diperlukan oleh proyek dan waktu kerja yang
diperlukan. Tugas manajer bidang engineering sebagai berikut:
a. Membuat Perencanaan Kegiatan Operasional Pelaksanaan Proyek
 Bersama dengan manajer proyek menyusun bahan/materi
rencana mutu proyek sesuai bagiannya.
 Menyiapkan detail materi penyusunan rencana anggaran proyek.
 Menyusun schedule bulanan dan mingguan berdasarkan master
schedule kontrak kerja.
 Merencanakan kebutuhan SDM dan teknologi.
 Merencanakan pengunaan material dan peralatan.
 Merencanakan metode kerja/sistem pelaksanaan bersama
dengan engineering, bagian mechanical electrical dan
nominated subcontractor (NSC).
 Mengusulkan pengembangan karyawan melalui pendidikan dan
pelatihan.
b. Mengatur Kegiatan Operasional Pelaksanaan Proyek
 Memimpin/mengarahkan secara langsung para subkontraktor,
mandor dan pelaksana proyek untuk memenuhi persyaratan
biaya, mutu, waktu, dan safety yang telah disepakati.
 Melakukan koordinasi dengan bagian lain (internal) terkait
untuk kelancaran pelaksanaan proyek.
 Melakukan koordinasi dengan General Affair (GA) terkait
dengan urusan umum.
25

 Melakukan koordinasi dengan Management Representative


(MR) terkait audit.
 Melakukan koordinasi dengan cost control terkait dengan
optimalisasi keuntungan proyek.
 Melakukan koordinasi dengan Safety terkait dengan K3L.
 Melakukan koordinasi dengan owner/konsultan terkait
pelaksanaan proyek.
 Melakukan koordinasi dengan supplier/subkontraktor terkait
kelancaran pelaksanaan proyek.
 Melakukan koordinasi dengan logistik dan mekanik yang terkait
dengan material dan peralatan.
 Melakukan koordinasi dengan quality control terkait dengan
mutu pekerjaan.
c. Melaksanakan Kegiatan Operasional Pelaksanaan Proyek
 Memproses detail berita acara tagihan.
 Menyusun detail/materi progres claim untuk disetujui oleh
manajer proyek dan pemberi tugas.
 Mendistribusikan shop drawing ke setiap supervisor.
 Memastikan pelaksanaan kerja sehari-hari di lapangan sesuai
jadwal yang dibuat.
 Mengendalikan pelaksanaan biaya proyek guna mencapai target
biaya, mutu, waktu, dan keamanan.
 Menyetujui nilai progres pekerjaan mandor yang diajukan oleh
supervisor.
 Mengendalikan sumber daya dalam pelaksanaan proyek.
 Melakukan perbaikan sesuai dengan kebutuhan pelanggan
(pemilik proyek/konsultan).
 Melaksanakan, mensosialisasikan, mengembangkan dan
mengendalikan penerapan.
 Peraturan tata tertib, sistem dan prosedur proyek.
 Memastikan bahwa aset yang ada di proyek terpelihara dengan
baik, termasuk memastikan alat ukur yang dipakai telah
dikalibrasi, ditera dan diverifikasi.
26

 Memfasilitasi kegiatan audit di proyek.


 Membuat laporan kegiatan proyek.
 Menyiapkan detail materi laporan bulanan bersama manajer
proyek.
 Memotivasi, mengarahkan dan membina bawahan untuk
mencapai sasaran.
 Melaksanakan pengembangan karyawan dan peningkatan
disiplin kerja bawahan.
 Mengusulkan perubahan status karyawan (rotasi, mutasi,
promosi, sanksi dan demosi) sejauh wewenang yang dimiliki.
 Melaksanakan tugas lain terkait pekerjaan yang diberikan oleh
atasan.
 Melaksanakan prosedur sesuai SMM ISO 9001: 2008 dan
OHSAS.
 Memastikan keselamatan kerja dan kebersihan lingkungan kerja
selama pelaksanaan.
d. Mengontrol Pelaksanaan Operasional Pelaksanaan Proyek
 Memastikan tersedianya tenaga kerja, material dan alat yang
memadai.
 Memastikan tersedianya gambar kerja untuk dilaksanakan oleh
mandor/subkontraktor.
 Memastikan tersedianya dana pembayaran upah mandor.
 Memastikan pelaksanaan pekerjaan sesuai IK (Instruksi Kerja)
yang berlaku.
 Memastikan keselamatan kerja selama pelaksanaan proyek.
 Menganalisa hasil kegiatan pelaksanaan proyek untuk melihat
kesesuaian antara rencana dan realisasinya.
 Mengontrol penggunaan peralatan safety dan peralatan surveyor.
 Mengontrol pelaksanaan pekerjaan subkontraktor/NSC.
 Menganalisa kebutuhan dan pemakaian material maupun
peralatan.
27

 Mengontrol personil/human capital proyek serta disiplin kerja


bawahan.

Tugas dan wewenang dari fungsi engineering (teknik) dalam sebuah


proyek adalah sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab atas semua gambar Detailed Engineering
Design (DED), shop drawing, dan as built drawing.
b. Membuat review atas desain dan gambar sesuai dengan kondisi
lapangan.
c. Memastikan pekerjaan lapangan sesuai dengan desain yang telah
disahkan.
d. Mengakomodir pekerjaan tambah dilapangan dalam bentuk
gambar.
e. Membuat metode kerja, justifikasi teknik, dan perencanaan
pekerjaan.
f. Bertanggung jawab terhadap survey secara keseluruhan baik
kegiatan survey dan pengukuran lapangan serta penyediaan dan
kalibrasi alat-alat pengukuran.
g. Menyiapkan materi gambar untuk keperluan presentasi kepada
pihak eksternal.
h. Memahami gambar konstruksi yang dipersyaratkan didalam
kontrak.
i. Membuat data base gambar-gambar untuk keperluan proyek atau
pemasaran.
j. Berkoordinasi dengan fungsi QA/QC terkait mutu yang digunakan
sesuai dengan spesifikasi teknis.
k. Mendukung fungsi komersial dalam mempersiapkan dokumen
administrasi (gambar, metode kerja, dan justifikasi teknis) dalam
proses penjualan atau penagihan.
l. Berkoordinasi dengan fungsi DaanLat dalam negosiasi dan
klarifikasi vendor.
28

2.4.7 Manajer Bidang Health, Safety, Environment (HSE)

Proses pembangunan proyek konstruksi merupakan kegiatan yang banyak


mengandung unsur bahaya terutama pada bidang struktur. Perlu diupayakan
program-program yang dapat menjamin agar tidak terjadi/meminimalisir
kecelakaan kerja atau perlu juga diupayakan tindakan-tindakan pencegahannya
(preventif). Keselamatan kerja dan kesejahteraan kerja tercantum dalam peraturan
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja “Bahwa setiap
tenaga kerja mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas Nasional”.

Perencanaan HSE yang juga dikenal dengan Kesehatan dan Keselamatan


Kerja Lingkungan (K3L) berkaitan dengan penyusunan safety plan, pengamanan
proyek (security plan), dan pengelolaan ketertiban serta kebersihan proyek
(housekeeping) dengan target “zero accident” (tidak ada kecelakaan kerja).

Manajer HSE bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Kesehatan dan


Keselamatan Kerja Lingkungan (K3L) di lingkungan proyek seperti alat-alat
perlengkapan dasar dapat berfungsi sebagaimana yang dibutuhkan. Untuk
mengatur kegiatan dan kebijakan K3L ini, manajer proyek menunjuk seorang
safety manager yang memiliki tugas, tanggung jawab, dan wewenang sebagai
berikut:
a. Melaksanakan penyuluhan HSE di tingkat proyek.
b. Menyediakan dan mengendalikan Standard Operation Procedure
(SOP) di bidang HSE.
c. Tersedianya peralatan pendukung terkait HSE.
d. Menyusun laporan evaluasi di bidang HSE proyek secara periodik.
e. Menyelenggarakan pengarsipan dokumen-dokumen sistem
manajemen mutu dalam lingkup tanggung jawabnya sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.
f. Melakukan pengarahan, pelatihan dan penerapan SMK3 kepada
semua vendor.
29

g. Melaksanakan kegiatan Sistem Manajemen WIKA yang meliputi:


Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001:2015), Sistem Manajemen
Mutu Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan (SMK3L)
(ISO 14001:2015, OHSAS 18001:2007 dan Sistem Manajemen K3
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 tahun 2012),
Sistem Manajemen Pengamanan (SMP) dan manajemen Risiko
K3L, 5R dan sistem manajemen mutu lainnya yang dikembangkan
perusahaan.

Tanggung jawab di bidang Health, Safety, Environment (HSE) adalah


sebagai berikut:
a. Menjamin kesuksesan implementasi dan terus terjaganya kualitas
sistem pengaturan keamanan.
b. Bertanggung jawab mengontrol kualitas sistem pengaturan
keamanan untuk memastikan kebijakan dan prosedur yang telah
dibuat diaplikasikan dengan benar.
c. Dalam melaksanakan tugasnya Manajer HSE dibantu orang-orang
diposisi seperti Safety Officer, Flagman 5R, dan Koordinator
Safety Officer.

Tugas dan wewenang dari fungsi HSE dalam sebuah proyek adalah
sebagai berikut:
a. Membuat rencana kerja HSE.
b. Memastikan tidak adanya kecelakaan kerja atau zero accident.
c. Pengawasan terhadap proses pekerjaan mitra kerja dan vendor
selama proses konstruksi.
d. Memastikan seluruh keselamatan pekerja dilapangan dan dikantor.
e. Pengawasan terhadap bahan-bahan dan peralatan untuk mencegah
pencurian.
f. Melakukan pengawasan terhadap pemakaian alat-alat keselamatan
kerja, seperti helm kerja, sabuk pengaman, sepatu, sarung tangan,
dan sebagainya.
30

g. Melakukan pengawasan dan menyiapkan pagar-pagar pengaman di


tempat-tempat yang berbahaya maupun yang sifatnya mengganggu
kegiatan proyek.
h. Mengawasi pemakaian peralatan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan.
i. Menjaga keamanan para petugas proyek terhadap
gangguan/ancaman dari pihak luar, serta mencegah kemungkinan
terjadinya keributan di lingkungan proyek.
j. Menjaga kelancaran lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan.
k. Menganalisis pencapaian aplikasi safety dan lingkungan.
l. Memastikan setiap tahapan pekerjaan berada dalam kondisi safe
action dan safe condition.
m. Berkoordinasi dengan fungsi kontruksi dalam pelaksanaan
pekerjaan dilapangan.
n. Melakukan pengawalan dan pengawasan material ataupun alat
dalam proses mobilisasi dan demobilisasi ke proyek.
o. Melakukan treatment lingkungan agar tetap terjaga.

2.5 Administrasi Kontrak

Administrasi kontrak adalah tentang mengelola detail bisnis dan hubungan


kelembagaan. Setiap statement dan klausul di kontrak dibuat berdasarkan aturan,
regulasi, dan prosedur yang berlaku. Proses konstruksi tidak bisa berlanjut tanpa
adanya hitam di atas putih (permintaan/perjanjian tertulis). Proses administrasi
kontrak dimulai saat meeting awal-awal antara owner, konsultan, dan kontraktor.
Agenda utamanya adalah membahas kondisi, persyaratan, dan spesifikasi dari
pekerjaan proyek yang akan dilakukan. Biasanya hal-hal yang dibahas adalah:
a. Perkenalan dan pertanggungjawaban.
b. Mobilisasi dan logistik lokasi (akses lokasi, utilitas & fasilitas
sementara, keamanan lokasi, lalu lintas dan masalah pejalan kaki).
c. Masalah koordinasi konstruksi (subkontrak, penyerahan, gambar
kerja, permintaan informasi).
31

d. Masalah jadwal (pemberitahuan untuk melanjutkan, urutan


pekerjaan, jam kerja, ganti rugi yang dilikuidasi).
e. Masalah pembayaran (jadwal pembayaran, aplikasi pembayaran).
f. Masalah sengketa (klaim, alternatif penyelesaian sengketa).
g. Prosedur penyelesaian (penyelesaian substansial, pemeriksaan
akhir, pembayaran akhir).

2.6 Data Administrasi Proyek

Data administrasi proyek Jalan Tol Serang – Panimbang Seksi 2


(Rangkasbitung – Cileles) adalah sebagai berikut:
1) Nama Proyek : Paket 1 Pembangunan Konstruksi Jalan
Utama (Main Road) Jalan Tol Serang –
Panimbang Seksi 2
2) Lokasi Proyek : Kabupaten Lebak, Banten
3) Sumber Dana : PT. Wijaya Karya Serang Panimbang
4) No. Kontrak Awal : TP.01.03/A.DIR.WSP.009/2017. Tgl
04 Desember 2017
5) No. Kontrak Amanden 10 : TP.01.03/A.DIR.WSP.027/2021,
Februari 2022
6) Nomor SPMK : TP.02.01/A.DIR.WSP.001/2018, Tgl
19 Januari 2018
7) Nilai Kontrak Awal : Rp. 3.013.526.000.000
8) Nilai Kontrak Amandemen 10 : Rp. 5.085.250.000.000
9) Jenis Kontrak : Modified Turnkey dengan uang muka
10) Sistem Kontrak : Gabungan Lump Sum dan Harga
Satuan
11) Panjang Proyek Seksi 2 : 23.727 KM (STA 26+950 – STA
50+677)
12) Waktu Pelaksanaan : 2172 hari kalender sejak SPMK (s.d. 31
Desember 2023)
13) Jaminan Pelaksanaan : 5% dari nilai kontrak
14) Jaminan Pemeliharaan : 3% dari nilai kontrak
32

15) Denda : 1‰ dari nilai tagihan


keterlambatan/hari
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan dalam kurun waktu tiga
setengah bulan yaitu pada tanggal 19 September 2022 – 30 Desember 2022 yang
berlokasi di PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk. Proyek Pembangunan Konstruksi
Jalan Utama (main road) Jalan Tol Serang-Panimbang (seksi 2) Jalan Raya
Sampay Cileles, Kampung Julat Timur, Desa Muara Dua, Kecamatan Cikulur,
Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Tol Serang-Panimbang ini dibangun
dengan panjang total 83,677 km dengan proyek konstruksi yang dibagi menjadi
tiga seksi yaitu:

1. Seksi 1 STA 0+000~26+950


2. Seksi 2 STA 26+950 ~50+677
3. Seksi 3 STA 50+677~83+677

Gambar 3.1 Trase Proyek Pembangunan Tol Serang-Panimbang Seksi 1,2, dan 3
Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.
32

Penempatan Praktik Kerja Lapangan dilakukan di proyek Tol Serang-


Panimbang Seksi 2 dengan objek tinjauan pekerjaan rigid pavement Sta 37+965 –
Sta 38+450 dan overpass 30 Sta 41+443,839. Untuk pekerjaan rigid pavement Sta
37+965 – Sta 38+450 berlokasi di Muaradua, Cikulur, Kabupaten Lebak, Banten
yang ditunjukkan pada Gambar 4.2 dibawah ini:

Gambar 3.2 Peta Lokasi Main Road Rigid Pavement Sta 37+965 – Sta 38+450
Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa lokasi proyek pembangunan Jalan
Utama (main road) Jalan Tol Serang-Panimbang Seksi 2 di pekerjaan Rigid
Pavement Sta. 37+965 – Sta 38+450 berada di daerah persawahan dan bukit.
Kemudian, di dalam peta tersebut juga diperlihatkan tata letak Kantor WIKA Proyek
Tol Serang-Panimbang yang berfungsi sebagai tempat untuk bekerja bagi para staf
dari kontraktor, pelaksana maupun pemilik proyek di lapangan. Tak hanya sebagai
area bekerja, kantor proyek juga berfungsi sebagai ruang penyimpanan surat atau
dokumen berharga, ruang pertemuan dan komunikasi antar pekerja, area untuk
mengontrol dan monitoring, sampai kantor administrasi.

Kemudian, pada proyek pembangunan overpass 30 Sta. 41+443,839 berada


di lokasi penghubung desa antara Desa Pasir Gintung dan Desa Muaradua, Cileles,
33

Kabupaten Lebak, Banten. Berikut Gambar 3.3 Peta Lokasi overpass 30 Sta.
41+443,839.

Gambar 3.3 Peta Lokasi overpass 30 Sta. 41+443,839.


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

Pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa lokasi proyek pembangunan Jalan
Utama (main road) Jalan Tol Serang-Panimbang Seksi 2 di pekerjaan overpass 30
Sta. 41+443,839 berada di daerah persawahan dan hutan.

3.2 Kegiatan yang Dilaksanakan

Kegiatan Praktik Kerja Lapang dilaksanakan dalam bentuk magang


dengan terlibat langsung di lapangan dan berkegiatan di kantor. Praktik Kerja
Lapang di PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk. dilakukan di hari kalender yaitu 103
hari atau terhitung dari 19 September 2022 – 30 Desember 2022. Kegiatan
berlansung dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB dengan total
927 jam.

Kegiatan di lapangan meliputi pengawasan dan pelaksanaan konstruksi


sipil kemudian melakukan melakukan uji kualitas material, sedangkan kegiatan di
kantor melakukan back up quantity perusahaan untuk laporan bulanan.
Penyusunan laporan ini, penulis menggunakan beberapa metode dalam
34

pengumpulan data yakni mengumpulkan data primer dengan melalui praktek


langsung dilapangan dan wawancara dengan pihak kontraktor. Pengumpulan data
sekunder dilakukan dengan pengambilan data pada masing-masing bidang
manajerial. Adapun rekapitulasi kegiatan selama pelaksanaan Praktik Kerja
Lapang di PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk. ada pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Rekapitulasi Kegiatan Praktik Kerja Lapang


No. Kegiatan Tanggal Kegiatan
(1) (2) (3)
1. 1. Penyerahan surat tugas untuk dapat melakukan 19 September 2022
rangkaian kegiatan
2. Penempatan divisi yaitu divisi komersial oleh
pembimbing lapang
3. Membuat jadwal kegiatan PKL
2. Check list kelengkapan terbuku dari data sub 20 September 2022
summary perhitungan kuantitas item pekerjaan
pembesian
3. Pemasangan joint sealant bertujuan untuk 21 September 2022
menutupi garis-garis dilatasi agar dowel
bar terhindar dari proses korosi
4. Pengecekan kualitas dowel pada bahu dalam 22 September 2022
5. Mendeteksi integritas pondasi tiang 23 September 2022
6. Pengecekan kelayakan kondisi tanah timbunan 24 September 2022
7. Mengecek kepadatan tanah 25 September 2022
8. Uji daya dukung tanah pada tanah longsoran 26 September 2022
9. Uji kualitas beton fs 27 September 2022
10. Quality Control Material Konstruksi Jalan (Uji 28 September 2022
Sand Cone)
11. Uji gradasi saringan agregat 29 September 2022
12. Quality control material konstruksi jalan 30 September 2022
pengujian CBR lapangan
13. Quality control material konstruksi jalan dengan 01 Oktober 2022
uji DCP (Dynamic Cone Penetrometer)
35

Tabel 3.1 (Lanjutan)

No. Kegiatan Tanggal Kegiatan


(1) (2) (3)
14. Penyusunan dokumen spesikasi teknis konstruksi 02 Oktober 2022
jalan/jembatan (Menyusun Cheklist Joint
Inspection)
15. Quality Control Material Konstruksi Jembatan 03 Oktober 2022
16. Quality control material konstruksi jalan dengan 04 Oktober 2022
uji DCP (Dynamic Cone Penetrometer)
17. Quality control material konstruksi jalan 05 Oktober 2022
pengujian CBR lapangan
18. Pelaksanaan pekerjaan tanah (pekerjaan galian dan 06 Oktober 2022
timbunan)
19. Pelaksanaan pekerjaan pondasi jalan (pekerjaan 07 Oktober 2022
penghamparan material base A)
20. Pelaksanaan pekerjaan pondasi jalan (pekerjaan 08 Oktober 2022
lean concrete)
21. Pelaksanaan pekerjaan pondasi jalan (pekerjaan 09 Oktober 2022
lean concrete)
22. Pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan rigid 10 Oktober 2022
pavement dengan slip form paver DBI
23. Pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan rigid 11 Oktober 2022
pavement dengan slip form paver DBI
24. Pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan rigid 12 Oktober 2022
pavement dengan slip form paver DBI
25. Pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan rigid 13 Oktober 2022
pavement dengan slip form paver DBI
26. Stake Out Kontruksi Jalan (Pengukuran batas- 14 Oktober 2022
batas koordinat dan kedalaman galian)
27. Stake Out Kontruksi Jalan (Pengukuran batas- 15 Oktober 2022
batas koordinat dan kedalaman galian)
36

Tabel 3.1 (Lanjutan)

No. Kegiatan Tanggal Kegiatan


(1) (2) (3)
28. Pelaksanaan Pekerjaan Tanah Clearing & 16 Oktober 2022
Grubbing
29. Pelaksanaan Pekerjaan Tanah Clearing & 17 Oktober 2022
Grubbing
30. Pelaksanaan Pekerjaan Tanah Galian Clearing & 18 Oktober 2022
Grubbing
31. Pelaksanaan Pekerjaan Tanah Galian dan Cek 19 Oktober 2022
Elevasi
32. Pelaksanaan Pekerjaan Tanah Galian dan Cek 20 Oktober 2022
Elevasi
33. Pelaksanaan Pekerjaan Tanah Galian dan Cek 21 Oktober 2022
Elevasi
34. Pelaksanaan Pekerjaan Tanah Galian dan Cek 22 Oktober 2022
Elevasi
35. Pelaksanaan Pekerjaan Tanah Galian dan Cek 23 Oktober 2022
Elevasi
36. Pelaksanaan Pekerjaan Tanah Galian dan Cek 24 Oktober 2022
Elevasi
37. Pelaksanaan Pekerjaan Tanah Perapihan dan 25 Oktober 2022
Perkuatan Tebing Galian
38. Pelaksanaan Pekerjaan Tanah Perapihan dan 26 Oktober 2022
Perkuatan Tebing Galian
39. Pelaksanaan Pekerjaan Tanah Perapihan dan 27 Oktober 2022
Perkuatan Tebing Galian
40. Pelaksanaan Pekerjaan Pemadatan Tanah Galian 28 Oktober 2022
41. Pelaksanaan Pekerjaan Pemadatan Tanah Galian 29 Oktober 2022
42. Pelaksanaan Pekerjaan Pemadatan Tanah Galian 30 Oktober 2022
43. Quality Control Material Konstruksi Jalan 31 Oktober 2022
37

(Pengujian Test Proof Rolling)


Tabel 3.1 (Lanjutan)

No. Kegiatan Tanggal Kegiatan


(1) (2) (3)
44. Pelaksanaan Pekerjaan Pengukuran batas 01 November 2022
koordinat Pada Tanah Timbunan
45. Pelaksanaan Pekerjaan Pengukuran batas 02 November 2022
koordinat Pada Tanah Timbunan
46. Pelaksanaan Pekerjaan Pengukuran batas 03 November 2022
koordinat Pada Tanah Timbunan
47. Pelaksanaan Pekerjaan Pengukuran batas 04 November 2022
koordinat Pada Tanah Timbunan
48. Quality Control Material Konstruksi Jalan 05 November 2022
(Pengujian DCP)
49. Pelaksanaan Pekerjaan Penghamparan Pada Tanah 06 November 2022
Timbunan
50. Pelaksanaan Pekerjaan Pemadatan Pada Tanah 07 November 2022
Timbunan
51. Pelaksanaan Pekerjaan Pemadatan Pada Tanah 08 November 2022
Timbunan
52. Pelaksanaan Pekerjaan Pemadatan Pada Tanah 09 November 2022
Timbunan
53. Pelaksanaan Pekerjaan Pemadatan Pada Tanah 10 November 2022
Timbunan
54. Pelaksanaan Pekerjaan Pemadatan Pada Tanah 11 November 2022
Timbunan
55. Pelaksanaan Pekerjaan Pemadatan Pada Tanah 12 November 2022
Timbunan
56. Pelaksanaan Pekerjaan Pemasangan Geotextile 13 November 2022
57. Pelaksanaan Pekerjaan Pemasangan Geotextile 14 November 2022
58. Pelaksanaan Pekerjaan Penghamparan Tanah 15 November 2022
Pilihan
38

59. Pelaksanaan Pekerjaan Pemadatan Tanah Pilihan 16 November 2022


Tabel 3.1 (Lanjutan)
No. Kegiatan Tanggal Kegiatan
(1) (2) (3)
60. Pelaksanaan Pekerjaan Pemadatan Tanah Pilihan 17 November 2022
61. Pelaksanaan Pekerjaan Material Base A Pada 18 November 2022
Lapis Drainase
62. Pelaksanaan Pekerjaan Material Base A Pada 19 November 2022
Lapis Drainase
63. Pelaksanaan Pekerjaan Material Base A Pada 20 November 2022
Lapis Drainase
64. Pelaksanaan Pekerjaan Lean Concrete (LC) 21 November 2022
65. Pelaksanaan Pekerjaan Lean Concrete (LC) 22 November 2022
66. Pelaksanaan Pekerjaan Pengukuran dan Penentuan 23 November 2022
Elevasi untuk Pekerjaan Rigid Pavement
67. Pelaksanaan Pekerjaan Pembersihan Permukaan 24 November 2022
Lean Concrete
68. Pelaksanaan Pekerjaan Pemasangan Plastic Sheet 25 November 2022
Pada Permukaan Lean Concrete dan Persiapan
Dowel dan Tie bar
69. Pelaksanaan Pekerjaan Rigid Pavement 26 November 2022
70. Pelaksanaan Pekerjaan Rigid Pavement 27 November 2022
71. Pelaksanaan Pekerjaan Rigid Pavement 28 November 2022
72. Pelaksanaan Pekerjaan Rigid Pavement 29 November 2022
73. Laporan Bulanan Back Up Quantity 30 November 2022
74. Laporan Bulanan Back Up Quantity 01 Desember 2022
75. Laporan Bulanan Back Up Quantity 02 Desember 2022
76. Laporan Bulanan Back Up Quantity 03 Desember 2022
77. Laporan Bulanan Back Up Quantity 04 Desember 2022
78. Laporan Bulanan Back Up Quantity 05 Desember 2022
79. Laporan Bulanan Back Up Quantity 06 Desember 2022
80. Pelaksanaan Pekerjaan Persiapan Jalan Kerja dan 07 Desember 2022
39

Clearing

Tabel 3.1 (Lanjutan)

No. Kegiatan Tanggal Kegiatan


(1) (2) (3)
81. Pelaksanaan Pekerjaan Persiapan Jalan Kerja dan 08 Desember 2022
Clearing
82. Pelaksanaan Pekerjaan Persiapan Jalan Kerja dan 09 Desember 2022
Clearing
83. Pelaksanaan Pekerjaan Persiapan Jalan Kerja dan 10 Desember 2022
Clearing
84. Pelaksanaan Pekerjaan Stake Out Konstruksi 11 Desember 2022
Jembatan
85. Pelaksanaan Pekerjaan Sub-struktur Jembatan 12 Desember 2022
86. Pelaksanaan Pekerjaan Sub-struktur Jembatan 13 Desember 2022
87. Pelaksanaan Pekerjaan Sub-struktur Jembatan 14 Desember 2022
88. Pelaksanaan Pekerjaan Sub-struktur Jembatan 15 Desember 2022
89. Pelaksanaan Pekerjaan Sub-struktur Jembatan 16 Desember 2022
90. Quality Control Konstruksi Jembatan Pekerjaan 17 Desember 2022
Sub-Struktur (PDA Test)
91. Quality Control Konstruksi (Tes Sondir) 18 Desember 2022
92. Laporan Bulanan Back Up Quantity 19 Desember 2022
93. Laporan Bulanan Back Up Quantity 20 Desember 2022
94. Laporan Bulanan Back Up Quantity 21 Desember 2022
95. Laporan Bulanan Back Up Quantity 22 Desember 2022
96. Laporan Bulanan Back Up Quantity 23 Desember 2022
97. Laporan Bulanan Back Up Quantity 24 Desember 2022
98. Laporan Bulanan Back Up Quantity 25 Desember 2022
99. Laporan Bulanan Back Up Quantity 26 Desember 2022
100. Laporan Bulanan Back Up Quantity 27 Desember 2022
101. Laporan Bulanan Back Up Quantity 28 Desember 2022
102. Laporan Bulanan Back Up Quantity 29 Desember 2022
40

103. Laporan Bulanan Back Up Quantity 30 Desember 2022


Sumber: Rekapitulasi Lembar Kegiatan Praktik Kerja Lapang.
Berdasarkan Tabel 3.1 dapat diketahui bahwa kegiatan pelaksanaan
Praktik Kerja Lapang di PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk. dilaksanakan selama
103 hari kalender dengan di isi beberapa kegiatan. Jika ada perintah dari
pembimbing lapang penggunaan waktu mengkondisikan sesuai dengan kegiatan
yang dilakukan. Waktu lembur diberikan oleh pihak perusahaan yang digunakan
bagi penulis untuk mengerjakan back up quantity di kantor. Kegiatan yang
dilakukan di perusahaan merupakan tugas dari pembimbing lapang untuk
melaksanakan peninjauan pada pekerjaan Rigid Pavement dan Overpass. Tugas
tinjauan yang diberikan menjadi capaian pembelajaran pada Praktik Kerja Lapang
di proyek pembangunan jalan tol Serang-Panimbang.

3.3 Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)

Rigid pavement atau perkerasan kaku adalah jenis perkerasan jalan yang
menggunakan beton sebagai bahan utama perkerasan tersebut. Perkerasan ini
umumnya digunakan pada jalan dengan kondisi lalu lintas yang cukup padat dan
memiliki distribusi beban yang besar, seperti pada jalan-jalan lintas antar provinsi,
jembatan layang, jalan tol, maupun pada persimpangan bersinyal.

Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) ini berada pada main road 37+965 –
Sta 38+450 pada Proyek Paket 1 Pembangunan Konstruksi Jalan Utama
(Mainroad) Jalan Tol Serang – Panimbang seksi 2. Pekerjaan rigid pavement yang
ditinjau secara keseluruhan memiki bentang total 485 m, dengan median selebar
80 cm, lebar bahu dalam 1,5 m, lebar lajur 2 × 3,6 m, lebar bahu luar 3 m dan
panjang jalan per segmen 5 m. Pekerjaan konstruksi ini menggunakan alat
Slipform Concrete Paver Wirtgen SP64 dengan tipikal cross section pekerjaan
perkerasan beton main road jalan tol sebagai berikut:
41

Gambar 3.4 Tipikal Pelaksanaan Perkerasan Beton


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

Pada Gambar 3.1 Tipikal Pelaksanaan Perkerasan Beton dapat dilihat pada
bagian bahu luar jalan dengan lebar 2,4 m memiliki kemiringan permukaan 4%
dengan menggunakan lapisan AC Base setinggi 7 cm dan dibawahnya terdapat
lapis pondasi agregat Kelas A dengan ketinggian 33 cm. Kemudian pada bagian
rigid pavement atau di lajur kendaraan menggunakan perkerasan beton dengan
ketinggian 30 cm dan dibawahnya terdapat lean concrete dengan tinggi 10 cm.
Untuk lapis drainase dengan material agregar kelas A di hampar menyeluruh di
lapisan terbawah pada konstruksi rigid pavement dengan ketinggian 15 cm.

3.3.1 Tinjauan Perencanaan Rigid Pavement

Dalam proyek Pembangunan Konstruksi Jalan Tol Serang-Panimbang


Seksi 2 Rigid Pavement Sta 37+965 – Sta 38+450 dengan metode Slip Form
Paver DBI terdapat beberapa lingkup pekerjaan diantaranya yaitu:

1) Pengukuran dan penentuan elevasi

2) Pekerjaan pembersihan

3) Pekerjaan lean concrete

4) Pekerjaan beton rigid

5) Pekerjaan finishing

6) Pekerjaan cuting dan joint sealant


42

3.3.2 Akses Jalan Proyek Rigid Pavement

Jalan akses proyek ini digunakan untuk mobilisasi alat menuju area
pekerjaan. Jalan akses ini diperlukan mengingat selama pekerjaan berlangsung
diperlukan alat berat dan Dump Truck untuk menyelesaikan pekerjaan. Untuk
menuju ke lokasi pengecoran, jalur akses Dump Truk melalui sisi mainroad
setelah clearing dan akses jalan kanan luar badan jalan tol sepanjang mainroad.
Jalan akses masuk menuju lokasi memilik lebar kurang lebih 4 m, sehingga
mencukupi lebar yang dibutuhkan untuk mobilisasi alat-alat berat. Selain itu,
kondisi utilitas yang ada sepanjang jalan akses sudah aman dan dipastikan tidak
akan mengganggu kelancaran dalam proses transportasi material.

Gambar 3.5 Jalan Akses Rigid Pavement Sta 37+965 – Sta 38+450
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

3.3.3 Data Konstruksi Rigid Pavement

Secara umum data proyek pekerjaan rigid pavement dari Sta 37+965 – Sta
38+450 Proyek Paket 1 Pembangunan Konstruksi Jalan Utama (Mainroad) Jalan
Tol Serang – Panimbang seksi 2 adalah sebagai berikut:
1) Material
a. Beton = Fs 45
b. Besi Dowel = BJTP 24
c. Besi Tie Bar = BJTD 40
43

2) Dimensi
a. Beton = Tebal 30 cm dan segmen 1.3 m – 3.7 m – 4.3 m
b. Besi Dowel = P38 (polos), panjang 450 mm dan jarak pasang
300 mm
c. Besi Tie Bar = D16 (ulir) dan panjang 700 mm dan jarak pasang
600 mm

Spesifikasi teknis material beton ini mengacu pada Spesifikasi yang telah
ditentukan dispesifikasi teknis. Kuat lentur beton minimum pada umur 28 hari
tidak boleh kurang dari fs 45.

3.3.4 Perencanaan Rigid Pavement

Proses perencanaan merupakan langkah penting yang harus dilakukan


dalam suatu proyek. Proses perencanaan dikaitkan dengan proses pengambilan
keputusan tentang metode pelaksanaan dan jenis struktur yang akan dibangun.
Tahap perencanaan dilakukan untuk mengetahui bentuk dan gambaran
infrastruktur yang akan dibangun. Keluaran dari proses perencanaan tersebut
adalah DED (Detailed Engineering Design) serta shop drawing yang keduanya
akan menjadi spesifikasi yang menjadi acuan para kontraktor dalam melaksanakan
pembangunan di lapangan.

Dalam laporan ini rencana yang akan dibahas adalah perencanaan jalan
rigid pavement, aspek perencanaan jalan utama ini berkaitan dengan perencanaan
geometrik jalan dan perencanaan perkerasan jalan dijelaskan sebagai berikut:

1) Perencaaan Geometrik Jalan

Perencanaan geometrik jalan raya merupakan bagian dari suatu


perencanaan jalan, dimana mempunyai suatu dimensi yang nyata dari ruas jalan
dan bagian-bagiannya disesuaikan dengan sifat-sifat lalu lintas dan sesuai dengan
tuntutan keperluan. Tujuan perencanaan geometrik jalan adalah untuk
menghasilkan infrastruktur yang aman, efisien dalam pelayanan arus lalu lintas
serta memaksimalkan rasio tingkat penggunaan ruang, bentuk, dan ukuran jalan.
44

Elemen-elemen dasar yang harus diperhatikan dalam perencanaan geometrik jalan


adalah sebagai berikut:

a) Alinyemen horizontal (trase jalan)


Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang
horizontal. Alinyemen horizontal dikenal juga dengan nama situasi jalan
atau trase jalan. Alinyemen horizontal terdiri dari garis-garis lurus yang
dihubungkan dengan garis-garis lengkung. Garis lengkung tersebut dapat
terdiri dari busur lingkaran ditambah busur peralihan, busur peralihan saja
ataupun busur lingkaran saja.

b) Alinyemen vertikal
Alinyemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan
bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan untuk jalan 2
lajur 2 arah atau melalui tepi dalam masing-masing perkerasan untuk jalan
dengan median yang seringkali disebut sebagai penampang memanjang
jalan.

c) Cross section jalan (penampang melintang jalan)


Cross Section adalah Penampang arah melintang jalan, dimana
dalam penampang tersebut sudah menampilkan elevasi existing maupun
elevasi rencana jalan, lebar jalan, saluran, dan komposisi tebal
perkerasan jalan. Berikut ini adalah beberapa contoh gambar tipikal
potongan melintang jalan pada proyek jalan tol Serang-Panimbang:
45

Gambar 3.6 Tipikal Potongan Melintang Jalan


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

2) Perencanaan Perkerasan Jalan

Perkerasan jalan merupakan salah satu komponen penting dalam


perencanaan jalan tol. Standar perencanaan perkerasan yang akan digunakan pada
perencanaan jalan tol Serang – Panimbang adalah sebagai berikut:
a) Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan
Metode Analisa Komponen, 1987.
b) Pedoman Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen), 1983.
c) AASHTO Guide for Design of Pavement Structures, 1993.

Berdasarkan desain, perkerasan yang digunakan pada jalur lalu lintas pada
proyek jalan tol Serang–Panimbang adalah perkerasan kaku atau rigid pavement.
Lapisan perkerasan yang terdapat pada rigid pavement adalah sebagai berikut:
46

a) Lapis pondasi agregat kelas A setebal 15 cm.


b) Lean concrete setebal 10 cm digunakan untuk lantai kerja agar pada
air semen tidak meresap ke lapisan di bawahnya.
c) Tebal perkerasan beton 30 cm.

Berikut merupakan gambar tipikal perkerasan yang digunakan pada proyek


jalan tol Serang-Panimbang seksi 2 Sta 37+965 – Sta 38+450 :

Gambar 3.7 Tipikal Perkerasan pada Jalan Utama dan Bahu Jalan
Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

Pada perkerasan kaku, terdapat sambungan berupa tulangan-tulangan besi


untuk setiap segmen, yaitu dowel bar dan tie bar. Dowel bar merupakan
sambungan transversal, sedangkan tie bar merupakan sambungan longitudinal.
Besi yang digunakan untuk dowel bar adalah besi P38 (polos), panjang 450 mm
dan jarak pasang 300 mm dengan spesifikasi BJTP 24.

Gambar 3.8 Tampak Isometrik Dowel Bar


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.
47

Dari Gambar 3.5 Tampak Isometrik Dowel Bar, dapat dilihat pada sisi
move terdapat cat anti karat sepanjang 27 cm di setiap Dowel Bar. Kemudian
Dowel Bar diberi Grease sepanjang 22,5 cm pada bagian move dan dibungkus
plastik yang diikat dengan selotip atau kawat bendrat. Berikut gambar Dowel Bar
yang akan digunakan menjadi sambungan transversal.

Gambar 3.9 Dowel Bar yang Diberi Grease dan Tertutup Plastik
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Sedangkan, besi tie bar menggunakan besi berukuran D16 (ulir) dan
panjang 700 mm dan jarak pasang 600 mm dengan spesifikasi BJTD 40. Tulangan
dowel dan tie bar digunakan untuk menjaga agar segmen beton tidak bergerak.

Gambar 3.10 Tampak Isometrik Tie Bar


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.
48

Pada gambar diatas menunjukkan posisi dari tie bar berada di samping
perkerasan beton. Pemasangan besi tie bar berada di samping kiri atau kanan yang
dalam pemasangannya menyesuaikan arah sambungan longitudinal.

Gambar 3.11 Tie Bar


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
Selain dowel bar dan tie bar, terdapat juga joint sealant yang berfungsi
untuk melindungi tie bar dan dowel bar dari cuaca luar seperti udara, air, dan
debu agar tidak mudah karat. Joint sealant dibuat sedalam 3 sampai dengan 6 mm.

Gambar 3.12 Tipikal Detail Sambungan Perkerasan Beton (Longitudinal Joint-1)


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.
49

3.3.5 Sumber Daya Rigid Pavement

Sumber daya pada kontruksi rigid pavement biasanya terdiri dari pekerja
dan alat yang digunakan. Adapun sumber daya pada konstruksi rigid pavemant
jalan utama tol Serang-Panimbang seksi 2 adalah sebagai berikut :

1) Personel

Personel merupakan sumber daya manusia yang menjadi penanggung


jawab dan melakukan pekerjaan di lapangan. Berikut merupakan bagan personel
pada pekerjaan rigid pavement:

Gambar 3.13 Bagan Personel Sumber Daya Rigid Pavement


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

2) Man Power

Man power merupakan kebutuhan sumber daya manusia atau banyaknya


tenaga kerja yang diperlukan pada pekerjaan. Berikut merupakan tabel kebutuhan
man power pada pekerjaan rigid pavement:

Tabel 3.2 Total Kebutuhan Man Power Sumber Daya Rigid Pavement
No. Man Power Unit Total
1 Pelut Orang 1
2 Pelaksana Orang 2
3 QC Grup 1
4 HSE Grup 1
5 Surveyor Grup 1
6 Pekerja Rigid Grup 1
50

Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

3) Peralatan Utama

Peralatan utama adalah peralatan yang paling mendukung dalam sebuah


pekerjaan. Berikut peralatan utama yang digunakan pada pekerjaan rigid
pavement:

Tabel 3.3 Total Kebutuhan Peralatan Utama Pekerjaan Rigid Pavement


No. Item Quantity
1 Batching Plant 1
2 Paver Machine 1
3 Dump Truck 12
4 Wheel Excavator 1
5 Water Tank 1
Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

4) Peralatan Tambahan

Peralatan tambahan adalah peralatan pendukung dalam sebuah pekerjaan.


Berikut peralatan tambahan yang digunakan pada pekerjaan rigid pavement:

Tabel 3.4 Total Kebutuhan Peralatan Tambahan Pekerjaan Rigid Pavement


No. Item Quantity
1 Compressor 1
2 Curing Compuond + Sprayer 1
3 Groover 2
4 Concrete cutter 4
5 Tenda 30
6 Lampu + Generator 2
Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

3.3.6 Data Material

Data material merupakan bahan yang digunakan untuk suatu pekerjaan.


Berikut data material yang digunakan pada pekerjaan rigid pavement:
51

Tabel 3.5 Data Material Pekerjaan Rigid Pavement


No. Material
1 Beton Ready Mix FS45 (Slump 2-5 cm)
2 Dowel dan Tie Bar
3 Plastik Cor
4 Air
5 Geotextile Non Woven
6 Bekisting Tanggulan
7 Baja Hollow atau Canal (CNP)
8 Sealant
Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

3.4 Konstruksi Simpang tidak Sebidang (Overpass)

Konstruksi simpang tidak sebidang (overpass) merupakan penghubung


jalan yang berada di atas jalan tol, sehingga overpass dapat diartikan sebagai
jembatan. Jembatan adalah bangunan pelengkap jalan yang menghubungkan suatu
lintasan yang terputus akibat suatu rintangan, melintasi obyek topografi atau
adanya penyebab lainnya, dengan cara melompati rintangan tersebut tanpa
menimbulkan/menutup rintangan itu (Sasongko, 2018). Lintasan tersebut bisa
merupakan jalan kendaraan, jalan kereta atau jalan pejalan kaki. Sedangkan
rintangan tersebut dapat berupa sungai, jalan, jalan kereta api, atau jurang.
Jembatan mempunyai ciri khusus yaitu mempunyai bangunan atas, bangunan
bawah, dan bangunan pelengkap jembatan.

Pembangunan overpass 30 terletak di jalan utama (main road) Sta


41+443,839 overpass ini merupakan penghubung antara desa Pasir Gintung dan
desa Muara dua, Cileles, Kabupaten Lebak, Banten. Pada kondisi topografinya
overpass ini berada didaerah persawahan dan hutan sehingga dilakukan
penggalian dengan rencana struktur overpass. Dapat dilihat pada rencana struktur
overpass dibawah ini.
52

Gambar 3.14 Plan Profile Overpass 30 Sta. 41+443,839  


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

3.4.1 Tinjauan Perencanaan Overpass 30

Dalam proyek Pembangunan Konstruksi Jalan Tol Serang-Panimbang


Seksi 2 overpass 30 Sta 41+443,839  memiliki beberapa lingkup pekerjaan
sebagai berikut:

1) Pekerjaan Persiapan
a. Jalan kerja dan clearing
b. Survey dan stacking out

2) Pekerjaan Struktur Bawah


a. Pemancangan spun pile
b. Galian struktur
c. Pekerjaan PHT
d. Pekerjaan lean concrete

3) Pekerjaan struktur
a. Pekerjaan pile cap
b. Pekerjaan abutment/pier/kolom
c. Pekerjaan pierhead
53

4) Pekerjaan Struktur Atas


a. Pekerjaan erection PC-I girder
b. Pekerjaan diafragma
c. Pekerjaan slab
d. Pekerjaan parapet

5) Pekerjaan Finishing
a. Pekerjaan Plumbing
b. Pekerjaan pavement
c. Pekerjaan chainlink fence
d. Pekerjaan guardrail

3.4.2 Jalan Akses Proyek Overpass 30

Jalan akses menuju lokasi pekerjaan berupa jalan akses proyek yang sudah
bebas dan jalan lokal Cilambeal. Lebar jalan akses kurang dari 4 m, sehingga
untuk mobilisasi alat berat perlu lewat lahan main road yang sudah bebas. Kondisi
akses juga perlu diperhatikan terkait utilitas yang ada sepanjang jalan akses agar
tidak menggangu kelancaran dalam proses transportasi material.
54

Gambar 3.15 Jalan Akses Overpass 30 Sta. 41+443,839  


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

3.4.3 Data kontruksi overpass 30

Secara umum data proyek pekerjaan overpass 30 Sta 41+443,839 Proyek


Paket 1 Pembangunan Konstruksi Jalan Utama (Mainroad) Jalan Tol Serang –
Panimbang seksi 2 (Rangkasbitung – Cileleas) adalah sebagai berikut:

Gambar 3.16 Potongan Memanjang Overpass 30 Sta. 41+443,839  


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.
55

Pada pekerjaan overpass 30 Sta 41+443,839 memiliki beberapa bagian


konstruksi dan memiliki spesifikasi sebagai berikut
1) Panjang bentang
a. A1-P1 = 15,6 m
b. P1-P2 = 38,6 m
c. P2-A2 = 15,6 m
2) Mutu beton
a. Diafragma = Kelas B1 (fc’ 30)
b. Slab lantai = Kelas B1 (fc’ 30)
c. Abutment = Kelas B1 (fc’ 30)
d. Pile cap = Kelas B1 (fc’ 30)
e. Pier = Kelas B1 (fc’ 30)
f. Pier head = Kelas B1 (fc’ 30)
g. Footing = Kelas B1 (fc’ 30)
h. Pancange pile = Kelas B2 (fc’ 30)
i. Plat injak = Kelas C (fc’ 20)
j. Lean Concrete = Kelas E (fc’ 10)
3) Mutu besi tulangan (spesifikasi)
a. Diameter ≤ 10 = BJTP = 24/Fy = 240 Mpa
b. Diameter ≥ 13 = BJTD = 40/Fy = 400 Mpa
4) Pondasi
a. Abutment 1 = spun pile ∅ 50 cm, 10 tiang, L = 14 m
b. Abutment 2 = spun pile ∅ 50 cm, 10 tiang, L = 14 m
c. Pier 1 = spun pile ∅ 60 cm, 21 tiang, L = 14 m
d. Pier 2 = spun pile ∅ 60 cm, 21 tiang, L = 14 m
5) Pier atau kolom = Beton bertulang, 2 unit
6) Pier head = Beton bertulang, 2 unit
7) PC-I Girder = Precast segmental
= Bentang A1-P1 & P2-A2 15,6 m (1 bentang, 3
segmen)
= Bentang P1-P2 38,6 m (1 bentang, 5 segmen)
56

3.4.4 Perencanaan Overpass 30

Proses perencanaan merupakan langkah penting yang harus dilakukan


dalam suatu proyek. Perencanaan yang akan dibahas adalah overpass 30, aspek
perencanaan struktur ini meliputi struktur bawah dan struktur atas dijelaskan
sebagai berikut:
1) Struktur Bawah

Struktur bawah jembatan merupakan bagian yang memikul seluruh beban


struktur atas dan pada bangunan bawahnya sendiri yang ditimbulkan oleh tekanan
tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada tumpuan untuk kemudian
disalurkan ke fondasi. Bagian – bagian yang termasuk bangunan bawah yaitu:

a. Pondasi Spun pile


Pondasi Spun Pile adalah salah satu bagian dari konstruksi
Overpass yang terletak pada bagian bawah yang secara langsung
berhubungan dengan tanah, dimana pada suatu Overpass secara
keseluruhan beban yang akan disalurkan ke tanah harus melewati pondasi,
oleh karena untuk setiap bangunan yang dibebani pasti akan mengalami
penurunan, tetapi dalam penurunan tidak boleh melebihi batas yang telah
ditentukan. Untuk batas maksimalnya, penurunan harus diusahakan terjadi
secara merata atau tidak ada penurunan sama sekali, sehingga tidak
merubah struktur bangunan yang ada.

Secara umum pondasi Spun Pile merupakan konstruksi jembatan


yang terletak paling bawah dan berfungsi menerima beban dan
meneruskannya kelapisan tanah keras yang diperhitungkan cukup kuat
menahannya. Berikut pondasi spun pile yang digunakan pada
pembangunan overpass 30 Sta 41+443,839.
57

Gambar 3.17 Denah Spun Pile Abutment A1 dan A2 Overpass 30 Sta.


41+443,839  
Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

Gambar 3.18 Denah Spun Pile Pier P1 dan P2 Overpass 30 Sta.


41+443,839  
Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.
58

b. Abutment
Abutment atau pangkal jembatan adalah salah satu bagian
konstruksi jembatan yang terdapat pada ujung–ujung jembatan yang
berfungsi sebagai pendukung bagi bangunan diatasnya dan sebagai
penahan tanah timbunan oprit. Konstruksi abutmentt juga dilengkapi
dengan konstruksi sayap (wing wall) untuk menahan tanah dengan arah
tegak lurus dari as jalan. Dalam pelaksanaannya metode konstruksi
abutment dikerjakan dengan menggunakan metode cast  in  situ (dikerjakan
ditempat) dengan data perencanaan sebagai berikut:

Gambar 3.19 Potongan A-A Abutment Overpass 30 Sta. 41+443,839  


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

Gambar 3.20 Denah Pondasi Abutment Overpass 30 Sta. 41+443,839  


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.
59

Gambar 3.21 Potongan (B-B, C-C, D-D) Abutment Overpass 30 Sta.


41+443,839  
Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

c. Pilar (Pier)
Pilar adalah suatu bangunan bawah yang terletak di tengah–tengah
bentang antara dua buah abutment yang berfungsi juga untuk memikul
beban–beban bangunan atas dan bangunan lainnya dan meneruskannya ke
pondasi serta disebarkan ke tanah dasar yang keras. Pilar  memliki
beberapa bagian yaitu pier head, kolom pier, dan footing atau pile cap
dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.22 Gambar Rencana Pier 


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.
60

2) Struktur Atas

Struktur atas jembatan (Upper Structure) adalah bagian konstruksi


jembatan yang berfungsi menahan beban-beban hidup (bergerak) yang bekerja
pada konstruksi bagian atas ditimbulkan oleh arus lalu lintas orang dan kendaraan
maupun lalu lintas lainnya yang kemudian menyalurkannya kepada bangunan
dibawahnya (sub structure). Konstruksi bagian atas overpass 30 Sta 41+443,839
terdiri dari:
a. Mortar Pad

Mortar Pad adalah bagian yang memiliki fungsi menopang


bearing pad. Pada pelaksanaan pekerjaan mortar pad ini yaitu dengan
pemasangan bekisting kemudian pengecoran. Bearing Pad adalah suatu
elemen jembatan yang terbuat dari karet namun didalamnya berisi besi
yang berguna untuk menumpu balok girder. Bearing pad yang di gunakan
terdapat dua jenis yaitu bearing pad fix dan move.

Berikut gambar perencanaan bearing pad dan mortar pad di


Overpass 30 Sta 41+443,839.

Gambar 3.23 Denah Mortar dan Bearing Pad Abutment


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.
61

Gambar 3.24 Denah Mortar dan Bearing Pad Pier


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

b. PC-I girder

Overpass 30 Sta 41+443,839 menggunakan Girder dengan bentuk


balok I atau yang lebih dikenal Precast Concrete I (PCI-Girder)
merupakan bentuk yang paling banyak digunakan untuk pekerjaan balok
jembatan. PCI-Girder berbentuk penampang I dengan penampang bagian
tengah lebih langsing dari bagian pinggirnya. PCI-Girder memiliki
penampang yang kecil dan berat sendiri yang relatif ringan per unitnya,
sehingga merupakan penampang yang ekonomis.
Berikut merupakan data perencanaan pekerjaan girder
untuk bentang 15.6 m dan 38.6 m.

Gambar 3.25 Denah Girder A1-P1


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.
62

Gambar 3.26 Denah Girder P1-P2


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

Gambar 3.27 Denah Girder P2-A2


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

c. Diafragma

Diafragma atau gelagar melintang adalah pengaku atau pengikat


balok girder dan berfungsi untuk mencegah timbulnya lateral buckling
pada gelagar dan meratakan beban yang diterima oleh gelagar memanjang
(balok utama). Gelagar melintang biasanya diletakkan diantara gelagar
memanjang pada balok beton dan pada pertemuan antara batang diagonal
satu dengan lainnya (buhul) di bagian bawah pada Overpass.

Berikut merupakan gambar denah dan potongan dari diafragma


pada overpass 30 Sta 41+443,839.
63

Gambar 3.28 Denah Diafragma A1-P1


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

Gambar 3.29 Potongan Diafragma A1-P1


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.
64

Gambar 3.30 Denah Diafragma P1-P2


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

Gambar 3.31 Potongan Diafragma P1-P2


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.
65

Gambar 3.32 Denah Diafragma P2-A2


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

Gambar 3.33 Potongan Diafragma P2-A2


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.
66

d. Slab

Slab merupakan suatu plat yang memliki fungsi untuk menyalurkan


beban mati maupun beban hidup ke rangka pendukung. Pada banyak
pekerjaan konstruksi, penggunaan slab wajib dipakai untuk memperkuat
struktur jembatan yang ada.

Slab atau plat ini merupaksan salah satu unsur penting dalam
pembangunan jembatan baik jembatan antara sungai dan laut, jembatan
underpass maupun overpass.
Berikut merupakan gambar denah slab yang digunakan pada
pembangunan overpass 30 Sta 41+443,839.

Gambar 3.34 Denah Deck Slab A1-P1


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

Gambar 3.35 Denah Deck Slab P1-P2


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.
67

Gambar 3.36 Denah Deck Slab P2-A2


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

e. Parapet

Parapet adalah suatu struktur pada/atau sekitar jembatan yang


berfungsi sebagai pengamanan terhadap struktur jembatan atau pengguna
jalan. Berikut merupakan parapet yang digunakan pada pembangunan
overpass 30 Sta 41+443,839.

Gambar 3.37 Potongan dan Dimensi Parapet


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.
68

Gambar 3.38 Detail Tulangan Parapet


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

3.4.5 Sumber Daya Overpass 30

Sumber daya pada kontruksi overpass 30 biasanya terdiri dari pekerja dan
alat yang digunakan. Adapun sumber daya pada konstruksi overpass 30 jalan tol
Serang-Panimbang seksi 2 adalah sebagai berikut:

1) Personel

Personel merupakan sumber daya manusia yang menjadi penanggung


jawab dan melakukan pekerjaan di lapangan. Berikut merupakan bagan personel
pada pekerjaan overpass 30:

HSE

Gambar 3.39 Bagan Personel Sumber Daya Overpass 30


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.
69

2) Man Power

Man power merupakan kebutuhan sumber daya manusia atau banyaknya


tenaga kerja yang diperlukan pada pekerjaan. Berikut merupakan tabel kebutuhan
man power pada pekerjaan ovepass 30:
Tabel 3.6 Total Kebutuhan Man Power Sumber Daya Ovepass 30
No
Man power Unit Total
.
1. Pelaksana Utama orang 1
2. Pelaksana orang 1
3. Pekerja grup 1
4. SHE grup 1
5. Surveyor grup 1
6. Pembesian grup 1
7. Quality Control grup 1
Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

3) Alat

Peralatan adalah peralatan yang mendukung dalam sebuah pekerjaan.


Berikut peralatan utama yang digunakan pada pekerjaan overpass 30:
Tabel 3.7 Total Kebutuhan Peralatan Tambahan Pekerjaan Overpass 30
No Item Type Quantity
1. Total Station Topcon GTS – 102N 1 Unit
2. Bar Bender RRT 1 Unit
3. Bar Cutter RRT DC-52 1 Unit
4. Crane + Mesin Pancang Kobelco/Juntan 1 Unit
5. Formwork Wall formwork 1 ls
6. Concrete Mixer Truck CWM 330 Series 3 Unit
7. Excavator Komatsu PC 200-8 1 Unit
8. Scaffolding 1 ls
9. Genset 125 KVA 1 Unit
70

10. Lampu penerangan 4 set


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Pembangunan

PT Wijaya Karya Serang Panimbang (WSP) merupakan salah satu anak


perusahaan dari PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang bergerak dibidang usaha
jalan tol. Pembentukan perusahaan pengelola jalan tol Serang – Panimbang di
Provinsi Banten, yang diberi nama PT WIJAYA KARYA SERANG
PANIMBANG dibuat dari perjanjian kerjasama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.,
PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., dan PT Jababeka Infrastruktur. Ruas
jalan tol ini merupakan sarana pendukung program Pemerintah untuk
mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung yang
menjadi salah satu prioritas utama Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur
Prioritas (KPPIP) dan untuk mengembangkan potensi kewilayahan oleh
Pemerintah Daerah setempat.

Pelaksanaan pembangunan oleh PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk. pada


Proyek Pembangunan Konstruksi Jalan Utama (main road) Jalan Tol Serang-
Panimbang (seksi 2) yang menghubungkan Rangkasbitung-Cileles dengan
panjang 24.17 km sedang dalam tahap konstruksi. Dalam hal ini penulis
melaksanakan tinjauan pekerjaan tanah, pekerjaan capping atau separator layer,
pekerjaan lapis pondasi agregat base A, pekerjaan lean concrete rigid pavement,
pekerjaan rigid pavement, dan pekerjaan sub-struktur overpass.

4.2 Pekerjaan Tanah

Pekerjaan tanah merupakan proses penyiapan lahan agar sesuai dengan


spesifikasi yang ditentukan sebelum pelaksanaan pembangunan dilakukan.
Berikut pekerjaan tanah yang ada pada proyek pembangunan Jalan Utama (main
road) Jalan Tol Serang-Panimbang seksi 2.
71

4.2.1 Pekerjaan Galian/Cutting

Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, pembuangan penumpukan


tanah, batu, atau material lain dari jalan atau sekitarnya yang diperlukan untuk
penyelesaian dari suatu pekerjaan yang di inginkan.

Gambar 4.1 Galian di Overpass 30


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022..

Peralatan yang digunakan pada pekerjaan galian harus memenuhi


spesifikasi teknis yang telah ditentukan. Peralatan yang digunakan serta
spesifikasinya pada pekerjaan galian adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Kebutuhan Peralatan Pekerjaan Galian Tanah


No Item Spesifikasi Jumlah

1 Total Station Topcon GTS – 102N 1

2 Excavator Kobelco SK200 1

3 Dump Truck Kapasitas 20 m3 4

Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

Urutan langkah pekerjaan galian tanah dapat dilihat dalam diagram alir
dibawah ini:
72

Gambar 4.2 Diagram Alir Pekerjaan Galian


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

Metode pelaksanaan pekerjaan galian antara lain:


1) Pekerjaan dimulai dengan mendatangkan alat berat berupa Excavator,
Bulldozer, dan Dump Truck untuk pembersihan lahan, penebangan pohon,
pengerukan akar dan semak, dan penyiapan jalan akses ke lokasi
pekerjaan.
2) Dilakukan pengukuran batas-batas sisi kiri dan kanan, serta panjang lokasi
pekerjaan galian. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak
diinginkan, diperlukan adanya pemasangan rambu-rambu peringatan di
daerah dekat galian dan persimpangan jalan umum serta penempatan
flagman untuk mengatur lalu lintas.
73

Gambar 4.3 Rambu Dilarang Melewati Garis Pembatas


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

3) Excavator melakukan galian secara berangsur-angsur hingga elevasi muka


tanah dasar rencana. Untuk mencegah longsor lereng galian dibuat sesuai
dengan instruksi konsultan supervisi. Tanah galian yang memenuhi
persyaratan digunakan untuk timbunan badan jalan.

4) Hasil tanah galian atau cutting di padatkan agar permukaan tanah dasar
rata dan mendapatkan kepadatan yang di inginkan. Untuk menjauhkan air
dari badan jalan, subgrade, subbase maupun base.

5) Setelah galian atau cutting mencapai elevasi akhir rencana, di lakukan


pemadatan akhir kemudian di lakukan pengujian akhir yaitu sand cone
test, DCP test (Dynamic Cone Penetrometer) dan Proof Rolling dengan
cara menggunakan dump truck kemudian di isi material dengan jumlah
total beban minimal truck + muatan minimal lebih dari 35 ton. Hasil DCP
test (Dynamic Cone Penetrometer) di nyatakan memenuhi syarat
spesifikasi apabila setiap pukulan hammer, hasil dial penurunan tanah
tidak lebih dari 2 atau 3 cm. Berikut gambar tes pengujian DCP (Dynamic
Cone Penetrometer) di lapangan.
74

6) Setelah mencapai beban yang di inginkan, dump truck melintasi daerah


pengujian timbunan kemudian di lihat secara visual dengan mata apakah
tanah mengalami penurunan, lendutan dan amblas. Berikut gambar tes
pengujian proof rolling di lapangan.

Gambar 4.4 Uji Proof Rolling


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

7) Apabila mendapatkan hasil yang tidak memenuhi syarat spesifikasi teknis


maka akan di lakukan beberapa hal seperti menambah jumlah passing
pemadatan atau mengganti material tanah timbunan yang mempunyai hasil
lolos uji laboratorium dan spesikasi teknis lebih baik dari material tanah
sebelumnya.

8) Replacement tanah di lakukan apabila ditemukan lapisan tanah dasar yang


memiliki nilai CBR yang tidak memenuhi persyaratan sebagai tanah dasar.
Tanah ini di kupas hingga lapisan tanah dasar yang sesuai spesifikasi
dengan ketebalan yang menyesuaikan kondisi di lapangan. Tanah hasil
galian ini tidak dapat digunakan sebagai material timbunan dan harus
dibuang di area disposal. Setelah dikupas, lubang galian ditimbun Kembali
dengan material timbunan yang memenuhi spesifikasi. Kemudian, tanah
tersebut dipadatkan Kembali untuk mencapai kepadatan yang optimal.
75

4.2.2 Pekerjaan Timbunan

Pekerjaan timbunan adalah suatu cara atau metode beserta materialnya


yang digunakan dalam pekerjaan tanah yang bertujuan untuk menyetarakan atau
levelling suatu elevasi tanah. Penimbunan meliputi pengumpulan material,
pengangkutan, penempatan di lokasi baru, serta pemadatan tanah yang diinginkan
atau material granural untuk konstruksi timbunan.

Peralatan yang digunakan pada pekerjaan timbunan harus memenuhi


spesifikasi teknis yang telah ditentukan. Tujuan dari penggunaan alat-alat berat
tersebut adalah untuk memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya,
sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah dengan waktu
yang relatif lebih singkat. Peralatan yang digunakan serta spesifikasinya pada
pekerjaan timbunan seperti tabel berikut:

Tabel 4.2 Kebutuhan Peralatan Pekerjaan Timbunan Tanah


No Item Spesifikasi Jumlah

1 Total Station Topcon GTS – 102N 1

2 Excavator Kobelco SK200 1

3 Dump Truck Kapasitas 20 m3 4

4 Bulldozer D85-SS 15 Ton 1`

5 Sheep Foot Roller SAKAI SV525TF 1

6 Vibrator Roller SAKAI SV515D 1

Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

Langkah-langkah pekerjaan timbunan tanah dapat dilihat dalam diagram alir


dibawah ini:
76

Gambar 4.5 Diagram Alir Pekerjaan Timbunan


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

Berikut metode pelaksanaan pekerjaan timbunan yang dilakukan pada


Proyek Jalan Tol Serang – Panimbang Seksi 2:

1) Pekerjaan dimulai dengan mendatangkan alat berat berupa Excavator,


Bulldozer, dan Dump Truck untuk pembersihan lahan, penebangan pohon.
2) Semua bahan yang tidak diperlukan harus dibuang sebagaimana
diperintahkan oleh pengawas pekerjaan sesuai dengan ketentuan dari
Spesifikasi.
3) Di lakukan pengujian DCP (Dynamic Cone Penetrometer) di lokasi
timbunan untuk mengetahui keadaan lokasi apakah dapat langsung
dilakukan penimbunan atau tidak. Apabila hasil pengujian DCP (Dynamic
77

Cone Penetrometer) tidak memenuhi persyaratan spesifikasi, maka akan


dilakukan pengujian tes sondir untuk mengetahui berapa kedalaman tanah
keras dilokasi tersebut. Kemudian, dari hasil tes sondir tersebut diberikan
kepada bagian engineering untuk dianalisa kembali langkah apa yang
harus dilakukan untuk lokasi tersebut seperti mengganti tanah atau
dilakukan pengerjaan struktur yaitu pemancangan tiang pancang, dan lain-
lain di lokasi tersebut. Berikut gambar pengujian tes sondir dilapangan.

Gambar 4.6 Sondir Test


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

4) Apabila tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan
harus dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan atau
pembasahan bila diperlukan), sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar
pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan untuk timbunan yang
ditempatkan diatasnya.

5) Pengujian tanah di laboratorium yang terdapat pada quarry yang akan


digunakan untuk mengetahui nilai optimum moisture content dan CBR.

6) Membawa material yang lolos uji laboratorium dan sesuai dengan


spesifikasi teknis dengan menggunakan dump truck ke lokasi pekerjaan
timbunan.
78

7) Apabila timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau di atas timbunan
lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong bertangga
dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan pemadat dapat
beroperasi menyiapkan timbunan yang dihampar horizontal lapis demi lapis.

8) Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan


disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi
toleransi tebal lapisan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Apabila
timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat
mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya.

9) Penghamparan material timbunan sesuai dengan rencana ketebalan tanah


yang di rencanakan, kemudian di lakukan passing mengikuti jumlah saat
trial pemadatan oleh alat berat.

Gambar 4.7 Penghamparan Untuk Trial Pemadatan


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

10) Melakukan pengujian sandcone test pada setiap layer hamparan timbunan
yang sudah di padatkan, untuk mengevaluasi hasil kinerja pemadatan di
lapangan dengan hasil uji coba pemadatan pada laboratorium.
79

Gambar 4.8 Pengujian Sandcone


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

11) Jika hasil pengujian tes sandcone di lapangan sudah memenuhi syarat
spesifikasi teknis, maka timbunan akan di lanjutkan layer timbunan
selanjutnya, hasil tes sandcone memenuhi syarat apabila hasil derajat
kepadatan di lapangan telah melebihi spesifikasi minimal derajat
kepadatan.
80

Gambar 4.9 Form Hasil Pengujian Sandcone


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

12) Apabila hasil pengujian tes sandcone belum memenuhi syarat maka akan
di lakukan beberapa hal seperti menambah jumlah passing pemadatan atau
mengganti material tanah timbunan yang mempunyai hasil lolos uji
laboratorium dan spesikasi teknis lebih baik dari material tanah
sebelumnya.

13) Setelah timbunan mencapai elevasi akhir rencana, di lakukan pemadatan


akhir kemudian di lakukan pengujian akhir yaitu tes sand cone, tes CBR
(California Bearing Ratio), dan tes proof rolling. Hasil tes CBR
(California Bearing Ratio) dinyatakan memenuhi syarat spesifikasi apabila
hasil nilai CBR (California Bearing Ratio) lebih besar dari 6%. Berikut
gambar tes pengujian CBR (California Bearing Ratio) di lapangan.

Gambar 4.10 Pengujian CBR Lapangan


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
81

Gambar 4.11 Hasil Pengujian CBR Lapangan


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

14) Setelah mencapai beban yang di inginkan, dump truck melintasi daerah
pengujian timbunan kemudian di lihat secara visual dengan mata apakah
tanah mengalami penurunan, lendutan dan amblas.

Gambar 4.12 Pengujian Proof Rolling


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

15) Apabila mendapatkan hasil yang tidak memenuhi syarat spesifikasi teknis
maka akan di lakukan beberapa hal seperti menambah jumlah passing
pemadatan atau mengganti material tanah timbunan yang mempunyai hasil
lolos uji laboratorium dan spesikasi teknis lebih baik dari material tanah
sebelumnya.
82

16) Pekerjaan timbunan di nyatakan selesai jika semua tes pengujian akhir
yang di lakukan telah memenuhi syarat spesifikasi teknis yang di tentukan.

4.3 Pekerjaan Pelaksanaan Capping atau Separator Layer

Capping layer atau separator layer merupakan Lapisan material berbutir


atau lapis timbunan pilihan yang digunakan sebagai lantai kerja dari lapis pondasi
bawah, dan juga meminimalkan efek dari tanah dasar yang lemah ke struktur
perkerasan.
4.3.1 Spesifikasi Teknis Material Base B

Jenis material : Batu pecah


Material : Lapis pondasi agregat kelas B
Catatan :
1) CBR separator dan caping layer =15%
2) Separator layer untuk area timbunan dengan tebal 15 cm
3) Caping layer untuk area galian dengan tebal 30 cm apabila CBR tanah dasar
kurang dari 6% dan tebal 15 cm apabila CBR tanah dasar lebih dari 6%
4) Pada saat pemadatan perhatikan:
a. Agregat yang bersegrasi harus diperbaiki atau diganti dengan agregat yang
bergradasi baik
b. Tebal padat maksimum tidak boleh lebih dari 20 cm, kecuali dengan
menggunakan pemadat khusus yang disetujui konsultan
c. Lapis Agregat tidak boleh dihampar atau dipadatkan sewaktu turun hujan
maupun setelah turun hujan atau apabila kadar air di agregat tidak berada
di rentang kadar air optimum.
d. Pada elevasi yang sudah direncanakan, permukaan harus rata agar tidak
menyebabkan genangan air

4.3.2 Metode Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas B

Berikut adalah penjelasan tentang pekerjaan timbunan capping layer dan


separator. Pekerjaan tersebut mencakup pekerjaan penghamparan dan pemadatan
capping layer dan separator.
83

1) Persiapan Pekerjaan

Persiapan pekerjaan dimulai dengan pendatangan alat berupa motor


grader dan vibratory roller untuk penghamparan dan pemadatan agregat capping
layer dan separator. Kemudian melakukan pengecekan material di lokasi quarry
dengan melakukan pengamatan secara visual dan mengambil sampel agregat
untuk dilakukan pengujian laboratorium. Apabila hasil dari pengujian
laboratorium memasuki spesifikasi, maka dilanjutkan dengan mengajukan surat
persetujuan material ke konsultan.
2) Penghamparan dan Pemadatan

Para surveyor melakukan marking elevasi top separator maupun capping


layer. Kemudian dilakukan pendatangan material ke area pekerjaan dengan
menggunakan dump truck. Selanjutnya dilakukan penghamparan material
kemudian melakukan levelling dan pemadatan material dengan menggunakan
motor grader dan vibratory roller. Pada saat pemadatan, kadar air harus dijaga
dalam kondisi optimum dan pemadatan harus di overlapping, agar padat sampai
lebar rencana.

Gambar 4.13 Penghamparan Material Capping Layer


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
84

Gambar 4.14 Pemadatan Material Capping Layer


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

4.4 Pelaksanaan Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Base A

Agregat Base kelas A adalah campuran agregat halus dan kasar yang dapat
memenuhi gradasi sesuai dengan Spesifikasi.

4.4.1 Spesfikasi Material Base A

Material base A yang digunakan dalam proyek ini memiliki spesifikasi


sebagai berikut:
Jenis material : Batu pecah
Material : Lapis pondasi agregat kelas A
Ukuran Butir :
Kelas A : Butiran melalui ayakan 3/8” tertahan dan tertinggal
95/90
Pasir : Butiran melalui ayakan 3/8” tertahan dan tertinggal 55/50
Plastisitas :
Kelas A : Indeks plastisitas 0-6
Pasir : Indeks plastisitas 0-10

Catatan :
1) Pengujian sand cone harus mencapai nilai kepadatan 100%
2) Pengujian proofrolling dilihat dari visual yaitu tidak ada lendutan
3) Pada saat pemadatan harum memperhatikan:
85

a. Agregat yang bersegrasi harus diperbaiki atau diganti dengan agregat


yang bergradasi baik
b. Tebal padat maksimum tidak boleh lebih dari 20 cm, kecuali dengan
menggunakan pemadat khusus yang disetujui konsultan
c. Lapis Agregat tidak boleh dihampar atau dipadatkan sewaktu turun
hujan maupun setelah turun hujan atau apabila kadar air di agregat tidak
berada di rentang kadar air optimum
d. Pada elevasi yang sudah direncanakan, permukaan harus rata agar tidak
menyebabkan genangan air

4.4.2 Metode Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Base A

Berikut metode pekerjaan lapis pondasi agregat base A yang dilakukan


pada proyek:

1) Persiapan Pekerjaan

Persiapan pekerjaan dimulai dengan pendatangan alat berupa motor


grader dan vibratory roller untuk penghamparan dan pemadatan lapis pondasi
agregat base A. Kemudian melakukan pengecekan material di lokasi quarry
dengan melakukan pengamatan secara visual dan mengambil sampel agregat
untuk dilakukan pengujian laboratorium. Apabila hasil dari pengujian
laboratorium memasuki spesifikasi, maka dilanjutkan dengan mengajukan surat
persetujuan material ke konsultan.

2) Penghamparan dan Pemadatan

Para surveyor melakukan marking elevasi top lapis pondasi agregat kelas
A. Kemudian dilakukan pendatangan material ke area pekerjaan dengan
menggunakan dump truck. Selanjutnya dilakukan penghamparan material
kemudian melakukan levelling dan pemadatan material dengan menggunakan
motor grader dan vibratory roller. Pada saat pemadatan, kadar air harus dijaga
dalam kondisi optimum dan pemadatan harus di overlapping, agar padat sampai
lebar rencana.
86

Gambar 4.15 Pemadatan Agregat Base A


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

4.5 Pelaksanaan Pekejaan Lean Concrete Rigid Pavement

Lean concrete atau disebut LC ini adalah lantai kerja untuk pekerjaan
rigid pavement, sehingga lapisan ini bukan termasuk lapisan struktur. Namun
wajib ada sebelum pekerjaan beton (rigid). Fungsinya hanya sebagai lantai kerja
agar air semen tidak meresap ke dalam lapisan bawahnya. 

4.5.1 Spesifikasi Material Lean Concrete

Material lean concrete yang digunakan dalam pekerjaan rigid pavement


adalah beton kelas E (fc 10 Mpa).

4.5.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Lean Concrete

Urutan dalam pekerjaan lean concrete yang dilakukan pada proyek ini
adalah sebagai berikut:

1) Mengajukan hasil test properties material, jmf, metode pelaksanaan,


checklist peralatan dan sumber daya manusia ke konsultan supervisi dan
pemilik proyek.
2) Pengajuan request pekerjaan lean concrete.
3) Mempersiapkan lokasi lean concrete yang mencakup penyiapan lokasi,
pemasangan bekisting, pemasangan rambu-rambu kerja, akses keluar
masuk kendaraan, check quality control dan pembuatan sampel benda uji,
dan setting lampu penerangan.
87

4) Memproduksi readymix mutu kelas E dan mengirimkan material readymix


dari batching plant ke lokasi pengecoran dengan menggunakan truck
mixer.
5) Melakukan test slump sebelum material di hampar di lokasi.

Gambar 4.16 Slump Test Lean Concrete


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

6) Material concrete readymix kelas E di unloading pada lokasi pengecoran


kemudian dihampar merata bersamaan dengan truck mixer berjalan kearah
memanjang segmental dan meratakan permukaan lean concrete dengan
menggunakan roskam.

Gambar 4.17 Penghamparan Beton Readymix Lean Concrete


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

7) Melakukan curing setiap hari selama 7 hari


88

4.6 Peralatan Rigid Pavement

Alat merupakan faktor penting di dalam proyek, terutama proyek-proyek


konstruksi dengan skala yang besar. Pada Proyek Jalan Tol Serang – Panimbang
Seksi 2 khususnya pada pekerjaan rigid pavement dalam pelaksanaan
pekerjaannya harus memperhatikan alat yang digunakan sesuai dengan ketentuan
Standar Nasional Indonesia (SNI).

Penyediaan alat yang digunakan pada pekerjaan rigid pavement sudah


direncanakan berdasarkan time schedule proyek sehingga tidak terjadi kelebihan
dan kekurangan alat yang dapat menyebabkan keterlambatan pekerjaan tersebut.
Berikut adalah peralatan yang digunakan khusus pekerjaan perkerasan jalan kaku
(rigid pavement) Sta Sta 37+965 – Sta 38+450 jalan tol Serang-Panimbang seksi
2:

1) Batching Plant

Batching plant adalah tempat yang dikhususkan untuk memproduksi atau


mengolah beton sehingga kita dapat memperoleh beton ready mix sebagai bahan
pengecoran proyek. Material-material yang digunakan untuk membuat beton
umumnya terdiri dari pasir, air, batu agregat, semen, dan material lainnya. Lokasi
dari batching plant umumnya jauh dari lokasi warga agar tidak mengganggu
lingkungan sekitar. Oleh sebab itu biasanya posisi batching plant akan dibangun
berdekatan dengan lokasi proyek tempat yang memerlukan hasil beton ready mix
dari batching plant dalam jumlah yang sangat banyak.
89

Gambar 4.18 Batching Plant


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

2) Paver Machine (Wirtgen SP64)

Pada pekerjaan rigid pavement Sta 37+965 – Sta 38+450 ini


menggunakan alat Wirtgen SP64 dapat disebut juga dengan slipform paver karena
secara otomatis akan bergerak maju membentuk perkerasan rigid. Wirtgen
merupakan alat buatan Jerman yang mampu mengerjakan beton sejauh 1 km
dalam waktu kurang dari 6 jam. Faktor yang mempengaruhi kecepatan pekerjaan
rigid di lapangan antara lain alat, kesediaan material beton, dan cycle time truck
pembawa beton. Alat concrete paver ini termasuk jenis alat berat karena
berukuran besar yang digunakan untuk menghampar sekaligus memadatkan beton
rigid. Alat ini dikendalikan oleh 1 operator dan 1 asisten operator berikut gambar
wirtgen SP64:
90

Gambar 4.19 Paver Machine (Wirtgen SP64)


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

3) Dump Truk

Pelaksanakan pekerjaan rigid pavement menggunakan Paver Machine


(Wirtgen SP64) ini membutuhkan adanya dump truk untuk mengangkut beton dari
batching plant PT. Wijaya Karya Krakatau Beton (WKKB) menuju lokasi
pekerjaan rigid pavement yang berada di Sta 37+965 – Sta 38+450 dengan
estimasi waktu kurang lebih 1 jam sampai material diturunkan dilokasi tersebut.
Jumlah dump truk yang digunakan 5 buah untuk pekerjaan 1 lajur rigid pavement
untuk 1 dump truk dapat memuat beton sekitar 8-10 m3 beton berikut gambar
dump truk yang digunakan.
91

Gambar 4.20 Dump Truck


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

4) Wheel Excavator

Pekerjaan rigid pavement ini menggunakan excavator komatsu tipe PC


78us yang berfungsi untuk meghamparkan dan meratakan beton sehingga
mempermudah mesin paver untuk melakukan penghamparan dan pemadatan
bahan material rigid pavement.

Gambar 4.21 Wheel Excavator Merk Komatsu Tipe PC 78us


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
5) Water Tank Truck
92

Water Tank Truck digunakan untuk mengangkut air, membersihkan dump


truk sisa beton yang tertinggal, curing beton rigid pavement selama 7 hari dan
memenuhi kebutuhan air di lapangan.

Gambar 4.22 Water Tank


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

6) Compressor

Compressor adalah suatu mesin mekanik yang berfungsi untuk


memampatkan fluida gas atau meningkatkan tekanan udara. Compressor biasanya
menggunakan mesin diesel/mesin bensin atau motor listrik sebagai tenaga
penggeraknya. Udara yang dihasilkan dari compressor mempunyai tekanan yang
berbeda-beda, tergantung dari spesifikasi BAR yang dimilki compressor itu
sendiri. Pada pekerjaan rigid pavement compressor berfungsi untuk
menghilangkan debu dan kotoran pada permukaan lean concrete dan untuk
membersihkan area joint sealeant.
93

Gambar 4.23 Compressor


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

7) Curing Compuond dan Sprayer

Cairan Curing Compund digunakan untuk menjaga agar beton tidak terlalu
cepat kehilangan air, atau menjaga kelembaban dan suhu beton, segera setelah
proses finishing beton selesai dan waktu total setting tercapai. Dengan dibantu
dengan alat spayer untuk menyemprotkannya.

Gambar 4.24 Pelaksanaan Penyemprotan Curing Compound


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
8) Groover
94

Alat groover digunakan untuk membuat alur grooving beton di rigid


pavement. Alat ini membentuk garis-garis tegak lurus. Jarak antar garis-garis
groover adalah 2 cm dengan kedalaman 3 mm.

Gambar 4.25 Groover


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

9) Concrete Cutter

Concrete cutter adalah alat berat atau mesin yang dirancang secara khusus
untuk memotong material keras. Alat concrete cutter berfungsi untuk pekerjaan
cutting perkerasan yang dilakukan di lokasi penempatan dowel bar sedalam 7,5
cm (1/4 tebal rigid).

Gambar 4.26 Concrete Cutter


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

10) Tenda
95

Proteksi dengan tenda untuk menjaga dari berbagai kemungkinan


kerusakan pada beton yang sudah baik.

Gambar 4.27 Tenda


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

11) Lampu dan Generator Set

Lampu berfungsi untuk penerangan di pekerjaan pada malam hari dan


generator set berfungsi untuk mengalirkan listrik bagi alat yang membutuhkan
aliran listrik.

Gambar 4.28 Lampu dan Generator Set


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
96

4.7 Material Rigid Pavement

Material merupakan bahan dasar yang digunakan untuk melakukan


pekerjaan. Pada pekerjaan rigid pavement Sta 37+965 – Sta 38+450 material yang
digunakan sudah melalui proses check quality control dan sudah dipastikan
material bagus untuk digunakan. Berikut material atau bahan yang digunakan
pada pekerjaan rigid pavement jalan tol Serang-Panimbang seksi 2 :

1) Beton Ready Mix fs 45

Beton ready mix yang digunakan yaitu beton mutu fs 45 semua material
yang digunakan saat pengerjaan dilapangan harus sudah di setujui dan sesuai
dengan spesifikasi teknis yang dipersyaratkan

Gambar 4.29 Beton Ready Mix


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

2) Dowel Bar dan Tie Bar

Besi dowel yang digunakan pada pekerjaan rigid pavement ini adalah
diameter 38 mm dan memiliki panjang 30 cm. Sedangkan, besi tie bar memiliki
diameter 16 mm dan panjang 60 cm.
97

Gambar 4.30 Dowel Bar


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Gambar 4.31 Tie Bar


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

3) Plastik cor
98

Material ini digunakan untuk menutupi lean concrete agar tidak menyatu
dengan rigid dan untuk menutupi rigid agar tidak mengurangi kadar air.

Gambar 4.32 Plastik Cor


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

4) Air

Air digunakan untuk membersihkan sisa beton pada dump truck dan untuk
curring beton selama 7 hari

Gambar 4.33 Air


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
5) Geotextile Non Woven
99

Geotextile Non Woven adalah jenis geotekstil yang terbuat dari serat
polyester (PET) atau polyprophylene (PP) yang tidak teranyam untuk menjaga
kadar air pada beton tetap stabil.

Gambar 4.34 Geotextile Non Woven


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

6) Bekisting

Bekisting merupakan alat yang digunakan untuk cetakan, untuk pekerjaan


concrete pavement bekisting ini digunakan untut start and stop cor.

Gambar 4.35 Bekisting


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

7) Baja hollow atau canal


100

Material ini digunakan untuk meratakan permukaan beton dan menahan


sisi beton.

Gambar 4.36 Baja Hollow


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

8) Sealant

Sealant merupakan aspal yang berfungsi untuk menutupi dilatasi dan


melindungi dowel dari korosi.

Gambar 4.37 Sealant


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
101

4.8 Prosedur Rigid Pavement

Pelaksanaan rigid pavement Sta 37+965 – Sta 38+450 menggunakan Slip


Form Paver DBI (Dowel Bar Inserter) memiliki beberapa tahapan yang sudah
sesuai dengan metode pelaksanaan yang direncanakan. Secara umum tahapan
tersebut disajikan kedalam bagan alir sebagai berikut:

Gambar 4.38 Bagan Alir Pelaksanaan Rigid Pavement


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

4.5.1 Tahap Persiapan

Persiapan lokasi pekerjaan yang mencakup penyiapan lokasi, pemasangan


marking elevasi dan string line, pemasangan rambu-rambu kerja,
pemasangan tenda, akses keluar masuk kendaraan, lokasi check quality
control dan pembuatan sampel benda uji, dan setting lampu penerangan.
Pada tahap persiapan ini juga mencakup persiapan paver, persiapan
concrete cutter machine dan persiapan penyediaan material seperti dowel
bar dan tie bar, keperluan curing beton serta pemasangan plastic sheet pada
area pengecoran.
102

1) Pembersihan Permukaan Lean Concrete

Pada pekerjaan pembersihan lokasi kerja agar steril dari segala mobilitas
yang ada baik internal maupun eksternal sekaligus pekerjaan pembersihan
permukaan lean concrete dari kotoran.

Gambar 4.39 Pembersihan Permukaan Lean Concrete


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Penggunaan alat yang digunakan dalam pembersihan permukaan lean


concrete dari kotoran menggunakan air compressor.

Gambar 4.40 Pembersihan Permukaan dengan air compressor


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
103

Dalam tahap pembersihan permukaan lean concrete perlu di perhatikan


kondisi lean concrete sebelumnya tidak boleh terdapat cacat atau rusak (retak
struktur dan amblas). Apabila terjadi kerusakan pada permukaan lean concrete
harus segera dilakukan pembongkaran dan pengecoran lean concrete kembali
yang sempurna.

2) Survey dan stacking out

Pekerjaan survey dan stacking out diperlukan untuk menentukan elevasi.


Dimana shop drawing dari bagian teknik dijadikan pedoman oleh surveyor untuk
menentukan letak dan elevasi rencana untuk pemasangan string line. Setelah
string line terpasang dilakukan joint inspection seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.41 Joint Inspection Volume Beton


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Hal ini digunakan untuk mendapatkan volume beton yang akan digunakan
pada saat pekerjaan rigid pavement. Berikut tabel perhitungan volume rigid
pavement Sta 37+965 – Sta 38+450:
104

Tabel 4.3 Volume Rigid Pavement Sta 37+965 – Sta 38+310


Panjang/
h1 h2 h3 H Lebar V
No STA segmen  
(cm) (cm) (cm) (cm) (m) (m3)
(m)
1 37 + 965 0,35 0,35 0,36 0,25 5 3,7 4,69 4,69
2 37 + 965 0,35 0,35 0,36 0,25 5 3,7 4,69 9,37
3 37 + 965 0,36 0,35 0,37 0,26 5 3,7 4,81 14,18
4 37 + 965 0,39 0,38 0,39 0,29 5 3,7 5,30 19,49
5 37 + 965 0,39 0,39 0,41 0,30 5 3,7 5,49 24,98
6 37 + 965 0,365 0,37 0,405 0,28 5 3,7 5,18 30,16
7 37 + 965 0,335 0,34 0,38 0,25 5 3,7 4,66 34,81
8 38 + 000 0,36 0,365 0,38 0,27 5 3,7 4,96 39,78
9 38 + 5 0,385 0,385 0,395 0,29 5 3,7 5,33 45,11
10 38 + 10 0,38 0,38 0,4 0,29 5 3,7 5,30 50,41
11 38 + 15 0,38 0,375 0,4 0,29 5 3,7 5,27 55,69
12 38 + 20 0,35 0,365 0,375 0,26 5 3,7 4,87 60,56
13 38 + 25 0,34 0,35 0,37 0,25 5 3,7 4,69 65,24
14 38 + 30 0,365 0,36 0,385 0,27 5 3,7 5,00 70,24
15 38 + 35 0,36 0,375 0,395 0,28 5 3,7 5,12 75,36
16 38 + 40 0,38 0,385 0,395 0,29 5 3,7 5,30 80,66
17 38 + 45 0,375 0,375 0,385 0,28 5 3,7 5,15 85,81
18 38 + 50 0,36 0,355 0,37 0,26 5 3,7 4,84 90,65
19 38 + 55 0,37 0,375 0,385 0,28 5 3,7 5,12 95,77
20 38 + 60 0,35 0,36 0,385 0,27 5 3,7 4,90 100,67
21 38 + 65 0,35 0,345 0,36 0,25 5 3,7 4,66 105,33
22 38 + 70 0,355 0,34 0,36 0,25 5 3,7 4,66 109,98
23 38 + 75 0,345 0,365 0,38 0,26 5 3,7 4,87 114,85
24 38 + 80 0,36 0,375 0,39 0,28 5 3,7 5,09 119,94
25 38 + 85 0,35 0,37 0,38 0,27 5 3,7 4,93 124,88
26 38 + 90 0,36 0,37 0,38 0,27 5 3,7 5,00 129,87
27 38 + 95 0,35 0,365 0,39 0,27 5 3,7 4,96 134,83
28 38 + 100 0,37 0,355 0,39 0,27 5 3,7 5,03 139,86
29 38 + 105 0,38 0,39 0,405 0,29 5 3,7 5,40 145,26
30 38 + 110 0,38 0,385 0,405 0,29 5 3,7 5,37 150,62
31 38 + 115 0,4 0,385 0,385 0,29 5 3,7 5,37 155,99
32 38 + 120 0,395 0,39 0,39 0,29 5 3,7 5,40 161,38
33 38 + 125 0,41 0,4 0,395 0,30 5 3,7 5,58 166,96
34 38 + 130 0,42 0,42 0,415 0,32 5 3,7 5,89 172,85
35 38 + 135 0,435 0,42 0,4 0,32 5 3,7 5,89 178,74
36 38 + 140 0,45 0,43 0,42 0,33 5 3,7 6,17 184,91
37 38 + 145 0,435 0,41 0,415 0,32 5 3,7 5,92 190,83
Tabel 4.2 (Lanjutan)
38 38 + 150 0,415 0,41 0,395 0,31 5 3,7 5,67 196,50
105

39 38 + 155 0,39 0,37 0,37 0,28 5 3,7 5,12 201,62


40 38 + 160 0,39 0,38 0,375 0,28 5 3,7 5,21 206,83
41 38 + 165 0,38 0,37 0,38 0,28 5 3,7 5,12 211,95
42 38 + 170 0,365 0,365 0,365 0,27 5 3,7 4,90 216,85
43 38 + 175 0,37 0,37 0,37 0,27 5 3,7 5,00 221,85
44 38 + 180 0,395 0,38 0,385 0,29 5 3,7 5,30 227,15
45 38 + 185 0,4 0,405 0,4 0,30 5 3,7 5,58 232,73
46 38 + 190 0,4 0,4 0,415 0,31 5 3,7 5,64 238,37
47 38 + 195 0,39 0,39 0,39 0,29 5 3,7 5,37 243,74
48 38 + 200 0,39 0,38 0,395 0,29 5 3,7 5,33 249,07
49 38 + 205 0,4 0,38 0,38 0,29 5 3,7 5,30 254,38
50 38 + 210 0,41 0,4 0,4 0,30 5 3,7 5,61 259,99
51 38 + 215 0,4 0,4 0,395 0,30 5 3,7 5,52 265,51
52 38 + 220 0,4 0,39 0,385 0,29 5 3,7 5,40 270,90
53 38 + 225 0,395 0,375 0,37 0,28 5 3,7 5,18 276,08
54 38 + 230 0,385 0,365 0,385 0,28 5 3,7 5,15 281,23
55 38 + 235 0,39 0,385 0,395 0,29 5 3,7 5,37 286,60
56 38 + 240 0,385 0,38 0,39 0,29 5 3,7 5,27 291,87
57 38 + 245 0,38 0,38 0,375 0,28 5 3,7 5,15 297,02
58 38 + 250 0,385 0,38 0,37 0,28 5 3,7 5,15 302,17
59 38 + 255 0,39 0,38 0,39 0,29 5 3,7 5,30 307,47
60 38 + 260 0,4 0,39 0,39 0,29 5 3,7 5,43 312,90
61 38 + 265 0,4 0,39 0,4 0,30 5 3,7 5,49 318,39
62 38 + 270 0,39 0,38 0,39 0,29 5 3,7 5,30 323,69
63 38 + 275 0,39 0,38 0,39 0,29 5 3,7 5,30 328,99
64 38 + 280 0,39 0,38 0,39 0,29 5 3,7 5,30 334,30
65 38 + 285 0,39 0,38 0,37 0,28 5 3,7 5,18 339,48
66 38 + 290 0,395 0,39 0,385 0,29 5 3,7 5,37 344,84
67 38 + 295 0,39 0,37 0,385 0,28 5 3,7 5,21 350,05
68 38 + 300 0,4 0,4 0,4 0,30 5 3,7 5,55 355,60
69 38 + 305 0,4 0,395 0,395 0,30 5 3,7 5,49 361,09
70 38 + 310 0,4 0,375 0,385 0,29 5 3,7 5,30 366,39
Total Volume 366,39  
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022.

3) Pemasangan plastic sheet

Setelah dilakukan pembersihan pada permukaan lean concrete dan


dilakukan penentuan elevasi lalu di kerjakan pemasangan plastic sheet secara
menyeluruh menutupi lean concrete agar tidak menyatu dengan perkerasan beton
dan tidak mengurangi kadar air.
106

Gambar 4.42 Pemasangan Plastic Sheet


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

4) Persiapan Pembesian Dowel dan Tie Bar

Dalam persiapan pembesian dowel dan tie bar perlu memperhatikan


keadaan besi tulangan harus bersih dan tidak berkarat. Besi untuk dowel
menggunakan diameter 38 mm dengan panjang 450 mm. Pemasangan dowel
harus memperhatikan jumlah dan jarak pemasangan harus sesuai gambar kerja.
Penggunaan grease dan plastik penutup terpasang serta diberikan cat anti karat.

Gambar 4.43 Persiapan Dowel


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
5) Persiapan Alat Paver Machine (Wirtgen SP64)
107

Pekerjaan persiapan alat Paver Machine (Wirtgen SP64) dilakukan di


lokasi sebelum pekerjaan penghamparan dilakukan, seperti: setting alat,
penyiapan dowel, tie bar dan lain lain.

4.5.2 Tahap Pekerjaan Rigid Pavement

Setelah tahap persiapan, dilanjutkan dengan tahap pekerjaan rigid


pavement dapat dilihat pada bagan alir sebagai berikut:

Gambar 4.44 Bagan Alir Tahap Pelaksanaan Rigid Pavement


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

1) Pengangkutan Beton

Pengangkutan material concrete ready mix mutu FS-45 dari batching plant
ke lokasi pekerjaan menggunakan dump truck. Sebelum beton dikirim dilakukan
quality control (slump test) di baching plant dengan syarat nilai slump rencana 2-5
cm.
108

Gambar 4.45 Pengangkutan Beton Ready Mix dari Batching Plant ke Lokasi
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Pada pelaksanaan pekerjaan rigid pavement perlu dilakukannya


monitoring dump truk agar mengetahui waktu siklus dump truck dari awal
keberangkatan sampai selesai. Berikut contoh tabel monitoring dump truk pada
pekerjaan rigid pavement Sta 37+965 – Sta 38+450:

Tabel 4.4 Monitoring Dump Truck Pada Pekerjaan Rigid Pavement


Jam Jam Jam Jam Kubikasi
No Dump Truk Slump
Muat Datang Bongkar Selesai (m3)

1 DT 1 12:48 13:30 13:37 13:41 4 10

2 DT 2 13:04 13:46 13:51 13:54 4,5 10

3 DT 3 13:22 14:09 14:16 14:18 5 10

4 DT 4 13:49 14:21 14:16 14:18 6 8

5 14:07 14:07 14:47 14:52 14:54 6 10

6 DT 6 14:24 15:07 15:12 15:14 6 10

7 DT 7 14:40 15:17 15:23 15:24 6 10

8 DT 8 15:00 15:41 15:47 15:48 6 8

9 DT 9 15:12 15:52 15:58 15:59 6 10

10 DT 10 15:55 16:32 16:38 16:40 6 10


109

Tabel 4.4 (Lanjutan)


11 DT 11 16:10 16:41 16:49 16:50 6 10

12 DT 12 16:34 17:19 17:26 17:28 6 8

13 DT 13 16:47 17:28 17:38 17:39 6 10

14 DT 14 17:01 17:43 17:50 17:51 6 10

15 DT 15 17:23 18:06 18:13 18:14 6 10

16 DT 16 19:09 19:51 19:57 19:58 6 8

17 DT 17 19:25 20:06 20:12 20:14 6 8

18 DT 18 19:41 20:24 20:30 20:31 6 8

19 DT 19 20:59 20:41 20:48 20:49 6 8

20 DT 20 21:13 21:56 22:12 22:13 6 8

21 DT 21 21:32 22:14 22:28 22:29 6 8

22 DT 22 21:46 22:29 22:39 22:40 6 8

23 DT 23 22:23 23:04 23:10 23:12 6 8

24 DT 24 22:48 23:30 23:07 23:08 6 8

25 DT 25 23:12 23:57 23:14 23:15 6 8

26 DT 26 23:41 00:22 00:26 00:28 6 8

27 DT 27 00:05 00:45 00:51 00:52 6 8

28 DT 28 00:40 01:20 01:26 01:27 6 8

29 DT 29 01:03 01:44 01:50 01:51 6 8

30 DT 30 01:26 02:08 02:14 02:15 6 8

31 DT 31 01:59 02:39 02:44 02:45 6 8

Produktivitas (m3/jam) 272


Sumber: Hasil Perhitungan, 2022.

2) Penghamparan dan Pemadatan Beton

Material concrete ready mix FS-45 yang telah lolos quality control
selanjutnya dikirim ke lokasi pengecoran kemudian dituang dilokasi pengecoran.
110

Gambar 4.46 Penghamparan Beton Ready Mix


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Kemudian, dilakukan pengujian tes slump lapangan dengan syarat


ketinggian slump 2-5 cm, dan pengambilan sampel berbentuk balok (beam)
dengan ukuran 60×15×15 cm (Panjang×lebar×tinggi) dan bentuk silinder.

Gambar 4.47 Hasil Uji Slump Material Beton Rigid Pavement


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
111

Gambar 4.48 Pengambilan sample untuk uji flexural strenght


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Gambar 4.49 Pengambilan sample untuk uji Silinder


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Setelah itu sampel dibawa ke laboratorium yang berada di batching plan


untuk dilakukan perendaman selama 7 hari dan 28 hari dan di lakukan pengujian
kuat lentur dan kuat tekan.
112

Gambar 4.50 Pengujian Sample Balok (Beam)


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Gambar 4.51 Hasil Pengujian Beton Berbentuk Balok


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Material yang telah dituang diratakan/dihamparkan menggunakan wheel


excavator secara kontinyu dilakukan mengikuti siklus pendatangan concrete
ready mix sampai volume cukup untuk dimulainya penggunaan paver machine.
113

Gambar 4.52 Penghamparan Beton Menggunakan Excavator


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Pekerjaan selanjutnya akan dilakukan menggunakan Paver + DBI yang


akan dijalankan dengan kecepatan 0 – 1 meter/menit dengan lebar penghamparan
3.7 m dengan tebal beton 30 cm. Setelah beton ready mix dihamparkan dan
dicampur menggunakan instalasi auger lalu dipadatkan dengan menggunakan
hidrolik vibrator.

Gambar 4.53 Instalasi Auger dan Vibrator Concrete


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
114

Permukaan perkerasan beton readymix kemudian diratakan dengan


menggunakan OCB (Oscillating Transversal Finishing Beam) setelah diratakan
dilakukan penghalusan permukaan perkerasan beton menggunakan super
smoother yang terdapat pada bagian belakang paver yang secara bersamaan
dilakukannya proses pemasangan besi tie bar dengan menggunakan TBI (Tie bar
otomatis) pada paver dengan jarak besi tie bar 60 cm dalam 1 segmen terdapat 8
buah besi tie bar.

Gambar 4.54 Pemasangan Tie Bar Otomatis


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Pemasangan besi dowel diameter 30 mm dengan jumlah besi dowel 12


buah per segmen jarak segmen 5 meter dengan posisi dowel berada setengah dari
tebal beton. Besi dowel terbagi menjadi Fix dan Move dengan menggunakan DBI
(Dowel Bar Inserter), posisi dowel fix terletak berlawanan arah dengan laju
kendaraan, sedangkan posisi dowel move terletak searah dengan laju kendaraan,
dan untuk besi dowel move diberikan cat anti karat, grease, dan plastik penutup
supaya besi dowel move dapat berfungsi dengan maksimal.
115

Gambar 4.55 Besi Dowel Fix dan Move


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Gambar 4.56 DBI (Dowel Bar Inserter)


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Pada saat pemasangan dowel diperlukan pemadatan secara manual dengan


cara diinjak-injak pada bagian permukaan dowel untuk menghindari terjadinya
retak dan diberikan cairan curing compund untuk menjaga agar beton tidak terlalu
cepat kehilangan air, atau menjaga kelembaban dan suhu beton.
116

Gambar 4.57 Pemadatan Secara Manual


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

3) Pekerjaan Grooving

Setelah itu, Untuk bagian yang baru dilakukan pengecoran harus di beri
proteksi menggunakan tenda. Jika beton agak mengeras dilakukan grooving
secara manual dengan pola grooving berupa garis-garis tegak lurus dengan arah
longitudinal main road. Jarak antar garis-garis grooving adalah 2 cm dengan
kedalaman sekitar 3 mm.

Gambar 4.58 Grooving Pada Pekerjaan Rigid Pavement


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
117

4) Pekerjaan Curing

Beton yang sudah di grooving dilanjutkan dengan perawatan curing


dengan menyemprotkam curing compound secara merata di permukaan beton.

Gambar 4.59 Curing Compund Pada Pekerjaan Rigid Pavement


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Kemudian permukaan perkerasan beton ditutup menggunakan plastic


sheet dan tenda untuk menjaga suhu beton tetap stabil.

Gambar 4.60 Penutupan Beton dengan Plastic Sheet dan Tenda


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
118

4.5.3 Pekerjaan Cutting dan Joint Sealent

Setelah tahap perkerasan beton sudah selesai dilanjutkan dengan tahap


cutting dan joint sealent dapat dilihat pada bagan alir sebagai berikut:

Gambar 4.61 Bagan Alir Pekerjaan Cutting dan Joint Sealent


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

1) Pekerjaan Cutting

Proses cutting dilakukan pada lokasi dilatasi menggunakan mesin concrete


cutter. Pekerjaan cutting ini harus mengikuti marking yang telah dibuat
sebelumnya (berjarak tiap 5 m), untuk menjamin garis hasil cutting lurus dan rapi.
Kedalaman cutting adalah sekitar 6 – 7 cm dengan lebar sama dengan mata pisau
concrete cutter. Dengan pemotongan pada permukaan perkerasan beton pada
bagian atas tersebut diharapkan akan memicu retak lurus ke bawah perkerasan
beton sehingga memisahkan bagian fix dan move segmen perkerasaan. Tahap ini
dilakukan pada maksimal 8 – 10 jam setelah pengecoran beton.
119

Gambar 4.62 Hasil Cutting Pada Pekerjaan Rigid Pavement


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Kemudian dilakukan curing lanjutan dengan menggunakan pembasahan


pada geotextile yang ditutupkan pada permukaan perkerasan beton yang sudah
mulai mengeras. Kemudian ditutup plastik/terpal sampai umur beton mencapai 7
hari.

Gambar 4.63 Curing lanjutan dengan Geotextile


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

2) Pekerjaan Joint Sealant


120

Tahap awal yang dilakukan pada pekerjaan joint sealant adalah


memanaskan asphaltic joint filler yaitu fosroc nitosiel selama kurang lebih 2 jam
sampai mencapai suhu 170- 194celcius kemudian diukur menggunakan alat
thermometer.

Gambar 4.64 Pengecekan suhu Joint Sealant


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Kemudian bersihkan area yang akan di joint sealant menggunakan alat


compressor dan sebelum pemasangan joint seleant terlebih dahulu dilakukan
pemasangan lakban kertas samping kiri dan kanan celah hasil pemotongan
proteksi saat pemasangan material sealant.
121

Gambar 4.65 Pembersihan Celah Hasil Cutting dari Kotoran


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Gambar 4.66 Pemasangan Lakban Kertas


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Rangkaian segmen perkerasan beton yang telah mengalami pemotongan


selanjutnya dilakukan pemasangan joint seleant untuk menutupi garis-garis
delatasi agar dowel bar terhindar dari proses korosi. Pengisian joint seleant
dilakukan sedalam tebal pemotongan perkerasan sampai 1 cm dari permukaan
perkerasan. Pemasangan joint seleant dilakukan dengan hati-hati dan seksama
122

untuk menghasilkan grid-grid yang rapi pada permukaan perkerasan beton dan
menjamin filler dapat berfungsi maksimal.

Gambar 4.67 Pemasangan Joint Sealant Rigid Pavement


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

4.9 Peralatan Overpass 30

Dalam penggunaan alat yang memadai dan tepat dalam suatu proyek akan
menunjang kegiatan konstruksi berjalan sesuai dengan kriteria dan target yang
diharapkan. Manajemen pengadaan dan peralatan berperan penting dalam
mengatur masalah peralatan dan bahan untuk memastikan suatu alat dapat
berfungsi secara optimal.

Manajemen peralatan akan memperhatikan masalah pemilihan,


penyewaan, pembelian dan masalah perawatan alat. Peralatan konstruksi yang
digunakan pada proyek Overpass 30 Sta 41+443,839 diantaranya menggunakan
alat-alat sebagai berikut:

4.9.1 Alat Ringan

Alat ringan merupakan jenis alat yang menjadi alat pokok ataupun alat
tambahan untuk memudahkan suatu pekerjaan. Berikut merupakan alat ringan yang
digunakan pada proyek Overpass 30 Sta 41+443,839.
123

1) Total Station

Total Station adalah alat ukur sudut dan jarak yang terintegrasi dalam satu
unit alat. Hasil pengukuran dapat direkam ke dalam memori internal Total Station
dan dapat ditransfer ke komputer. Pada proyek Overpass 30 Sta 41+443,839
digunakan untuk menentukan lokasi pemasangan tiang pancang (spun pile), wing
wall, abutment, bearing pad, mortar pad, dan lainnya.

Gambar 4.68 Penentuan lokasi menggunakan Total Station


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Gambar 4.68 Merupakan kegiatan penentuan lokasi tiang pancang pada


konstruksi pier 1 yang dilakukan oleh surveyor dan diawasi oleh konsultan
supervisi.

Gambar 4.69 Total Station


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
124

2) Bar Bender

Bar bender merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan


tulangan baja berdiameter besar maupun diameter kecil sesuai dengan
perencanaan.

Gambar 4.70 Bar Bender


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

3) Bar Cutter

Bar Cutter adalah alat yang di gunakan memotong tulangan baja


berdiameter besar maupun diameter kecil sesuai dengan perencanaan. Bar Cutter
pada overpass 30 menggunakan tenaga listrik.

Gambar 4.71 Bar Cutter


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
125

4) Generator Set

Generator Set adalah rangkaian mesin (motor) diesel yang berfungsi


sebagai penggerak motor listrik (dinamo) sehingga dapat menghasilkan tenaga
listrik. Generator set digunakan untuk menyuplai kebutuhan listrik peralatan yang
digunakan pada pelaksanaan proyek seperti penerangan proyek serta kebutuhan
listrik di atau direksi keet dan lain-lain.

Pada konstruksi Overpass 30 Sta 41+443,839 digunakan 1 unit Generator


Set dengan tipe 30 KVA.

Gambar 4.72 Generator set


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

5) Lampu Penerangan

Lampu penerangan pada proyek berfungsi apabila pelaksanaan proyek


dilaksanakan saat malam hari seperti proses pengecoran dan lainnya. Dengan
adanya lampu penerangan memungkinkan para pekerja untuk melakukan
pekerjaan pada malam hari.
126

Gambar 4.73 Lampu Penerangan


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

6) Gerinda

Gerinda merupakan sebuah alat potong yang digunakan untuk memotong


suatu benda kerja. Pada proyek ini, gerindra digunakan untuk memotong beberapa
tulangan yang kelebihan panjang.

Gambar 4.74 Gerinda


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
127

7) Kawat Bendrat

Kawat bendrat digunakan untuk pengikat rangkaian tulangan-tulangan


antara satu tulangan dengan tulangan lainnya yang kemudian membentuk suatu
rangkaian elemen struktur yang akan siap di cor. kawat bendrat yang di gunakan
pada overpass 30 biasanya berukuran 1 mm.

Gambar 4.75 Kawat Bendrat


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

8) Streesing Bed

Streesing bed merupakan beton yang berfungsi sebagai pijakan atau


bantalan alat berat seperti mobile crane agar alat berat memiliki ketinggian yang
sama rata.

Gambar 4.76 Streesing Bed


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
128

9) Formwork/Bekisting

Bekisting (Formwork) merupakan suatu alat yang berfungsi untuk


mencetak beton sesuai dengan ukuran atau bentuk yang direncanakan. Bekisting
bekerja sebagai struktur sementara yang mampu memikul berat sendiri beton yang
masih basah. Pada umumnya beksiting terbuat dari material kayu, alumunium,
dan lainnya yang mudah untuk dibongkar pasang. Jenis bekisting terbagi menjadi
beberapa jenis diantaranya yaitu Bekisting konvensional, Bekisting Semi Sistem
(Knock Down), Bekisting Sistem (PERI), Bekisting Fiberglass dan Bekisting
Alumunium.

Pada konstruksi Overpass 30 Sta 41+443,839 mahasiswa Praktik Kerja


Lapangan baru mengamati proses pencetakan beton lean concrete karena pekerjaan
masih belum dilanjutkan. Penggunaan bekisting untuk mencetak lean concrete
menggunakan besi hollow dengan ketinggian 10 cm.

Gambar 4.77 Bekisting Lean Concrete


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

4.9.2 Alat Berat

Alat berat adalah peralatan mesin berukuran besar yang didesain untuk
melaksanakan fungsi konstruksi seperti pekerjaan tanah, konstruksi jalan,
129

konstruksi bangunan, perkebunan, dan pertambangan. Berikut merupakan alat


berat yang digunakan pada konstruksi Overpass 30 Sta 41+443,839 dalam
melakukan pekerjaan.
1) Concrete Mixer Truck (Truck Mixer)

Truck mixer merupakan suatu kendaraan truk khusus yang dilengkapi


dengan concrete mixer yang berfungsi untuk mengaduk atau mencampur beton
sekaligus mengangkut adukan beton dari batching plant ke lokasi proyek.

Pada konstruksi overpass 30 digunakan truck mixer tipe standar yang


memiliki daya angkut beton ready mix maksimum 7 m3 untuk satu truck dalam
satu kali jalan. Beton ready mix ini berasal dari PT. Mega Gemilang Beton.
Selama pengangkutan beton, mixer terus berputar agar beton tetap homogen dan
tidak mengeras.

Gambar 4.78 Truck Mixer


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

2) Dump Truck

Dump Truck merupakan alat berat yang digunakan untuk mengangkut


tanah dan material lainnya. Pada proyek overpass 30 dump truck digunakan untuk
mengangkut tanah galian dan mengangkut tanah timbunan. Spesifikasi dump truk
menggunakan kapasitas 20 m3.
130

Gambar 4.79 Dump Truck


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

3) Truck HINO

Truck Hino digunakan untuk pendistribusian alat berat dari tempat


penyewaan ke lokasi proyek seperti crane crawler.

Gambar 4.80 Truck Hino


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
131

4) Hyup Crane

Hyup Crane adalah crane yang terdapat langsung pada mobil truck dan
memiliki fleksibilitas ke barang yang akan di angkut meskipun jangkauan jarak
dan bebannya terbatas hyup crane sangat membantu sekali dalam pekerjaan
konstruksi. Crane ini memiliki kaki (pondasi/tiang) yang dapat dipasangkan
ketika beroperasi, ini dimaksudkan agar ketika beroperasi crane menjadi
seimbang.
Pada konstruksi Overpass 30 Sta 41+443,839 digunakan Hyup Crane tipe
TM-ZR860RS Series dengan boom teleskopik sepanjang 15,92 m dan kapasitas
angkat maksimum 8,2 Ton. Penggunaan Hyup Crane digunakan saat pengangkutan
tulangan pada pekerjaan konstruksi Overpass 30.

Gambar 4.81 Hyup Crane


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

5) Mobile Crane

Pada konstruksi Overpass 30 juga menggunakan Mobile Crane Merk


XCMG tipe QY25K dengan kapasitas 27 ton yang digunakan dalam
pengangkatan tiang pondasi (spun pile) dengan bentang paling panjang 9 m dan
alat-alat berat lainnya. Tipe ini mempunyai maximal lifting height 43,2 m.
132

Gambar 4.82 Mobile Crane Merk XCMG Tipe QY25K


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

6) Bulldozer

Bulldozer adalah salah satu jenis alat berat yang digunakan untuk untuk
mendorong, menggusur, pemerataan material, dan menimbun. Pada konstruksi
Overpass 30 Sta 41+443,839 ini, Bulldozer digunakan untuk mendorong, dan
meratakan permukaan tanah pada jalan akses. Untuk konstruksi Overpass ini
menggunakan bulldozer merk Komatsu tipe D68ESS dengan berat saat beroperasi
mencapai 16650 kg.

Gambar 4.83 Bulldozer Merk Komatsu Tipe D68ESS


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
133

7) Excavator

Excavator merupakan jenis alat berat yang secara umum digunakan untuk
melakukan penggalian pada tanah dan memindahkan tanah atau material lainnya.
Excavator terdiri dari beberapa rangkaian yaitu lengan atau arm, tongkat atau
bahu, bucket atau keranjang. Alat ini digerakkan oleh mesin diesel yang ada di
bagian track shoe atau roda rantainya. Alat berat serbaguna ini mempunyai
peranan penting dalam membantu berbagai pekerjaan yang berat dalam bidang
konstruksi.

Pada konstruksi Overpass 30 Sta 41+443,839 penggunaan excavator untuk


menggali tanah existing dan menghancurkan atau membongkar material yang
menghalangi jalan akses. Excavator yang dipakai merk Kobelco dengan tipe SK200.

Gambar 4.84 Excavator Merk Kobelco Tipe SK200


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

8) Sheepfoot Vibratory Roller

Sheepfoot Vibratory Roller adalah alat berat yang di gunakan untuk


memadatkan tanah terutama pada bagian tanah yang memiliki permukaan pasir
ataupun tanah yang kohesif. Pada konstruksi Overpass 30 Sta 41+443,839
Sheepfoot Vibratory Roller menggunakan merk SAKAI dengan tipe SV525TF.
134

Gambar 4.85 Sheepfoot Vibratory Roller Merk SAKAI Tipe SV525TF


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

9) Padfoot Vibratory Roller

Padfoot Vibratory Roller atau biasa disebut “vibro” adalah alat berat yang
berfungsi untuk memadatkan tanah hingga mencapai tingkat kepadatan yang
dinginkan, dan dilengkapi dengan getaran. Alat ini sangat umum digunakan dalam
proyek konstruksi yang berkaitan dengan struktur tanah. Pada konstruksi
Overpass 30 Sta 41+443,839 Padfoot Vibratory Roller menggunakan merk
SAKAI SV515D.

Gambar 4.86 Padfoot Vibratory Roller Merk SAKAI Tipe SV515D


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
135

10) Crawler Crane

Crawler crane adalah salah satu jenis mobile crane yang memungkinkan
fungsi pengangkatan sekaligus transportasi beban. Kelebihan crawler crane
adalah kemampuannya dalam mengangkat beban dengan kapasitas besar, dan
sekaligus bergerak di area konstruksi yang sulit dan ekstrim. Maka dari itu,
crawler crane juga sering digolongkan sebagai heavy duty crane karena
kemampuannya. Hal yang sangat tampak membedakan crawler crane dengan
jenis mobile crane yang lain adalah rodanya yang berjenis roda crawler (roda
kelabang/roda rantai).
Pada konstruksi Overpass 30 Sta 41+443,839 ini menggunakan crawler
crane untuk pemancangan spun pile dengan merk Kobelco tipe 7065 berkapasitas 65
Ton.

Gambar 4.87 Crawler Crane Merk Kobelco Tipe 7065


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

4.10 Material Overpass 30

Bahan–bahan bangunan merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi di


dalam mendirikan atau membuat suatu bangunan. Pemilihan bahan–bahan
tersebut harus benar–benar diperhatikan demi kelancaran pelaksanaan
pembangunan dan mendapatkan kualitas bangunan yang baik.  Bahan bangunan
adalah bahan yang dipakai untuk membuat barang bangunan atau bahan yang
memberikan sifat-sifat tertentu di dalam teknik bangunan, dalam arti yang luas.
136

Bahan bangunan adalah semua bahan-bahan baik sebagai bahan pokok maupun
penolong yang diperlukan untuk membangun suatu bangunan tertentu.

1) Beton Ready mix

Beton ready mix merupakan beton cor siap pakai atau dapat dikatakan
pengecoran secara instan, dikatakan sebagai ready mix karena semua bahan-bahan
material penyusun cor sudah di campur/diolah di lokasi perusahaan batching
plant, kemudian diangkut menggunakan truck mixer ke lokasi proyek. Beton
yang digunakan pada struktur overpass 30 adalah beton ready mix yang berasal
dari PT. Mega Gemilang Beton.

Gambar 4.88 Beton Ready mix


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Kemudian untuk mengetahui mutu dari beton ready mix tersebut


diperlukan sample uji material. Berikut pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui mutu dari beton ready mix:

a) Uji Slump
Konsistensi beton harus ditentukan dengan mengukur slump sesuai
dengan SNI 1972:2008 (AASHTO T119-13). Uji slump dilakukan untuk
mengetahui nilai kadar air beton yang diketahui berdasarkan nilai
keruntuhan dari beton tersebut. Pengujian nilai slump dilakukan oleh QC
dengan disaksikan oleh konsultan supervisi. Kelecakan (workability) dan
137

tekstur campuran harus sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada
pekerjaan tanpa membentuk rongga, celah, gelembung udara atau
gelembung air. Sehingga pada saat pembongkaran diperoleh permukaan
yang rata, halus dan padat.

b) Test Silinder
Test silinder dilakukan untuk mengetahui kesesuaian nilai dari kuat
tekan beton yang digunakan dilapangan dengan kuat tekan beton rencana.
Uji silinder dilakukan apabila beton yang digunakan memenuhi nilai
slump.

2) Baja Tulangan

Baja tulangan pada konstruksi beton bertulang berfungsi untuk menahan


tegangan tarik. Beton memiliki kuat tekan yang tinggi sementara lemah dalam
menahan tegangan tarik. Baja tulangan digunakan pada pekerjaan struktur tertentu
yang dilakukan secara manual oleh para pekerja secara langsung di lokasi proyek.

Gambar 4.89 Baja Tulangan


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Tulangan beton tersebut haruslah memenuhi syarat ACI dan ASTM, Baja
tulangan yang tersedia dipasaran ada 2 jenis, yaitu:
138

a) Baja Tulangan Polos /Plain (BJTP)


Tulangan polos biasanya digunakan untuk tulangan geser/begel/sengk-
ang dan mempunyai tegangan leleh (fy) minimal sebesar 240 mpa (disebut
BJTP-24). Pada proyek ini baja tulangan polos hanya digunakan pada
beton dengan diameter tulangan kurang dari 13mm.
b) Baja Tulangan Sirip/Deform (BJTD)

Tulangan sirip/deform digunakan untuk tulangan longitudinal atau


tulangan memanjang dan mempunyai tegangan leleh (fy) sebesar 400 mpa
(disebut BJTD-40) dengan ukuran diameter beragam sesuai dengan
kebutuhan. Pada proyek ini BJTD-40 digunakan untuk beton dengan
diameter tulangan lebih dari 13 mm.

3) Spun Pile

Spun pile merupakan salah satu konstruksi overpass atau pondasi dengan
posisi berada di bawah sehingga berhubungan langsung dengan tanah. Hal ini
dilakukan agar beban yang ditanggung overpass secara menyeluruh dapat
didistribusikan melewati pondasi sebelum mencapai tanah. Posisinya berada di
bagian bawah dan memiliki fungsi untuk menerima beban serta
mendisitribusikannya menuju lapisan tanah keras. Tentunya, lapisan tanah cukup
kuat menahan berdasarkan perhitungan. Pada Konstruksi Overpass 30 Sta
41+443,839 untuk konstruksi pier adalah Spun pile Diameter 600 mm dan untuk
konstruksi abutment menggunakan Spun pile Diameter 500 mm.
139

Gambar 4.90 Spun Pile


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

4.11 Urutan Pekerjaan Overpass 30

Pelaksanaan pekerjaan Overpass 30 Sta 41+443,839 memiliki urutan yang


komplek dalam pembangunannya dan semua urutan sudah sesuai dengan metode
pelaksanaan yang direncanakan. Secara umum urutan tersebut disajikan pada
diagram bagan alir sebagai berikut:

Gambar 4.91 Tahapan Pekerjaan Struktur Overpass 30


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.
140

4.11.1 Pekerjaan Persiapan Overpass 30

Sebelum pekerjaan dilakukan, pekerjaan persiapan harus dilaksanakan


terlebih dahulu, pekerjaan yang dilakukan yaitu koordinasi dengan instansi terkait
dan masyarakat setempat, pembuatan sarana dan prasarana (stok yard, direksi
keet, gudang fasilitas, penyediaan air bersih dan penerangan, dll), dan pembuatan
dan pemasangan rambu dan papan nama proyek. Lokasi gudang penyimpanan dan
fabrikasi material berada di sebelah kantor direksi keet. Tahapan persiapan
pekerjaan meliputi:

1) Mobilisasi alat

Sebelum pekerjaan proyek dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pekerjaan


mobilisasi. Pekerjaan yang dilakukan mendatangkan peralatan-peralatan terkait
yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan, mobilisasi peralatan dan
personil.

Gambar 4.92 Kedatangan Body Crane


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
141

Gambar 4.93 Kedatangan Accesories Crane


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

2) Pekerjaan Survey dan stacking out

Pekerjaan pengukuran awal (uitzet) merupakan jenis pekerjaan yang


digunakan untuk mewujudkan denah bentuk bangunan menjadi suatu bangunan
pada tanah lokasi bangunan sesuai dengan gambar rencana bangunan. Hasil dari
pekerjaan ini dapat mempengaruhi dan menentukan ukuran presisinya suatu
bangunan, baik dari sisi letak dan posisi tanah, serta elevasi bangunan. Urutan
pekerjaan pengukuran meliputi:

a) Pengukuran dan pemasangan patok profil dilaksanakan sebelum


pekerjaan fisik lainnya dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
b) Menetapkan titik batas area proyek yang dikerjakan.
c) Pekerjaan pengukuran meliputi:
 Survey project site area
 Survey topografi meliputi:
- Pengukuran titik kontrol vertical & horizontal.
- Pemasangan patok-patok profil dengan memberi tanda.
 Pemasangan bench mark (BM) sebagai acuan pekerjaan serta pada
saat pengecekan.
142

 Soil Investigation, Pekerjaan ini merupakan sebuah pekerjaan awal


terhadap penyelidikan tanah yang ada di lokasi. Hasil dari
pekerjaan soil investigation yaitu kita dapat mengetahui lokasi
mana yang tepat dilakukan pekerjaan konstruksi dan berapa
kedalaman-kedalaman pondasi yang bisa dilakukan pekerjaan
pemancangan.

Pekerjaan survey dan stacking out diperlukan untuk menentukan titik


pancang. Dimana Shop Drawing dari bagian Teknik dijadikan pedoman oleh
surveyor untuk menentukan titik pancang.

3) Pembersihan dan pembuatan jalan akses

Pekerjaan ini mencakup pembongkaran tumbuh-tumbuhan dan puing-


puing di dalam daerah kerja serta mendorong dan membongkar lapisan tanah
permukaan keluar rencana badan jalan.

Gambar 4.94 Pembuatan Jalan Akses


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Dalam menunjang kegiatan pembersihan dan pembuatan jalan akses


berikut alat-alat yang digunakan terdiri dari:

a) Bulldozer, Bulldozer Berfungsi untuk memotong, mendorong, dan


membongkar lapisan tanah keluar rencana badan jalan.
143

b) Excavator, Excavator Berfungsi untuk memindahkan tanah dan puing-


puing di dalam daerah kerja ke dalam dump truck.
c) Dump Truck, Dump Truck Berfungsi untuk mengangkut tanah dan
puing-puing di dalam daerah kerja ke daerah yang tidak menggangu
pekerjaan proyek.

Selain yang disebutkan diatas, persiapan yang penting sebelum memulai


pekerjaan adalah kegiatan Tool Box Meeting (TBM). TBM untuk memastikan
seluruh pekerja menggunakan APD dengan lengkap dan benar, sebagai
pencegahan terhadap kecelakaan kerja dan lain-lain. Dengan kegiatan ini pekerja
akan lebih paham, mengerti dan peduli terhadap norma-norma K3 selama
melakukan kegiatan. Pekerjaan persiapan ini diharapkan menjadikan suatu proyek
dapat berjalan sesuai rencana dan memudahkan dalam melakukan pekerjaan.

4.11.2 Pengadaan dan Penempatan Tiang Pancang

Pengadaan tiang pancang akan disesuaikan dengan jadwal pemancangan


dan bertahap sesuai dengan jadwal pelaksanaannya. Pengadaan tiang pancang di
konstruksi Overpass 30 Sta 41+443,839 menggunakan Spun pile. Pada konstruksi
pier dengan Spun pile berdiameter 600 mm dan untuk konstruksi abutment
menggunakan Spun pile berdiameter 500 mm.

Gambar 4.95 Distribusi Spun Pile ke Lokasi Proyek


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
144

Material tiang pancang yang telah didistribusikan ke lokasi proyek harus


disimpan dan disusun sedemikian rupa agar mutu material tiang pancang tetap
baik. Penyimpanan dapat dilakukan dengan cara membentuk segitiga dengan
ketentuan setiap dasar tiang tersusun, diberi landasan dari balok kayu yang tidak
mudah patah.

Gambar 4.96 Susunan Penyimpanan Spun Pile


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Proses penurunan sampai proses penumpukan susunan tiang pancang


harus diperhitungkan dan diperhatikan agar tiang pancang tidak mengalami
kerusakan dan tidak merugikan bagi proyek. Proses penurunan tiang pancang
hingga penumpukkan susunan tiang pancang yaitu dengan melakukan setting alat
yang digunakan untuk menurunkan tiang pancang dari kendaraan distribusi.
Penurunan tiang pancang menggunakan Mobile Crane merk XCMG tipe QY25K
dengan kapasitas 27 ton.
145

Gambar 4.97 Menempatkan Stressing Bed Dibantu Dengan Excavator


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Pada Gambar 4.97 Proses penempatan stressing bed pada outriggers/jack


mobile crane dibantu menggunakan excavator. Para crew dari alat berat pun turut
membantu dalam mengarahkan proses penempatan tersebut. Lebih detailnya dapat
dilihat pada gambar dibawah ini untuk proses penempatan stressing bed.

Gambar 4.98 Menempatkan Stressing Bed di Bawah Jack Mobile Crane


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Kemudian setelah di tempatkan dibawah outriggers/jack mobile crane,


operator melakukan penyesuaian ketinggian menggunakan tombol-tombol yang
sudah tersedia di mobile crane. Crew dari mobile crane mengarahkan kaki mobile
crane agar berada pada posisi yang sempurna dengan tidak adanya beda berat dan
146

memberikan arahan kepada operator agar mobile crane berada pada posisi sama
rata dan seimbang.

Gambar 4.99 Posisi Sempurna Mobile Crane


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Setelah setting penempatan mobile crane selesai dilanjutkan dengan


pemasangan sling belt untuk membatu proses penurunan tiang pancang dari truk
trailer. Sling belt dikaitkan di hook yang paling besar dengan kekuatan angkat
hook tersebut hingga 27 ton.

Gambar 4.100 Pemasangan Sling Belt di Hook Besar


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Pada tahap berikutnya yaitu menurunkan tiang pancang dari truck trailer
dengan dengan proses penurunannya dibantu oleh crew dari operator dan. Lebih
detailnya dapat dilihat pada Gambar 4.101.
147

Gambar 4.101 Menurunkan Tiang Pancang dari Truk Trailer


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Pada Gambar 4.101 Proses menurunkan tiang pancang dengan cara


mengaitkan sling belt disetiap ujung tiang pancang. Mobile crane mengangkat ke
area susunan tiang pancang.

Gambar 4.102 Susunan Tiang Pancang


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
148

Penempatan tiang pancang harus membentuk segitiga dengan ketentuan


setiap dasar tiang tersusun agar mutu material tetap baik. Kemudian, tiang
pancang tidak mengganggu aktivitas lain selama berlangsungnya kegiatan
pelaksanaan pemancangan. Dikelompokkan sesuai dengan jenis dan diameter
tiang pancang sehingga memudahkan pengambilan.

Pada waktu kedatangan material, harus dipastikan kesesuaian material


yang diterima dengan spesifikasi teknis pekerjaan. Harus dipastikan kode dan
tanggal produksi sesuai dengan surat pengiriman barang. Sebelum digunakan,
material tiang pancang harus diperiksa kembali :

1) Tidak ada yang retak, cacat dan pecah. jika ada yang retak, cacat atau
pecah maka harus dipisahkan untuk direpair oleh produsen tiang pancang
sebelum digunakan.
2) Ukuran penampang dan panjang harus sesuai dengan spesifikasi dan
penempatannya pada gambar konstruksi.
3) Umur beton harus sudah memadai untuk dipancang, jika masih belum
cukup umur maka dipisahkan dulu dan ditunggu sebelum dipakai.

Gambar 4.103 Tanda Lolos QC


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
149

4.11.3 Pekerjaan Struktur Bawah Overpass 30

Struktur bawah adalah bagian bawah Overpass yang berfungsi untuk


menerima beban dari struktur atas dan kemudian menyalurkan ke pondasi, beban
beban tersebut kemudian disalurkan ke tanah. Pada konstruksi Overpass 30 Sta
41+443,839 menggunakan pondasi spun pile.

1) Persiapan Pemancangan

Dalam melakukan persiapan pemancangan ada beberapa tahapan yang


perlu dipersiapkan agar proses pekerjaan pemancangan dapat berjalan dengan
lancar dan tidak mengalami kerugian pada proyek. Berikut tahapan dalam
melakukan persiapan pemancangan.

b) Melakukan setting crawler crane atau alat pancang dengan


memasangkan semua aksesoris crane yang digunakan untuk
pemancangan. Pertama menyatukan boom atau lengan dari crane
dengan body crane. Tujuan utama dari boom adalah untuk
mengangkat, memindahkan dan memposisikan material. Boom
menanggung sebagian besar beban dan bertanggung jawab untuk
menentukan jangkauan derek.

Gambar 4.104 Pemasangan Boom ke Body Crane


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

c) Pemasangan counterweights pada body crane untuk melawan atau


menyeimbangkan beban yang ada di bagian depan saat crane
150

mengangkat material. Komponen ini membantu menambah stabilitas


pada alat berat dan umumnya meningkatkan stabilitas.

Gambar 4.105 Pemasangan Counter weight ke Body Crane


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

d) Pemasangan bagian leader, bagian ini merupakan jalan atau lintasan


untuk bergeraknya pemukul (hammer) ke atas dan ke bawah.

Gambar 4.106 Pemasangan Leader


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

e) Reinforced-steel cable merupakan kabel seling yang digunakan untuk


mengangkat dan memindahkan material, crane membutuhkan
semacam garis atau tali untuk melakukan pengangkatan yang
151

sebenarnya. Komponen yang mampu melakukan hal tersebut adalah


kabel baja bertulang.

Gambar 4.107 Pemasangan Reinforced-steel cable ke Leader dan


Diteruskan ke Mesin Derek
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

f) Jenis alat mesin tenaga uap yang digunakan untuk pekerjaan


pemancangan. Alat tersebut bekerja menggunakan mesin uap untuk
menggerakkan pemukul/hammer.

g) Pemasangan hummer/pemukul, bagian ini biasanya terbuat dari baja


masif/pejal yang berfungsi sebagai palu untuk memukul tiang pancang
agar masuk ke dalam tanah. Pile cushion digunakan untuk melindungi
spun pile mengalami kerusakan
152

Gambar 4.108 Pemasangan Hummer


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Gambar 4.109 Bagian Hummer


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

h) Pemeriksaan alat atau commissioning dilakukan oleh tim HSE dan


Konsultan Supervisi untuk alat yang sudah siap di operasikan.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan alat dalam
melakukan pekerjaan proyek.
153

Gambar 4.110 Pemeriksaan Kondisi Mesin


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Gambar 4.111 Pemeriksaan Kondisi Alat


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

2) Pekerjaan Pemancangan

Langkah Kerja pemancangan tiang pancang spun pile Overpass 30 Sta


41+443,839 adalah sebagai berikut:
a) Setiap tiang harus dengan jelas ditandai untuk menunjukan nomer,
tanggal pengecoran dan titik angkat seperti dinyatakan pada gambar.
154

Sebelum pemancangan setiap tiang harus ditandai dengan nomernya


panjang keseluruhan.

Gambar 4.112 Kode pada Spun Pile


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

b) Tiang harus diangkat dengan hati-hati untuk menghindari retak atau


kerusakan lain. Tiang boleh diangkat setelah kekuatan tekan yang
disyaratkan.

Gambar 4.113 Titik Angkat Spun Pile


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

c) Material tiang pancang diberi tanda dengan cat arah melintang arah
tiang pada seluruh panjang tiang dengan interval 0.50 meter. Hal
tersebut dilakukan agar dapat mendeteksi kedalaman tiang pancang.
155

Gambar 4.114 Penandaan Panjang Tiang Interval 50 cm


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

d) Tim surveyor melakukan stake out untuk pemberian patok titik lokasi
pemancangan. Patok diberi pita berwarna (merah) agar mudah untuk
diidentifikasi crew pancang. Titik pemancangan sebelumnya sudah
ditandai oleh Tim Surveyor dengan melihat koordinat dan shop
drawing dari teknik.

Gambar 4.115 Stake Out Titik Pemancangan


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
156

Gambar 4.116 Rencana Titik Pancang


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

e) Erection tiang pancang diposisikan sesuai dengan rencana yaitu diatas


rencana titik pemancangan mengikuti acuan koordinat design.
Penegakan tiang pancang dilakukan dengan mengikat sling angkat
pada posisi marking.

Gambar 4.117 Pengangkatan Tiang Pancang


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

f) Monitoring verticality tiang pancang dilakukan saat spun pile


ditegakkan sehingga benar-benar mencapai posisi vertikal dari 2 sisi
157

monitor. Kemiringan tiang pancang dikontrol dengan menggunakan 2


alat ukur yaitu total station dan waterpass agar posisi pancang benar-
benar tegak lurus. Kemiringan maksimal tiang adalah 2%.

Gambar 4.118 Positioning Tiang Pancang dengan Total Station


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Gambar 4.119 Kontrol Kemiringan Menggunakan Waterpass


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

g) Marking posisi kedalaman tiang yang terpancang pada badan tiang


sesuai urutan pemancangan untuk tiap titik pancang (per-50 cm).
158

h) Tiang pancang harus sejajar dengan sumbu hammer dan leader alat
pancang. Apabila tidak sejajar, berpotensi tiang akan pecah atau patah
dengan dipantau berkala oleh operator alat pancang dan helper. Untuk
mengecek kelurusan dan sudut tiang dilakukan dengan menyesuaikan
posisi sandaran dan memeriksa ketegakkan dengan waterpass.

Gambar 4.120 Cek kelurusan Spun Pile


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

i) Pantau ketinggian ram stroke kemudian catat di pile driving record


jumlah pukulan, tinggi jatuh hammer, dan akumulasi pukulan per 50
cm. perhatikan juga ketinggian hammer diesel dengan ram stroke
maksimal 250 cm. Perhitungan pukulan dibantu dengan alat counter.

Gambar 4.121 Pemancangan Spun Pile


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
159

Gambar 4.122 Pencatatan Pile Driving Record


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

3) Penyambungan Tiang Pancang

Penyambungan tiang pancang merupakan kegiatan penambahan panjang


dari spun pile untuk mendapatkan kedalaman rencana. Penyambungan ini
diperlukan untuk tiang pancang berconus (bottom) disatukan dengan tiang
pancang bagian tengah (middle). Berikut tahapan dalam melakukan
penyambungan tiang pancang overpass 30:

a) Penyambungan tiang pancang dilaksanakan dengan cara pengelasan,


metode pengelasan adalah singe V with full penetration weld dengan
kawat las listrik/elektoda (arc welding electrode).
160

Gambar 4.123 Penyambungan Tiang Pancang dengan Metode Pengelasan


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

b) Semua pekerjaan pengelasan harus sesuai dengan standar. Tiang


pancang sebelum disambung dan selama pengelasan harus dipegang
secara erat dengan sling dan suatu konstruksi klem yang cukup kaku
untuk menjamin bahwa sumbu segmen tiang pancang yang disambung
berada dalam satu garis lurus.

Gambar 4.124 Klem Penyambung Agar Segmen Tiang Pancang Tegak


Lurus
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
161

c) Setelah dilakukan penyambungan dengan pengelasan dilanjutkan


dengan uji penetrant yang dilakukan dari tim Quality Control dan
Konsultan Supervisi.

Gambar 4.125 Alat dan Bahan Uji Penetrant


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

d) Pengujian penetrant dilakukan 10% dari total joint. Pastikan hasil


visual inspeksi sudah disetujui welding inspector yang mana di proyek
ini dilakukan dari tim Quality Control dan Konsultan Supervisi.

Gambar 4.126 Pengecekan Visual Hasil Welding Pengelasan


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
162

e) Lakukan persiapan permukaan pada sambungan las dengan sikat dan


gerinda.

Gambar 4.127 Penyikatan dari Sisa Welding Pengelasan


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

f) Pengujian keutuhan sambungan pengelasan dapat dikerjakan dengan


penetran test yang ditaburkan pada permukaan pengelasan. Setelah
selang antara waktu 5 menit, jika pada pelaburan penetran terlihat
adanya garis hitam (alur rambut) menandakan bahwa pada daerah
pengelasan tersebut terdapat keretakan sehingga perlu dilakukan
pengelasan ulang.

Gambar 4.128 Hasil Uji Penetran pada Sambungan Tiang Pancang


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
163

4) Kalendering Pemancangan

Tujuan kalendering adalah untuk mengetahui besarnya penurunan tiang


pancang saat pemancangan dilaksanakan pada 10 pukulan terakhir, apakah
penurunan minimum telah tercapai sesuai yang telah disyaratkan. Kalendering
dilakukan apabila diperkirakan tiang pancang sudah mencapai tanah keras dan
penurunan cukup kecil. Bila pelaksanan kalendering (10 pukulan) telah dilakukan
tetapi hasilnya menunjukkan bahwa penurunan tiang pancang melebihi syarat
maka pemancangan dilanjutkan dan dilakukan lagi sampai hasil kalendering
sesuai dengan persyaratan penurunan minimum. Sehingga kalendering
pemancangan dapat dilakukan lebih dari satu kali. Berikut akan dijelaskan
ilustrasi kalendering pemancangan.

tiang
pancang
spidol atau kertas
alat tulis milimeter
dilem/di-
plakban

referensi
dari kayu

Gambar 4.129 Ilustrasi Kalendering Pemancangan


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.

a) Kalendering diambil dengan menggunakan kertas milimeter yang


masih baru atau tidak boleh berupa fotocopy.
b) Gunakan pulpen agar garis yang dihasilkan tidak terlalu tebal dan
tidak luntur jika terkena air dan oli, tidak boleh menggunakan spidol
atau pensil yang terlalu tebal sehingga menyulitkan pembacaan garis
grafik.
164

c) Pulpen harus dialasi acuan yang stabil dan tidak terpegaruh penurunan
tiang saat dipukul.
d) Arah penarikan pulpen harus sejajar dengan garis milimeter pada
kertas record/milimeter.

Gambar 4.130 Proses Kalendering Tiang Pancang


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

e) Grafik yang digunakan harus jelas, tidak terlalu rapat garis


reboundnya dan tidak miring.
f) Apabila tidak tercapai nilai final set yang ditetapkan, maka
pemancangan harus dilanjutkan dan diambil lagi kalendering pada
lembar yang sama. Sampai kalendering yang ditetapkan.
165

Gambar 4.131 Hasil Kalendering


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Dari Gambar 4.129 di atas dapat disimpulkan pemancangan mencapai


nilai daya dukung tanah di kedalaman 18 m. sedangkan nilai daya
dukung tanah rencana ada di kedalam 14 m.
g) Tiang pancang harus di pancangkan dengan nilai daya dukung tidak
kurang dari daya dukung rencana. Konsultan pengawas harus
mementukan tahap penekanan akhir dan kontraktor harus mematuhi
ketentuan itu. Tetapi bila konsultan pengawas menilai nilai daya
dukung yang ditentukan tidak terpenuhi, kontraktor harus melanjutkan
pemancangan sampai nilai daya dukung sesuai dengan yang
dikehendaki.
h) Panjang tiang pancang yang tertera dalam gambar berdasarkan pada
informasi dari penyelidikan tanah. Tetapi diperlukan juga tiang
pancang yang panjangnya berbeda dan bila diperintahkan oleh
166

konsultan pengawas. Setelah tercapai kedalaman yang disetujui oleh


konsultan pengawas, pemancangan harus diteruskan sebelum
konsultan pengawas menghentikannya.

Tabel 4.5 Monitoring Produktivitas Pemasangan Spun Pile Abutment


Durasi
No Kegiatan Start Finish Lokasi
(menit)

Proses pengangkatan
1 tiang pancang bottom 11:20 11:26 6
ke titik pemancangan

Proses pemancangan
2 11:27 11:36 9
tiang pancang bottom
Abutment 1
Proses pengangkatan (A11e)
tiang pancang middle
3 sampai pengelasan 11:40 12:00 20
menyambungkan tiang
pancang

4 Proses pemancangan 12:01 12:10 9


Total 44
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022.

Tabel 4.6 Monitoring Produktivitas Pemasangan Spun Pile Pier


Durasi
No Kegiatan Start Finish Lokasi
(menit)

Proses pengangkatan
1 tiang pancang bottom 10:02 10:05 6
ke titik pemancangan

Proses pemancangan
2 10:06 10:12 9
tiang pancang bottom

Pier (P23c)
Proses pengangkatan
tiang pancang middle
3 sampai pengelasan 10:13 10:27 14
menyambungkan tiang
pancang

4 Proses pemancangan 10:27 10:34 7

Total 36
Sumber: Hasil Perhitungan, 2022.
167

5) Test Pile Driving Analyzer (PDA)

Pile Driving Analyzer adalah jenis pengujian tiang pancang yang


digunakan pondasi bangunan menggunakan alat khusus berupa monitor tablet
yang terintegrasi dengan sensor strain transducer dan accelerometer serta
terhubung dengan palu atau hammer menggunakan kapasitas tertentu.

a) Memasang sensor accelerometer dan sensor transducer dengan cara


dibor terlebih dahulu ditempat yang ditentukan dan posisinya tegak
lurus dengan kepala tiang.

Gambar 4.132 Pemasangan Sensor Accelerometer dan Transducer


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

b) Melakukan pemasangan benda uji berupa leader dan hummer (berat


hummer 6,5 ton) secara tegak lurus diatas permukaan tiang pancang
168

yang akan diuji.

Gambar 4.133 Pemasangan Alat Uji PDA


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

c) Melakukan kalibrasi sensor dan memasukkan data tiang pancang


seperti tanggal pemancangan, luas penampang tiang, panjang tiang,
dan juga data berat hummer yang dipakai kedalam komputer.
d) Kemudian hammer diangkat setinggi 1,5 m – 2 m tegak lurus dengan
tiang yang akan diuji, lalu dijatuhkan.
e) Setelah hammer dijatuhkan maka dilakukan pembacaan hasil
dikomputer untuk melihat hasil utama dalam pengujian ini yaitu
mendapatan hasil nilai daya dukung tiang (RMX) pada tiang pancang
yang diuji.
f) Dalam pengujian ini dilakukan di tiang abutment 1 dan abutement 2.
Maka dianggap sudah mewakili semua tiang pada bagian area
abutment 1 (A1 1A) dan abutment 2 (A2 2C). Hasil tiang pancang
dinyatakan lolos uji tes PDA karena nilai RMX yang di dapatkan pada
abutment 1 sebesar 375 ton dan abutment 2 sebesar 228 ton.
169

Gambar 4.134 Hasil Nilai RMX Abutment 1 Pada Computer


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Gambar 4.135 Hasil Nilai RMX Abutment 2 Pada Computer


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

6) Pemotongan Tiang Pancang

Selesai pemancangan tiang pancang harus dipotong sesuai dengan


ketinggian yang direncanakan, pemotongan tiang pancang beton dipotong pada
cut off level + panjang stek, kemudian antara cut off level sampai pemotongan
dibongkar untuk mendapatkan stek.
Pada cut off level tiang dapat digerinda keliling, hal tersebut dilakukan
untuk menghindari retak pada tiang pancang akibat proses pemotongan tiang.
Namun pada saat digerinda tidak boleh memutuskan besi tulangannya.Setelah itu
170

dilanjutkan dengan bongkaran sehingga diperoleh stek besi yang mencukupi


panjangnya.

Gambar 4.136 Hasil Pemotongan Tiang Pancang


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

7) Pekerjaan Galian dan Pelat Lantai

Galian sendiri dilakukan untuk mendapatkan elevasi bottom off footing


yang sudah ada pada shop drawing. Kemudian pelat lantai dilakukan untuk
memudahkan lantai kerja sebelum ke tahap.

Gambar 4.137 Detail Elevasi dan Potongan Memanjang Overpass 30


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.
171

Langkah kerja pekerjaan galian dan pelat lantai pada abutment Overpass
30 adalah sebagai berikut:

a) Dilakukan galian permukaan tanah asli sedalam kebutuhan dari


bottom of footing. Pembuatan pelat lantai dilakukan setelah tanah
galian selesai di gali.
b) Selanjutnya, dibuat pelat lantai dengan tebal 10 cm diatas galian. Pelat
lantai dibuat dari beton ready mix PT. Mega Gemilang Beton dengan
mutu Kelas E (fc’ 10).

Gambar 4.138 Galian Permukaan Tanah


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
172

Gambar 4.139 Hasil Pekerjaan Pelat Lantai


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

8) Pekerjaan Pemasangan PHT (Pile Head Treatment)

Setelah selesai pemotongan diperlukan penutupan lubang pipa dan


penambahan stek besi dengan plat yang dilas besi tulangan untuk stek (atau sesuai
dengan gambar dan spesifikasi teknis) selanjutnya dimasukkan kedalam lubang
pancang.

Gambar 4.140 Detail PHT Abutment


Sumber: PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk.
173

Gambar 4.141 Penulangan PHT


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.

Gambar 4.142 Proses Memasukkan Tulangan PHT


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2022.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan praktik kerja lapangan di proyek


Pembangunan Jalan Utama (Main Road) Jalan Tol Serang-Panimbang seksi 2
pada pekerjaan rigid pavement sta 37+965 – sta 38+450 dan overpass 30 sta
41+443,839 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Pekerjaan Rigid Pavement sta 37+965 – sta 38+450 meliputi material rigid
pavement, pekerjaan lantai kerja (Lean Concrete), pekerjaan perkerasan
beton, dan pekerjaan finising.
2) Pekerjaan Overpass 30 sta 41+443,839 meliputi material overpass,
pekerjaan persiapan jalan akses, pekerjaan survey dan stacking out,
pekerjaan pemancangan spun pile, pekerjaan PHT dan pekerjaan lean
concrete

5.2 Saran

Dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan penulis menemui beberapa


hambatan ataupun kekurangan sehingga penulis memberikan saran sebagai
berikut:
1) Penjelasan terkait hal-hal yang harus dilakukan di tempat Kerja Praktik,
misalnya harus lebih proaktif dalam mencari kegiatan untuk dilakukan
dan sebagainya.
2) Diperlukan pemisahan alat yang masih layak digunakan dengan alat yang
sudah tidak layak digunakan
DAFTAR PUSTAKA

Biro Pemerintahan Provinsi Banten. (2016). Penetapan Lokasi Pembangunan


Jalan Tol  Serang   Panimbang. Biro Pemkesra Provinsi Banten.
https://biropemerintahan.bantenprov.go.id/post/Penetapan Lokasi
Pembangunan Jalan Tol Serang - Panimbang
BPS Kabupaten Lebak. (2018). Kecamatan Cikulur dalam Angka.
https://lebakkab.bps.go.id/
KPPIP. (2022). Percepatan Pembangunan Jalan Tol Serang Panimbang Sebagai
Dukungan Akses Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung Oleh KPPIP.
Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas.
https://kppip.go.id/berita/percepatan-pembangunan-jalan-tol-serang-
panimbang-sebagai-dukungan-akses-kawasan-ekonomi-khusus-tanjung-
lesung-oleh-kppip/
Pinatik, S., Sondakh, J., & Andaki, M. (2015). Analisis Perbandingan Pengakuan
Pendapatan Dan Pembebanan Biaya Menurut Standar Akuntansi Keuangan
Dan Undangâundang Perpajakan Pada Perusahaan Jasa Konstruksi (Studi
Pada PT. Anugrah Adyatama, Jakarta). Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen,
Bisnis dan Akuntansi, 3(1), 1193–1202.
PUPR. (2016). Modul Dokumen Kontrak. Bpsdm.Pu.Go.Id.
https://bpsdm.pu.go.id/center/pelatihan/uploads/edok/2019/01/661bb_MDL_
Dokumen_Kontrak.docx
Sasongko, R. (2018). Survey Rekayasa Konstruksi. In Google Books.
UUJK. (2017). Undang-Undang Republik Indonesia No 2 Tahun 2017 Tentang
Jasa Konstruksi. Republik  Indonesia, 02, 1–96. http://www.lkpp.go.id/v3/
files/attachments/5_shOZLkcQtAWWUCHVmDOnNvhtzMvlPLyp.pdf
WIKA Serang Panimbang. (2017). Logo WIKA Serang Panimbang.
https://wikaserangpanimbang.com/. https://www.wika.co.id/id/pages/wika-
serang-panimbang
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai