Anda di halaman 1dari 14

STRATEGI DAKWAH DALAM PELESTARIAN

LINGKUNGAN HIDUP
Dwi Astuti
Fakultas Ilmu Kedokteran Progdi Kesehatan Lingkungan Universitas
Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK

Krisis lingkungan adalah refleksi paling nyata dari krisis spiritual


yang diderita umat manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang diharapkan adalah yang penerapannya tidak
menyebakan kerusakan kualitas lingkungan, karena kerusakan
lingkungan itu akan menjadi beban manusia baik lahiriah maupun
batiniah. Usaha pelestarian lingkungan hidup memerlukan
perubahan paradigma strategi dakwah Islam, yakni strategi dakwah
Islam yang diharapkan dapat menjawab tantangan zaman. Untuk
merancang strategi dakwah yang mumpuni, maka diperlukan
pembenahan secara internal terhadap beberapa unsur yang terlibat
dalam proses dakwah.

Kata Kunci: Dakwah, Lingkungan Hidup

PENDAHULUAN Dia telah menundukkan (pula) bagimu


Allah SWT berfirman, “Allah-lah matahari dan bulan yang terus-
yang telah menciptakan langit dan menerus beredar (dalam orbitnya);
bumi dan menurunkan air hujan dari dan telah menundukkan bagimu
langit, kemudian Dia mengeluarkan malam dan siang.” (Q.S. Ibrahim: 32-
dengan air hujan itu berbagai buah- 33).
buahan menjadi rezeki untukmu; dan Dan umat manusia sebagai khali-
Dia telah menundukkan bahtera fah fil-ardhi, bertanggung jawab me-
bagimu supaya bahtera itu berlayar makmurkan bumi atau menjaga keles-
di lautan dengan kehendak-Nya, dan tarian lingkungan alam. Sesuai dengan

Strategi Dakwah dalam Pelestarian Lingkungan Hidup (Dwi Astuti) 49


firman-Nya dalam Alquran, “Dan Dia- PESAN DAKWAH
lah yang menjadikan kamu dari bumi, Dakwah tidak boleh hanya dipan-
dan Dia menjadikan kamu pendu- dang dalam pengertian sempit saja, yakni
duknya kepadanya (untuk memak- sebagai tabligh atau sebatas ceramah
murkannya).” (Q.S. Hud: 61). yang lebih banyak berorientasi kepada
Islam adalah agama wahyu yang masalah-masalah ibadah mahdhah
selalu berhadapan dengan zaman yang (ritual). Tetapi dakwah juga mempunyai
terus berubah. Untuk itu, umat Islam orientasi pada masalah-masalah ibadah
selalu ditantang bagaimana mensin- ijtima’iyah (social) termasuk usaha
tesakan keabadian wahyu dengan pelestarian lingkungan hidup juga harus
kesementaraan zaman. Mendakwahkan mulai dikembangkan. Karena dakwah
Islam berarti memberikan jawaban Islam pada hakekatnya adalah suatu upaya
terhadap berbagai permasalahan umat. untuk mengangkat harkat dan martabat
Karenanya dakwah Islam selalu ter- manusia agar memperoleh dunia yang
panggil untuk menyelesaikan berbagai hasanah dan akhirat yang hasanah.
permasalahan yang sedang dan akan Makna ini seiring dengan hakekat
dihadapi oleh umat manusia. Allah pembangunan nasional bangsa Indone-
berfirman :”Dan hendaklah ada dian- sia, yaitu pembangunan manusia Indo-
tara kamu segolongan umat yang nesia seutuhnya dan pembangunan
menyeru kepada kebajikan, menyu- masyarakat Indonesia seluruhnya. Dalam
ruh kepada yang makruf dan mence- Islam, sebagai dasar berpijak dalam
gah dari yang mungkar. Merekalah berdakwah adalah Al-Qur’an dan As-
orang-orang yang beruntung” (QS Ali Sunnah. Ajaran agama yang tidak
Imran:104). Firman ini menyatakan digunakan sebagai dasar berpijak yang
bahwa dakwah merupakan ekspresi dari kokoh dalam berbagai segi kehidupan
rasa iman dan taqwa kepada Allah, akan menyebabkan kemunduran ke-
perwujudannya bukan sekedar dalam arifan manusia. Allah berfirman: “Kata-
bentuk kegiatan pembinaan penghayatan kanlah:”Apakah sama orang-orang
ajaran atau memperbaiki penghayatan yang mengetahui dengan orang-
ajaran, melainkan menuju kepada orang yang tidak mengetahui? Se-
sasaran yang lebih luas, yaitu sebagai sungguhnya orang yang berakallah
pelaksanaan keseluruhan ajaran dalam yang dapat menerima pelajaran” (QS
kehidupan sehari-hari pada orang per Az-Zumar:9).
orang dan masyarakat yang menyangkut Seterusnya Allah juga berfirman:
semua sektor kehidupan. Termasuk di “Niscaya Allah akan meninggikan
dalamnya upaya pelestarian lingkungan orang-orang yang beriman di antara
hidup sebagai materi dalam dakwah. kamu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat.

50 SUHUF, Vol. XVIII, No. 01/Mei 2006: 49 - 62


Dan Allah Maha Mengetahui apa yang bagi semesta (rahmatan lil alamin).
kamu kerjakan” (QS Al-Mujadi- Kata rahmat mencakup makna yang
lah:11). Meskipun misi dakwah dari dulu amat luas. Dari kata itu dipahami bahwa
sampai kini tetap sama yaitu mengajak keselamatan adalah rahmat, kesejah-
umat manusia ke dalam sistem Islam, teraan adalah rahmat, kecerdasan adalah
namun tantangan dakwah berupa pro- rahmat, kesehatan adalah rahmat, dan
blematika umat senantiasa berubah dari lingkungan pun merupakan rahmat. Tidak
waktu ke waktu. berlebihan jika dikatakan bahwa kese-
Perkembangan ilmu pengetahuan hatan adalah rahmat yang sangat istime-
dan teknologi yang diharapkan adalah wa. Karena semua jenis rahmat yang
yang penerapannya tidak menyebakan disebutkan tadi hanya dinikmati sepe-
kerusakan kualitas lingkungan, karena nuhnya oleh orang yang sehat. Pada saat
kerusakan lingkungan itu akan menjadi yang bersamaan, Islam dipandang
beban manusia baik lahiriah maupun sebagai sumber motivasi dalam berbagai
batiniah. Allah berfirman: “…Dan aspek kehidupan, agar manusia selalu
berbuat baiklah kepada orang lain, meningkatkan kualitas hidupnya, ter-
sebagaimana Allah telah berbuat baik masuk dalam masalah kesehatan ling-
kepadamu dan janganlah kamu kungan.
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dalam hal ini, Allah berfirman:
Sesungguhnya Allah tidak menyukai “Dengan kitab itulah Allah menunjuki
orang-orang yang berbuat keru- orang-orang yang mengikuti keri-
sakan” (QS Al-Qashash:77). dhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan
Permasalahan yang dihadapi oleh (dengan kitab itu pula) Allah menge-
umat selalu berbeda baik secara kualitatif luarkan orang-orang itu dari gelap
maupun kuantitatif. Namun demikian, gulita, kepada cahaya yang terang
permasalahan-permasalahan umat terse- benderang dengan seizin-Nya dan
but perlu diidentifikasi dan dicarikan menunjukkan mereka ke jalan yang
alternatif pemecahan yang relevan dan lurus.” (QS. Al Maidah: 16). Gelap
strategis melalui pendekatan-pendekatan gulita yang dimaksud pada ayat tersebut,
dakwah yang sistematis, smart, dan mengandung berbagai pengertian yang
profesional. berkenaan dengan penderitaan. Seperti
Firman Allah dalam Al Qur’an: kebodohan, kemiskinan, keterbela-
“Dan tidaklah kami utus engkau kangan, dan sakit. Sedangkan cahaya
(Muhammad) kecuali untuk menjadi yang terang, mengandung arti yang
rahmat bagi alam semesta.” (QS Al berkaitan dengan kebahagiaan dan
Anbiya:107). Ayat ini sekaligus menya- kesejahteraan, seperti kecerdasan, hidup
takan bahwa Islam yang dibawa Nabi yang layak, dan lingkungan yang sehat.
Muhammad SAW adalah agama rahmat

Strategi Dakwah dalam Pelestarian Lingkungan Hidup (Dwi Astuti) 51


KRISIS LINGKUNGAN SEBAGAI Jumlah senjata nuklir yang tersedia pada
MASALAH DAKWAH saat ini, cukup untuk menghancurkan
Kondisi bumi semakin meng- umat manusia hanya dengan sekejap.
kronis dan mengancam nyawa umat Sekarang ini lebih dari 40.000 hulu ledak
manusia. Zaman selalu berubah, namun nuklir yang masing-masing berkekuatan
permasalahan jagat raya, terlebih penu- ribuan kali bom yang pernah jatuh di
runan kualitas lingkungannya masih belum Hiroshima dan Nagasaki. Sementara itu,
menemukan solusi yang tepat untuk kejadian di Hiroshima dan Nagasaki telah
merenovasinya. Pada setiap detik, menimbulkan trauma dan pobia yang
diperkirakan sekitar 200 ton karbon- berkelanjutan dengan jumlah 170.000
dioksida dilepas ke atmosfir dan 750 ton manusia tewas, dan sekitar 100.000
topsoil musnah. Sementara itu, diper- manusia luka-luka akibat dari perang.
kirakan sekira 47.000 hektare hutan Inilah yang selama beberapa
dibabat hingga tuntas. Terjadinya keba- dekade terakhir menyadarkan orang
karan hutan, selain asap yang ditimbulkan akan krisis lingkungan. Karena ini
membuat sesak negara-negara tetangga, menyangkut kelangsungan hidup manusia
sebagai implikasi lain pembakaran ini, sedunia, walaupun agak terlambat, dunia
sekitar 16.000 hektare tanah menjadi Islam pun dibuat tersentak. Krisis
gundul, dan antara 100 sampai 300 lingkungan yang kini sedang merebak ke
spesies mati setiap hari. Pada saat yang hampir seluruh penjuru bumi, tentu bukan
bersamaan, secara absolut jumlah hanya menyangkut soal teknis dan
penduduk bumi meningkat 1 miliar orang ekonomis, krisis lingkungan adalah
per dekade. Diperkirakan jumlah pendu- refleksi paling nyata dari krisis spiritual
duk dunia pada tahun 2035 akan menjadi yang diderita umat manusia. Karenanya,
14 miliar, dan untuk tahun 2062 bertam- humanisme yang memutlakan bumi, alam
bah lagi menjadi 25 miliar, padahal dan lingkungan dieksploitasi atas nama
sumber daya alam yang terbatas ini, hak asasi manusia. Dalam tradisi Carte-
menurut ahli bidang kependudukan, sian, yang merupakan roh dari huma-
Colin Clark, sumber daya alam di bumi nisme Barat, dikatakan bahwa akal
hanya dapat menampung maksimal 12 manusia sanggup menyelesaikan seluruh
sampai 15 miliar manusia. Itu pun dengan persoalan. Karena itu, ia adalah super-
syarat, metode pertanian dan penga- ordinat dari seluruh spektrum kehidupan.
wetan tanah harus berstandar tinggi, dan Alam dan lingkungan tidak lebih dari
pembagian hasil-hasil alam harus merata objek yang harus dikuasai dan ditaklukan
di seluruh bumi. karena alam tidak lebih dari subordinat
Daftar tadi, menurut Haidar Bagir, manusia. Pandangan seperti inilah yang
tidak seberapa jika dibandingkan dengan kemudian melahirkan paham antropo-
kemungkinan terjadinya perang nuklir. sentris di dunia Barat. Bahkan kredo dari

52 SUHUF, Vol. XVIII, No. 01/Mei 2006: 49 - 62


peradaban Barat menyatakan, the man lingkungan hidup yang mencakup
is the measure of all things. Berkaitan hukum, teori dan hipotesis tentang
dengan itu, pandangan tradisional Islam lingkungan hidup, yang sifatnya
tentang alam dan lingkungan harus objektif, tetapi juga purposif (dengan
ditegaskan kembali. Maka krisis yang tujuan tertentu) dan normative, ada
semakin mengerikan itu tidak mungkin unsur nilai: benar atau baik dan salah
teratasi. Harus dipercayai bahwa pene- atau buruk.
muan kembali spirit untuk melihat alam, 3. Environomi, yakni cabang ilmu yang
manusia, dan yang Mahasuci sebagai mnegkaji hukum, teori, dan prinsip
satu kesatuan akanl menyelamatkan alam dalam mengelola lingkungan hidup,
beserta isinya. cabang ini sering disebut envi-
ronmental management (termasuk
PELESTARIAN LINGKUNGAN di dalamnya teknologi lingkungan).
HIDUP SEBAGAI MATERI DAK- Selain ilmu lingkungan, para da’i
WAH hendaknya memahami etika lingkungan.
Para da’i hendaknya memahami Menurut tahapannya, etika lingkungan
ilmu lingkungan, paling tidak secara garis dapat berwujud dalam lima tingkatan:
besar sehingga dalam dakwahnya 1. Egoisme, yang berdasarkan ke-
mereka mampu memberikan pengertian akuan tetapi penuh kesadaran akan
mengenai pelestarian lingkungan hidup. ketergantungannya pada pengada
Adapun yang dimaksud dengan ilmu yang lain, sehingga seorang egois
lingkungan adalah ilmu yang mempelajari dapat berperanserta dalam penge-
peranan dan perilaku manusia yang lolaan lingkungan.
mempengaruhi kelangsungan kehidupan 2. Humanisme, solidaritas terhadap
dan kesejahteraan manusia serta makh- sesama manusia.
luk hidup lainnya dalam suatu system 3. Sentientisme, kepedulian terhadap
yang merupakan kesatuan ruang dengan pengada insani yang berperasaan
semua benda, daya, keadaan dan (misal hewan).
makhluk hidup (termasuk manusia) di 4. Vitalisme, kepedulian terhadap
dalamnya. Ilmu lingkungan dapat digo- sesama pengada insani, ciptaan yang
longkan dalam tiga cabang (Soer- tidak berperasa (misal tumbuhan).
jani,1996): 5. Altruisme, tingkatan terakhir dari
1. Enviromentalisme, atau paham etika lingkungan, yakni kepedulian
mengenai lingkungan hidup yang terhadap semua pengada yang
diperlukan sebagai dasar kesadaran ragawi (non-hayati-abiotik), sebagai
untuk menunjang peran serta manu- sesama ciptaan Allah di bumi ini,
sia dalam lingkungan hidupnya. karena ketergantungan tidak hanya
2. Envirologi, yakni ilmu tentang kepada pengada insani saja, tetapi

Strategi Dakwah dalam Pelestarian Lingkungan Hidup (Dwi Astuti) 53


juga pengada ragawi, karena tidak terbagi ke dalam tiga kelompok, yaitu:
ada kehidupan tanpa ada ciptaan pertama, kelompok Islam yang berjuang
Allah yang bersifat ragawi seperti untuk menegakkan khilafah (peme-
lingkungan tanah, air, dan udara. rintahan) Islam; kedua, kelompok Islam
Dengan etika lingkungan manusia yang mengagungkan kebudayaan Barat
tidak saja mengimbangi hak dan kewa- dan menentang gerakan untuk mewu-
jiban terhadap lingkungan, tetapi etika judkan pemerintahan Islam secara
lingkungan juga membatasi tingkah laku formal; dan ketiga, kelompok Islam yang
dan upaya untuk mengendalikan berbagai tidak memiliki kepedulian terhadap
kegiatan, agar tetap berada dalam batas permasalahan umat Islam secara keselu-
kelentingan (resilience) lingkungan hidup. ruhan.
Bahkan perlu juga diperjuangkan makna Realitas sosial di atas ada yang
asasi kehidupan atau makna asasi tidak sesuai dengan cita-cita ideal Islam,
lingkungan hidup, di mana hak asasi karenanya harus dirubah melalui dakwah
manusia adalah sebagai bagian dari Islam. Mengingat kenyataan-kenyataan
kedua makana asasi tersebut (Soer- sosial tersebut banyak dijumpai dalam
jani,1996). beberapa komunitas Islam dengan
permasalahan yang berbeda-beda,
IDENTIFIKASI PROBLEMATIKA maka diperlukan paradigma baru dalam
UMAT melakukan dakwah Islam yang mem-
Tingkat dinamisasi kehidupan pertimbangkan jenis dan kualitas permas-
global yang semakin tinggi dan kompetitif alahan yang dihadapi oleh umat. Usaha-
telah membawa umat manusia senantiasa usaha dakwah tersebut harus dijalankan
memandang persoalan hidup secara secara sistematis dan profesional melalui
pragmatis, logis, serba instant, dan langkah-langkah yang strategis.
matematis. Keadaan demikian di sam-
ping membawa manfaat berupa kema- SOLUSI DAKWAH TERHADAP
juan ilmu pengetahuan dan teknologi yang PROBLEMATIKA UMAT
semakin mempermudah aktivitas manu- Untuk mengatasi pelbagai perso-
sia, juga telah membawa implikasi negatif alan di atas, tidak cukup hanya dengan
berupa lemahnya semangat transendental melakukan program dakwah yang
dan memudarnya hubungan-hubungan konvensional, sporadis, dan reaktif, tetapi
sosial. Implikasi ini berlangsung demikian harus bersifat profesional, strategis, dan
lama, sehingga dewasa ini telah mela- pro-aktif. Menghadapi mad’u (sasaran
hirkan berbagai kenyataan sosial yang dakwah) yang semakin kritis dan ta-
cukup paradoksal dengan cita-cita Islam. ntangan dunia global yang semakin
Abdurrahman al-Baghdadi (1997), kompleks dewasa ini, maka diperlukan
memetakan umat Islam dewasa ini strategi dakwah yang mantap, sehingga

54 SUHUF, Vol. XVIII, No. 01/Mei 2006: 49 - 62


aktivitas dakwah yang dilakukan dapat rapa unsur yang terlibat dalam proses
bersaing di tengah bursa informasi yang dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah:
semakin kompetitif. juru dakwah (aktivis dakwah), materi
Ada beberapa rancangan kerja dakwah, metode dakwah, dan alat atau
dakwah yang dapat dilakukan untuk media dakwah. Rancangan strategis
menjawab problematika umat dewasa ini, dapat dilakukan melalui langkah-langkah
yaitu: pertama, memfokuskan aktivitas sebagai berikut:
dakwah untuk mengentaskan kemiskinan
umat; kedua, menyiapkan elit strategis 1. Peningkatan Sumber Daya Muballigh
muslim untuk disuplai ke berbagai jalur (SDM)
kepemimpinan bangsa sesuai dengan Untuk mencapai tujuan-tujuan
bidang keahliannya masing-masing; dakwah secara maksimal, maka perlu
ketiga, membuat peta sosial umat didukung oleh para juru dakwah yang
sebagai informasi awal bagi pengem- handal. Kehandalan tersebut meliputi
bangan dakwah; keempat; menginte- kualitas yang seharusnya dimiliki oleh
grasikan wawasan etika, estetika, logika, seorang juru dakwah yang sesuai dengan
dan budaya dalam berbagai perencanaan tuntutan dewasa ini. Aktivitas dakwah
dakwah; kelima, mendirikan pusat-pusat dipandang sebagai kegiatan yang me-
studi dan informasi umat secara lebih merlukan keahlian. Mengingat suatu
profesional dan berorientasi pada keahlian memerlukan penguasaan penge-
kemajuan iptek; keenam, menjadikan tahuan, maka para aktivis dakwah (da’i/
masjid sebagai pusat kegiatan ekonomi, muballigh) harus memiliki kualifikasi dan
kesehatan, dan kebudayaan umat Islam persyaratan akademik dan empirik
sehingga sistem manajemen kemasjidan dalam melaksanakan kewajiban dakwah
perlu ditingkatkan; ketujuh, menjadikan (Muhyiddin, 2002).
Islam sebagai pelopor yang profetis, Abdul Munir Mulkhan (1996)
humanis, dan transformatif, sehingga menyatakan bahwa di era modern ini,
perlu dirumuskan pendekatan-pende- juru dakwah perlu memiliki dua kom-
katan dakwah yang progresif dan petensi dalam melaksanakan dakwah,
inklusif. Dakwah Islam tidak boleh hanya yaitu: kompetensi substantif dan kom-
dijadikan sebagai obyek dan alat petensi metodologis. Kompetensi subs-
legitimasi bagi pembangunan yang tantif meliputi penguasaan seorang juru
semata-mata bersifat ekonomis-prag- dakwah terhadap ajaran-ajaran Islam
matis (Azhar, 2003). secara tepat dan benar. Kompetensi
Untuk merancang strategi dakwah metodologis meliputi kemampuan juru
yang mumpuni, maka diperlukan pem- dakwah dalam mensosialisasikan ajaran-
benahan secara internal terhadap bebe- ajaran Islam kepada sasaran dakwah.

Strategi Dakwah dalam Pelestarian Lingkungan Hidup (Dwi Astuti) 55


2. Pemanfaatan Teknologi Modern seperti dalam firman-Nya QS. Al-
sebagai Media Dakwah Baqarah : 185.
Salah satu sarana yang efektif Untuk menjawab tantangan dunia
untuk menyebarluaskan ajaran-ajaran global, maka perlu dikembangkan
Islam adalah alat-alat teknologi modern metode dakwah fardhiyah, yaitu metode
di bidang informasi dan komunikasi. dakwah yang menjadikan pribadi dan
Kemajuan di bidang informasi dan keluarga sebagai sendi utama dalam
telekomunikasi harus dimanfaatkan oleh aktivitas dakwah. Dalam usaha memben-
para aktivis dakwah sebagai media tuk masyarakat yang dicirikan oleh Islam
dalam melakukan dakwah Islam, sebab harus berawal dari pembinaan pribadi dan
dengan cara demikian ajaran-ajaran keluarga yang Islami, sebab lingkungan
Islam dapat diterima dalam waktu yang keluarga merupakan elemen sosial yang
relatif singkat oleh sasaran dakwah dalam amat strategis dan memberi corak paling
skala massif. dominan bagi pengembangan masya-
rakat secara luas.
3. Pengembangan Metode Dakwah Pembinaan pribadi dan keluarga
Fardhiyah yang Islami ini dapat ditempuh melalui
Dakwah fardhiyah ialah ajakan dua cara, yaitu : pertama, peningkatan
atau seruan ke jalan Allah yang dilakukan fungsi orang tua (ibu dan bapak) sebagai
seorang da’i kepada orang lain secara tauladan dalam rumah tangga; kedua,
perorangan dengan tujuan memindahkan perlunya dibentuk lembaga Konsultan
mad’u (sasaran dakwah) kepada kea- Keluarga Sakinah (KKS) dan Klinik
daan yang lebih baik dan diridhai oleh Rohani Islam (KRI) dalam setiap
Allah (Ali Abdul Halim Mahmud, 1992). komunitas muslim. Untuk pelaksanaan
Fungsi Al Qur’an sebagai furqan harus KKS dan KRI ini diperlukan tenaga
ditanamkan kepada setiap pribadi penyuluh dan counselor Islam yang
muslim. Petunjuk-petunjuk Allah dalam handal baik secara teoritis maupun
Al Qur’an harus dijadikan sebagai secara praktis.
panduan moral untuk membedakan
antara haq dan bathil. 4. Penerapan Dakwah Kultural
Dalam kaitan ini, lmtiaz Ahmad Selama ini gambaran seseorang
(2002) menyatakan bahwa: guidance of tentang kebudayaan (kultur) ialah
Allah is the criterion of right and kesenian. Pandangan tersebut tidak
wrong. Dengan menjadikan Al Qur’an sepenuhnya benar, sebab kebudayaan
sebagai pedoman, maka akan mela- meliputi agama, filsafat, seni, ilmu,
hirkan pribadi-pribadi muslim yang sejarah, mitos, dan bahasa. Jadi, kebu-
senantiasa berada dalam cahaya kebe- dayaan itu meliputi ide dan simbol, sebab,
naran dan jauh dari jalan kesesatan manusia adalah animal simbolism,

56 SUHUF, Vol. XVIII, No. 01/Mei 2006: 49 - 62


makhluk yang menciptakan simbol. kebanggaan komunitas bersangkutan.
Dengan demikian, kebudayaan merupa- Dalam melakukan dakwah Islam, corak
kan perwujudan dari fithrah manusia. budaya yang dimiliki oleh komunitas
Agama, termasuk Islam, sebenarnya tertentu dapat dijadikan sebagai media
mengandung simbol-simbol sistem sosio- dakwah yang ampuh dengan mengambil
kultural yang memberikan suatu konsepsi nilai kebaikannya dan menolak kemun-
tentang realitas dan rancangan untuk karan yang terkandung di dalamnya.
mewujudkannya (Azyumardi Azra, Bersambung
1999). Budaya adalah pikiran manusia Perbedaan penghayatan dan
yang merupakan akumulasi dari berbagai pengamalan agama selalu dipengaruhi
unsur atau elemen yang berlainan yang oleh beberapa faktor, seperti: karak-
disatukan dan dimodifikasikan untuk teristik individu, umur, lingkungan sosial,
menjadi pola pikir dan tindakan secara dan lingkungan alam. Kelahiran mazhab
konsisten. dalam Islam pun turut dipengaruhi oleh
Dakwah kultural adalah dakwah faktor alam dan geografis. Karena itu,
Islam dengan pendekatan kultural, yaitu: akan selalu ada perbedaan cara ber-
pertama, dakwah yang bersifat ako- agama antara orang desa dan kota, petani
modatif terhadap nilai budaya tertentu dengan nelayan, masyarakat agraris dan
secara inovatif dan kreatif tanpa menghi- masyarakat industri, dan sebagainya.
langkan aspek substansial keagamaan; Perbedaan-perbedaan itu perlu dime-
kedua, menekankan pentingnya kearifan ngerti oleh para aktivis dakwah supaya
dalam memahami kebudayaan komunitas dakwah Islam yang dilakukan dapat
tertentu sebagai sasaran dakwah. Jadi, menyesuaikan diri dengan kondisi
dakwah kultural adalah dakwah yang obyektif manusia yang dihadapi dan
bersifat button up dengan melakukan kecenderungan dinamika kehidupan
pemberdayaan kehidupan beragama mutakhir. Untuk menjawab tuntutan ini,
berdasarkan nilai-nilai spesifik yang maka strategi dakwah Islam harus
dimiliki oleh sasaran dakwah. Lawan dari bersifat akomodatif, sistematis, kontinu,
dakwah kultural adalah dakwah struk- dan profesional.
tural, yaitu dakwah yang menjadikan Dalam melakukan dakwah kul-
kekuasaan, birokrasi, kekuatan politik tural, para aktivis dakwah harus mena-
sebagai alat untuk memperjuangkan warkan pemikiran dan aplikasi syariat
Islam. Karenanya dakwah struktural Islam yang kaffah, kreatif, dan indusif.
lebih bersifat top down. Materi-materi dakwah perlu disiste-
Secara sunnatullah, setiap komu- matisasikan dalam suatu rancangan sillabi
nitas manusia, etnis, dan daerah memiliki dakwah berdasarkan kecenderungan
kekhasan dalam budaya. Masing-masing dan kebutuhan mad’u. Para aktivis
memiliki corak tersendiri dan menjadi dakwah tidak boleh langsung meng-

Strategi Dakwah dalam Pelestarian Lingkungan Hidup (Dwi Astuti) 57


hakimi jamaah berdasarkan persepsinya ritual kepada khilafiyah ibadah sosial,
sendiri, tanpa mempertimbangkan apa yakni mulai memperbincangkan bagai-
sesungguhnya yang sedang mereka mana idealnya model dan paket-paket
alami. Karena itu, materi dakwah kultural dakwah di abad ke-21. Seiring dengan
tidak semata-mata bersifat fiqh sentries, pergeseran ini, maka tema-tema dakwah
melainkan juga materi-materi dakwah pun yang muncul ke permukaan adalah
yang aktual dan bernilai praksis bagi masalah-masalah yang menyangkut:
kehidupan umat dewasa ini. Kaidah lingkungan hidup, polusi udara, etika
formal ketentuan-ketentuan syari’ah yang bisnis dan kewiraswastaan, bioteknologi
selama ini merupakan tema utama dan cloning HAM, demokrasi, supremasi
pengajian dan khutbah harus diimbangi hukum, krisis kepemimpinan, etika
dengan uraian mengenai hakikat, sub- politik, kesenjangan sosial ekonomi dan
stansi, dan pesan moral yang terkandung pemerataan hasil-hasil pembangunan,
dalam ketentuan syari’ah dan fiqh budaya dan teknologi informasi, gender,
tersebut. dan tema-tema kontemporer lainnya.
Dengan demikian, ciri-ciri strategi Keharusan untuk mendesain ulang
dakwah kultural adalah: pertama, tema-tema dakwah ini merupakan
memperhatikan keunikan manusia atau tuntutan modernisasi spiritualitas Islam
masyarakat sebagai sasaran dakwah; yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.
kedua, dakwah yang tanggap terhadap Sebab, problema yang muncul di zaman
perubahan yang senantiasa dialami oleh modern jauh lebih kompleks dan memer-
sasaran dakwah; ketiga, dakwah yang lukan respons yang lebih beragam dan
mendorong proses perubahan sosial ke akomodatif (Azyumardi Azra, 1999).
arah keadaan yang lebih ideal (Islami);
keempat, dakwah yang bersifat istim- 5. Monitoring dan Evaluasi (Monev)
roriyah (berkesinambungan). Dakwah
Di era globalisasi, secara sosio- Aktivitas dakwah yang nnencakup
logis akan terjadi berbagai pergeseran segi-segi kehidupan yang amat luas hanya
dalam berbagai aspek kehidupan umat. dapat berlangsung dengan efektif dan
Ada gejala perubahan pola pemahaman efesien apabila sebelumnya telah dilaku-
dan perilaku keagamaan dari yang kan persiapan dan perencanaan yang
bersifat ritual ke arah orientasi yang lebih matang (Masy’ari, A., 1992). Untuk
bersifat sosial. Salah satu diskursus yang melakukan persiapan dan perencanaan
menarik dewasa ini adalah isu tauhid yang matang, maka diperlukan moni-
sosial sebagai otokritik terhadap feno- toring dan evaluasi dakwah. Dari
mena tauhid yang bersifat vertikal dan monitoring dan evaluasi inilah dapat
individual yang dianut selama ini. Umat diperoleh informasi tentang problematika
Islam mulai beralih dari khilafiyah ibadah umat yang selanjutnya dapat dijadikan

58 SUHUF, Vol. XVIII, No. 01/Mei 2006: 49 - 62


sebagai bahan masukan dalam melaku- mengenai materi dan metode dakwah apa
kan persiapan dan perencanaan dakwah. yang sesungguhnya dibutuhkan oleh
Monitoring dan evaluasi dakwah umat. Mengingat setiap kelompok
ini sangat diperlukan untuk mendapat masyarakat memiliki karakteristik yang
informasi yang akurat mengenai tingkat berbeda-beda, maka diperlukan juga
keberhasilan dakwah. Dalam evaluasi materi dan pendekatan dakwah yang
tersebut akan terlihat kelebihan dan berbeda-beda sesuai dengan kondisi
kekurangan dakwah yang telah dilak- obyektif masyarakat bersangkutan.
sanakan, tingkat relevansi paket-paket Seorang juru dakwah yang meng-
dakwah yang ditawarkan dengan kebu- generalisir bahwa setiap sasaran dakwah
tuhan mad’u, dan sejauh mana aktivitas memiliki kecenderungan yang sama
dakwah yang telah dilakukan dapat dalam menerima materi-materi dakwah
mentransformasikan cita ideal Islam ke akan mengakibatkan kegagalan dalam
dalam realitas empirik umat. melakukan dakwah Islam.
Karenanya, monitoring, dan eva-
luasi dakwah ini meliputi: materi dakwah, 6. Penyusunan Peta Dakwah
metode dakwah, dan karakter juru Salah satu usaha untuk mengetahui
dakwah. Kesalahan dalam memilih materi dan metode dakwah yang dibu-
materi dan metode dakwah untuk tuhkan oleh kelompok masyarakat
sasaran dakwah atau kelompok masya- tertentu adalah melalui penyusunan peta
rakat tertentu dapat menyebabkan para dakwah. Said Tuhuleley (2003) mene-
jamaah justeru akan semakin jauh dari rangkan bahwa peta dakwah adalah
Islam. Proses dakwah yang tidak gambaran (deskripsi) menyeluruh tentang
terorganisir secara profesional ini berbagai komponen yang terlibat dalam
membuat mad’u tidak memperoleh proses dakwah.
manfaat dari aktivitas dakwah tersebut Ada dua komponen pokok yang
dalam menghadapi berbagai problema akan dimuat dalam peta dakwah ini,
kehidupan yang sedang mereka hadapi. yaitu: pertama, komponen yang berkaitan
Materi dan metode dakwah yang dengan keadaan umat Islam sebagai
tidak disusun secara sistematis berda- sasaran dakwah; kedua, komponen
sarkan kebutuhan masyarakat tidak akan yang berkaitan dengan proses pelak-
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sanaan dakwah. Komponen yang terkait
sebab materi dan metode dakwah dengan keadaan umat Islam, seperti:
tersebut tidak relevan dengan dengan tingkat sosial ekonomi, tingkat pen-
tingkat dinamisasi kehidupan umat. didikan, pekerjaan pokok dan sam-
Dengan demikian, untuk mencapai pingan, religiusitas/keberagamaan,
hasil yang diharapkan diperlukan kerja integrasi sosial, mobilitas sosial, dan lain
keras dalam menggali sedalam-dalamnya sebagainya. Komponen yang terkait

Strategi Dakwah dalam Pelestarian Lingkungan Hidup (Dwi Astuti) 59


dengan proses pelaksanaan dakwah, oleh program, dapat melibatkan
seperti: aktivitas lembaga-lembaga berbagai unsure yang ada dalam
dakwah, keadaan muballigh/aktivis masyarakat dan penyelenggaraan
dakwah, metode dakwah yang diguna- program itu sendiri tidak terpisah-
kan, materi dakwah yang disajikan, pisah.
prasarana dakwah yang tersedia, dan lain 3. Pendekatan partisipasi dari bawah,
sebagainya. yang berarti bahwa gagasan yang
Cakupan kedua komponen di atas ditawarkan mendapat kesepakatan
sesuai dengan wilayah penelitian llmu masyarakat atau merupakan gagasan
Dakwah yang mencakup: subyek dak- masyarakat itu sendiri, memberi
wah, materi dakwah, metode dakwah, peluang bagi keikutsertaan masya-
media dakwah, objek dakwah, sejarah rakat dalam perencanaan dan keter-
dakwah, efek dakwah, tujuan dakwah, libatan mereka dalam pelaksanaan
dan gambaran wilayah dakwah (Bach- program.
tiar, 1997). Komponen-komponen 4. Melalui proses sistematika peme-
tersebut akan dijadikan sebagai objek cahan masalah. Artinya program
dalam survey dan penelitian. Selanjutnya yang dilaksanakan oleh masyarakat
data dan informasi yang terkumpul dari hendaknya diproses menurut urutan
komponen-komponen tersebut akan atau langkah-langkah pemecahan
dijadikan sebagai bahan untuk menyusun masalah, sehingga masyarakat didi-
peta dakwah. Peta dakwah inilah yang dik untuk bekerja secara berencana,
akan dijadikan sebagai pijakan bagi efisien dan mempunyai tujuan yang
aktivis dakwah sebelum melakukan jelas.
dakwah Islam. 5. Menggunakan teknologi yang sesuai
Sedangkan strategi yang dipilih dan tepat guna. Perangkat yang
hendaknya berorientasi pula pada diterapkan harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut kebutuhan masyarakat, terjangkau
(MUI, 1997): oleh pengetahuan dan ketrampilan
1. Dimulai dengan mencari kebutuhan yang dimiliki masyarakat dan seka-
masyarakat. Bukan saja kebutuhan ligus dapat mengembangkan penge-
yang secara objektif memang me- tahuan dan ketrampilan serta dapa
merlukan pemenuhan tetapi juga meningkatkan produktivitas dan
kebutuhan yang dirasakan oleh tidak mengakibatkan pengangguran.
masyarakat setempat perlu menda- 6. Program pelaksanaan melalui tenaga
pat perhatian. lapangan yang bertindak sebagai
2. Bersifat terpadu, dengan pengertian motivator. Fungsi tenaga lapangan ini
bahwa berbagai aspek kebutuhan dilakukan oleh da’i, tokoh masya-
masyarakat di atas dapat terjangkau rakat, ataupun secara khusus tenaga

60 SUHUF, Vol. XVIII, No. 01/Mei 2006: 49 - 62


dari organisasi/lembaga masyarakat hasanah. Dengan adanya tingkat dina-
yang berpartisipasi. misasi kehidupan masyarakat sebagai
7. Asas swadaya dan kerjasama ma- sasaran dakwah semakin kompeks,
syarakat. Pelaksanaan program termasuk di dalamnya krisis lingkungan,
harus berangkat dari kemampuan diri maka di dalam usaha pelestarian ling-
dan merupakan kerjasama dari kungan hidup memerlukan perubahan
potensi-potensi yang ada. Dengan paradigma strategi dakwah Islam.
demikian setiap bantuan dari pihak Strategi dakwah Islam yang diharapkan
luar hanya dianggap sebagai peleng- dapat menjawab tantangan zaman
kap dari kemampuan dan potensi tersebut, meliputi: peningkatan Sumber
yang sudah ada. Daya Muballigh (SDM), pemanfaatan
teknologi modern sebagai media dak-
PENUTUP wah, penerapan metode dakwah far-
Dakwah yang berorientasi pada dhiyah dan dakwah kultural, monitoring
masalah ibadah ijtima’iyah (social) dan evaluasi dakwah, serta penyusunan
termasuk usaha pelestarian lingkungan peta dakwah. Tanpa strategi dakwah
hidup sudah harus mulai dikembangkan. Islam yang sistematis dan profesional,
Karena dakwah pada hakekatnya adalah maka dakwah akan kehilangan andil
suatu upaya untuk mengangkat harkat dalam membentuk masyarakat yang
dan martabat manusia agar memperoleh religius dan beradab.
dunia yang hasanah dan akhirat yang

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman al-Baghdadi, 1997, Yasin dengan judul Dakwah Fardiyah


Dakwah Islam & Masa Depan Metode Membentuk Pribadi
Umat. Jakarta: Al-lzzah. Muslim. Jakarta: Gema Insani
Press.
Ahmad, lmtiaz, 2002, Reminders for
People of Understanding: With Azhar, M., 2003, Beberapa Catatan
Essential Details of Prophet’s tentang Problematika Dakwah,
Mosque. Madinah. dalam Majalah Suara ‘Aisyiyah
No. 2 Th. Ke-80 Pebruari 2003/
Ali Abdul Halim Mahmud, 1992. Fiqhud Dzulhijjah 1423 H., Yogyakarta:
Da ‘wab al-Fardiyah. Diterje- Bayu Indra Grafika.
mahkan oleh As’ad

Strategi Dakwah dalam Pelestarian Lingkungan Hidup (Dwi Astuti) 61


Azyumardi Azra, 1999, Konteks Ber- Muhyiddin, A., 2002, Dakwah dalam
teologi di Indonesia: Penga- Perspektif Al-Qur’an: Studi
laman Islam. Jakarta: Parama- Kritis Atas Visi, Misi, & Wa-
dina. wasan. Bandung: Pustaka Setia.
Bachtiar, Wardi, 1997, Metodologi Soerjani, Mohamad, 1996, Ilmu Penge-
Penelitian Ilmu Dakwah. Ja- tahuan Teknologi dan Ling-
karta: Logos. kungan Hidup serta Masa De-
pan Global Dari Kemanusiaan
Darsono, V.,1995,Pengantar Ling- (Makalah)
kungan Hidup (Edisi Revisi),
Yogyakarta: Universitas Atma Tuhuleley, Said, 2003, Seluk Beluk Peta
Jaya. Dakwah. Makalah dalam Pela-
tihan Pelatih
Hadhiri, Choirudin, 1994, Klasifikasi
Kandungan Al-Quran, Jakarta: Muballighah ‘Aisyiyah Tingkat Nasional
Gema Insani Press. Regional III di Gedung BPG
Makassar tanggal, 27-29 Juli.
Kantor Men.LH, Depag RI dan MUI,
1997, Islam dan Lingkungan Yafie, Ali.,1994, Menggagas Fiqih
Hidup,Jakarta:Yayasan Swara Sosial,Bandung: Mizan.
Bhumi.
_____,1991, Al-Quran dan Terje-
Laboratorium Dakwah Yayasan Shala- mahannya, Jakarta: Departemen
huddin Yogyakarta, 1992, Buku Agama.
Panduan Workshop
_____, 1992, Pandangan Islam ten-
Komputasi Peta Dakwah. Yogyakarta: tang Kependudukan dan Ling-
Laboratorium Dakwah Yayasan kungan Hidup, Jakarta: Kantor
Shalahuddi. Menteri Negara KLH.
Masy’ari, Anwar, 1992, Butir-butir
Problematika Dakwah lsla-
miah, Surabaya: Bina llmu.
Mulkhan, Abdul Munir, 1996, Ideo-
logisasi Gerakan Dakwah:
Episod Kehidupan M. Natsir &
Azhar Basyir. Yogyakarta: Si-
press.

62 SUHUF, Vol. XVIII, No. 01/Mei 2006: 49 - 62

Anda mungkin juga menyukai