Anda di halaman 1dari 21

HUBUNGAN DAKWAH DAN MASYARAKAT

DALAM PERSPEKTIF GLOBAL

Oleh:
Nama : Iswadi Idris
NIM : 190405009

PASCASARJANA
PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (KPI)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2020
HUBUNGAN DAKWAH DAN MASYARAKAT

DALAM PERSPEKTIF GLOBAL

A. Latar Belakang

Dakwah sebagai aktivitas muncul semenjak Islam dihadirkan Allah SWT atas

manusia, bersamaan dengan kehadiran nabi Muhammad SAW ketika memperkenalkan

sistem nilai-nilai Islam sebagai agama paripurna.

Salah satu aktivitas yang secara langsung digunakan untuk mensosialisasikan

ajaran Islam adalah aktivitas dakwah. Aktivitas dakwah dapat dilkukan melalui lisan atau

tulisan dimaksudkan untuk mempengaruhi dan mentranspormasikan sikap batin dan

perilaku warga masyarakat menuju terbentuknya kesolehan individu dan kesolehan

kolektif. Dakwah dengan pesan keagamaan dan pesan sosialnya merupakan ajakan

kepada keinsapan untuk senantiasa komit ( istiqamah ) di jalan yang lurus. 1 ( J. Suyuti

Pulungan, Universalisme Islam, Jakarta., Moyo Segoro, 2002, h 65 )

Kompleksitas permasalahan dalam kehidupan bermasyakat membutuhkan sebuah

solusi yang tepat dalam penanganannya. Maka seorang da’I atau mubalig yang baik tidak

hanya menguasai materi dakwah, melainkan juga harus memahami budaya masyarakat

yang menjadi sasaran dakwahnya.

Kemajuan teknologi dan informasi telah mengubah bentuk masyarakat lokal

menjadi masyarakat global yang secara cepat dan begitu besar mempengaruhi peradaban

umat manusia sehingga dunia juga dijuluki the big village ( Desa yang besar ) dimana

masyarakat saling kenal dan saling menyapa satu dengan yang lainnya.2 Teknologi

1
J. Suyuti Pulungan, Universalisme Islam, ( Jakarta., Moyo Segoro, 2002 ), 65
2
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta, Kencana Prenadamedia Group, 2016 ), 163
komunikasi membuat setiap orang dapat mengirim dan menerima tanpa batas, tak

terpengaruh jarak dan bebas memilih. Publik dapat mengakses informasi tanpa bersusah

payah harus berjalan ke luar rumah, mereka hanya menghidupkan komputer, penyedia

informasi dapat diakses 24 jam dalam satu hari dari tujuh hari dalam satu minggu. 3

Kemajuan teknologi komunikasi ini harus dilihat sebagai peluang oleh para juru dakwah

sehingga dakwah Islam dapat diakses oleh setiap orang di penjuru dunia ini.

Andrik Purwasito menyebutnya dengan istilah desa global kata yang tepat untuk

mendeskripsikan berkah kemajuan di bidang transportasi dan teknologi telekomunikasi.

Dunia terintegrasi dalam sebuah Cyberspace seolah-olah berdekatan dan tidak saling

tercerai-berai. Mereka menjadi warga global, terikat oleh perasaan hidup bersama dalam

kehidupan baru dengan landasan semangat keluarga global.4

Terbentukmnya masyarakat global dengan segala perubahan pada lini kehidupan

manusia akan mempengaruhi pola dakwah kekinian. Masyarakat global tidak hanya

melakukan hubungan komunikasi secara nyata namun juga secara vitual. Dengan dunia

virtual orang mempunyai peluang yang bebas melakukan apa saja. Berdasarkan latar

belakang di atas, makalah ini akan membahas bagaimana hubungan dakwah dan

masyarakat dalam perspekti global.

B. Dakwah

Sebelum berbicara tentang hubungan dakwah dalam perspektif global, maka perlu

dijelaskan terminologi dakwah.

3
Andrik Purwasito, Komunikasi Multikultural, Yogyakatra, Pustaka Ilmu, 2015),19
4
Andrik Purwasito … 2015, 39
Dakwah secara etimologi terambil dari kata ‫ ﺩﻋﺎ‬- ;‫ ﯾﺪﻉ‬- ;‫ ﺪﻋﻮﺓ‬atinya, mengajak,

meanggil, mengundang sejalan dengan firman Allah SWT di dalam al Qur’an Surah al

Baqarah ayat 23

        

Artinya; Dan panggillah saksi-saksimu jika engkau orang orang yang benar (QS: Al

baqarah : 23 )

         

 

Artinya : Dan Allah menyeru manusia menuju keselamatan kepada siapa saja yang

dikehendakinya menuju jalan lurus ( QS; Yunus :25 )

      

Artinya :

Dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang

menerangi ( QS : Al Ahzab :46)

Secara terminologi terdapat beberapa pengertian dakwah antara lain :

1. Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan yang dilakukan secara

sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik individu maupun

kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap

pengertian serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai message yang

disampaikan kepadanya tanpa adanya unsur-unsur paksaan.

2. Hamzah Ya’kub, dakwah adalah mengajak manusia dengan hikmah kebijaksanaan

untuk mengikuti petunjuk Allah SWT dan Rasulnya


3. Ali Mahfuz, dakwah adalah mendorong ( memotivasi ) manusia untuk melakukan

kebaikan dan mengikuti petunjuk serta memerintah mereka berbuat ma’ruf dan

mencegah dari perbuatan mungkar agar mereka memperoleh kebaikan di dunia dan

akhirat.

Secara umum, dakwah adalah ajakan atau seruan kepada yang baik dan yang

lebih baik. Dakwah mengandung ide tentang progresivitas, sebuah proses yang terus

menerus menuju kepada yang baik dan yang lebih baik dalam mewujudkan tujuan

dakwah. Dengan begitu, dalam dakwah terdapat suatu ide dinamis, sesuatu yang terus

tumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan ruang dan waktu.5

Dakwah pada hakikatnya merupakan proses untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat, agar berubah dari satu kondisi yang kurang baik kepada kondisi yang

lebih baik. Dakwah berada pada titik upaya mengembangkan suasana yang

mendorong terciptanya rahmat dan kedamaian bagi semesta alam adalah ajakan atau

seruan untuk menciptakan suasana damai dan terteram penuh kesejukan.

Dakwah berintikan pada pengertian mengajak manusia untuk berbuat baik dan

menghindarkan diri dari keburukan. Ajakan tersebut dilakuan dengan cara yang

lemah lembut dan menyejukkan, ajakan dilakukan dengan tujuan tegaknya agama

Islam dalam kehidupan individu, kelurga dan masyrakat. Dakwah juga bertujuan

untuk menghidupkan atau memberdayakan, sehingga masyarakat memperoleh

momentum meningkatkan tarap hidup dan kesejahteraan, menimbulkan suasana yang

kondusif bagi tegaknya nilai-nilai agama Islam.6


5
Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2010 ), 17

6
Fahrurrazi Dahlan, ParadigmaDakwah Sosiologis Untuk Keberagaman Islam Indonesia, ( Mataram, Lembaga
Pengkajian-Publikasi Islam dan Masyarakat (Leppim ) IAIN Mataram, 2014 ) , 81
        



Artinya : Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila

Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.. ( QS : al

Anfal :24)

C. Masayakat

Menurut Aristoteles, manusia adalah binatang sosial ( animal social ). Manusia

membutuhkan masyarakat untuk hidup, bekerja dan menikmati hidup. masyarakat telah

menjadi syarat penting bagi kehidupan manusia untuk melanjutkan hidup. Secara

defenitif masyarakat diartikan sebagai sekelompok orang yang memiliki kesamaan

budaya, menempati wilayah teritorial tertentu dan memiliki persamaan untuk membentuk

sebuah kesatuan. Inti dari masyarakat adalah interaksi timbal balik ( mutual intraction)

dan keterkaitan ( interrelation) individu dan kelompok.

Bapak sosiologi, Agus Comte ( 1798-1857 ), melihat masyarakat sebagai

organisme sosial yang memiliki struktur harmoni dan fungsional. Sementara Emile

Durkhein ( 1858-1917 ), bapak sosiologi modern, menyatakan masyarakat sebagai fakta

sosial yang ada pada dirinya sendiri, atau di luar individu. Menurut Talcott Parson,

masyarakat adalah kompleksitas hubungan antara manusia yang melakukan tindakan

(action) dan hubungan sosial (social relation) baik secara intrinsik atau simbolik. Goerge

Hebert Mead (1863-1931), memahami masyarakat sebagai pertukaran gerakan yang

melibatkan penggunaan simbol-simbol.7

7
M.Jacky, Sosiologi, Konsep, Teori dan Metode, ( Jakarta Mitra Wacana Media, 2015 ), 42
Dengan demikian masyarakat memiliki karekteristik sebagai berikut :

a. Wilayah

b. Kolektifitas orang

c. Perasaan kelompok yang kuat (strong group feeling)

d. Interrelation individu dan kelompok

e. Interaksi timbal balik (mutuality )

f. Interaksi yang terlembagakan ( organized interaction)

g. Hubungan tertutup dan informal (close and informal relationship)

h. Kesamaan budaya ( cultural similary )

i. Nilai-nilai umum dan keyakinan (common values and beliefs)

j. Hubungan impersonal

Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup tanpa masyarakat. Secara

biologis dan psikologis mereka hidup di dalam kelompok masyarakat. Masyarakat telah

menjadi bagian penting bagi individu untuk kelanjutan hidupnya. Individu tergantung

pada masyarakat, mereka harus menyesuaikan diri dengan norma-norma, menempati

status dan menjadi anggota kelompok.

D. Masyakat Global
Salah satu tanda kebesaran Allah SWT di alam ini adalah keberagaman makhluk

yang bernama manusia. Keragaman jenis kelamin, suku, bangsa, warna kulit, dan bahasa

sebagai tanda kebesaran Allah SWT yang perlu diteliti dengan seksama untuk mengenal

lebih dekat tipologi manusia untuk selanjutnya menentukan pola intetaksi untuk masing-

masing kelompok yang berbeda-beda. Mengenal tipologi manusia adalah salah satu
faktor penentu suksesnya dakwah dan merupakan salah satu fenomena alam yang hanya

bisa ditangkap oleh orang alim. Dengan keragaman makhluk tersebut, seorang da’I

dituntut untuk bisa memberikan dakwah sesuai dengan kondisi mad’unya.8

Ketika penemuan teknologi informasi berkembang dalam skala massal, maka

teknologi telah mengubah bentuk masyarakat manusia, dari masyarakat dunia lokal

menjadi masyarakat dunia global, sebuah dunia yang sangat transparan terhadap

perkembangan informasi, transportasi, serta teknologi yang begitu cepat dan begitu besar

mempengaruhi peradaban umat manusia, sehingga dunia dijuluki sebagai the big village,

yaitu sebuah desa yang besar, dimana masyarakat saling kenal dan saling menyapa satu

dengan yang lainnya. Masyarakat global itu juga dimaksud sebagai sebuah kehidupan

yang memungkinkan komunitas manusia menghasilkan budaya-budaya bersama,

menghasilkan produk-produk industri bersama, menciptakan pasar bersama, melakukan

pertahanan meliter bersama, menciptakan mata uang bersama, dan bahkan menciptakan

peperangan dalam skala global disemua lini.9

Global atau glabalisasi adalah suatu proses yang mencakup keseluruhan dalam

berbagai bidang kehidupan sehingga tidak tampak lagi adanya batas-batas yang mengikat

secara nyata, sehingga sulit untuk disaring dan dikontrol. Glalobalisasi adalah penyebaran

unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media

cetak dan elektronik. Masyarakat global dapat diartikan sebagai suatu masyarakat yang

memiliki pemikiran secara meluas tidak lagi terbatas pada suatu negara. Tetapi bersifat
8
Syamsuddin AB, Pengantar Sosiologi Dakwah, (Jakarta, Kencana Prenadamedia Group,
2016 ), 186

9
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi
di Masyarakat, Jakarta, ( Kencana Prenadamedia Group, 2014), 163
universal dan mengglobal tidak hanya peduli terhadap permasalahan di negaranya saja

namun juga mencakup masalah orang-ora ng di negara lain. Masyarakat global adalah

perubahan dari masyrakat tradisional yang masih dibatasi oleh batas-batas Negara

menjadi masyarakat yang satu dan tidak lagi terkekang oleh suatu batasan-batasan

tertentu. Masyarakat global adalah masyarakat modern, berpikiran maju dan ke depan,

dimana masyarakat global selalu dapat dan bisa menggunakan teknologi yang ada untuk

mencapai tujuan.10

Perkembangan teknologi tidak hanya mampu menciptakan masyarakat dunia

global, namun secara materi mampu mengembangkan ruang gerak baru bagi kehidupan

masyarakat sehingga tanpa disadari, komunitas manusia telah hidup dalam dua dunia

kehidupan yaitu kehidupan masyarakat nyata dan kehidupan masyarkat maya (

cybercommunity )

E. Dakwah Hikmah Dalam masyarakat Global

Dakwah adalah kewajiban setiap muslim untuk mengajak manusia ke jalan Allah,

ajakan kepada kebaikan, amar ma’ruf Nahi Munkar terus menerus secara tradisional

secara lisan dalam bentuk ceramah dan pengajian, pindah dari satu majlis kemajlis yang

lain, dari satu mimbar ke mimbar yang lain. Maka dakwah muncul dengan makna yang

sangat sempit, yakni hanya ceramah melaui mimbar.

       

       

10
Syamsuddin AB, Pengantar Sosiologi Dakwah, 187-188
Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah

orang-orang yang beruntung ( QS: Ali Imran :104 )

Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan munkar ialah

segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

Dalam mengajak tentunya tidak diperkenankan dengan cara-cara yang memaksa,

menghakimi, dan sebisa mungkin menghindari konfrontasi yang akan merugikan dan

merusak arti dakwah itu sendiri. Maka peranan seorang da’I dituntut untuk membaca

mad’unya dari berbagai persepsinya sehingga da’I dapat mengetahui dari mana dakwah

harus dimulai. Al Qur’an mengajarkan para juru dakwah dalam mengajak umat ke jalan

Allah dengan hikmah, mauidhah al hasanah, dan mujadalah.

Hikmah ditempatkan pada urutan pertama karena hikmah memcakup kecerdasan

emosional, intelektual, dan spiritual. Dengan modal hikmah seorang da’I akan memiliki

kecerdasan dalam berdakwah, rasa simpatik akan mampu menarik lingkungan dalam

ajakannya.11 ( pengantar sosiologi dakwah :289 ). Hikmah juga berarti tali kekang pada

binatang. Diartikan demikian tali kekang itu membuat penunggang kuda dapat

mengendalikan kudanya sehingga si penunggang kuda dapat mengaturnya baik untuk

perintah lari atau berhenti. Dari kiasan ini maka orang yang memiliki hikmah berarti

orang yang mempunyai kendali diri yang dapat mencegah diri dari hal-hal yang kurang

bernilai menurut atau menurut Ahmad bin Munir al Fayumi berarti dapat mencegah diri

perbuatan yang hina. Alhikmah juga berarti al adl (keadilan), al haq ( kebenaran), al hilm

11
Syamsuddin AB, Pengantar Sosiologi Dakwah, 289
( ketabahan), al ilmu ( pengetahuan ), dan an Nubuwah ( kenabian ).12 ( Munzier Suparta,

Harjani Hefni, Metode Dakwah, Jakarta, Kencana Prenadamedia, 2003, 9 )

Menurut al Qahtany, ada tiga hal yang menjadi tiang dakwah dengan hikmah,

yakni ilmu (al ilm ), kesantunan (al hilm ), dan kedewasaan berfikir ( al anat ). Dakwah

hikmah dengan ilmu, berarti mengerti seluk beluk syariat dan dasar-dasar keimanan

disamping juga perlu memahami ilmu-ilmu inovasi yang dapat memperdalam keimanan

mad’u. Adapun dakwah dengan kesantunan ( bi al hilm ) adalah suatu bentuk pendekatan

dakwah yang mengambil jalan tengah antara dua titik ekstrim, emosional dan

kepandaian.13 Semakin luas dan kompleksitas obyek dakwah, maka gagasan mengenai

integrasi pola dakwah Islam dengan ilmu komunikasi, terutama human relation patut

diperhatikan. Prinsip awal metode ini adalah bahwa sistem kerja human relation dalam

dakwah adalah mengikuti pola-pola umum dari human retion itu sendiri, yang menurut

Michael J. Jucius tersusun dalam tiga tingkatan :

1. Memindahkan dari situasi yang mengganggu

2. Lebih memperbaiki suatu yang telah mengarah menjadi baik

3. Pengadaan situasi-situasi yang membantu situasi yang baik.

Konsep tersebut sejalan dengan konsep normative dakwah yaitu serulah mereka

ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, mauizhah hasanah, mujadalah billati hiya ahsan.

12
Munzier Suparta, Harjani Hefni, Metode Dakwah, Jakarta, Kencana
Prenadamedia, 2003, 9 )

13
A. Ilyas Ismail, Prio Hotman, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban

Islam, ( Jakarta, Kencana Prenadamedia Group, 2013), 203.


        

   

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang

baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik ( An Nahl : 125 )

Konseptualisasi hikmah, merupakan perpaduan antara akar ilmu dan amal, yang

melahirkan pola kebijakan untuk menghilangkan segala yang mengganngu. ( Ahmad

Anas, Paradigma Dakwah Kontemporer Aplikasi Teoritis dan Praktis Dakwah Sebagai

Problematika Kekinian, Semarang, Pustaka Rizki Putra, 2006, 116 )

F. Hubungan Dakwah, Masyarakat Global dan Media

Perkembangan teknologi informasi tidak saja mampu menciptakan masyarakat

dunia Global, namun secara materi mampu mengembangkan ruang gerak kehidupan baru

bagi masyarakat, sehingga tanpa disadari, komunitas manusia telah hidup dalam dunia

kehidupan, yaitu kehidupan masyarakat nyata dan kehidupan masyarakat maya

( cybercommunity).

Masyarakat maya adalah sebuah kehidupan masyarakat yang secara inderawi

dapat dirasakan sebagai sebuah kehidupan nyata, dimana hubungan-hubungan sosial

sesama anggota masyarakat dibangun melalui penginderaan. Secara nyata kehidupan

masyarakat manusia dapat disaksikan sebagaimana apa adanya. Sedangkan kehidupan

masyarakat maya adalah sebuah kehidupan masyarakat manusia yang tidak dapat secara
langsung diindera melalui penginderaan manusia, namun dapat dirasakan dan disaksikan

sebagaiman realitas. Kehidupan ini bukanlah dunia akhirat manusia, karena kehidupan ini

adalah sisi lain dari kehidupan materi di bumi dan alam jagat raya.

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam

bidang transportasi dan komunikasi, telah memperlancar mobilitas penduduk dan

komunikasi yang mendorong meningkatnya intensitas kontak – kontak budaya yang

secara langsung maupun tidak langsung.

Lebih lanjut media komunikasi massa yang perberkembangnya didukung oleh

teknologi canggih tampaknya menyingkat waktu dan memperpendek jarak dalam

penyampaian informasi. Informasi yang hadir dalam masyarakat, yang semula belum

mengenal secara jelas baik konsep maupun wujudnya yang sering menimbulkan

kecemasan-kecemasan sehingga mengakibatkatkan tergannggunya keseimbangan

sosial.14 Disinah menurut penulis dakwah dan masyarakar sebagai satu entitas yang suli

untuk dipisah, seorang juru dakwah membutuhkan masyarakat sebagai sasaran dakwah

( Mad’u ) lebih-lebih masyakat global yang memungkin juru dakwah dapat berhubungan

dengan mad’u dengan berbagai macam suku bangsa, budaya, agama dan warna kulit.

Karena globalisasi menciptakan masyarakat maya, dakwa tidak lagi dilakukan

dalam skala lokal, tetapi mendunia sehingga media dakwah yang relevan digunakan oleh

oleh para da’I adalah media internet untuk dapat menjangkau masyarakat global di

sambaing penggunaan media-media lain yang menjadi sara pendukung dakwah. Dakwah

dapat dilakukan secara on line untuk menghubungkan para juru dakwah dengan Mad’u

melalui Face Book, instagram, WA dan lain sebagainya yang jangkauannya sangat luas

karena media tersebut dapat menembus batas-batas Negara dan bersifat virtual.
14
Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, Bandung, (Remaja Rosdakarya, 2010), 154
Kini setiap orang mempunyai peluang yang lebih bebas melakukan apa saja

dalam dunia virtual. Meskipun kebebesan tersebut cenderung dianggap baik secara

individual, sesungguhnya secara sosial sesungguhnya materi yang disuguhkan

bertentangan dengan nilai yang berkembang dalam dunia nyata. Kenyataan manusia telah

mampu hidup dalam dua alam, sesungguhnya saling bertentangan, memperkuat anggapan

bagaimana efek negatif dunia virtual terhadap alam kehidupan dunia nyata.

Kemampuan hidup di dua alam tersebut memungkinkan setiap manusia terbelah

jiwanya, mental ambivalensi. Dalam keadaan seperti ini public dihadapkan pada banyak

pilihan dan tarik menarik antara dunia tersebut. Akibatnya akan terjadi perbenturan nilai-

nilai antara dunia nyata dengan dunia virtual. Siapa yang akan memenangkan dalam

perbenturan nilai-nilai tersebut sangat tergantung dari karakter bangsa, loyalitas terhadap

norma dan nilai kepercayaan yang dianut dalam masyarakat, kualitas kekuasaan Negara

serta tingkat kemajuan suatu bangsa.15 ( Andrik Purwasito, Komunikasi Multikultural,

Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2015, 38 )

Maka seiring dengan perkembangan zaman, dakwak tidak lagi hanya dapat

dilakukan di dalam satu majlis dan disampaikan secara manual dan tatap muka. Namun

dakwah dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun, meski tanpa bertatap muka. Dengan

internet dakwak dapat dilakukan secara mudah dan meluas. Internet dapat dilakukan

sebagai salalah satu media alternative sebagai sarara atau media dakwah yang strategis

dan dimungkinkan terciptanya komunikasi lebih antar umat yang semakin mengglobal

ini. Dampak negatif yang dikawatir pada ruang virtuan akan dapat dikurangi jika

dimannfat untuk kegiatan yang positif salah satunya dipergunakan untuk kegiatan

15
Andrik Purwanto, Komunikasi Multikultural, 2015, 38
dakwah. Dakwah dapat disesusikan dengan dengan perkembangan zaman dan kemajuan

teknologi dan informasi sehingga dakwah tidak terkesan kaku dan jumud.

Penggunuaan internet sebagai media dakwah semakin berkembang sejak

munculnya berbagai macam perangkat sosial media yang menunjang perangkat internet

seperti Facebook, Twiter, Blogger, Youtube, dan Instagram. Bahkan perangkat ini dapat

menyiarkan secara langsung aktivitas dakwah yang dilakukan seseorang dan

memudahkan komunikan berinteraksi serta memberikan feedback terhadap pesan dakwah

yang disampaikan.16 ( Muhammad Yahya Farhan, Dakwah Virtual Masyarakat Bermedia

On Line. http://www.jurnal.unublitar.ac.id./index.php./brilian

Dengan demikian, system komunikasi Islam ( dakwah ) didasarkan atas ideology

atau ajaran Islam yang merujuk pada al Qur’an dan Hadits. Melaui prinsip ini, seorang

muslim dalam melakukan proses komunikasi ( Dakwah ) tidak semata-mata

memeperhatikan aspek keduniaan semata seperti keuntungan materi, akan tetapi

memperhatika aspek yang luhur yaitu dimensi ukhrawi. Sebab ia berkeyakinan apa yang

dilaluiinya melalui proses komunikasi membawa implikasi kehidupan di akhirat dengan

demikian komunikasi yang dilakukan dilandisi oleh etika religious.

Al Qur’an mengisyaratkan komunikasi memberikan gambaran bahwa prinsif

komunikasi dakwah dan informasi yang positif. Dalam memnggunakan media apapun

termasuk virtual (internet ) dijelaskan sebagai berikut :

1. Jujur

16
Muhammad Yahya Farhan, Dakwah Virtual Masyarakat Bermedia On Line.

http://www.jurnal.unublitar.ac.id./index.php./brilian
Berperilaku jujur dalam segala tindakan secara umum diperintahkan Allah

SWT, termasuk jujur dalam ucapan

  

Artinya : ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,

Wahab az Zuhaili, menafsirkan Husna, penuturan yang baik tidak

mengandung unsur dosa dan keburukan, tetapi mengandung unsure amar

ma’ruf nahi munkar, serta disampaikan secara lemah lembut

Prinsip kejujuran ini mengharuskan setiap informasi atau pesan yang

disampaikan kepada mad’u merupakan fakta kebenaran, bukan informasi yang

mengandung kebohongan ( Hoak)

2. Adil/ Obyektif

Adil yang dimaksudkan disini adalah tidak berat sebelah dalam berkominikasi

atau berdakwah dan menyampaikan informasi atau pesan sehingga

menguntungkan pihak tertentu dan merugikan pihak lain. Transparansi dan

keseimbangan sangat dijunjug tinggi oleh Islam.

        

Artinya : Maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabatmu

3. Berkualitas

Islam memberikan penegasan tentang aspek mutu dan kualitas dalam

komunikasi dan penyebaran informasi. Informasi atau pesan yang

dipublikasikan hendaknya benar-benar baik dan bermanfaat bagi orang lain,


tidak mengandung unsur olokan, celaan, prasangka buruk, mencara kesalahan

dan gunjingan.

         


         
       
         
      
        
          
         
   
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki

merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik

dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan

lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka

mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang

mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk

sesudah iman. dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah

orang-orang yang zalim. (11)

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka

(kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah

mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.

Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang

sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah

kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha

Penyayang.(12)
4. Akurat

Al Qur’an sangat menekankan penyampaian informasi tepat dan akurat yang

tidak didasarkan pada dugaan atau perkiraan semata. Melakuakan klarifikasi

setiap informasi sebelum dikomunikasikan kepada orang lain.

      


       
  
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik

membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak

menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya

yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu ( QS: Al Hujurat :

6)

5. Motif yang Lurus

Dalam berkomunikasi menyampaikan informasi ( pesan dakwah) hendaknya

dilandasi motivasi yang lurus dan baik, bukan untuk mencelakakan orang lain

atau membuka aibnya. Pronsip ini dapat dilihat ayat al Qur’an Surah An Nisa

ayat 114

           
        
       
Artinya: Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka,

kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi

sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.

dan barangsiapa yang berbuat demikian Karena mencari keredhaan Allah,


Maka kelak kami memberi kepadanya pahala yang besar. ( QS : An Nisa :

114)

Komunikasi dalam ayat ini disimbolkan dengan ungkapan nahwahum

( pembicaraan rahasia mereka ), sebagaiman dituturkan al Maraghi ( 1881-

1945 ), karena umumnya manusia senang menampakkan kebaikan dan

membicarakannya, sedangkan pembicaraan rahasia berisi keburukan dan dosa.

‫ﮐﻞ; ﻛﻼﻢ; ﺍﺒﻥ; ﺁﺪﻢ; ﻋﻟﻳﻪ; ﻻﻟﻪ; ﺇﻻ; ﺃﻣﺭ; ﺒﻣﻌﺮﯢﻒ; ﺃﯢﻧﻬﻲ; ﻋﻦﻤﻧﻛﺮ; ﺃﯢﺫﻛﺮﷲ; ﺘﻌﺎﻰ‬

‫﴾﴿ﺮﯡﺍﻩﺍﻟﺗﺮﻣﺫﻱ‬

Artinya : Setiap perkataan anak adam berdampak buruk baginya dan tidak

mendatangkan kebaikan baginya kecuali dengan tujuan memerintahkan

kebaikan, melarang kemungkaran, dan mengingat Allah SWT ( HR. At

Tirmizi ).17 ( LajnahPentashihan Mushaf Al Qur’an, Tafsir Qur’an Tematik

Komunikasi, LajnahPentashihan Mushaf Al Qur’an Badan Lintbang dan

Diklat Kementerian Agama RI, 2011, 167-174 )

Kesimpulan

1. Dakwah dan masyakat sebuah entitas yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu

dan lainnya

2. Kemajuan teknologi telah mengubah bentuk masyarakat manusia, dari masyarakat

dunia lokal menjadi masyarakat dunia global, sebuah dunia yang sangat transparan

17
( LajnahPentashihan Mushaf Al Qur’an, Tafsir Qur’an Tematik Komunikasi,
LajnahPentashihan Mushaf Al Qur’an Badan Lintbang dan Diklat Kementerian Agama RI,
2011), 167-174
terhadap perkembangan informasi, transportasi, serta teknologi yang begitu cepat dan

begitu besar mempengaruhi peradaban umat manusia, sehingga dunia dijuluki sebagai

the big village, yaitu sebuah desa yang besar, dimana masyarakat saling kenal dan

saling menyapa satu dengan yang lainnya.

3. Al Qur’an mengisyaratkan komunikasi memberikan gambaran bahwa prinsif

komunikasi dakwah dan informasi yang positif. Dalam memnggunakan media

apapun termasuk virtual (internet ) dijelaskan sebagai berikut : jujur, adil, berkualitas,

akurat, dan motif yang lurus

DAFTAR PUSTAKA
Anas, Ahmad, Paradigma Dakwah Kontemporer Aplikasi Teoritis dan Praktis Dakwah Sebagai

Problematika Kekinian, ( Semarang, Pustaka Rizki Putra, 2006)

AB, Syamsuddin, Pengantar Sosiologi Dakwah, (Jakarta, Kencana Prenadamedia Group, 2016)

Bungin, Burhan, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi
di Masyarakat, (Jakarta, Kencana Prenadamedia Group, 2014) cetakan ke 7

Jacky, M, Sosiologi, Konsep, Teori dan Metode, (Jakatta, Mitra Wacana Media, 2015)

Dahlan, Fahrurrazi, Paradigma Dakwah Sosiologis Untuk Keberagaman Islam Indonesia,


(Mataram, Lembaga Pengkajian-Publikasi Islam dan Masyarakat (Leppim )
IAIN Mataram, 2014)

Ilahi, Wahyu, Komunikasi Dakwah, ( Bandung, Remaja Rosdakarya, 2010 )

Ismail. A, Ilyas, Hotman, Prio, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban

Islam, ( Jakarta, Kencana Prenadamedia Group, 2013, hl 203 )

lajnahPentashihan Mushaf Al Qur’an, Tafsir Qur’an Tematik Komunikasi, ( LajnahPentashihan

Mushaf Al Qur’an Badan Lintbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 201)

Purwasito, Andrik, Komunikasi Multikultural, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2015)

Anda mungkin juga menyukai