Prodi KPI
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Mataram
PILPRES 2019
A. Latar Belakang
bersifat permanen doktrinal. Secara doktriner, Islam bersifat elitis dalam arti bahwa
secara normatif kompetensi untuk menyampaikan ajaran ini menjadi wilayah orang-
orang yang dianggap memenuhi kriteria tertentu. Secara pragmatis proses penyebaran
ajaran Islam tidak selamanya berbanding lurus dengan bagaimana Islam diwacanakan
penyebaran ajaran Islam tidak cukup jika hanya dilakukan dengan cara melalui tatap
muka, tetapi memerlukan media. Salah satu media komunikasi modern yang banyak
digunakan untuk menyebarkan ajaran ini adalah televisi. Ketika ajaran Islam
karena adanya proses banalisasi atau pendangkalan makna yang dilakukan stasiun
televisi. Banalitas simbol-simbol keagamaan ini setidaknya bisa dilihat dalam tayangan
keagamaan yang dikemas dalam bentuk hiburan. Bahakan dalam dunia perpolitikan.1
dilihat dari adanya proses simplifikasi serta pendangkalan dalam menjelaskan sebuah
1
Siti sholikhati dkk, Simbol Keagamaan Dalam Sinetron Religi: Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 35, No.1, Januari
– Juni 2015 ISSN 1693-8054
doktrin ajaran, penggunaan atribut keagamaan, eksploitasi ayat-ayat suci, penggunaan
Simbol adalah sesuatu yang mengandung arti yang lebih dalam dari pada arti
yang sebenarnya (Landy, 1972: 271). Simbol dapat mengambil bentuk yang berbeda-
beda. Pada umumnya, simbol adalah obyek yang mewakili obyek yang lain untuk
memberikan arti yang berbeda dari yang sebenarnya dan yang mengandung makna
yang lebih dalam dan lebih signifikan. Ini adalah cara penulis-penulis untuk memberi
makna dan emosi yang lebih terhadap kata-kata di dalam karyanya (Landy, 1972: 272).
Dalam hal ini, sebuah obyek, seseorang atau situasi dapat merepresentasikan simbol
(Kennedy, 1991: 182-184), sebagai contohnya, warna hitam sering digunakan untuk
menyimbolkan kematian atau iblis. Warna merah dapat menyimbolkan darah atau
2
NATHANIEL HAWTHORNE, Simbol-Simbol Dalam Novel The Scarlet Letter: Jurnal Skripsi, Universitas
Sam Ratulang
mempromosikan visi dan misi mereka. Kedua belah pihak trus menciptakan struktur
sosial dan berperang membuat isu-isu sebagai bentuk propaganda politik masing-
masing calon presiden.
Tidak hanya gaya bicara dan isu semata perperangan melalui simbol-simbol
agama pun dilakukan oleh kedua belah pihak, isu-isu keagamaan selalu dikaitkan oleh
masing-masing calon untuk mempengaruhi calon pemilih. Simbol-simbol agama dalam
kedua belah pihak misalnya seperti gaya pakaian, gaya bicara, tempat-tempat
berkampanye, bahkan dikaitkan tempat calon disekolahkan dan keturunan mereka.
Berangkat dari latar bellakang di atas penelti akan menganalisa simbol-simbol
agama islam dalam kontestasi politik pilpres 2019.
B. Rumusan Masalah
Apa Simbol-simbol agama islam yang digunkan dalam kontestasi politik
pilpres 2019?
C. Tujuan
Tujuan dalam kajian penelitian ini untuk mengetahui simbol-simbol agama
yang digunakan selama pilpres 2019 berlangsung
KERANGKA TEORI
1. Simbol
Simbol Secara terminologis, kata simbol sering menimbulkan pengertian yang
berbeda-beda. Dalam kamus Collin Cobuild, simbol didefinisikan sebagai: (1) “a
shape or design that used to represent something such as an idea”, (2) “something
that seems to represent society or aspects of life, because it is very typical of it”7.
Sedangkan dalam istilah sosiologi kata simbol didefinisikan sebagai: (1). “A sign, in
which the connection the meaning and the sign is conventional rather than natural”,
(2). “An indirect representation of an underlying meaning, syndrome, etc, as for
example, in religious symbolism and ritual” 3
Karena hubungan antara makna dan tanda lebih bersifat konvensional, maka
sebuah simbol tidak selamanya mengandung makna universal, tetapi pemaknaan
terhadap simbol tergantung pada komunitas masyarakat dimana simbol tersebut
digunakan. Menurut Berger, sebuah simbol bisa dianggap bersifat konvensional
karena seringkali manusia menafsiri simbol-simbol tersebut dan mengasosiasikan
serta menerapkannya dalam budaya mereka sendiri.
2. Simbol Keagamaan
Dalam penelitian yang dimaksud dengan 'simbol keagamaan' adalah semua
atribut, gejala, dan atau penanda yang digunakan manusia untuk menunjukkan
keberadaan serta ciri tertentu suatu agama. Dalam teori sosial, disebutkan: "Religious
symbols may embody or condense moods, feelings and values, but symbols may also
refer to specific places, persons or events in history". Dengan melihat klasifikasi
tentang pemaknaan manusia terhadap nilai-nilai simbolik, maka realisme simbolik
dalam agama sering dihadapkan dengan praktek keagamaan yang dianut oleh
kelompok pengguna agama, karena dalam kenyataannya praktek keagamaan yang
berkembang dalam masyarakat bisa bervariasi sesuai dengan kelompok atau kelas
sosial. Selanjutnya Turner menjelaskan bahwa kelompok yang menamakan diri
sebagai 'kelompok rasional' seperti masyarakat Amerika Serikat, misalnya, lebih
mengutamakan sisi praktek keagamaan dibanding aspek simbolik agama. Sementara
pada masyarakat yang lain, praktek keagamaan bisa berjalan dengan cara yang
berbeda sesuai dengan pola persepsi masyarakat tersebut terhadap nilai-nilai simbolik
agama. Dalam kaitannya dengan simbol keagamaan.
Menurut Berger “simbol keagamaan selalu berada pada puncak gunung dari
peristiwa bersejarah, legenda-legenda dan sebagainya dan memiliki kekuatan untuk
mengarahkan pikiran” manusia. Sementara Geertz menekankan bahwa pada
hakekatnya agama pasti menawarkan suatu pedoman hidup yang unik dan realistik
bagi manusia, yang dirasakan dan dipersepsi secara berbeda antara satu kebudayaan
3
Siti sholikhati dkk, Simbol Keagamaan Dalam Sinetron Religi: Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 35, No.1,
Januari – Juni 2015 ISSN 1693-8054, hlm 5.
dengan kebudayaan yang lain. Dengan adanya keunikan dan kerealistikan ini, maka
bisa saja sebenarnya seseorang tidak menjadi relijius, tetapi karena dia hendak
menemukan suatu makna hakiki, maka dia akan menggunakan simbol-simbol agama.
Mengenai simbol keagamaan dalam Islam, Ridwan menjelaskan bahwa simbol-
simbol tersebut merupakan sumber tekstual yang pada hakekatnya bersifat permanen-
doktrinal yang tidak bisa dirubah sesuai dengan perspektif para penafsir agama.4
Adapun berkenaan dengan dinamika penafsiran terhadap simbol-simbol
kegamaan di dalam Islam, Piliang menjelaskan bahwa untuk mengkaji hal-hal
tersebut, maka diperlukan sebuah pemahaman bahwa agama memang menggunakan
dua bentuk tanda, yaitu (1) tanda-tanda yang wajib diterima secara ideologis sebagai
hal yang bersifat transenden, dan (2) tanda-tanda yang telah diterima secara sosial
meskipun sesungguhnya tanda-tanda tersebut masih terbuka lebar bagi ruang
interpretasi. Keaneka ragaman cara persepsi dan cara interpretasi terhadap simbol-
simbol keagamaan yang besifat permanen menjadi salah satu penyebab munculnya
beberapa aliran keagamaan dalam Islam baik yang berupa ormas maupun yang berupa
jamaah.
3. Islam dan Politik
Agama merupakan penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian
agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham
atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut
agama. Islam sebagai agama samawi yang komponen dasarnya 'aqidah dan syari'ah,
punya korelasi erat dengan politik dalam arti yang luas. Sebagai sumber motivasi
masyarakat, Islam berperan penting menumbuhkan sikap dan perilaku sosial politik.
Implementasinya kemudian diatur dalam syari'at, sebagai katalog lengkap dari
perintah dan larangan Allah, pembimbing manusia dan pengatur lalu lintas aspek-
aspek kehidupan manusia yang kompleks.5
Islam dan politik mempunyai titik singgung erat, bila keduanya dipahami sebagai
sarana menata kebutuhan hidup rnanusia secara menyeluruh. Islam tidak hanya
dijadikan kedok untuk mencapai kepercayaan dan pengaruh dari masyarakat semata.
Politik juga tidak hanya dipahami sekadar sebagai sarana menduduki posisi dan
otoritas formal dalam struktur kekuasaan.
4
9 P.Berger, and Luckman, T, The Social Construction of Realit, (USA: Penguin, 2010), hlm. 29
5
https://www.kompasiana.com/ di akses pada tgl 4 April 2020
Politik yang hanya dipahami sebagai perjuangan mencapai kekuasaan atau
pemerintahan, hanya akan mengaburkan maknanya secara luas dan menutup
kontribusi Islam terhadap politik secara umum. Sering dilupakan bahwa Islam dapat
menjadi sumber inspirasi kultural dan politik. Pemahaman terhadap term politik
secara luas, akan memperjelas korelasinya dengan Islam.
Dalam konteks Indonesia, korelasi Islam dan politik juga menjadi jelas dalam
penerimaan Pancasila sebagai satu-satunya asas. Ini bukan berarti menghapus cita-cita
Islam dan melenyapkan unsur Islam dalam percaturan politik di Tanah Air. Sejauh
mana unsur Islam mampu memberikan inspirasi dalam percaturan politik, bergantung
pada sejauh mana kalangan muslimin mampu tampil dengan gaya baru yang dapat
mengembangkan kekayaan pengetahuan sosial dan politik untuk memetakan dan
menganalisis transformasi sosial.
Hubungan antara agama dan politik secara umum dapat dilihat dan diamati dari
kedudukan agama dan perannya dalam kehidupan masyarakat. Menurut Watt, agama
mempunyai kedudukan sentral dalam kehidupan seseorang, karena agama
memberikan tujuan umum kehidupan dan membantu memusatkan energinya dalam
usaha menempuh tujuan-tujuan tersebut. Jika agama bagi seseorang diyakini tidak
sekedar anutan dalam nama saja.
Dalam kontestasi pilpres 2019 kontek dan simbol keagamaan pun selalu dikaitkan
oleh masing-masing calon. Indonesia yang masyarakatnya beragam agama yang
dianuti, yang bermayoritas agama islam. Masing-masing calon pun memanfaatkan
simbol-simbol keagamaan dalam gaya politik mereka, menciptakan persepsi
masyarakat bahawa salah satu dari calon mereka adalah yang paling taat dalam
beragama dan sesui dengan kondisi masyarakat di Iindonesia.
Kontestasi politik pilpres 2019 berlangsung sengit dan menjadi ajang pemlihan
paling bergengsi dari pada pemilihan presiden sebelumnya. Pada tahun 2019 lalu ada
dua kontestan yang mengikuti pertarungan saat itu, dan menjadikan masyarakat
menjadi dua kubu yang saling beradu gagsan dan ide. Pada masa pilpres 2019 simbol
agama islam menjadi bahan sorotan utama. Kenpa tidak dalam kurun waktu masa
kampanye kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden RI saling mengadu
konsep dan bahkan simbol-simbol dalam agama islam ikut mewarnai kontestasi
politik padan pilpres 2019 silam. Untuk itu peneliti akan membagikan sebuah tabel
untuk dapat menganalisa simbol-simbol agama islam apa saja yang ada pada
kontestasi politik pilpres 2019.
KESIMPULAN
Simbol-simbol agama saat ini sering sekali digunkan sebgai bentuk komunikasi
politik, untuk mendapatkan simpati, empati dan upaya pembentukan identitas para elit
politik. Indonesia dengan penduduknya yang moyoritas penganut agama islam yang
terbesar didunia tentu para elit politi melihat, dan mengkaji bagaimna mendapat suara
umat islam dengan mengunkan simbo-simbol yang berbau islam.
Kebebasan cara pandang yang sampai mendestruksi atau merusak akal sehat bukan
bagian dari konsekuensi demokrasi. Karena kehidupan demokrasi menuntut kemajuan
cara pandang dan pola pikir bagaimana membangun bangsa dan negara di tengah
kemajemukan identitas. Sebab itu, para elit politik mestinya tidak hanya mengejar
kekuasaan belaka, tetapi juga menawarkan program kemajuan bangsa dan negara
sehingga politik tidak berisi wacana-wacana tidak penting (nihil substansi), seperti
politik identitas.
Pada masa pemilihan presiden tahun 2019, banyak sekali simbol-simbol islam yang
digunkan. Hal ini sudah kita lihat mulai dari gaya bicara, bahasa, lokasi kampanye,
pakian dan bahkan hingga keturunan para elit politi di tunjukan di ranah publik sebagai
bentuk perpolitik saat ini.
REFRENSI
Hawthorne Nathaniel, Simbol-Simbol Dalam Novel The Scarlet Letter: Jurnal Skripsi,
Ottay, A. 2010. “Simbol-simbol dalam Novela The Pearl karya John Steinback”.
196).
Siti sholikhati dkk, Simbol Keagamaan Dalam Sinetron Religi: Jurnal Ilmu Dakwah,
www.kompasiana.com