Dosen Pengampu :
Dr. H. Achmad Murtafi Harits, M.Fil. I
Disusun Oleh :
Moch. Ainul Yaqin
NIM : 02040723018
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan limpahan karunia
yang tidak terhingga sehingga penyusunan makalah ini terselesaikan dengan baik
dan tepat waktu. Shalawat dan salam kepada junjungan alam Nabi besar
Muhammad SAW. Rasulullah sebagai teladan hidup yang terang bagi umat
manusia di dunia dan di akhirat.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................7
A. Korelasi Dakwah dan Kemanusiaan........................................................7
B. Dakwah Kemanusiaan di Era Globalisasi.............................................10
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
A. Kesimpulan...............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemanusiaan selalu menjadi bahan pembahasan dalam setiap fase sejarah
kehidupan dunia. Hal ini selaras dengan sifat dari manusia itu sendiri, yang seiring
perkembangan zaman manusia mulai menyadari bahwa mereka membutuhkan
satu sama lain.1 Sifatnya sebagai makhluk sosial menjadikan manusia saling
mengerti dan memahami atas keberagaman yang ada. Di satu sisi, secara sukarela
mereka meningkatkan kepekaan dan harus menurunkan ego-nya. Namun di sisi
lain, sebagian tetap berusaha ingin mendominasi dan melakukan penindasan.
Pada era globalisasi seperti saat ini, manusia mengalami kemajuan dalam
menerima informasi dan berkomunikasi. Berbagai teknologi mutakhir membantu
peran manusia dalam seluruh aktifitasnya. Jarak dan waktu bukan lagi menjadi
sebuah hambatan pada era Global Village. Namun, hal tersebut juga berdampak
pada terhambatnya suasana emosional, spiritual, terutama sosial. Oleh karena itu,
dalam era informasi yang mengglobal ini kecerdasan-kecerdasan emosional,
spiritual, dan sosial dapat terhambat. Padahal dalam kehidupan bermasyarakat hal
tersebut sangat dibutuhkan.2
1
Fadillah Iffah, Yuni Fitri Yasni, Manusia Sebagai Makhluk Sosial, lathaif: Literasi Tafsir, Hadis
dan Filologi, Vol. 1 (1), 2022
2
Sulistyarini, Pentingnya Pendidikan Humanistik Di Era Globalisasi, (PIPS, FKIP, Universitas
Tanjungpura, Pontianak).
4
Dalam keberadaannya, manusia menjadi makhluk Allah Subhanahu Wa
Ta’ala yang diberi amanah untuk mengelola bumi. Allah Swt. berfirman:
ِف ِس ِف ِف ِل ِع ىِف ِل ٰۤل ِة ِا
َو ْذ َقاَل َرُّبَك ْلَم ِٕىَك ِ اْيِّن َج ا ٌل اَاْلْر ِض َخ ْيَفًةۗ َقاُلْٓو ا َاْجَتَعُل ْيَه ا َمْن ُّيْف ُد ْيَه ا َوَيْس ُك الِّد َم ۤا َوْحَنُن ُنَس ِّبُح
َۚء
َحِبْم ِدَك َو ُنَق ِّد ُس َلَك ۗ َقاَل ِاِّن َاْع َلُم َم ا اَل َتْع َلُمْو َن
ِاَّنا َعَرْضَنا اَاْلَم اَنَة َعَلى الَّسٰم ٰو ِت َواَاْلْر ِض َواِجْلَباِل َفَاَبَنْي َاْن ْحَّيِم ْلَنَه ا َوَاْشَفْق َن ِم ْنَه ا َوَمَحَلَه ا اِاْل ْنَس اُۗن ِا َّٗنه َك اَن َظُلْوًم ا
َجُهْوًل
3
https://quranhadits.com/quran/33-al-ahzab/al-ahzab-ayat-72/ , diakses tanggal 19 Februari 2024
5
ambisi, hawa nafsu, dan syahwat yang sering mengelabui mata dan menutup
pandangan hati sehingga Allah Swt. menyebutnya dengan amat zalim dan bodoh
karena kurang memikirkan akibat-akibat dari penerimaan amanat itu.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana hubungan dakwah dan pengaruhnya terhadap kemanusiaan di
era globalisasi?
C. Tujuan Penelitian
- Untuk mengetahui hubungan dakwah dan pengaruhnya terhadap
kemanusiaan di era globalisasi
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Korelasi Dakwah dan Kemanusiaan
Dakwah merupakan suatu kebutuhan mutlak bagi manusia. Kebutuhan
manusia terhadap dakwah boleh dibilang sebagai “investasi berjangka”
(investment expect) umat manusia demi kelangsungan hidup di masa mendatang.
Melalui dakwah, kehidupan manusia akan senantiasa dibimbing agar sejalan
dengan prinsip Islam. Sesuai dengan makna dari dakwah itu sendiri yaitu
seruan/ajakan yang menuju pada tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan
kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Tujuannya untuk
menjauhkan manusia dari tindak kekacauan atau kerusakan menuju keteraturan
dan kedamaian.
4
Rubiyanah, dakwah berbasis kemanusiaan: studi terhadap aksi kemanusiaan MER-C Indonesia
di Gaza dan Lombok, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019
7
Di berbagai penjuru dunia kini masih sering terjadi konflik, peperangan dan
bahkan terorisme.5
.… َوَم ا َلُك ْم اَل ُتَٰق ِتُلوَن ىِف َس ِبيِل ٱلَّلِه َوٱْلُمْس َتْض َعِف َني ِم َن ٱلِّرَج اِل َوٱلِّنَس ٓاِء َوٱْلِوْلَٰد ِن
"Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan membela orang-orang
yang lemah baik laki-laki, wanita dan anak-anak..." (Q. S An-Nisa’: 75). Dalam
ayat ini terdapat dorongan yang kuat agar kaum muslimin membela (rnembantu)
saudara-saudaranya yang lemah (mempunyai beban masalah) dengan cara
mengetuk pintu hati setiap orang yang memiliki perasaan dan berkeinginan baik.6
8
membantu mengatasi kesulitan orang lain maka Allah akan melepaskan
kesulitan-kesulitan di hari kiamat dan siapa menutupi aib seorang muslim
niscaya Allah menutupinya dihari kiamat". (HR Bukhari Muslim)
Dalam hadits ini jelas sekali bahwa membiarkan sesama muslim teraniaya adalah
berdosa dan membantu mereka keluar dari persoalan adalah ibadah yang bernilai
dakwah, Termasuk membantu saudara kita dalam mengatasi kesulitan juga
mempunyai nilai ibadah yang berkonotasi dakwah.
Jika sudah Islam dan Iman, maka menyempurnakan untuk sampai tahap
Ihsan menjadi penting. Karena dengan pemahaman ajaran agama Islam yang
9
komprehensif akan berbuah pada manifestasi nilai kemanusiaan dalam beragama.
Jalur menuju tahapan Ihsan untuk menghadirkan nilai kemanusiaan bisa dilakukan
dengan pendalaman ajaran agama Islam tidak sekedar tekstual, tapi juga harus
kontekstual. Kebenaran yang diyakini harus diuji secara empiris dan historis,
sehingga keberadaannya menjadi “sholihun fi kulli zamanin wa makanin”, adaptif
dalam semua waktu dan tempat.
Referensi keyakinan dan kebenaran (iman) harus diteliti orisinalitas matan dan
perawinya dari segala perspektif baik dari keilmuan, maupun pola implementasi
amaliyah keagamaanya. Pada akhirnya, keyakinan bahwa memunculkan nilai
kemanusiaan dalam beragama adalah bagian dari menjaga kelestarian dan
menagakkan ajaran agama.
10
dan martabat manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, dengan berbagai
anugerah kelebihan. (Q. S At-Tin ayat 4).
ُكْنُتْم َخ ْيَر ُاَّم ٍة ُاْخ ِرَج ْت ِللَّناِس َتْأُمُرْو َن ِباْلَم ْع ُرْو ِف َو َتْنَه ْو َن َعِن اْلُم ْنَك ِر َو ُتْؤ ِم ُنْو َن ِبالّٰلِهۗ َو َلْو ٰاَمَن َاْه ُل اْلِكٰت ِب َلَك اَن
َخ ْيًرا ُهَّلْم ۗ ِم ْنُه ُم اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن َوَاْك َثُرُه ُم اْلٰف ِس ُقْو َن
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama)
kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan
beriman kepada Allah. Seandainya Ahlulkitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang fasik.”9
8
Ali Imran, “Dakwah dan Perubahan Sosial,” Hikmah: Jurnal Ilmu Dakwah dan Komunikasi
Islam 6, no. 1 (2012): 21
9
https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/3?from=110&to=110
11
pasar. Ilmu dan teknologi juga telah membantu kecenderungan reduksionistik
yang melihat manusia dengan cara parsial. nahi munkar adalah pembebasan
bangsa dari kekejaman kemiskinan, keangkuhan teknologi, dan pemerasan
kelimpahan. Kita menyatu rasa dengan mereka yang miskin, mereka yang
terperangkap dalam kesadaran teknokratis dan mereka yang tergusur oleh
kekuatan ekonomi raksasa. Kita ingin bersama-sama membebaskan diri dari
belenggu-belenggu yang kita bangun sendiri. Tujuan tu’minūna billāh
adalah menambahkan dimensi transendental dalam kebudayaan. Kita sudah
banyak menyerah kepada arus hedonisme, materialisme, dan budaya yang
dekaden. Kita percaya bahwa sesuatu harus dilakukan, yaitu membersihkan diri
dengan mengingatkan kembali dimensi transendental yang menjadi bagian
sah dari fitrah kemnanusiaan. Kita ingin merasakan kembali dunia ini
sebagai rahmat Tuhan. Kita ingin hidup kembali dalam suasana yang lepas
dari ruang dan waktu, ketika kita bersentuhan dengan kebesaran Tuhan.10
10
Kuntowijoyo, Paradigma Islam; Interpretasi untuk Aksi, Ed. Baru. (Cet. I: Bandung:
Mizan) hal. 98-99
12
yang melekat pada semua manusia, tidak membedakan kebangsaan, tempat
tinggalnya, jenis kelaminnya, asal usul kebangsaaan dan etnisitas, warna kulit,
agama atau keyakinan, bahasa, atau status-status lainnya. UU No. 39 Tahun 1999
memberikan pengertian bahwa HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh negara, hukum dan pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia. Dengan demikian penghormatan
terhadap HAM adalah mutlak dan menjadi salah satu ukuran dalam pembentukan
hukum.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ajaran Islam menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Allah Swt.
memerintahkan orang mukmin untuk berusaha menerapkan Islam secara
menyeluruh dan melarang untuk mengikuti langkah setan yang menyuruh kepada
keburukan, kekejian, dan mengatakan apa yang tidak diketahui tentang Allah Swt.
Namun, jika manusia tergelincir setelah nampak bukti yang nyata maka Allah
Swt. memperingatkan manusia dari awal penciptaannya yang fitrah, berasaskan
ketauhidan yang cenderung menerima hal-hal baik dan menolak hal-hal buruk.
Sehingga lahir di dunia membawa nilai-nilai kemanusiaan sebagai bekal khalifah
atau penguasa yang menjadi tugas manusia untuk mengelola dan merawat bumi.
11
Baso Hilmy, Islam Dan Dakwah Sosial Kemanusiaan, Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 16, No 2.
Desember 2015: 202-206202
13
Manusia mendapatkan status tertinggi yakni sebagai ‘pengganti’ Allah di
bumi selama tetap berlaku adil, tidak mengikuti hawa nafsu yang menyebabkan ia
tersesat. Selain itu juga mengemban amanah dakwah dengan tanpa paksaan,
karena setiap manusia dibekali akal untuk bisa membedakan dan telah jelas jalan
yang benar dari yang sesat. Maka beruntunglah orang-orang yang sanggup
berpegang teguh pada ajaran Islam hingga akhir hayatnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
15