Anda di halaman 1dari 14

Kelompok 5

1. Chairil Anwar
2. Putri Ismail
3. Facinda Toloy

BAHAN AJAR

BAB VIII

HUBUNGAN KANTOR PUSAT


DAN CABANG (D)

Perkembangan Pembentukan Agen dan Cabang

Di dalam perkembangan usahanya, perusahaan dapat beroperasi tidak saja di dalam lingkungan
suatu kota tetapi dapat juga beroperasi ke luar kota, ke luar daerah dan bahkan ke luar negeri.
Pada umumnya sebagai titik tolak perkembangan tersebut adalah perluasan daerah pemasaran.
Meluasnya daerah pemasaran ini menim bulkan problema bagi pimpinan perusahaan untuk
mencari cara-cara yang paling effektip dan ekonomis dalam melakukan penjualan barang
barangnya.

Berbagai macam cara dapat ditempuh antara lain dengan mengangkat pedagang keliling atau
petugas bagian penjualan yang langsung mendatangi para langganan, penggunaan katalogus
dengan pengiriman pesanan per pos; dengan sistem penjualan konsinyasi dan lain lain.

Tetapi cara-cara tersebut kadang-kadang tidak memenuhi harapan pimpinan berhubung sangat
besarnya perkembangan daerah pemasaran. Untuk mengatasi hal tersebut maka dapat dibentuk
pusat-pusat penjualan di daerah-daerah tertentu yang dapat merupakan sarana untuk mencapai
tujuan-tujuan pemasaran (marketing). Pusat-pusat penjualan yang diben tuk itu dapat berupa
"agen" (agency) atau "cabang" (branch). Dalam perkembangan selanjutnya bentuk agen ataupun
cabang dapat pula diserahi fungsi selain penjualan juga fungsi pembelian dan lain-lain.

Tiga bab berturut-turut ini akan dibicarakan hubungan antara kantor pusat dan cabangnya. Dalam
bab ini akan dibicarakan tentang hubungan kantor pusat dan cabang-cabang (di dalam negeri)
dengan prosedur prosedur yang biasa atau pada umumnya dipakai (general procedures). Sedang
untuk prosedur-prosedur dalam persoalan-persoalan khusus (special problems) akan dibicarakan
dalam Bab 9. Tentang hubungan kantor pusat dan cabangnya di luar negeri akan dibicarakan
tersendiri dalam Bab 10.

Perbedaan Karakteristik Agen dan Kantor Cabang


Baik Agen maupun Kantor Cabang yang dibentuk oleh perusahaan keduanya merupakan sarana
untuk memperluas daerah pemasaran. Akan tetapi terdapat perbedaan di antara kedua sarana
untuk memperluas daerah pemasaran tersebut, terutama dalam hal: organisasi, manajemen dan
mekanisme pengawasannya. Adapun beberapa perbedaan pokok di antara kedua macam bentuk
organisasi pemasaran itu ialah:

Agen Kantor Cabang

1. Agen adalah suatu bentuk or ganisasi 1. Kantor cabang adalah suatu bentuk organisasi
yang hanya diberi fungsi untuk menerima yang men jual barang-barang dari perse diaan
pesan an barang-barang dan bekerja di yang dibentuknya (baik dikirim dari kantor
bawah pengawasan lang sung oleh Kantor Pusat maupun dibeli sendiri) dan di beri
Pusat se- dang transaksi dengan pihak wewenang untuk melaksa nakan transaksi-
ketiga dilaksanakan secara langsung oleh transaksi de ngan pihak ketiga, sehingga
kantor Pusat. berfungsi sebagai unit usaha yang berdiri
sendiri.
2. Agen tidak memiliki persedia an untuk
barang-barang yang akan dijual, akan tetapi 2. Kantor cabang mengadakan persediaan
hanya berupa monster (contoh-con (stock) untuk ba rang-barang dagangannya yang
toh/samples) Barang-barang yang dijual pada umumnya sebagian besar dikirim dari
akan dikirim lang sung oleh kantor Pusat kantor Pu satnya. Namun demikian sam pai
kepada langganan yang bersangkutan. dengan batas-batas terten tu kantor cabang juga
membe li sendiri barang-barang da gangannya.
3. Persetujuan terhadap syarat- syarat
penjualan terletak sepe- nuhnya pada kantor 3. Kantor cabang memberikan persetujuan
pusat. Administrasi terhadap piutang yang tentang syarat syarat penjualan, menyeleng
timbul dari penjualan dan pengumpulan garakan administrasi piutang yang timbul dari
piutang yang bersangkutan diselengga penjualan tersebut dan mengurus pe ngumpulan
rakan oleh kantor pusat. piutang yang ber sangkutan.

4. Modal kerja untuk biaya- biaya operasi 4. Kantor cabang mengelola uang tunai dari
Agen diberikan oleh kantor pusat. Agen hasil penjual an pengumpulan piutangnya dan
tidak mengurus uang tunai (kas) se- lain melaksanakan transaksi transaksi pembayaran
modal kerja yang diberi- kan atas ini siatip sendiri.

Di dalam praktek hak-hak dan kewajiban-kewajiban atau kelonggaran kelonggaran dan


pembatasan-pembatasan dapat diberikan kepada Agen maupun kantor cabangnya sesuai dengan
ketentuan yang diatur oleh kedua pihak. Akan tetapi adanya perbedaan dari kedua macam bentuk
organisasi itu, mempunyai pengaruh di dalam menyusun sistem akuntan sinya. Sistem
pengumpulan dan pengolahan data akuntansi yang diterapkan harus disesuaikan dengan kondisi
masing-masing.

Di dalam praktek hak-hak dan kewajiban-kewajiban atau kelonggaran kelonggaran dan


pembatasan-pembatasan dapat diberikan kepada Agen maupun kantor cabangnya sesuai dengan
ketentuan yang diatur oleh kedua pihak. Akan tetapi adanya perbedaan dari kedua macam bentuk
organisasi itu, mempunyai pengaruh di dalam menyusun sistem akuntan sinya. Sistem
pengumpulan dan pengolahan data akuntansi yang diterapkan harus disesuaikan dengan kondisi
masing-masing.

Hubungan Kantor Pusat dan Agen

Usaha dari suatu Agen

Agen yang bekerja sebagai suatu unit organisasi penjualan lokal (di daerah tertentu) berada di
bawah pengawasan Kantor Pusat (Bagian pen jualan) dan biasanya tidak mengadakan persediaan
(stock) selain dari contoh-contoh atau monster (samples) daripada barang-barang yang akan
ditawarkan untuk dijual.

Contoh-contoh barang yang akan ditawarkan dan mungkin juga akan diiklankan itu diberi oleh
Kantor Pusat. Untuk keperluan usahanya, biasanya agen diberi sejumlah modal kerja (working
capital) dari Kantor Pusat guna pembayaran ongkos-ongkos penjualan dan penyelesaian
kewajiban Agen dalam melaksanakan tugasnya. Pengawasan terhadap dana yang diberikan
kepada agen tersebut, biasanya dipergunakan "imprest fund system".

Pesanan-pesanan yang diterima oleh Agen dikirimkan langsung ke Kantor Pusat untuk
dimintakan persetujuan. Jika harga dan syarat-syarat pem bayaran dapat diterima, maka Kantor
Pusat dapat mengirimkan barang barangnya langsung kepada langganan dengan faktur
penjualannya sekaligus terjadi di Kantor Pusat. Rekening-rekening pembukuan khusus terutama
untuk pendapatan dan biaya-biaya dari agen yang ber sangkutan tidak perlu diselenggarakan.

 Laba (rugi) yang didapat dari aktivitas penjualan melalui agen diten tukan secara
terpisah.

Pada cara ini rekening-rekening pembukuan khusus untuk agen, terutama untuk pendapatan dan
biaya-biaya yang bersangkutan harus diselenggarakan. Rekening-rekening pembukuan khusus
untuk agen itu, dipergunakan untuk mencatat semua transaksi penjualan melalui agen dan biaya-
biaya yang terjadi pada agen yang bersangkutan. Dengan demikian dapat diperoleh gambaran
yang jelas tentang laba atau rugi yang timbul dari kegiatan penjualan melalui setiap agen yang
dibentuk.

Apabila perusahaan mempunyai beberapa agen, maka rekening rekening pendapatan dan biaya-
biaya pada agen dapat diseleng garakan sebagai rekening kontrol (buku besar). Sedang rekening
pen dapatan dan biaya untuk tiap-tiap agen diselenggarakan sebagai rekening-rekening
pembantunya.
Hubungan Kantor Pusat dan Cabang

Telah dikemukakan banyak macam cara perusahaan untuk mening katkan volume penjualan dan
pendapatannya. Penggunaan berbagai macam saluran distribusi, cara penjualan, pembukaan
agen-agen pen jualan, perwakilan dan kantor-kantor cabang di berbagai tempat pada umumnya
mempunyai tujuan yang sama, yaitu dalam rangka meningkat kan kemampuan perusahaan untuk
menjual produknya.

Meskipun pada mulanya operasi cabang lebih banyak berhubungan dengan aktivitas penjualan,
namun demikian pada akhir-akhir ini nampak adanya gejala untuk semakin memperluas aktivitas
yang dapat dicakup oleh suatu kantor cabang. Karena pertimbangan ekonomis berbagai macam
industri telah memulai menggunakan cabang-cabang sebagai salah satu alat untuk mencapai
tujuannya. Lembaga-lembaga keuangan (bank dan non bank), perusahaan jasa sampai kepada
perusahaan industri (manufactur) di beberapa daerah yang pada umumnya merupakan cabang,
juga merupakan praktek yang lazim di dalam dunia usaha.

Apapun sifat dan jenis usahanya operasi kantor cabang, biasanya

berada di bawah pengelolaan seorang manajer cabang yang bertanggung jawab langsung kepada
top manajemen di kantor pusat. Manajer cabang Harus melaporkan informasi tentang volume
aktivitas dan hasil usaha cabang kepada kantor pusatnya, karena data demikian penting untuk
analisa dan pengambilan keputusan. Administrasi yang lengkap terhadap aktiva yang
ditempatkan dan hutang hutang atau kewajiban-kewajiban yang timbul di cabang juga diperlukan
seperti halnya di kantor pusat.

Meskipun cabang berusaha dan bekerja sebagai unit (usaha) yang berdiri sendiri, tetapi tetap
dikontrol oleh kantor pusat. Tingkat kebebasan berdiri sendiri yang diberikan kepada suatu
cabang ditetapkan olch kantor pusat.

Kebijaksanaan umum dan standar pelaksanaan yang biasa berlaku bagi dunia usaha, juga
dilaksanakan terhadap cabang-cabang yang dibentuk oleh kantor pusat. Garis besar bekerjanya
suatu cabang adalah sebagai berikut:

 Cabang diberi modal kerja, baik berupa uang kas, barang-barang dagangan maupun
aktiva lainnya oleh kantor pusat.
 Cabang dapat membeli barang dagangan dari pihak ketiga untuk memenuhi kebutuhan
permintaan barang-barang ocal yang tidak dapat dipenuhi oleh kantor pusat atau apabila
pembelian itu dapat dipertanggung-jawabkan secara ekonomis.
 Cabang melakukan aktivitas penjualan; mulai dari usaha-usaha un tuk mendapatkan
pembeli; mengirimkan barang atau menyerahkan jasa-jasa kepada langganan, membuat
faktur penjualan, menagih (mengumpulkan) piutang dan menyimpan uangnya di dalam
rekening banknya sendiri.

Namun demikian ketentuan-ketentuan yang sifatnya membatasi kele luasaan cabang dapat
diadakan, dalam rangka pengawasan terhadap aktivitas cabang yang bersangkutan. Misalnya,
semua penerimaan kas dari hasil penjualan atau pengumpulan piutang setiap harinya harus
disetor ke bank atas nama rekening kantor pusat dalam jumlah seutuhnya. Sedang pengeluaran
kas untuk cabang dilaksanakan dengan membentuk Dana Kas Kecil.

Sistem Akuntansi untuk Operasi Kantor Cabang

Sistem pengumpulan dan pengolahan data akuntansi terhadap transaksi-transaksi yang terjadi di
kantor cabang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Sistem akuntansi terhadap aktivitas kantor
cabang, pada dasarnya dapat dilaksanakan menurut sistem sentralisasi, desentralisasi atau
kombinasi di antara keduanya.

Sistem Sentralisasi

Apabila sistem sentralisasi dilaksanakan, maka pembukuan terhadap transaksi-transaksi yang


terjadi di kantor cabang diselenggarakan sepenuhnya oleh kantor pusat. Pada cara ini kantor
cabang cukup mengumpulkan dokumen-dokumen dasar, seperti faktor penjualan, catatan waktu
kerja, woucher-woucher pengeluaran kas, dan bukti-bukti lainnya yang mendukung terjadinya
transaksi. Dokumen-dokumen dasar itu atau tembusannya dikirim kepada kantor pusat untuk
dicatat di dalam buku jurnal dan rekening-rekening buku besarnya.

Apabila laba (rugi) dari aktivitas cabang akan ditentukan terpisah dari kegiatan kantor pusat;
maka penggunaan buku-buku jurnal khusus atau rekening-rekening pendapatan, harga pokok
penjualan dan biaya kantor cabang harus disediakan di dalam susunan rekening-rekening
pembukuan kantor pusat. Sistem sentralisasi pada umumnya dilaksanakan dalam rangka
penghematan biaya administrasi. Sistem sentralisasi juga lebih menjamin adanya keseragaman
prosedur dan metode-metode pembukuan yang diterapkan baik untuk aktivitas kantor pusat,
maupun aktivitas kan tor cabangnya. Akan tetapi keterlambatan informasi (data) yang diterima
oleh kantor pusat pada umumnya akan merupakan faktor yang menyebabkan terlambatnya
penyajian laporan keuangan secara periodik.

Sistem Desentralisas!

Pada cara ini setiap cabang menyelenggarakan pembukuan atas transaksi-transaksi yang terjadi
pada cabang yang bersangkutan secara lengkap. Tiap-tiap cabang menyelenggarakan buku-buku
jurnal; buku besar dan buku-buku tambahan (pembantu) apabila dianggap perlu. Apabila sistem
desentralisasi dilaksanakan, biasanya susunan dan klasifikasi rekening-rekening pembukuan
pada tiap-tiap kantor cabang mengikuti dan sesuai dengan susunan & klasifikasi yang dipakai
pada kan tor pusatnya.

Proses akuntansi pada kantor cabang diselenggarakan seperti halnya pada perusahaan (badan
usaha) yang berdiri sendiri, kecuali bahwa kantor cabang tidak menyelenggarakan (memiliki)
rekening modal.

Suatu rekening khusus yang berfungsi sama dengan rekening modal di dalam perusahaan pada
umumnya harus dibentuk untuk menampung selisih antara aktiva dan hutang-hutang kantor
cabang. Rekening khusus yang biasanya disebut rekening "R/K-Kantor Pusat" (Home Office Ac
count), merupakan modal bagi kantor cabang di satu pihak dan merupakan investasi atau
penanaman modal oleh kantor pusat di Cabang yang bersangkutan.

Hasil akhir dari proses akuntansi pada kantor cabang ini akan tercermin di dalam laporan
keuangan kantor cabang secara individual. Sedang pro ses penyusunan laporan keuangan
periodik pada kantor cabang juga dilaksanakan seperti biasanya pada perusahaan-perusahaan
(badan-badan usaha) yang berdiri sendiri.

Prinsip-prinsip Pelaksanaan Sistem Desentralisasi.

Ciri pokok yang menghubungkan pembukuan di kantor cabang dan kantor pusatnya ialah adanya
rekening "R/K- Kantor Pusat" di dalam rekening-rekening pembukuan kantor cabang dan "R/K -
Kantor Cabang" di dalam rekening-rekening pembukuan Kantor Pusat. Kedua rekening tersebut
merupakan rekening proforms. Diselenggarakannya rekening-rekening aktiva; hutang:
pendapatan das

biaya-biaya kecuali untuk rekening modal di kantor cabang, dapat dian bil kesimpulan mengenai
adanya hubungan antara rekening-rekening pembukuan di kantor cabang dengan rekening-
rekening pembukuand kantor pusai. Aktiva yang ditempatkan di cabang adalah sebagian dar
aktiva yang dimiliki oleh perusahaan sebagai satu kesatuan usaha Demikian pula halnya hutang-
hutang yang terjadi di kantor cabang adalah merupakan hutang atau kewajiban dari perusahaan
sebagai suat badan usaha yang terpisah dari pemiliknya. Meskipun prosedur pen bukuan untuk
kantor cabang diselenggarakan sebagai unit usaha yang berdiri sendiri, akan tetapi dari segi
ekonomis cabang hanya merupakan bagian dari keseluruhan fungsi (aktivitas) perusahaan.

Hubungan antara cabang dengan kantor pusatnya itu akan tercermin dalam rekening buku besar
yang diselenggarakan oleh masing-masing pihak,

Sebagai unit usaha yang berdiri sendiri cabang mengeluarkan biaya-binya untuk memperoleh
pendapatan. Seperti halnya perusahaan pada umum nya pendapatan dan biaya-biaya akan
mempengaruhi modal yang ditanamkan di dalam perusahaan, akan tetapi pengaruh demikian
tidak dicatat secara langsung ke rekening modal yang bersangkutan. Di dalam akuntansi
pengaruh dari pendapatan dan biaya-biaya itu terhadap modal yang ditanamkan, akan
dikumpulkan selama satu periode akuntansi melalui Ikhtisar Perhitungan Rugi-Labs.

Dalam hal modal itu ditanamkan oleh kantor pusat di cabang, maka pengaruh perubahan jumlah
modal yang berasal dari pendapatan dan biaya yang terjadi di cabang akan diikhtisarkan dalam
Laporan Perhitungan Rugi-Laba cabang yang bersangkutan. Pendapatan dan biaya-biaya yang
terjadi di cabang sebagai unit usaha yang berdiri sendiri dianggap sebagai transaksi intern pada
kantor cabang. Secara periodik laba atau rugi usaha kantor cabang diperhitungkan

dengan jumlah investasi kantor pusat di cabang. Laba yang didapat oleh cabang berarti
menambah jumlah investasi kantor pusat dan oleh karenanya dikredit ke "R/K- Kantor Pusar" di
dalam rekening-rekening pembukuan kantor cabang. Di lain pihak kantor pusat akan mendebit
rekening "R/K-Kantor Cabang" dengan rekening lawan kredit pada Rugi - Laba Kantor Cabang,
sebagai pengakuan terhadap kenaikan jumlah modal yang ditanamkan di cabang selama periode
akun tansi yang bersangkutan. Demikian sebaliknya terhadap rugi usaha yang terjadi pada kantor
cabang.

Pada perusahaan-perusahaan dagang, semua atau sebagian besar dari barang dagangan yang
dijual oleh (kantor) cabang itu dikirim langsung dari kantor pusatnya. Pengiriman barang oleh
kantor pusat kepada cabangnya, berarti menambah jumlah investasi (penanaman modal) di
cabang.

Seperti halnya pada pengiriman aktiva lainnya, terhadap pengiriman barang dagangan oleh
kantor pusat akan didebit ke "R/K- Kantor Cabang" dan sebaliknya oleh kantor cabang jumlah
tersebut akan

dikredit ke "R/K- Kantor Pusat"

Agar supaya kantor pusat tetap dapat mengawasi barang-barang dagangannya yang dijual
melalui kantor cabangnya sedang perusahaan menggunakan metode phisik untuk barang-barang
dagangannya maka pengiriman barang tersebut dicatat kredit pada "Pengiriman Barang ke
Cabang" Saldo rekening Pengiriman Barang ke Cabang merupakan kon tra rekening yang
mengurangi harga pokok barang yang tersedia untuk di jual pada kantor pusat.

Modifikasi teknik pencatatan

Agar supaya data laporan keuangan lebih informatip maka untuk kepentingan analisa laporan
keuangan hendaknya ada pemisahan di dalam pencatatan penanaman modal yang bersifat
permanen (jangka pan jang) dan penanaman modal oleh kantor pusat di cabang yang bersifat
sementara (temporer).

Berdasarkan pokok pemikiran tersebut di atas, maka baik pada buku-buku Kantor Pusat maupun
buku-buku Kantor Cabang perlu diadakan pemisahan antara:

 Rekening Kantor Pusar dan Kantor Cabang yang bersifat sementara dengan
 Rekening Kentor Pasar dan Kantor Cabang yang bersifat permanen

Rekening kantor pusat maupun kantor cabang yang bersifat semen


tara, dipakai untuk menampung transaksi-transaksi yang mengakibarkan hutang-piutang lancar
antara pusat dan cabang. Misalnya, dalam hal pengiriman uang dan barang-barang, di Kanin
Pora disediakan rekening "RIK Kontor Cabang" dan transaky pengiriman itu didebit dalam
rekening tersebut, Di dalam rekening-rekening pembukuan Kantor Cabang, disediakan rekening
"R/K- Kantor pusat" dan transaksi pengiriman tersebut dicatat disebelah kredit

Rekening-rekening "Kantor Pusat" maupun "Kantor Cabang" yang bersifat permanen (atau
menunjukkan hubungan hubungan jangka panjang), dipakai untuk menampung transaksi-
transaksi yang mengakibatkan hutang-piutang tetap antara pusar dan cabang Misalnya dalam hal
Kantor Pusat menempatkan Aktiva tetap, atau mendirikan bangunan dan pabrik untuk cabang.
Di Kantor Pusat dapat dibentuk rekening "Investasi tetap pada Kon for Cabang" atau "Kentor
Cabang R/K Jangka Panjang" Sedang di Kantor Cabang dapat dibentuk rekening "Investasi tetap
dari Kantor Poor" atau "Kantor Pusat R/K Jangka Panjang".

Kedua perbedaan tersebut, tidak merubah sifat rekening timbal balik (reciprocal) antara rekening
"Kantor Cabang" dan rekening "Kantor pusat".

Laporan Keuangan Gabungan untuk Kantor Pusat dan Kantor Cabang

Secara periodik baik Kantor Cabang maupun Kantor Pusat menyusun laporan keuangannya
(Neraca dan perhitungan Rugi - laba) secara individual.

Meskipun laporan keuangan individual itu dapat menunjukkan informasi-informasi yang penting,
baik untuk Kantor Cabang maupun Kantor Pusat, tetapi laporan-laporan itu tidak dapat
menggambarkan posisi keuangan dan hasil usaha kantor pusat dan cabangnya sebagai satu
kesatuan ekonomis.

Telah dikemukakan sebelumnya, bahwa aktiva yang dimiliki dan hutang yang terjadi di cabang
adalah merupakan sebagian dari modal kantor pusat yang ditanamkan di cabang yang
bersangkutan. Demikian pula pen dapatan dan biaya-biaya yang terjadi di cabang juga
merupakan sebagian dari pendapatan dan biaya-biaya usaha dari kantor pusat, karena cabang
hanya merupakan salah satu dari sekian banyak fungsi (kegiatan) kantor pusat sebagai suatu
badan usaha.

Pemisahan dan anggapan bahwa Kantor Cabang merupakan unit usaha yang berdiri sendiri di
dalam sistem desentralisasi itu, hanya dan segi administratip terhadap kegiatan perusahaan di
bawah koordinasi da kantor cabang tersebut. Oleh karena itu pertanggung-jawaban mass jemen
kepada para pemilik, harus meliputi baik aktiva dan hutang yang ditempatkan atau terjadi di
kantor pusat maupun cabangnya. Demikian pula hasil usaha yang didapat harus dilaporkan baik
hasil usaha di kantor pusat maupun cabangnya.

Ini berarti laporan keuangan (Neraca dan Perhitungan Rugi-Laba), harus disusun dengan
menggabungkan aktiva-aktiva dan hutang-hutang baik. di pusat maupun cabangnya. Demikian
pula terhadap pendapatan pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang terjadi pada kantor
pusat dan cabangnya, harus digabungkan sehingga Laporan Perhitungan Rugi Laba
menggambarkan keseluruhan hasil usaha perusahaan sebagai Unit Usaha yang berdiri terpisah
dari pemiliknya. Dengan perkataan lain laporan keuangan gabungan antara kantor pusat dengan
cabangnya in perlu disusun, karena pusar dan cabangnya merupakan satu kesatuan ekonomis,

Oleh karena laporan keuangan gabungan antara kantor pusat dan cabangnya, dimaksudkan untuk
memberikan gambaran tentang posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan sebagai satu
kesatuan ekonom yang bulat, maka di dalam penyusunannya harus memperhatikan hal-hal yang
beriku
(a) Di dalam Neraca hanya disajikan aktiva dan hak-hak yang ada pada perusahaan dan hutang-
hutang atau kewajiban perusahaan yang lain kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Sebagai satu
kesatuan usaha hak-hak yang dimiliki oleh dan kewajiban-kewajiban yang ada di antara kantor
pusat dengan cabangnya, atau hutang-piutang di an tara pusat dengan cabangnya harus
ditiadakan.

(b) Di dalam Laporan Perhitungan Rugi-Laba, harus dihindarkan adanya perhitungan ganda
terhadap suatu pendapatan dan biaya yang sama. Pengakuan terhadap pendapatan-pendapatan
dan biaya biaya yang timbul dari transaksi antara pusat dengan cabang dan sebaliknya sebagai
akibat sistem desentralisasi, harus dibatalkan. Kenaikan dan penurunan kekayaan bersih (net
assets) total yang ditempatkan di pusat dan cabang, harus dipakai sebagai kriteria terhadap
pengakuan adanya pendapatan yang diperoleh dan biaya biaya yang terjadi dalam perusahaan
sebagai satu kesatuan usaha. untuk menghindarkan adanya perhitungan ganda terhadap dan biaya
biaya tersebut

Dengan ketentuan tersebut di atas berarti, di dalam laporan keuangan gabungan tidak disajikan
lagi saldo tekening rekening timbal balik (receiprocal accounts), yang dibentuk dalam rangka
desentralisasi penyelenggaraan akuntansi terhadap aktiva kantor pusat dengan cabang cabangnya

Dengan demikian langkah-langkah yang diperlukan di dalam penyusunan laporan keuangan


gabungan dari kantor pusat dan cabangnya dapat dirumuskan sebagai berikut :

- Penyusunan neraca gabungan, dilakukan dengan langkah-langkah yang terdiri dari

(1) Menghapuskan (mengeliminasi) saldo rekening "R/K - Kantor Puset" dengan "R/K Kantor
Cabang" dan saldo rekening "Hutang" dengan "Piutang kepada" antar kantor pusat dan cabang,
yang ada di dalam neraca individual kantor pusat maupun cabang.

(2) Menjumlahkan (menggabungkan) saldo rekening-rekening aktiva, dan rekening-rekening


hutang yang terdapat dalam neraca in dividual kantor pusat dan cabangnya, sesuai dengan
kelompok masing-masing. Saldo rekening-rekening modal (pemilik) di dalam neraca gabungan
sama dengan saldo rekening-rekening yang bersangkutan didalam neraca individual kantor pusat.

- Penyusunan laporan perhitungan Rugi-Laba gabungan, diperlukan langkah-langkah sebagai


berikut:

(1) Menghapuskan (mengeliminasi) saldo rekening "Pengiriman Barang dari Kantor Pusat"
dengan "Pengiriman Barang ke Kontor Cabang" dan saldo rekening-rekening pendapatan dengan
biaya biaya yang bersangkutan yang diakui di dalam laporan perhitungan rugi-laba individual
kantor pusat dan cabang, sebagai akibat (konsekuensi) kebijaksanaan sistem desentralisasi yang
dilaksanakan.

2).Menjumlahkan (menggabungkan) saldo rekening-rekening pen dapatan dan laba di luar usaha,
rekening-rekening biaya dan rugi di luar usaha yang terdapat dalam laporan rugi-laba individual
kantor pusat cabang. Sesuai dengan kelompok masing-masing
Laporan keuangan gabungan

Untuk mempermudah penggabungan saldo rekening-rekening pem bukuan yang ada baik di
pusat maupun cabang-cabangnya, biasanya disusun suatu kertas kerja yang berupa "daftar lajur
penyusunan laporan keuangan gabungan". Daftar lajur itu memuat kolom kolom saldo rekening-
rekening pembukuan kantor pusat, cabang-cabang. debit & kredit untuk penyesuaian & eliminasi
dan kolom untuk neraca atau laporan rugi-laba gabungan. Di dalam daftar lajur itu telah
dilakukan penggolongan rekening-rekening sedemikian rupa, sehingga peng gabungan saldo
rekening-rekening pembukuan yang sama dengan mudah dapat dilaksanakan.
Daftar lajur dibuat semata-mata untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan gabungan,
oleh karena itu jurnal penyesuaian eliminasi tidak perlu dibukukan ke rekening rekening yang
bersangkutan baik di pusat maupun cabang. Penyesuaian rekening Timbal Balik (Adjustment of
Reciprocal Accounts)

Pada saat tertentu, khususnya pada saat penutupan buku-buku, rekening "Kantor Cabang" di
buku-buku Kantor Pusat dan rekening "Kantor Pusar" di buku Kantor Cabang, mungkin tidak
menunjukkan saldo yang sama atau tidak "reciprocal". Hal ini dapat terjadi oleh karena data
tertentu yang telah dicatat oleh salah satu pihak, belum dicatat oleh pihak yang lain.

Misalnya Kantor Pusat telah mengirimkan sejumlah barang ke Cabang sebelah debit. Tetapi oleh
karens cabang belum menerima barang-barang tersebut, maka apabila pada saat itu diadakan
penutupam buku-buku. cabang belum mencatatnya ke dalam rekening "Kantor Pusat sebelah
kredit. Dengan demikian, saldo dua rekening pada saat itu tidak menunjukan jumlah yang sama
atau tidak reciprocal.

Pada akhir periode atau pada saat akan menutup buku-buku, sebab sebab adanya perbedaan saldo
di antara 2 (dua) rekening yang reciprocal tersebut harus diselidiki dan penyesuaian harus
dilakukan seperlunya

Data yang perlu dipertimbangkan dalam menyesuaikan dua rekening tersebut, pada dasarnya
dapat digolongkan kedalam 4 golongan sebagai berikut :
(1) Debit rekening "Kantor Cabang" tanpa ada hubungan dengan kredit rekening "Kantor Pusat

(2) Kredit rekening "Kantor Cabang" tanpa ada hubungan dengan debit rekening "Kantor Pusat"

(3) Debit rekening "Kantor Pusar" tanpa ada hubungan dengan kredit rekening "Kantor Cabang"

(4) Kredit rekening "Kantor Pusat" tanpa ada hubungan dengan debit rekening "kantor cabang"
MATERI KEDUA
BAB 1X

HUBUNGAN KANTOR PUSAT DAN


CABANG (II)

Persoalan-persoalan khusus di dalam akuntansi biasanya timbul (dalam hal perusahaan


menggunakan Sistem Desentralisasi), apabila hubungan antara kantor pusat dengan cabang-
cabangnya itu menyangkut hal-hal yang berikut:

- Pengiriman (transfer) uang antar cabang


- Pengiriman barang-barang antar cabang
- Barang-barang vang dikirimkan ke cabang dinosa dengan harga di atas harga pokoknya (cost)
yaitu dengan tambahan tertentu di atas harga pokoknya, atau dinota dengan harga penjualan
ecran

Pengiriman Uang Antar Cabang

Pengiriman uang antar cabang (interbranch transfer of cash) ini ter jadi, apabila perusahaan
mempunyai cabang lebih dari satu. Untuk mengendalikan aktivitas tiap-tiap cabangnya, biasanya
kantor pusat mengadakan pembatasan pembatasan yang menyangkut hubungan antara cabang
tertentu dengan cabang lainnya. Pembatasan yang diadakan mu berhubungan dengan otorisasi
terhadap transaksi yang terjadi antara cabang tertentu dengan cabang lainnya tersebut. Otorisasi
terhadap tran saksi demikian biasanya berada pada kantor pusa. Dari segi akuntan sinya,
meskipun tiap-tiap cabang dianggap sebagai unit usaha yang berdiri sendiri (sistem
desentralisasi), namun demikian pengecualian terhadap transaksi antar cabang seperti itu
diadakan agar hasil usaha tiap-tiap

cabang dapat lebih dikontrol oleh pusat Rekening "proforme" antara cabang tertentu dengan
cabang lainnya. tidak perlu diselenggarakan. Sedang untuk menampung transaksi antar cabang
berdasar otorisasi dari kantor pusat harus diperhitungkan oleh masing-masing cabang dengan
kantor pusat.

Pengiriman Barang antar Cahang

Seperti halnya pada pengiriman uang antar cabang, dalam hal pengiriman barang antar cabang
(interbranch transfer of merchandise maka otorisasi terjadinya transaksi tersebut, biasanya ada
pada kantos pusatnya. Terdapar persoalan tersendiri apabila terjadi pengiriman ba rang dari
cabang tertentu kepada cabang lainnya.

Persoalan itu adalah tentang perlakuan akuntansi terhadap biaya

pengangkutan barang-barang yang bersangkutan.. Dalam hal pengiriman barang-barang dari


kantor pusat ke suatu cabang. biasanya ongkos-ongkos pengangkutan untuk barang-barang
tersebu diperhitungkan dan menjadi beban kantor cabang, yaitu ditambahkan pada harga barang-
barang yang bersangkutan
Apabila terjadi pengiriman barang-barang untuk cabang atas perin tah kantor pusat, maka
perlakuan terhadap ongkos angkut (pengiriman diatur sebagai berikut:

a. Ongkos angkut barang-barang dari cabang tertentu ke cabang yang lain itu dibayar lebih dulu
oleh cabang yang mengirim dan nantinya akan diperhitungkan sebagai beban kantor pusat.

b. pembebanan ongkos angkut untuk cabang yang menerima barang barang kiriman itu
diperhitungkan sesuai dengan ongkos angkut

Apabila kantor pusat mengirimkan langsung kepada cabang penerima

Dalem baka-buku Kantor Pusat, selisih yang terjadi dalam perhitungan pembebanan
ongkos angkut antar cabang itu diperlakukan sebagai gelisih ongkos angeut barang-barang antar
Cabang (Excess Freight on Interbranch Transfer of Merchandise).

Contoh :

PT Ancks Batik di Yogyakarta, mengirimkan sejumlah barang ke Cabang di Semarang seharga


Rp 500.000,00. Ongkos angkus barang jersebut dari Yogyakana ke Semarang adalah Rp
25.000,00

Beberapa hari kemudian oleh karma ada perubahan kebijaksanaan kantor pusat memerintahkan
kepada cabang Semarang, agar barang barang yang baru diterima itu dikirimkan ke cabang
Bandung seluruhnya Cabang Semarang melaksanakan perintah tersebut dan membayar ongkos
angkut sebesar Rp 60.000,00

Apabila kantor pusat langsung mengirim barang-barang tersebut dari Yogyakarta ke Bandung
hanya memerlukan ongkos angkat Rp 70.000,00

Pencatatan pada buku-buku Kantor Pusat, cabang Semarang dan cabang Bandung akan nampak
sebagai berikut: (periksa, tabel hal. 196)

Di dalam laporan keuangan kantor pusat secara individual saldo rekening "Selisih ongkos angkut
barang antar Cabang" dapat dican tumkan sebagai pengurangan daripada Rugi-Labs Cabsag
penerima yang terakhir.

Akan tetapi dalam laporan keuangan gabungan (Perhitungan Rugi-Laba Gabungan), saldo
"Selisih ongkos angkut barang-barang antar Cabang tersebut dapat dicantumkan/dicatat sebagai
bagian dari: Harga pokoi Yang Dijual; Biaya Penjualan; ataupun Biaya Administrau & Umum"
Masalah alokasi pembebanan ini tergantung kepada bagian yang bertanggung-jawab atas transfer
barang-barang tersebut.

Barang-barang untuk Cabung Dimota di atas Harge Pokok.


Barang-barang yang dikirim oleh kantor pusat ke cabang-cabang yang dinota di atas harga
pokoknya, biasanya dilakukan salah satu dari dua macam harga yang berikut:
 Dinota dengan tambahan tertentu di atas harga pokok. ling at an arbitrary rate above
cost).
 Dinota dengan harga jual eceran (Billing at retail sales price)
Barang-barang untuk Cabang Dinota dengan tambahan tertentu di atas harga pokok

Tujuan penentuan harga barang-barang untuk cabang di atas harga pokoknya antara lain:

a). Untuk dapat mengontrol/mengendalikan para pejabat di cabang. sehingga dapat diperoleh
gambaran yang konkrit tentang hasil-hasil usahanya

b). Untuk dapat menutup sebagian ongkos-ongkos pengurusan dan pengawasan serta
administrasi yang menyangkut hubungan antara Kantor Pusat dan Cabang

Dengan menentukan harga barang-barang untuk cabang di atas harga pokoknya, sebenarnya
bahwa laba yang dilaporkan adalah lebih rendah dari yang sesungguhnya terjadi.

Barang-barang untuk cabang dinote dengan harga jual eceran

Tujuan pokok daripada teknik penentuan harga untuk cabang dengan harga-harga
penjualan eceran antara lain adalah:

 Untuk lebih memperketat kontrol dan mendapatkan informasi yang lengkap tentang hasil-
hasil operasi cabang.
 Oleh karena harga jual eceran telah ditetapkan, maka apabila ada laporan penjualan dari
cabang, dapat segera diperkirakan saldo persediaan yang ada di cabang tanpa menunggu
sampai dengan laporan tentang persediaan itu dibuat.
 Mempermudah untuk pencocokan di dalam mengadakan inventarisasi phisik harang di
cabang, di mana jumlah persediaan phisik harus sama dengan perbedaan antara harga
yang dinota oleh kantor pusat dikurangi penjualan bersih yang dilaporkan.
 Melaksanakan kebijaksanaan harga jual yang sama terhadap beberapa daerah pemasaran
tertentu.

Apabila barang-barang untuk cahang dinota dengan harga jual ecerant, maka harga pokok
penjualan di cabang otomatis, sama dengan penjualannya, Aktivitas cabang akan menunjukkan
kerugian dan kerugian cabang tersebut sama dengan jumlah seluruh hiaya usaha

Laba atau rugi usaha yang sesungguhnya dari usaha cabang hanya akan dapat diketahui oleh
kantor pasal Pencatatan yang ada di kanto cabang yang tidak dapat menunjukkan rugi dan laba
usahanya itu hany dipakai untuk tujuan-tujuan statistik dan perbandingan belaka.

Prosedur pencatatan pada prinsipnya sama seperti halnya pada con toh untuk barang-barang
cabang yang dinots dengan tambahan terten to di atas harga pokoknya, yang telah diuraikan di
depan
Laporan Keuangan Gabungan Apabila Barang-barang Caleng Dinots Di atas Harga Pokok

Penyusunan laporan keuangan gabungan untuk barang yang dikirimkan antar cabang dicatat
dengan harga pokoknya (as cost), relatio lebih mudah seperti dijelaskan pada bab sebelumnya.

Apabila barang-barang untuk cabang dinoia dengan harga yang berbeda dari harga pokoknya,
maka akan timbul persoalan-persoalan khusus di dalam penyusunan laporan keuangan gabungan.

Persoalan-persoalan khusus yang perlu diperhatikan antara lain

Persediaan akhir barang-barang pada Neraca kantor cabang yang nilainya berbeda dari
harga pokok sebenarnya, harus dinyatakan kem bali dalam nilai harga pokok semula agar
memungkinkan penyusunan neraca gabungan.

Persediaan awal dan akhir barang-barang pada laporan Perhitungan Rugi-Laba cabang
harus dinyatakan kembali dalam harga pokok yang sebenarnya.

Untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan gabungan biasanya daftar lajur


(working papers) dibuat atas dasar data neraca sisa dari pusat dan cabangnya

Anda mungkin juga menyukai