Anda di halaman 1dari 28

Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

BAB I

AKUNTANSI KANTOR PUSAT DAN CABANG (ACCOUNTING


FOR HOME AND BRANCE OFFICE)

TIK: Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan dapat:

Mencatat dan melaporkan transaksi baik kantor pusat,


cabang dan transaksi yang menghubungkan keduanya, tapi
juga membuat laporan keuangan konsolidasi.

Pokok Bahasan : Akuntansi Kantor Pusat dan Cabang (Home and Branch
Office)
Deskripsi singkat: Dalam pertemuan ini, Anda mempelajari perbedaan akuntansi
agen dan cabang, mencatat masalah umum transaksi di
cabang, membuat laporan keuangan cabang dan pusat,
membuat laporan keuangan gabungan dan mencatat masalah-
masalah khusus transaksi cabang.

Bahan Bacaan:
1. Arifin, 1999, Pokok-pokok Akuntansi Lanjutan, Liberty, Yogyakarta.
2. Hidayat, U., 1999, Akuntansi Keuangan Lanjutan, Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta.
3. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2004, Standar Akuntansi Keuangan - Per
1 Oktober 2004, Salemba Empat, Jakarta.
III. Pertanyaan Kunci
Jika Anda membaca bahan bacaan berikut, gunakan pertanyaan-pertanyaan
berikut ini untuk memandu Anda:
1. Jelaskan perbedaan agen dan cabang?

1
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

2. Jelaskan kedua sistem akuntansi kantor cabang?


3. Bagaimana perlakuan akuntansi terkait dengan masalah
 Pengiriman uang
 Pengiriman barang dagang
 Ongkos angkut barang dagang
 Aktiva tetap
 Pembebanan beban operasi oleh kantor pusat?
4. Bagaimana prosedur pencatatan akuntansi untuk masalah-maslah khusus
yang terjadi dalam kantor cabang, seperti pengiriman uang dan barang
antar cabang dengan sepengetahuan kantor pusat dll.

2
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

BAB I

AKUNTANSI KANTOR PUSAT DAN CABANG (ACCOUNTING


FOR HOME AND BRANCE OFFICE)

Tujuan Instruksional Khusus

Mencatat dan melaporkan transaksi baik kantor pusat, cabang dan transaksi
yang menghubungkan keduanya, tapi juga membuat laporan keuangan
konsolidasi.

A. Pendahuluan

Untuk meningkatkan laba, perusahaan harus meningkatkan omzet atau

volume penjualan. Pada umumnya, potensi penjualan suatu produk untuk suatu

daerah adalah terbatas. Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan omzet atau

volume penjualan harus disertai dengan usaha untuk memperluas daerah

pemasaran. Usaha untuk memperluas daerah pemasaran dapat dilakukan dengan

beberapa cara, seperti melalui penjualan konsinyasi, membuka kantor agen atau

agen penjualan (sales agency), dan mendirikan kantor cabang (branch) di tiap

daerah penjualan.

Akuntansi kantor cabang (branch) membagi sistem akuntansi perusahaan

secara terpisah antara kantor pusat dan kantor cabang. Kantor pusat terdiri dari

satuan (unit) akuntansi pusat untuk perusahaan, sementara kantor cabang terdiri

3
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

dari tambahan sistem akuntansi untuk mencatat kegiatan setiap cabang. Sistem

kantor pusat dan kantor cabang yang terpisah digunakan untuk tujuan akuntansi

dan pelaporan internal, tetapi laporan keuangan kantor pusat dan cabang yang

terpisah harus disatukan untuk memenuhi kebutuhan akan pelaporan keuangan

eksternal.

1.1 PENGERTIAN CABANG (BRANCH)

Kantor cabang (branch office), selanjutnya disebut cabang (branch),

adalah perusahaan-perusahaan yang dibentuk oleh perusahaan (kantor pusat/head

office) dengan maksud untuk memperluas pasar dan berfungsi sebagai unit usaha

yang berdiri sendiri.

Cabang merupakan kesatuan yang memiliki lokasi sendiri dalam suatu

kesatuan usaha, yang pencatatan akuntansinya juga dilakukan terpisah. Cabang

meskipun merupakan kesatuan akuntansi yang terpisah, tetapi secara hukum

mereka tidak terpisah dari induknya.

1.2 PEMBENTUKAN CABANG

1.2.1 Perkembangan Pembentukan Agen dan Cabang

Agen penjualan dan kantor cabang merupakan salah satu bentuk

diversifikasi usaha yang dilakukan oleh perusahaan (kantor pusat) dalam rangka

mempertahankan kontinuitas usahanya. Di dalam perkembangan usahanya,

perusahaan dapat beroperasi tidak saja di dalam lingkungan suatu kota tetapi

4
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

dapat juga beroperasi ke luar kota, ke luar daerah, dan bahkan ke luar negeri.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka dapat dibentuk pusat-pusat penjualan

di daerah-daerah tertentu yang dapat merupakan sarana untuk mencapai tujuan-

tujuan pemasaran (marketing). Pusat-pusat penjualan yang dibentuk itu dapat

berupa agen (agency) atau cabang (branch). Dalam perkembangan selanjutnya

bentuk agen ataupun cabang dapat pula diserahi fungsi selain penjualan misalnya

fungsi pembelian dan lain-lain.

1.2.2 Perbedaan Karakteristik Agen dan Kantor Cabang

Perbedaan di antara kedua sarana untuk memperluas daerah pemasaran

tersebut, terutama dalam hal: organisasi, manajemen, dan mekanisme

pengawasannya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Perbedaan antara Agen dan Kantor Cabang

Agen Kantor Cabang

a. Agen adalah suatu bentuk organisasi yang a. Kantor cabang adalah suatu bentuk organisasi
hanya diberi fungsi untuk menerima pesan- yang menjual barang-barang dari persediaan
an barang-barang dan bekerja di bawah yang dibentuknya (baik dikirim dari kantor pusat
pengawasan langsung oleh kantor pusat maupun dibeli sendiri) dan diberi wewenang
sementara transaksi dengan pihak ketiga untuk melaksanakan transaksi-transaksi dengan
dilaksanakan secara langsung oleh kantor pihak ketiga, sehingga berfungsi sebagai unit
pusat. usaha yang berdiri sendiri.

b. Agen tidak memiliki persediaan untuk Kantor cabang mengadakan sediaan (stock) untuk ba-
barang-barang yang akan dijual, akan rang-barang dagangannya yang pada umumnya

5
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

tetapi hanya berupa monster (contoh-con- sebagian besar dikirim dari Kantor pusatnya.
toh/samples). Barang-barang yang dijual Namun demikian, sampai dengan batas-batas
akan dikirim langsung oleh kantor pusat tertentu kantor cabang juga membeli sendiri
kepada pelanggan yang bersangkutan. barang-barang dagangannya.

b. Persetujuan terhadap syarat-syarat c. Kantor cabang memberikan


penjualan terletak sepenuhnya pada persetujuan tentang syarat-syarat penjualan,
kantor pusat. Administrasi terhadap menyeleng-garakan administrasi piutang yang
piutang yang timbul dari penjualan dan timbul dari penjualan tersebut dan mengurus
pengumpulan piutang yang ber-sangkutan pengumpulan piutang yang bersangkutan.
diselenggarakan oleh kantor pusat.

c. Modal kerja untuk biaya-biaya operasi d. Kantor cabang mengelola uang tunai dari hasil
agen diberikan oleh kantor pusat. Agen penjualan pengumpulan piutangnya dan
tidak mengurus uang tunai (kas) selain melaksanakan transaksi-transaksi pembayaran
modal kerja yang diberikan. alat inisiatif sendiri.

1.3 HUBUNGAN KANTOR PUSAT DAN AGEN

1.3.1 Usaha dari Suatu Agen

Agen (penjualan) dibentuk oleh kantor pusat dengan tujuan mempermudah

pendistribusian barang kepada konsumen. Agen penjualan menerima barang dari

kantor pusat kemudian menyerahkannya ke pelanggan sesuai dengan pesanan

(order). Agen yang bekerja sebagai suatu unit organisasi penjualan lokal (di

daerah tertentu) berada di bawah pengawasan kantor pusat (bagian penjualan) dan

biasanya tidak mengadakan persediaan (stock) selain dari contoh-contoh atau

monster (samples) dari barang-barang yang akan ditawarkan untuk dijual.

6
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

Contoh-contoh barang yang akan ditawarkan dan mungkin juga akan diiklankan

itu diberi oleh kantor pusat. Untuk keperluan usahanya, biasanya agen diberi

sejumlah modal kerja (working capital) dari kantor pusat guna pembayaran

ongkos-ongkos penjualan dan penyelesaian kewajiban agen dalam melaksanakan

tugasnya.

Pengawasan terhadap dana yang diberikan kepada agen tersebut, biasanya

digunakan sistem dana tetap (imprest fund system). Pesanan-pesanan yang

diterima oleh agen dikirimkan langsung ke kantor pusat untuk dimintakan

persetujuan. Jika harga dan syarat-syarat pembayaran dapat diterima, maka kantor

pusat akan mengirimkan barang-barangnya langsung kepada langganan dengan

faktur penjualannya sekaligus. Kantor pusat dapat menyerahkan

pertanggungjawaban untuk mengawasi piutang-piutang yang terjadi karena

penjualan tersebut, membuatkan fakturnya dan atau menagih piutang tersebut

kepada agen. Semua biaya yang bersangkutan dengan agen selain yang

dikeluarkan oleh agen dengan menggunakan modal kerja yang diterimanya,

diperhitungkan dan ditanggung oleh kantor pusat.

1.3.2 Pembukuan Agen

Pencatatan akuntansi yang diperlukan oleh agen hanya yang berhubungan dengan

penerimaan dan pengeluaran kas yang sistem pengelolaannya hampir sama

dengan sistem pengelolaan dana kas kecil (petty cash). Penjualan yang dilakukan

7
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

oleh agen dicatat oleh kantor pusat. Dengan kata lain, akuntansi terhadap usaha

keagenan tidak membutuhkan penyusunan buku-buku secara lengkap. Pada

umumnya agen cukup menyelenggarakan buku kas untuk mencatat penerimaan

(dan pengisian kembali) modal kerja dari kantor pusat, dan pengeluaran-

pengeluaran untuk berbagai macam biaya. Pengeluaran kas biasanya dicatat

dalam bentuk rangkap dengan cara membuat tembusannya.

Pada saat modal kerja hampir habis atau mendekati jumlah minimum yang

ditetapkan, agen mengirimkan tembusan (copy) ringkasan pengeluaran kas berikut

bukti-bukti pengeluarannya kepada kantor pusat, untuk mendapatkan penggantian

atau pengisian kembali modal kerjanya. Sementara catatan pengeluaran kas yang

asli diarsipkan di tempat agen yang bersangkutan.

1.3.2 Pembukuan Kantor Pusat

Pembukuan terhadap transaksi-transaksi dengan agen, yang akan diselenggarakan

oleh kantor pusat, tergantung pada tujuan yang dikehendaki, yaitu mengenai

laba/rugi yang didapat dari aktivitas penjualan melalui agen tersebut. Dalam hal

ini terdapat dua alternatif sebagai berikut.

a. Laba/rugi yang didapat dari aktivitas penjualan melalui agen (tiap-tiap agen)

tidak ditentukan secara terpisah. Pada cara ini laba/rugi yang didapat dari

penjualan melalui agen akan dilaporkan tergabung dengan transaksi penjualan

regular. Dengan demikian itu semua transaksi penjualan dan biaya-biaya yang

8
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

terjadi melalui agen yang bersangkutan, dicatat dalam akun-akun pembukuan

yang ada seperti halnya transaksi-transaksi yang terjadi di kantor pusat. Akun-

akun pembukuan khusus terutama untuk pendapatan dan biaya-biaya dari

agen yang bersangkutan tidak perlu diselenggarakan.

b. Laba/rugi yang didapat dari aktivitas penjualan melalui agen ditentukan

secara terpisah. Pada cara ini, akun-akun pembukuan khusus untuk agen,

terutama untuk pendapatan dan biaya-biaya yang bersangkutan harus

diselenggarakan. Akun-akun pembukuan khusus untuk agen itu, dipergunakan

untuk mencatat semua transaksi penjualan melalui agen dan biaya-biaya yang

terjadi pada agen yang bersangkutan. Dengan demikian, dapat diperoleh

gambaran yang jelas tentang laba atau rugi yang timbul dari kegiatan

penjualan melalui setiap agen yang dibentuk. Apabila perusahaan mempunyai

beberapa agen, maka akun-akun pendapatan dan biaya-biaya pada agen dapat

diselenggarakan sebagai akun kontrol (buku besar). Sementara akun pen-

dapatan dan biaya untuk tiap-tiap agen diselenggarakan sebagai akun-akun

pembantunya.

1.4 HUBUNGAN KANTOR PUSAT DAN CABANG

Apapun sifat dan jenis usaha kantor cabang, biasanya berada di bawah

pengelolaan seorang manajer cabang yang bertanggung jawab langsung kepada

manajemen puncak di kantor pusat. Manajer cabang harus melaporkan informasi

9
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

tentang volume aktivitas dan hasil usaha cabang kepada kantor pusatnya, karena

data demikian penting untuk analisa dan pengambilan keputusan. Administrasi

yang lengkap terhadap aktiva yang ditempatkan dan utang-utang atau kewajiban-

kewajiban yang timbul di cabang juga diperlukan seperti halnya di kantor pusat.

Meskipun cabang berusaha dan bekerja sebagai unit (usaha) yang berdiri sendiri,

tetapi tetap dikontrol oleh kantor pusat. Tingkat kebebasan berdiri sendiri yang

diberikan kepada suatu cabang ditetapkan oleh kantor pusat. Kebijaksanaan

umum dan standar pelaksanaan yang biasa berlaku bagi dunia usaha, juga

dilaksanakan terhadap cabang-cabang yang dibentuk oleh kantor pusat. Garis

besar bekerjanya suatu cabang adalah sebagai berikut.

10
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

Cabang diberi modal kerja, baik berupa uang kas, barang-barang dagangan

maupun aktiva lainnya oleh kantor pusat.

Cabang dapat membeli barang dagangan dari pihak ketiga untuk memenuhi

kebutuhan permintaan barang-barang lokal yang tidak dapat dipenuhi oleh

kantor pusat atau apabila pembelian itu dapat dipertanggungjawabkan secara

ekonomis.

Cabang melakukan aktivitas penjualan; mulai dari usaha-usaha untuk

mendapatkan pembeli; mengirimkan barang atau menyerahkan jasa-jasa

kepada langganan, membuat faktur penjualan, menagih (mengumpulkan)

piutang dan menyimpan uangnya di dalam akun banknya sendiri.

1.5 SISTEM AKUNTANSI UNTUK USAHA ATAU OPERASI KANTOR

CABANG

Kantor pusat terdiri dari unit akuntansi pusat untuk perusahaan, sementara kantor

cabang terdiri dari tambahan sistem akuntansi untuk mencatat kegiatan setiap

cabang. Sistem kantor pusat dan kantor cabang yang terpisah digunakan untuk

tujuan akuntansi dan pelaporan internal, tetapi laporan keuangan kantor pusat dan

kantor cabang yang terpisah harus disatukan untuk memenuhi kebutuhan akan

laporan keuangan eksternal.

Sistem akuntansi untuk cabang-cabang dapat dilakukan dengan tiga metode

sebagai berikut.

11
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

a. Akuntansi untuk cabang-cabang diselenggarakan hanya di kantor pusat

(sentralisasi). Apabila sistem sentralisasi dilaksanakan, maka pembukuan

terhadap transaksi-transaksi yang terjadi di kantor cabang diselenggarakan

sepenuhnya oleh kantor pusat. Pada cara ini, kantor cabang cukup

mengumpulkan dokumen-dokumen dasar, seperti faktor penjualan, catatan

waktu kerja, voucher-voucher pengeluaran kas, dan bukti-bukti lainnya yang

mendukung terjadinya transaksi. Dokumen-dokumen dasar itu atau

tembusannya dikirim kepada kantor pusat untuk dicatat di dalam buku jurnal

dan akun-akun buku besarnya.

Apabila laba/rugi dari aktivitas cabang akan ditentukan terpisah dari kegiatan

kantor pusat maka penggunaan buku-buku jurnal khusus atau akun-akun

pendapatan, harga pokok penjualan dan biaya kantor cabang harus disediakan

di dalam susunan akun-akun pembukuan kantor pusat. Sistem sentralisasi

pada umumnya dilaksanakan dalam rangka penghematan biaya administrasi.

Sistem sentralisasi juga lebih menjamin adanya keseragaman prosedur dan

metode-metode pembukuan yang diterapkan baik untuk aktivitas kantor pusat,

maupun aktivitas kantor cabangnya. Akan tetapi keterlambatan informasi

(data) yang diterima oleh kantor pusat pada umumnya akan merupakan faktor

yang menyebabkan terlambatnya penyajian laporan keuangan secara periodik.

b. Akuntansi untuk cabang-cabang hanya diselenggarakan di cabang-cabang

12
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

(desentralisasi). Pada cara ini, setiap cabang menyelenggarakan pembukuan

atas transaksi-transaksi yang terjadi pada cabang yang bersangkutan secara

lengkap. Tiap-tiap cabang menyelenggarakan buku-buku jurnal, buku besar,

dan buku-buku tambahan (pembantu) apabila dianggap perlu. Apabila sistem

desentralisasi dilaksanakan, biasanya susunan dan klasifikasi akun-akun

pembukuan pada tiap-tiap kantor cabang mengikuti dan sesuai dengan

susunan dan klasifikasi yang dipakai pada kantor pusatnya.

Proses akuntansi pada kantor cabang diselenggarakan seperti halnya pada

perusahaan (badan usaha) yang berdiri sendiri, kecuali bahwa kantor cabang

tidak menyelenggarakan (memiliki) akun modal. Suatu akun khusus yang

berfungsi sama dengan akun modal di dalam perusahaan pada umumnya harus

dibentuk untuk menampung selisih antara aktiva dan utang-utang kantor

cabang. Akun khusus yang biasanya disebut akun "r/k - kantor pusat" (home

office account), merupakan modal bagi kantor cabang di satu pihak dan

merupakan investasi atau penanaman modal oleh kantor pusat di cabang yang

bersangkutan.

Hasil akhir dari proses akuntansi pada kantor cabang ini akan tercermin di

dalam laporan keuangan kantor cabang secara individual. Sementara proses

penyusunan laporan keuangan periodik pada kantor cabang juga dilaksanakan

seperti biasanya pada perusahaan-perusahaan (badan-badan usaha) yang

13
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

berdiri sendiri.

c. Akuntansi untuk cabang-cabang diselenggarakan baik di kantor pusat

maupun di kantor cabang.

1. 6 PROSEDUR PENCATATAN TRANSAKSI ANTARA KANTOR

PUSAT DAN CABANG

Ciri pokok yang menghubungkan pembukuan di kantor cabang dan kantor

pusatnya ialah adanya akun "r/k - kantor pusat" di dalam akun-akun pembukuan

kantor cabang dan "r/k - kantor cabang" di dalam akun-akun pembukuan kantor

pusat. Kedua akun tersebut merupakan akun proforma.

Diselenggarakannya akun-akun aktiva; utang; pendapatan dan biaya-biaya kecuali

untuk akun modal di kantor cabang menunjukkan adanya hubungan antara akun-

akun pembukuan di kantor cabang dengan akun-akun pembukuan di kantor pusat.

Aktiva yang ditempatkan di cabang adalah sebagian dari aktiva yang dimiliki oleh

perusahaan sebagai satu kesatuan usaha. Demikian pula halnya utang-utang yang

terjadi di kantor cabang adalah merupakan utang atau kewajiban dari perusahaan

sebagai suatu badan usaha yang terpisah dari pemiliknya. Meskipun prosedur

pembukuan untuk kantor cabang diselenggarakan sebagai unit usaha yang berdiri

sendiri, akan tetapi dari segi ekonomis cabang hanya merupakan bagian dari

keseluruhan fungsi (aktivitas) perusahaan.

Transaksi-transaksi intern pada kantor cabang atau transaksi antara kantor cabang

14
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

dengan pihak ketiga tidak mempengaruhi jumlah penanaman modal di kantor

cabang dicatat oleh kantor cabang pada akun-akun yang bersangkutan. Kantor

pusat tidak perlu melakukan pencatatan terhadap perubahan bentuk atau

komposisi terhadap investasinya di kantor cabang. Untuk lebih jelasnya diberikan

contoh sebagai berikut.

Akuntansi kantor cabang dalam pembahasan ini, dibagi menjadi 2 (dua) bagian

yaitu masalah umum dan masalah khusus.

1.7 MASALAH UMUM

1.7.1 Pengiriman Uang

Apabila kantor pusat mengirim uang ke cabang, maka buku kantor pusat

mendebit perkiraan cabang dan mengkredit perkiraan kas. Buku kantor cabang

yang menerima uang dari kantor pusat dicatat pada debit perkiraan kas dan

mengkredit perkiraan kantor pusat.

Contoh :

PT. Sinar membuka cabang di Wamena pada tanggal 1 Oktober 2002, dan pada

tanggal itu kantor puasat mengirim uang tunai sebesar Rp. 150.000.000.

Pembukuan kantor pusat mencatat pengiriman uang kecabang Wamena.

15
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

Jurnal :

Cabang Wamena Rp. 150.000.000


Kas Rp. 150.000.000

Pembukuan kantor cabang Wamena mencatat penerimaan uang.

Jurnal :

Kas Rp. 150.000.000


Kantor pusat Rp.
150.000.000

Suatu cabang dibentuk oleh suatu perusahaan. Untuk memulai usaha cabang

tersebut telah dikirim uang tunai sebesar Rp1.000.000. Akun-akun pembukuan

yang terlibat dalam transaksi ini, pada masing-masing pihak akan ternyata pada

Peraga 8.3.

Peraga 3.1
Pencatatan Akun-akun Pembukuan

Akun-akun Pembukuan Akun-akun Pembukuan


Kantor Pusat Kantor Cabang
(1) Pengiriman uang tunai ke kantor cabang sebesar Rp150.000.000

R/K - Kantor Cabang R/K - Kantor Pusat


150.000.000 150.000.000

Kas Kas

150.000.000 150.000.000

Transaksi sebagaimana ditunjukkan oleh Peraga 3.1 mempengaruhi jumlah

investasi kantor pusat di cabang. Oleh karena itu, baik kantor cabang maupun

16
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

kantor pusat keduanya melakukan pencatatan atas transaksi itu. Apabila kernudian

cabang membeli alat-alat kantor secara tunai dengan harga Rp250.000, maka

transaksi pengeluaran kas akan dicatat oleh kantor cabang sebagai unit usaha yang

berdiri sendiri.

1.7.2 Pengiriman Barang Dagang

Untuk pencatatan pengiriman barang dagang ke cabang, harus

mempertimbangkan sistem pencatatan persediaan barang dagang yang digunakan.

Sistem pencatatan persediaan yang kita kenal yaitu metode fisik (Physical

Inventory Methot) dan metode perpetual (Perpetual Inventory Methot).

Metode Perpetual

Pada saat pengiriman barang dagang, buku kantor pusat mendebit

perkiraan cabang dan mengkredit perkiraan persediaan barang dagang. Buku

kantor cabang menerima barang dagang mendebit perkiraan barang dagang dan

mengkredit perkiraan kantor pusat.

Contoh :

Kantor pusat mengirim barang dagang ke cabang Ujung Pandang dengan HPP Rp.

20.000.000.

Buku kantor pusat, pada waktu pengiriman barang ke cabang.

17
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

Jurnal :

Cabang Ujung Pandang Rp. 20.000.000


Persediaan barang dagang Rp. 20.000.000

Buku kantor cabang yang menerima barang dagang.

Jurnal :

Persediaan barang dagang Rp. 20.000.000


Kantor pusat Rp. 20.000.000

Metode Fisik

Kantor pusat mengirim barang dagang ke cabang dengan mendebit

perkiraan cabang dan mengkredit pengiriman barang dagang ke cabang. Buku

kantor cabang yang menerima barang dagang dengan mendebit perkiraan

pengiriman barang dagang dari kantor pusat dan mengkredit perkiraan kantor

pusat.

1.7.3 Ongkos Angkut Barang Dagang

Pengiriman barang dagang dari kantor pusat ke cabang memerlukan

ongkos angkut. Masalah ongkos angkut yang dikeluarkan oleh kantor pusat atau

cabang tergantung pada kebijakan manajemen, yaitu:

a. Ongkos angkut dibebankan pada kantor cabang dengan

menambah harga perolehan barang dagang

Contoh :

Kantor pusat mengirim barang dagang ke cabang Bulukumba sebesar Rp.

45.000.000 dan ongkos angkut muatan kapal laut sebesar Rp. 2.300.000 dibayar

18
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

oleh kantor pusat. Buku kantor pusat pada waktu mengirim barang dagang dan

mencatat ongkos angkut.

Jurnal :

Cabang Bulukumba Rp. 47.300.000


Persediaan barang dagang Rp. 45.000.000
Kas Rp. 2.300.000

Buku kantor cabang waktu menerima barang dagang dan mencatat ongkos
angkut.

Jurnal metode perpetual :

Persediaan barang dagang Rp. 47.300.000


Kantor pusat Rp. 47.300.00

Jurnal metode fisik :

Pengiriman brg dgng dr kntr pusat Rp. 45.000.000


Beban angkutan masuk Rp. 2.300.000
Kantor pusat Rp. 47.300.000

b. Ongkos angkut dibebankan pada kantor cabang dengan tidak


menambah nilai perolehan barang

Kantor pusat mengeluarkan ongkos angkut di mana pengeluaran tersebut

menjadi beban kantor cabang atau sebaliknya dan cabang tidak membebankan

pada HPP barang tersebut.

Sama dengan cnth 5

Jurnal kantor pusat :

Cabang Bulukumba Rp. 47.300.000


Persediaan brg dgng/pengiriman brg dgng Rp. 45.000.000

19
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

Kas Rp. 2.300.000

Cabang mencatat penerimaan barang dagang dari kantor pusat.

Jurnal :

Persediaan brg dgng dr kntr pusat Rp. 45.000.000


Beban pengangkutan Rp. 2.300.000
Kantor pusat Rp. 47.300.000

Perkiraan beban pengakutan dilaporkan pada kelompok beban operasi cabang.

c. Ongkos angkut menjadi beban kantor pusat

Buku cabang mencatat penerimaan barang dagang dari kantor pusat dengan

mendebit perkiraan persediaan barang dagang dari kantor pusat dan mendebit

perkiraan kantor pusat sebesar nilai barang tidak termasuk ongkos angkut.

Sama dengan contoh 5

Jurnal buku kantor pusat :

Cabang Bulukumba Rp. 45.000.000


Beban pengangkutan Rp. 2.300.000
Persediaan brg dgng/pengiriman brg dgng Rp. 45.000.000
Kas Rp. 2.300.000

Beban pengangkutan sebesar Rp. 2.300.000 dilaporkan pada perhitungan

laba/rugi sebagai kelompok beban operasi atau beban penjualan.

Jurnal buku cabang Bulukumba:

Persediaan barang dagang Rp. 45.000.000


Kantor pusat Rp. 45.000.000

1.7.4 Aktiva Tetap

20
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

Mencatat aktiva tetap tergantung pada kebijaksanaan kantor pusat terdiri

atas: Aktiva tetap dicatat pada buku kantor pusat dan aktiva tetap dicatat pada

buku kantor cabang.

a. Aktiva tetap dicatat pada buku kantor pusat

Cabang tidak mencatat aktiva tetap yang dipakai untuk operasinya. Beban

penyusutan atas aktiva tetap yang dipakai menjadi beban cabang.

Pencatatan aktiva tetap cabang pada kantor pusat antara lain :

1. Pembelian aktiva tetap oleh kantor pusat.

2. Pembelian aktiva tetap oleh cabang .

3. Aktiva tetap bekas dikirim ke cabang.

Contoh :

PT. Bina Lestari berkantor pusat di Semarang dan mempunyai cabang di

Kebumen.

Transaksi kantor pusat dan cabang.

1. Kantor pusat membeli peralatan kantor untuk kegiatan cabang secara tunai

sebesar Rp. 4.200.000

2. Cabang membeli peralatan kantor secara kredit sebesar Rp. 3.750.000

3. Kantor pusat mengirim kendaraan bekas untuk dipakai operasi cabang. Nilai

kendaraan Rp. 27.800.000 dan akumulasi penyusutan kendaraan sebesar Rp.

5.560.000

Buku Kantor Pusat

21
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

1. Jurnal pembelian peralatan kantor


Peralatan kantor Rp. 4.200.000
Kas Rp. 4.200.000

2. Jurnal pembelian peralatan kantor oleh cabang


Peralatan kantor Rp. 3.750.000
Cabang Kebumen Rp 3.750.000

3. Tidak ada jurnal


Karena aktiva tetap dicatat di kantor pusat

Buku Cabang Kebumen

1. Tidak ada jurnal


( Aktiva tetap dicatat di kantor pusat ).

2. Kantor pusat Rp. 3.750.000


Utang dagang Rp. 3.750.000

3. Tidak ada jurnal


(Aktiva tetap dicatat di kantor pusat)

b. Aktiva tetap dicatat pada buku kantor cabang

Kantor cabang mencatat semua aktiva tetap yang ada dalam kegiatan

operasinya, termasuk perhitungan beban penyusutan.

Masalah aktiva tetap cabang yang dicatat pada kantor cabang antara lain :

1. Pembelian aktiva tetap oleh kantor pusat

2. Pembelian aktiva tetap oleh kantor cabang

3. Aktiva tetap bekas yang dikirim ke cabang

(sama dengan contoh 6)

Buku Kantor Pusat

22
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

1. Jurnal pembelian peralatan kantor oleh kantor pusat.

Jurnal :
Cabang Kebumen Rp. 4.200.000
Kas Rp. 4.200.000

2. Jurnal pembelian peralatan kantor oleh cabang


Tidak ada jurnal

3. Jurnal pengiriman barang bekas

Jurnal :
Cabang Kebumen Rp. 22.240.000
Akumu. Penyu. Kendaraan Rp. 5.560.000
Kendaraan Rp. 27.800.000

Buku Cabang Kebumen

1. Mencatat pembelian aktiva tetap oleh kantor pusat.

Jurnal :
Peralatan kantor Rp. 4.200.000
Kantor pusat Rp. 4.200.000

2. Mencatat pembelian aktiva tetap.

Jurnal :
Peralatan kantor Rp. 3.750.000
Utang dagang Rp. 3.750.000

3. Mencatat penerimaa aktiva tetap (kendaraan) bekas dari kantor pusat.

Jurnal :
Kendaraan Rp. 27.800.000
Akumu. Penyu. Kendaraan Rp. 5.560.000
Kantor pusat Rp. 22.240.000

1.7.5 Pembebanan Beban Operasi

23
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

Sejak laporan keuangan dibuat terpisah antara kantor pusat dan cabang.

Beban operasi yang dicatat atau dikeluarkan oleh kantor pusat, dimana merupakan

beban kantor cabang misalnya beban penyusutan aktiva tetap yang dipakai

cabang, beban asuransi dll.

Kantor pusat mengirim nota ke cabang dengan merinci beban tersebut.

Pencatatan pada kantor pusat yaitu mendebit perkiraan cabang dan mengkredit

perkiraan beban yang bersangkutan atau perkiraan akumulasi penyusutan aktiva

tetap.

Contoh :

Kantor pusat mengirim nota atas beban penyusutan aktiva tetap yang dipakai

cabang Ciamis, dimana aktiva tetap cabang dicatat pada buku kantor pusat.

Rincian nota :

 Penyusutan kendaraan Rp. 2.470.000

 Penyusutan peralatan kantor Rp. 1.540.000

Buku Kantor Pusat

Mencatat pengiriman nota ke cabang.

Jurnal :
Cabang Ciamis Rp. 4.010.000
Akumulasi penysutan kendaraan Rp. 2.470.000
Akumulasi penyusutan peralatan kantor Rp. 1.540.000

Buku Cabang Ciamis

24
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

Jurnal :
Beban penyusutan kendaraan Rp. 2.470.000
Beban penyusutan peralatan kantor Rp. 1.540.000
Kantor pusat Rp. 4.010.000

1.8. CONTOH SOAL; MENCATAT TRANSAKSI DAN MENYUSUN

LAPORAN KEAUNGAN INDIVIDUAL KANTOR CABANG DAN

KANTOR PUSAT

Transaksi cabang harus sesuai dengan kebijaksanaan yang diatur oleh

kantor pusat. Kebijaksanaan ini harus konsisten dengan tahun sebelumnya.

Contoh :

Pada tanggal 1 April 2015, PT Desawin membuka cabang di daerah Purwakarta

dan Cirebon. Kantor Pusat membuat laporan keuangan bulanan.

Neraca PT Desawin pada tanggal 1 April 1998 sbb:

PT Desarwin
Neraca
Per 1 April 2015
(Dalam ribuan rupiah)
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar

Kas 40.000 Utang dagang 45.000


Piutang dagang 90.000 Utang PPh ps.21 1.500
Persediaan barang dagang 120.000 PPN Keluaran 3.700
PPN Masukan 2.500 Utang bank 100.000
252.000 150.000
Aktiva Tetap Modal Pemegang Saham
Modal Saham 100.000
Tanah 25.000 Laba ditahan 76.700
Bangunan 51.000 176.700
Akum.penyusutan (10.000)
Inventaris kantor 15.000
Akum. Penyusutan (6.600)
74.400
Total Aktiva 326.900 Total Kewajiban & Modal 326.900

25
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

Transaksi kantor pusat, cabang Purwakarta dan cabang Cirebon untuk bulan April

2015 adalah sbb:

1. Kantor pusat mengirim uang ke cabang Purwakarta sebesar Rp. 5.000.000 dan

cabang Cirebon Rp. 6.000.000.

2. Kantor pusat mengirim barang dagang dengan harga pokok ditambah PPN

sebesar 10 % dari harga pembelian terdiri atas:

Harga Pokok PPN


Cabang Purwakarta Rp. 30.000.000 Rp. 3.000.000
Cabang Cirebon Rp. 45.000.000 Rp. 4.500.000
Rp. 75.000.000 Rp. 7.500.000

3. Kantor pusat membeli secara tunai inventaris kantor untuk dipakai operasi

cabang Purwakarta Rp. 3.300.000 dan cabang Cirebon Rp. 4.200.000

4. Kantor pusat menyetor PPh pasal 21 dan PPN Kas Negara atas pajak bulan

Mei 1998 ( dilihat neraca 1 April 2015 )

5. Kantor pusat dan cabang menjual barang secara kredit kepada pihak ketiga

sbb :

Harga Jual PPN Harga Pokok


Kantor pusat Rp. 54.500.000 Rp. 5.450.000 Rp. 40.875.000
Cabang Purwakarta Rp. 27.500.000 Rp. 2.750.000 Rp. 20.600.000
Cabang Cirebon Rp. 36.000.000 Rp. 3.680.000 Rp. 32.800.000

26
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

6. Penerimaan tagihan atas sejumlah piutang dagang yaitu kantor pusat Rp.

47.500.000, cabang Cirebon Rp. 28.900.000 dan cabang Purwakarta

Rp. 21.000.000

7. Kantor pusat cabang membayar tunai beban operasi bulan April 1998 :

Kantor Pusat Cabang


Keterangan Purwakarta (Rp) Cirebon (Rp)
(Rp)
Gaji 4.500.000 2.500.000 3.000.000
-/- PPh ps.21 (600.000) (500.000) 550.000
Sewa gedung - 250.000 300.000
cabang/bln - (37.500) 45.000
-/- PPh ps.23 200.000 150.000 175.000
Perjalanan dinas 120.000 25.000 47.500
Iklan dan promosi 275.000 137.500 151.000
Telepon, air &
listrik

Total 4.495.000 2.525.000 3.079.100

8. Dalam rangka meningkatkan penjualan untuk cabang Cirebon. Maka diambil

keputusan untuk membeli kendaraan bekas ( 90 % dalam keadaan baik )

sebesar Rp. 21.000.000 yang dibayar tunai Rp. 5.000.000 dan sisanya akan

dibayar pada bulan Mei 2015 cabang membuat nota ke kantor pusat atas

pembelian kendaraan.

9. Kantor pusat mencatat penyusutan aktiva tetap bulan April 2015 dan

menotakan beban penyusutan atas aktiva tetap yang dipakai cabang.

Persentase penyusutan aktiva per tahun sbb :

Bangunan : 5 % dari harga perolehan

27
Politeknik Negeri ujung Pandang Akuntansi Keuangan Lanjutan 1

Inventaris kantor : 25 % dari nilai buku

Kendaraan : 25 % dari nilai buku

10. Pengiriman uang tunai ke kantor pusat oleh Purwakarta sebesar Rp. 2.200.000

dan

cabang Cirebon Rp. 1.250.000

Kebijaksanaan akuntansi kantor pusat pada cabang :

a. Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) dan PPh pasal 21 sistem

desentralisasi.

b. Metode pencatatan persediaan barang dagang dengan metode

perpetual.

c. Semua aktiva tetap cabang dicatat pada buku kantor pusat.

d. Cabang hanya menjual barang dagang dari kantor pusat.

Jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi yang terjadi pada kantor pusat, cabang

Purwakarta dan cabang Cirebon ditampilkan pada tabel berikut ini.

28

Anda mungkin juga menyukai