Anda di halaman 1dari 4

DARI BALIK TEMBOK PENJARA

DR.ENDANG MOERDOPO

RIKYALDO JEMAHI JUMA

23092615

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI KEDIRGANTARAAN


YOGYAKARTA
2023
1. IDENTITAS BUKU
Judul Buku : Dari Balik Tembok Penjara
Judul cerpen : Sayap Kusuma Respati
Penulis Cerpen : Dr.Dra Endang Moerdopo,M.Si
Penulis Resensi : Rikyaldo Jemahi Juma
NIT : 23092615
Penerbit : Stiletto Indie Book
Tebal Buku :136 Halaman (13 cm x 19 cm)
Tahun Penerbit : Cetakan 1, Februari 2022
ISBN : 978-623-409-015-4

RESENSI: JIWA YANG MERDEKA


2.SINOPSIS

Menceritakan Kusuma Respati yang kepribadian bebas dan menyukai kain motif Parang
Kusuma. Dengan warna dasar putih. Menurutnya motif parang itu melambangkan huruf ‘S’
yang tersambung “INFINITY”. Luas, tak terbatas, Bebas. Cerpen ini menceritakan Kusuma
Respati yang sering memperhatikan kejadian sekitarnya. Dimulai dari kusuma respati yang melihat
keramaian orang-orang yang berkumpul sekitar peti mati, ia memakai baju berwarna merah Respati
memaknai itu sebagai merdeka sejati adalah mati. Lidah api menyala-nyala ,makin menjadi.Bara
memerah, memakan peti mati beserta isinya. Kebaya merah dan kain kusuma lebur jadi abu.
Respati melihat ada anak kecil dengan termos berwarna merah yang berisi es mambo, ketika
kakaknya berpura-pura menjadi meminta-minta berbaris mulai dari kakak yang paling besar. yang
memohon pada si Akam kecil itu untuk dibagi. anak kecil itu tertawa senang sekali melihat kakak
kakaknya berbaris sambil memasang wajah sedih. Respati terus memperhatikan tingkah mereka. anak
kecil itu membuka tutup termos dan mengambil isinya. Diberikannya kepada kakak yang berbaris
pertama. sang kakak memasang wajah gembira, sambil kemudian mengucapkan kata, “Terima kasih
banyak anak cantik..,” kemudian berpindah ke baris belakang. giliran Kakak di urutan kedua maju,
dapat juga, demikian pula Kakak ketiga. semua sekarang sudah dapat bagian masing-masing. Lalu,
mereka membentuk lingkaran dan bersama-sama memakannya. Anak kecil itu merasa Senang saat
kakak-kakaknya menurutin semua keinginannya. Terdengar teriakan ibu muncul dari dalam rumah,
“Hayooo … sudah sore …semua beranjak berdiri, satu per satu masuk dalam rumah bersiap untuk
mandi, kecuali sang anak itu dengan termos dipangkuannya. dan berlutut membujuk untuk pulang
tapi ia mengelengkan kepalanya, tidak lama ibu itu mengendongnya untuk pulang,, anak itu merasa
menderita yang ia nyatakan lewat ronta dalalm jerit tangisnya. . Respati terbuai dengan gemulai jari-
jari anak perempuan itu menari. Menari bebas usai membuat seluruh gerakan menjadi bernyawa.
Senyum simpul berhias lesung pipi. kulit cerah, pipi memerah, sambil menarikan tari serimpi. Sejenak
remaja perempuan itu terhenti ketika seorang laki-laki mendekati. Kata Respati dalam hati, remaja
perempuan itu tiba-tiba meloncat kegirangan saat membaca surat yang disampaikan oleh Tumbuh. ia
segera berlari mendapati ayahnya yang sedang membaca koran sambil menyicip teh dari cangkir tanah
liat. Terdengar teriakan “Bapak, aku dapat surat dari istana. aku terpilih menjadi duta negara untuk
menari di kerajaan Belanda.” Remaja perempuan itu melambai-lambaikan surat dalam genggamannya
dan segera menyerahkannya kepada Bapaknya yang masih sarungan itu. wajah terlihat gembira. Dia
melunjak-lunjak loncat menari-nari di depan bapaknya. bapaknya tertawa melihat tingkah putrinya dan
memeluk putri penarinya itu. Sore itu seperti biasa , Respati sudah bersiap menikmati gemulai jari-jari
anak perempuan itu menari. Dahinya mengeryit ketika tak dilihatnya gerak dasar liukan pinggul gadis
mudah yang payudaranya mulai menyembul terisi. Terdengar tangis pilu merobek kalbu dari balik
jendela kayu, “Aaah, itu dia daun jendela terbuka separuh, sehingga respati bisa melihat anak dara itu
meringkut dan surat tersobek di dalam genggaman tanganya. Tubuhnya bisa bebas, tetapi hatinya
terpenjara dalam dalam kecewa. Sejak saat itu, anak dara penari itu tak ingin lagi meliukan tubuhnya,
ia mati suri. Iringan music kebo menggema diseluruh ruangan himggga kejalan. Respati menikmati
alunan gamelan itu sambal sungging senyum getir. Ia berdiri di bawah penjor kuning dibawah pintu
gerbang. Dibatang bambunya tertulis nama pengantin yang tentu saja saat itu sedang berbahagia.
Respati berjalan perlahan menuju gedung resepsi. Langkahnya terhenti di setiap di setiap karangan
bunga papan, yang dipasang mulai dari gerbang depan sampai pintu masuk utama gedung.
Dipandangnya semua tertulis selamat berbahagia, selamat berbahagia. Respati menatap tajam
mempelai perempuan. Merasa ada yang menatapnya, pengantin perempuan itu menoleh padanya,
keduanya saling menatap tajam, menembus, penghunjam. “Aku akan menjali sebuah kehidupan baru
yang aku tidak pernah tahu. Tiba- tiba terdengar sebuah gelegar dasyat membelah pesta. Semua
mendadak diam, pengantin perempuan itu mulai melangkah, menuruni pelaminan. Respati pun
melangkah. Keduanya berjalan perlahan saling mendekat, berhadapan, saling bertatapan. Awalnya
tatapan penuh ketegangan namun akhirnya cair juga. “Cantiknya kamu …” bisik respati sambil
mengusap pipi pengantin perempuan. “Tetap cantik hingga di ujung kisah..” jawab pengantin
perempuan itu, sambil mengusap pipi respati. Respati mengangguk “Kamu tidak usah takut, tembok
penjara itu runtuh dengan sendirinya. Pengantin perempuan itu melangkah perlahan , kembali ke
pelaminan. Terhenti sejenak, membalikan tubuhnya, dan berkata, “Aku kusuma respati, tidak pernah
takut. Aku bahagia akan memulai cerita. Apa pun itu. “ Pengantin perempuan itu tersenyum. Respati
pun tersenyum, sambil menggangguk perlahan. “Goooooooong” Terdengar suara berat mengema
keseluruh ruangan. Respati tersenyum memandang pengantin perempuan itu, mengangguk perlahan,
pengantin itu oun mengangguk. Hanya mereka berdualah yang tahu karena mereka bukanlah dua
melainkan satu. Bapak dan ibunya sudah menanti di luar gedung resepsi. Ketiganya berjalan
beriringan, menjauh, kemudian masing-masing mulai mengepakkan sayap, lalu least menyisakan desir
angin kuat. Tukang parkir, yang sadar berdiri di dekat mereka, terkejut ketika dirinya merasa ada
udara yang menepuknya, “Hiih .. apa ini..” teriaknya. Ini aku, kusuma Respati, aku pamit, terimakasih
sudah menyapaku tadi,” Respati tertawa, melesat menyusul kedua orang tuanya, menuju titik terang di
atas sana,diantara langit malam yang gelap, tak ada lagi air mata, “MERDEKA …merdeka sejati
adalah … MATI.”

3.UNSUR-UNSUR INSTRINSIK
Tema:
Sosial
Tokoh/penokohan:
*Kusuma Respati sebagai tokoh utama
*Bapak, tukang parkir, kakak laki-laki. Dan ibu berperan sebagai tokoh figuran
*Anak kecil. Anak perempuan penari. Dan Pengantin berperan sebagai tokoh tritagonis
Alur cerita:
*Gabungan/campuran
Latar:
*Latar tempat; Gedung resepsi, pintu masuk, pelaminan, rumah, pintu gerbang
*Latar waktu: Sore hari
*Latar suasana; bahagia, kecewa, Tegang, bersorak sorai, seru
Sudut pandang:
*Orang ketiga
Amanat;
*Jangan mudah terpengaruh oleh hasutan orang lain dan tetap berpendirian
Gaya Bahasa;
*Personifikasi
4. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN CERPEN
Kelebihan:
*Terdapat prolog dan epilog diawal dan juga di akhir novel
*Membuat pembaca merasa tertarik untuk membaca
*Terdapat juga kisah percintaan sehingga pembaca tidak bosan
Kekurangan:
*Tdak ada keterangan waktu yang jelas dalam cerita
*Terdapat beberapa kata yang salah dalam pencetakan
*Alur cerita maju mundur membuat pembaca kebingungan
5. AMANAT/PENUTUP CERPEN
Jangan takut menjadi diri sendiri. seiring waktu kamu akan mengerti bagaimana mencintai diri
sendiri.Dan juga memiliki banyak pesan dan nilai, salah satunya adalah tentang keberanian,semangat,
dan optimisme dalam hidup. Buku ini mengingatkan kita bahwa kepedihan dan kesulitan bisa menjadi
peluang untuk membangun diri sendiri menjadi lebih kuat dan tangguh.

https://www.instagram.com/p/CzEBGPYBI2l/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==

Anda mungkin juga menyukai