Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Vokasi Indonesia

Volume 6 Number 2 Article 5

December 2018

Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Post Amputasi


Transtibial Sinistra Akibat Chronic Limb Ischemia di RSPAD Gatot
Soebroto
Aditya Denny Pratama
Fisioterapi Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia, Depok Jawa Barat,
aditya.denny@vokasi.ui.ac.id

Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/jvi

Recommended Citation
Pratama, Aditya Denny (2018) "Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Post Amputasi Transtibial
Sinistra Akibat Chronic Limb Ischemia di RSPAD Gatot Soebroto," Jurnal Vokasi Indonesia: Vol. 6: No. 2,
Article 5.
Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/jvi/vol6/iss2/5

This Article is brought to you for free and open access by the Vocational Education Program at UI Scholars Hub. It
has been accepted for inclusion in Jurnal Vokasi Indonesia by an authorized editor of UI Scholars Hub.
6/2 (2018), 33-40

Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Post Amputasi Transtibial Sinistra


Akibat Chronic Limb Ischemia di RSPAD Gatot Soebroto

Aditya Denny Pratama1


1
Fisioterapi Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia, Depok Jawa Barat

Email: aditya.denny@vokasi.ui.ac.id

Abstrak

Amputasi merupakan pengangkatan anggota tubuh yang melibatkan pemotongan sebagian atau seluruh anggota
badan. Masalah yang muncul akibat amputasi di antaranya nyeri luka operasi, penurunan lingkup gerak sendi,
penurunan kekuatan otot, dan penurunan kemampuan fungsional. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui
intervensi fisioterapi pada kasus post amputasi transtibial sinistra akibat chronic limb ischemia. Penelitian ini
merupakan studi kasus yang dilakukan di RSPAD Gatot Subroto pada bulan Februari-Maret tahun 2018. Data
diperoleh dari wawancara, pengamatan, pengkajian, dan penatalaksanaan fisioterapi. Dalam studi kasus ini batasan
permasalahan yang akan dibahas yaitu nyeri, kekakuan, spasme, keterbatasan lingkup gerak sendi dan penurunan
kekuatan otot. Modalitas yang akan diterapkan yaitu Trans Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan terapi latihan
berupa latihan gerak aktif, peregangan, penguatan, dan latihan core stability. Hasil studi kasus ini menunjukkan
modalitas TENS mampu menurunkan nyeri diam, nyeri tekan dan nyeri gerak pada penderita amputasi. Latihan
gerak aktif, peregangan, penguatan, dan latihan core stability mampu mengurangi kekakuan, spasme, dan
meningkatkan lingkup gerak sendi serta meningkatkan kekuatan otot sehingga mampu mempersiapkan pasien untuk
berjalan dengan menggunakan alat bantu.
Kata Kunci: Fisioterapi, Post Amputasi, TENS, Terapi Latihan

Abstract

Physiotherapy Management In The Transtibial Post Amputation Case Sinistra Due To Chronic Limb Ischemia
In RSPAD Gatot Soebroto. Amputation is the removal of a member of the body which involves cutting a part or all
of the limb. Problems arising from amputation include surgical wound pain, decreased joint motion, decreased
muscle strength, and decreased functional ability. The purpose of this study was to determine physiotherapy
interventions in cases of sinistra transtibial amputation due to chronic limb ischemia. This research is a case study
conducted at the Gatot Subroto Army Hospital in February-March 2018. Data obtained from interviews,
observation, assessment, and management of Physiotherapy. In this case study the limitations of the problem to be
discussed are pain, stiffness, spasm, limited scope of joint motion and decreased muscle strength. The modalities
that will be applied are Trans Electrical Nerve Stimulation (TENS) and exercise therapy in the form of active motion
exercises, stretching, strengthening, and core stability exercises. The results of this case study show that the TENS
modality can reduce silent pain, tenderness and motion pain in amputees. Active motion exercises, stretching,
strengthening, and core stability exercises can reduce stiffness, spasm, and increase the scope of joint motion and
increase muscle strength so as to be able to prepare patients to walk using aids.
Keywords: Physiotherapy, Post Amputation, TENS, Exercise Therapy

PENDAHULUAN Terutama pada saat melakukan aktivitas fungsional


Kesehatan penting bagi setiap mahluk hidup sehari-hari. Aktivitas fungsional sehari – hari
secara sosial dan ekonomi. Sehat yaitu suatu kondisi ditunjang oleh keempat ekstremitas diantaranya
yang terbebas dari segala jenis penyakit baik fisik, adalah kaki. Kaki merupakan alat gerak tubuh yang
mental dan sosial. Dari pengertian tersebut memiliki peran penting untuk melakukan aktivitas.
memerlukan suatu kesehatan yang optimal dengan Aktivitas tersebut di antaranya berdiri, berjalan,
upaya meningkatkan derajat kesehatan, pencegahan, berlari, berpindah tempat dan aktivitas fungsional
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan lainnya. Ketika kehilangan kaki akibat amputasi
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. maka aktivitas manusia pun akan terganggu. Manusia

Jurnal Vokasi Indonesia. 33 Jul-Des 2018 | Vol.6 | No.2


akan kesulitan melakukan aktivitas secara mandiri pemakaian kaki palsu. Dengan menggunakan
sehingga sebagian besar memelurkan bantuan orang modalitas TENS dan terapi latihan berupa aktif ROM
lain (Bash, E., 2015). exercise, stretching, strengthening, core stability
Amputasi merupakan pengangkatan anggota exercise. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
tubuh yang melibatkan pemotongan sebagian atau yaitu untuk mengetahui intervensi fisioterapi pada
seluruh anggota badan (Marrelli.T.M:2008). kasus post amputasi transtibial sinistra akibat
Amputasi ekstremitas bawah dilakukan lebih sering chronic limb ischemia.
dari pada ekstremitas atas, pada umumnya amputasi
disebabkan oleh kecelakaan, gangguan kongenital TINJAUAN PUSTAKA
dan penyakit, termasuk penyakit Peripheral Artery Amputasi adalah pembedahan yang
Disease (PAD) (Risnanto:2014). Chronic Limb melibatkan pemotongan sebagian atau seluruh
Ischaemia merupakan salah satu klasifikasi dari anggota badan. Amputasi ekstremitas bawah
Peripheral Artery Disease (PAD). Peripheral Artery dilakukan lebih sering dari pada ekstremitas atas,
Disease (PAD) secara luas mencakup penyakit pada umumnya amputasi disebabkan oleh
vascular disebabkan terutama oleh aterosklerosis dan kecelakaan, gangguan congenital dan penyakit,
proses patofisiologis tromboli yang normal struktur termasuk penyakit Peripheral Artery Disease (PAD).
dan fungsi aorta, cabang arteri visceralnya dan arteri Chronic Limb Ischaemia merupakan salah satu
dari ekstremitas bawah.4 Chronic Limb Ischaemia klasifikasi dari Peripheral Artery Disease (PAD).
merupakan penurunan aliran darah pada tungkai Chronic Limb Ischaemia merupakan penurunan
bawah yang ditandai nyeri ketika istirahat dan aliran darah pada tungkai bawah yang ditandai nyeri
berlangsung lebih dari dua minggu, disertai adanya ketika istirahat dan berlangsung lebih dari dua
bisul atau gangren maupun tanda- tanda sekunder minggu, disertai adanya bisul atau gangren maupun
dari Peripheral Artery Disease (PAD) (Dieter:2017). tanda- tanda sekunder dari Peripheral Artery Disease
Chronic Limb Ischaemia memiliki resiko gangren (PAD). Chronic Limb Ischaemia memiliki resiko
dan kehilangan fungsi dari tungkai sehingga memiliki gangren dan kehilangan fungsi dari tungkai sehingga
resiko amputasi. Menurut WHO pada tahun 2010 memiliki resiko amputasi. Amputasi below knee
Prevalensi amputasi di USA 350.000-1000.000 dan adalah suatu jenis amputasi yang dilakukan pada
insiden 20.000-30.000 dalam setahun. Insiden bawah lutut yang biasanya terjadi karena cidera
tertinggi pada gol umur 50-75 tahun dan 240.000 traumatis ataupun karena penyakit pembuluh darah
kasus yang sudah di amputasi akibat Chronic Limb (Guyton, 2007).
Ischaemia. Kebanyakan amputasi 80% dilakukan
pada komplikasi penyakit pembuluh darah perifer Level Amputasi Ekstremitas Bawah
dan sebagian besar melibatkan anggota tubuh bagian Amputasi ekstremitas bawah memiliki
bawah. 40% dilakukan pada penderita diabetes. beberapa level dari pengangkatan sebagian dari jari
Sedangkan indikasi lain termasuk trauma, tumor kaki hingga hilangnya seluruh kaki dan bagian dari
ganas, kongenital deformitas. Pada tahun 2015 di panggul. Berikut ini adalah level amputasi
rawat jalan terdapat 86 kasus amputasi dan 146 kasus ekstremitas bawah (Marshall, 2016). Toes Toe
amputasi di RSPAD Gatot Soebroto. Selanjutnya data amputasi merupakan amputasi yang paling umum
pada tahun 2015 hingga 2016 naik hingga 35,3%. dilakukan diekstremitas bawah. Hal ini penting untuk
Fisioterapi memegang peranan penting mengevaluasi sirkulasi arteri sebelum
terhadap penatalaksanaan post amputasi. Menurut mempertimbangkan kaki amputasi. Teraba nadi
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 80 Tahun 2013 dikaki dikaitkan dengan tingkat penyembuhan 98%,
pasal 1 yang menyatakan bahwa fisioterapi berbeda dengan nadi di daerah kaki yang tidak teraba
merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang mengurangi ke 75%. Toe amputasi dapat dilakukan
ditunjukan kepada individu dan atau kelompok untuk dengan menggunakan melingkar sayatan. Biasanya
mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dilakukan melalui phalax proksimal; Transmetatarsal
dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan disebut fore foot amputasi. Transmetatarsal amputasi
dengan menggunakan penanganan secara manual, di indikasikan untuk gangren atau infeksi yang
peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis mempengaruhi beberapa jari kaki; Symes (ankle
dan mekanis) pelatihan fungsi, dan komunikasi. disarticulation) Bagian tulang yang diamputasi
Permasalahan yang muncul akibat dari amputasi kaki adalah os distal tibia, talus, calcaneus, cuneiforms,
di antaranya nyeri luka operasi, penurunan lingkup cuboid, navicular, metatarsal, dan jari-jari kaki.
gerak sendi penurunan kekuatan otot, dan penurunan Syme amputasi pada tingkat pergelangan kaki jarang
kemampuan fungsional. Dalam hal ini Fisioterapis ditunjukkan dalam praktek bedah vaskular. Sulit
berperan untuk mempersiapkan kondisi pasien dari untuk menyesuaikan protesa di bandingkan dengan
sebelum dan sesudah operasi amputasi sampai Below Knee Amputasi; Below knee (transtibial)

Jurnal Vokasi Indonesia. 34 Jul-Des 2018 | Vol.6 | No.2


merupakan amputasi pada level ini merupakan femur. Letaknya didepan sendi lutut, tetapi tidak ikut
amputasi yang paling sering dilakukan. Panjang serta didalamnya.
stump-nya sekitar 10 – 14 cm dari sendi lutut. Pasien Tibia Tibia atau tulang kering merupakan
dengan sirkulasi yang buruk di area bawah lutut kerangka utama tungkai bawah dan terletak medial
(transtibial) amputasi idealnya harus dilakukan dari dari fibula atau tulang betis; tibia adalah tulang pipa
atas dan sepertiga tengah tibia atau tulang kering. dengan sebuah batang dan dua ujung. Ujung atas
Penting dipahami bahwa tingkat kesembuhan memperlihatkan adanya kondil medial dan kondil
meningkat ketika amputasi lebih dekat ke lutut. lateral. Kondil-kondil ini merupakan bagian yang
Orang dengan amputasi bawah lutut akan lebih paling atas dan paling pinggir dari tulang. Permukaan
mungkin untuk menerima dan menggunakan superiornya memperlihatkan dua dataran permukaan
prosthesis dari amputasi tingkat level lainnya yang persendian untuk femur dalam formasi sendi lutut.
lebih tinggi; Knee disarticulation merupakan Permukaan-permukaan tersebut halus dan diatas
amputasi dilakukan pada sendi lutut dengan permukaannya yang datar terdapat tulang rawan
memisahkan tungkai bawah. Tulang femur akan semilunar (setengah bulan) yang membuat
dipertahankan seutuhnya; Above knee (transfemoral) permukaan persendian lebih dalam untuk penerimaan
merupakan amputasi pada level ini merupakan kondil femur.
amputasi yang tersering nomor 2 setelah amputasi Fibulla Fibula atau tulang betis adalah tulang
transtibial. Pada amputasi transfemoral, amputasi sebelah lateral tungkai bawah. Merupakan sebuah
dilakukan pada area femur, area yang di amputasi tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung.
berada di 1/3 tulang femur; Hip disarticulation dan Ujung atas berbentuk kepala dan bersendi dengan
Hemipelvectomy (hindquarter) merupakan indikasi bagian belakang luar tibia, tetapi tidak masuk dalam
utama untuk operasi ini adalah penyakit ganas, formasi sendi lutut. Batangnya ramping dan terbenam
trauma yang luas, infeksi atau gangren, atau non- dalam otot tungkai dan memberi banyak kaitan.
penyembuhan tinggi atas lutut amputasi. Ujung bawah di sebelah bawah lebih memanjang
menjadi maleolus lateralis. Beberapa struktur penting
Anatomi dan Fisiologi berada di dalam sendi lutut. Tulang rawan
Sendi lutut terdiri dari hubungan antara os semilunaris terledak di atas permukaan persendian
femur dan os tibia (tibiofemoral joint), os femur dan yang berupa dataran tinggi tibia guna
os patella (patella femoralis joint) dan os tibia dan os memperdalamnya untuk penerimaan kondiler femur.
fibula (tibiofibularis proximalis joint) (Syatibi, Ligamen bersilang berjalan dari puncak kondil tibial
2002). ke arah permukaan kasar diatas interkondiloid femur.

Tulang Pembentuk (Markum, 2007) Ligamen


Femur Femur atau tulang paha adalah tulang Ligamen merupakan bagian dari stabilitas
terpanjang dari tubuh. Tulang itu bersendi dengan pasif sendi, yang mana stabilitas sendi lutut sangat di
asetabulum dalam formasi persendian panggul dan pengaruhi oleh kekuatan dari ligamen collateral,
dari sini menjulur medial ke lutut dan membuat sendi ligament cruciatum, capsul sendi, meniscus dan
dengan tibia. Tulangnya berupa tulang pipa dan tendon. Ligamen collateral berfumgsi untuk menahan
mempunyai sebuah batang dan dua ujung. Batang beban baik dari medial ataupun dari lateral (Syatibi;
femur berbentuk silinder, halus, dan bundar didepan 2002). Sedangkan arah ligamentum collateral lateral
dan di sisi-sisinya; melengkung ke depan dan dan medial akan meberikan gaya yang bersilangan,
dibelakangnya ada belebas yang sangat jelas, disebut sehingga akan memperkuat stabilitas sendi lutut
linea aspera, tempat kaitan sejumlah otot, diantaranya terutama pada posisi extensi. Ligamen cruciatum
adduktor paha. Ujung bawah berbentuk lebar dan terdiri dari dua jenis, yaitu ligament cruciatum
memperlihatkan dua kondil, sebuah lekukan anterior yang berfungsi menahan gerakan translasi os
interkondiler, sebuah permukaan popliteum, dan tibia terhadap os femur ke arah anterior. Ligamen
sebuah permukaan patelaris. Femur mengadakan cruciatum posterior berfungsi untuk menahan gerak
persendian dengan tiga tulang; tulang coxa, tulang translasi os tibia terhadap os femur ke arah posterior.
tibia, dan patela, tetapi tidak bersendi dengan fibula.
Patella Patela atau tumpuan lutut adalah Otot Penyusun
tulang baji atau tulang sesamoid yang berkembang Otot disekitar sendi lutut mempunyai fungsi
didalam tendon otot quadriceps ektensor. Apeks sebagai stabilitas sendi aktif sekaligus sebagai
patela meruncing ke bawah. Permukaan anterior penggerak dalam aktifitas sendi lutut, otot tersebut
tulang kasar. Permukaan posteriornya halus dan antara lain: M. Quadriceps (M. Vastus Medial, M.
bersendi dengan permukaan pateler ujung bawah Vastus Lateralis, M. Vastus Intermedius dan M.
Rectus Femoris). Keempat otot tersebut sebagai grup

Jurnal Vokasi Indonesia. 35 Jul-Des 2018 | Vol.6 | No.2


otot extensor sedangkan grup fleksor terdiri dari: M. tendon m.popliteus. Cartilago semilunaris lateralis
Hamstring (M. Biceps Femoris, M. kurang terfiksasi dibandingkan cartilage semilunaris
Semimembrannosus dan M. Semitendinosus) (Arifin, medialis.
S, 2013).
Persarafan
1. Flexor Knee Persarafasn pada knee joint di dapatkan dari nervus
M. Biceps Femoris (Caput Longum) Origo: yang mensarafi otot-otot di sekitar sendi. Sehingga
Tuberositas ishiadicum, membagi tendon sama besar knee joint dipersarafi oleh N. Femoralis, N.
dengan semitendinosus dan semimembranosus. Obturatorius, N. Peroneus communis, N. Tibialis.
Insersio: Sisi lateral caput fibula Inervasi: Nervus Sedangkan suplai darah yang diterima oleh knee joint
tibial (S1-S3); M. Biceps Femoris (Caput Brevis) diterima dari arteri femoralis, cabang-cabang arteri
Origo: Linea aspera femur Insersio: Permukaan popliteal, cabang arteri circum flexia femoralis dan
lateral caput fibula Inervasi: Common fibular cabang ascending arteri tibialis anterior
(peroneal) (L5, S1, S2); M. Semimembranosus
Origo: Tuberositas ishiadicum, membagi tendon Epidemiologi
sama besar dengan semitendinosus dan biceps Chronic Limb Ischaemia memiliki resiko
femoris. Insersio: Permukaan posterior medial gangren dan kehilangan fungsi dari tungkai sehingga
condylus tibia Inervasi: Nervus tibial (L5 – S2); M. memiliki resiko amputasi. Menurut WHO pada tahun
Semitendinosus Origo: Tuberositas ishiadicum, 2010 Prevalensi amputasi di USA 350.000- 1000.000
membagi tendon sama besar dengan semitendinosus dan insiden 20.000-30.000 dalam setahun. Insiden
dan biceps femoris. Insersio: Permukaan medial dari tertinggi pada gol umur 50-75 tahun dan 240.000
superior tibial melalui tendon pes anserinus. kasus yang sudah di amputasi akibat Chronic Limb
Inervasi: Nervus tibial (L5–S2) . Ischaemia. Kebanyakan amputasi 80% dilakukan
pada komplikasi penyakit pembuluh darah perifer
2. Extensor Knee dan sebagian besar melibatkan anggota tubuh bagian
M. Rectus Femoris Origo: Spina iliaca bawah. 40% dilakukan pada penderita diabetes.
anterior inferior dan bagian superior lekukan Sedangkan indikasi lain termasuk trauma, tumor
acetabulum Insersio: Tuberositas tibia Inervasi: ganas, kongenital deformitas. Selama periode 10
Nervus femoral (L2-L4); M. Vastus Intermedius tahun terakhir, lower limb amputation dilakukan pada
Origo: 2/3 atas bagian anterior dan permukaan lateral 62 wanita dan 71 pria dengan diabetes serta 79
os femur Insersio: Tuberositas tibialis Inervasi: perempuan dan 78 laki-laki tanpa diabetes. Pasien
Nervus femoral (L2-L4); M. Vastus Lateralis Origo: amputasi biasanya laki-laki namun perempuan
Trochanter major dan permukaan lateral atas linea berkisar 20%. Hal yang paling banyak menyebabkan
aspera Insersio: Tuberositas tibia Inervasi: Nervus amputasi adalah trauma dengan 46%, sisanya
femoral (L2-L4); M. Vastus Medialis Origo: Linea disebabkan oleh kerusakan jaringan dan masalah
intertrochanterica dan bagian medial linea aspera pembuluh darah 42%. Pada tahun 2015 di rawat jalan
Insersio: Tendon patella dan tuberositas tibia terdapat 86 kasus amputasi dan 146 kasus amputasi
Inervasi: Nervus femoris (L2-L4) di RSPAD Gatot Soebroto. Tahun 2007 di ruang
Meniscus Terdapat dua buah meniskus sendi perawatan penyakit dalam RSUP. Cipto
diantaranya: Cartilago Semilunaris Medialis Mangunkusumo Jakarta terdapat 111 klien dan
Bentuknya hampir semisirkular dan bagian belakang Selanjutnya data pada tahun 2015 hingga 2016 naik
jauh lebih lebar daripada depannya. Cornu anterior hingga 35,3%.
melekat pada area intercondylaris anterior tibia dan
berhubugan dengan cartilago semilunaris lateralis Etiologi
melalui ligamentum tranversum. Cornus posterior Trauma merupakan penyebab utama amputasi
melekat pada area intercondylaris posterior tibia. di seluruh dunia. Jumlah orang yang di amputasi
Bagian perifernya melakat pada simpai dan adalah karena trauma bervariasi dari negara ke
ligamentum collateral sendi. Kemudian terdapat negara. Di negara-negara maju, trauma biasanya
Cartilago Semilunaris Lateralis Bentuknya hampir terjadi sebagai akibat kecelakaan industri, kecelakaan
sirkular dan melebar secara merata. Cornu anterior pertanian, atau kendaraan bermotor kecelakaan, yang
melekat pada area intercondylaris anterior. Cornu meliputi mobil, sepeda motor dan kereta api. Trauma
posterior melekat pada area intercondylaris posterior. menyumbang sekitar 30% dari amputasi baru
Jaringan fibrosa biasanya keluar dari cornu posterior (Enrico, 2004).
mengikuti ligamentum cruciatum posterior ke Penyakit terdiri dari ada penyakit peripheral
condylus medial femoris. Batas perifer cartilage vascular, penyakit yang menyebabkan amputasi,
dipisahkan dari ligamentum collaterale lateral oleh penyakit pembuluh darah dengan sirkulasi yang

Jurnal Vokasi Indonesia. 36 Jul-Des 2018 | Vol.6 | No.2


buruk adalah yang paling umum. Penyakit ini ke tungkai. Plak tersebut terdiri dari kolesterol dan
membatasi aliran darah arteri untuk ekstremitas zat-zat lemak lainnya. Hal ini yang menyebabkan
bawah menyebabkan bisul dan gangren, yang dapat arteri menjadi tersumbat sehingga dapat mengurangi
menyebabkan amputasi. Diabetes adalah penyebab atau menghentikan aliran darah ke daerah tungkai.
umum lain dari kehilangan anggota tubuh. Ada Apabila cukup parah, maka aliran darah dapat
diperkirakan 135.000.000 orang dengan diabetes di tersumbat dan menyebabkan kematian jaringan
dunia. Komplikasi diabetes menurunkan sirkulasi dan sehingga dapat dilakukan tindakan amputasi.
sensasi pada tungkai. Hal ini dapat mengakibatkan
bisul dan infeksi yang dapat menyebabkan amputasi. Manifestasi Klinik
Tumor merupakan ekstremitas yang terkena tumor di Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada
angkat untuk mencegah penyebaran kanker dan pasien dengan post operasi amputasi antara lain
menghindari kematian. Kusta dapat menyebabkan sebagai berikut (Vitriana, 2002) :Phantom Sensation,
hilangnya sensasi di tangan dan kaki. Bisa terjadi didefinisikan sebagai suatu sensasi yang timbul
terinfeksi dan, jika tidak diobati dapat menyebabkan tentang keberadaan bagian yang diamputasi. Pasien
amputasi. Kongenital Adanya deformitas sejak bayi. mengalami sensasi seperti dari alat gerak. Kondisi ini
Dari seluruh kasus, sekitar 1% penyebab amputasi dapat disertai dengan perasaan rasa baal yang tidak
yang disebabkan oleh bawaan sejak lahir terjadi menyenangkan. Phantom sensation dapat juga terasa
karena adanya deformitas. sangat nyata sehingga pasien dapat mencoba untuk
berjalan dengan kaki yang telah diamputasi. Dengan
Patofisiologi berlalunya waktu, phantom sensation cenderung
Chronic Limb Ischaemia merupakan menghilang tetapi juga terkadang akan menetap
klasifikasi dari penyakit arteri peripheral. Biasanya untuk beberapa dekade. Biasanya sensasi terakhir
dikaitkan dengan obstruktif di arteri aterosklerotik. yang hilang adalah yang berasal dari jari, jari telunjuk
Proses penyakit ini, penting untuk dicatat bahwa atau ibu jari, yang terasa seolah-olah masih
karena hasilnya Chronic Limb Ischaemia yaitu dari menempel pada puntung. Phantom Pain, dapat
ketidak seimbangan antara suplai nutrisi dan timbul lebih lambat dibandingkan dengan phantom
permintaan metabolik pada jaringan distal (Dieter, sensation. Sebagian besar phantom pain bersifat
2017). Salah satu penyebab adalah Aterosklerosis. temporer dan akan berkurang intensitasnya secara
Chronic Limb Ischaemia, hasil dari penyakit oklusi bertahap serta menghilang dalam beberapa minggu
arteri Peripheral aterosklerotik dan banyak faktor hingga kurang lebih satu tahun. Bagaimanapun juga
risiko yang sama penyakit aterosklerosis di wilayah sejumlah ketidamampuan dapat timbul menyertai
vaskular lainnya. Faktor risiko meliputi hipertensi, rasa nyeri pada beberapa pasien amputasi. Phantom
hypercholesterikemia (kolestrol tinggi), merokok dan pain secara bervariasi digambarkan sebagai nyeri
diabetes mellitus. Aterosklerosis memiliki beberapa yang berbentuk seperti cramping, electric shock like
tahap untuk menjadikan plak di arteri. Langkah A discomfort, crushing, burning, atau shooting dan
melibatkan aktivasi sel endotel, monosit rekrutmen, dapat bersifat intermitten, berkelanjutan, hilang
dan penyerapan LDL dimodifikasi dan aktivasi dari timbul dalam suatu siklus yang berdurasi beberapa
sel-sel otot polos pembuluh darah. Langkah B menit. Sering pula digambarkan sebagai rasa nyeri
kemajuan ke tahap beruntun lemak di mana disusupi seperti diputar atau distorsi dari bagian tubuh.Edema,
monosit mengkonversi ke makrofag yang menjadi sel pada punting akan menyebabkan proses
busa. Langkah C mengandung lipid berlimpah, penyembuhan yang lambat dan akan membuat fitting
endotel dan pembuluh darah halus aktivasi sel otot, prostetik menjadi sulit. Edema dapat dicegah dengan
dan monosit infiltrasi terus. Langkah D melibatkan berbagai macam cara seperti elastic bandaging.
pembentukan ateroma yang kompleks di mana Kontraktur sendi/deformitas, pada alat gerak bawah,
limfosit direkrut ke neointima plak tumbuh dan sel- adanya kontraktur panggul sangat mengganggu
sel otot polos pembuluh darah secara signifikan karena membuat pasien kesulitan untuk
memperluas. Langkah E dan menghasilkan matriks mengekstensikan panggulnya dan mempertahankan
extracelluar signifikan menciptakan fibrosa. Tahap pusat gravitasi di lokasi normalnya. Sementara itu
akhir dari aterosklerosis adalah pecahnya plak dan jika pusat gravitasi mengalami perubahan, maka akan
trombosis. Aterosklerosis menyebabkan penyempitan semakin banyak energi yang diperlukan untuk
lumen arteri yang disebut dengan stenosis atau terjadi melakukan ambulasi. Adanya tendensi kontraktur
thrombosis sehingga thrombosis pada arteri atau fleksi lutut terdapat pada amputasi bawah lutut yang
vena, mengakibatkan terganggu atau tersumbatnya dapat membatasi keberhasilan fitting sebuah
aliran darah dari atau ke jaringan organ-organ. prostetik. Deformitas ini dapat timbul karena nyeri,
Aterosklerosis terjadi ketika plak menumpuk pada kerja otot dan pasien yang duduk untuk jangka waktu
dinding pembuluh darah arteri yang memasok darah lama dalam kursi roda.

Jurnal Vokasi Indonesia. 37 Jul-Des 2018 | Vol.6 | No.2


Diagnosis ABPI kurang dari 0,3 menunjukkan adanya iskemia
1. Anamesis kritikal.
Anamnesis mempunyai 2 tujuan utama: 5. Magnetic Resonance Angiography.
menanyakan gejala yang muncul pada kaki yang MRA atau CTA dapat di indikasikan apabila
berhubungan dengan keparahan dari iskemia anggota pasien tidak dapat mentolerir tusukan intra-arterial,
gerak (sakit sekarang) dan mengkaji informasi misal karena kelainan bilateral atau kelainan
terdahulu (seperti riwayat klaudikasio, intervensi perdarahan. MRA dikontrain dikasikan pada pasien
baru pada arteri proksimal ataupun kateterisasi dengan alat pacu jantung (pace maker) atau katup
diagnostik jantung), membahas etiologi, diagnosis prostesis metal.
banding, dan munculnya dari penyakit yang 6. Pemeriksaan Fisik
signifikan yang berhubungan dengan penyakit yang Pemeriksaan terdiri dari macam yaitu: a.
dialami sekarang (Kasirajan, 2002). Riwayat Warna dan temperature: Harus dilakukan
Penyakit Dahulu Hal ini penting untuk ditanyakan, pemeriksaan terhadap abnormalitas warna dan
apakah pasien mempunyai nyeri pada kaki temperatur. Warna pucat dapat terlihat, khususnya
sebelumnya seperti riwayat klaudikasio, apakah pada keadaan awal, namun dengan bertambahnya
pernah memiliki sirkulasi yang tidak baik di masa waktu sianosis lebih sering ditemukan. Rasa yang
lalunya, dan apakah pernah di diagnosis memiliki dingin, khususnya ketika ekstremitas yang lainnya
penyakit jantung seperti atrial fibrilasi maupun tidak demikian, hal tersebut merupakan penemuan
aneurisma. Pasien juga sebaiknya ditanyakan tentang yang penting. b. Kehilangan fungsi sensoris: Pasien
penyakit yang menyertainya atau faktor risiko dari dengan kehilangan sensasi sensoris biasanya
aterosklerotik seperti hipertensi, diabetes mellitus, mengeluh kebas atau parestesia (kesemutan), namun
merokok, hiperlipidemia, riwayat keluarga yang tidak pada semua kasus memiliki sensibilitas yang
memiliki penyakit jantung, stroke, dan amputasi). sama. c. Kehilangan fungsi motorik Defisit motorik
2. Pemeriksaan Tungkai merupakan indikasi untuk dilakukan tindakan yang
Pemeriksaan tungkai terdiri dari 3 macam lebih lanjut, limb-threatening ischaemia. Bagian ini
yaitu pertama, Penampakan keseluruhan tungkai: berhubungan dengan fakta bahwa pergerakkan kaki
adanya edema, keadaan rambut tungkai, adanya diproduksi utamanya oleh lebih banyak otot
kemerahan khususnya yang bersamaan dengan proksimal, dimana iskemia mungkin saja terjadi.
sianosis. Kedua, Tes Buerger (pucat bila diangkat, Untuk mendeteksi kelemahan otot dan fungsi dari
kemerahan yang abnormal bila tergantung). Ketiga, otot instrinsik kaki harus dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan pulsasi dengan palpasi (A. femoralis,
poplitea, tibialis anterior dan posterior, dorsalis Prognosis
pedis), yang amat subjektif. Pemeriksaan pulsasi Rehabilitasi pada pasien dengan penyakit
harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan hand-held vaskular peripheral memiliki prognosis yang buruk.
Doppler. Sekitar 30% amputasi unilateral bisa menjadi
3. Exercise challenge amputasi bilateral dalam waktu 2 tahun dan sekitar
Pemeriksaan exercise challange harus 50% meninggal dalam waktu 5 tahun. Hal tersebut
dilakukan terutama pada pasien yang hanya bergantung pada penanganan dan terapi yang dijalani
mengeluhkan adanya klaudikasio intermiten tanpa oleh pasien. Pada amputasi usia muda, yang
gejala dan tanda lain. Pasien diminta untuk berdiri di disebabkan karena trauma pada tungkai bawah
samping tempat tidur untuk diperiksa kemudian memiliki prognosis yang baik (Thomson, 1991).
lakukan gerakan jinjit berulang-ulang selama satu
menit. Selanjutnya sambil berbaring dilakukan METODOLOGI
pemeriksaan pulsasi. Bila ditemukan adanya pulsasi Penelitian ini adalah studi kasus yang
yang menghilang atau tapping atau bruit; dapat dilakukan bulan Februari – Maret 2017 di RSPAD
dipastikan terdapat gangguan aliran darah. Tekanan Gatot Subroto. Data diperoleh dari wawancara,
darah yang berkurang lebih dari 20% menunjukkan pengamatan, pengkajian, dan penatalaksanaan
adanya kemungkinan. Fisioterapi. Peneliti mencari satu satu sampel yang
4. Ankle brachial pressure index dinginkan, diberikan perlakuan, diobservasi dan
Dilakukan pengukuran terhadap tekanan darah dievaluasi selama 6 kali pertemuan.
brakhialis dan arteri pedis dengan menggunakan
tensimeter dan hand-held Doppler. ABPI diperoleh
dengan membagi tekanan darah brakhialis dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
tekanan darah pedis. Angka ABPI normalnya 1,0-1,2; Intervensi yang diberikan dengan frekuensi
angka dibawah 0,9 kecurigaan kelainan arteri, dan terapi 2 kali seminggu yaitu TENS sebanyak enam
angka 0,8 merupakan batas bawah range normal. kali dengan frekuensi terapi 2 kali dalam seminggu

Jurnal Vokasi Indonesia. 38 Jul-Des 2018 | Vol.6 | No.2


intensitas 17mA dan durasi 15 menit, passive strengthening knee sinistra dan penguatan otot core
stretching dengan 8 hitungan tahanan dan 3-5 kali, stability. Setelah 6 kali evaluasi didapat hasil evaluasi
active assisted exercise dengan 3-5 kali repetisi, sesuai table dibawah ini.

Tabel 1. Hasil Evaluasi


Evaluasi
Problematika Fisioterapi I II III IV V VI
Nyeri Diam (VAS) 6 5 5 4 4 4
Nyeri tekan (VAS) 6 5 5 4 4 4
Nyeri Gerak (VAS) 6 5 5 4 4 4
Tightness m. Hamstring Ada Ada Ber- Ber- Ber- Ber-
kurang kurang kurang kurang
Spasme M. Hamstring & M.Gastroc Ada Ada ada ada Hilang Hilang
ROM Flexi – Ext Knee 500-500- 500-500- 450-450- 450-450- 400-400- 400-400-
1050 1050 1100 1100 1150 1150
MMT Flexi 2 2 2 2 3 3
MMT Ext 2 2 2 2 3 3

TENS dengan secara selektif akan hamstring teori Guyton, (Guyton; 2007)
mengaktifkan serat raba berdiameter besar (Aβ) tanpa mengemukakan ketika otot sedang berkontraksi,
mengaktifkan serat nociceptive berdiameter lebih sintesa protein kontraktil otot berlangsung jauh lebih
kecil (Aα dan C), sehingga menghasilkan subtansi cepat sehingga menghasilkan aktin dan miosin yang
analgesik segmental yang dikeluarkan otak bertambah banyak secara progersif di dalam miofibril
mengaktifasi endorphin dengan cepat dan terlokalisir dan miofibril itu sendiri akan memecah di dalam
pada dermatom yang bekerja pada sistim syaraf pusat setiap serat otot untuk membentuk miofibril baru.
dan perifer untuk mengurangi nyeri. Pada jurnal Peningkatan jumlah miofibril tambahan yang
“Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation for menyebabkan serat otot menjadi hipertropi. Dalam
Phatom Pain and Stump Pain in Adult Amputees” serat otot yang mengalami hipertropi terjadi
yang ditulis oleh Matthew R. Mulvey, Helen E. peningkatan komponen sistem metabolisme fostagen,
Radford tahun 2012 penelitian dengan 10 pasien termasuk ATP dan fosfokreatin. Hal ini
amputasi transtibial. TENS yang digunakan dengan mengakibatkan peningkatan kemampuan sistem
frekuensi 100 Hz durasi 60 menit dengan dua pad metabolik aerob dan anaerob yang dapat
yang berukuran 5cm x 5cm di pasang pasa distal meningkatkan energi dan kekuatan otot. Peningkatan
stump. TENS dapat mengurangi nyeri dan membantu kekuatan otot inilah yang membuat pasien semakin
meningkatkan prorioseptif terhadap protesus dan kuat dalam menopang tubuh dan melakukan gerakan.
memfasilitasi perceptual. Kekuatan otot dari kaki, lutut serta panggul harus
Pada saat otot terulur maka spindel otot juga adekuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh
terulur. Spindel otot akan melaporkan perubahan saat adanya tekanan gaya dari luar. Kemampuan otot
panjang dan seberapa cepat perubahan panjang itu untuk melakukan reaksi tegak dan stabil merupakan
terjadi serta memberikan sinyal ke medula spinalis bentuk dari aktivitas otot untuk menjaga
untuk meneruskan informasi ini ke susunan saraf keseimbangan baik saat statis maupun dinamis.
pusat. Spindel otot akan memicu stretch refleks untuk Dikemukakan oleh American College of Sport
mencoba menahan perubahan panjang otot yang Medicine, latihan yang dapat meningkatkan kekuatan
terjadi oleh golgi tendon dengan cara otot yang diulur otot yang pada akhirnya akan meningkatkan kerja
tadi kemudian berkontraksi. Yuichi Nishikawa, otot dan core stability exercise ini dapat
Tetsuya Takahashi, dan Hirofumi tahun 2015 melalui menimbulkan adanya kontraksi otot untuk berjalan.
jurnal yang berjudul “Immediate effect of passive and
active stretching on Hamstrings” menggunakan 3 set PENUTUP
latihan dan tahanan 10 detik. Stretching efektif dalam
SIMPULAN
meningkatkan fleksibilitas dan lingkup gerak
Hasil studi kasus ini menunjukkan modalitas
hamstring namun untuk perbaikan yang lebih besar
TENS mampu menurunkan nyeri diam, nyeri tekan
dilakukakan dengan stretching passive (Nishikawa;
dan nyeri gerak pada penderita amputasi. Latihan
2015).
gerak aktif, peregangan, penguatan, dan latihan core
Perlu adanya penguatan otot abdominal, otot-
stability mampu mengurangi kekakuan, spasme, dan
otot punggung bawah, gluteal, quadriceps, dan
meningkatkan lingkup gerak sendi serta

Jurnal Vokasi Indonesia. 39 Jul-Des 2018 | Vol.6 | No.2


meningkatkan kekuatan otot sehingga mampu
mempersiapkan pasien untuk berjalan dengan
menggunakan alat bantu.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin S.,& Yani S. 2013. Atlas Anatomi Otot


Manusia Untuk Fisioterapi. Banten: PT.
Sejahtera Bersama Yuk.
Dieter S., Robert. 2017. Critical Limb Ischemia.
Springer International Publishing Switzerland.
Enrico, P. 2004. A Manual for the Rehabilitation of
People with Limb Amputation. USA:
Department of Defense MossRehab Amputee
Rehabilitation Program MossRehab Hospital.
Guyton A.C & Hall, J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran ed.11 diterjemahkan oleh
dr.Irawati dkk. Jakarta: EGC.
Kasirajan K, & Kenneth O. 2002. Current Options in
the Diagnosis and Management of Acute Limb
Ischemia. Le Jacq Communication, Inc.;
17(1).
Markum, H.M.S. 2007. Anamnesis dan Pemeriksaan
Fisis. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Marrelli.T.M. 2008. Buku Saku Dokumentasi
Keperawatan . Jakarta; Buku Kedokteran
EGC.
Marshall C, Tarig B., Gerry S. 2016. Amputation and
Rehabilitation: Vascular Surgery-II. Elsevier
Journal. March; 34(4): 188 – 191.
Nishikawa Y., Tetsuya T., et al. 2015. Immediate
effect of passive and active stretching on
Hamstrings. The Society of Physical Therapy
Science; 27: 3167–3170.
Risnanto, I.U. 2014. Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah. Yogyakarta; Deepublish.
Syatibi, M., & Mutdasir. 2002. Terapi Manipulasi
Ekstremitas. Poltekes Surakarta jurusan
fisioteraoi Surakarta.
Thomson A, Alison S, & Joan P. 1991. Tidy’s
Physiotherapy 12th ed. London: Butterworth-
Heinemann, Ltd..
Thukkani A.K, Kinlay S. 2015. Endovascular
intervention for peripheral artery disease. Circ
Res. April 24th. 116 (9):1599-613.
Vitriana. 2002. Rehabilitasi Pasien Amputasi Bawah
Lutut dengan Menggunakan Immediate Post
Operative Prosthetic. [Online].

Jurnal Vokasi Indonesia. 40 Jul-Des 2018 | Vol.6 | No.2

Anda mungkin juga menyukai