Anda di halaman 1dari 4

Literature Review

Identifikasi Bentuk Lahan Berdasarkan Data Citra Penginderaan Jauh dan


Observasi Lapangan Daerah Kaligending, Karangsambung, Kebumen

Fadilah Safitri 1*, Idarwati1


1 Program Studi Teknik Geologi, Universitas Sriwijaya, Palembang

SARI

Karangsambung merupakan daerah yang terletak di utara kota Kebumen, Jawa Tengah.
Karangsambung adalah daerah perbukitan dengan karang yang menyambung, pada jutaan tahun
yang lalu terjadi subduksi yang mengakibatkan bebatuan di dasar lautnya berbenturan. Benturan ini
mengakibatkan naiknya dasar laut relatif terhadap muka air laut yang membentuk daratan.
Karangsambung memiliki luas wilayah 101,150 km. Karangsambung memiliki kondisi geografis
berupa perbukitan yang berada di Zona Pegunungan Serayu Selatan. Ketinggian dari daerah
Karangsambung 180 meter diatas permukaan laut. Karangsambung merupakan lokasi yang
dijadikan sebagai laboratorium alam geologi, yang mana didalamnya terdapat berbagai batuan
dengan rentang umur 125 – 65 juta tahun yang lalu. Istilah bentuk lahan digunakan untuk
menggambarkan setiap kenampakan dari kenampakan menyeluruh yang membentuk permukaan
bumi. Keadaan spasial setiap daerah dapat dengan cepat dikenali karena perkembangan teknologi
seperti penginderaan jauh. Data yang didapat dalam penginderaan jauh dapat digunakan untuk
ekstraksi informasi mengenai kenampakan yang digunakan untuk pengkajian kenampakan
menyeluruh dalam hubungannya sumberdaya permukaan. Dalam mengetahui satuan bentuk lahan
daerah penelitian dilakukan pengamatan morfologi. Pengamatan ini dilakukan dari jarak jauh dan
jarak dekat, dari jarak dekat dilakukan dengan observasi lapangan. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode observasi lapangan dan data citra penginderaan jauh. Hasil dari
pengamatan didapatkan berdasarkan analisa morfografi, morfometri, pola aliran, dan pengamatan di
lapangan.

Kata kunci : Bentuk Lahan, Karangsambung, Penginderaan Jauh, Observasi Lapangan

PENDAHULUAN permukaan bumi. Meski terkesan permanen,


permukaan bumi sebenarnya dinamis.
Menurut Howard dan Spok (1940), bentuk Keadaan spasial setiap daerah dapat dengan
lahan merupakan setiap unsur bentanglahan cepat dikenali karena perkembangan
yang dicirikan oleh ekspresi permukaan teknologi seperti penginderaan jauh. Data
yang jelas, struktur internal atau kedua- yang didapat dalam penginderaan jauh
duanya dan menjadi pembeda yang mencolok dapat digunakan untuk ekstraksi informasi
fisiografi suatu daerah. Bentang alam atau mengenai kenampakan yang digunakan
bentuk lahan adalah permukaan tanah untuk pengkajian kenampakan menyeluruh
dengan relief yang jelas yang merupakan dalam hubungannya sumberdaya
hasil pengaruh kuat dari proses alam yang permukaan. Penginderaan jauh adalah ilmu
mempengaruhi komposisi kerak bumi. dan seni memperoleh informasi tentang
Istilah bentuk lahan digunakan untuk suatu objek di permukaan bumi dengan alat
menggambarkan setiap kenampakan dari yang tidak berhubungan langsung dengan
kenampakan menyeluruh yang membentuk objek yang diteliti.

1
Literature Review

Dalam mengetahui satuan bentuk lahan elevasi 200-500m. Daerah penelitian


daerah penelitian dilakukan pengamatan dominan berada pada daerah dengan elevasi
morfologi. Pengamatan ini dilakukan dari 50-200m, maka dapat diklasifikasikan lokasi
jarak jauh dan jarak dekat. Pada penelitian merupakan perbukitan rendah.
pengamatan jarak jauh, data-data yang
diperoleh berupa bentuk morfologi lokasi
pemetaan. Sedangkan dari jarak dekat
dilakukan dengan observasi lapangan.

Gambar 1. Lokasi Karangsambung. Gambar 2. Peta Morfologi Morfogenesa.


Kebumen Selain peta morfologi morfogenesa dianalisa
juga dari peta kemiringan lereng. Daerah
METODE PENELITIAN penelitian terdapat 5 klasifikasi kelas lereng
yaitu lereng datar ditandai dengan warna
Metode penelitian yang digunakan adalah hijau tua dengan sudut kemiringan 0-2%,
metode observasi lapangan dan data citra lereng agak miring ditandai dengan warna
penginderaan jauh. Data-data yang hijau dengan sudut kemiringan 2-7%, lereng
digunakan didapatkan dari analisis miring ditandai dengan warna hijau muda
geomorfologi yang didapat dari pengamatan dengan sudut kemiringan 8-13%, lereng agak
di lapangan, pembuatan peta, studi curam ditandai dengan warna kuning
literature, dan dokumentasi. Observasi dengan sudut kemiringan 14-20%, lereng
langsung mengacu pada survei morfologi. curam ditandai dengan warna oren dengan
sudut kemiringan 21-55% berdasarkan
HASIL PENELITIAN klasifikasi Widyatmanti (2016).

Daerah penelitian dikaji dan diindentifikasi


melalui pemetaan dan dikorelasikan dengan
hasil data yang didapatkan dari pengamatan
di lapangan. Hasil dari bentuk lahan
didasarkan pada morfologinya yang
terbentuk dan ditentukan dari morfometri
dan morfografinya. Bentuk bentang alam
daerah penelitian adalah formasi Waturanda
dan formasi Penosogan.
Daerah penelitian berada di daerah
Kaligending, Karangsambung, kabupaten Gambar 3. Peta Kemiringan Lereng
Kebumen, Jawa Tengah. Pada analisis Selain itu, dianalisa peta pola aliran. Daerah
morfografi daerah penelitian terdapat penelitian dikontrol oleh 1 pola pengaliran
perbedaan elevasi yang diklasifikasikan yaitu parallel. Pola aliran parallel dicirikan
menjadi perbukitan rendah dan perbukitan. oleh anak sungainya bermuara ke sungai
Berdasarkan klasifikasi Widyatmanti (2016) utama dengan sudut lancip atau anak
perbukitan rendah berada pada elevasi 50- sungainya saling sejajar. Pola aliran parallel
200m, dan daerah perbukitan berada pada terdapat pada kelerengan yang agak curam
sampai curam serta kehadiran struktur

2
Literature Review

geologi sehingga mempengaruhi tingkat Karangsambung, Kabupaten Kebumen,


resistensinya dan cenderung mengikuti Jawa Tengah. Berdasarkan analisis
perbukitan (Twidale, 2004). morfografi daerah penelitian didominasi oleh
perbukitan rendah. Berdasarkan analisa
morfometri daerah penelitian didominasi
oleh lereng miring. Pola aliran daerah
penelitian dikontrol oleh pola aliran parallel.
Berdasarkan pengamatan di lapangan
didapatkan bentuk lahan yang
diinterpretasikan menjadi daerah
perbukitan structural antiklin, punggungna
structural sesar.

Gambar 4. Peta Pola Aliran PUSTAKA


Pada analisis berdasarkan pengamatan di
lapangan, didapatkan perbukitan structural Asikin Sukendar. 1974, “Edin Geologi Javea
antiklin dengan nilai azimuth N330E yang Tengah dan Sekitarnya Ditinjau dari Segi
diindikasikan dari keterbentukan struktur Teori Teknik Dunia yang Baru” Disertasi
antiklin. Selain itu juga terdapat Doktor, Dept. Teknik Geologi ITB, tidak
punggungan structural sesar yang berada diterbitkan
dibagian utara lokasi penelitian, yaitu desa Asikin. S. Harsolumakso. A. A. Busono H.
Kaligending, dengan nilai azimuth N190E dan Ciafoer S. 1992. Geologic Map Of
yang diindikasikan dari keterbentukan Kebumen Quadrangle. Jana Scule 1:100.000
structural sesar. Geologycal Research and Development
Centre,Bandung.
Barker, R. Wright, 1960, Taxonomic Notes
Society of Economic Paleontologists and
Mineralogist, Tulsa: Oklahoma, U.S.A
Embry, A., dan Klovan, J., 1971, A Late
Devonian Reef Tract on Northeastern Banks
Island, Bulletin of Canadian Petroleum
Geology vol 4. 730-781
Fisher R. V.dan Schmincke,H.U. 1984.
Gambar 5. Perbukitan Struktural Antiklin Pyroclastic Rocks. Springer Verlag
Fossen, H. (2010). Structural Geology. New
York: Cambridge University Press Folk, RL,
1959, Practical petrographic classification of
limestones: American
Association of Petroleum Geologists Bulletin.
Folk, R.L., 1962, Spectral subdivision of
limestone types, in Ham, WE, ed.
Classification of carbonate Rocks-A
Symposium: American Association of
Gambar 6. Punggungan Struktural Sesar
Petroleum Geologists Memoir.
Hilmi, Feisal dan Iyan Haryanto 2008, Pola
KESIMPULAN
Struktur Regional Jawa Barat. Bulletin of
Scientific Contribution, Volume 6, Nomor 1,
Daerah penelitian bentuk lahan berada pada
Agustus 2008: 57-66
daerah Kaligending, Kecamatan

3
Literature Review

Bemmelen, van R.W. 1949, The Geology of Prasetyadi, C. 2007. Evolusi Tektonik
Indonesia. Martimas Nyhoff, The Haque, Paleogen Jawa Bagian Timur. Tidak
Nederland. dipublikasikan, Disertasi,
Hadiyansyah Dan, 2005, Karakerisk Pulunggono, A. dan Martodjojo, S. (1994).
Struktur Formasi Karangsambung. Daerah Perubahan tektonik Paleogen - Neogen
Karangsambung dan Sekitarnya, Kecamatan merupakan peristiwa terpenting di Jawa.
Karangsambung Karangavam. Kabupaten Proceedings Geologi dan Geotektonik Pulau
Kebumen Propinsi Jawa Tengah Skripsi Jawa: 37-50.
Sarjana S-1. Dept. Teknik Geologi ITB, tidak Ragan, D.M. 2009. Structural Geology: an
diterbitkan ntroduction to Geometric Techniques. 3rd
Harsolumakso, Agus Handoyo dan Dardji ed:New York. Wiley. 393 pp. Rickard. M.K.,
Noeradi, 1996, Deformasi padu Formasi 1972. Fault Classification Discussion.
Karangsambung di daerah Luk Uln. Geological Society of American Bulletin, 83,
Kelnanen, Jawa Tengah Buletin Geologi 26. 2545-2546.
45-54 Selley, R. C. 2000. Applied Sedimentology:
Lobeck, A; K. 1939, Geomorphology, un 2nd edition. San Diego: Academic Press.
Introduction to Study of Landscapes. Simandjuntak, T.O. 1996. Neogene Tectonics
McGrag-Hill Book Co. New York. and Orogenesis of Indonesia. Geological
Peacock, et al. (2017). A broader classification Society Malaysia Bulletin pp 43-64.
of damage zones. Journal of Structural Tucker, M. E. (2003). Sedimentary Rocks in
Geology. doi: 10.1016/j.jsg 2017.08.004. the Field. 3rd ed. The Geological Field Guide
Pettijohn, FJ., 1975. Sedimentary Rocks Series, doi: 10.1017/S001675680536078X.
Second Edition. New York: Harper and Twidale, C. R. (2004). River patterns and
Brothers. their meaning. Earth-Science Reviews, 67,
pp. 159-218.

Anda mungkin juga menyukai