BTQ UAS Kiki
BTQ UAS Kiki
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an
Dosen Pengampu : Aris Mahmudi, MA
Disusun oleh :
Rizki Wijayati (200101110095)
3. Latar belakang metode Awal mula dari dibentuknya metode yanbu'a ini Sejarah muncul metode ini Suatu saat KH. Metode Iqra disusun oleh KH. As’ad
adalah berawal dari usulan alumni Pondok Tahfidh Muhammad Basori Alwi mengajar Alquran di Humam yang berdomisili di
Yanbu'ul Qur'an dari cabang Kudus dan Jepara Madura, kemudian pada saat itu beliau bertemu Yogyakarta. Beliau merupakan
Jawa Tengah, agar para alumni selalu ada hubungan dengan KH Mudasir yang beliau juga dari seseorang yang telah berkecimpung
dengan pondok, disamping usulan dari masyarakat Madura. Saat itu Kyai Mudasir juga menggunakan dalam pengajaran Al-Qur’an dengan
luas juga dari Lembaga Pendidikan Ma’arif serta buku atau kitab pembelajaran Alquran, namun menggunakan berbagai metode yang
Muslimat terutama dari cabang Kudus dan Jepara. hanya saja untuk mempraktekkan makhorijul dalam kenyataannya ternyata belum
Awalnya pengasuh tidak menyetujui usulan huruf atau tajwid yang lainnya terdapat kata-kata sempurna. Maka atas dasar
tersebut. Namun, pada akhirnya pengasuh Pondok yang tidak terkandung di dalam Alquran pengalaman yang cukup lama dan
Tahfidh Yanbu'ul Qur'an menyetujui usulan contohnya yaitu َم َتُم. Lantas kemudian Kyai permintaan serta desakan dari berbagai
tersebut. Dalam rangka menjaga dan memelihara Mudasir meminta kepada Kyai Basari untuk pihak maka berkat inayah Allah, kerja
keseragaman bacaan, maka dengan tawakal dan menyusun metode praktis guna mempermudah keras dan bantuan berbagai pihak
memohon pertolongan kepada Allah tersusunlah para santri untuk belajar Alquran dengan kata-kata tersusunlah buku Iqra. Buku Iqra
kitab Yanbu’a oleh KH. Ulil Albab dan KH. Ulin yang terdapat di dalam Alquran. sendiri diterbitkan oleh Balai litbang
Nuha LPTQ Nasional Team Tadarus
(Pengasuh Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an, “AMM” Yogyakarta. Buku Iqra ini
Kudus). Kitab tersebut meliputi Thoriqoh Baca terdiri dari 6 jilid yang disusun secara
Tulis dan Menghafal Al Qur’an. praktis dan sistematis, sehingga
memudahkan bagi setiap orang yang
belajar dan mengajarkan membaca Al-
Qur’an dalam waktu yang relatif
singkat.
4. Ciri khas metode Santri atau murid tidak boleh membaca dengan Karakteristik dari Metode Bil Qolam adalah talqin Metode Iqra ialah metode yang
mengeja, harus membaca langsung dengan cepat, (menirukan), yaitu murid menirukan bacaan menekankan langsung pada latihan
tepat, lancar dan tidak putus-putus disesuaikan gurunya. Dengan demikian metode Bil Qolam membaca Al-Qur’an siswa yang
dengan kaidah makharijul huruf. bersifat teacher centris, dimana posisi guru bersifat individual melalui Cara Belajar
sebagai sumber belajar atau pusat informasi dalam Siswa Aktif (CBSA) yang terdiri dari 6
proses pembelajaran. Di dalam metode Bil Qolam jilid mulai dari tingkat yang sederhana
terdapat dua tahap, yaitu tahqiq dan tartil. sampai yang paling sulit. Siswa juga
dituntut belajar aktif dengan Metode
Iqra ini, karena untuk menambah rasa
ingin tahu siswa maka dengan
menggunakan metode yang menuntut
siswa agar dapat belajar secara aktif
siswa tidak akan merasa bosan, dan
rasa ingin tahunya pun akan semakin
bertambah. Sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan
apa yang sudah direncanakan untuk
mencapai suatu tujuan pendidikan pada
suatu proses pembelajaran yang
diberikan kepada siswa.
5. Tahapan pembelajaran Musyafahah yaitu guru membaca terlebih Pembukaan: Kegiatan pengondisian para Guru sebagai penyimak saja,
dahulu kemudian santri menirukan. peserta didik untuk siap belajar, dilanjutkan jangan menuntun, kecuali hanya
Ardhul Qira’ah yaitu santri membaca di depan dengan salam pembuka dan membaca do'a memberikan contoh pokok
guru sedangkan guru menyimak dengan baik. pembuka belajar Al-Qur'an. pembelajaran
Sering juga cara ini disebut dengan sorogan. Apresiasi Mengulang kembali materi yang Guru menyimak secara seorang-
Pengulangan yaitu guru mengulang-ulang telah diajarkan sebelumnya untuk dapat seorang untuk mengetahui siswa
bacaan, sedangkan santri menirukannya kata dikaitkan dengan materi yang akan diajarkan sudah dapat membaca atau belum.
per kata atau kalimat per kalimat, juga secara pada hari ini. Siswa yang lebih tinggi jilidnya
berulang-ulang hingga terampil dan benar. Penanaman konsep: Proses menjelaskan dapat membantu menyimak siswa
materi/pokok bahasan yang akan diajarkan lain.
pada hari ini. Mengenai judul-judul guru
Pemahaman: Memahamkan kepada peserta langsung memberikan contoh
didik terhadap konsep yang telah diajarkan bacaan.
dengan cara melatih peserta didik untuk Sekali huruf dibaca betul, tidak
membaca contoh- contoh yang tertulis di boleh/jangan dibaca lagi.
bawah pokok bahasan Bila siswa keliru panjang-panjang
dalam membaca huruf, maka guru
harus dengan tegas tegas
diperingatkan.
Bila siswa keliru membaca huruf,
cukup betulkan huruf-huruf yang
keliru saja.
Dalam pelajaran pengenalan huruf
berfathah, maka sebelum dikuasai
benar jangan naik ke jilid
berikutnya.
Bagi siswa yang betul-betul
menguasai pelajaran dan
sekiranya mampu berpacu dalam
menyelesaikan belajarnya maka
membacanya boleh diloncat-
loncatkan tidak harus utuh
sehalaman.
Untuk EBTA sebaiknya
ditentukan guru pengujinya.
6. Kelebihan Metode Yanbu’a bukan sekedar pembelajaran Metode Bil-Qolam dapat diterapkan untuk Metode Iqro’ fleksibel dalam
baca tulis melainkan sebagai sarana menghafal semua kalangan baik di tingkat kanak-kanak, peningkatan jilid. Jika santri sudah
peserta didik. pemuda, dawasa maupun kalangan orangtua. mengeluarkan kemampuan
Metode Yanbu’a menggunakan rasm utsmaniy Materi pelajaran ilmu-ilmu tajwid yang dengan maksimal namun belum
(sesuai dg standar Nasional) disajikan melalui metode Bil-Qolam sangat dapat membaca huruf hijaiyah
Metode ini menggunakan huruf yg digandeng mudah dipahami, ringkas dan lengkap tertentu. Namun ketika santri
dan berasal dari Al-Qur’an sehingga mudah dipraktikan secara langsung. dimohon untuk membaca huruf
Memberikan penjelasan bagaimana menulis Metode Bil-Qolam dilengkapi dengan media yang lain ternyata bisa, maka
tulisan Arab Jawa Pegon pengajaran yang memadai seperti: materi ajar santri dapat dinaikkan ke tingkat
Terdapat tanda baca yang menunjukkan materi untuk anak-anak, materi tadrib an-nutq (bina jilid selanjutnya.
pokok pembelajaran ucap), buku pokok-pokok ilmu tajwid, kaset, Dalam waktu 6-8 bulan santri
Tidak sembarang orang dapat mengajarkan MP3, dan VCD. TKA-TPA dapat khatam Iqro’ dan
metode ini, kecuali orang yang sudah Pengajar metode Bil-Qolam selalu melanjutkan ke tingkat Al-Qur’an
mendapatkan izin atau restu dari gurunya mendapatkan perhatian dalam segi kualitas walau membacanya masih pelan.
Lebih menekankan pada makhorijul huruf yang berupa pelatihan setiap satu minggu sekali Praktis, karena ustadz/ah langsung
membedakan dengan beberapa metode lainnya oleh guru senior (tim pusat Bil-Qolam). dapat memahami kemampuan
yang terletak pada bagaimana melafadzkannya santri.
serta keluarnya huruf pada bibir Metode Iqro’ bersifat sistematis,
disusun berdasarkan kemampuan
yang berbeda.
7. Kekurangan Kekurangan metode Yanbu’a ini diantaranya yaitu Guru tidak memiliki syahadah (ijazah) dari Di dalam Metode Iqra bacaan-
kurang adanya pembinaan bagi setiap guru serta PIQ yang menyatakan bahwa ia harus lulus bacaan tajwid dikenalkan hanya
masih longgarnya aturan terkait siapa saja yang dan berhak untuk mengajarkan AlQur’an sedikit dan tidak mendalam
diijinkan untuk bisa mengajar. dengan metode Bil-Qolam. Dengan demikian, Metode Iqra tidak ada media
skill guru dalam hal tartil dan tajwid kurang belajar
memadai. Metode Iqra tidak dianjurkan
Guru kurang mendalami metodologi menggunakan irama murottal
pengajaran Al-Qur’an yang berkembang, Metode Iqra tidak mengenalkan
terutama metode Bil-Qolam sehingga bacan grorib (bacaan yang
implementasi metode tersebut tidak tersembunyi atau tersamarkan).
maksimal.
Pengalaman mengajar guru sangat minim,
terutama dalam menerapkan metode Bil-
Qolam. Karna tidak paham dan mengerti
kompetensi metode Bil-Qolam.
Guru kurang memiliki kafa’ah (kecukupan)
ilmu-ilmu Al-Qur’an dan ilmu agama yang
lain. Akibatnya ia merasa kesulitan dalam
mengatasi persoalan baru yang berkembang
di masyarakat.
Guru tidak menguasai sistem klasikal kelas
(pengendalian kelas) sehingga anak didik
menjadi tidak terkendali.