Anda di halaman 1dari 2

Home  Berita

5 Contoh Keteladanan
Akhlak Rasulullah SAW
Terhadap Sesama
by admin — 9 Oktober 2022
AA

Reading Time: 5 mins read

0    
SHARES

Rasulullah Muhammad SAW adalah sosok teladan


sepanjang masa. Keteladanan Nabi Muhammad SAW
tercermin dalam setiap lini kehidupan sehari-hari.

Teladan agung Nabi Muhammad SAW telah dijelaskan


dalam firman Allah SWT pada surat Al-Ahzab ayat 21
berikut ini:

ِ *‫ا‬
‫ٰخ َر َوذَ َك َر‬ ْ ‫َ َوا ْل َي ْو َم‬01‫ل َم ْن َكا َن َي ْر ُجوا ا‬9 ‫سن َ ٌة‬
َ ‫س َوةٌ َح‬ ُ ‫َكا َن َل ُك ْم ِفيْ َر‬
ْ ُ ‫ِ ا‬01‫س ْو ِل ا‬
ۗ‫َ َك ِثيْ ًرا‬01‫ا‬

Related Posts

Dirut BSI Ajak Dai Perkaya Dakwah


Bertema Keuangan Syariah
 4 NOVEMBER 2022

Konferensi Nasional Masjid Ramah


Lingkungan Hasilkan 3 Rekomendasi
Utama
 4 NOVEMBER 2022

Masjid Ramah Lingkungan Aktor Baru


Pencegahan Dampak Perubahan Iklim
 4 NOVEMBER 2022

Rumah Zakat Salurkan Donasi Kepada


MUI untuk Pembangunan RSIH Palestina
 3 NOVEMBER 2022

 

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri


teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS Al
Ahzab ayat 21)
Melalui kitab Shafat ash-Shafwah, Imam Abul Faraj
Abdurrahman bin Al Jauzi, menjelaskan contoh
keteladanan Rasulullah Muhammad SAW dalam lima
aspek kehidupan. Penjabarannya sebagai berikut:

Tidak pernah sombong


Kerendahan hati merupakan sifat karakter yang
sangat penting dimiliki setiap orang, karena sifat ini
melahirkan berbagai sikap luhur dan menenangkan
kehidupan masyarakat. Seperti yang disampaikan
Nabi Muhammad SAW, beliau selalu rendah hati
kepada siapapun dan tidak pernah menyombongkan
diri bahkan atas kehormatan dan keistimewaannya.

Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam sabda Nabi


SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatka Bukhari.

‫ُ َع َل ْي ِه‬M1‫لى ا‬M ‫ص‬ َ ِM1‫ول ا‬ َ ‫س‬ ُ ‫ن َر‬M َ ‫ُ َعن ْ ُه – أ‬M1‫ضيَ ا‬ ِ ‫َع ْن ُع َمر بن الخطاب – ر‬
َ َ
‫م‬Vَ ‫الس‬ M ‫يسى ا ْب َن َم ْر َي َم َع َل ْي ِه‬ َ ‫ارى ِع‬ َ ‫ص‬ َ M ‫ت الن‬ ِ ‫طر‬
ْ ‫وني َك َما أَطْ َر‬ ُ ْ ‫ال َ* ُت‬
َ ‫ل َم َق‬M ‫س‬
َ ‫َو‬
ُ ‫ِ َو َر‬M1‫ َعبْ ُد ا‬:‫ فَ ُقولوا‬،‫ َما أَنَا َعبْد‬M‫فَ ِإن‬
‫سو ُل ُه‬

Dari Umar bin Khattab RA, dia berkata: “Rasulullah


SAW bersabda, “Jangan goda aku (juga) karena
orang-orang Nasrani menyanjung Isa bin Maryam,
karena sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba.
Maka sebutlah (kamu) hamba Allah dan Rasul-Nya.”
(HR Bukhari)

Kedua, lemah lembut

Akhlak mulia Rasulullah SAW dikenal memiliki akhlak


yang paling mulia untuk dijadikan teladan bagi
umatnya. Akhlaknya yang paling mulia selalu
menyertakan pendapat yang baik, dia tidak pernah
melakukan hal-hal buruk, berperilaku kasar, dan tidak
pernah berteriak.

Apalagi Rasulullah SAW tidak pernah membalas


perbuatan buruk yang menimpanya kepada siapapun.
Bahkan, dia mendoakan orang yang menyakitinya
dengan hal-hal yang baik. Sebagaimana dijelaskan
dalam riwayat berikut:

‫خ ُلق‬
ُ ‫ عن‬،-‫ عنها‬1‫رضي ا‬- ‫سألت عائشة‬ ُ :‫الج َدلِي قال‬
َ 1‫عن أبي عبد ا‬
*‫شا و‬ ً ‫ح‬9 َ‫شا و* ُمتَف‬ ِ ‫ »لم يكن‬:‫ فقالت‬-‫ عليه وسلم‬1‫صلى ا‬- 1‫رسول ا‬
ً ‫فاح‬
ِ
ْ ‫ ولكن َي ْعفو و َي‬،‫بالسيئة السيئ َة‬
‫صفَح‬ M ‫»ص‬.
‫ و* َي ْجزي‬،‫سواق‬t‫خا ًبا في ا‬ َ

Dari Abu Abdilah al-Jadali RA dia berkata, “Saya


berkata kepada Aisyah, ‘Bagaimana sikap Nabi
terhadap keluarganya?’ Aisyah menjawab, “Dia
adalah orang yang paling terpuji. Rasulullah tidak
pernah bersikap dengan buruk, kasar atau berteriak di
tengah pasar. Dia tidak akan membalas kejahatan
dengan kejahatan. Tapi dia memaafkan dan
memaafkan hal-hal buruk yang ditujukan kepadanya
secara pribadi.” (HR Imam Ahmad)

Ketiga, tipe pecinta semua

Kecintaan Nabi Muhammad SAW terlihat dari sifat-


sifatnya yang sangat mulia. Beliau dikenal lemah
lembut terhadap para sahabatnya. memaafkan
mereka dan meminta kepada Allah SWT untuk
mengampuni dosa dan kesalahan mereka, Nabi juga
sangat mengenal anak-anak.
Dikatakan bahwa ketika Nabi Muhammad SAW
sedang berdoa, dia mendengar seorang anak kecil
menangis dan menjadi khawatir tentang anak itu. Nabi
kemudian mempercepat shalatnya karena mengetahui
bahwa ibunya pasti sangat khawatir dengan tangisan
putranya.

‫ ﷺ‬1‫رسول ا‬ ُ ‫ عن أبيه قال قال‬،‫نصاري‬t‫ ابن أبي قتادة ا‬1‫عن عبدا‬


،9‫الص ِبي‬ ْ ،‫و َل ِفي َها‬9 َ‫ ِة وأَنَا أ ُ ِري ُد أ ْن أُط‬Vَ ‫الص‬
M ‫فأس َمعُ بُ َكا َء‬ M ‫ َ ُقو ُم إلى‬tَ ‫ي‬9‫إن‬
‫م ِه‬9 ُ ‫ ع َلى أ‬M‫أشق‬
ُ ‫تي َك َراهي َة أ ْن‬Vَ ‫ص‬ َ ‫وزُ في‬M ‫فأتَ َج‬

Dari Abu Qatadah Al-Anshari dari ayahnya RA,


Rasulullah SAW bersabda, “ “Sesungguhnya aku
mengerjakan sholat dan berniat melakukannya dalam
waktu yang lama. Tetapi aku mendengar seorang
anak kecil menangis maka aku mempercepat shalat.
Karena aku tahu bahwa ibunya pasti sangat sangat
khawatir tentang tangisan putranya.” (HR Bukhari dan
Muslim)

Keeempat, toleran

Sifat pemurah Rasulullah selanjutnya yang harus


dimiliki setiap Muslim adalah selalu bersikap toleran.
Kualitas ini membuat seseorang taat kepada Allah
SWT semaksimal mungkin. Misalnya, kesabaran
dalam menghadapi cobaan atau kejadian yang tidak
menyenangkan dan kemampuan untuk menerimanya
dengan sepenuh hati.

‫لى‬M ‫ص‬ َ ِ1‫ول ا‬ ِ ‫س‬ ُ ‫شي َمعَ َر‬ ِ ‫ت أ َ ْم‬


ُ ْ ‫ “ ُكن‬:‫ال‬ َ ‫ عنه َق‬1‫س ْب ِن َمالِ ٍك رضي ا‬ ِ َ‫َع ْن أَن‬
€‫ فَأ َ ْد َر َك ُه أ َ ْع َرا ِبي‬،‫اشيَ ِة‬ِ ‫الح‬ َ ‫ظ‬ ُ ‫ َغلِي‬€‫اني‬ ِ ‫ َو َع َليْ ِه بُر ٌد نَ ْجر‬،‫ل َم‬M ‫وس‬
َ ْ َ ‫ُ َع َليْ ِه َوآله‬1‫ا‬
ِ1‫ول ا‬ ِ ‫س‬ ُ ‫ات ِق َر‬ ِ ‫صفْ َح ِة َع‬ َ ‫ت إِ َلى‬ ُ ‫ى نَظَ ْر‬M‫ َحت‬،ً‫ش ِدي َدة‬ َ ً‫ائ ِه َجبْذَة‬
ِ ‫فَ َجبَذَ ُه ِب ِر َد‬

:‫ال‬ َ ‫م َق‬M ُ‫ ث‬،‫د ِة َجبْذَ ِت ِه‬M ‫ش‬ ِ ‫اش َي ُة البُر ِد ِم ْن‬


ْ
ِ ‫ت ِب َها َح‬ َ ‫ُ َع َل ْي ِه‬1‫لى ا‬M ‫ص‬
ْ ‫ َر‬M‫ل َم َق ْد أَث‬M ‫وس‬ َ
ُ1‫لى ا‬M ‫ص‬ َ ِ1‫ول ا‬ ُ ‫س‬ ُ ‫ت إِ َل ْي ِه َر‬َ َ‫ فَا ْلتَف‬.‫ل ِذي ِعن ْ َد َك‬M ‫ِ ا‬1‫ال ا‬ ِ ‫ ُم ْر لِي ِم ْن َم‬،‫م ُد‬M ‫َيا ُم َح‬
ٍ َ‫م أ َ َمر َل ُه ِب َعط‬M ُ‫ ث‬،‫ح َك‬
‫اء‬ َ
ِ ‫ض‬ َ ‫م‬M ُ‫ ث‬،‫ل َم‬M ‫س‬ َ ‫” َع َليْ ِه َو‬.

Dari Anas bin Malik RA, dia berkata, “Saya pernah


berjalan dengan Rasulullah, yang pada waktu itu
mengenakan sorban dari daerah Najran, yang tebal
bahannya. Kemudian seseorang dari desa
mengikutinya, penduduk badui itu menarik sorbannya
begitu keras hingga aku melihat bekas luka di sisi
leher Nabi karena gaya tarik-menarik. Kemudian badui
itu berkata, “Wahai Muhammad, berilah aku kekayaan
Allah yang kamu miliki!” Rasulullah SAW menoleh dan
tertawa. Dia memerintahkan untuk memberikan
kepada badui hadiah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Kelima, dermawan

Kedermawanan Rasulullah SAW dikenal dengan


kebesaran dan kedermawanan jiwanya. Memberikan
sesuatu dari Allah SWT tanpa keegoisan dan
kemunafikan. Kisah kedermawanannya diceritakan
dalam banyak hadits, salah satunya adalah hadits
berikut ini:

‫ عليه‬1‫ سأل النبي صلى ا‬V‫رج‬


ً ‫ أن‬:‫ عنه‬1‫عن أنس بن مالك رضي ا‬
ْ :‫ فأتى قومه فقال‬،‫ فأعطاه إياه‬،‰‫ جبل‬‰‫غنما ب‬
،‫ أسلموا‬،ِ ‫أي قوم‬ ً ‫وسلم‬
‫يخاف الفقر‬
ُ ‫ إن محم ًدا ليعطي عطا ًء ما‬1‫فوا‬،

Dari Anas bin Malik RA dia berkata, “Seorang pria


mendatangi Nabi SAW dan meminta kambing yang
jumlahnya sama dengan jarak antara dua gunung,
maka beliau memberikan apa yang dia minta. Si pria
lantas pulang ke kaumnya dan berkata, “Wahai
umatku, masuklah ke agama Islam, karena
Muhammad akan memberimu hadiah yang tidak akan
kamu inginkan lagi khawatir jatuh miskin.” (HR
Muslim).

(Siti Nurmah Putriani, ed: Nashih)

5 Manfaat Belajar Sirah Maulid Nabi, Momentum


Nabi Muhammad SAW Tebar Spirit Keteladanan
untuk Muslim Muhammad SAW
19 Agustus 2022 19 Oktober 2021
dalam "Hikmah" dalam "Opini"

Apakah Hukum
Memperingati Maulid
Nabi Muhammad SAW?
30 Juni 2020
dalam "Aqidah"

Tags: akhlak muhammad akhlak nabi

akhlak rasulullah al ahzab ayat 21 ibu rasulullah

keistimewaan muhammad keutamaan muhammad

lahir nya muhammad Maulid Nabi muhammad

rasulullah

admin

Related
RelatedPosts
Posts

BERITA

Dirut BSI Ajak Dai Perkaya Dakwah Bertema


Keuangan Syariah
 4 NOVEMBER 2022

BERITA

Konferensi Nasional Masjid Ramah Lingkungan


Hasilkan 3 Rekomendasi Utama
 4 NOVEMBER 2022

BERITA

Masjid Ramah Lingkungan Aktor Baru


Pencegahan Dampak Perubahan Iklim
 4 NOVEMBER 2022

BERITA

Rumah Zakat Salurkan Donasi Kepada MUI


untuk Pembangunan RSIH Palestina
 3 NOVEMBER 2022

BERITA

Masjid Jadi Potret Kehidupan Dunia Akhirat,


Begini Penjelasan KH Marsudi Syuhud
 3 NOVEMBER 2022

BERITA

Catatan Kritis untuk Industri Media Tanah Air


dan Tanggung Jawab Sosial Jurnalis
 3 NOVEMBER 2022

Home  Opini

Pelukan Terakhir Ibunda


Aminah untuk Muhammad
SAW dalam Balutan Novel
by admin — 8 Oktober 2022
AA

Reading Time: 7 mins read

0    
SHARES

Oleh: Dr Mujahidin Nur Lc MA, anggota Komisi


Infokom MUI, penulis novel best seller “Pelukan
Terakhir Ibunda Aminah”

Panas matahari sedang memuncak. Cuaca seakan


sedang mengamuk. Angin menghembuskan hawa
panas yang membakar dibarengi sinar matahari yang
menjilat-jilat permukaan bumi. Unta-unta pun
merendahkan kepala dan lehernya ke tanah,
berlindung dari angin yang membakar dan
menghamburkan debu-debu.

Related Posts

Ulang Tahun Terakhir dan Ujung Bakti


Sang Mahaguru: Syekh Yusuf Al-
Qaradhawi
 28 SEPTEMBER 2022

Menggagas Kurikulum Berbasis Adab dan


Akhlak, Kebutuhan Mendesak
 5 SEPTEMBER 2022

Milad ke-47 MUI dan Tantangan


Ukhuwah di Tahun Politik
 26 JULI 2022

Apa Status Anak yang Lahir dari


Pernikahan Beda Agama?
 26 JUNI 2022

 

Ditengah terik yang begitu menyengat Aminah,


didampingi Muhammad dan Barakah siang itu
meninggalkan Yatsrib sesudah berjiarah ke makam
suaminya Abdullah. Beberapa lama sesudah
perjalanan mereka lalui, tiba-tiba Aminah merasakan
sakit yang menusuk-nusuk dada. Ia menoleh pelan ke
arah pembantunya, Barakah dan berkata dengan lirih,
“Ini adalah perjalanan yang panjang, wahai Barakah.”

Pada mulanya Barakah hanya terdiam. Ia tidak


mengerti apa yang dimaksud tuan putrinya. Dengan
tersenyum simpul, ia menjawab, “Ini adalah jalan yang
telah kita lewati sejak sebulan yang lalu, Tuan putriku.
Aku pikir tidak ada satu pun yang berubah. Kita telah
menempuh jarak dua marhalah, masih tersisa delapan
marhalah lagi. Dengan kehendak Allah, kita akan
melewatinya dan sampai ke Makkah dengan
selamat.”

Beberapa saat suasana hening. Kafilah kecil ini


kembali berjalan menyusuri gurun pasir yang tandus.
Tiba-tiba Aminah merasakan sakit di dadanya
semakin dahsyat dan menjadi-jadi. Sambil menahan
rasa sakit yang makin tak terperi itu ia berkata kepada
Barakah dengan suara sedih, “Tidak, wahai Barakah.
Perjalanan ini akan menjadi perjalanan panjang yang
tiada akhir.”

Pandangan matanya mulai lemah. Kepalanya pening.


Kemudian pelan-pelan Aminah menoleh memandangi
putranya tercinta, Muhammad SAW. Ia berkata
dengan lembut dan penuh kasih-sayang, “Bagaimana
denganmu, wahai Muhammad SAW?” sesudah
mengatakan itu tiba-tiba mata Aminah terpejam
pelan.

Muhammad SAW menoleh ke arah ibunya. Tatapan


mata Muhammad SAW yang tajam bisa menyingkap
betapa rasa sakit yang sedang diderita oleh ibunya
tercinta. Tiba-tiba dada Muhammad SAW
bergemuruh, hatinya merasakan kepedihan yang tiada
tara. Ia mendekap ibunya kuat-kuat sambil berkata,
“Ada apa, ibuku? Buka matamu dan lihatlah aku.
Bicaralah kepadaku, Ibu!” Namun perempuan mulia
itu tetap diam. Ia terkulai lemas dengan mata
terpejam.

Muhammad SAW segera mengambil air kemudian


mengalirkannya ke kedua telapak tangannya yang
mungil, perlahan ia mengusap wajah ibunya, lalu ia
menggapai tangan ibunya sambil mencoba
membangkitkannya. Barakah yang berada
disampingnya berusaha untuk membantu Muhammad
SAW dengan rasa sedih yang menggelora. Namun
Aminah tak juga bangkit dan tidak pula membuka
kedua matanya. Ia masih terbujur di atas sekedup
dengan napas terengah-engah. Muhammad SAW
berteriak-teriak panik. Sedangkan Barakah
menampari kedua pipinya.

Melihat Aminah terbujur dan kepanikan Muhammad


SAW serta Barakah, Kafilah pun berhenti. Para tabib
segera bertindak mengobati Aminah. Mereka
berusaha menyelamatkan bidadari kafilah dan
cahayanya yang terang. Aminah seorang figur agung
yang mempunyai hati yang lembut, kecerdasan
pikiran, dan keindahan jasmani.

Hati mereka teriris-iris menyaksikan Aminah dan anak


kecilnya yang meratap. Sesudah beberapa lama
mereka berusaha, tiba-tiba mereka terdiam. Wajah
mereka pucat pasi. Dari sudut mata mereka butiran-
butiran bening menetes pelan menyusuri pipi. Mereka
merasakan kesedihan dan penyesalan yang sangat
hebat karena tidak dapat menyembuhkannya. Mereka
tertunduk diam tanpa kata, mengalirkan air mata,
berpikir apa yang akan dapat mereka perbuat saat
takdir Tuhan menjemput.

Ketika hati masing-masing dilanda kakalutan yang


hebat, tiba-tiba Aminah terlihat membuka matanya.
Wajah Muhammad SAW, Barakah, dan rombongan
kafilah seketika berhias cahaya kebahagiaan. Dengan
tatapan yang lembut Aminah memandangi Barakah,
sesudah itu bibirnya berusaha mengatakan sesuatu
disela-sela napasnya yang terengah-engah,
“Muhammad SAW, wahai Barakah! Aku tinggalkan ia
di bawah penjagaanmu,” ujarnya dengan nada berat.

Sesudah menyelesaikan kalimatnya Aminah kemudian


menoleh ke arah putranya dan berkata dengan suara
amat lirih, “Aku titipkan engkau kepada Allah, wahai
anakku, Zat yang menghendakkimu sendirian tanpa
ayah dan ibu semata-mata karena hal yang di ketahui
oleh-Nya. Dialah zat yang Mahapemurah. Dia akan
menjaga serta melindungimu dengan kasih sayang
ayah dan ibumu.”

Kembali Aminah menoleh ke pembantunya. Dengan


tatapan lemah ia kembali mengulangi perkataanya
kepada Barakah, “Muhammad, wahai Barakah!
Engkau akan menggantikanku sebagai ibunya.
Jagalah ia! Kembalilah ke Makkah bersamanya dan
serahkan ia kepada kakeknya, Abdul Muthalib.
Bukalah kedua matamu lebar-lebar. Awasi para
penjahat yang selalu berkerumunan di sekitarnya di
perkampungan bani Sa’ad dan Yastrib.”

Kemudian Aminah menoleh kembali ke arah putranya,


ia merasa ajalnya semakin dekat. Dengan detak
jantung yang naik turun, ia berkata, “Tuhan telah
memanggilku, Anakku, dan aku akan memenuhi
panggilannya. Aku tidak bisa menunda lagi. Tuhan
menghendaki aku berbaring didekat ayahmu, untuk
selamanya, seperti yang aku harapkan. Jangan kau
lupakan ibumu yang di semayamkan di tengah-tengah
padang pasir. Jangan kau lupakan ayahmu yang
terbaring di Yastrib. Berhentilah sejenak untuk
mendoakan kami ketika engkau sedang melakukan
perjalanan ke negeri Syam dengan membawa
perniagaanmu yang besar, juga saat engkau kembali
dari sana. Roh kami selalu bersamamu Muhammad,
di saat engkau pergi dan pulang. Kami akan bahagia
saat engkau berdiri di sisi kuburan, menyampaikan
salam kepada kami. Ibumu dan juga ayahmu, Wahai
Muhammad SAW!”

Mulut yang fasih itu tiba-tiba terkatup. Kata-kata pun


terputus. Tak ada lagi suara yang penuh belas kasih.
Muhammad SAW berteriak-teriak histeris. Betapa
tidak kesedihan sesudah berjiarah dan menyaksikan
pusara ayahnya, Abdullah ternyata bertambah dengan
perpisahan yang harus ia rasakan karena kepergian
ibunya tercinta, Aminah, untuk selama-lamanya.
Muhammad SAW menangis tegugu-gugu membuat
semua orang yang mendengarnya larut dalam
mahaduka yang mendalam. Barakah yang berada
disampingya tak kalah sedih dengan yang dirasakan
Muhammad SAW.

Ia menangis tersedu-sedu dan menumpahkan semua


air matanya ditengah gurun pasir yang tandus.
Seluruh kafilah berkumpul mengitari Aminah,
kedukaan merajai suasana dan menggenangkan air
mata mereka. Tangisan si kecil Muhammad yang kini
yatim piatu, sendiri, tanpa ayah dan ibu
menghancurkan hati mereka berkeping-keping.

Sesudah kesedihan yang mereka rasakan sedikit


berkurang. Mereka kemudian mengurusi jenazah
Aminah. Ketika mata mereka secara seksama
menyaksikan wajah Aminah mereka melihat cahaya
terang, dan menemukan senyum lebar di bibirnya.
Mereka bertanya-tanya tentang keindahan dan
keagungan yang belum pernah mereka saksikan ini.

Setelah Barakah menciumi Aminah dengan tangis dan


isak, ia membungkus jasadnya dengan kain kafan,
lalu menyerahkannya kepada kafilah. Mereka pun
membawanya ke liang lahat yang telah mereka
persiapkan di tengah padang pasir Abwa’. Di sana,
menaruh jasad suci itu, lalu menuruknya dengan
tanah. Sejenak mereka berdiri di sisi depan kuburan,
menangis, berdoa, dan memintakan rahmat.

Setelah itu, mereka kembali ke tunggangan masing-


masing, berjalan ke kota Makkah dalam diam. Hati
mereka tersayat-sayat oleh tangis si kecil yang
merengek-rengek serta meminta agar di kembalikan
kepada ibunya dan di tinggalkan sendirian di samping
kuburannya. Barakah pun tidak berhenti meratap. Ia
memeluk Muhammad SAW dengan kedua lengannya.
Bersama si kecil, ia menaiki unta Aminah dan
meninggalkan unta yang lain berjalan di sampingnya.
Setelah meninggalkan Aminah di tengah padang pasir
tanpa harapan untuk kembali bertemu, seluruh kafilah
berjalan dengan hati teriris-iris. Muhammad SAW dan
Barakah tangis mereka pecah disepanjang jalan
menuju kota Makkah.*

Tag:
Maulid nabi, rasulullah, muhammad, ibu rasulullah,
ibunda nabi, aminah, lahirnya muhammad, kota
makkah, lahirnya nabi

admin

Related
RelatedPosts
Posts

OPINI

Ulang Tahun Terakhir dan Ujung Bakti Sang


Mahaguru: Syekh Yusuf Al-Qaradhawi
 28 SEPTEMBER 2022

OPINI

Menggagas Kurikulum Berbasis Adab dan


Akhlak, Kebutuhan Mendesak
 5 SEPTEMBER 2022

OPINI

Milad ke-47 MUI dan Tantangan Ukhuwah di


Tahun Politik
 26 JULI 2022

OPINI

Apa Status Anak yang Lahir dari Pernikahan


Beda Agama?
 26 JUNI 2022

OPINI

Landasan Syari’ dan Potensi Indonesia sebagai


Pusat Halal Dunia
 22 JUNI 2022

OPINI

Kongres Halal Internasional 2022 dan


Optimalisasi Potensi Halal Dunia
 14 JUNI 2022

Redaksi / Pedoman Siber Media

Komisi Informasi dan Komunikasi Majelis Ulama Indonesia

     

Anda mungkin juga menyukai