Anda di halaman 1dari 4

NAMA: ZAHRA APRILIANI S

NIM: E031221037
SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA
Dinamika Sistem Sosial Budaya melalui Upacara Adat Katto Bokko di
Kabupaten Maros: Sebuah Analisis Perspektif Sosiologi

Pendahuluan

Sistem sosial budaya di Kabupaten Maros, khususnya yang tercermin dalam


pelaksanaan upacara adat Katto Bokko, menciptakan suatu keterkaitan yang
melibatkan nilai-nilai, struktur sosial, dan perilaku manusia. Dalam perspektif
sosiologi, evolusi sistem ini terjadi melalui interaksi sosial antarindividu yang
saling memproduksi dan mengembangkan unsur-unsur budaya untuk memenuhi
kebutuhan sosial budaya masyarakat. Konseptualisasi Acher (2004) tentang
masyarakat sebagai suatu sistem sosiokultural dengan tingkat kontradiksi dan
kohesi yang bervariasi menggambarkan konteks ini. Dalam hal ini, upacara adat
Katto Bokko berfungsi sebagai refleksi dinamika sistem sosial budaya di Maros.

Sejarah upacara ini, yang berakar sejak zaman Kerajaan Marusu dan terus
berkembang, mencerminkan proses interaksi sosial, perubahan nilai budaya, dan
adaptasi dalam masyarakat Maros. Nilai-nilai yang melandasi sistem sosial budaya
Indonesia, sebagaimana tercermin dalam Pancasila dan UUD 1945, memainkan
peran sentral dalam membentuk model berpikir, tindakan, dan struktur pelaksanaan
upacara adat ini. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam terhadap sistem
sosial budaya, khususnya dalam konteks upacara adat Katto Bokko, menjadi suatu
keharusan untuk merinci keterkaitan yang melekat dalam kehidupan masyarakat
Maros.

Tujuan penulisan di atas adalah melakukan eksplorasi dan analisis mendalam


terhadap dinamika sistem sosial budaya yang termanifestasi dalam upacara adat
Katto Bokko di Kabupaten Maros, menggunakan perspektif sosiologi sebagai
kerangka konseptual. Penulisan ini bertujuan utama untuk memahami
perkembangan sistem ini sepanjang periode waktu yang relevan, dengan fokus pada
interaksi sosial, perubahan nilai budaya, dan proses adaptasi yang berlangsung
dalam masyarakat Maros. Tujuan utama penulisan ini adalah memberikan
pemahaman yang mendalam tentang bagaimana sistem sosial budaya ini
memainkan peran dalam kehidupan masyarakat Maros.Penulisan ini bertujuan
untuk melakukan eksplorasi dan analisis mendalam terhadap dinamika sistem sosial
budaya yang termanifestasi dalam upacara adat Katto Bokko di Kabupaten Maros,
menggunakan perspektif sosiologi sebagai kerangka konseptual. Tujuan utama
penulisan adalah untuk memahami perkembangan sistem ini sepanjang periode
waktu yang relevan, dengan fokus pada interaksi sosial, perubahan nilai budaya,
dan proses adaptasi yang berlangsung dalam masyarakat Maros.

Pembahasan

Sistem sosial budaya di Kabupaten Maros, terutama yang tercermin dalam upacara
adat Katto Bokko, menciptakan kerumitan yang melibatkan interaksi sosial, nilai-
nilai budaya, dan perilaku manusia. Dari perspektif sosiologi, evolusi sistem ini bisa
dilihat sebagai hasil dari dinamika hubungan sosial antarindividu yang bersama-
sama menciptakan dan mengembangkan unsur-unsur budaya guna memenuhi
kebutuhan sosial budaya masyarakat.

Tradisi Katto Bokko tidak hanya rangkaian kegiatan panen semata, melainkan suatu
sistem yang mencerminkan perubahan sosial dan budaya sepanjang sejarahnya.
Pengaruh dari tradisi Appalili dan pentingnya penemuan batang pa’jekko menjadi
penanda bagaimana nilai-nilai dan struktur sosial mengalami transformasi. Pada
masa pemerintahan I Ali Daeng Muntu Karaenta Barasa, tradisi ini mengalami
pengaturan dan stabilisasi dalam pelaksanaannya.

Peran keterlibatan pemerintah, yang semakin menonjol pada periode 2010-2019,


menjadi unsur kunci dalam pelestarian warisan budaya ini. Dukungan finansial dan
bantuan dari pemerintah mencerminkan dinamika interaksi antara struktur
pemerintahan dan kehidupan masyarakat. Analisis sosiologis dapat
mengungkapkan dampak keterlibatan pemerintah ini terhadap dinamika sosial dan
budaya dalam masyarakat Maros.

Jadi, upacara adat Katto Bokko bukan hanya sebagai bentuk dari sistem sosial
budaya lokal, tetapi juga sebagai panggung di mana interaksi antara individu, nilai-
nilai budaya, dan pemerintah saling terjadi. Pendekatan sosiologis memberikan
pemahaman mendalam tentang bagaimana tradisi ini tidak hanya bertahan, tetapi
juga beradaptasi dan berevolusi dalam menghadapi perubahan zaman, serta peran
aktif pemerintah dalam menjaga keberlanjutan warisan budaya lokal.

Dalam menguraikan upacara adat Katto Bokko di Kabupaten Maros dari perspektif
sosiologi, beberapa teori relevan dapat diterapkan untuk memberikan pemahaman
lebih mendalam terkait dinamika sistem sosial budaya. Salah satu teori yang dapat
diterapkan adalah Teori Fungsionalisme Struktural yang dikemukakan oleh Emile
Durkheim. Teori ini melihat masyarakat sebagai suatu organisme yang terdiri dari
berbagai bagian yang saling berinteraksi dan berkontribusi terhadap kelangsungan
masyarakat secara keseluruhan.

Dalam konteks upacara adat Katto Bokko, dapat dilihat bahwa masyarakat Maros
memiliki suatu sistem sosial budaya yang terstruktur, di mana upacara ini
memegang peran penting sebagai bagian dari tatanan sosial yang menyumbang
pada kohesi sosial dan pemeliharaan nilai-nilai bersama. Fungsionalisme Struktural
juga dapat menjelaskan bahwa upacara adat ini berperan dalam menjaga
keseimbangan sosial dan memenuhi kebutuhan kolektif masyarakat, seperti
ekspresi rasa syukur, identitas budaya, dan pemeliharaan tradisi.

Sementara itu, Teori Interaksionisme Simbolik juga dapat diterapkan untuk


memahami bagaimana makna sosial terbentuk melalui interaksi antara individu
dalam konteks upacara adat. Simbol-simbol, seperti batang pa’jekko, tidak hanya
menjadi objek fisik tetapi juga memiliki makna sosial yang diberikan oleh
masyarakat Maros. Interaksionisme Simbolik menekankan pada pentingnya simbol
dan arti yang diberikan individu dan kelompok dalam membentuk realitas sosial.

Dengan kedua teori ini, dapat menggambarkan bahwa upacara adat Katto Bokko
sebagai suatu fenomena sosial yang tidak hanya berfungsi untuk menjaga
keseimbangan dan harmoni sosial tetapi juga sebagai medium bagi individu dan
kelompok untuk membentuk makna bersama. Pemerintah, melalui keterlibatannya,
dapat dipahami sebagai aktor yang turut berperan dalam memelihara dan
mengarahkan perjalanan sistem sosial budaya ini, sesuai dengan konsep interaksi
dan fungsionalisme yang menjadi dasar teori sosiologi. Dengan demikian,
pembahasan ini menyoroti kompleksitas dan dinamika sistem sosial budaya dalam
upacara adat Katto Bokko, membuka ruang untuk pemahaman mendalam tentang
peran tradisi dan intervensi pemerintah dalam memelihara warisan budaya lokal.

Kesimpulan

Upacara adat Katto Bokko di Kabupaten Maros memperlihatkan sistem sosial


budaya dengan melibatkan interaksi antara nilai budaya, struktur sosial, dan
perilaku manusia. Dalam perspektif sosiologi, evolusi upacara ini mencerminkan
dinamika hubungan sosial antarindividu yang bersama-sama menciptakan unsur-
unsur budaya untuk memenuhi kebutuhan sosial budaya masyarakat. Sejarah
panjang Katto Bokko mencerminkan perubahan nilai dan struktur sosial, diakui
melalui pengaturan dan stabilisasi pada masa pemerintahan I Ali Daeng Muntu
Karaenta Barasa. Peran pemerintah pada periode 2010-2019 menjadi kunci dalam
pelestarian warisan budaya, tercermin dalam dukungan finansial dan bantuan yang
mencerminkan dinamika interaksi antara struktur pemerintahan dan masyarakat.
Katto Bokko bukan hanya sebagai ritual lokal, melainkan panggung interaksi antara
individu, nilai budaya, dan pemerintah, menunjukkan adaptasi terhadap perubahan
zaman dengan peran aktif pemerintah dalam menjaga keberlanjutan warisan budaya
lokal masyarakat Maros.

REFERENSI:

Megawati, Jumadi, dan M. Rasyid Ridha. “Adat Katto Bokko di Bajubodoa, Maros
2000-2019”. Attoriolog Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Vol. 18 No. 2, 2020, h. 94-109.

Sri Rahmayanti Berutu, Tiara Pramita Br Purba, dan Sahlan. “Sistem Budaya dan
Sistem Sosial”. Jurnal Inspirasi Pendidikan (ALFIHRIS) Vol. 1, No.1, 2023, h. 121-
130.

Ritzer, G., & Stepnisky, J. (2019). Teori Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Anda mungkin juga menyukai