Anda di halaman 1dari 3

Nama : Siti NurMadina Tugas Membuat Artikel

Nim : 2192111005 Mata Kuliah : Manajemen Sekolah


Kelas : Reg.E 2019 Dosen Pengampu : Dr.MOHAMMAD JOHARIS, M.Pd.
Judul Artikel :
“Masyarakat Pintar Digital”
Digitalisasi menyebabkan revolusi pada setiap bagian kehidupan manusia, sehingga
mempunyai peranan dalam membantu keseharian kita. Media sosial sebagai bentuk produk
dunia digital telah banyak merubah dunia kini. Dampak dari hadirnya ruang digital saat ini
seimbang; dengan bersosialisasi, berkomunikasi, perdagangan, dan belajar yang sangat
terbantu dengan hadirnya ruang digital. Untuk beberapa pihak, masa peralihan saat ini bisa
dibilang merupakan paksaan, sehingga masih banyak aspek di kehidupan sehari-hari yang
membuat orang masih berusaha beradaptasi. Pembelajaran literasi digital tentu di butuhkan
untuk mempermudah kita agar bisa teredukasi, karena teknologi pintar menuntut pengguna
untuk terus belajar dan menjadi lebih pintar dalam penggunaannya yang memberikan inovasi,
keuntungan, serta efisiensi. Memaksimalkan teknologi pintar dalam kehidupan sehari-hai
harus digunakan ke arah positif, dan bukan ke arah sebaliknya yang negatif. Perlunya
pengguna media digital dibekali dengan kompetensi literasi digital agar dapat mengetahui
bagaimana cara yang tepat dalam menggunakan perangkat dan dunia digital.
Secara Umum, pengertian Masyarakat adalah sekumpulan individu-individu yang hidup
bersama, bekerja sama untuk memperoleh kepentingan bersama yang telah memiliki tatanan
kehidupan, norma-norma, dan adat istiadat yang ditaati dalam lingkungannya. Secara
Sederhana nya adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi atau bergaul dengan
kepentingan yang sama. Terbentuknya masyarakat karena manusia menggunakan perasaan,
pikiran dan keinginannya memberikan reaksi dalam lingkungannya. Masyarkat digital
merupakan sebuah kumpulan orang-orang yang terhubung melalui koneksi internet dan
melakukan interaksi sosial di dalamnya layaknya seperti sebuah komunitas. Hampir 60
persen orang Indonesia terpapar hoaks saat mengakses internet. Hanya sedikit yang bisa
mengenali berita hoaks.
Salah satu tantangan dunia digital di Indonesia ialah informasi bohong atau hoaks, setidaknya
hanya 26% saja masyarakat Indonesia yang bisa mengenali hoaks. Jika kita mengambil rata-
rata 30% berarti dari 120 juta jiwa Indonesia 36 juta jiwa saja yang mampu mengenali hoaks.
Sisanya 90 juta lebih tidak tahu asal mereka menerima informasi yang datang mereka percaya
dan menyebarkan.
Jika melihat data di atas tidak heran hoaks di Indonesia ini sangat berkembang dan sulit
dibungkam. Ini sangat bahaya, maka seharusnya ketika kita sudah masuk ke dalam dunia
digital harus menjadi masyarakat digital yang pintar.
Masyarakat digital yang pintar itu juga selalu menuliskan kata-kata yang baik yang tidak
bersifat mengejek atau menghina orang lain. Terpenting mereka tidak memancing keributan
dengan mem-posting hal-hal atau isu yang bisa memicu keributan atau bersifat mengadu
domba dua pihak atau lebih.
Selain dari masyarakat digital yang mengontrol diri tentunya peran pemerintah untuk
membuat ruang digital nyaman juga penting. Karenanya pemerintah terus melakukan literasi
digital ke masyarakat agar tidak terjebak dalam kesulitan memilah dan memilih informasi.
Agar para masyarakat Indonesia yang menjadi warga digital ini menjadi lebih pintar dalam
memilih informasi kemudian melakukan pencegahan terhadap informasi yang belum jelas
kebenarannya.
Pemerintah juga dapat melakukan penindakan hukum yang bekerjasama dengan pihak
kepolisian. Sebab Indonesia sudah punya undang-undang ITE yang mengatur pelanggaran di
dunia digital.
Sebagai masyarakat digital, kita harus pintar dalam memilah dan memilih informasi. Saat
menerima informasi, kita perlu cek kebenaran atau fakta informasi tersebut sebelum
disebarluaskan. Kemudian, hanya sebarkan informasi yang bermanfaat.
Kita tidak boleh menuliskan kata-kata yang bersifat mengejek atau menghina di media sosial.
Lalu, hindari mem-posting hal yang memicu keributan atau bersifat mengadu domba.
Kita sebagai masyarakat bisa memanfaatkan teknologi digital sebagai hal yang positif.
Misalnya belajar hal baru, berkreasi, berbisnis, bahkan mencari koneksi. Semuanya bisa
dilakukan melalui Google dan platform lainnya.
Saat ini Google sebagai platform serba tahu bisa dijadikan media pembelajaran. Karya-karya
kita bisa diunggah di media sosial dan menjadi tempat untuk berkreasi. Sebagai masyarakat
digital, peluang dan kesempatan kita untuk memulai bisnis terbuka dengan lebar. Selain itu,
dalam bisnis di era digital ini dapat dikatakan sangat murah dalam segi modal bahkan bisa
dilakukan tanpa modal.
Teknologi digital pun bisa dimanfaatkan sebagai tempat untuk mencari koneksi dan relasi.
Andro mengatakan, sangat banyak kemungkinan yang bisa terjadi dengan adanya teknologi
digital.
Menjadi masyarakat digital yang cerdas juga tidak luput dari perlunya peran pemerintah
dalam hal digitalisasi. Layaknya yang dilakukan saat ini, yaitu melakukan literasi digital ke
masyarakat agar tidak terjebak dalam memilah dan memilih informasi. Pemerintah
berwenang atas pemblokiran atau pembatasan akses terhadap konten yang dianggap
merugikan publik. Hal lainnya, yakni melakukan penindakan hukum dan bekerjasama dengan
pihak kepolisian. Sebab, Digital footprint atau jejak digital adalah sesuatu yang tak bisa
dengan mudah dihilangkan dan dapat disalahgunakan oleh pihak yang tak bertanggung
jawab. Terlebih dengan adanya media sosial yang berperan besar dalam “menyimpan” jejak
tersebut. Fenomena ini seharusnya menjadi pelajaran bagi para pekerja agar bijak dengan apa
yang ditinggalkan di dunia maya.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan
110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan
secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten. Kegiatan ini
menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta
orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital
(Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics),
dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin
cakap digital.

Anda mungkin juga menyukai