Anda di halaman 1dari 15

PERAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM DUNIA POLITIK

Yustika Wardah Hayya


Universitas Islam Negeri Salatiga
wardahhayya@gmail.com

Abstrak

Kepemimpinan adalah suatu keterampilan atau kemampuan seseorang dalam memimpin orang
lain, tim atau suatu organisasi. Pemimpin adalah seseorang yang menggunakan wewenang
jabatanya untuk mengarahkan bawahanya untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai. Di
Indonesia, peran kepemimpinan dalam dunia politik identik dengan seorang laki-laki karena laki-
laki dianggap bisa bijaksana dalam memimpin suatu organisasi dalam politik. Namun bukan
berarti perempuan tidak bisa memimpin suatu organisasi dalam politik. Perempuan bisa memimpin
dalam dunia politik namun pandangan masyarakat tentang perempuan dalam memimpin dunia
politik masih dianggap sebelah mata. Tujuan penelitian yaitu untuk menjelaskan peran
kepemimpinan perempuan dalam dunia politik. Jenis penelitian menggunakan metode kualititatif,
Teknik pengumpulan data menggunakan studi pustaka yang didapatkan dari artikel-artikel jurnal.
Analisis yang dilakukan dengan pengumpulan data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian mendeskripsikan bawah perempuan dapat memimpin suatu organisasi dalam
politik, dan seiring berkembangnya zaman pemikiran masyarakat tentang kepemimpinan
perempuan dapat berubah.

Kata kunci: kepemimpinan, perempuan dalam dunia politik

Abstract

Leadership is a person's skill or ability to lead other people, a team or an organization. A leader is
someone who uses the authority of his position to direct his subordinates to achieve a goal he wants
to achieve. In Indonesia, the role of leadership in the world of politics is synonymous with men
because men are considered to be wise in leading an organization in politics. However, this does
not mean that women cannot lead an organization in politics. Women can lead in the world of
politics, but society's view of women in leading the world of politics is still underestimated. The
aim of the research is to explain the role of women's leadership in the world of politics. This type
1
of research uses qualitative methods. Data collection techniques use literature studies obtained
from journal articles. Analysis is carried out by collecting data, presenting data, and drawing
conclusions. The research results describe how women can lead an organization in politics, and as
time goes by, people's thoughts about women's leadership can change.

Keyword: leadership, women in politics

PENDAHULUAN

Memegang suatu peranan yang sangat penting dalam organisasi membutuhkan pemimpin
yang memiliki sifat kepemimpinan. Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang dalam mempengaruhi, memotivasi dan mampu memberikan pengaruh yang baik dalam
keberhasilan suatu organisasi. Membahas tentang kepemimpinan perempuan, sampai saat ini di
lingkup masyarakat masih ada yang kontra dan masih ada yang pro. Hal tersebut terjadi karena
adanya latar belakang budaya, peradaban, dan kondisi sosial yang menyebabkan perbedaan
pendapat di lingkup masyarakat. (Ulfa, 2020: 2).

Perempuan memiliki penggambaran yang lemah, lembut, dan statusnya yang lebih rendah dari
laki-laki, namun kenyataanya perempuan memiliki kemampuan yang luar biasa dalam segala
bidang, seperti kemampuan multitasking dan bisa melakukan secara mandiri, namun adapun
kemampuan yang tidak semua laki-laki sanggup yaitu mengurus rumah. (Sumartini, 2021: 68)

Seiring berkembangnya zaman dan majunya teknologi serta ilmu pengetahuan pada era
globalisasi memberikan dampak yang sangat besar untuk kedudukan perempuan. Dapat dilihat
bahwa sebelum kemerdekaan, kedudukan perempuan sangat sedikit untuk mendapatkan
pendidikan yang tinggi, sedangkan di era setelah kemerdekaan perempuan bisa mendapatkan
pendidikan yang tinggi. Pendidikan yang tinggi dapat merubah pola pikir dan menambah wawasan
serta pengetahuan. Pada zaman dahulu, seorang perempuan tidak bisa menjadi pemimpin karena
minimnya kemampuan dan wawasan, namun sekarang perempuan bisa menjadi pemimpin, karena
perempuan bisa mendapatkan pendidikan yang tinggi dan bertambahnya wawasan serta ilmu
pengetahuan. Namun posisi pemimipin yang didapatkan oleh perempuan tidak mudah karena
seleksi yang rumit, seperti dibutuhkan wawasan, pengalaman yang luas, kepercayaan, kecakapan,
dan kompetensi.

Kepemimpinan perempuan dalam dunia politik masih memiliki pro dan kontra, karena
menurut pandangan masyarakat, perempuan memiliki kewajiban mengurus rumah dan mendidik

2
anak-anak, dan pemikiran tersebut termasuk ketimpangan gender. Cara memimpin antara laki-laki
dan perempuan berbeda, letak perbedaan tersebut yaitu terletak pada emosi, cara berfikir,
komunikasi, orientasi, dan fisik. Dari permasalahan di atas terdapat rumusan masalah yang perlu
dianalisis yaitu bagaimana peran kepemimpinan perempuan dalam dunia politik.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan dan Politik

Kepemimpinan adalah sebuah tujuan atau keinginan leluhur untuk mencapai bangsa dan
negara yang bahagia, sejahtera, dan damai. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 menjelaskan
bahwa pemimpin adalah seseorang yang bertugas dan memiliki tanggung jawab untuk
menjalankan kepemerintahan dengan tujuan menciptakan keadilan dan kesejahteraan untuk
semua rakyat. (Al Habib & Razak, 2020, :187). Setiap pemimpin memiliki sifat kepemimpinan
yang berbeda. Menurut sutarto, kepemimpinan merupakan kemampuan yang mempengaruhi
perilaku orang lain dalam situasi tertentu untuk bersedia melakukan kerja sama dalam mencapai
tujuan yang diinginkan.(Permana, 2021: 278). Menurut Effendy Onong Uehjara menjelaskan,
ada tiga ciri-ciri setiap pemimpin yaitu mempunyai kecakapan dalam memahami sikap dan
kebutuhan anggotanya, mampu berfikir cerdas dalam menghadapi masalah yang ada, dan
memiliki keseimbangan emosi kepemimpinan berdasarkan kesadaran akan keinginan,
kebutuhan dalam suatu organisasi.(Ulfa, 2020: 10).

Menurut Yusuf Qardhawi, pemimpin diartikan sebagai imamah atau khalifah. Arti imamah
adalah kepemimpinan yang menjadi panutan setiap manusia, dan khalifah berarti perwakilan
atas nama Rasulullah SAW untuk menjaga dan mengatur kehidupan dunia. Imam dan khalifah
memang bukan orang yang suci, mereka hanya manusia biasa namun memiliki kedudukan yang
tinggi, maka dari itu kaum muslim diminta untuk mendukung apabila dia berbuat benar dan
meminta meluruskan apabila dia melakukan kesalahan. (Pahri, 2017: 50).

Dalam memilih pemimpin, menurut Yusuf Qardhawi ada beberapa kriteria-kriteria, yaitu:

a. Adil (Al-‘adalah)

Dalam firman Allah SWT

۟ ُ‫وا ۚ ٱ ْع ِدل‬
ُ ‫وا ه َُو أ َ ْق َر‬
ۖ ‫ب ِللت َّ ْق َوى‬ ۟ ُ‫علَ َٰٓى أَ ََّل ت َ ْع ِدل‬ ِ ‫ش َهدَآَٰ َء بِٱ ْل ِقس‬
َ ‫ْط ۖ َو ََل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم‬
َ ‫شنَـَٔانُ قَ ْو ٍم‬ ۟ ُ‫وا ُكون‬
ِ َّ ِ َ‫وا قَ َّو ِمين‬
ُ ‫ّلِل‬ ۟ ُ‫يََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمن‬
۟ ُ‫َوٱتَّق‬
َ‫وا ٱ َّّلِلَ ۚ ِإ َّن ٱ َّّلِلَ َخ ِب ٌۢير ِب َما ت َ ْع َملُون‬

3
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.
Al-Maidah: 8).

Dalam ayat diatas menjelaskan bahwa ketika kita memilih pemimpin, pilihlah orang
yang bisa berlaku adil untuk masyarakat, dan dapat memastikan bahwa setiap orang
diberikan hak dan kebebasan dalam mengekspresikan pendapatnya. Pemimpin yang adil
adalah pemimpin yang melindungi kaum lemah atau kaum bawah.

b. Bertanggung jawab (Al-Masuliyyah) dan berpengetahuan luas


Bertanggung jawab ada dua pengertian yaitu tanggung jawab didepan rakyat dan
dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT. Maka pilihlah pemimpin yang
memiliki sifat tanggung jawab yang tinggi, karena peran seorang pemimpin
dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah yang ada. Seorang pemimpin tidak
ditempatkan sebagai penguasa umat (sayyid al-ummah) melainkan sebagai pelayan
umat (khadim al-ummah), maka kemaslahatan umat wajib menjadi pertimbangan
dalam setiap keputusan yang akan diambil. Dan seorang pemimpin wajib memiliki
pengetahuan yang luas, karena mengurus negara mengandalkan pengetahuan yang
luas.
c. Kuat dan jujur
Setiap calon pemimpin wajib memiliki dua kriteria, yaitu kuat dan jujur. Maksud kuat
yaitu seseorang yang memiliki pengalaman dan dapat dipercaya. Kepercayaan dalam
konteks kenegaraan dan kepemimpinan yang dapat dipercaya oleh rakyat yang mampu
dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab. (Pahri, 2017: 50-53).
Menurut Lemhanas RI menyatakan bahwa pemimpin yang berhasil adalah pemimpin
yang berhasil adalah pemimpin yang mengutamakan nilai-nilai dasar kepemimpinan dan
kebangsaan karena pemimpin adalah contoh utama dan panutan bagi masyarakat, sehingga
apabila salah dalam memilih pemimpin maka adanya kesenjangan dalam masyarakat.
Menurut Prof. R. Djokosoetono menyatakan bahwa negara merupakan sistem organisasi
yang dilakukan oleh manusia dengan memiliki kepemimpinan dengan nilai-nilai Pancasila,
UUD, dan Bhineka Tunggal Ika.(Aslan, 2019: 24). Tujuan pemimpin adalah untuk
melindungi rakyatnya, menjalankan atau melaksanakan Amanah yang diberikan rakyat

4
kepadanya, menegakkan keadilan, dan memperkuat keagamaan yang ada di Indonesia.
Tujuan tersebut merupakan salah satu Amanah yang diberikan oleh rakyat untuk
pemimpinya, karena pemimpin adalah contoh utama yang dilihat oleh rakyatnya.(Pahri,
2017: 54).

Dapat dikatakan bahwa kesuksesan dan kegagalan dilihat bagaimana kualitas


pemimpin dalam memimpin suatu bangsa atau negara. Menurut Fleishman kepemimpinan
adalah suatu usaha untuk menyatukan anggota, kelompok, atau seseorang antar perorangan
melalui komunikasi yang bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tersebut.(Mewengkang et
al., 2016: 187). Maka dari itu kepemimpinan adalah seseorang yang memiliki kemampuan
dalam menyelesaikan suatu masalah sosial, agama, hukum, ekonomi, politik, budaya, dan
keamanaan demi mencapai kehidupan yang sejahtera, tentram dan bahagia. Salah satu
kriteria pemimpin menurut Ibnu Khaldun yaitu memiliki kondisi fisik yang kuat dalam
menyelesaikan masalah-masalah politik.(Hamid, 2015: 89).

Kepemimpinan menjadi posisi utama sebab kendali ada di tangan seorang pemimpin.
Dalam sistem pemerintahan di Indonesia tidak dapat diisi oleh sembarang orang, karena
pemilihan pemimpin dilakukan secara pemilu. Dalam pemilu tersebut semua calon
memberikan daya tarik tersendiri dalam menyampaikan visi misinya atau biasa disebut
dengan kampanye. Indoenesia memiliki konsep kepemimpinan yang disesuaikan dengan
budaya dan kearifan lokal yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara. Kensep
kepemimpinan yang di maksud oleh Ki Hajar Dewantara yaitu memiliki sikap pendidik,
memberikan teladan, membangun keinginan yang menyejahterakan masyarakat, dan
memberikan dorongan. Maka dari itu memilih seorang pemimpin tidak selamanya berada
didepan, karena seorang pemimpin bisa berada diposisi tengah untuk menyeimbangkan
dan berada diposisi belakang untuk mendorong. Pemikiran konsep kepemimpinan
ditanamkan pada generasi muda sebab di masa depan kemajuan Indonesia tergantung pada
pemimpin dan rakyatnya, tujuan tersebut berguna demi membangun bangsa yang kokoh di
masa depan.(Mayapada & Sastrawati, 2020: 428–429).

Konsep kepemimpinan juga dijelaskan dalam Islam, bahkan dalam Islam


menempatkan posisi kepemimpinan sebagai suatu kewajiban. Secara sosiologis, pemempin
merupakan pusat yang paling utama dalam mempersatukan perbedaan, karena salah satu
tugas pemimpin adalah mendamaikan permasalah yang terjadi dalam lingkup masyarakat.
Namun memiliki kekuasaan seperti pemimpin memiliki daya minat tersendiri sehingga

5
tidak menutup kemungkinan banyak yang menginginkan kursi kepemimpinan.(Mayapada
& Sastrawati, 2020: 429). Adapun prinsip-prinsip kepemimpinan dalam Al-Qur'an yaitu
Amanah, adil, syura, dan amr bi al-ma’ruf wa nahy’an al-munkar. Amanah artinya jujur
atau kejujuran atau kepercayaan, keadilan diartikan sebagai keseimbangan, syura diartikan
sebagai musyawarah, dan amr bi al-ma’ruf wa nahy’an al-munkar diartikan sebagai
khalifah, imam, ulil al-Amri.(Zuhdi, 2014: 54).

Secara etimologi, kata politik berasal dari bahasa Yunani “polis” yang artinya kota
atau negara. Dalam kebudayaan Yunani purba, polis identik dengan negara. Menurut M
Quraish Shihab, politik adalah suatu kebijakan mengenai pemerintahan negara.(Khasanah,
2018: 54). Dalam berpolitik dibutuhkannya etika politik, karena etika politik lebih
mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia dalam norma-norma yang
berlaku dalam hubungan bermasyarakat. Dalam sistem politik tidak hanya membahas
tentang hakekat, fungsi, dan tujuan dari suatu negara, melainkan mencari solusi terkait
permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat dan lingkup sosialnya. (Munfaridah,
Kepemimpinan Dalam Islam (Analisa Pemikiran Al-Ghazali), 2012).

Penjelasan tentang negara atau sistem politik juga dikemukakan oleh Deliar Noer, akan
tetapi sistem politik tersebut tidak ditemukan, yang ditemukan yaitu bentuk susunan
masyarakat. Menurut pemahaman terdahulu menjelaskan maksud dari penjelasan Deliar
Noer yaitu mengungkapkan tentang penguasaan, sifat dan struktur masyarakat. Hal
tersebut dikaitkan dengan fakta sejarah perkembangan kegiatan politik yang terjadi
sebelum kemerdekaan sampai zaman orde baru, yang membuktikan bahwa pada zaman
tersebut masyarakat berusaha untuk mengambil alih kekuasaan kepemerintahan. Dan
setelah kemerdekaan, kepemerintahan mendapatkan kekuasaan politik, dan dengan adanya
kekuasaan politik bertujuan untuk mengatur masyarakat dengan norma-norma yang dapat
mengatur kehidupan masyarakat. Dengan adanya kekuasaan politik munculah hak-hak
dalam politik, yang mana hak-hak tersebut setiap individu memiliki sendiri baik itu
perempuan maupun laki-laki, seperti hak memilih, hak ikut dalam pemungutan suara, hak
mencalonkan diri, dan hak mendapatkan pekerjaan.(Khasanah, 2018: 58).

6
B. Kepemimpinan Perempuan dalam dunia politik
Kepemimpinan menurut Joewono diartikan sebagai suatu cara atau metode seseorang
yang mempengaruhi orang lain. Perempuan menurut Abdul Qadhir Mansyur diartikan sebagai
jenis manusia yang diciptakan oleh Allah SWT yang memiliki apa yang tidak dimiliki oleh
laki-laki, seperti menstruasi, hamil, mengandung, dan menyusui. Menurut penjelasan di atas
dapat dijelaskan bahwa kepemimpinan bukan hanya dimiliki oleh laki-laki saja, namun juga
dimiliki oleh perempuan, karena baik laki-laki maupun perempuan memiliki tanggung jawab
sendiri-sendiri dan memiliki hak dalam memerintah baik itu suatu organisasi politik, maupun
masyarakat, dan tidak adanya keseteraan gender.(Ulfa, 2020: 12).
Bergabungnya seorang Muslimah di suatu daerah atau Yayasan atau suatu organisasi
dalam politik tidak bertentangan degan loyalitasnya terhadap bangsa dan negara. Menurut
pendapat Yusuf Qardhawi tentang peran perempuan dalam dunia politik berdasrkan ayat Al-
Qur'an At-Taubah ayat 67,

ُ ِ‫ف َويَ ْقب‬


ُ َ‫ض ْونَ ا َ ْي ِديَ ُه ْۗ ْم ن‬
‫سوا‬ ٍۘ ٍ ‫ض ُه ْم ِم ٌۢ ْن بَ ْع‬
َ َ‫ض يَأ ْ ُم ُر ْونَ بِ ْال ُم ْن َك ِر َويَ ْن َه ْون‬
ِ ‫ع ِن ْال َم ْع ُر ْو‬ ُ ‫ا َ ْل ُمن ِفقُ ْونَ َو ْال ُمن ِفقتُ بَ ْع‬
َ‫ّٰللاَ فَنَ ِسيَ ُه ْۗ ْم ا َِّن ْال ُمن ِف ِقيْنَ ُه ُم ْالف ِسقُ ْون‬
‫ه‬
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain (adalah sama
saja). Mereka menyuruh (berbuat) mungkar dan mencegah (berbuat) makruf. Mereka pun
menggenggam tangannya (kikir). Mereka telah melupakan Allah, maka Allah melupakan
mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik adalah orang-orang yang fasik.”
Dalam ayat diatas menjelaskan tentang kesamaan antara orang-orang munafik, tanpa
adanya perbedaan baik itu laki-laki maupun perempuan. Menurut Yusuf Qardhawi apabila
perempuan mampu untuk berperan dalam memimpin masyarakat, maka sutau kewajiban
perempuan mukminah berperan di samping laki-laki. Dalam kitabnya ‘fatawa Mu’ashirah’,
menjelaskan bahwa tidak adanya alasan yang melarang perempuan untuk memiliki karir di
luar rumah.(Ulfa, 2020: 53–54).
Maka dari itu tidak adanya larangan bagi perempuan memiliki peran kepemimpinan,
karena pada dasarnya kepemimpinan adalah suatu cara untuk mnecapai tujuan yang sama,
seperti di Indonesia. pada zaman dahulu di Indonesia sudah memiliki pejuang perempuan
yang menegakkan keadilan bagi perempuan, karena pada zaman dahulu perempuan ditindas
kedudukan oleh para penjajah sehingga perempuan tidak memiliki kekuatan untuk melakukan
perlawanan bagi para penjajah. Permasalahan yang sering terjadi karena adanya kesetaraan
gender yang mengakibatkan adanya deskriminasi gender khususnya untuk perempuan.

7
Di Indonesia masalah yang sering dihadapi oleh para perempuan yaitu masalah
kesetaraan gender. Pada abad ke-19, beberapa perempuan di Indonesia sudah menjadi pejuang
keseteraan gender dan memperjuangkan kemerdekaan seperti Cut Nyak Dien, Cut Meutiah,
Ken Dedes, Raden Ajeng Kartini, Nyi Ageng Serang XIX, Dewi Sartika, Chirstina Martha
Tiahahu, dan lain-lain. Sejarah perjuangan kaum perempuan di Indonesia berawal dari
kepedulian sesama perempuan.(Kiftiyah, 2019: 62).
Pada saat itu pendidikan untuk perempuan rendah karena yang boleh memiliki pendidikan
tinggi hanya laki-laki, namun seiring berjalanya waktu, muncul pemikiran bahwa peran
perempuan terutama ibu sangat penting dalam keluarga terutama mendidik anak-anaknya,
maka dari itu para perempuan merubah pola pikir dan berusaha mendapatkan pedidikan yang
tinggi setara dengan laki-laki. Berawal dari pola pikir tersebut kemudian tercetusnya
emansipasi perempuan menjadi lebih berkembang, termasuk dalam hak-hak
berpolitik.(Kiftiyah, 2019: 62-63).
Namun sampai sekarang pandangan tersebut masih di permasalahkan di masyarakat,
karena perempuan yang memiliki pendidikan yang tinggi cenderung dipandang sebelah mata
oleh masyarakat. Menurut masyarakat, percuma perempuan memiliki pendidikan yang
tinggi karena nantinya akan dirumah dan hanya mengurus rumah, anak dan suami. Namun
kenyataanya baik perempuan yang memiliki pendidikan rendah maupun yang memiliki
pendidikan yang tinggi dapat memberikan kontribusi dalam rumah tangga. (Sahban et al.,
2016: 60).
Di salah satu negara berkembang yaitu negara Pakistan ada perdana mentri perempuan
pertama yang bernama Benazir Bhutto. Hanya dua tahun menjabat sebagai perdana Menteri,
Presiden Ghulam Ishaq Khan memecat Bhutto pada tahun 1990 karena tidak bisa memerangi
kemiskinan, korupsi pemerintah dan kasus kejahatan di Pakistan meningkat. Namun di tahun
1993, beliau terpilih sebagai perdana Menteri dengan kampanye anti korupsi dan beliau
dapat membawa listrik ke pedesaan hingga dapat membangun sekolah di seluruh negeri.
Masa jabatan tersebut hanya bertahan empat tahun dan dipenjara sampai tahun 1999. Namun
di tahun 2007 beliau dibunuh oleh seorang pengebom bunuh diri yang pelakunya masih
berusia 15 tahun. Semasa hidupnya Bhutto menjadi simbol harapan bagi perempuan dalam
skala global. Ketika menjabat beliau fokus memperbaiki kerusakan yang dia lakukan dan
mencipatkan Undang-Undang yang menekankan perempuan, dalam pidatonya beliau
mendorong hak-hak perempuan untuk belajar dan bekerja, dan beliau berharap agara orang-
orang dapat merubah cara pandang perempuan dipakistan.(Tempo.co, 2021).

8
Apabila di Pakistan ada perempuan yang pertama kali menjadi perdana Menteri, di
Indonesia ada ibu Megawati Soekarnoputri. Beliau adalah perempuan pertama kali yang
menjadi wakil presiden dengan bapak Presiden yang bernama K.H. Abdurrahman Wahid
yang biasa dipanggil dengan Gus Dur. Setelah bapak Gus Dur menjabat kurang lebih dua
tahun, lalu digantikan oleh ibu Megawati Soekarnoputri untuk melanjutkan kepemimpinan
Gus Dur. Tidak hanya menjadi Presiden dan wakil Presiden, namun ibu Megwati juga pernah
menjabat sebagai anggota DPR perempuan sebanyak tiga kali, jadi kalua ada yang bilang
perempuan itu tidak bisa, maka pemikiranya belum mengalami perubahan.(Kompas.com,
2023).
Dari penjelasan diatas bahwa peranan perempuan dalam kepemimpinan bukanlah
sesuatu yang aneh, namun peranan kepemimpinan yang dipimpin oleh perempuan
membuktikan bahwa sudah tidak adanya kesetaraan gender dalam hal peran kepemimpinan.
Karena baik itu laki-laki maupun perempuan memiliki hak-hak yang sama seperti kesamaan
dalam mendapatkan hak-hak di dunia politik. Dengan adanya peranan kepemimpinan
perempuan, membuktikan bahwa permasalahan tentang kesetaraan gender sudah tidak ada
dengan bukti tidak adanya diskriminasi antara laki-laki dan perempuan dalam dalam
kepemimpinan. Peranan perempuan dalam kepemimpinan sangat dibutuhkan dalam
mengembangkan dan mewujudkan suatu tujuan, seperti menghilangkan pemikiran tentang
kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. (Sahban et al., 2016: 66).
Seiring berkembangnya zaman, pola pikir masyarakat sedikit demi sedikit berubah
tentang kepemimpin perempuan dalam dunia politik, namun masih ada sebagian masyarakat
yang berfikir bahwa perempuan tidak pantas dalam memimpin suatu organisasi dalam
politik. Adapun keikut sertaan perempuan dalam politik masih dianggap remeh oleh
sebagian masyarakat, karena sebagian masyarakat tersebut berfikir bahwa perempuan tidak
pantas untuk ikut serta dalam dunia politik, karena kewajibanya hanya dirumah sebagai ibu
rumah tangga.

Dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 (Pemerintah Republik Indonesia, 1984)


tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan menjelaskan bahwa
perempuan juga mempunyai hak dan kewajiban serta kesempatan yang sama dengan laki-
laki terutama berpartisipasi dalam politik. Karena di Indonesia, para perempuan kurang
berpartisipasi dalam politik, karena masih dianggap sebagai manusia yang paling lemah dan
kepemimpinanya masih dibawah kepemimpinan laki-laki, maka dari itu kepemimpinan
identik dengan laki-laki bukan perempuan.

9
Peran kepemimpinan yaitu suatu sikap yang mempengaruhi orang lain demi mencapai
tujuan yang sama, dan ketika membahas tentang kepemimpinan, masyarakat berfikir bahwa
kepemimpinan identik dengan laki-laki bukan perempuan, padahal perempuan juga
mempunyai jiwa kepemimpinan. Pada dasarnya semua manusia bisa menjadi pemimpin,
namun pandangan perempuan di mata masyarakat, bahwa perempuan itu lemah, padahal
tidak semuanya lemah, dan sangat disayangkan apabila masyarakat masih memandang
sebelah mata peran perempuan di dunia politik. Maka dari itu tercapainya peran perempuan
dalam memegang peranan kepemimpinan membuktikan bahwa permasalahan tentang
kesetaraan gender di tandai tidak adanya diskriminasi antara laki-laki dan perempuan.(Ulfa,
2020: 11).

Partisipasi perempuan dalam politik telah membuktikan bahwa kedudukan perempuan


yang diperjuangkan untuk setara dengan laki-laki sudah mulai terlihat di masyarakat. Hal
tersebut ditandai sudah banyaknya perempuan yang terjun ke dunia politik, karena pada era
sekarang perempuan memiliki banyak kesempatan untuk mengembangkan diri,
menyuarakan aspirasi perempuan dan meningkatkan kepercayaan diri pada perempuan.
Sekarang perempuan tidak hanya terikat oleh urusan rumah tangga saja, namun sudah bisa
terikat oleh masyarakat dan dunia politik. Partisipasi perempuan dalam politik sebagai
pemimpin bisa memberikan pandangan baru di masyarakat dan bisa membuktikan bahwa
perempuan bukan lagi manusia yang lemah.(Sumartini, 2021: 73).

Ibu Dr. (H.C.) Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi, S.Sos. yang sekarang menjabat
menjadi Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (Ketua DPR RI) periode
tahun 2019-2024 (Wikipedia, n.d.-b), mendorong aturan pemilu yang mendukung
peningkatan keterwakilan perempuan di parlemen, beliau mengungkapkan bahwa
keberadaan perempuan dalam lembaga legislatif merupakan hak yang diatur dalam
konstitusi. Hal tersebut disampaikan adanya polemik mengenai pasal 8 ayat (2) peraturan
KPU PKPU No. 10 Tahun 2023 tentang keterwakilan perempuan dalam pencalonan
anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota pada pemilu 2024, karena pada
periode 2014-2019 total anggota DPR perempuan hanya 17 persen, namun pada periode
2019-2024 jumlah perempuan yang menjadi anggota DPR RI meningkat menjadi sekitar
21 persen. Menurut beliau seharusnya aturan yang ada mendukung peningkatan eksistensi
perempuan, yang mana sudah didukung dengan adanya bukti berupa kepemimpinan
perempuan yang sudah membawa manfaat dan menyejahterakan rakyat.(DPR RI, 2023).

10
Berikut adalah daftar tokoh perempuan yang berpartisipasi dalam politik: 1) Aisy
Aminy menjabat di Komnas HAM, 2) Armida Alisjahbaba menjabat menjadi Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia, 3) Endang Rahayu Sedyaningsih menjabat
mnejadi Menteri Kesehatan Indonesia, 4) Erna Witoelar menjabat menjadi Menteri
Indonesia dan aktivis lingkungan, 5) Fadia A. Rafiq menjabat menjadi Bupati Pekalongan, 6)
Grace Natalie menjabat menjadi ketua Partai Solidaritas Indonesia (PSI), 7) Karolin
Margret Natasa menjabat menjadi Bupati Landak, 8) Khofifah Indar Parawansa menjabat
menjadi Menteri Sosial RI, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI,
Wakil Ketua DPR-RI, dan Gubernur Jawa Timur, 9) Linda Amalia Sari, Menteri
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia (2009-2014), 10) Mari Elka
Pangestu menjabat menjadi Menteri Perdagangan Indonesia, Menteri Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah Indonesia, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, 11)
Masnah Busro menjabat menjadi Bupati Muaro Jambi, 12) Megawati Soekarnoputri
menjabta menjadi Presiden Indonesia ke-5, Wakil Presiden, anggota DPR RI, Ketua PDI-
P, 13) Meutia Hatta menjabat menjadi Menteri Negara Pemperdayaan Perempuan
Indonesia (2004-2009), 14) Nafsiah Mboi menjabat menjadi Menteri Kesehatan Indonesia,
15) Puan Maharani menjabat menjadi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan Indonesia, Ketua DPR RI, 16) Rini Soemarno menjabat menjadi Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Indonesia, Menteri Badan Usaha Milik Negara Indonesia,
17) Sri Mulyani, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia, Menteri Keuangan Indonesia, Direktor
Pelaksana Bank Dunia, 18) Supeni Pudjobuntoro, politisi, anggota DPR RI, duta besar, 19)
Tuty Alawiyah, Menteri Negara Peranan Wanita Indonesia (1998-1999), anggota MPR RI,
20) Yohana Yembise, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Indonesia. (Wikipedia, n.d.-a).
Mengingat bahwa beberapa pendapat berpendapat bahwa perempuan adalah makhluk
yang paling lemah, dan kepemimpinan perempuan masih dianggap sebelah mata akibat
adanya kebudayaan masyarakat yang masih memiliki kebiasaan bahwa kepemimpinan
yang identik dengan laki-laki bukan perempuan, dan masih banyak yang beranggapan
bahwa perempuan tidak bisa menanggung tanggung jawab yang berat. Adapun kendala-
kendala apabila perempuan memiliki peran kepemimpinan yaitu adanya hambatan fisik,
dan tidak memiliki ruang gerak yang bebas karena terhalang dengan menyusui,
mengandung, dan melahirkan, berbeda dengan laki-laki, laki memiliki ruang gerak yang
bebas, sehingga laki-laki lebih leluasa dalam menyelesaikan suatu masalah yang ada.

11
Adanya hambatan teologis, yang mana perempuan diciptakan untuk mendampingi,
menghibur dan mnegurus keperluan suami maupun anak, sehingga apabila perempuan
memiliki peran dalam dunia politik, maka tidak heran bahwa waktu untuk keluarga
semakin berkurang. Adanya hubungan sosial-budaya, yang mana perempuan dianggap
sebagai makhluk yang lemah dan memiliki perasaan yang kuat sehingga apabila
perempuan menghadapi suatu masalah yang besar, maka ditakutkan tidak bisa
menyelesaikan masalah tersebut, berbeda dengan laki-laki adalah makhluk yang tegas, kuat
dan mandiri, sehingga apabila kepemimpinan dipegang oleh laki-laki maka dapat
menyelesaikan suatu masalah yang ada.(Ulfa, 2020: 16).
Apabila seseorang menjalankan nilai dasar kepemimpinan, maka antara laki-laki dan
perempuan tidak adanya perbedaan dalam peran kepemimpinan, sehingga berjalan sesuai
dengang tujuan dan kurangnya resiko yang terjadi. Maka dari itu perlu memberikan
kesempatan kepada perempuan dalam kepemimpinan yang dijelaskan oleh Yusuf dalam Tan
yaitu: kepemimpinan perempuan untuk masa yang akan datang di era Pembangunan
memiliki potensi dan peran yang besar dalam Pembangunan politik, ekonomi, dan sosial-
budaya, kepemimpinan perempuan dapat berkembang apabila pendidikan yang diterima
oleh perempuan setara atau seimbang dengan pendidikan yang diterima oleh laki-laki,
kepemimpinan perempuan perlu dikembangkan di semua bidang, memberikan kesempatan
untuk kepemimpinan perempuan dan di menyakini bahwa kepemimpinan perempuan
memiliki potensi yang bagus setara dengan kepemimpinan laki-laki dan meningkat potensi
terhadap kepemimpinan perempuan dalam segala bidang dan diikut sertakan dalam
pembangunan bangsa dan negara. Seiring berjalanya waktu peran kepemimpinan perempuan
akna setara dengan peran kepemimpinan laki-laki.(Ulfa, 2020: 18–19).
Keterlibatan perempuan dalam politik sebenarnya bukan untuk menjatuhkan atau
merebut kekuasaan laki-laki, namun perempuan hanya ingin memperlihatkan bahwa antara
laki-laki dan perempuan tidak adanya kesetaraan gender, sehingga perempuan pada zaman
sekarang memilih untuk ikut andil dalam dunia politik, dan membuktikan bahwa tidak hanya
laki-laki yang bisa memiliki peranan kepemimpinan. (Faizal et al., n.d.).

12
Kesimpulan

Peran kepemimpinan perempuan pada zaman sekarang memiliki kemajuan, yang


mana pada zaman dahulu, perempuan tidak memiliki kekuasaan dan hak dalam memimpin
suatu organisasi dalam politik, berbeda dengan zaman sekarang, di zaman sekarang
perempuan memiliki hak dalam kepemimpinan, dan seiring berjalanya waktu pemikiran
masyarakat tentang kesetaraan gender, dan sedikit demi sedikit sudah mulai menerima
kepemimpinan yang dipimpin perempuan, terbukti bahwa ibu Megawati Soekarnoputri
dapat menjadi Presiden dan wakil Presiden, kemudian dilanjutkan oleh anaknya yang biasa
dipanggil dengan ibu Puan Maharani yang sekarang menjabat menjadi ketua DPR dan
beberapa kementrian terisi oleh perempuan. Peran kepemimpinan perempuan dalam dunia
politik memiliki kemajuan baik dalam negeri maupun luar negeri.

Daftar Pustaka

Al Habib, A. D., & Razak, A. N. Q. A. (2020). Al–Qur’an dan Undang–Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (Harmonisasi Konsep Kepemimpinan). Al-’Adl,
13(2), 185–201.

Aslan, O. H. (2019). Kepemimpinan Dan Pengaruh Geo Politik Terhadap Lahirnya Sumber
Daya Manusia Yang Berkarakter. CBJIS : Cross-Border Journal of Islamic Studies,
1(2), 23–28. https://doi.org/10.37567/siln.v1i2.171

DPR RI. (2023). Puan: Aturan Pemilu Harus Dukunh Peningkatan Keterwakilan Perempuan
di Parlemen. 25-05. https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/44672/t/Puan: Aturan
Pemilu Harus Dukung Peningkatan Keterwakilan Perempuan di
Parlemen#:~:text=Pada periode 2014-2019%2C total,justru mendukung
peningkatan eksistensi perempuan.

Faizal, L., Iain, S., & Intan, R. (n.d.). Liky Faizal dosen Fak. Syariah IAIN Raden Intan
Lampung. Pdf.

Hamid, A. (2015). Nazhariyyat al-Fiqih al-Siyasi dalam Memilih Pemimpin Pemerintahan


dan Negara Menurut al-Mawardi. Adliya: Jurnal Hukum Dan Kemanusiaan, 9(1),
86.

Khasanah, F. Z. (2018). Studi Pemikiran Said Aqiel Siradj tentang Kesetaraan Hak-Hak

13
Politik Perempuan untuk Menjadi Kepala Negara. Eprints.Walisongo.Ac.Id, 1–206.
http://eprints.walisongo.ac.id/9165/1/132211066.pdf

Kiftiyah, A. (2019). Perempuan dalam partisipasi politik di Indonesia. Yinyang: Jurnal Studi
Islam Gender Dan Anak, 14(1), 1–13.

Kompas.com. (2023). pernah jabat Presiden hingga wapres perempuan, Megawati dinilai
pecahkan rekor di Indonesia. 07-04.
https://nasional.kompas.com/read/2023/04/07/04110051/pernah-jabat-presiden-
hingga-wapres-perempuan-pertama-megawati-dinilai

Mayapada, A. N., & Sastrawati, N. (2020). Golput dan Kewajiban Memilih Pemimpin dalam
Islam. Siyasatuna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Siyasah Syari’iyyah, 1(3), 422.

Mewengkang, L., Mandey, J., & Ruru, J. M. (2016). Peranan Kepemimpinan Perempuan
Dalam Jabatan Publik (Studi Pada Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Minahasa
Selatan). Jurnal Administrasi Publik, 2(044).

Pahri, R. (2017). Demokrasi; Pemilihan umum dan kriteria pemimpin perspektif yusuf al
qaradhawi. Repository.Uinjkt.Ac.Id.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/36765

Pemerintah Republik Indonesia. (1984). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun


1984 Tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk
Diskiriminasi Terhadap Wanita (Convention on the Elimination of All Forms of
Discrimanation Against Women). Ekp, Alexander 1975, 576.

Permana, D. (2021). Model Kepemimpinan Masa Depan Indonesia Dalam Perspektif Sipil
Dan Militer. Jurnal Academia Praja, 4(1), 277–294.
https://doi.org/10.36859/jap.v4i1.394

Sahban, H., Sekolah, D., Lasharan, T., & Makassar, J. (2016). Peran Kepemimpinan
Perempuan Dalam Pengambilan Keputusan Di Indonesia. Jurnal Imiah BONGAYA
(Manajemen & Akuntansi, Xix, 1907–5480.

Sumartini, N. W. E. (2021). Kepemimpinan wanita dalam kehidupan sosial perspektif hukum


perkawinan. Prosiding, 1(1), 68–77. https://prosiding.iahntp.ac.id

Tempo.co. (2021). Perjalanan Benazir Bhutto. 03-12.


https://dunia.tempo.co/read/1535392/perjalanan-benazir-bhutto-perdana-menteri-

14
wanita-pertama-di-negara-islam

Ulfa, N. (2020). Kepemimpinan Perempuan Dalam Perspektif Dr. Yusuf Qardhawi. UIN AR-
RANIRY.

Wikipedia, F. (n.d.-a). Daftar tokoh perempuan Indonesia.


https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_tokoh_perempuan_Indonesia#Politik

Wikipedia, F. (n.d.-b). Puan Maharani. https://id.wikipedia.org/wiki/Puan_Maharani

Zuhdi, M. H. (2014). Konsep kepemimpinan dalam perspektif Islam. AKADEMIKA: Jurnal


Pemikiran Islam, 19(1), 35–57.

15

Anda mungkin juga menyukai