PENDAHULUAN
Pemimpin pada dasarnya adalah tokoh utama yang sangat menentukan kemajuan dan
keunggulan kompetetif suatu organisasi. Ia tidak hanya berfungsi sebagai manajer yang efektif,
namun sekaligus juga menjadi pemimpin transformasional. Pemimpin diharapkan dapat
membawa organisasi/institusi mencapai kinerja yang melebihi ekspektasi secara berkelanjutan.
Dalam iklim usaha yang tidak menentu seperti sekarang ini adalah sangat penting bagi seorang
pemimpin mengendalikan organisasi kearah yang jelas dan konsisten. Mereka harus secara
berani mengelola ketidakpastian serta menangani kondisi sekarang secara efektif, kemudian
secara simultan mengantisipasi dan merespons tuntutan-tuntutan masa depan. Oleh karena itu,
pemimpin mestinya selalu mengekspresikan, menjelaskan, mengembangkan, dan bila perlu
merevisi misi dan strategi organisasi, karena keduanya hanya merupakan metodologi belaka
bukan tujuan akhir.
Pemimpin idealnya memiliki wawasan dan pandangan yang luas kedepan jauh melebihi
apa yang dilihat. Karena harus begitu luas wawasan dan pandangannya sehingga diharapkan
dapat melebihi apa yang diimpikan anak buahnya. Pemimpin harus punya mimpi (dream),
sebab tanpa mimpi ia tidak akan memiliki bayangan masa depan seperti apa organisasi yang
dipimpinnya nanti.
Pemimpin dalam banyak hal berbeda dengan seorang manajer terutama dari segi
perannya. Seorang manajer berperan dalam suatu pekerjaan yang sudah ada yang telah
ditetapkan agar dilakukan secara baik (right), sedangkan pimpinan berperan dalam melakukan
pilihan dari segala sesuatu yang ada (thing). Jadi lebih diarahkan kepada pilihan dari berbagai
alternatif yang dianggap paling tepat.
Karena itu, dalam menghadapi kondisi lingkungan yang tidak menentu seperti sekarang
ini diperlukan seorang pimpinan yang efektif, seorang pemimpin yang mampu menggunakan
kewenangan yang ada padanya secara baik dan konstruktif, pemimpin yang mampu
merumuskan sasaran yang jelas dan dapat dicapai berdasarkan kemampuan sumberdaya yang
dimiliki, pemimpin yang mampu mengkomunikasikan kepada bawahannya apa yang
dipikirkan, pemimpin yang arif, dimana dalam menghadapi dan memecahkan persoalan selalu
4:59
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman ! taatilah Allah dan taatilah Rosul
(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu
berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Quran) dan Rosul
(sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (An-Nisa(4);59)
Artinya:Wahai orang-orang yang beriman! janganlah kamu menjadikan teman orang-
orang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tidak
henti-hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah
nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang di sembunyikan oleh hati mereka lebih
jahat. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti.
(Ali Imron(3):118)
Agar pola kepemimpinan dapat berjalan secara efektif, maka seyogyanya ada unsur-unsur
kepemimpinan yang terimplementasi didalamnya. Unsur-unsur itu menurut Kuntjaraningrat
yang diadaptasi oleh Imam Suprayogo meliputi: kekuasaan, wewenang, dan popularitas.[19]
Ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan dan tidak dapat berjalan sendiri-sendiri. Karena
itu, kekuasaan dan kewenangan tanpa popularitas, hanya akan mendorong timbulnya rasa takut
atau ketaatan yang bersifat semu. Rasa takut atau ketaatan terjadi karena memang aturan
mengatur seperti itu, bukan popularitas dari figur pemimpin.
4. Gaya Kepemimpinan
Istilah kepemimpinan selalu merupakan suatu persoalan yang sangat krusial dalam
literatur-literatur kepemimpinan. Pasalnya untuk mencari pemimpin yang baik, para ahli selalu
tidak sepakat dalam menentukan ukuran-ukuran yang dijadikan sebagai prasyarat keberhasilan
dalam memimpin. Meskipun demikian, gaya serta sikap seseorang yang disesuaikan dengan
situasi kepemimpinannya sangat menentukan besar-kecilnya keberhasilan dalam memimpin.
Setiap pemimpin memiliki gaya yang berbeda, apakah demokratis, otoriter, atau kebapak-
bapakan. Namun ada satu aspek kepemimpinan yang sangat menonjol, yakni pancaran
kewibawaan. Manajer memiliki tingkat kekuasaan yang sesuai dengan kedudukan dan
(33)
Artinya :
Wahai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan
bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan(QS. Al-
Rahman (55): 33).
Ayat diatas mengingatkan manusia bahwa apa saja yang dipikirkan dan dibayangkan
dalam bentuk visi dan misi semuanya bisa menjadi kenyataan, asalkan manusia memiliki
sulthan (kekuatan/kemampuan). Kemampuan merupakan kriteria dasar bagi setiap pemimpin
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu melakukan tugas-tugasnya secara
efektif. Pemimpin yang setiap saat me-review misinya agar selalu relevan dengan semua situasi
kepemimpinannya. Pemimpin yang mampu menyesuaikan kebutuhan organisasi dengan
keinginan masyarakatnya (stakeholder). Pemimpin yang berbakat mendayagunakan seluruh
sumber daya dan mengembangkan talenta orang-orang yang ada dalam organisasi untuk
mencapai tujuan berkelanjutan.
Dalam Islam tertera nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang mendasari pola-pola
kepemimpinan efektif. Kepemimpinan efektif ekuivalen dengan pemimpin yang dalam
melaksanakan tugasnya selalu mengedepankan nilai-nilai atau prinsip-prinsip Islam seperti;
kecerdasan, visibilitas, inisiatif, rela berkorban, tanggung jawab, percaya diri, tanggap, empati,
inovatif, toleran, kesederhanaan, efektifisien, keteladanan, dan keterbukaan. Pemimpin/manajer
yang mengacu akan nilai-nilai ini, ia akan mempunyai dua keistimewaan. Keistimewaan yang
pertama ia disebut khalifah dan keistimewaan yang kedua ia akan disebut abid. Khalifah
karena ia mengadopsi prinsip-prinsip kepemimpinan, dan abid karena mengimplementasikan
ajaran-ajaran ketuhanan.
Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi, Cet. VI, Bandung: Mandar Maju, 1992
Imam Suprayogo, Reformulasi Visi Pendidikan Islam, Cet. 1, (Malang : STAIN Press, 1999),
h. 182
Najati, M. Usman. Al-Hadits al- Nabawi Wa Ilmu al- Nafsi, diterjemahkan oleh : Irfan Salim
Lc dengan judul : Belajar EQ dan SQ Dari Sunnah Nabi, Cet. I, Jakarta: Al- Hikmah, 2002
Roger M. F., Instrumental and Infra Resources : The Bases of Pawer, American Journal of
Sociology, 76, Tahun 1973