Anda di halaman 1dari 19

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI ISLAM DALAM KEPEMIMPINAN EFEKTIF

PENDAHULUAN
Pemimpin pada dasarnya adalah tokoh utama yang sangat menentukan kemajuan dan
keunggulan kompetetif suatu organisasi. Ia tidak hanya berfungsi sebagai manajer yang efektif,
namun sekaligus juga menjadi pemimpin transformasional. Pemimpin diharapkan dapat
membawa organisasi/institusi mencapai kinerja yang melebihi ekspektasi secara berkelanjutan.
Dalam iklim usaha yang tidak menentu seperti sekarang ini adalah sangat penting bagi seorang
pemimpin mengendalikan organisasi kearah yang jelas dan konsisten. Mereka harus secara
berani mengelola ketidakpastian serta menangani kondisi sekarang secara efektif, kemudian
secara simultan mengantisipasi dan merespons tuntutan-tuntutan masa depan. Oleh karena itu,
pemimpin mestinya selalu mengekspresikan, menjelaskan, mengembangkan, dan bila perlu
merevisi misi dan strategi organisasi, karena keduanya hanya merupakan metodologi belaka
bukan tujuan akhir.
Pemimpin idealnya memiliki wawasan dan pandangan yang luas kedepan jauh melebihi
apa yang dilihat. Karena harus begitu luas wawasan dan pandangannya sehingga diharapkan
dapat melebihi apa yang diimpikan anak buahnya. Pemimpin harus punya mimpi (dream),
sebab tanpa mimpi ia tidak akan memiliki bayangan masa depan seperti apa organisasi yang
dipimpinnya nanti.
Pemimpin dalam banyak hal berbeda dengan seorang manajer terutama dari segi
perannya. Seorang manajer berperan dalam suatu pekerjaan yang sudah ada yang telah
ditetapkan agar dilakukan secara baik (right), sedangkan pimpinan berperan dalam melakukan
pilihan dari segala sesuatu yang ada (thing). Jadi lebih diarahkan kepada pilihan dari berbagai
alternatif yang dianggap paling tepat.
Karena itu, dalam menghadapi kondisi lingkungan yang tidak menentu seperti sekarang
ini diperlukan seorang pimpinan yang efektif, seorang pemimpin yang mampu menggunakan
kewenangan yang ada padanya secara baik dan konstruktif, pemimpin yang mampu
merumuskan sasaran yang jelas dan dapat dicapai berdasarkan kemampuan sumberdaya yang
dimiliki, pemimpin yang mampu mengkomunikasikan kepada bawahannya apa yang
dipikirkan, pemimpin yang arif, dimana dalam menghadapi dan memecahkan persoalan selalu

1 Universitas Islam Indonesia ..., Sistem Informasi Korporat


mengedepankan rasio dengan tetap mempertimbangkan rasa. Tegasnya pemimpin yang efektif
itu adalah seorang pemimpin yang secara kuat memperjuangkan idealisme yang ingin dicapai.
Bila dilihat secara tajam dan jernih, sesungguhnya kepemimpinan efektif itu merupakan
implementasi kreatif dari prinsip dan nilai-nilai Islam. Mengapa tidak ?, Jika kita perhatikan
semangat dari seorang pemimpin yang efektif, maka selamanya ia senantiasa mengedepankan
prinsip-prinsip atau nilai-nilai kerja sama, kerja keras, cerdas dan memiliki kearifan, kreatif,
inovatif, efektifisien, transpormatif, komunikatif,dan teladan. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip
tersebut paling tidak dari perspektif Islam memiliki hujjah yang kuat untuk menjadi landasan
implementatif dalam berinisiatif dan bekerja secara efektif. Apakah itu untuk perorangan,
kelompok apalagi bagi seorang pemimpin. Demikian pula berlaku untuk semua jenis lembaga,
apakah organisasi, perusahaan, ataupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dan lain-lain. Nilai-
nilai atau prinsip-prisip yang dikemukakan di atas bila diamati dengan cermat, maka
sesungguhnya secara relatif implementasinya dapat menyebabkan suatu kepemimpinan
menjadi efektif, tentunya harus disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi.
Di dalam Islam kepemimpinan identik dengan istilah khalifah yang berarti wakil.
Pemakaian kata khalifah setelah Rosulullah Saw wafat menyentuh juga maksud yang
terkandung di dalam perkataan amir atau penguasa. Oleh karena itu, kedua istilah ini dalam
bahasa indonesia di sebut pemimpin formal. Selain kata khalifah disebutkan juga Ulil Amri.
Sebagaimana firman Alloh dalam surat An-Nisa (4) ayat 59 :




4:59



Artinya: Wahai orang-orang yang beriman ! taatilah Allah dan taatilah Rosul
(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu
berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Quran) dan Rosul
(sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (An-Nisa(4);59)

2 Universitas Islam Indonesia ..., Sistem Informasi Korporat


PEMBAHASAN

A. Pemimpin dan Kepemimpinan

Kepemimpinan Islam dikembangkan di atas prinsip-prinsip etika tauhid. Persyaratan utama


seorang pemimpin yang telah digariskan oleh Alloh Swt pada firmannya dalam surat Ali Imran
(3) ayat 118









Artinya:Wahai orang-orang yang beriman! janganlah kamu menjadikan teman orang-
orang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tidak
henti-hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah
nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang di sembunyikan oleh hati mereka lebih
jahat. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti.
(Ali Imron(3):118)

1. Pengertian dan Ciri Pemimpin


Pemimpin dan kepemimpinan adalah dua kosa kata yang memiliki pengertian yang berbeda.
Pemimpin menurut Schneider, et.al.didepinisikan sebagai berikut : A leader is depined as the
individual formally given certain status throught election, appoinment, inheritance, revolution,
or any number of other means. (Seseorang yang secara formal diberi status tertentu melalui
pemilihan, pengangkatan, keturunan, revolusi, atau cara-cara lain). Sedangkan kepemimpinan
adalah : Leadership refers to those behavior performed by one or more individuals in the group
which helps the group accomplish its goals. (Kepemimpinan mengacu kepada perilaku yang
ditunjukkan sesorang atau lebih dari individu dalam suatu kelompok yang membantu kelompok
mencapai tujuan).
Dari pengertian di atas jelas, bahwa pemimpin (leader) merupakan status yang disandang
seseorang karena menjadi kepala, ketua, direktur, atau manajer pada suatu organisasi atau

3 Universitas Islam Indonesia ..., Sistem Informasi Korporat


lembaga, sedangkan kepemimpinan (leadership) lebih merupakan tindakan dan perilaku yang
ditampilkan ketika berinteraksi dengan orang lain, baik antara sesama pemimpin maupun
dengan bawahan.
Sebenarnya terdapat banyak pengertian mengenai kepemimpinan ini menurut para ahli,
namun semuanya mengarah kepada suatu tugas utama pemimpin yaitu bagaimana agar ia dapat
menguasai dan mempengaruhi orang lain secara efektif. Hal ini dapat ditunjukkan pada sikap
dan kemampuan pemimpin serta sifat dari organisasi yang dipimpinnya. Sebab seseorang yang
memimpin organisasi militer pasti ia akan memerlukan kemampuan dan kecakapan yang
berbeda bila diperhadapkan dengan sekelompok peneliti misalnya. Perbedaan sifat organisasi
yang dipimpin dan kecakapan serta kemampuan seorang pemimpin disertai perbedaan
lingkungan itulah yang merupakan sudut perbedaan para pakar melihat kepemimpinan itu.
Begitu pula dalam melihat ciri atau sifat dari seorang pemimpin yang baik atau efektif.
Para pakar mencoba mengidentifikasi faktor-faktor tertentu untuk digunakan dalam
meramalkan kepemimpinan yang efektif. Misalnya pemimpin itu adalah orang yang
perawakan tinggi, namun asumsi ini terbantahkan dengan kehadiran pemimpin yang
berperawakan pendek seperti Napoleon, prof. Habibi, dan Aroyo yang pendek. Demikian juga
pemimpin itu katanya harus gemuk besar, asumsi inipun terbantahkan dengan kehadiran
Abraham lincoln, George W. Bush, serta Gho Chok Tong yang kurus langsing. Kenyataan-
kenyataan itu menunjukkan ketidakkonsistenan dari ciri atau sifat kepemimpinan yang
diidentifikasi. Karena itu dalam memilih dan mengangkat seorang pemimpin, maka langkah
penting yang harus dilakukan adalah bersikap hati-hati dan bijaksana dan jangan bertindak
apriori. Sebab itu ada slogan bahwa pemimpin itu dilahirkan tidak selamanya betul, karena
sekarang telah ada pameo pemimpin itu diciptakan. Siapapun orangnya bila diciptakan
(dibentuk, digembleng, dan dibina ) pasti dapat menjadi pemimpin dan mungkin lebih efektif
dan produktif..
Walaupun hasil riset tidak mengungkapkan satu-satunya sifat yang dimiliki oleh
pemimpin yang berhasil (efektif), namun sejumlah ciri dapat dikemukakan sebagai ciri umum
yang dimiliki oleh kebanyakan diantara mereka. Ciri-ciri tersebut adalah: kelancaran berbicara,
kemampuan untuk memecahkan masalah, kesadaran akan kebutuhan, keluwesan, kecerdasan,
kesediaan untuk menerima tanggung jawab, ketrampilan sosial, serta kesadaran akan diri dan
lingkungan.

4 Universitas Islam Indonesia ..., Sistem Informasi Korporat


Begitu pula seperti yang ditetapkan oleh sekelompok ilmuan sosial dan pendidikan yang
bertemu di Sacramento di akhir tahun 1979 yang berusaha merumuskan suatu profil definitif
mengenai sifat kepemimpinan. Dari pertemuan itu, mereka berhasil mengidentifikasi beberapa
ciri potensi kepemimpinan yang tinggi, yaitu:
1. Dihormati oleh teman sejawat, gagasannya dicari orang
2. Berani ambil risiko, mandiri
3. Giat, penuh semangat dan tekun
4. Tahu apa yang terjadi; menyadari nuansa dalam lingkungan dan orang lain
5. Mempengaruhi, dapat mendominasi, menyukai kekuasaan
6. Percaya diri
7. Bertanggung jawab
8. Mempunyai banyak gagasan dan pandangan ke dalam
9. Tegas
10. Diplomatis dalam hubungannya dengan teman sejawat dan kelompok
11. Sangat tersusun dan terorganisasi
12. Bersikap luwes
2. Kepemimpinan dan Manajemen
Banyak literatur yang mencoba mengungkapkan apa persisnya manajemen itu. Seperti
yang sering dikemukakan, bahwa manajemen adalah proses pencapaian tujuan organisasi
melalui kegiatan orang lain, atau manajemen adalah suatu proses untuk melaksanakan tujuan
tertentu, dimana tujuan itu diselenggarakan dan diawasi. Bila ditelusuri lebih jauh dalam
literatur lain, maka istilah manajemen dapat didepinisikan dari tiga perspektif. Pertama;
menurut perspektif proses; dari sudut ini manajemen dapat diartikan sebagaimana disebutkan di
atas. Yakni manajemen adalah proses pencapaian tujuan melalui kegiatan orang lain, dimana
kegiatan itu diawasi dan diselenggarakan. Begitu pula definisi yang dikemukakan oleh Robert
L.Trewathn dan M. Gene Newport yang dikutip oleh Prof. Winardi, bahwa manajemen adalah
proses merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, serta mengawasi aktivitas-aktivitas
sesuatu organisasi dalam upaya mencapai suatu koordinasi sumber-sumber daya manusia dan
sumber-sumber daya alam dalam hal pencapaian sasaran secara efektif dan efisien.
Kedua; definisi dari perspektif kolektivitas orang, dari sudut ini manajemen dapat
diartikan sebagai kolektivitas orang yang melaksanakan pekerjaan-pekerjaan manajerial. Ini

5 Universitas Islam Indonesia ..., Sistem Informasi Korporat


adalah makna plural dari kata manajemen, sementara makna singular-nya adalah manajer, yaitu
seseorang yang diserahi tugas dan tanggung jawab mengelola suatu bidang atau unit tertentu
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dan ketiga; pengertian manajemen menurut
perspektif sebagai seni dan ilmu. Sebagai seni, manajemen terimplementasi dalam bentuk kiat-
kiat tertentu atau ketrampilan-ketrampilan pengelolaan berdasarkan pengalaman orang per
orang dalam bidang-bidang yang digeluti yang telah menghasilkan manfaat-manfaat yang
diterima. Dan manajemen sebagai ilmu, yakni terlihat pada penerapannya dengan proses
mengobservasi, mengumpulkan , dan menganalisis data, penomena-penomena, kejadian-
kejadian dan lain-lain kemudian diambil beberapa kesimpulan yang mendukung tujuan yang
hendak dicapai. Demikianlah beberapa persfektif makna yang terkandung dalam istilah
manajemen yang dikemukakan para pakar.
Dari pengertian-pengertian sebagaimana dikemukakan di atas, maka dapatlah dikatakan
bahwa manajemen itu sesungguhnya merupakan suatu seni dan ilmu serta posisi dalam
mengelola sejumlah sumberdaya yang terdapat pada suatu organisasi/lembaga secara
efektifisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Kekuasaan dan Kepemimpinan


Istilah kekuasaan dan kepemimpinan terkadang secara salah dipahami maknanya, karena
keduanya berhubungan dengan perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang pemimpin, penguasa,
manajer, kepala, atau seorang ketua. Istilah kekuasaan (power) dirumuskan oleh Bierstedt
sebagai suatu kemampuan untuk mempergunakan kekuatan. Sementara Rogers mengatakan
kekuasaan sebagai suatu potensi dari suatu pengaruh. Dalam kamus Modern Dictionary of
Sociology yang dikutip oleh Salusu disebutkan bahwa Kekuasaan (power) adalah
kemamampuan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan keinginan atau
kebijaksanaannya, dengan mengendalikan, memanipulasi atau mempengaruhi perilaku orang
lain, apakah mereka ingin bekerja sama atau tidak. Atau dapat dikatakan kekuasaan adalah
kewenangan yang dimiliki sesorang untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu
dalam suatu organisasi atau pada suatu daerah teritori.
Bila dalam memimpin, seseorang tidak dapat mempengaruhi pikiran atau sikap para
bawahan terkait dengan tugas-tugasnya, maka pemimpin tersebut tidak memiliki kekuasaan.
Kekuasaanlah yang membuat seorang pemimpin secara formal dapat ditaati dan diikuti. Namun

6 Universitas Islam Indonesia ..., Sistem Informasi Korporat


kekuasaan dalam bentuk ini biasanya telah diatur dengan sejumlah aturan. Aturan ini yang
nanti menjadi tali pengikat sekaligus sebagai pedoman bagi pimpinan dan bawahan dalam
menjalankan tugas-tugas keseharian.
Berbeda dengan pemimpin yang mengendalikan suatu kekuasaan secara informal, disini
pimpinan diikuti dan di taati sepanjang ia masih memiliki kredibilitas, integritas moral, dan
empati dalam bergaul dengan orang lain. Jadi kekuasaan dalam konteks ini bukan diikat oleh
aturan sebagaimana dalam kekuasaan formal, namun lebih dalam bentuk sikaf dan profil yang
ditampilkan. Sehingga bila sikapnya tidak mencerminkan seorang yang berwibawa, pengayom,
bertanggung jawab, dan suka memperjuangkan nasib orang lain, maka pemimpin seperti ini
biasanya akan ditinggalkan atau tidak memiliki basis masa yang jelas, baik dalam suatu
organisasi apalagi dalam masyarakat. Sehingga dalam konteks ini menurut Prof. Imam
Suprayogo bahwa kepemimpinan formal memiliki daya cakup (kekuasaan) agak terbatas
karena dibatasi oleh aturan. Sementara kepemimpinan informal mempunyai ruang lingkup
(kekuasaan) tanpa batas-batas resmi.

Agar pola kepemimpinan dapat berjalan secara efektif, maka seyogyanya ada unsur-unsur
kepemimpinan yang terimplementasi didalamnya. Unsur-unsur itu menurut Kuntjaraningrat
yang diadaptasi oleh Imam Suprayogo meliputi: kekuasaan, wewenang, dan popularitas.[19]
Ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan dan tidak dapat berjalan sendiri-sendiri. Karena
itu, kekuasaan dan kewenangan tanpa popularitas, hanya akan mendorong timbulnya rasa takut
atau ketaatan yang bersifat semu. Rasa takut atau ketaatan terjadi karena memang aturan
mengatur seperti itu, bukan popularitas dari figur pemimpin.
4. Gaya Kepemimpinan
Istilah kepemimpinan selalu merupakan suatu persoalan yang sangat krusial dalam
literatur-literatur kepemimpinan. Pasalnya untuk mencari pemimpin yang baik, para ahli selalu
tidak sepakat dalam menentukan ukuran-ukuran yang dijadikan sebagai prasyarat keberhasilan
dalam memimpin. Meskipun demikian, gaya serta sikap seseorang yang disesuaikan dengan
situasi kepemimpinannya sangat menentukan besar-kecilnya keberhasilan dalam memimpin.
Setiap pemimpin memiliki gaya yang berbeda, apakah demokratis, otoriter, atau kebapak-
bapakan. Namun ada satu aspek kepemimpinan yang sangat menonjol, yakni pancaran
kewibawaan. Manajer memiliki tingkat kekuasaan yang sesuai dengan kedudukan dan

7 Universitas Islam Indonesia ..., Sistem Informasi Korporat


tanggung jawabnya. Tetapi kekuasaan pemimpin sering diperoleh dari pendapat, hormat serta
penghargaan disamping kekuasaan untuk mendominasi dan memerintah.[20] Karena itu Cattel
mengatakan pemimpin merupakan orang yang menciptakan perubahan yang sangat efektif
dalam kinerja kelompoknya.
Kepemimpinan (leadership) pada dasarnya dapat dibagi kedalam beberapa gaya
kepemimpinan. Menurut Gary K. Hines, bahwa dalam memimpin paling tidak ada terdapat tiga
gaya, yaitu; gaya otokratik, gaya demokratik, serta gaya kendali bebas.
a) Gaya otokratik: pemimpin otokratik membuat keputusan sendiri karena kekuasaan
terpusatkan pada satu orang. Ia memikul tanggung jawab dan wewenang penuh.
Pengawasan bersifat ketat, langsung dan tepat. Keputusan dipaksakan, dan bila ada
komunikasi, maka hanya bersifat top down (atasbawah), bawahan ditekan, karena itu
menjadi takut dan tidak leluasa dalam berprakarsa.
b) Gaya demokratik: pemimpin yang demokratik (partisipatif) berkonsultasi dengan
kelompok mengenai masalah yang menarik perhatian mereka. Komunikasi berjalan
dengan lancar sehingga saran dapat berasal dari atasan (pimpinan) kebawahan, dan
sebaliknya dari bawahan keatasan. Bawahan berpartisipasi dalam menetapkan sasaran
dan memecahkan masalah. Keikutsertaan ini mendorong komitmen anggota pada
keputusan akhir. Pemimpin demokratis menciptakan situasi dimana individu dapat
belajar, mampu memantau kinerja sendiri, mengakui bawahan untuk menentukan
sasaran yang menantang, menyediakan kesempatan untuk meningkatkan metode kerja
dan pertumbuhan pekerjaan serta mengakui pencapaian dan membantu pegawai belajar
dari kesalahan.
c) Gaya kendali bebas: Pemimpin dengan gaya ini ditandai dengan pemberian kekuasaan
pada bawahan. Kelompok dapat mengembangkan sasarannya sendiri dan memecahkan
masalahnya sendiri. Pengarahan hanya sekedar bahkan tidak ada sama sekali. Gaya ini
biasanya tidak berguna, tetapi bisa menjadi efektif bagi kelompok profesional yang
bermotivasi tinggi.

8 Universitas Islam Indonesia ..., Sistem Informasi Korporat


B. NILAI-NILAI ISLAM DALAM KEPEMIMPINAN EFEKTIF
Dalam literatur-literatur manajemen banyak dibentangkan prinsip-prinsip pokok yang
mendasari perilaku keseharian dari para pemimpin yang dipandang sukses dalam me-manage
organisasi mereka. Prinsip-prinsip itu antara lain seperti; seorang pemimpin harus cerdas,
memiliki visi yang jelas, penuh inisiatif, rela berkorban, bertanggung jawab, percaya diri,
tanggap, empati, inovatif, toleran, sederhana, dan seterusnya.
Di dalam Islam, prinsip-prinsip ini sangat dianjurkan untuk dimiliki setiap muslim.
Sebab tanpa prinsip-prinsip tersebut, umat islam tidak bisa menjadi wakil tuhan (khalifah)
untuk mengelola alam jagad ini secara baik, sekaligus tidak dapat menjadi hamba (abid) yang
muttaqin. Kedua predikat itu (khalifah dan abid) tidak dapat diraih oleh seorang muslim
kecuali mereka yang memiliki prinsip-prinsip tersebut. Didalam Islam Nilai/prinsip-prinsip itu
dapat kita temukan, baik secara tersurat maupun secara tersirat termaktub dalam ayat-ayat
Alquran dan hadis. Nilai/prinsip yang termaktub dalam ayat-ayat dan hadis itu antara lain
sebagai berikut:
a) Cerdas
Cerdas atau mampu merupakan suatu prinsip/nilai yang dalam Islam menempati posisi
yang sangat penting sekaligus mendapat apresiasi yang sangat tinggi. Prinsip ini demikian
penting dan tinggi karena urgensinya secara fundamental meliputi semua ranah kehidupan
manusia. Manusia tidak akan sukses meraih apa yang ia inginkan manakala ia tidak cerdas dan
mampu mengelolanya secara baik.
Dalam Alquran ayat yang mengisyaratkan nilai/prinsip itu, antara lain sebagai berikut:

(33)



Artinya :
Wahai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan
bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan(QS. Al-
Rahman (55): 33).
Ayat diatas mengingatkan manusia bahwa apa saja yang dipikirkan dan dibayangkan
dalam bentuk visi dan misi semuanya bisa menjadi kenyataan, asalkan manusia memiliki
sulthan (kekuatan/kemampuan). Kemampuan merupakan kriteria dasar bagi setiap pemimpin

9 Universitas Islam Indonesia ..., Sistem Informasi Korporat


dalam mengelola serta mengembangkan organisasi/institusi. Kemampuan oleh para ahli dapat
diklasifikasi menjadi 3 (tiga) jenis. Kemampuan intelektual, kemampuan emosional, dan
kemampuan spiritual. Ketiga kemampuan ini harus dimiliki oleh setiap pemimpin di setiap
level kepemimpinan. Ia harus mempunyai akal dan pikiran yang cerdas, karena dengan itu ia
bisa merencanakan, mengorganisir, dan mengendalikan organisasi secara rasional, tidak
menghayal dan membabi buta dalam membuat police atau kebijakan. Dengan berfikir rasional,
seorang pemimpin dapat membuat prediksi-prediksi yang visible, sehingga dapat dijadikan
dasar dalam bertindak.
Mengandalkan kemampuan intelektual saja bagi seorang pemimpin/manajer tidak akan
cukup untuk membawa lembaga/organisasi mencapai kesuksesan. Mengapa demikian ?. Hal ini
disebabkan suatu kesuksesan yang diperoleh bukan sekedar karena manajer atau pemimpin
mampu menata serta mengembangkan aspek-aspek organisasi tertentu secara rasional, seperti
membuat prediksi, ramalan-ramalan, dan prakiraan-prakiraan. Namun lebih dari itu, ada aspek-
aspek organisasional tertentu yang membutuhkan penanganan dengan sentuhan-sentuhan
emosi, seperti memotivasi bawahan/karyawan, memunculkan rasa memiliki dan rasa
bertanggung jawab terhadap organisasi (sens of belonging and sens of responsibility), membuat
kebijakan-kebijakan simpatik, baik terhadap anggota organisasi maupun bagi masyarakat
lingkungan sebagai stakeholder. Banyak pemimpin yang gagal mengeksplorasi aspek-aspek
emosi ini, yang kemudian berakibat pada demonstrasi dan unjuk rasa karyawan yang tidak
menguntungkan bahkan berakibat fatal bagi keberadaan serta keberlangsungan organisasi.
Semua manajer/pemimpin tidak menghendaki kejadian seperti itu terjadi dan dialami organisasi
yang mereka pimpin, jika saja mereka mau mengembangkan kemampuan atau kecerdasan
emosionalnya bersamaan dengan kemampuan intelektual dalam kepemimpinan mereka.
Dalam Alquran dikatakan: kamu akan ditimpa kehinaan dimana saja kamu berada,
kecuali kamu menjalin hubungan secara Vertikal dengan Allah dan hubungan horizontal
dengan sesama manusia. (QS. Al-Imran (3): 112).
Oleh karena itu, kemampuan intelektual, kemampuan emosional, dan kemampuan
spiritual secara simultan harus dimiliki seorang pemimpin, karena ketiga bentuk
kemampuan/kecerdasan ini saling mendukung dan melengkapi dalam proses keberhasilan dan
kesuksesan seseorang membawa organisasi mencapai tujuan.

10 Universitas Islam Indonesia ..., Sistem Informasi Korporat


b. Visioner
Visi merupakan konsep imajinasi seseorang atau beberapa orang pemimpin tentang
masa depan dari suatu organisas/lembaga yang dipimpin. Akan seperti apakah lembaga yang
dipimpinnya dimasa yang akan datang. Karena itu, kewajiban utama seorang
pemimpin/manajer adalah bagaimana memperjuangkan serta mempertahankan visinya agar
bisa tercapai. Kemampuan mempertahankan serta memperjuangkan visi ini sama seperti dalam
Islam, seseorang yang telah berikrar beriman hanya kepada Allah tidak kepada selain-Nya (laa
ilaha illallah), tanpa mengenal ruang dan waktu. Dimana dan kapan saja iman ini harus tetap
menjadi landasan semua aktivitas. Iman merupakan visi yang senantiasa harus dipertahankan
dan diperjuangkan. Iman yang benar dan kokoh akan menjadi dasar untuk menggapai
kebahagiaan (keberhasilan). Seseorang yang beriman hanya kepada Allah tidak akan mudah
terpengaruh pada kepentingan-kepentingan sesaat (vested interest) yang menggiurkan namun
berdemensi pendek. Seperti dilansir pada QS. An-Nisaa(4): 137 (innallazina amanuu
tsumma kafaruu, tsumma amanuu tsumma kafaruu tsumma zdadu kufran). Ia beriman
kepada Allah kemudian ingkar (tidak commmitted dengan visinya), beriman lagi, kemudian
kafir lagi, sehingga komitmennya mengalami proses degradasi dan berakhir dengan
penyimpangan dari substansi visi yang ia emban. Komitmen seperti ini merupakan awal dari
sebuah kehancuran. Dalam Alquran dikatakan: Sesungguhnya orang-orang yang berkata
(berprinsip/mempunyai visi) bahwa tuhan pemelihara kami adalah Allah, kemudian
istiqamah (committed) dengan prinsip (visi) itu akan turun kepada mereka malaikat dengan
berkata) janganlah takut, jangan bersedih, berbahagialah kalian dengan syurga yang
dijanjikan (QS. Fushshilat (41): 30).
Pemimpin yang baik harus memiliki visi yang baik dan menunjukkan komitmennya
(visioner) sebagaimana Islam menuntut agar umatnya harus beriman kepada Allah dengan iman
yang benar mukhlishina lahuddin al-hunafaa (QS. Bayyinah (98): 5). Karena dengan
demikian ia akan sampai kepada apa yang dicita-citakan.
c. Inisiatif
Inisiatif merupakan salah satu prinsip penting yang harus dimiliki oleh
pemimpin/manajer. Pemimpin yang tidak memiliki inisiatif akan membuat organisasi menjadi
mandek serta tidak berkembang apalagi ingin ada perubahan, harapan agar organisasi

11 Universitas Islam Indonesia ..., Sistem Informasi Korporat


bertumbuh sesuai dengan perkembangan tidak akan tercapai, sekalipun lingkungan
(stakeholder) menghendaki.
Prinsip ini bermula dari pemimpin/manajer tidak mempunyai gagasan terkait dengan
tuntutan serta perkembangan situasi dalam mengantisipasi perubahan dan laju perkembangan
lingkungan . Dalam Alquran Allah mengatakan: Apabila kamu telah usai (melakukan suatu
tugas), maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh tugas/pekerjaan)berikutnya. (QS. Al-
Insyirah (94): 7).
Ayat ini mengisyaratkan prinsip inisiatif, bahwa seorang pemimpin tidak boleh hanya
terjebak dalam satu tugas rutinitas saja yang menyita hampir semua waktu/masa tugasnya.
Pemimpin/manajer yang efektif harus mampu memunculkan inisiatifnya dalam mendorong dan
mengembangkan organisasi yang dipimpinnya sehingga dapat bersaing dan berkompetisi
dengan organisasi sejenis dalam lingkungan kompetetifnya. Dengan memiliki kemampuan
demikian, lembaga/organisasi yang dipimpinnya tidak akan tertinggal dalam merespons
tuntutan perkembangan.
d. Rela Berkorban
Manajer/pemimpin yang baik/efektif senantiasa harus mengedepankan sikaf rela
berkorban. Pemimpin yang memiliki prinsip ini selalu memberi harapan bagi lingkungannya
bahwa ia dan organisasinya akan tetap menjalankan kewajiban-kewajibannya serta memenuhi
hak-hak, baik itu hak-hak bawahan/karyawan, hak mereka yang dilayani (pelanggan) maupun
hak-hak sosial sebagai bentuk komitmen menyeluruh atas keberpihakannya terhadap
lingkungan organisasi. Tipe kepemimpinan seperti ini oleh Andy Kirana disebut kepemimpinan
etis. Pemimpin yang beretika selalu menampilkan itikad baik dan tidak serakah dalam
mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Kualitas kepemimpinannya membuat
bawahan atau pengikutnya senang dan menaruh harapan masa depan. Pemimpin dengan
kepribadian seperti ini tidak akan tertipu dengan kewenangan dan kekuasaan yang diberikan
kepadanya. Bahkan ia akan rela mengorbankan apa yang dimilikinya sekalipun nyawa
taruhannya.
Prinsip ini banyak menghiasi hidup keseharian Rasulullah saw. serta para sahabatnya.
Mereka selalu rela mengorbankan apa yang ada pada diri mereka, sekalipun apa yang diberikan
itu sesuatu yang sangat mereka senangi. Manajer/pemimpin demikian selalu memandang
bahwa hidup ini adalah perjuangan dan pengabdian. Dalam Alquran Allah berfirman wa

12 Universitas Islam Indonesia ..., Sistem Informasi Korporat


jaahidu bi amwaalikum wa anfusikum fi sabilillah (Berjuanglah dengan harta dan dirimu
dijalan Allah)(QS At-Taubah (9) :41).
e. Bertanggung Jawab
Bertanggung jawab merupakan prinsip yang melekat pada diri seorang manajer/pimpinan
setelah ia memangku suatu jabatan. Pimpinan yang tidak bertanggung jawab berarti ia tidak
menjalankan satu syarat penting sebagai manajer/pimpinan, yaitu melaksanakan proses
pelimpahan wewenang dari atasan /pimpinan yang lebih tinggi. Pelimpahan wewenang
(delegasi) terdiri dari tiga unsur yaitu; kewenangan (authority), tugas/tanggung jawab
(responsibility), dan pertanggung jawaban (accountability).
Dalam sebuah hadis yang disampaikan oleh Ibnu Umar, Rasulullah bersabda setiap
kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan bertanggung jawab terhadap apa yang
dipimpinnya, (Riwayat Bukhari dan Muslim). Jadi seorang manajer/pemimpin harus
menjalankan prinsip ini untuk memberikan pertanggung jawabannya, baik itu bertanggung
jawab (memberi laporan) kepada atasannya maupun bertanggung jawab terhadap bawahan,
masyarakat, pemerintah (stakeholder), lebih-lebih kepada Allah-tuhan pencipta alam semesta.
f. Percaya Diri
Percaya diri merupakan prinsip yang harus dimiliki pemimpin setelah memiliki inisiatif.
Bila pemimpin tidak percaya diri maka inisiatifnya tidak bakal terlaksana. Ia tidak yakin akan
kemampuan dirinya, sekalipun kapasitasnya sebagai pemimpin. Visi/ide-idenya akan
tenggelam dalam bayang-bayang ketidakpercayaan dirinya.
Prinsip percaya diri sangat terkait dengan sejauh mana seorang pemimpin merasa pahit
getirnya. Atau dengan kata lain seberapa besar pengalaman yang dimiliki dalam menjalankan
tugas-tugas kepemimpinan/manajerial dan kemasyarakatan. Dengan mengalami serta
menjalankan tugas-tugasnya secara langsung, ia akan melakukan proses trial and error. Karena
itu seorang manajer/pemimpin selain harus memiliki segudang pengalaman juga harus
menimbulkan rasa percaya diri (self confidence) yang tinggi dalam merealisasikan visi/misi
(ide-ide) yang dimiliki.
Dalam Islam, percaya diri sangat berhubungan dengan kadar iman seseorang. Bila
imannya kepada Allah tinggi, maka rasa percaya diri menjadi besar. Namun bila kadar imannya
rendah, maka percaya dirinyapun menjadi rendah pula. Dalam Alquran dikatakan: apabila

13 Universitas Islam Indonesia ..., Sistem Informasi Korporat


kamu telah selesai melaksanakan suatu pekerjaan maka bertawakallah kepada
Allah(QS.al- Imran (3): 159).
g. Empati
Empati sebenarnya merupakan gerbang (entry point) bagi lahirnya sikap responsif di atas.
Empati merupakan sikaf serta kemampuan seseorang manajer/pemimpin memahami dan
merasakan apa yang dirasakan orang lain. Prinsip empati hanya dimiliki oleh para pemimpin
yang tanggap terhadap lingkungannya. Pemimpin yang memiliki prinsip ini akan selalu dekat
dengan masyarakat, baik itu bawahan maupun orang yang dilayani. Ia akan bahagia jikalau
bawahan atau pelanggannya (orang yang dilayani) menjadi bahagia, dan ia akan resah bila
mereka mengalami kesulitan.
Sikap seperti ini disinyalir dalam Alquran Maka disebabkan rahmat dari Allah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikaf keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka dan musyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
(QS. Al-Imran (3) : 159).
Empati adalah anugerah dari Allah berupa bisikan hati dan pikiran yang menyejukkan
dikala berhadapan dengan setiap orang. Manajer/pemimpin yang empati selalu dekat dengan
bawahan, merasakan setiap denyut nadi karyawannya, lapang dalam bertindak, dan
keputusannya selalu populis dan tidak tergesa-gesa (bijaksana).
h. Toleran
Sikaf toleransi bagi seorang manajer/pemimpin dalam mengelola suatu organisasi juga
tidak kalah penting bila dibandingkan dengan prinsip-prinsip lain. Prinsip ini memungkinkan
pemimpin melakukan tugas-tugas koordinasi secara baik dan berkesinambungan, terutama pada
setiap level manajemen yang sama. Sikaf toleran dalam banyak hal dapat memuluskan jalan
diantara dua pendapat yang berbeda. Sering pimpinan bagian/divisi/unit secara superior hanya
mengandalkan bagian, divisi, atau unitnya yang terbaik, dan menganggap bagian, divisi, atau
unit lain imperior dan tidak baik.
Didalam Alquran konstatasinya demikian Hai orang-orang yang beriman Janganlah
suatu kaum memperolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka yang diperolok-
olok lebih baik dari yang memperolokolok (QS. Al- Hujurat (49) : 11).

14 Universitas Islam Indonesia ..., Sistem Informasi Korporat


Bila sikaf atau prinsip ini tumbuh, maka dampaknya akan dapat memperburuk hubungan-
hubungan kerja. Hubungan diantara sesama dalam organisasi dapat terbina dengan baik,
manakala semua pihak bisa bersikaf toleran, saling mendukung, serta dapat mengabaikan
kelemahan-kelemahan sesama. Organisasi bisa langgeng dan berkinerja secara maksimal,
bilamana diantara sesama karyawan, karyawan dan pemimpin, maupun sebaliknya bisa saling
menjaga, memelihara, dan bertenggang rasa. Bahkan lebih dari itu saling memberi pertolongan
diantara sesama.
i. Sederhana
Prinsip kesederhanaan merupakan suatu unsur penting yang harus dimiliki oleh setiap
pemimpin. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menempatkan posisinya
ditengah-tengah orang yang ia pimpin. Maksudnya seorang pemimpin tidak sewajarnya hanya
dekat dengan orang-orang yang berada pada level atas saja, tapi juga bisa mendengar dan
melihat dari dekat problema-problema yang terjadi pada orang-orang yang ada pada level
bawah. Dengan menempatkan diri secara tepat, berarti seorang pemimpin telah menunjukkan
sikaf kesederhanaan.
Dalam Alquran dikatakan: Dan kami jadikan kamu umat yang menengah, agar
menjadi saksi atas manusia (QS. Al- Baqarah (2) : 143).
Pemimpin yang menengah dalam arti sederhana baik dalam tindak maupun peri lakunya,
ia akan mobile dan lebih pleksibel dalam mengelola organisasi. Pemimpin yang sederhana bisa
menerima pendapat dari kalangan atas sekaligus dapat mengakomodasi keinginan-keinginan
orang-orang bawah. Sikaf inilah yang ditunggu-tunggu dari pemimpin zaman sekarang.
j. Efektif dan Efisien
Dalam manajemen, efektifisien (efektif dan efisien) merupakan parameter bagi
keberhasilan atau kegagalan dari suatu pekerjaan. Suatu kegiatan dikatakan produktif jika telah
terjadi efisiensi pengelolaan masukan (input) dan efektif dalam setiap pencapaian sasaran.
Efektifisien yang tinggi akan menghasilkan produktifitas yang tinggi.
Dalam Alquran nilai/prinsip ini disinyalir sebagai berikut: Dan janganlah kamu
jadikan kedua tanganmu terbelenggu pada lehermu(kikir) dan jangan pula terlalu
mengulurkannya(boros), karena itu kamu akan menjadi tercela dan menyesal(QS. Al-
Isra(17): 29).

15 Universitas Islam Indonesia ..., Sistem Informasi Korporat


Kikir dalam arti kurang mendayagunakan ataupun tidak memanfaatkan sebagian sumber
daya yang dimiliki organisasi, maka akan berakibat pada tidak tercapainya hasil yang
diinginkan, karena itu tingkat efektifitas tidak tercapai. Begitu pula dengan pemborosan dalam
menggunakan sumber daya pasti akan berdampak pada produksi berbiaya tinggi. Dengan
demikian terjadilah inefisiensi dalam proses pengelolaan sumber daya organisasi.
k. Keteladanan
Hampir disetiap organisasi terutama dinegara kita, pemimpin/manajer selalu dijadikan
contoh (panutan). Sikaf ini tidaklah berlebihan, sebab corak budaya kita bersifat pathernalistik
selain itu pemimpin/manajer dianggap sebagai orang yang memiliki beberapa kelebihan bila
dibandingkan dengan mereka (bawahan). Karena itu dalam beberapa lembaga/organisasi, para
pemimpin/manajer biasanya melakukan beberapa peranan strategis sehingga mereka selalu
diapresiasi secara baik. Peranan-peranan dimaksud antara lain seperti; bertindak sebagai tokoh
(figurhead), pemimpin (leader), penghubung (liason), juru bicara (the spokes person), pihak
yang menyelesaikan gangguan (turbulance handler), perunding (negotiator),[ dan lain-lain.
Peranan-peranan itu menghendaki para bawahan senantiasa menghormati dan menghargai
setiap langkah dan kebijakan yang diambil setiap pemimpin, dengan tetap mengedepankan
azas-azas kebersamaan, kejujuran, dan keadilan, serta tidak bersikaf like and dis like
teristimewa dalam menilai dan mendistribusikan tugas dan tanggung jawab.
Di dalam Islam, Nabi Muhammad saw. sebagai rasul dan pemimpin umat oleh Alquran
dipandang sebagai pribadi yang patut dicontoh. Sebab beliau dianggap telah sukses dalam
menjalankan tugas-tugasnya secara baik dengan mengedepankan sikaf-sikaf terpuji yang
semestinya ditiru. Dalam Alquran dikatakan: Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu
teladan yang baik bagimu(QS. Al-Ahzab (33): 21).
l. Terbuka
Keterbukaan (transparan) sesungguhnya merupakan suatu sikap yang dalam manajemen
modern sangat dianjurkan keberadaannya dalam suatu lembaga/organisasi. Masyarakat dewasa
ini terutama mereka yang pendidikannya relatif baik, terkadang hanya percaya pada organisasi
yang terbuka melaporkan seluruh kegiatannya secara berkala kepada masyarakat (stakeholder)
sebagai mitra kerjanya. Organisasi akan berkinerja dan berkembang dengan baik manakala para
stakeholder merespons semua kegiatan organisasi secara baik pula. Karena itu agar suatu
organisasi eksis dimasyarakat dan bisa berkompetisi secara sehat, maka seluruh pihak yang

16 Universitas Islam Indonesia ..., Sistem Informasi Korporat


terlibat didalamnya khususnya pada level pimpinan (manajemen) harus dapat bersikap
transparan dalam mengelola organisasi, sehingga kredibilitas lembaga tetap terjaga.
Di dalam Islam, sikaf transparan atau membuka (membeberkan dan memberitahukan) apa
yang diketahui tentang organisasi yang dipimpinnya kepada masyarakat merupakan suatu sikap
yang terpuji. Dalam Alquran disebutkan:Terhadap nikmat tuhanmu, maka hendaknya
kamu sebut-sebutkan (informasikan) (QS. Adh-Dhuhaa (93): 11).
Selain itu, rasul sebagai pemimpin umat disuruh untuk menyampaikan apa yang telah
diperoleh agar diberikan kepada orang lain (masyarakat). Wahai Rasul, sampaikan apa yang
diturunkan kepadamu dari tuhanmu (QS. al-Maidah (5): 67) menginformasikan secara
transparan merupakan sikap pertanggung jawaban rasul sebagai pemimpin. Kata Tabligh
dalam ayat diatas yang berarti menyampaikan atau menginformasikan adalah satu dari 4
(empat) sifat bagi seorang rasul (pemimpin), yakni siddiq (benar), amanah (dipercaya),
fathanah (mampu), dan tabligh (menyampaikan). Bila seorang pemimpin/manajer mampu
mengaplikasikan keempat sifat rasul ini, maka sesungguhnya ia telah mengadopsi prinsip-
prinsip manajemen modern.

17 Universitas Islam Indonesia ..., Sistem Informasi Korporat


PENUTUP

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu melakukan tugas-tugasnya secara
efektif. Pemimpin yang setiap saat me-review misinya agar selalu relevan dengan semua situasi
kepemimpinannya. Pemimpin yang mampu menyesuaikan kebutuhan organisasi dengan
keinginan masyarakatnya (stakeholder). Pemimpin yang berbakat mendayagunakan seluruh
sumber daya dan mengembangkan talenta orang-orang yang ada dalam organisasi untuk
mencapai tujuan berkelanjutan.
Dalam Islam tertera nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang mendasari pola-pola
kepemimpinan efektif. Kepemimpinan efektif ekuivalen dengan pemimpin yang dalam
melaksanakan tugasnya selalu mengedepankan nilai-nilai atau prinsip-prinsip Islam seperti;
kecerdasan, visibilitas, inisiatif, rela berkorban, tanggung jawab, percaya diri, tanggap, empati,
inovatif, toleran, kesederhanaan, efektifisien, keteladanan, dan keterbukaan. Pemimpin/manajer
yang mengacu akan nilai-nilai ini, ia akan mempunyai dua keistimewaan. Keistimewaan yang
pertama ia disebut khalifah dan keistimewaan yang kedua ia akan disebut abid. Khalifah
karena ia mengadopsi prinsip-prinsip kepemimpinan, dan abid karena mengimplementasikan
ajaran-ajaran ketuhanan.

18 Universitas Islam Indonesia ..., Sistem Informasi Korporat


DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi, Cet. VI, Bandung: Mandar Maju, 1992

Imam Suprayogo, Reformulasi Visi Pendidikan Islam, Cet. 1, (Malang : STAIN Press, 1999),
h. 182

Najati, M. Usman. Al-Hadits al- Nabawi Wa Ilmu al- Nafsi, diterjemahkan oleh : Irfan Salim
Lc dengan judul : Belajar EQ dan SQ Dari Sunnah Nabi, Cet. I, Jakarta: Al- Hikmah, 2002

Roger M. F., Instrumental and Infra Resources : The Bases of Pawer, American Journal of
Sociology, 76, Tahun 1973

19 Universitas Islam Indonesia ..., Sistem Informasi Korporat

Anda mungkin juga menyukai