Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : i dari 126
KATA PENGANTAR
Manual Sistem Manajemen Lingkungan PT Gendhis Indonesia ini memuat pokok-pokok dan
kerangka dasar Sistem Manajemen Lingkungan perusahaan dalam rangka mencapai kebijakan
lingkungan, tujuan dan sasaran lingkungan, serta mencapaiperbaikan berkelanjutan.
Pokok – pokok Sistem Manajemen Lingkungan yang dimuat dalam manual ini disusun
berdasarkan persyaratan standar Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan SNI 19 – 14001 :
2004. Manual Sistem Manajemen Lingkungan ini bersifat rahasia dan didistribusikan terhadap,
tidak diperkenankan menyalin sebagian atau seluruh dari dokumen ini tanpa izin tertulis dari
Manajemen Representatif.
Tim Penyusun
i
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : ii dari 126
DAFTAR ISI
ii
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : iii dari 126
3
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : iv dari 126
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1Daftar Koperasi Mitra Kerja PG.Redjo Baru Madiun ........................................................ 1-7
Tabel 2.1Identifikasi Aspek Lingkungan ............................................................................................... 2-3
Tabel 2.2Identifikasi Dampak Lingkungan ........................................................................................... 2-1
Tabel 2.3Identifikasi dan Analisa Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya ..................... 2-7
Tabel 2.4Nilai Aspek secara Kualitatif .................................................................................................2-10
Tabel 2.5Penetapan Aspek dan Dampak Lingkungan.......................................................................2-11
Tabel 4.1 Tujuan dan Sasaran ................................................................................................................. 4-5
Tabel 4.2 Program Manajemen Lingkungan Perusahaan .................................................................... 4-7
Tabel 5.1Rencana Pelatihan Karyawan PT Gendhis Indonesia .......................................................5-12
Tabel 5.2Rencana Anggaran Biaya Pelatihan Karyawan PT Gendhis Indonesia ..........................5-13
4
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : v dari 126
DAFTAR GAMBAR
5
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-1 dari 126
BAB 1
UMUM
PT Gendhis Indonesia didirikan tahun 1901 di wilayah Lamongan.Awal berdirinya pabrik ini
berasal dari usaha rakyat sipil yang bernama Legi Firmansyah.Legi mengolah tebu menjadi gula
dengan alat sederhana buatannya sendiri.Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gula
keluarga dan masyarakat sekitar. Kabar adanya pembuatan gula di rumah Legi di dengar oleh
penjajah Belanda sehingga munculah surat ijin pemerintah Hindia Belanda yang diberikan kepada
Copar Johan Pobst no 3 tahun 1905 yang berisi ijin untuk mendirikan sebuah pabrik gula di
Kabupaten Lamongan mengantikan usaha kecil dari Legi dan Legi di tahan atas usahanya yang
tanpa ijin pemerintah Hindia Belanda.
Tepat tanggal 21 Juli 1905, PT Gendhis Indonesiaberdiri dengan kepemilikan oleh Copar Johan
Pobst serta merupakan perusahaan perorangan hingga tahun 1917. PT Gendhis
Indonesiamemulai aktifitasnya tahun 1908 dengan produksi 8000 pikuls tebu atau setara dengan
5000 kuintal tebu perharinya. Tahun 1913 kapasitas produksi pabrik dinaikkan menjadi 10000
pikuls tebu perharinya. Dalam data tersebut juga dituilskan bahwa selama kepemilikan Copar
Johan Pobst telah terjadi pergantian Administrateur dari Kwee Lian Tik ke Tan Boen Tjiang.
Pada tahun 1917 pengelolaan PT Gendhis Indonesiadiserahkan kepada Naamloze yevitschap (NY)
& Lanbow TitoTiedeman & van sansikerchem (TvK) yang sekaligus menjadi direksinya. Pada tanggal
20 Maret 1918 bentuk usaha yang semula perorangan dirubah menjadi usaha perseroan dengan
nama Ny Suikerfabriek dan Copar Johan Pobst sebagai direkturnya. Tahun 1920 di
koran Java diberitakan bahwa PG ini telah mencapai 2 juta Gulden dari sebelumnya yang hanya
10ribu Gulden. Untuk mengembangkan usahanya pada masa itu PG ini mencari kredit dengan
menghipotikkan kepada De Javasche Bank daerah Lamongan. Namun karena terjadi depresi
ekonomi tahun 1929 pabrik ini tidak mampu membayar tagihannya sehingga tahun 1932 seluruh
1-1
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-2 dari 126
saham perseroan tergadaikan dan pada tahun 1935 seluruh saham perseroan telah sepenuhnya
dimiliki oleh De Javasche Bank.
Pada periode perang dunia II, terutama setelah serangan Jepang ke Pearl Harbour 8 Desember
1941, industri gula di Indonesia berpindah tangan dari pemerintah Hindia Belanda ke tangan
Jepang. Pada masa ini banyak pabrik gula di Indonesia diubah fungsinya untuk keperluan perang
Jepang, tak terkecuali PT Gendhis Indonesiaini yang datanya tidak jelas namun konon pada masa
itu PT Gendhis Indonesiatidak memproduksi gula melainkan menggiling batu untuk keperluan
pembangunan Jepang.
Setelah Proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, terjadi banyak perebutan kekuasaan
dengan tentara Jepang yang di lain pihak juga terjadi banyak pertempuran dengan Belanda yang
ingin mengambil kembali tanah jajahannya. Hal ini juga terkait dengan kurangnya perhatian
pemerintah terhadap Pergulaan Nasional karena terlalu sibuk mengurusi urusan politik yang
masih carut marut di dalam negeri.Hal ini menjadi peluang untuk Wawan Firmansyah
mengembangkan lagi pabrik gula milik Bapaknya 44 tahun lalu. Wawan mendirikan pabrik gula
dengan nama PG. Legi Jaya. Namun hal ini tidak bisa berjalan mulus begitu saja, ketika Agresi
Militer Belanda I terjadi banyak pabrik gula dan gedung-gedung yang menjadi sasaran
pengeboman Belanda, apalagi setelah Agresi Militer Belanda II banyak pabrik gula yang dikuasai
Belanda.Hal ini membuat PG. Legi Jaya tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga akhirnya
terhitung sejak 21 Desember 1949 PG.Legi Jaya ini bangkrut.
Tanggal 8 Maret 1950 keluar pengumuman No. 2 tahun 1950 tentang pembentukan panitia
pengembalian perusahaan perkebunan kepada pemiliknya yang diketuai oleh residen masng-
masing yang salah satu tugasnya adalah untuk membri masukan kepada gubernur serta
menginventarisasi perkebunan dan pabrik gula yang ada di Nusantara. Rehabilitasi pabrik gula
mulai dilaksanakan setelah dikembalikan kepada pemiliknya, di Jawa Timur sendiri pada tahun
1952 terdapat 29 Pabrik Gula dalam keadaan baik (temasuk PG Legi Jaya), 5 dalam tahap
rehabilitasi dan 34 dalam kondisi buruk.
1-2
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-3 dari 126
Pada tahun 1976untuk pertama kali PG Legi Jaya dipimpin oleh Presiden Direktur seorang
wanita yaitu Gendhis Maia Firmansyah, anak pertama dari Wawan Firmansyah. Ditangan
Gendhis PG Legi Jaya berubah nama menjadi PT.Gendhis Indonesia. Gendhis mencanangkan
Program Rehabilitasi dan Modernisasi (RPM). Dari program ini telah dilakukan antara lain
penambahan kapasitas produksi gula, perbaikan dan penggantian mesin-mesin yang sudah
dimakan usia sebanyak 70-80%, dan tahun 1977 merupakan Renovasi tahap II yang telah
dicanangkan pada RPM ini. Hingga saat ini luas lahan yang dikelola oleh PG ini telah mencapai
12.000 ha yang berada di wilayah Kabupaten Lamongan terdiri atas 1200 lahan sawah dan sisanya
merupakan lahan kering/tegal dengan 150 ha merupakan tanaman tebu sendiri dan sisanya
merupakan tanaman tebu rakyat.Jumlah petani kurang lebih sekitar 4.000 petani yang tergabung
dalam kelompok tani dan 22 unit koperasi.
PT.Gendhis Indonesia berada di jalan Jl. Raya Sendang Duwur No.11, Kelurahan Tunggul,
Kecamatan Paciran,Kabupaten Lamongan, Propinsi Jawa Timur.Lokasi PT.Gendhis Indonesia
sangat strategis, yaitu berada di derah sekitar perkebunan tebu pabrik dan berada didekat jalan
utama jalur Surabaya – Lamongan sehingga mempermudah transportasi yang meliputi
transportasi karyawan dan penyediaan bahan baku hingga pengangkutan produk hasil produksi.
Menjadi perusahaan terbaik dalam bidang agro industri yang siap menghadapi tantangan dan
unggul dalam kompetisi global, serta dapat bertumpu pada kemampuan sendiri (own capabilities).
PT Gendhis Indonesia Lamongan merupakan salah satu unit usaha yang dipimpin oleh seorang
Direktur Utama. Dalam menjalankan tugasnya, Direktur Utama Dibantu oleh General Manager
dimanaGeneral Manager di bantu oleh :
1. Marketing Direction
Dalam melaksanakan tugasnya direktur marketing dibantu oleh depertament marketing,
department distribusi dan department penjualan.
2. Production Direction
Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, seorang kepala bagian Pabrikasi
dibantu oleh Kepalaseksi pengadaan bahanbaku, Kepala Seksi Produksi, Kepala Seksi
Teknis dan istalasi.
3. Human Capital Direction
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, seorang kepala bagian Sumber Daya
Manusia dibantu oleh Kepala Subsie Sumber Daya manusia dan Kepala Subsie Umum.
4. Strategic Business and Enterprise Director
Dalamtugasnyadibantuolehseksi energy danperkebunan.
5. Operational Research Development Director
Dalammelaksanakantugasnyadirektur ORD dibantuolehdepartemen GSPP (Group
strategic procurement), departemenjaminanmutu, Departemendesainteknis.
6. Finance direction
Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, seorang kepala bagian Akuntansi dan
Keuangan dibantu oleh departemen Akuntansi, Tecominfo, dan departemen Keuangan
dan Anggaran.
1-4
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-5 dari 126
Masing-masing direksi dibantu oleh staff dan karyawan dan bertanggung jawab langsung kepada
General Manager.Semua unit organisasi tersebut berfungsi mengelola perusahaan secara
keseluruhan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh direksi dalam bidang masing-
masing.
PT Gendhis Indonesia mempunyai tiga selogan yang digunakan sebagai budaya perusahaan,
selogan tersebut adalah :Bejo Arta, Bejo Nyawa, Bejo Buana.
Setiap program kerja perusahaan dan tingkah laku pegawai harus mengutamakan keuntungan
finansial untuk kesejahteraan perusahaan maupun pegawai PT Gendhis Indonesia.
Setiap perilaku pegawai PT Gendhis Indonesiaharus sesuai dengan peraturan yang berlaku demi
keselamatan dan kesehatan kerja pegawai itu sendiri.
Setiap program kerja dan perilaku pegawai harus mengedepankan kelestarian lingkungan.
1.4.3 Ketenagakerjaan
Tenaga kerja tetap merupakan tenaga kerja yang bertugas pada waktu giling maupun pada
waktu tidak giling (shutdown).
Tenaga kerja tidak tetap merupakan tenaga kerja yang dipekerjakan pada waktu tertentu,
dibedakan menjadi :
1-5
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-6 dari 126
a. Tenaga kerja kampanye, merupakan tenaga kerja yang bekerja pada saat giling.
b. Tenaga kerja musim tanam, merupakan tenaga kerja yang dipekerjakan selama musim
tanam tebu, yaitu pada saat tebu mulai ditanam sampai tebu ditebang.
c. Tenaga kerja harian lepas, merupakan tenaga kerja yang bekerja secara incidental atau
sewaktu – waktu jika diperlukan.
A. Jam kerja
Jadwal Harian untuk karyawan non Produksi
Senin s/d Kamis : pukul 08.00 - 16.00
Jumat : pukul 07.00 - 15.00
B. Waktu istirahat
Senin s/d Kamis : pukul 12.00-13.00
Jumat : pukul 11.00-13.00
C. Jadwal shift
Jadwal sift diperuntukkan untuk karyawan bagian produksi dan keamanan. Waktu
produksi adalah selama 24 jam dan dibagi menjadi tiga shift, antara lain:
Shift A, dengan waktu kerja pukul 06.00 – 14.00 WIB
Shift B, dengan waktu kerja pukul 14.00 – 22.00 WIB
Shift C, dengan waktu kerja pukul 22.00 – 06.00 WIB
Waktu kerja tersebut setiap satu minggu sekali diadakan pergantian antara shift A, Shift B
dan Shift C.
1. Tenaga kerja tetap yang menerima upah hasil kerjanya setiap akhir bulan
2. Tenaga kerja tidak tetap yang menerima upah hasil kerjanya setiap minggu
1-6
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-7 dari 126
Berdasarkan UU No. 1/1970 tentang keselamatan dan kerja maka PT Gendhis Indonesia
membangun satu unit BK3 (badan Keselamatan dan Kesehatran Kerja). Badan ini dirintis sejak
tahun 1976 dan berdiri sesuai dengan SK Direksi No. 49/KPTS-UP/IX/1976 dan bertujuan
untuk :
Keberhasilan PT.Gendhis Indonesia tidak lepas dari peran aktif dan kerjasama yang baik dengan
koperasi mitra kerja. Adapun koperasi mitra kerja PT.Gendhis Indonesia adalah sebagai berikut :
1-7
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-8 dari 126
PT.Gendhis Indonesia mempunyai misi melakukan program kemitraan dengan usaha kecil dan
koperasi disamping melakukan program bina lingkungan. Bentuk program kemitraan dengan
usaha kecil/ koperasi meliputi :
1. Pemberian bantuan beasiswa bagi siswa berprestasi dan anak dari orang tua yang kurang
mampu.
2. Mengadakan khitanan misal bagi masyarakat di sekitar lingkungan Perusahaan.
3. Bantuan perbaikan sarana jalan di wilayah kerja Perusahaan.
4. Pemberian bantuan makanan dan obat-obatan kepada korban bencana alam
1-8
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-9 dari 126
Bahan baku PT Gendhis Indonesia yang digunakan adalah tebu yang berasal dari petani. Untuk
memenuhi kebutuhan pabrik, tebu didatangkan dari tiga sumber, yaitu tebu rakyat kerjasama,
tebu kerjasama usaha dan tebu dari luar. Untuk menjaga kuantitas produksi maka selalu diadakan
penyuluhan, kebun-kebun percobaan untuk tebu giling dan perluasan penyediaan bibit sehingga
kebutuhan tercukupi.
PT Gendhis Indonesia merupakan pabrik dengan produksi utama berupa gula Super Head Sugar
(SHS) sebesar 5000 TCD (ton can per day) dengan rendemen yang ada dalam proses tersebut
sebesar 5-8 %. PT Gendhis Indonesia memiliki 7 stasiun dalam memproses tebu menjadi gula
kristal, yaitu:
1. Stasiun Persiapan/ Emplacement
2. Stasiun Gilingan (Milling Station)
3. Stasiun Pemurnian (Clarification Station)
4. Stasiun Penguapan (Evaporation Station)
5. Stasiun Masakan (Crystallitation Station)
6. Stasiun Puteran
7. Stasiun Penyelesaian
Uraian proses dalam produksi gula PT Gendhis Indonesia sebagai berikut:
Tujuan dari stasiun persiapan adalah menampung tebu sebelum masuk ke stasiun gilingan.Pada
stasiun ini dilakukan penimbangan sehingga stasiun persiapan ini sering disebut sebagai stasiun
penimbangan. Penimbangan berfungsi untuk mengetahui banyaknya tebu yang akan diproses atau
digiling di unit ekstraksi. Tebu dari kebun diangkut menggunakan truk dan lori. Tebu yang masuk
melalui proses seleksi mutu di Emplacement untuk menunggu giliran penimbangan sebelum
1-9
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-10 dari 126
digiling. Sebelum dimasukkan ke stasiun penimbangan dilakukan analisa untuk mengetahui brix
danpH tebu.Nilai brix tebu yang diinginkan minimal 15 dengan pH 5.
1. Jembatan Timbang
Berfungsi untuk menimbang tebu yang berada dalam lori / truk dengan cara menimbang
berat truk beserta tebunya (bruto), karena berat lori / truk diketahui maka berat tebu
(netto) dapat diketahui.
2. Jembatan Timbang Elektronik
Sama dengan jembatan timbangan cepat hanya saja menggunakan system digital.
3. Digital Crane Scale.
Digunakan untuk menimbang tebu yang ada dalam truk tanpa menimbang truknya. Alat
ini letaknya berdekatan dengan stasiun gilingan. Setelah tebu ditimbang, tebu siap dikirim
ke stasiun gilingan untuk diproses lebih lanjut.
Sistem penggilingan yang dilakukan di PT Gendhis Indonesia adalah sistem FIFO (First In First Out),
artinya tebu yang masuk lebih dulu akan digiling lebih dulu pula. Hal ini untuk menghindari
penimbangan tebu yang terlalu lama,karena dapat menyebabkan penurunan kadar selulosa dan
kerusakan tebu akibat sinar matahari maupun mikroorganisme atau bakteri. Pengangkutan tebu
ke emplacementpabrik dilakukan oleh :
1. Lori
Lori digunakan apabila daerah penghasil tebu mempunyai rel yangdapat dilalui lori. Pada
tiap-tiap lori terdapat nomor lori dan berat lori. Dari penimbangan diperoleh berat bruto
2. Truk
Truk digunakan untuk daerah penghasil tebu yang tidak dilalui oleh lori. Truk dan tebu
ditimbang pada timbangan bruto kemudian dilakukan amper, yaitu pemindahan tebu dari
1-10
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-11 dari 126
truk ke lori. Pada penimbangan ini (penimba nga n 1) tia p so pir menyera hka n s ura t
perin ta h teba ng a ng ku t (SPTA). Setelah tebu dipindahkan, truk menuju ke timbangan
tara (timbangan2) untuk mengetahui berat truk
Tebu yang diangkut dibedakan menjadi 5 jenis antara lain :
1. TRK 1 (Tebu Rakyat Kerjasama )
Jenis tebu ini ditanam oleh petani dengan bimbingan dan pengawasan dari pabrik, dimana
tebu yang dikirim merupakan jenis tebu tebang pertama.
2. TRK 2 (Tebu Rakyat Kerjasama )
Jenis tebu ini ditanam oleh petani dengan bimbingan dan pengawasan dari pabrik, dimana
tebu yang dikirim merupakan jenis tebu tebang kedua
3. TR KSU 1 (Tebu Kerjasama Usaha)
Jenis tebu ini ditanam oleh petani tanpa bimbingan dan pengawasan dari pabrik, dimana
tebu yang dikirim merupakan jenis tebu tebang pertama.
4. TR KSU 2 (Tebu Kerjasama Usaha)
Jenis tebu ini ditanam oleh petani tanpa bimbingan dan pengawasan dari pabrik, dimana
tebu yang dikirim merupakan jenis tebu tebang kedua.
5. TRM (Tebu Rakyat Mandiri)
Jenis tebu ini ditanam oleh petani yang berasal dari luar Lamongan.
Cara Kerja Stasiun Persiapan :
Secara sederhana, skema proses yang terjadi di stasiun persiapan diberikan pada Gambar 1.1.
1-11
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-12 dari 126
Tebu masuk melalui tiga pos, yaitu pos Gawang, pos timbangan bruto, pos timbangan Tarra. Di
Pos Gawang dilakukan registrasi truk untuk secara manual, dimana petugas mencatat jenis tebu
yang masuk. Di Pos kedua, registrasi dilakukan lagi dengan memasukan data yang ada dalam struk
ke komputer.Tebu juga ditimbang beserta dengan berat dari truk pengangkut (bruto). Ini
dilakukan secara otomatis, dimana timbangan terhubung langsung dengan komputer yang
dijalankan oleh petugas.Pos ketiga yaitu timbangan truk kosong (tarra).Ada dua kemungkinan
sebelum truk memasuki pos ketiga yaitu truk membawa tebu ke lori-lori atau truk membawa tebu
langsung ke meja tebuan.Hal ini dilakukan untuk menjaga agar tebu tidak terlalu lama berhenti di
antrian.
Tujuan dari stasiun gilingan adalah mengambil atau memisahkan cairan tebu (nira) dari batang
tebu dengan cara yang efektif, efisien dan ekonomis. Pada stasiun ini diharapkan menghasilkan
nira mentah yangmaksimum danampas yang mengandung gula seminimal mungkin. Adapun
faktor-faktor yangmempengaruhi hasil pemerahan gula di stasiun penggilingan, antara lain :
1-12
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-13 dari 126
1. Kualitas tebu meliputi jenis tebu, kadar sabut, umur tebu, kandungan kotorantebu, kadar
gula atau pol tebu
2. Persiapan tebu sebelum masuk gilingan yaitu tipe atau jenis pencacahan awal
3. Air imbibisid.
4. Derajat kompresi terhadap ampase.
5. Jumlah roll gilingan, susunan gilingan, putaran rol, bentuk alur rol, setelangilingan,
stabilitas kapasitas giling, tekanan, sanitasi gilingan
Proses pada stasiun gilingan dibagi menjadi dua, yaitu gilngan barat dan gilingan timur, diamana
masing-masing dikendalikan dari control room yang berbeda.Alat-alat yang terdapat di stasiun
gilingan antara lain adalah :
Jumlah : 3 unit
Luas meja : 24 m2, 24 m2, 48 m2
Kapasitas Meja : 40 – 50 TCD / m2
Kapasitas Giling : 4800 TCD (3 unit)
Produksi : K.H.I japan (1981)
Type : Steel slat
Merk : Little King
Power : 220/380V;11 Kw; 1450 rpm; 3 phase;50Hz
Gilingan Timur
Jumlah : 2 unit
Luas meja : 24 m2, 24 m2
Kapasitas Meja : 40 – 50 TCD / m2
Kapasitas Giling : 4800 TCD (2 unit)
Produksi : K.H.I japan (1981)
Type : Steel slat
Merk : Little King
Power : 220/380V;11 Kw; 1450 rpm; 3 phase;50Hz
3. Cane Carrier
Alat yang membawa dan mengumpulkan tebu dari meja tebu ke cane cutter.
Carrier Tebu I
Panjang : 43 m
Lebar : : 1,98 m ; Tinggi : 2 m
Kecepatan : variable speed yang dilengkapi control feeding system
Penggerak : Variable speed motor 40 hp
Krepyak : Besi slat dengan tiga jalur lantai
Kapasitas : Dengan tebal tebu rata-rata 0,5 m dan kecepatan diambil
23 m/mnit maka kapasitasnya sebesar 918 TCD
Carrier Tebu II
Panjang : 10,4 m
Lebar : 1,98 m ; Tinggi : 2 m
1-14
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-15 dari 126
1-15
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-16 dari 126
Gilingan Timur
Jumlah : 1 unit
Ukuran : 66” x 78”
Power : 650 hp
Putaran rotor : 750 – 1000 rpm
Jumlah Pisau : 40 buah
Kapasitas giling : 2837 TCD
6. Sugar Cane Mill (gilingan tebu)
Mengambil nira sebanyak-banyaknya dengan cara memeras ampas tebu yang telah
dicacah.
Gilingan Barat
Jumlah : 4 unit
Ukuran rol : 38” x 78”
Putaran rol : 4,6 rpm
Penggerak : Turbin uap
Kapasitas giling : 4227 TCD
Gilingan Timur
Jumlah : 4 unit
Ukuran rol : 38” x 78”
Putaran rol : 3 rpm
Penggerak : Motor dan Steam Turbin
Kapasitas giling : 3353 TCD
7. Intermediet Carrier 1 s/d 4
Alat untuk membawa ampas tebu dari gilingan satu ke gilingan lain.
8. Hidrolisis Penekanan Roll
Alat yang terletak antara tiga roll gilingan ini digunakan untuk menahan ampas agar tidak
jatuh sehingga dapat digiling untuk diambil niranya. Tekanan hidrolik yang diberikan
berkisar antara 200-250 kg/cm2.
9. Grass Hooper Screen ( saringan nira mentah)
1-16
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-17 dari 126
Alat untuk menyaring ampas halus yang terbawa oleh nira yang dihasilkan oleh gilingan I
dan gilingan II
Jumlah : 4 (gilingan barat dan timur).
Ukuran : 2,88 m Spacing
screen : 0,7 mm. Kapasitas
giling : 4180 TCD Penggerak
: MotorlistrikAC Volt
:220/380V
Ampere : 83/48KW/HP:24/32.5
Putaran : 1480 rpm
10. Baggase Carrier
Alat yang berfungsi untuk memompa nira mentah hasil gilingan I dan II ketimbangan
bolougne.
11. Timbangan Imbibisi
Alat yang berfungsi untuk menimbang air imbibisi.
12. Boiler
Fungsi : menyediakan uap yang digunakan untuk proses
Produksi : Yosihimine Japan (1981)
Type : H-1.6005
Temperature uap : 325oC ±10oC
Tekanan : 20 kg/cm2
Jumlah : 2 unit
13. Motor
Fungsi : menggerakkan mesin – mesin pada unit gilinga
Jumlah : 3 unit
Merk : SIEMENS
Power : 500 kW / 675 hp
Kapasitas giling : 5052 TCD
14. Turbin uap
Fungsi : menggerakkan mesin – mesin pada unit gilingan
1-17
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-18 dari 126
Jumlah : 5 unit
Merk : CUBUS
Power : 750 hp
Kapasitas giling : 3686 TCD
Secara sederhana, skema proses yang terjadi di stasiun gilingan diberikan pada Gambar 1.2.
Tebu setelah ditimbang kemudian diletakkan ke dalam meja tebu (Gambar 1.3 a) dengan
menggunakan crane yaitu alat untuk memindahkan tebu dari truck atau lori ke meja tebu.
Kemudian dilanjutkan proses pemindahan tebu dari meja tebu ke cane cranier (Gambar 1.3 c),
tetapi sebelumnya tebu diratakan dengan menggunakan kicker (Gambar 1.3 b) yang terdapat di
atas masing-masing meja tebu terlebih dahulu dengan tujuan agar di dalam cane cranier tidak
menumpuk sampai tinggi dimana cane cranier adalah alat untuk mendistribusikan tebu untuk
proses penggilingan selanjutnya. Tebu yang telah masuk di cane cranier kemudian akan
1-18
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-19 dari 126
dilanjutkan ke cane cutter dimana tebu akan dipotong kecil-kecil sebelum diambil niranya agar
mudah mendapatkan nira yang maksimal.
Tebu kemudian dimasukkan ke dalam unigrator yaitu setelah tebu dibentuk menjadi serabut
dihaluskan kembali dengan cara dipukul-pukul dalam unigrator dengan tujuan yaitu
memaksimalkan hasil nira yang akan didapatkan pada saat penggilingan. Setelah tebu menjadi
serabut halus, tebu dimasukkan ke dalam gilingan, dimana dalam alat gilingan tersebut tebu yang
sudah menjadi serabut tersebut digiling diperas hingga didapat tebu sebagai bahan baku pembuat
gula. Pada proses penggilingan dipengaruhi oleh kompresi roll yaitu seberapa jauh cacahan tebu
mengalami tekanan yang dipengaruhi oleh pemasukan ampas tebu pada pemasukan. Dalam
proses gilingan baik gilingan barat maupun timur terdapat empat proses penggilingan.
1-19
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-20 dari 126
1. Gilingan I
Serpihan-serpihan tebu dari unigrator masuk ke gilingan I dan menghasilkan nira mentah
yang ditampung di bak penampung kemudian disaring di Dutch State Mines(DSM) Screen
dan dialirkan ke bolougne.
2. Gilingan II
Ampas dari gilingan I digiling lagi di gilingan II dengan ditambah dengan nira imbibisi
dari gilingan III.Nira mentah hasil gilingan ditampung di bak penampung dan dialirkan ke
DSM Screen untuk disaring kemudian dialirkan ke bolougne.
3. Gilingan III
Ampas dari gilingan II digiling lagi di gilingan III.Di gilingan III ini ampas ditambah
dengan air imbibisi untuk memaksimalkan hasil perahan nira agar kehilangan gula pada
ampas seminimal mungkin.Nira hasil perahan dari gilingan III dipompa ke gilingan II dan
digunakan sebagai nira imbibisi di gilingan II.
4. Gilingan IV
Ampas dari gilingan III di giling lagi di gilingan IV dimana pemerahannya ditambah
dengan air imbibisi.Nira hasil perahan di gilingan IV digunakan sebagai nira imbibisi di
gilingan III. Ampas dari gilingan IV dikeringkan dan digunakan untuk bahan bakar unit
boiler.
Air imbibisi yang digunakan adalah air panas dengan temperatur 70-80 oC.Jika temperatur air
imbibisi kurang dari yang dibutuhkan dapat mengakibatkan pelarutan nira pada ampas kurang
maksimal dan jika temperatur melebihi dari yang ditentukan, maka menyebabkan roll menjadi
licin dan menambah bahan- bahan pengotor (impurities) pada nira yang dihasilkan.Komposisi
pemberian air imbibisai adalah 30 % dari nira tebu.
Tujuan dari stasiun pemurnian adalah memisahkan kotoran dan bukan gula sebanyak mungkin
yang terkandung dalam nira, dengan demikian kemurnian nira lebih tinggi sehingga akan
memudahakan proses pengkristalan gula. Alat-alat yang digunakan pada stasiun pemurnian
antara lain adalah :
1-20
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-21 dari 126
1. Bolougne
Fungsi : Untuk mengetahui berat nira mentah yang dihasilkan stasiun
gilingan, yang terdisplai secara otomatis pada alat control yang terdapat diatas bolougne.
JumlaH : 2 unit, yaitu untuk gilingan barat dan gilingan timur.
2. Juice Heater
Fungsi : untuk menaikkan suhu nira mentah.
Jumlah : 10 buah
Luas : 8 buah @ 180 m2 ; 2 buah @ 250 m2
Heating surface terkecil : 1440 m2
Heating surface terbesar : 1580 m2
Kebutuhan total heating surface : 4 m2 / TCH
3. Static Tank
Fungsi : untuk mencampur Ca(OH)2 dan nira kental menjadi sacharat
Jumlah : 1 buah
Panjang : 120 mm
Diameter : 4”
4. Sulfit Tower
Merupakan tempat pencampuran antara saccharat dan SO2 secara counter flow, dilengkapi
dengan buffle perforasi sebanyak 10 buah, kontak nira dgn SO2 Conter Current. Masukan
SO2 kedalam tower dihisap oleh Fan yang diletakkan diatas SO2Tower.
Jumlah alat : 1 unit
Volume : 17 m3
Kapasitas Fan : 7000 m3 / jam dengan daya hisap (Vacuum) 15 – 20 mm H2O
Sesuai kapasitas giling : 5000 TCD
5. Rotary Sulfur Burner
Alat untuk menghasilkan SO2 dengan cara pembakaran pada suhu 800C menggunakan
burner
Jumlah : 2 buah
Luas Screen : 58,4 m2
Kapasitas giling : 8565 TCD
1-21
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-22 dari 126
6. Kompresor
Fungsi : untuk mengkompresi gas
Pemakaian belerang : 62 kg/1000 kuintal tebu
Jumlah : 2 unit masing-masing 12 m3/menit
7. Boiler
Fungsi : menyediakan uap yang digunakan untuk proses
Produksi : Yosihimine Japan (1981)
Type : H-1.6005
Temperature uap : 325oC ±10oC
Tekanan : 20 kg/cm2
Jumlah : 2 unit
8. Tangki Susu Kapur
Fungsi : untuk menampung susu kapur
Jumlah : 2 buah
Volume : 11 m3
Sesuai kapasitas giling : 13.928 TCD
9. Reaktion Tank
Merupakan tempat bereaksi antara saccharat dan SO2 sebelum masuk ke juice heater II
yang didalamnya terdapat pengaduk agar homogen. PT Gendhis Indonesia mempunyai
satu unit reaction tank.
10. Flash tank
Alat untuk menghilangkan gas-gas tidak terembunkan pada nira karena dapat
mengganggu proses pengendapan kotoran pada clarifier.
Jumlah alat : 1 unit
Luas area : 11,34 m2
Volume : 27,2 m3
Nira mentah sulfitasi : 218 ton/jam = 232 m3/jam
Sesuai kapasitas giling : 4000 TCD / 22 jam
11. Single Try Clarifier
1-22
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-23 dari 126
Alat untuk memisahkan nira jernih dan impurities dengan cara mengendapkan impurities
menggunakan flokulan.
Jumlah alat : 1 unit
Type : S.R.I
Volume : 220 m3
Waktu tinggal : 20 – 40 menit
Sesuai kapasitas giling
waktu tinggal 20 menit : 13,992 TCD
waktu tinggal 40 menit :4,996 TCD
12. Rotary Vacum Filter
Alat untuk memisahkan antara blothong dengan nira yang terkandung pada blothong.
Jumlah alat : 2 unit
Luas tapis : 124 m2
Sesuai kapasitas giling : 4960 TCD / unit alat
13. DSM Screen
Alat untuk mendapatkan nira jernih setelah mengalami pemisahan dengan impurities. PT
Gendis Indonesia memiliki 4 unit DMN Screen.
Secara sederhana, skema proses yang terjadi di stasiun pemurnian diberikan pada Gambar 1.4.
1-23
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-24 dari 126
Nira mentah hasil dari stsiun gilingan di tampung dalam bak yang disebut bolougne.Pada
bolougne ini, nira mentah ditambah dengan asam phospat (H3PO4). Kemudian dari bak ini di
pompa ke juice heater I (Gambar 1.6 b) untuk memanaskan nira hingga 70 0C. Tujuan dari
pemanasan ini antara lain :
Untuk mempersiapkan proses selanjutnya yaitu defekasi, dimana susu kapur akan bereaksi
dengan bukan gula (dalam hal ini Phospat yang terkandung dalam tebu)
Membunuh bakteri yang terdapat dalam Nira.
Suhu tersebut merupakan suhu optimum dimana kehilangan gula karena inversi akibat
pemanasan nira mentah (pH = ± 5.5) dapat diminimalisir dengan waktu pemanasan
sependek mungkin.
PT Gendhis Indonesia memiliki 10 buah juice heater, namun yang digunakan untuk memanaskan
nira hanya 6-7 buah saja. Setelah dari juice heater I, nira dipompa masuk ke static tank dan
1-24
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-25 dari 126
ditambah dengan susu kapur (Ca(OH)2) dan nira kental, yang disebut saccharat untuk
meningkatkan pH karena jika pH rendah dapat terjadi inversi.
Reaksi :
Ca(OH)2 Ca2+ + 2 OH-
Kemudian campuran saccharat dan nira mentah dialirkan dari atas ke sulfit tower (Gambar 1.5a),
dimana dibawah sulfit tower disemprotkan gas SO2 yang telah dibuat dari pembakaran belerang
di rotary sulfur burner pada suhu kurang dari 200 0C. Pada sulfit tower ini dilakukan pengambilan
sampel, guna untuk mengetahui pH dari nira. Jika pH kurang dari 7, maka akan dilakukan
penambahan susu kapur dan SO2.
Reaksi :
CaSO3 yang terbentuk merupakan endapan incompressible yang dapat mengikat kotoran (zat bukan
gula) dalam nira dan mereduksi ion-ion ferri menjadi ferro sehingga warnanya lebih pucat.
(a) (b)
1-25
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-26 dari 126
Setelah dari sulfit tower, nira dialirkan ke reaction tank dengan pengadukan sebesar 15 rpm dan
dipompa ke heater juicer II untuk memanaskan nira hingga 100 0C.Tujuan dari pemanasan kedua
ini antara lain:
Setelah itu dialirkan ke flash tank untuk menghilangkan gas-gas yang mengganggu proses
pengendapan. Terakhir, nira diendapkan di single try claryfier (Gambar 1.6 a) dengan
penambahan flokulan jenis flok 110 agar mempercepat pengendapan disertai dengan pengadukan
asebesar 6 rpm.Nira jernih hasil flokulasi kemudian disaring kembali pada DSM Screen untuk
memisahkan nira jernih dari impurities-impurities yang terkandung pada nira jernih. Sedangkan
hasil pengendapan ditransfer ke rotary vacuum filter (Gambar 1.6 b) untuk memisahkan
blothong dengan nira yang masih terdapat pada blothong, Cara kerja Rotary vacuum filter adalah
dalam keadaan vakum, tekanan vakum menarik liquid melalui medium filter di permukaan drum
yang menahan padatan. Tekanan vakum mendorong gas/udara melalui cake dan gas tersebut
akan mendorong liquid masuk ke dalam. Dimana nira hasil proses dari rotary vacuum filter
dipompa kembali ke bolougne untuk diproses lagi dan nira jernih yang dihasilkan dipompa ke
stasiun penguapan.
(a) (b)
Pada stasiun penguapan digunakan susu kapur (Ca(OH)2) untuk mengatur pH. Proses pembuatan
susu kapur (Gambar 1.7) adalah dengan melarutkan CaO (nama trivial: batu gamping) dalam air
panas pada tromol yang berputar dengan kecepatan 5 – 6 rpm agar cepat larut, kemudian
dilanjutkan dengan proses penyaringan untuk memisahkan susu kapur dari batu kapur yang
belum matang dan pasir.
Reaksi :
Dari penyaringan susu kapur mengalir ke unit pengendapan yang mempunyai sekat (baffle) selang-
seling, yang bertujuan agar kotoran yang masih terbawa susu kapur bisa mengendap dan tidak
terbawa ke bak penampungan. Di bak penampungan susu kapur terdapat pengadukan yang
bertujuan agar susu kapur yang telah terbentuk tidak mengendap, selanjutnya susu kapur dipompa
ke stasiun pemurnian untuk digunakan dalam proses pembuatan gula.
1-27
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-28 dari 126
Pembuatan SO2
SO2 yang digunakan pada proses pemurnian ini dibuat dari belerang padat yang dibakar pada
rotary sulfur burner, pada saat pembakaran terjadi reaksi eksoterm dan reaksi endoterm.
Reaksi eksoterm pada burner menghasilkan panas yang dapat digunakan lagi untuk memanaskan
belerang panas sehingga berubah menjadi uap, kemudian uap belerang bereaksi dengan udara
menghasilkan SO2 (g).
SO2 (g) yang terbentuk dialirkan ke cooler untuk menurunkan tekanan dan suhunya hingga 900 C.
Setelah melewati cooler, SO2 (g) dilewatkan pada sublimator sehingga diperoleh SO2 (g) murni
dengan suhu 800 C.
1-28
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-29 dari 126
Tujuan dari stasiun penguapan adalah untuk mengurangi kadar air pada nira jernih yang
merupakan hasil dari stasiun pemurnian hingga kandungan air mencapai 35 – 40 % sehingga
diperoleh nira kental. Alat-alat yang digunakan pada stasiun penguapan antara lain adalah :
1. Boiler
Fungsi : menyediakan uap yang digunakan untuk proses
Produksi : Yosihimine Japan (1981)
Type : H-1.6005
Temperature uap : 325oC 10oC
Tekanan : 20 kg/cm2
Jumlah : 2 unit
2. Voor cokker
Fungsi : mengurangi beban kerja pada evaporator.
Jumlah : 2 buah
Volume (Hl) : 350 Hl
Luas Pemanas : 2200 m2
Jumlah pipa : 7473 buah
Panjang pipa : 2300 mm
Diameter pipa luar : 44,45 mm
Diameter pipa dalam : 42,05 mm
3. Evaporator (Barat)
Fungsi : mengurangi kandungan air pada nira
Jumlah : 3 buah
Volume (Hl) : 180 Hl
Luas Pemanas : 1190 m2
Jumlah pipa : 3728 buah
Panjang pipa : 2300 mm
Diameter pipa luar : 44,45 mm
Diameter pipa dalam : 42,05 mm
1-29
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-30 dari 126
4. Evaporator (Timur)
Fungsi : mengurangi kandungan air pada nira
Jumlah : 7 buah
Volume (Hl) : 150 Hl
Luas Pemanas : 870 m2
Jumlah pipa : 2727 buah
Panjang pipa : 2300 mm
Diameter pipa luar : 44,45 mm
Diameter pipa dalam : 42,05 mm
5. Pompa Condensate
Fungsi : mengelurkan kondensate dari evaporator
Jumlah : 10 buah Kapasitas
3
: 30 m / jam Jumlah air condensate : 30
liter / m2 / jam
Jumlah Total air condensate : 304 m3 / jam
6. Pompa vakum
Fungsi : menarik gas tak terembunkan di dalam evaporator
Jumlah : 1 buah
Kapasitas : 40 m3 / menit (2.400.000 liter / jam)
Kebutuhan vol. udara : 890 liter / kg vapor
7. Pompa injeksi
Fungsi : memompa air injeksi ke dalam kondensor.
Jumlah : 2 buah.
Kapasitas : 1800 m3 / jam
Jumlah vapor yang terkondensasi : 150 kg / TCH
8. Kondensor
Fungsi : untuk membuat kondisi vacum dan menarik uap gas hasil
penguapan.
Jumlah : 1 unit.
9. Sulfit Tower II
1-30
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-31 dari 126
Secara sederhana, skema proses yang terjadi di stasiun penguapan diberikan pada Gambar 1.9.
Nira jernih dari stasiun pemurnian di pompa ke vorr cookeruntuk penguapan yang meringankan
beban kerja evaporator pada suhu 1100C, kemudian dipompa ke evaporator I, dari evaporator I
(Gambar 1.10) dipompa ke evaporator II, dari evaporator II dipompa ke evaporator III, dari
evaporator III dipompa ke evaporator IV. Proses penguapan menggunakan quadruple effect
evaporator yang dapat menghemat penggunaan uap. Penguapan dilakukan pada kondisi vakum
dengan pertimbangan untuk menurunkan titik didih nira, karena nira pada suhu > 125 0 C akan
mengalamai karamelisasi atau kerusakan. Dari evaporator IV diperoleh nira kental dengan
kekentalan 300 – 350 Be.
1-31
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-32 dari 126
Gambar 1.10Evaporator
Tujuan dari stasiun masakan adalah pembentukan kristal gula dan penguapan air lebih lanjut,
dimana kristal yang dapat dibentuk dengan mudah dipisahkan dari larutan (stroop) dan
kotorannya dalam proses pemutaran.
1. Pan masakan
Fungsi : untuk menguapkan air dari nira kental yang dihasilkan dari stasiun penguapan
untuk mendapatkan kristal gula dari nira kental. Pan masakan ini bekerja pada kondisi
vacum.Data Pan Masak yang ada antara lain:
1. Pan Masak I
Volume alat : 500 Hl ; Volume efektif : 450 Hl
Luas Pemanas : 350 m2 ; Digunakan masak :A
2. Pan Masak II
Volume alat : 450 Hl ; Volume efektif : 400Hl
Luas Pemanas : 270 m2 ; Digunakan masak :A
3. Pan Masak III
Volume alat : 300 Hl ; Volume efektif : 250 Hl
Luas Pemanas : 185 m2 ; Digunakan masak :A
4. Pan Masak IV
Volume alat : 300 Hl ; Volume efektif : 250 Hl
1-32
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-33 dari 126
Secara sederhana, skema proses yang terjadi di stasiun masakan diberikan pada Gambar 1.11.
1-34
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-35 dari 126
Stasiun masakan merupakan tempat pengolahan nira kental menjadi kristal-kristal gula dengan
cara penguapan dalam keadaan vakum. Tekanan pada pan-pan masakan (Gambar 1.13)
divakumkan dengan tujuan agar tidak terbentuk karamel dan mencegah kerusakan sukrosa.PT
Gendhis Indonesiamenggunakan sistem tiga tahap, yaitu tahap A, C, dan D. Pemilihan tahap ini
berdasarkan pada harga kemurnian nira kental dan ukuran kristal mutu produk yang dihasilkan.
Masing-masing pan memiliki hasil masakan (mascuite) yang selanjutnya diproses di stasiun
puteran untuk dijadikan gula maupun bibit masakan untuk pan masakan lainnya. Setiap pan
masakan memiliki bibit masakan yang berbeda, bibit ini ditambahkan untuk mempercepat proses
kristalisasi gula. Pan masakan D memperoleh bibit masakan dari foundan (gula yang sangat halus
dilarutkan dalam 300 cc spirtus), klare III yang merupakan hasil dari puteran kedua mascuite pan
masaakan D dan stroop C yang merupakan hasil dari puteran pertama mascuite pan masakan C.
Pan masakan C memperoleh bibit masakan dari stroop A yang merupakan hasil puteran pertama
muscuite pan masakan A dan gula D II yang merupakan hasil puteran kedua moscuite pan
masakan D. Pan masakan A memperoleh bibit masakan dari nira kental yang sudah disulfitasi
1-35
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-36 dari 126
(diksap), klare I yang merupakan hasil puteran SHS dari pan masakan A dan puteran pertama
moscuite pan masakan C.
Hasil masakan (mascuite) di dimasukkan ke dalam palung pendingin (kultrag). Untuk mencegah
terjadinya penggumpalan kristal dan memperoleh kelanjutan proses kristalisasi yang lebih baik,
selama proses pendinginan masakan dalam pendingin ini keadaannya harus selalu teraduk. Selain
diletakkan di dalam palung pendingin, hasil masakan juga digunakan untuk bahan tambahan
peleburan kristal-kristal gula yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.
Mekanisme perbesaran kristal diawali dengan penguapan lanjut nira kental hasil penguapan
sehingga didapatkan larutan nira jernih yang ditandai dengan kemampuan nira kental dapat ditarik
dan jika larutan masih encer bisa ditambahkan kristal gula sebagai bibit. Jika kejernihan nira tinggi
akan mengakibatkan terbentuknya kristal palsu yang bisa menyebabkan tersumbatnya saluran
keluar mascuite dan mengganggu proses putaran, keadaan tersebut dapat diatasi dengan
melakukan penyemprotan segera pada kristal palsu saat proses pemasakan dengan air bersuhu
400C sehingga kristal palsu akan melarut.
Tujuan dari stasiun putaran adalah memisahkan kristal gula dengan larutanny (stroop). Prinsip
kerja stasiun putaran adalah pemisahan berdasarkan gaya sentrifugal. Alat puteran (Gambar 1.14 )
yang digunakan pada stasiun putaran terdiri dari dua tromol yaitu bagian luar (tidak bergerak) dan
1-36
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-37 dari 126
bagian dalam (berputar). Pada bagian dalam tromol terdiri dari tiga lapisan, yaitu badung screen,
intermediate screen dan working screen. Masing – masing bagian memiliki ukuran mesh yang
berbeda. Sistem yang digunakan ada dua macam yaitu secara batch (unit putaran SHS) dan secara
kontinyu (unit putaran C dan D).Pada stasiun putaran ini terdapat tiga unit putaran :
1-37
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-38 dari 126
Sistem kontinyu bekerja pada alat yang berbentuk konis.Saringan pada sistem kontinyu terdiri dari
dua lapis yaitu backing screen dan working screen.Hasil masakan kemudian masik ke tempat
putaran. Dengan adanya putaran tersebut, maka kristal gula akan naik ke atas, sedangkan
stroopnya akan masuk ke arah saringan dan mengalir ke luar. Selanjutnya kristal gula yang sudah
terpisahkan akan keluar melalui saluran gula.
Pada sistem batch terdapat saringan yang terdiri dari tiga lapis, yaitu backing screen, intermediate
screen dan working screen. Mascuite yang akan diputar masuk ke dalam tromol secara otomatis,
kemudian dilakukan pemutaran dan selama proses ini aliran untuk ppengeluaran gula ditutup.
Pada waktu pemutaran, stroop akan dipisahkan dari kristal gula melalui saringan – saringan di
sekeliling tromol dan akan mengalir keluar, kemudian dilakukan pencucian (washing) dengan air
untuk membersihkan kristal – kristal gula dari larutan mollase yang masih melekat. Proses
dilanjutkan dengan steaming yang fungsinya untuk membersihkan kristal gula dengan
menggunakan steam yang bertekanan 3 kg/cm2 sehingga lapisan mollase yang masih melekat bisa
terlepas. Steam juga berfungsi untuk mengeringkan gula.
1-38
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-39 dari 126
Steam yang digunakan dilewatkan pada pipa di dalam tromol.Setelah pengeringan selesai, putaran
diturunkan dan kemudian gula dialirkan melalui bagian bawah tromol ke talang goyang (vibrating
screen). Pada waktu steaming, steam yang digunakan adalah superheated steam. Keuntungan
penggunaan superheated steam adalah steam tidak dapat melarutkan kristal gula, sehingga
mencegah pengenceran stroop yang menutupi kristal, jadi pencucian akan lebih efektif dan
mengurangi viskositas stroop sehingga mudah untuk dipisahkan.
Tujuan dari stasiun penyelesaian adalah untuk memisahkan kristal gula berdasarkan ukuran dan
pengepakan gula produk. Alat – alat yang digunakan pada stasiun penyelesaian ini adalah :
1. Talang goyang
sebagai pengering dan penyaring, untuk menggerakkan talang yaitu dihubungkan dengan
roda eksentrik oleh sebuah batang yang digerakkan dengan motor listrik. PT Gendhis
Indonesia memiliki 14 unit talang goyang.
2. Silo
untuk menampung gula dan mempermudah pengepakan. PT Gendhis Indonesia memiliki
2 unit silo.
3. Bucket elevator
1-39
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-40 dari 126
untuk transportasi gula produk dari talang goyang ke silo. PT Gendhis Indonesia memiliki
3 unit bucket elevator.
4. Dust collector
untuk menangkap debu – debu gula agar tidak beterbangan. PT Gendhis Indonesia
mempunyai 2 unit dust collector.
5. Blower and drying
sebagai pengering dan alat transportasi gula gula halus menuju dust collector. PT Gendhis
Indonesia memiliki 2 unit Blower and drying.
6. Sugar Warehouse
Kapasitas : 41.000 ton (6 buah).
Rendemen : 7 %.
Kapasitas giling : 6507 TCD
Secara sederhana, skema proses yang terjadi di stasiun penyelesaian diberikan padaGambar 1.14.
1-40
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-41 dari 126
Pada tahap ini, kristal-kristal gula dari stasiun puteran dikeringkan dengan blower. Kristal-kriustal
yang berukuran sangat kecil akan terbawa oleh dust collector yang selanjutnya akan dilakukan
peleburan kembali. Kristal gula yang lolos kemudian dialirkan ke talang goyang (Gambar
1.16).Untuk menggerakkan talang yaitu dihubungkan dengan roda eksentrik oleh sebuah batang
yang digerakkan dengan motor listrik. Kristal gula dari alat sentrifugal akan mengering karena
pemberian steam pada putaran dan adanya kontak dengan udara luar selama perjalanan ke talang
goyang. Selain berfungsi sebagai pengering, talang goyang juga berfungsi sebagai penyaringTalang
goyang ini dilengkapi dengan saringan dari anyaman kawat dengan tiga macam ukuran, yaitu :
a. Saringan berukuran 6 mesh untuk memisahkan gula kasar dan gula produk. Gula kasar
akan dilebur kembali.
b. Saringan berukuran 12 mesh untuk memisahkan gula produk dan gula halus.
c. Saringan berukuran 20 mesh untuk menghasilkan gula halus digunakan untuk kristal
masakan A.
Setelah masuk kedalam talang goyang I berukuran 6 mesh, gula akan masuk kedalam blower and
drying untuk dikeringkan kembali. Debu dan gula halus akan terbang menuju dust collector untuk
dilebur kembali dalam stasiun masakan. gula produk akan masuk kedalam talang goyang
selanjutnya. Setelah melalui talang goyang gula SHS I (gula produk) akan dibawa oleh bucket
elevator menuju silo untuk dikemas sesuai dengan ukuran di tempat pengepakan (gambar 1.16 a ).
Gula yang turun dari silo sudah memiliki ukuran tiap 50 kiloan atau 1 kiloan. Inilah yang
1-41
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 1-42 dari 126
mempermudah proses pengemasan. Gula yang telah diangkut disalurkan ke gudang penyimpanan
dengan menggunakan lori-lori (gambar 1.16 b).
(a) (b)
1-42
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 2-1 dari 126
BAB 2
KAJIAN LINGKUNGAN AWAL
Identifikasi aspek lingkungan ialah suatu proses yang dilaksanakan PT Gendhis Indonesiauntuk
mengetahui aspek lingkungan yang signifikan terkait dengan aktifitas produksi, produk yang
dihasilkan dan jasa dari perusahaan. Aspek-aspek lingkungan tersebut dapat digunakan untuk
mengevaluasi dan menganalisa resiko dari timbulnya dampak lingkungan yang merugikan.
Dampak merugikan yang dimaksud disini meliputi semua kejadian yang tidak diinginkan, misal:
pencemaran terhadap lingkungan, perubahan ekosistem yang membawa dampak buruk bagi
perusahaan dan masyarakat sekitar, dan rusaknya keseimbangan alam. Dalam mengidentifikasi
aspek lingkungan perusahaan mempertimbangkan emisi ke udara, buangan ke badan air, buangan
ke tanah, pengguanaan bahan baku dan sumber daya alam, penggunaan energi, emisi energi,
(seperti: panas, radiasi, dan getaran), limbah dan produk sampingan dan atribut fisik.
Proses identifikasi aspek-aspek lingkungan ini dilakukan untuk memperoleh aspek lingkungan
yang signifikan. Proses ini dilakukan terhadap pembangunan dan pengembangan fasilitas baru
dan perubahan terhadap fasilitas dan operasi yang telah ada sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku. Dimana setelah didapatkan aspek lingkungan yang signifikan maka dapat dilakukan
proses penetapan pemecahan masalah untuk menangani dampak lingkungan yang merugikan
yang ada. Upaya yang semaksimal mungkin dilakukan untuk yang pertama kali adalah langkah-
langkah yang bersifat pencegahan, yaitu dengan cara menurunkan atau menghilangkan potensi
terjadinya dampak lingkungan tersebut. Sedangkan upaya pengendalian yang bersifat mengurangi
dampak lingkungan akan dipilih sebagai langkah pengendalian yang terakhir. Untuk menindaki
penerapan upaya – upaya tersebut dalam rangka melindungi lingkungan maka akan ditetapkan
dalam kebijakan lingkungan perusahaan. Dimana nantinya akan seluruh elemen perusahaan akan
terfokus untuk melaksanakanny. Identifikasi terhadap aspek-aspek lingkungan potensial yang
dapat menyebabkan dampak lingkungan merugikan yang disebabkan oleh: aktivitas produk dan
2-1
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 2-2 dari 126
jasa perusahaan, kondisi operasi perusahaan baik normal ataupun abnormal, kondisi start up dan
shut down, dan situasi darurat yang mungkin terjadi. Identifikasi aspek lingkungan dapat dilakukan
dengan cara mengenali dan mengevaluasi setiap kegiatan ataupun produk perusahaan maupun
dengan cara yang lainnya
Untuk lebih jelasnya proses identifikasi dan evaluasi aspek lingkungan dapat dilihat pada diagram
alir di bawah ini:
Proses identifikasi aspek lingkungan untuk PT Gendhis Indonesiadapat dilihat pada Tabel 2.1.
2-2
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 2-3 dari 126
2-3
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 2-4 dari 126
Aspek-aspek lingkungan yang telah diidentifikasi seperti di atas akan dikaji ulang setiap semester,
apabila diperlukan, sesuai dengan kebutuhan misalnya penerapan proses baru atau pergantian
proses produksi dan lain-lain.
2-4
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 2-1 dari 126
1.1.1 Stasiun Persiapan 1.1.1.2 Pemakaian BBM Penyusutan Sumber Daya tidak bisa diperbarui
1.1.2.2 Pemakain bahan bakar Penyusutan Sumber Daya tidak bisa diperbarui
1.1.2 Stasisun Gilingan 1.1.2.3 Pemakaian listrik Penyusutan Sumber Daya tidak bisa diperbarui
1.1.3.1 Panas akibat penggunaan juice heater Radiasi panas dan gangguan kesehatan
1.1.3 Stasiun Pemurnian
1.1.3.2 Tumpahnya Ca(OH)2 pada static tank Pencemaran air dan tanah
2-1
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 2-2 dari 126
2-2
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 2-3 dari 126
1.1.6.4 Penggunaan bahan bakar Penyusutan Sumber Daya tidak bisa diperbarui
1.1.7.1 Pemakaian bahan bakar Penyusutan Sumber Daya tidak bisa diperbarui
1.1.7 Stasiun Masakan
1.1.7.2 Pemakaian air Penyusutan Sumber Daya tidak bisa diperbarui
1.1.8 Stasiun Puteran 1.1.8.2 Pemakaian air Penyusutan Sumber Daya tidak bisa diperbarui
2-3
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 2-4 dari 126
2-4
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 2-5 dari 126
Setelah pengidentifikasian aspek dan dampak lingkungan dalam membantu menetapkan kebijakan
lingkungan juga harus berpedoman pada peraturan perundangan dan persyaratan yang menjadi
batasan dalam pelaksanaan kegiatan operasi PT Gendhis Legi Indonesia. Agar kebijakan
lingkungan yang nantinya ditetapkan mampu memperbaiki dan menjaga kondisi lingkungan sesuai
yang dihimbau oleh Pemerintah lewat peraturan perundangan yang berlaku. Oleh sebab itu,
proses identifikasi terhadap peraturan perundangan dan persyaratan lainnya perlu dilakukan.
Peraturan perundangan dan persyaratan lainnya tersebut harus relevan terhadap kegiatan operasi
perusahaan, baik terhadap aktivitas produk maupun jasa yang dihasilkan perusahaan.Usaha
pemenuhan terhadap penyesuaian persyaratan tersebut dilakukan sesuai dengan prioritas dan
ketersediaan dari perusahaan.Persyaratan tersebut juga diperhitungkan dalam menetapkan,
melaksanakan, dan memelihara Sistem Manajemen Lingkungan.
Peraturan perundangan yang seharusnya dipatuhi oleh PT Gendhis Legi Indonesiaantara lain:
Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Menteri, Keputusan
Menteri, Surat Keputusan Dirjen, Surat Keputusan Gubernur, Peraturan Daerah dan lain-lain
yang dikeluarkan oleh pejabat yang terkait atau ssetingkat. Sedangkan persyaratan lainnya dapat
meliputi: persetujuan dengan publik, persetujuan dengan konsumen, peraturan perusahaan,
perturan yang bukan dikeluarkan untuk pemerintah, persyaratan yang bersifat sukarela dan lain-
lain.
Proses identifikasi dan akses terhadap peraturan perundangan dan persyaratan lainnya beserta
langkah-langkah untuk mengevaluasi kesesuaiannya telah diatur dalam prosedur di bawah ini :
2-5
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 2-6 dari 126
Peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang diacu oleh PT Gendhis Indonesiaialah
seperti tertera padaTabel 2.3.
2-6
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 2-7 dari 126
2-7
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 2-8 dari 126
2-8
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 2-9 dari 126
Untuk menetapkan aspek dan dampak lingkungan penting harus berdasarkan pada peraturan
perundangan yang berlaku dan beberapa kriteria aspek penting yang mendasari terjadinya dampak
lingkungan. Beberapa kriteria aspek penting tersebut diantaranya adalah:
Aspek dan dampak lingkungan yang ada selanjutnya diberikan penilaian secara kuantitatif
berdasarkan kriteria aspek penting dan perundangan yang ada untuk mendapatkan aspek dan
dampak lingkungan yang sangat penting. Dimana aspek dan dampak lingkungan yang sangat
penting adalah aspek dan dampak yang membutuhkan penanganan secara cepat agar tidak
menimbulkan dampak yang lebih membahayakan dan merugikan baik bagi perusahaan maupun
lingkungan sekitarnya. Aspek dan dampak lingkungan yang sangat penting didapatkan dari kriteria
penilaian seperti pada Tabel 2.4.
Aspek dan dampak lingkungan yang sangat penting yang terpilih nantinya adalah aspek dan
dampak lingkungan yang akan ditangani lewat penetapan kebijakan lingkungan. Berikut aspek
lingkungan yang terpilih tertera pada
2-10
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 2-11 dari 126
2-11
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 2-12 dari 126
2-12
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 2-13 dari 126
2-13
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 2-14 dari 126
2-14
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 3-1 dari 126
BAB 3
KEBIJAKAN LINGKUNGAN
Penerapan ISO 14001 diperlukan untuk dapat memperbaiki lagi kualitas sebuah perusahaan
dalam berproduksi dan menjaga kualitas lingkungan. Berikut penerapan ISO 14001 pada Sistem
Manajemen Lingkungan PT Gendhis Indonesiadijelaskan di bawah ini:
Kebijakan yang telah dibuat akan menjadi kerangka dan pedoman dalam menetapkan dan
mengkaji ulang tujuan dan sasaran lingkungan, agar tidak terjadi pencemaran akibat kegiatan PT
Gendhis Indonesia. Kebijakan ini akan didokumentasikan, dilaksanakan dan dipelihara serta
dikomunikasikansehingga dapat dipahami oleh setiap karyawan perusahaan dan pihak-pihak yang
terkait. Kebijakan ini terbuka untuk masyarakat umum.Kebijkan lingkungan yang telah dibuat
perlu untuk pengkajian ulang dan pembaharuan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
Sistem Manajemen Lingkungan perusahaan.
3-1
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 3-2 dari 126
1. Mengembangkan Instalasi Pengolahan Air Limbah yang telah ada untuk mengelola hasil
kegiatan proses operasi yang dilakukan perusahaan.
2. Mengurangi timbulan sampah sisa ampas tebu 25% dalam 3 tahun.
3. Menurunkan kadar emisi gas buangan melalui pengurangan jumlah kontaminan yang
dilepaskan ke udara dalam 3 tahun.
4. Mengurangi penggunaan listrik dan bahan bakar mesin produksi untuk turut membantu
program pemerintah dalam penghematan Energi.
5. Menjaga kualias mesin alat angkut perusahaan untuk mencegah emisi udara akibat asap
buangan kendaraan.
Disetujui oleh,
3-2
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 4-1 dari 126
BAB 4
PERENCANAAN
Perencanaan dilakukan supaya perusahaan dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kebijakan
lingkungan yang telah dibuat berdasarkan informasi atau usulan yang diterima dari internal
maupun eksternal perusahaan.Seluruh usulan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku sebagai komiten perusahaan untuk berpartisipasi dalam pemeliharaan lingkungan.
Proses produksi perusahaan memiliki kapasitas sebesar 10.000 ton tebu/hari dengan
menggunakan bahan bakar sebanyak 1.000 L/hari. Berdasarkan kapasitas tersebut mampu
menghasilkan 7.000 ton sari tebu dan 3.000 ton ampas tebu. Sedangkan gas buang yang dihasilkan
dari proses produksi sebesar 2000 m3 yang merupakan gas SOx dan CO2.
Pada tahun 2013 kuartal pertama, PT Gendhis Indonesia dapat mengendalikan dan menentukan
dampak penting pada lingkungan dari mengidentifikasi aspek lingkungan yang sesuai dengan
semester sebelumnya. Selama proses penyusunan tujuan lingkungan, PT Gendhis Indonesia selalu
mempertimbangkan berbagai aspek yang sangat berikatan dengan dampak penting.
4-1
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 4-2 dari 126
1. Pembagian form Identifikasi dan Penilaian Aspek dan Dampak Lingkungan (IPADL) ke
Sub unit yang bersangkutan.
2. Pemberian bobot nilai terhadap isu lingkungan oleh Sub unit yang bersangkutan.
Beberapa aspeknya adalah :
a. Kemungkinan yang terjadi, dengan nilai 1, 3, 5
b. Standar yang diketahui, dengan nilai 1, 3, 5
c. Hasil pengaruh, dengan nilai 1, 3, 5
Penilaian aspek lingkungan merupakan hasil perkalian dari aspek pembobotan di atas,
dimana aspek lingkungan yang mempunyai nilai 27 akan masuk dalam Identifikasi Aspek
Lingkungan yang Menonjol (IALM).
3. Pemeriksaan penilaian form IPADL oleh Tim ISO 14001 PG. Sari Tebu Company.
4. Pengisian LALM oleh Tim ISO 14001 PT. Paper Friendly.
5. Otoritas sub unit terhadap IALM.
Identifikasi aspek lingkungan dan evaluasi dampak lingkungan yang terkait merupakan
proses yang berkaitan dengan langkah berikut:
a. Pilih kegiatan, produk, atau jasa
b. Identifikasi aspek lingkungan dari kegaiatan, produk, atau jasa
c. Identifikasi dampak lingkungan
d. Evaluasi pentingnya dampak
4-2
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 4-3 dari 126
2. Undang-Undang RI No. 5 tahun 1990 tentang konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
3. Undang-undang No. 30 Tahun 2009 tentang ketenagalistrikan
4. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
5. Undang-Undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
6. Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan Kualitas air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
7. Peraturan Pemerintah RI No. 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 tahun1996 tentang Baku Tingkat
Kebisingan
9. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 35 tahun 1995 tentang Program Kali Bersih
10. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 15 tahun 1996 tentang Program Langit Biru.
11. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 3 tahun 1998 tentang Baku mutu limbah cair
bagi kawasan industri
12. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No 5 Tahun 2012 tentang Jenis rencana
usaha dan atau kegiatan yang wajib memiliki Analisis mengenai Dampak Lingkungan
Hidup
13. Surat Keputusan Gubernur KDH TK I Jatim No. 128/ 1997 tentang Baku Cara
Pengambilan Contoh Udara Ambien di Propinsi Jatim.
14. Surat Keputusan Gubemur KDH TK I Jatim No. 1291 1997 tentang Baku Cara Uji
Udara Ambien di Provinsi Jatim.
15. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja RI No: Kep – 51/ Men/ 1999 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika Iklim Kerja dan Nilai Ambang Batas di Tempat Kerja.
16. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep 255/ Bapedal/ 08/ 1996 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas.
17. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep 205/ Bapedal/ 07/ 1996 tentang Pedoman Teknis
Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak.
18. Keputusan Bapedal No. Kep 105 tahun 1997 tentang Panduan Pemantauan Pelaksanaan
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
4-3
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 4-4 dari 126
19. Peraturan Daerah TK I Jatim No. 5 tahun 2000 tentang Pengendalian Pencemaran Air di
Provinsi Jatim.
20. Peraturan Daerah TK I Jatim No. 28 tahun 2000 tentang Juklak Perda No. 5 tahun 2000
tentang Pengendalian Pencemaran Air di Provinsi Jatim.
Sebuah organisasi harus menetapkan, melaksanakan, dan memelihara tujuan dan sasaran
lingkungan yang terdokumentasi. Penetapan tujuan dan sasaran harus dapat terukur sesuai dengan
kebijakan lingkungan, termsuk komitmen pada pencegahan pencemaran, penataan persyaratan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan persyaratan lain yang diikuti organisasi, serta
perbaikan berkelanjutan.
Dalam penetapan dan pengkajian tujuan dan sasaran, sebuah organisasi harus memperhitungkan
persayaratan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang diikuti organisasi serta
mempertimbangkan aspek lingkungan penting, pilihan teknologi, keuangan, persyaratan
operasional dan bisnis, serta pandangan pihak yang berkepentingan.Adapun tujuan dan sasaran
lingkungan tersebut terdapat pada.Di dalam menetapkan tujuan dan sasaran harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
4-4
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 4-5 dari 126
Memenuhi Baku mutu kualitas air Melakukan uji kualitas effluent IPAL
Melakukan tes kualitas
limbah industri sesuai peraturan secara berkala dengan sistem evaluasi
effluent IPAL setiap bulan
yang berlaku setiap tahun
Mengembangkan IPAL untuk
Pencemaran
1 mengelola hasil kegiatan Evaluasi kinerja setiap 2
air
proses operasi bulan sekali
Menjaga kestabilan efisiensi IPAL Mengkondisikan efifiensi kemampuan
sesuai perencanaan awal IPAL hingga 80% Pembersihan bangunan
IPAL dua kali dalam
setahun
4-5
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 4-6 dari 126
4-6
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 4-7 dari 126
4.4 Program
Dalam mencapai tujuan dan sasaran tersebut, organisasi harus menetapkan, menerapkan dan
memelihara program. Kriteria program harus mencakup:
a. Pemberian tanggungjawab yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan sasaran pada
fungsi dan tingkatan yang sesuai dalam organisasi tersebut.
b. Cara dan jangka waktu untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut
Bulan
No Program
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Melakukan tes kualitas effluent IPAL setiap
1 bulan
2 Evaluasi kinerja setiap 2 bulan sekali
Pembersihan bangunan IPAL dua kali dalam
3 setahun
Melakukan daur ulang pada ampas yang
4 dihasilkan
5 Menggunakan ampas dari proses penggilingan IV
6 Pemasangan filter berupa scrubber
7 Melakukan uji emisi setahun sekali
8 Melakukan servis kendaraan secara berkala
menggunakan lampu otomatis untuk kamar
10 mandi yang sedang dipakai
11 mengevaluasi pemakaian lampu yang berlebihan
mendisiplinkan pekerja untuk mematikan lampu
12 ruangan ketika jam kerja berakhir
4-7
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-1 dari 126
BAB 5
PELAKSANAAN DAN OPERASI
Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan tidak terlepas dari sumber daya yang ada. Sistem
Manajemen Lingkungan (SML)PT Gendhis Indonesia ini dilaksanakan dan dikembangkan
dengan melibatkan sumber daya manusia, tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu, struktur
organisasi yang teratur dan jelas, teknologi yang efisien dan kemampuan finansial yang memadai.
Aspek-aspek yang terlibat dalam SML memiliki peran, tanggung jawab dan wewenang untuk
membantu mengkoordinasi dan mengatur administrasi dalam pelaksanaan sistem. Setiap
karyawan dan pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan tetap bertanggung jawab terhadap
manajemen lingkungan sesuai dengan fungsi dan kedudukannya.
5-1
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-2 dari 126
5-2
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-3 dari 126
President Director
Representative
Manager (MR)
Finance Director
Team Of Group
Internal Audit Tecominfo
Departement Of Departement Of Departement Of Team Of Group Team Of Group Development
Marketing Raw Material Legal & Risk Energy Packing Plant
Development Production Management Development Project
Departement Of
Departement Of Departement Of Corporate
Departement Of
Distribution & Technical and Community & Social
General Facilities Environmental
Transportation Instalation Departement Of
Management Research
Development &
Quality Assurance
Departement Of
Design
Engineering
Departement Of
Procurement &
Inventory
Management
5-3
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-4 dari 126
Production
Direction
5-4
No. Dokumen: 10-SML-01
NoE.T
DOKUM NerM
biA
t NU: A
01L
SISTEMNM
o. A
RNevA
isJi EM: EN
LINTGanKgU
gaN
l GAN: 23 Mei 2013
Halaman : 5-5 dari 126
Bentuk organisasi perusahaan di PT Gendhis Indonesia adalah bentuk piramida. Bentuk ini
banyak diterapkan dalam perusahaan, terlebih dalam perusahaan perusahaan milik Negara
(BUMN). Bentuk ini cocok untuk lingkungan birokratis dimana pengambilan keputusan dipegang
oleh setiap orang diatasnya. Semakin ke atas semakin sedikit jumlah personelnya tetapi semakin
besar tanggungjawabnya. Kedudukan tertinggi berada di Direktur Utama yang membawahi
Direksi. Direksi membawahi Kepala Departement dan Kepala Biro. Kepala Biro membawahi
Kepala Seksi dan Staff. Dari susunan organisasi tersebut, masing – masing komponen
bertanggungjawab terhadap tugas dan wewenang yang diberikan. Apabila salah satu komponen
tidak melaksanakan tugas dan wewenangnya dengan baik, maka akan mengakibatkan tidak
sehatnya suatu organisasi. Penjelasan tugas dan wewenang tiap – tiap komponen yang
bertanggungjawab dalam stuktur organisasi pada PT Gendhis Indonesia sebagai berikut :
5-5
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-6 dari 126
5-6
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-7 dari 126
5-7
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-8 dari 126
Peran, struktur dan tanggung jawab setiap orang di organisasi telah didokumentasikan dan
dikomunikasikan kepada setiap individu yang berkaitan di organisasi oleh Manajemen
Representatif. Pengomunikasian dapat dilakukan dalam rapat-rapat internal maupun personal.
Manajemen Representatif melaporkan kinerja Sistem Manajemen Lingkungan kepada manajemen
puncak setiap 6 bulan sekali atau apabila diperlukan (kondisional). Dalam pelaporan kinerja
tersebut juga terdapat komitmen untuk mengkaji ulang dan memperbaiki Sistem Manajemen
Lingkungan.
Kompetensi seseorang dalam bertugas pada suatu organisasi harus dipastikan memadai untuk
bidang yang dibutuhkan. Kompetensi seseorang ditentukan dari pelatihan atau pengalaman dan
organisasi harus menyimpan rekaman yang terkait dengan kompetensi tersebut. Organisasi harus
mengidentifikasi keperluan pelatihan yang terkait dengan aspek lingkungandan sistem manajemen
lingkungan. Organisasi harus memberikan pelatihan atau cara lain untuk memenuhi keperluan
5-8
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-9 dari 126
tersebut dan menyimpan rekaman yang terkait.Organisasi harus menetapkan, menerapkan, dan
memelihara prosedur untuk memastikan orang yang bekerja untuk atau atas nama organisasi
memahami tentang:
Pimpinan puncak memiliki tanggung jawab kunci untuk membangun kesadaran dan motivasi para
pegawainya melalui penjelasan mengenai nilai-nilai lingkungan dari organisasi, pengkomunikasian
komitmen terhadap kebijakan lingkungan, dan mendorong setiap orang yang bekerja untuk atau
atas nama organisasi untuk memahami pentingnya mencapai tujuan dan sasaran lingkungan yang
5-9
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-10 dari 126
menjadi tanggung jawab mereka. Komitmen dari setiap orang yang dijiwai nilai-nilai lingkungan
yang disepakati bersama adalah kunci dalam melaksananakan suatu sistem manajemen lingkungan
dari kertas kerja menjadi suatu proses yang efektif.
Organisasi harus memastikan bahwa semua pegawai yang bekerja untuk dan atas nama organisasi
menyadari pentingnya kesesuaian terhadap kebijakan lingkungan dengan persyaratan sistem
manajemen lingkungan, peran dan tanggung jawab mereka dalam sistem manajemen lingkungan,
aspek lingkungan penting yang potensial atau nyata dan dampak yang terkait dari pekerjaan
mereka, manfaat perbaikan kinerja dan konsekuensinya apabila melanggar ketentuan sistem
manajemen lingkungan yang berlaku. Selain itu, Personal yang menjalankan tugas yang dapat
menyebabkan dampak penting terhadap lingkungan haruslah orang yang kompeten atas dasar
pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang memadai.
5-10
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-11 dari 126
Menginventarisasi dan
Meninjau Sistem Manajemen awal yang
mendokumentasikan Kompetensi awal
diterapkan dan yang ingin dicapai
seluruh karyawan
Melaksanakan Pelatihan
PT Gendhis Indonesia telah mengidentifikasi kebutuhan pelatihan bagi karyawan yang sesuai
dengan QP- 622 tentang pelatihan, kepedulian" dan kompetensi. Pelaksanaan pelatihan ini
merupakan tanggung jawab Unit Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) yang berada di bawah Human
Capital Department (Departemen Sumber Daya Manusia). Jenis pelatihan yang diadakan olehPT
Gendhis Indonesiaterdapat pada Tabel 5.1.
5-11
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-12 dari 126
Untuk setiap pelatihan diatas, Rencana Anggaran Biaya (RAB) setiap pelatihan yang direncanakan berdasarkan pada program yang memiliki aspek
dan dampak lingkungan penting. Dari RAB ini nantinya akan dipilih pelatihan yang akan dijalankan pada semester ini berdasarkan kemampuan
perusahaan dalam hal urgenitas dan financial. RAB tiap rencana pelatihan dapat dilihat pada Tabel 5.2.
5-12
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-13 dari 126
5-13
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-14 dari 126
Dari uraian tabel RAB di atas, PT Gendhis Indonesia menetapkan bahwa kegiatan pelatihan yang
akan dijalankan pada semester ini sesuai dengan kemampuan perusahaan adalah Pelatihan SML
5-14
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-15 dari 126
ISO 14000, pelatihan sistem pengelolaan sampah, pelatihan monitoring dan perawatan alat
pengendali emisi udara dan pelatihan monitoring dan perawatan IPAL. Total anggaran yang akan
dikeluarkan untuk pelatihan adalah Rp 44.680.000,00. Dari pelaksanaan pelatihan tersebut,
diperlukan pengelolaan yang baik agar kompetensi, pelatihan dan kepedulian karyawan terhadap
Manajemen Lingkungan PT Gendhis Indonesia dapat terbentuk. Untuk itu, perlu diberlakukan
beberapa ketentuan dan acuan pelaksanaan yaitu sebagai berikut :
1. Pelatihan lingkungan dapat berupa pelatihan formal (kelas) dan pelatihan informal
(briefing).
2. Semua karyawan (karyawan baru dan lama) harus mendapat pelatihan yang memadai
sesuai peran, tanggung jawab dan kewenangannya dalam melaksanakan dan memelihara
berjalannya Sistem Manajemen Lingkungan.
3. Pelatihan bagi karyawan baru akan diberikan pada setiap ada penerimaan karyawan,
dengan memasukkan materi pengenalan terhadap Sistem Manajemen Lingkungan ISO-
14001, antara lain: prinsip SML, kebijakan lingkungan, aspek lingkungan, tujuan dan
sasaran, serta program manajemen lingkungan.
4. Karyawan yang tempat bekerjanya menjadi aspek dan dampak lingkungan penting, akan
memperoleh pelatihan khusus dan spesifik, dimana jenis pelatihan yang diberikan didasari
oleh penilaian terhadap pendidikan formal, pengalaman, pelatihan yang pernah diterima,
tugas, tanggung jawab, dan kewenangannya.
5. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
1. Paling sedikit 1 tahun sekali masing-masing bagian/bidang yang menimbulkan
dampak lingkungan mengidentifikasi kebutuhan pelatihan lingkungan bagi karyawan
yang bekerja di bagian atau bidangnya.
2. Identifikasi kebutuhan pelatihan harus mencakup satu atau lebih topik sebagai
berikut:
Masalah-masalah lingkungan;
Pencegahan dan pengendalian dampak lingkungan penting;
Elemen-elemen kunci Sistem Manajemen Lingkungan ISO-14001;
5-15
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-16 dari 126
4. Mempersiapkan bahan dan peralatan pelatihan, antara lain: ruangan, materi dan
perlengkapan pelatihan, dan kesediaan instruktur pelatihan.
5. Evaluasi pelaksanaan pelatihan di akhir pelatihan dengan menyebarkan kuesioner
yang diisi oleh peserta pelatihan.
6. Pelatihan yang dilakukan di luar rencana yang telah ditetapkan harus mendapat
persetujuan Direksi.
8. Rekaman Pelatihan
1. Seluruh peserta pelatihan internal dan eksternal diharuskan menyerahkan ke Kepala
Departemen SDM salinan sertifikat pelatihan atau bukti keikutsertaan lainnya.
2. Salinan bahan dan materi pelatihan (internal dan ekstemal) harus disimpan dan
tersedia di KepalaDepartemenSDM.
3. DepartemenSDM bertanggungjawab menyimpan dan memelihara seluruh catatan
pelatihan karyawan yang berkaitan dengan Sistem Manajemen Lingkungan dan
memperbaiki data pelatihan karyawan setiap terjadi penambahan atau perubahan.
Dalam hal aspek lingkungan dan sistem manajemen lingkungannya organisasi harus membuat dan
memelihara prosedur untuk :
Komunikasi merupakan salah satu penunjang jalannya sebuah Sistem Manajemen Lingkungan
yang baik di sebuah perusahaan. Komunikasi antar elemen dalam perusahaan maupun dengan
pihak-pihak terkait di luar perusahaan sangat diperlukan. Prosedur komunikasi Sistem Manajemen
Lingkungan pada PT Gendhis Indonesiadibagi menjadi komunikasi terhadap pihak internal dan
eksternal.PT Gendhis Indonesia telah menetapkan prosedur komunikasi dengan pihak internal,
yaitu manajemen dan karyawan dalam PT Gendhis Indonesia, maupun dengan pihak eksternal
yaitu pihak-pihak yang terkait dengan PT Gendhis Indonesia . Di PT Gendhis Indonesia sudah
5-17
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-18 dari 126
terdapat komunikasi internal dan ekstemal sebagai syarat ISO 14001, Komunikasi merupakan
salah satu bagian yang dapat menunjang sebuah Sistem Manajemen Lingkungan dalam sebuah
perusahaan.
Komunikasi internal penting untuk memastikan penerapan sistem manajemen lingungan secara
efektif. Metode komunikasi internal dapat mencakup pertemuan tim kerja secara teratur, edaran
berita, buletin, papan pengumuman dan intranet.Prosedur komunikasi internal terdiri dari
mekanisme informasi dari manajemen puncak kepada karyawan dan mekanisme informasi dari
karyawan kepada manajemen puncak. Oleh sebab itu, komunikasi internal karyawan merupakan
hal yang penting karena karyawan ialah pekerja lini depan sehingga mereka seringkali merupakan
sumber informasi dan ide yang brilian bagi perusahaan. Berikut ini adalah prosedur komunikasi
internal pada PT Gendhis Indonesia dari manajemen puncak kepada karyawan:
1. Setiap Kepala dari tiap departemen wajib mengkomunikasikan kebijakan lingkungan dan
prosedurnya kepada semua karyawan dibawahnya. Kepala departemen juga bertanggung
jawab untuk mengkomunikasikan peran dan tanggung jawab karyawan dalam manajemen
lingkungan. Hal ini dilakukan satu kali tiap semester (enam bulan).
2. Kepala Seksi/Bagian suatu area bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan target
lingkungan hidup dan juga kinerja lingkungan perusahaan kepada karyawan pada area dan
fungsi mereka. Hal ini dilakukan satu kali tiap semester (enam bulan).
3. Kepala Seksi/Bagian suatu area bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan prosedur
lingkungan dan perubahan proses, perubahan bahan, perubahan alat kerja atau peralatan
lainnya, hasil penanganan kecelakaan dan informasi lingkungan yang signifikan. Hal ini
dilakukan satu kali tiap semester (enam bulan).
4. Metode yang dipakai dalam komunikasi internal ini diserahkan kepada pimpinan yang
bersangkutan. Beberapa contoh komunikasi internal tentang Sistem Manajemen
Lingkungan perusahaan ini dapat disampaikan melalui :
a. Pertemuan semua karyawan yang dilakukan setiapsebulan sekali.
b. Pertemuan staf dalam satu departemen yang dilakukan selama sebulan sekali
5-18
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-19 dari 126
c. Papan pengumuman dan poster bila ada pengumuman yang akan disampaikan.
d. Majalah mengenai kegiatan perusahaan untuk semua karyawan yang diberikan selama
sebulan sekali.
e. Milis perusahaan untuk semua karyawan untuk menyampaikan pengumuman secara
menyeluruh
Topik utama dari komunikasi internal Manajemen puncak ke karyawan meliputi Kebijakan
lingkungan, tujuan, dan target, Peran dan tanggung jawab manajemen lingkungan, Evaluasi
kinerja lingkungan perusahaan supaya sesuai dengan tujuan dan target lingkungan, Kebijakan dan
prosedur lingkungan, serta situasi bahaya dan keadaan darurat.
Disamping itu, prosedur yang dimiliki PT Gendhis Indonesiauntuk komunikasi internal dari
karyawan kepada manajemen puncak ialah sebagai berikut :
Komunikasi ekternal dengan pihak-pihak berkepentingan dapat menjadi alat yang penting dan
efektif untuk manajemen lingkungan. Metode proaktif dapat meningkatkan keefektifan
komunikasi eksternal. Organisasi sebaiknya mempertimbangkan biaya dan manfaat yang potensial
dari berbagai pendekatan yang berbeda dalam mengembangkan rencana komunikasi yang tepat
untuk keadaan tertentu. Organisasi sebaiknya juga mempertimbangkan apakah akan
5-19
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-20 dari 126
Metode komunikasi dengan pihak luar pada PT Gendhis Indonesiameliputi prosedur untuk
menerima, mendokumentasikan, dan menanggapi kritik dan saran dari pihak-pihak yang
berkepentingan. PT Gendhis Indonesiamenggunakan beberapa metode dalam menerapkan
komunikasi eksternal yang efektif. Metode tersebut meliputi open house, media massa, diskusi
formal dengan Bapedal/Departemen LH, komunitas representatif, dan pemimpin bisnis lokal.
Sedangkan untuk mengetahui pandangan dari pihak-pihak terkait lainnya, PT Gendhis
Indonesiamenggunakan beberapa metode yatu melalui surat kabar, survei, dan pertemuan formal
dengan manajemen representatif dari pihak luar, pertemuan informal dengan masyarakat sekitar
perusahaan. Berikut ini ialah prosedur untuk mengelola komunikasi dari pihak luar PT Gendhis
Indonesia:
1. Pertanyaan, kritik atau saran dan komunikasi dari pihak luar (yang diterima lewat surat,
fax, telepon atau personal) mengenai Sistem Manajemen Lingkungan perusahaan atau
kinerja lingkungannya dapat diterima oleh Manajemen Representatif termasuk Kepala
departemen, manajer SDM, manajer lingkungan, dan lain-lain. Komunikasi tersebut dikaji
ulang dan ditanggapi oleh manajer departemen atau Manajer Representatif Lingkungan.
2. Komunikasi dengan badan perundangan ditangani oleh manajer lingkungan organisasi
yang memelihara rekaman dan data-data kinerja lingkungan perusahaan. Hal ini dilakukan
selama enam bulan sekali.
3. Pendokumentasian dari komunikasi tertulis dalam permasalahan lingkungan dikelola oleh
manajer SDM, sedangkan komunikasi dari pihak luar yang tidak tertulis didokumentasikan
lewat rekaman telepon.
4. Rekaman dari tanggapan semua komunikasi eksternal dikelola oleh manajer SDM. Hal ini
dilakukan selama enam bulan sekali.
5-20
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-21 dari 126
Selain itu,PT Gendhis Indonesia juga memiliki prosedur untuk mengkomunikasikan kinerja
Sistem Manajemen Lingkungannya kepada pihak luar sebagai berikut :
Organisasi harus membuat dan memelihara informasi dalam media cetak atau elektronik untuk
menerangkan unsur-unsur inti sistem manajemen dan interaksinya sertamemberikan petunjuk
dokumentasi yang terkait.Tujuan dokumentasi adalah untuk menyediakan informasi penting bagi
para pegawai dan pihak-pihak berkepentingan. Sesuai denganperencanaan awal untuk menjaga
Sistem Manajemen Lingkungan perusahaan dapat dilaksanakan dan dipelihara dengan baik, maka
diperlukan sebuah metode yang menyediakan informasi mengenai Sistem Manajemen
Lingkungan ini secara terperinci dan spesifik kapanpun dibutuhkan perusahaan. Oleh sebab itu,
proses pendokumentasian diperlukan dalam proses pelaksanaan Sistem Manajemen Lingkungan.
Proses dokumentasi dari Sistem Manajemen Lingkungan ini meliputi: kebijakan lingkungan,
tujuan dan target, penjabaran ruang lingkup Sistem Manajemen Lingkungan, dan elemen utama
beserta interaksinya dan dokumen keefektifan Sistem Manajemen Lingkungan. Berbagai
dokumen dapat disimpan dalam beberapa media (kertas, elektronik, foto-foto, poster) yang
bermanfaat, mudah dibaca dan dimengerti serta dapat diakses oleh semua orang yang perlu
informasi yang terkandung di dalamnya. Keuntungan yang didapat dengan penyimpanan
dokumen secara elektronik, diantaranya adalah kemudahan untuk pemutahiran data/informasi,
pengendalian akses kontrol, dan memastikan bahwa semua pengguna menggunakan dokumen-
dokumen yang paling sahih (valid).Contoh-contoh dari dokumen PT Gendhis Indonesia yang
dikelola, dikaji ulang, dan diperbaharui setiap tahun ini ialah sebagai berikut: pemberitahuan dari
5-21
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-22 dari 126
kebijakan lingkungan, tujuan dan target perusahaan, informasi dari aspek lingkungan yang
penting, prosedur operasi, informasi proses, diagram organisasi, standar internal dan eksternal,
rencana penanggulangan bahaya dan rekaman data. Tingkatan dokumen dalam Sistem
Manajemen Lingkungan dapat dilihat pada Gambar 5.4. Struktur dokumen dari Sistem
Manajemen Lingkungan PT Gendhis Indonesia sebagai berikut:
LEVEL 1 KEBIJAKAN
1 LINGKUNGAN
Merupakan dokumen yang berisi tentang komitmen perusahaan dalam mengurangi dampak
lingkungan terutama dampak lingkungan penting, dan meningkatkan kinerja lingkungan
perusahaan.
Merupakan manual yang berisi tentang uraian dari Sistem Manajemen Lingkungan yang
ditetapkan oleh PT Gendhis Indonesia yang mencakup elemen-elemen Sistem Manajemen
Lingkungan mulai dari perencanaan hingga pengkajian ulang manajemen. Manual ini merupakan
panduan dan kerangka kerja dalam pelaksanaan program yang mendukung pelaksanaan Sistem
Manajemen Lingkungan.
5-22
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-23 dari 126
Merupakan prosedur yang berhubungan dengan Sistem Manajemen Lingkungan dan merupakan
penjelasan lebih rinci terhadap sub elemen dari Sistem Manajemen Lingkungan. Fungsinya adalah
untuk menjadi acuan dan mempermudah pelaksanaan Sistem Manajemen Lingkungan.
Merupakan langkah - langkah kerja di industri yang dilaksanakan oleh seluruh pekerja dalam
perusahaan. Petunjuk kerja ini merupakan penjabaran dari prosedur kerja. Beberapa petunjuk juga
mengacu pada berbagai bahan rujukan yang digunakan di PT Gendhis Indonesia, seperti
informasi teknik pengoperasian produksi, spesifikasi bahan baku, dan lain-lain.
Formulir merupakan penetapan format, pencatatan data Sistem Manajemen Lingkungan yang
diperlukan, sedangkan catatan Sistem Manajemen Lingkungan berisi informasi dan data yang
merupakan bukti obyektif suatu kegiatan, pelaksanaan tugas atau hasil yang dicapai dalam
pelaksanaan Sistem Manajemen Lingkungan.
Prinsip dasar pengendalian dokumen adalah memastikan bahwa informasi yang tepat tersedia di
tempat yang benar, di waktu yang tepat, dan revisi yang sesuai. Suatu hal yang nampaknya remeh
dalam bekerja tetapi pada kenyataannya sering ditemui adalah masalah ketika berusaha
menemukan suatu dokumen/ informasi, khususnya pada saat paling dibutuhkan.
Pengendalian dokumen sistem manajemen lingkungan adalah penting untuk memastikan bahwa:
5-23
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-24 dari 126
c) versi terkini dari dokumen yang relevan tersedia di semua lokasi operasi yang penting bagi
penerapan sistem dilakukan.
d) dokumen usang dengan segera dipindahkan dari semua tempat penerbitan dan
tempatpenggunaan. Dalam keadaan tertentu, sebagai contoh, untuk keperluan hukum
danpenyimpanan pengetahuan, dokumen usang dapat dipertahankan.
Fungsi lain pengendalian dokumen adalah menciptakan konsistensi dalam bekerja melalui
penetapan standar-standar kerja (spesifikasi, urutan kerja, dlsb) dan penggunaan dokumen resmi
terakhir yang diakui oleh perusahaan tersebut. Sebagian perusahaan mengakui keuntungan
mekanisma pengendalian semacam demikian dan menyatakan bahwa cara kerja mereka lebih rapi
dan sistematik. Tetapi di lain pihak, pengendalian dokuman ini juga disalahkan sebagai penyebab
tersitanya waktu dan tenaga untuk membuat, merevisi, menarik kembali dan memusnahkan
dokumen-dokumen tersebut. Banyak perusahaan bahkan terjebak pada kenyataannya Sistem
Manajemen Lingkungan mereka semata-mata didominasi oleh kegiatan administrasi semata dari
pengendalian dokumen dan catatan-catatan lingkungan.
5-24
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-25 dari 126
Dokumen yang dikelola dalam pengendalian dokumen antara lain Manual Sistem Manajemen
Lingkungan, Prosedur lingkungan pada setiap fasilitas di perusahaan, Proses/aktivitas dari
prosedur yang spesifik dan instruksi kerja, Formulir dan data yang digunakan untuk tujuan Sistem
Manajemen Lingkungan. Secara umum, Prosedur pengendalian dokumen yang dilakukan PT
Gendhis Indonesia antara lain:
5-25
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-26 dari 126
a) Setiap penerbitan dokumen selalu dibubuhi dengan identifikasi yang meliputi nama
dokumen, nomor dokumen, nomor revisi, tanggal penerbitan, dan pengesahan.
b) Semua dokumen yang didistribusikan harus dikembalikan dan cetak dalam daftar
induk dokumen atau agenda pengiriman/penerimaan.
4. Pemakaian dan Keberadaan Dokumen
a) Semua kegiatan produksi dan pengendalian lingkungan mengacu pada dokumen yang
sah.
b) Dokumen yang digunakan selalu dokumen yang jelas, yang mudah dibaca dalam
proses pengendalian lingkungan.
c) Dokumen yang dipakai sebagai acuan kerja berada di tempat kerja.
5. Penyimpanan dan Perawatan dokumen
a) Penyimpanan dokumen diletakkan bersama daftar induk dokumen
b) Semua dokumen disimpan dan diraat unuk keamanan, kemudahan dan kecepatan
dalam penangannya.
c) Secara berkala dokumen yang disimpan diperiksa dan dokumen yang tidak terpakai
harus disingkirkan dari file.
6. Perubahan dokumen
a) Setiap perubahan dokumen dicatat dan disesuaikan dengan kesepakatan prosedur
kerja tentang pengendalian dokumen
b) Perubahan dokumen dan data harus diidentifikasi secara jelas dan tercatat di dalam
buku induk perubahan dokumen
7. Pemusnahan Dokumen
a) Dokumen yang sudah dinyatakan tidak berlaku segera dimusnahkan
8. Revisi Dokumen
Revisi dokumen adalah tanda atau keterangan pada dokumen yang menunjukkan bahwa
yang sedang dihadapi adalah dokumen yang telah mengalami revisi (perubahan) sekian
kali PT Gendhis Indonesia menulis seratus revisi ini dengan pernyataan :Revisi Ao, Revisi
A1, Revisi A2, dan seterusnya.
5-26
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-27 dari 126
Daftar induk dokumen adalah daftar yang memuat nomor/judul dokumen/identifikasi lainnya,
status revisi dokumen. Di dalam daftar induk itu dicatat informasi yang penting mengenai Suatu
dokumen, misalnyaPihak yang membuat dokumen, Pihak yang menyetujui pemberlakuan
dokumen, Nomor dokumen dan Pihak-pihak yang menerima salinan dokumen
A. Umum
a) Daftar distribusi dokumen dikelola oleh Manajemen Representatif. Salinan dokumen yang
diatur diidentifikasi oleh stempel dan tanda tangan, tergantung dari tipe dokumennya.
b) Distribusi dokumen dapat dikendalikan atau tidak tergantung kepada jenis dokumen.
Salinan dokumen yang tidak dikendalikan hanya untuk tujuan ilustratif, instruksional dan
distribusi eksternal saja. Sedangkan semua dokumen yang dikendalikan ditandai dengan
nomor dan tanggal revisi.
c) Manajemen Representatif bertanggung jawab untuk penyisihan dokumen yang kadaluarsa
supaya tidak dipergunakan kembali.
d) Manajemen Representatif bertanggung jawab atas penyisihan dokumen yang telah
kadaluarsa dari dokumen lainnya. Manajemen Representatif juga bertanggung jawab
untuk memastikan bahwa perubahan terhadap dokumen yang dikembalikan telah
dimengerti, didistribusikan dan dikomunikasikan kepada unit departemen perusahaan
yang terkait.
e) Semua dokumen yang dikendalikan telah terdaftar dalam daftar dokumen Sistem
Manajemen Lingkungan. Daftar tersebut menunjukkan tanggal revisi dan orang-orang
yang merevisinya.
B. Manual Sistem Manajemen Lingkungan
a) Salinan dari manual Sistem Manajemen Lingkungan telah diberi nomor secara urut.
Distribusi dari salinan yang dikendalikan merupakan tanggung jawab dari Manajemen
5-27
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-28 dari 126
b) Distribusi dari prosedur spesifik pada aktivitas perusahaan telah dispesifikasi pada daftar
distribusi dan salinan yang dikendalikan telah dicap dengan stempel “Controlled” dengan
tanggal distribusinya.
c) Manajemen Representatif bertanggung jawab atas distribusi dari prosedur spesifik pada
aktivitas perusahaan. Salinan dari daftar distribusi ini telah ditandatangani dan diberi
tanggal oleh Manajemen Representatif dan telah ditandatangani juga oleh setiap penerima
dan pemakai prosedur tersebut.
d) Manajer departemen atau manajer fungsional bertangung jawab untuk mengkoordinasi
pelaksanaan prosedur spesifik pada aktivitas perusahaan, seperti pada pendokumentasian
hasil-hasil pelatihan. Bukti dari terpeliharanya pelatihan tersebut tedapat dalam rekaman
pelatihan karyawan.
Operasi dan aktivitas perusahaan memerlukan pengendalian untuk memastikan bahwa kebijakan
lingkungan telah dilakukan dan tujuan serta target lingkungan telah tercapai. Karena operasi dan
aktivitas perusahaan merupakan proses yang kompleks dan aspek lingkungan merupakan hal yang
signifikan maka pengendalian ini memerlukan sebuah prosedur. Prosedur ini dapat membantu
organisasi untuk memastikan kesesuaian dengan perundangan dan memiliki kinerja lingkungan
yang konsisten. Prosedur ini juga dapat mengendalikan kemungkinan terjadinya penyimpangan
kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungan. Prosedur tersebut juga berfungsi untuk
mengidentifikasikan aspek lingkungan dari barang dan jasa yang digunakan oleh organisasi.
Kegiatan operasi yang terdapat dalam prosedur telah diidentifikasikan dan direncanakan sesuai
dengan aspek penting lingkungan. Kegiatan operasi tersebut seharusnya konsisten dengan
kebijakan, tujuan, dan target lingkungan. Pengendalian operasional dapat mengambil berbagai
bentuk, seperti prosedur, instruksikerja, pengendalian secara fisik, penggunaan tenaga-tenaga
terlatih atau kombinasi darisemua itu. Pilihan metode pengendalian spesifik tersebut tergantung
dari berbagai faktor,seperti keterampilan dan pengalaman dari orang yang melakukan operasi
tersebut dankompleksitas serta tingkat kepentingan lingkungan dari operasi tersebut.Suatu
pendekatan yang umum dipakai untuk menetapkan pengendalian operasionaltermasuk:
5-29
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-30 dari 126
Selain prosedur, instruksi kerja, dan mekanisme pengendalian lainnya, pengendalian operasional
termasuk ketentuan untuk pengukuran dan evaluasi serta untuk penentuan apakah kriteria operasi
dipenuhi. Organisasi dapat memilih prosedur untuk meningkatkan kemampuannya untuk
melaksanakan pengendalian secara konsisten. Pengendalian operasional dapat menjadi komponen
yang penting dari program lingkungan organisasi. Pengendalian operasional sebaiknya
disampaikan dalam pelatihan kepada orang-orang yang telibat dalam fungsi pengendalian untuk
memastikan bahwa pengendalian operasional sesuai yang direncanakan.Diagram pengendalian
operasional pada PT Gendhis Indonesiaterdapat pada Gambar 5.5:
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyusun prosedur untuk mengendalikan operasi
sebagai berikut :
5-30
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-31 dari 126
Tindakan
Pemantauan Verifikasi
Perbaikan
1. Pada operasi normal, setiap petugas operator panel dan lapangan melakukan perekaman
kondisi operasi produksi dalam log sheet.
2. Pada saat shut-down dan start-up normal, petugas operator di sampinng menjaga kondisi
peralatan beroperasi pada kisaran parameter normal juga memperhatikan kemungkinan
terjadinya pencemaran lingkungan.
3. Bila keadaam shut-down dan start-up terjadi cemaran yang tidak terkendali dan mengganggu
lingkungan kerja, maka kondisi tersebut menjadi situasi darurat dan harus ditangani sesuai
dengan prosedur kesiagaan dan tanggap darurat
4. Bila terjadi kondisi abnormal, maka Operator, Kepala Urusan (Kaur), Kepala Seksi (Kasi),
dan Kepala Bagian (Kabag) harus berusaha mengamankan keadaan, dan harus melapor
kepada atasan serta melakukan langkah–langkah penanggulangan sesuai prosedur yang
berlaku sesuai wilayah tanggung jawab masing–masing,
5. Bila kondisi abnormal proses produksi menjadi tidak terkendali, maka Kasi Umum
melakukan koordinasi terhadap seluruh unit pabrik tertkait dan di luar area pabrik bila
5-31
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-32 dari 126
dipandang perlu, dan Kabag Umum dan SDM berkewajiban melakukan koordinasi
pengamanan operasi, pengendalian pencemaran dan mengambil keputusan apakah perlu
dikategorikan situasi darurat dan harus ditangani sesuai prosedur.
6. Seluruh Kaur, Kasi, dan Kepala Bagian/Bidang bertanggung jawab dalam pengendalian
dan pencegahan pencemaran lingkungan di area kerja masing – masing, baik limbah
padat, cair, gas, dan B3. Bila dalam melaksanakan tugas ditemukan ceceran/bocoran dan
sejenisnya, maka wajib melakukan penanggulangan segera sesuai prosedur yang berlaku.
7. Rekaman/catatan lingkungan untuk kegiatan pengendalian, pencegahan, pemeriksaan,
dan penanggulangan pencemaran dicatat dalam log book Kaur/Kasi/Kabag sesuai area
masing – masing.
Kesiagaan dan tanggap darurat adalah tanggung jawab setiap organisasi untuk menetapkannya
yang sesuai untuk kebutuhan organisasi. Dalam penetapan prosedurnya, organisasi tersebut
sebaiknya memasukkan pertimbangan sebagai berikut:
a) sifat dari bahaya di lapangan (seperti cairan yang mudah terbakar, tangki penyimpanan,
gas bertekanan tinggi dan tindakan yang dilakukan pada saat terjadi tumpahan atau terjadi
kecelakaan).
b) skala dan tipe yanng hampir sama dari suatu situasi darurat atau kecelakaan yang paling
mungkin terjadi;
c) potensi situasi darurat atau kecelakaan pada suatu fasiltas yang berdekatan (seperti pabrik,
jalan, jalan kereta);
d) metode yang paling tepat untuk menanggapi suatu kecelakaan atau situasi darurat;
e) langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi kerusakan lingkungan;
f) pelatihan personil tanggap darurat;
g) tanggung jawab dan pengoperasian pada situasi darurat;
h) jalur evakuasi dan tempat-tempat berkumpul yang aman;
i) daftar personil kunci dan badan perbantuan termasuk data kontak yang rinci (seperti,
pemadam kebakaran, jasa pembersih tumpahan);
5-32
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-33 dari 126
Persiapan terhadap situasi bahaya atau bencana perlu ditetapkan untuk menanggapi kejadian yang
tidak direncanakan. PT Gendhis Indonesia memiliki prosedur untuk mengidentifikasi potensi
situasi darurat dan kecelakaan, yang dapat menimbulkan dampak lingkungan, serta bagaimana
organisasi akan bertindak dalam situasi tersebut, seperti yang disyaratkan oleh elemen SML ISO
14001. Usaha penanggulangan keadaan darurat tersebut bertujuan untuk meminimalkan cidera
dan korban jiwa, kerusakan harta benda dan pencemaran terhadap lingkungan.Prosedur
menghadapi keadaan darurat dengan memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Oleh karenanya, kesiagaan terhadap situasi darurat hanya dapat dilakukan dengan pelatihan terus
menerus, simulasi-simulai di lapangan, pemeliharaan alat-alat secara prima, dan uji coba alat-alat
secara periodik.
5-33
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-34 dari 126
Suatu kondisi darurat adalah keadaan yang belum terjadi dan diharapkan tidak terjadi tetapi jika
tidak ada persiapan yang memadai dalam arti tata cara, peralatan, manusia maka dalam banyak
kasus keadaan darurat menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan. Pengetahuan dan
ketrampilan dalam menghadapi suatu jenis kondisi darurat harus dikuasai walaupun hal tersebut
tidak pernah terjadi.Dengan daftar potensi darurat, perusahaan mengetahui jenis-jenis dampak
dan sumbernya sehingga dapat dibuat skenario penangananannya jika hal itu terjadi.
Latihan dan gladi resik secara berkala akan dilakukan untuk memastikan bahwa prosedur
kesiagaan dan ketanggapan darurat yang dibuat tersebut telah sesuai dengan kebutuhan terhadap
penaggulangan potensi keadaan darurat yang mungkin terjadi. Prosedur tersebut memuat
tindakan pencegahan pencemaran dan usaha mengurangi dampak buruk bagi lingkungan.
Prosedur kesiagaan dan ketanggapan darurat ini akan ditinjau ulang dan diperbaiki secara berkala.
Prosedur ini juga telah diuji coba dengan cara dipratekkan. Perbaikan prosedur tersebut dilakukan
setelah kecelakaan atau kejadian darurat sesungguhnya. Untuk menghindari terjadinya resiko atau
keadaan yang tidak berkaitan terkait kondisi operasional perusahaan, PT Gendhis Indonesia telah
membuat beberapa petunjuk manual mengenai penggunaan alat kerja maupun prosedur–prosedur
kerja.
Elemen SML ISO 14001 mengharuskan organisasi mempunyai suatu prosedur yang digunakan
sebagai menghadapi bahaya darurat yang efektif pelaksanaannya dan dapat meminimisasi dampak
lingkungan yang ditimbulkan pada saat terjadi keadaan darurat dan setelah kedaan darurat terjadi.
Di bawah ini adalah prosedur menghadapi keadaan darurat dan model daftar peralatan
pencegahan dan pengelolaan kedaruratan. Uraian prosedur kesiapsagaan dan ketanggapan
darurat di PT Gendhis Indonesia sebagai berikut:
1. Apabila terjadi keadaan darurat di suatu tempat keria, Kepala Seksi membunyikan alarm
atau isyarat lainnya agar diketahui oleh karyawan dan menghubungi lembaga atau petugas
keadaan darurat terkait sesuai dengan jenis keadaan darurat yang terjadi.
2. Penanggung jawab keadaan darurat memberi petunjuk, instruksi sesuai jenis keadaan
darurat yang perlu diambil dalam penanggulirrgan keadaan darurat termasuk evakuasi bila
diperlukan.
5-34
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 5-35 dari 126
5-35
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 6-1 dari 126
BAB 6
PEMERIKSAAN DAN PERBAIKAN
Pemantauan dan pengukuran dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan atau target yang
dicanangkan sebelumnya oleh perusahaan telah tercapai. Suatu Sistem Manajemen Lingkungan
(SML) harus memiliki prosedur untuk memastikan tercapainya tujuan lingkungan dan program-
program yang telah ditetapkan.
Indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya akan digunakan untuk melakukan pemantauan
kinerja SML sebagai bagian yang terkait dengan keseluruhan proses produksi barang dan jasa.
Melalui hasil pemantauan tersebut selanjutnya dilakukan analisis mengenai efisiensi kinerja
lingkungan yang telah dilakukan dan menggali inti permasalahannya untuk mencegah timbulnya
dampak negatif terhadap lingkungan ataupun kerugian pada pihak perusahaan. Untuk melakukan
pengukuran dan pemantauan secara tepat, diperlukan sebuah prosedur untuk:
Memantau karateristik kunci dari aktivitas operasi yang memiliki dampak lingkungan,
yaitu penggilingan bahan baku, pemurnian, dan pembuatan SO2.
Mengetahui kondisi kinerja lingkungan perusahaan (termasuk bagaimana mencapai tujuan
dan target dengan baik)
Mengkalibrasi dan memelihara peralatan pemantauan, dan
Mengevaluasi ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya
melalui audit internal
Prosedur untuk melakukan pemeriksaan dan pemantauan adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pemantauan terhadap karateristik kunci dalam proses produksi. Beberapa teori
manajemen mengeluarkan konsep “ Vital Few ” yang merupakan sejumlah faktor terukur
untuk menentukan keluaran proses. Karateristik kunci berfungsi untuk menemukan
faktor – faktor tersebut dan bagaimana melakukan pengukuran terhadap tersebut. Sistem
pengukuran yang paling efektif menggunakan kombinasi dari pengukuran proses dan
6-1
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 6-2 dari 126
pengukuran output atau keluaran. Pengukuran pada output hanya melihat pada hasil dari
sebuah aktivitas atau proses misalnya : kuantitas air limbah yang dihasilkan atau jumlah
kejadian tumpahan material.
2. Kalibrasi peralatan merupakan pengidentifikasian peralatan dan aktivitas yang langsung
berdampak pada kinerja lingkungan. Sebagai langkah awal, terlebih dahulu harus
menentukan karateristik kunci suatu proses yang telah ditentukan sebelumnya, beberapa
kalibrasi khusus dan pencegahan serta perbaikan. Hal ini dapat membantu untuk
memastikan keakuratan program pengamatan dan menjadikan karyawan mengetahui
peralatan yang harus digunakan untuk melakukan pemantauan lingkungan.
3. Penilaian kesesuaian dengan peraturan
Menentukan kesesuaian PT Gendhis Indonesia dengan peraturan perundangan yang
berlaku. Proses ini terdiri dari pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan pelanggaran.
4. Mengevaluasi kinerja lingkungan
Memperhatikan aspek – aspek lingkungan yang telah teridentifikasi dan kesesuaian tujuan
dan target dengan aspek lingkungan tersebut, dengan cara mencari informasi yang
dibutuhkan untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan dan target PT Gendhis
Indonesia .
Prosedur yang digunakan untuk mengevaluasi peraturan perundangan dan persyaratan lainnya
merupakan prosedur evaluasi kesesuaian kegiatan operasional yang mencakup keseluruhan
evaluasi ketaatan. Perusahaan menyimpan hasil evaluasi ketaatan yang telah dilakukan sebagai
bahan pertimbangan untuk evaluasi berikutnya. Prosedur evaluasi ketaatan PT Gendhis Indonesia
adalah sebagai berikut :
6-2
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 6-3 dari 126
6-3
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 6-4 dari 126
dan menyadari bahwa merupakan tanggung jawab setiap karyawan untuk mengidentifikasi
ketidaksesuaian aktivitas operasional dan prosedural, serta melakukan tindakan perbaikan atas
ketidaksesuaian tersebut.
Laporan pertanggung jawaban atas tindakan perbaikan yang telah dilakukan harus disampaikan
dengan baik dan jelas. Dengan melakukan pengkajian ulang terhadap keefektifan dan tiap langkah
perbaikan serta pencegahan yang dilakukan, maka akan tercipta perbaikan yang berkelanjutan
dalam SML PT Gendhis Indonesia yang juga menjadi komitmen perusahaan dan kebijakan
lingkungan. Adapun prosedur untuk menangani ketidaksesuaian tindakan perbaikan dan
pencegahan adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi Masalah
Menemukan permasalahan utama dalam ketidaksesuaian pelaksanaan SML.
Pengidentifikasian masalah juga dititikberatkan dalam usaha pengurangan sumber –
sumber pencemar yang berdampak pada lingkungan.
2. Identifikasi Penyebab Masalah
Menemukan sumber permasalahan melalui proses investigasi. Penyebab permasalahan
ketidaksesuaian, dapat berasal dari kelalaian manusia, kesalahan prosedur, kerusakan
peralatan disebabkan kondisi peralatan yang sudah tidak layak pakai atau kesalahan pada
desain SML itu sendiri.
3. Menentukan Alternatif – Alternatif Solusi yang Dapat Digunakan
Alternatif solusi dikembangkan oleh manajer masing – masing departemen terkait yang
bermasalah dengan ketidaksesuaian SML. Karena pihak yang melakukan tindakan
perbaikan adalah departemen itu sendiri, alternatif solusi yang diambil sebaiknya
merupakan tindakan yang bertujuan untuk mencegah hal yang sama terulang kembali
4. Melaksanakan Solusi yang Telah Ditetapkan
Solusi yang telah ditetapkan untuk dilaksanakan menjadi tanggung jawab setiap karyawan
dalam departemen terkait. Salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah tindakan
perbaikan adalah sikap masing-masing individu atau karyawan dalam departemen
tersebut. Sedangkan yang memegang peran dan tanggung jawab untuk melakukan
6-4
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 6-5 dari 126
Prosedur pengendalian rekaman dibuat dan ditetapkan oleh PT Gendhis Indonesia yang memuat
tata cara pengidentifikasian, penempatan, perlindungan, perbaikan, penyimpanan, dan
pemusnahan rekaman. Prosedur pengendalian rekaman PT Gendhis Indonesia adalah sebagai
berikut :
1. Rekaman yang harus disimpan adalah rekaman yang menjadi bukti dari pelaksanaan SML
yang efektif. Bukti rekaman ini harus ditunjukkan kepada pihak registrasi atau auditor.
Untuk mengkorfimasi bahwa SML perusahaan memenuhi ISO 14001. Rekaman ini juga
meliputi prosedur yang telah dihilangkan sebagian dari sejarah operasional.
6-5
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 6-6 dari 126
2. Rekaman dapat dikelola seperti pengelolaan dokumen, dapat disimpan dalam bentuk
kertas ataupun elektronik. PT Gendhis Indonesia menggunakan kedua metode
penyimpanan rekaman ini. Dalam bentuk elektronik, daftar file yang disimpan,
mempertimbangkan format rekaman dan batasan masa berlaku rekaman. Bagi rekaman
yang dibuat dalam bentuk kertas, ditetapkan langkah – langkah untuk melindungi
rekaman ini, misalnya: menyimpan rekaman yang bersifat rahasia ke dalam lemari api.
Daftar utama dari rekaman yang disimpan memenuhi : nama rekaman, alasan
penyimpanan, tempat penyimpanan, format penyimpanan (kertas atau elektronik), masa
berlaku, dan tanggal pemusnahan rekaman. Merupakan hal yang penting untuk mengelola
daftar rekaman yang disimpan. Keseluruhan rekaman yang dimusnahkan harus berada di
bawah pengawasan dan tangung jawab seseorang.
Program – program SML yang telah dijalankan oleh PT Gendhis Indonesia , harus terus dipantau
keefektifannya. Untuk mengetahui kinerja lingkungan perusahaan maka PT Gendhis Indonesia
menetapkan dan mengembangkan prosedur untuk melaksanakan audit secara informal. Audit
yang dilaksanakan mencakup audit ketaatan terhadap peraturan, audit penggunaan energi, semua
elemen SML dan fungsi tiap unit. Program audit internal mencakup jadwal, pelaksanaan dan
pelaporan audit SML.
Audit internal membantu perusahaan untuk melaksanakan dan memperbaiki SML dengan tepat.
Audit internal dilakukan oleh auditor yang memiliki kompetensi mengenai persyaratan ISO 14001
dan persyaratan PT Gendhis Indonesia . Audit ini dilaksanakan oleh sebuah tim audit yang
dipimpin oleh pimpinan auditor yang bertugas mempersiapkan evaluasi dan kinerja auditor terkait
dengan proses audit, laporan audit, dan memberikan masukan kepada unit – unit perusahaan yang
telah diaudit.
Rekaman hasil audit menjadi tanggung jawab Manajemen Representatif ISO, termasuk daftar
auditor yang telah terlatih, rekaman pelatihan auditor, jadwal audit, dan laporan audit. Audit
6-6
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 6-7 dari 126
internal ini dilakukan pada setiap akhir tahun.Prosedur pelaksanaan audit internal adalah sebagai
berikut :
6-7
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 6-8 dari 126
6-8
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 7-1 dari 126
BAB 7
TINJAUAN ULANG MANAJEMEN
Tinjauan manajemen (TM) merupakan komponen terakhir dalam standar manajemen lingkungan
yang memiliki peranan penting dalam menjamin adanya suatu komitmen yang dapat diterapkan
sebagai upaya peningkatan berkelanjutan. Dalam standar Sistem Manajemen Lingkungan, adanya
kegiatan pemantauan/pengukuran, Tindakan Perbaikan dan Pencegahan (TPP) dan audit internal
memberikan analisa terhadap sistem secara mendalam/rinci tetapi juga masih secara parsial
sehingga butuh adanya suatu tinjauan manajemen untuk melihat kondisi sistem secara
keseluruhan dalam menentukan keselarasan/ kesesuaian antara sistem manajemen lingkungan
dengan kebijakan lingkungan dan menilai tingkat efektifitas dari penerapan sistem tersebut
dengan berdasarkan pada dokumen-dokumen hasil-hasil pemantauan dan pengukuran, tindakan
perbaikan dan pencegahan, dan internal audit sebagai bahan pembahasan. Proses tinjauan
manajemen diharuskan dapat menjamin bahwa informasi yang dihasilkan/ terkumpul dapat
dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap sistem manajemen tersebut.
Setelah keseluruhan tahapan dari sistem manajemen lingkungan, yaitu P-D-C (Perencanaan-
Pelaksanaan-Pemeriksaan) selesai dilaksanakan dalam satu siklus, maka selanjutnya yaitu
dilakukan pelaporan mengenai pencapaian kinerja lingkungan terutama pemenuhan-pemenuhan
kebijakan lingkungan dari penerapan sistem tersebut kepada manajemen puncak. Manajemen
sebagai penanggung jawab memiliki wewenang untuk memberikan penilaian terhadap pencapaian
kinerja lingkungan dari penerapan sistem manajemen lingkungan tersebut dalam konteks evaluasi
ketaatan terhadap peraturan dan perundangan tentang lingkungan yang berlaku, penerapan
tindakan perbaikan dan pencegahan pencemaran, dan pelaksanaan peningkatan berkelanjutan
melalui pencapaian tujuan dan sasaran. Dalam upaya untuk mencapai penerapan tinjauan
manajemen yang efektif, maka perusahaan harus periode tinjauan yang dilakukan secara berkala
dan rutin.
7-1
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 7-2 dari 126
Apabila penerapan sistem manajemen tersebut berdasarkan hasil audit ternyata masih belum
efektif, diperlukan adanya tindakan-tindakan perbaikan dan pencegahan terhadap hal-hal yang
tidak sesuai dengan tujuan dan sasaran, dan hal tersebut menjadi wewenang dari manajemen
puncak. Sebaliknya, apabila penerapan sistem manajemen tersebut dinilai telah sesuai dengan
kebijakan lingkungan dan berjalan secara efektif karena telah tercapainya rencana, prosedur dan
program, maka tinjauan manajemen selanjutnya dijadikan sebagai acuan dalam memutuskan dan
mencari area-area dalam perusahaan yang masih membutuhkan upaya peningkatan pada siklus
berikutnya. Hal ini dapat mengubah kebijakan, tujuan dan elemen-elemen SML lainnya
sebagaimana yang disebutkan dalam standar.
Tinjauan manajemen harus membahas mengenai hal-hal yang dibutuhkan terkait perubahan
kebijakan lingkungan, tujuan dan elemen-elemen lain SML apabila dilakukan suatu perubahan
berdasarkan hasil audit SML, perubahan keadaan dan komitmen terhadap peningkatan
berkelanjutan. Perubahan-perubahan tersebut dibuat oleh tinjauan manajemen setelah
mendapatkan umpan balik (feedback) dari hasil audit internal yang memberikan penilaian terakhir
terhadap hasil pencapaian kinerja lingkungan sistem manajemen sehingga informasi yang diterima
7-2
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 7-3 dari 126
sangat faktual. Adanya peraturan yang semakin ketat dan keluhan dari masyarakat, maka
persyaratan lingkungan dari pihak eksternal harus dijadikan dasar menetapkan ulang kebijakan
lingkungan, orientasi SML dan sampai sejauh mana upaya peningkatan yang dapat dilakukan oleh
perusahaan.
SML merupakan suatu sistem manajemen yang dinamis sehingga apabila berdasarkan hasil dari
tinjauan manajemen tersebut perlu dilakukan perubahan terhadap kebijakan lingkungan yang
telah dibuat, maka standar menyarankan untuk dilakukan. Suatu komitmen formal tidak akan
berarti apabila kenyataan yang terjadi dilapangan berbeda dengan kebijakan lingkungan yang
ditetapkan dan diterapkan. Apabila didapatkan permasalahan, maka diperlukan usaha penekanan
untuk perbaikan dan pencegahan pada tahun berjalan yang mana tinjauan manajemen
memberikan suatu pertimbangan secara mendalam terhadap permasalahan tersebut yang sejalan
dengan kebijakan lingkungan yang diterapkan dan menentukan sasaran lingkungan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi permasalahn tersebut untuk periode penerapan berikutnya.
7-3
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 8-1 dari 126
BAB 8
PROSEDUR SERTIFIKASI
8.1 Permohonan
Persyaratan dan prosedur untuk dapat mengajukan permohonan sertifikasi ISO 14001:2005yaitu:
Besaran biaya sertifikasi akan dikirimkan ke perusahaan pemohon sebagaimana besaran biaya
yang telah ditentukan dan disetujui bersama. Besaran biaya sertifikasi tersebut sesuai dengan
besaran biaya sertifikasi sebagaimana seperti yang telah ditetapkan dalam peraturan pemerintah.
Setelah itu, perusahaan pemohon harus menyampaikan manual/pedoman lingkungan ke LSSML
untuk dikaji pemenuhannya.
Audit kecukupan/ kajian terhadap isi manual dari perusahaan pemohon akan dilakukann oleh
B4T-QSC yang pengkajiannya mencakup mengenaikeseluruhan dari persyaratan ISO 9001:2008
untuk sistem manajemen mutu dan ISO 14001:2005 untuk sistem manajemen lingkungan dan
8-1
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 8-2 dari 126
kajian tersebut akan dilakukan di B4T-QSC. Hasil dari kajian ini selanjutnya akan disampaikan
kepada perusahaan pemohon untuk selanjutnya dapat ditindaklanjuti hingga manual mutu dari
perusahaan tersebut dapat dinyatakan telah memenuhi keseluruhan persyaratan dari ISO
9001:2008 dan ISO 14001:2005
Hasil dari kegiatan audit tahap 1 ini nantinya akan disampaikan ke perusahaan pemohon untuk
selanjutnya dapat ditindak lanjuti.
Audit tahap 2 ini merupakan lanjutan dari audit tahap 1 yang mana dalam audit tahap 2 ini akan
dilakukan kegiatan audit di lokasi perusahaan pemohon berupa penilaian terhadap hasil
implementasi/ penerapan hasil sistem manajemen lingkungan yang diterapkan di perusahaan
pemohon dengan cara melakukan pengkajian dan verifikasi bukti implementasi, proses dan
interview. Audit tahap 2 ini dilakukan oleh tim auditor dari LSSML sebagaimana program yang
telah ditetapkan oleh LSSML. Hasil dari kegiatan audit tahap 2 ini nantinya akan disampaikan ke
perusahaan pemohon untuk selanjutnya dapat ditindak lanjuti.
Selanjutnya yaitu melakukan kegiatan verifikasi terhadap hasil tindakan koreksi/ perbaikan yang
telah dilakukan oleh perusahaan pemohon. Kegiatan verifikasi koreksi ini dapat dilakukan di
lokasi perusahaan pemohon atau di LSSML.
8-2
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 8-3 dari 126
8.7 Evaluasi
Proses evaluasi dilakukan terhadap semua tahapan dari kegiatan sertifikasi. Selanjutnya dapat
diputuskan mengenai penerbitan sertifikat sistem manajemen lingkungan untuk perusahaan
pemohon. Kegiatan evaluasi dilakukan kantor LSSML oleh evaluator yang ditetapkan oleh
LSSML.Hasil dari kegiatan evaluasi tersebut selanjutnya disampaikan ke perusahaan pemohon.
Berdasarkan hasil dari kegiatan evaluasi, sertifikat dan ijin penggunaan logo LSSML selanjutnya
dapat diterbitkan. Setelah itu perusahaan diharuskam melakukan diregister dalam direktori
pemegang sertifikat. Sertifikat sistem manajemen lingkungan ini dapat digunakan oleh perusahaan
dan sertifikat tersebut berlaku untuk periode tiga tahun.
8.9.1 Hak
1. Pemegang sertifikat berhak untuk menggunakan sertifikat dan logo LSSML serta logo
KAN sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Pemegang sertifikat berhak untuk mengajukan keluhan, banding dan penyelesaian
perselisihan kepada LSSML.
3. Mendapatkan penjelasan yang diperlukan apabila ruang lingkup sertifikasi yang diminta
terkait dengan program yang spesifik dan tambahan informasi yang berkaitan dengan
permohonan sertifikasi
4. Mendapatkan informasi setiap adanya perubahan mengenai persyaratan sertifikasi
5. Mendapatkan informasi mengenai nama anggota tim audit yang akan melaksanakan audit
6. Mengajukan permohonan untuk penambahan dan pengurangan mengenai ruang lingkup
sertifikasi.
8-3
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 8-4 dari 126
8.9.2 Kewajiban
1. Menandatangani dan mematuhi dokumen perjanjian sesuai yang diatur dalam kontrak
sertifikasi
2. Memberikan informasikepada LSSML mengenai :
a. Perubahan organisasi dan manajemen perusahaan
b. Perubahan alamat, kepemilikan, status hukum dan status komersial perusahaan
c. Perubahan pedoman sistem manajemen, kebijakan dan prosedur dalam perusahaan
d. Perubahan peralatan, fasilitas dansumber daya lainnya yang dapat mempengaruhi
kinerja sistem manajemen yang diterapkan
3. Melaksanakan tindakan perbaikan dan pencegahan terhadap ketidaksesuaian yang
ditemukan pada saat audit
4. Mentaati penggunaan sertifikat dan logo LSSML serta penggunaan logo KAN
5. Menangani semua keluhan dari pelanggan pemegang sertifikat
6. Tidak menggunakan sertifikasinya yang dapat merugikan LSSML dan tidak membuat
pernyataan yang berkaitan dengan sertifikasinya yang dapat menyesatkan pihak lain
Periode berlakunya sertifikat yaitu selama tiga tahun, dan setelah itu LSSML selanjutnya akan
melakukan audit kembali ke lokasi perusahaan melalui kunjungan survailen yang dilakukan
minimal satu kali dalam setahun dan kegiatan audit tersebut dilakukan terhitung sejak hari terakhir
pelaksanaan audit tahap 2.Pengaturan dan rencana kunjungan survailenditetapkan oleh LSSML.
Kegiatan audit ini dilakukan untuk menilai dan membuktikan konsistensi, kemajuan dan
komitmen perusahaan dan penerapan sistem manajemen lingkungannya.
8.11 Re-Sertifikasi
8-4
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : 8-5 dari 126
audit tahap 2yang akan dilakukan apabila terjadi perubahan dalam sistem manajemen lingkungan
dari perusahaan pemohon, audit tahap 2, evaluasi dan penerbitan sertifikat.
LSSML berhak untuk melakukan pembekuan, pencabutan dan pengurangan terhadap ruang
lingkup dari sertifikat perusahaan pemohon apabila perusahaan pemohon tersebut tidak
mematuhi prosedur dan ketentuan yang berlaku sebagaiman yang ditetapkan dan disepakati.
Penanganan terhadap berbagai keluhan dan banding dari perusahaan pemohon harus dilakukan
sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. LSSML akan melakukan investigasi terhadap
keluhan-keluhan tersebut dengan melakukan audit secara tiba-tiba sebagai upaya tindak lanjut
terhadap terjadinya keluhan tersebut.
8-5
No. Dokumen: 10-SML-01
DOKUMEN MANUAL No.Terbit : 01
SISTEM MANAJEMEN No. Revisi :
LINGKUNGAN Tanggal : 23 Mei 2013
Halaman : i dari 126
LAMPIRAN