Practical Guide Triputra Management System (TMS) telah dibuat pada 2011
untuk melengkapi TMS Handbook yang dibuat pada tahun 2010. Practical
guide menyajikan cara, langkah dan dokumen yang digunakan untuk
menerapkan sub system yang dibahas (lebih menjawab “how to”).
Berdasarkan fakta dan temuan selama TMS Assessment 2012 dan masukan
dari Subco, maka dipandang penting untuk terus menyempurnakan Practical
Guide secara berkelanjutan. Dan ini juga merupakan semangat utama dari
TMS yaitu Continuous Improvement.
1. Sasaran
2. Penjelasan Framework
3. Alur Proses atau Flowchart
4. Form dan contoh
Dengan ini kami mengajak seluruh elemen Triputra Group untuk dapat
mewujudkan visi bersama, yaitu “To become a Group of Best Managed
Companies” dengan mengaplikasikan TMS sebaik mungkin.
Hadi Kasim
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN.................................................................................... 1
DAFTAR ISI ........................................................................................ 2
1. OPM PHILOSOPHY ............................................................................ 5
1.1. Opening.................................................................................... 5
a. Lowest Cost .............................................................................. 5
b. High Quality .............................................................................. 6
c. Shortest Lead Time .................................................................... 8
2. 5R (RINGKAS, RAPI, RESIK, RAWAT, RAJIN) .....................................11
2.1. Definisi 5R ...............................................................................11
2.2. Tujuan 5R ...............................................................................11
2.3. Manfaat dari penerapan 5R ........................................................11
2.4. Konsep 5R ..............................................................................12
2.5. Pelaksanaan 5R ........................................................................14
3. SHE/K3L (Keselamatan Kesehatan kerja dan Lingkungan) ..................30
3.1 Definisi .....................................................................................30
3.2. Tujuan .....................................................................................30
3.3. Manfaat ...................................................................................30
3.4. Penerapan SHE/K3L (Keselamatatan Kesehatan Kerja dan
Lingkungan) ...................................................................................30
4. SUPERVISORY ROLE (PERAN PIMPINAN KERJA) ..................................52
4.1 Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab Setiap Level Management ...52
4.2. Lima Hal Yang Harus Dimiliki Oleh Pimpinan di Level Middle
Management ke bawah ....................................................................53
4.3 Contoh Penerapan Supervisory Role .............................................54
5. ABNORMALITY MANAGEMENT ...........................................................60
5.1. Tujuan Abnormality Management ................................................60
5.2. Manfaat Abnormality Management ..............................................60
5.3. Identifikasi Abnormality .............................................................60
5.4 Penanggulangan Abnormality ......................................................63
5.5. Merespon Abnormality ...............................................................63
6.STANDARDISASI KERJA....................................................................66
1.1. Opening
Triputra Group didirikan dengan visi “To become a group of best managed
companies” serta misi “Contributing to the nation’s competitive edge”.
Dalam rangka mencapai misinya, maka Triputra mempersiapkan seluruh
perusahaan yang berada dalam naungan Triputra Group untuk dapat
mencapai operations excellence, yang bertujuan untuk menjaga
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan ( profitability) dan
keberlangsungan perusahaan (sustainability). Triputra Operations
Management System merupakan sarana untuk mencapai tujuan tersebut.
a. Lowest Cost
Profit adalah salah satu tujuan utama setiap perusahaan agar dapat
menjaga keberlangsungan bisnisnya. Secara umum, ada dua pendekatan
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profit, yaitu: meningkatkan
harga jual atau mengurangi biaya (seperti ilustrasi pada gambar 1.2):
Di era globalisasi dan persaingan bebas seperti saat ini, persaingan didunia
bisnis menjadi semakin kompetitif. Harga jual menjadi faktor utama bagi
customer dalam memilih produk/jasa yang diinginkan. Perusahaan harus
mereduksi biaya serendah mungkin tanpa mengurangi kualitas/spesifikasi
yang diinginkan oleh customer. Keadaan ini yang membuat pendekatan
kedua (gambar 1.2) menjadi lebih relevan untuk diterapkan dalam menjaga
keberlangsungan perusahaan.
b. High Quality
Joseph M. Juran mendefinisikan bahwa kualitas kesesuaian dengan
penggunaan (fitness for use). Pendekatan yang digunakan Juran dalam
mendefinisikan kualitas adalah dengan orientasi pemenuhan kebutuhan dan
harapan customer. Hasil penelitian dari MarkPlus Inc. dapat memberikan
gambaran yang sangat jelas mengapa pemenuhan terhadap kebutuhan
customer sangat penting.
Sumber: MarkPlus
Inc.
Gambar 1.3. Hasil penelitian terkait kepuasan pelanggan
Customer Side
Berikut ini adalah manfaat yang akan didapatkan dari sisi customer jika
perusahaan menjaga kualitas:
1. Customer Satisfaction
2. Customer Retention
3. Brand Image
1. No Repair
2. No Reject
Jika defect yang dihasilkan tidak dapat diperbaiki lagi, maka produk tersebut
akan menjadi produk reject yang tidak dapat dijual, sehingga biaya yang
dikeluarkan untuk memproduksi produk reject tersebut akan terbuang sia-
sia karena perusahaan kehilangan peluang untuk menjualnya kepada
customer.
1. Productivity
Kaizen productivity dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: Man Power,
Equipment, dan Material. Jika produktivitas meningkat, maka akan
serta merta dapat menurunkan biaya. Sehingga aktifitas kaizen
productivity akan mengantarkan perusahaan untuk mencapai lowest
cost.
2. Just in Time
Kaizen pada pilar yang kedua, yaitu Just in Time, bertujuan untuk
memperpendek lead time dengan cara mengeliminasi stagnasi.
Kaizen Just in Time akan membuat perusahaan dapat mencapai
shortest lead time. Selain itu, kaizen Just in Time juga akan
mempengaruhi peningkatan produktivitas sehingga dapat membantu
mereduksi biaya.
3. Quality
Kaizen quality merupakan cara agar perusahaan dapat menghasilkan
kualitas produk/jasa yang baik demi mencapai tujuan high quality.
Pendekatan yang dipakai Triputra Operations Management System
untuk penjaminan dan pengendalian kualitas adalah dengan cara
penerapan built in quality. Kemudian, seperti juga aktifitas kaizen
Just in Time, kaizen quality pun dapat membantu untuk
meningkatkan produktivitas.
Suatu pilar akan dapat berdiri dengan kokoh apabila memiliki fondasi yang
kuat. Demikian halnya dengan 3 pilar OPM, akan berjalan dengan baik
apabila 5 fondasinya dibangun dengan benar, kelima fondasi itu adalah:
1. 5R
Merupakan proses perubahan sikap dengan menerapkan penataan
dan kebersihan tempat kerja
2. SHE
Mencakup pengelolaan kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang
berdampak atau dapat beresiko terhadap Keselamatan, Kesehatan
kerja dan lingkungan (termasuk pekerja kontrak, personel
kontraktor, atau orang lain yang berada di tempat kerja, pencemaran
lingkungan)
3. Supervisory role
Membahas tentang peran pengawasan dengan pembagian tugas dan
tanggung jawab sesuai jenjang masing-masing, mulai dari jenjang
pimpinan tertinggi sampai jenjang pimpinan terendah
4. Abnormality Management
Merupakan pengelolaan setiap penyimpangan di tempat kerja mulai
dari penetapan dan visualisasi standard, indentifikasi abnormality,
penanggulangan hingga tindak lanjutnya
5. Standardized Work
Merupakan cara kerja untuk menghasilkan produk/jasa yang
berkualitas tinggi, aman dan efisien, serta focus pada gerakan
operator
2.1. Definisi 5R
Merupakan suatu proses perubahan pola pikir dengan menerapkan penataan dan
kebersihan tempat kerja. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan tertib, maka
kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan, dan dengan demikian 4 bidang
sasaran pokok, yaitu keselamatan kerja, efisiensi, produktivitas, dan kualitas dapat
lebih mudah dicapai.
2.2. Tujuan 5R
Tujuan dari 5R adalah menciptakan budaya disiplin dalam diri karyawan
dengan membuat tempat kerja yang baik agar menciptakan pola pikir yang
baik.
Penjelasan: Tempat kerja yang tidak baik, maka mencerminkan pola pikir yang tidak baik
pula.
Penjelasan: Dengan penerapan 5R, kita membuat tempat kerja yang baik, yang pada
akhirnya dapat menciptakan pola pikir yang baik
2.4. Konsep 5R
1. RINGKAS
Yang dimaksud dengan ringkas adalah memilah barang-barang
antara yang perlu dan tidak perlu di tempat kerja, kemudian
singkirkan barang-barang yang tidak diperlukan.
Yang dimaksud barang-barang yang tidak diperlukan adalah sampah,
scrap dan barang-barang yang sudah tidak digunakan.
Prinsip :
Manfaat:
Metode :
2. RAPI
Yang dimaksud rapi adalah standardisasi penempatan barang
sehingga mudah ditemukan dan dijangkau pada saat dibutuhkan.
Untuk barang yang dibutuhkan, ditempatkan pada tempat yang
ditentukan sehingga mudah diambil pada saat diperlukan.
Prinsip:
Manfaat:
Metode:
Pengelompokan barang
Penyiapan tempat
Tanda batas
Tanda pengenal barang
Denah/peta peletakan barang
3. RESIK
Yang dimaksud resik adalah menjaga segala sesuatu tetap bersih di
lingkungan kerja dan mengenali abnormality yang mengakibatkan
tempat kerja tidak bersih.
Prinsip:
Manfaat:
Metode:
4. RAWAT
Yang dimaksud rawat adalah membuat standardisasi dari aktivitas
ringkas, rapi dan resik.
Prinsip:
Metode:
5. RAJIN
Yang dimaksud rajin adalah disiplin dalam menjalankan dan
mematuhi standar ringkas, rapi dan resik yang sudah ditentukan.
Prinsip:
Manfaat:
Metode:
2.5. Pelaksanaan 5R
1. Komitmen manajemen puncak
Manajemen puncak terlibat dalam aktivitas review dan
patrol/inspeksi.
Manajemen puncak ikut di dalam pelaksanaan patrol/genba/inspeksi
secara periodik dan melakukan review terhadap hasil dari kegiatan
patrol/genba/inspeksi sehingga dapat memastikan kegiatan berjalan
secara PDCA.
Kesungguhan seluruh jajaran perusahaan untuk secara profesional
dalam sikap dan prilaku menerapkan prinsip 5R
Seseorang pimpinan memberikan contoh di dalam pelaksanaan
kegiatan 5R sehari-harinya, misalnya berperilaku yang berbudaya
5R, membuang sampah sesuai tempatnya, merapikan area kerjanya,
dst.
2. Perencanaan/Plan (P)
a. Struktur Organisasi 5R
Struktur Organisasi 5R dapat digabung sesuai dengan kebutuhan
Organisasi.
Struktur organisasi 5R di dalam perusahaan dapat berupa komite
atapun bergabung dengan struktur organisi komite yang lain,
misalnya bergabung dengan komite SHE dan 5R
b. Activity Plan 5R
Membuat jadwal pelaksanaan kegiatan 5R (misalnya
patrol/genba/inspeksi, audit, aktifitas training, 5R meeting
benchmark dst.)
Membuat pembagian area tanggung jawab 5R, check sheet
patrol/genba/inspeksi)
Rencana training (training 5R masuk dalam matrik training di HRD
training)
Pengesahan Activity Plan
Aktivitas 5R yang sudah ada kemudian disetujui dan disahkan oleh
manajemen setempat.
c. Budgeting/Anggaran Biaya
Membuat master budget sesuai dengan activity plan yang sudah
direncanakan.
Pengesahan master budget
3. Penerapan / Do (D)
Pelaksanaan kegiatan 5R di setiap area di perusahaan sesuai dengan
prosedur
Kegiatan 5R berjalan di masing-masing departemen/area sesuai
dengan aktivitas/KPI masing-masing area (misalnya sebelum dan
sesudah bekerja memilah, merapikan dan membersihkan area,
melakukan piket 5R di masing-masing area, melakukan pengisian
check sheet harian, dst.)
Pelaksanaan genba/patrol/inspeksi di semua area
Komite 5R bersama pimpinan (perusahaan dan atau area kerja)
secara berkala melakukan genba/patrol/inspeksi di semua area kerja.
Tindak lanjut dari hasil temuan genba/patrol/inspeksi
Hasil dari temuan genba/patrol/inspeksi, kemudian rekap dan
disampaikan ke pimpinan area kerja untuk kemudian ditindaklanjuti
supaya terjadi proses perbaikan.
Pelaksanaan training 5R
Untuk menciptakan pola pikir yang berbudaya 5R dan menjalankan
penerapan 5R berjalan dengan baik, maka semua karyawan harus
diberikan pelatihan mengenai 5 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan
Rajin).
Hasil dari pelatihan, data-data pendukung dari hasil pelatihan
disimpan dan didokumentasikan sesuai dengan ketentuan masing-
masing perusahaan.
4 Rambu
Petunjuk a. Dasar putih, garis
tepi biru, tanda
hitam
2 Mode Bulat
3 Mode Segitiga
Bahaya
Contoh forklift
JINGGA
(ORANGE)
Dasar Hitam
Dasar Kuning
Dasar Biru
6 Udara Putih
5 Udara Putih
3 MUDAH
Simbol ini berupa gambar nyala api
MENYALA
berwarna putih dan hitam, simbol
ini menunjukkan suatu bahan yang
memiiki karakteristik sebagai
berikut:
- dapat menjadi panas atau
meningkat suhunya dan terbakar
karena kontak dengan udara pada
temperatur ambien;
- padatan yang mudah terbakar
karena kontak dengan sumber
nyala api;
- gas yang mudah terbakar pada
suhu dan tekanan normal;
- Mengeluarkan gas yang sangat
mudah terbakar dalam jumlah yang
berbahaya, jika bercampur atau
kontak dengan air atau udara
lembab;
- Padatan atau cairan yang memiliki
titik didih di bawah 0 derajat celcius
dan titik didih lebih rendah atau
sama dengan 35 derajat celcius;
- padatan atau cairan yang memiliki
titik nyala 0 – 21o celcius
- cairan yang mengandung alkohol
kurang dari 24% volume dan/atau
pada titik nyala (flash point) tidak
lebih dari 60oC (140oF) akan
menyala apabila terjadi kontak
dengan api, percikan api atau
sumber nyala lain pada tekanan
udara 760 mmHg. Pengujiannya
dapat dilakukan dengan metode
“Closed-Up Test”;
- Padatan yang pada temperatur
dan tekanan standar (25oC dan 760
mmHg) dengan mudah
4 CAIRAN
Cairan mudah terbakar dalam hal
MUDAH
titik nyala > 21ºC dan < 55ºC pada
MENYALA
tekanan 1 (satu) atmosfir;
-Menyebabkan proses
pengkaratan pada lempengan
baja (SAE 1020) dengan laju
korosi lebih besar dari
6,35mm/thn dengan temp.55o C
Limbah pengoksida
Nama barang_________ Jumlah ______ Beri label warna merah untuk barang yang
tidak digunakan
LABEL MERAH
Alasan: ________________________________________
_______________________________________________
_______________________________________________
Discrapkan Diperbaiki
Garis batas
dalam
10 cm 60 - 10 cm
80
cm
3.2. Tujuan
1. Untuk menjadi acuan kepada manajemen dan karyawan dalam
menyusun pedoman di perusahaan masing-masing.
2. Untuk memudahkan dalam menjalankan pengelolaan aspek
keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan.
3. Untuk terciptanya tempat kerja yang aman, sehat, nyaman dan
ramah lingkungan, produktif dan efisien
3.3. Manfaat
1. Mencapai standar kinerja yang tinggi dalam mencegah insiden
(incident), ill-health dan penyakit akibat kerja (PAK) dan
meminimalkan dampak lingkungan akibat operasi perusahaan serta
mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber daya alam.
2. Untuk memudahkan manajemen dan karyawan memahami
implementasi sistem manajemen keselamatan kesehatan kerja dan
lingkungan.
A B
1. Kebijakan
Kebijakan SHE/K3L adalah suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani
oleh Manajemen puncak, yang memuat visi dan tujuan perusahaan,
komitmen dan tekad untuk melaksanakan K3L. Kebijakan ini harus mampu
memberi arah untuk penyusunan objektif dan target K3L. Kebijakan K3L ini
dibuat dengan melibatkan wakil karyawan, yang kemudian harus
dikomunikasikan kepada semua karyawan, tamu, kontraktor, pemasok dan
pelanggan. Kebijakan K3L bersifat dinamis dan selalu ditinjau ulang secara
berkala dalam rangka peningkatan kinerja K3L
2. Perencanaan
Perencanaan adalah tahap awal dari sistem manajemen SHE/K3L yang
ditetapkan berdasarkan:
3. Penerapan
3.1 Sumber Daya, Aturan, Peran, Tanggung Jawab, Akuntabilitas
(Tanggung-gugat) dan Wewenang
3.1.1 Manajemen harus memastikan ketersediaan sumber daya yang
diperlukan untuk menetapkan, menerapkan, memelihara dan
meningkatkan sistem manajemen SHE/K3L. Sumber daya
termasuk sumber daya manusia dan keterampilan khusus, saran
operasional, teknologi dan sumber daya keuangan.
3.1.2 Peran, tanggung jawab dan wewenang harus ditentukan,
didokumentasikan dan dikomunikasikan guna memfasilitasi
manajemen SHE/K3L yang efektif. Manajemen puncak harus
menunjuk satu orang atau lebih wakil manajemen tertentu yang
tidak tergantung pada tanggung jawab lainnya, yang harus
mempunyai peran, tanggung jawab dan kewenangan yang
ditetapkan.
3.1.3 Perusahaan harus memastikan bahwa orang-orang yang berada
di tempat kerja bertanggung jawab untuk aspek-aspek SHE/K3L
di dalam kendali mereka sendiri, termasuk kepatuhan pada
persyaratan SHE/K3L yang relevan.
3.2 Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian
3.2.1 Perusahaan harus memastikan setiap orang yang bertugas untuk
atau atas nama perusahaan yang berpotensi menyebabkan
bahaya atau dampak lingkungan yang diidentifikasi oleh
organisasi, mempunyai kompetensi yang berasal dari pendidikan,
pelatihan atau pengalaman yang memadai dan organisasi harus
menyimpan rekaman yang terkait dengan kompetensi tersebut.
3.2.2 Perusahaan harus mengidentifikasi keperluan pelatihan yang
terkait dengan sistem manajemen SHE/K3L. Perusahaan harus
memberikan pelatihan dan meningkatkan kepedulian atau cara
3.4 Dokumentasi
Dokumentasi sistem manajemen keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan
harus mencakup :
a. Kebijakan, tujuan dan sasaran SHE/K3L
b. Penjelasan lingkup sistem manajemen SHE/K3L.
c. Penjelasan unsur-unsur utama sistem manajemen SHE/K3L
dan keterkaitannya serta rujukan kepada dokumen terkait.
d. Dokumen, termasuk catatan yang ditentukan oleh organisasi
sebagai dokumen penting untuk memastikan perencanaan,
operasi dan pengendalian proses secara efektif, yang terkait
dengan aspek SHE/K3L.
4. Pemeriksaan
4.1 Pemantauan dan Pengukuran Kinerja
4.1.1. Dalam melakukan pemantauan dan pengukuran,
organisasi harus menetapkan, menerapkan dan
memelihara prosedur yang menguraikan pelaksanaan
pemantauan dan pengukuran secara teratur terhadap
kinerja SHE/K3L. Hasil pemantauan dan pengukuran
kinerja direkam untuk dievaluasi efektivitas setiap
pengendalian serta pencapaiannya terhadap kebijakan,
tujuan dan sasaran SHE/K3L dan ditindak lanjuti.
4.1.2. Untuk menjamin bahwa hasil pemantauan dan
pengukuran kinerja tersebut valid, maka harus dilakukan
oleh orang yang berkompeten.
4.1.3. Untuk menjamin bahwa alat yang digunakan masih baik
maka harus ada prosedur untuk memelihara,
mengkalibrasi dan menyimpan catatan hasil
pemeliharaan dan kalibrasi alat-alat tersebut.
5. Tinjauan manajemen
Manajemen puncak harus meninjau sistem manajemen SHE/K3L
organisasi, pada jangka waktu tertentu, untuk memelihara
kesesuaian, kecukupan dan efektivitas sistem yang berkelanjutan.
Hasil dari tinjauan manajemen dicatat dan didokumentasikan serta
digunakan sebagai masukan dalam perencanaan tindakan
manajemen.
B. Kualitas Penerapan
1. Aspek Keselamatan
1.1 Frekuensi Rate ( FR)
Adalah jumlah kecelakaan yang menyebabkan hari hilang yang
dialami oleh suatu perusahaan. Angka ini menggambarkan
seberapa sering terjadi kecelakaan kerja di perusahaan. Penilaian
pencapaian FR tergantung pada jumlah karyawan dan jam kerja
yang dimiliki perusahaan tersebut
1.2 Severity Rate (SR)
Adalah jumlah hari hilang yang dialami oleh perusahaan akibat
karyawan tidak masuk kerja yang diakibatkan oleh kecelakaan
kerja. Angka ini menggambarkan tingkat keparahan dari
kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan.
FORM :
DIVISI :
DEPARTEMEN :
SUB DEPARTEMEN :
Consequence / Keparahan
Consequence / Keparahan
Probability / Probabilitas
Probability / Probabilitas
Kondisi
Accepted / Diterima?
Accepted / Diterima?
Status Hazard / Bahaya Potential Incident / Operasi Additional controls
Aktifitas (sumber bahaya) Kejadian yang tidak diinginkan (normal / Applicable regulations / Existing controls / (recommended) /
Activity / Product / Services Remarks /
No Rutin ( R ) Picture/ Gambar atau atau abnormal / Peraturan yang Kendali yang ada saat Pengendalian
Aktivitas / Produk / Jasa Keterangan
Risk / Resiko
Risk / Resiko
atau Non Environmental Aspect / Environmental Impact / shut down / terkait ini tambahan
( Ya / Tdk )
( Ya / Tdk )
Rutin ( NR ) Aspek Lingkungan Dampak pada lingkungan start up / (diusulkan)
emergency)
0 YA 0 YA
0 YA 0 YA
0 YA 0 YA
0 YA 0 YA
0 YA 0 YA
No Kepatuhan
Peraturan Penaatan SHE/K3L
(Ya/Tidak/NA)
1 AMDAL atau UKL/UPL atau DPL Ya/Tidak/NA
2 Bejana Tekan (termasuk Kompressor,bejana tetap, botol baja) – Permenaker Ya/Tidak/NA
No.PER- 01/MEN/1982. (Jika berdampak langsung pada Kualitas Produk / Aspek
SHE
3 Instalasi penyalur petir. Permenaker RI No. PER-02/MEN/1989 Ya/Tidak/NA
STATUS
NOMOR DAN TAHUN Peraturan Terkait
NO ISI PERATURAN NASIONAL/DAERAH LOKASI PERUSAHAAN KETERANGAN
DIKELUARKAN
K3 Lingkungan BERLAKU TIDAK CAKUNG NAGRAK
Keterang symbol :
√ : Berlaku
No. Dokum en :
Periode Update :
EVALUASI PEMENUHAN PERATURAN K3L & PERSYARATAN LAINNYA Update ke :
Status per :
Bagian Yang
Implementasi Status Pemenuhan
No No Peraturan Judul Relevan Tentang Keterangan No OTP
Bab Pasal Ayat Fasilitas Dok Kerja Sudah Proses Belum
PT.DHARMA POLIMETAL
DEPARTMENT : GA Revisi : 0
2010 P
Palet yang dipakai sudah
1 Pencegahan Kejatuhan palet Penetapan palet scrap standar Sarif
standard
Januari
2010 P
Pencegahan kejatuhan. Odner atau tumpukan form
Pembuatan WI penggunaan
2 Cetakan jatuh menimpa karyawan di area tersebut. Approval WI & Sosialisasi WDM
Februari
tangga
Karyawan jatuh saat pengambilan. A
2010 P
Pencegahan kebakaran. Kabel terminal dipakai - Schedule
Penambahan colokan listrik,
3 bertingkat-tingkat & potensi konsleting (terjadi penambahan/permintaan WDM
Safety sign
Januari
2010 P
Pencegahan kecelakaan lalin. Terjadi tabrakan / Penambahan Rambu / Marka Rambu / Marka jalan terpasang
4
kecelakaan lalu lintas karena rambu yang kurang tersedia jalan dibeberapa area
A
PLAN Hal : /
No. Dokumen :
Tanggal :
CONTROL / DUE
OBJECTIVES PROGRAM /ACTIVITY PIC TARGET PROGRESS STATUS
CHECK POINT DATE
04.Jan.10
Pengangkutan sesuai Control /Sosialisasi terhadap Driver pengangkut scrap dan
1 Kejatuhan palet Penetapan palet standart Sarif Sesuai Jadwal
kapasitas Driver forklift
26 Feb.10
Cetakan jatuh menimpa
2 karyawan di area tersebut. Penggunaan tangga / kursi Himbauan / safety sign WDM Sesuai Jadwal Pembuatan Tangga yang sesuai dengan pemakaian
Karyawan jatuh saat
pengambilan.
04.Jan.10
bertingkat-tingkat & potensi Penggantian Terminal Sesuai
3 Safety sign WDM Sesuai Jadwal Terminal di sesuaikan dengan kebutuhan pemakaian
konsleting (terjadi Dengan Pemakaian
kebakaran)
1 Awareness Training
Pengelolaan Limbah
2
cair
Pengelolaan Limbah
3
Padat B3
Pengelolaan Limbah
4
Udara
5 Handling Chemical
6 Clener Production
Environmental
7 Management System
( ISO 14001 )
Kesiapsiagaan Tang-
8
gap Darurat
Peraturan Pemerintah
9 tentang Lingkungan
Hidup
10 Internal Audit
Tingkat Kemampuan
1 ALI NURHALI
Rencana Training /
20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007
bimbingan
Tingkat Kemampuan
2 AMING
Rencana Training /
20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007 20-07-2007
bimbingan
Tingkat Kemampuan
3 RIZKY
Rencana Training /
01-03-2010 01-03-2010 01-03-2010 01-03-2010 01-03-2010 01-03-2010 01-03-2010 01-03-2010 01-03-2010 01-03-2010 01-03-2010 01-03-2010 01-03-2010 01-03-2010 01-03-2010 01-03-2010 01-03-2010
bimbingan
No Dok : EF.ES.05.01.05
Revisi : 0
Nama Kontraktor :
Jenis Pekerjaan :
Ststus
No Item Hasil Monitoring Keterangan
OK NG
ANALISA KETIDAKSESUAIAN
ILUSTRASI/KETERANGAN
Hasil review
Selesai ( Settled ) Disetujui Diperiksa Dibuat
SHE Management
Performance
SHEMAP
MANAGEMENT REVIEW
( PERFORMANCE
ACHEIVEMENT)
Activity Plan to
Continual
Improvement
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Agreement
Ijin kerja dikeluarkan berdasarkan inspeksi peralatan kontraktor dan keselamatan kerja selama pekerjaan berlangsung.
Saya telah mengetahui dan mengerti lingkup pekerjaan dan persaratan yang harus dipenuhi dalam melakukan pekerjaan saya dan perwakilan saya
akan mematuhi Peraturan Keselamatan Kerja untuk Kontraktor
Management
Shop Floor
Middle
Management
Management
Management merupakan tingkatan jabatan tertinggi dimulai dari
level Division Head hingga CEO. Management diharapkan untuk
lebih banyak melakukan pembaharuan/inovasi dan kaizen, serta
sedikit pemeliharaan
Middle Management
Tingkat jabatan Middle management terdiri dari level Department
Head dan Section Head. Middle management diharapkan mampu
menjembatani antara inovasi, semangat kaizen dan kegiatan
operasional sehari-hari.
Shop Floor
Tugas utama Shop Floor adalah melaksanakan kaizen dan
memelihara hasil-hasilnya. Shop Floor terdiri dari Foreman, Group
Leader, dan Operator.
INOVASIPENG
KEMA
M-
PUAN
4
E- (
TAHU
AN
3
P
K
Gambar 4.1. Lima hal dasar yang harus dimiliki pimpinan level Middle
Management ke bawah
4.2.1. Dua (2) Pengetahuan yang harus dimiliki oleh pemimpin adalah
sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang pekerjaan
Maksudnya adalah pengetahuan tentang seluruh pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya secara baik hingga ke hal yang
sekecil-kelcilnya. Hal ini dimaksud jika ada bawahnannya tidak
memahami suatu pekerjaan dan hendak bertanya, Foreman harus
dapat memberikan jawaban atau contohnya.
2. Pengetahuan tentang tugas dan peranannya
Foreman sebagai seorang manajer personalia di tempatnya. Dia
mempunyai sifat-sifat kepemimpinan yang menonjol dan dapat
menjadi teladan bagi bawahannya. Dalam kondisi tertentu
diharapkan mampu berperan sebagai orang tahu bagi
bawahannya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Disiplin
b. Pengendalian diri
c. Terbuka
d. Tegas
e. Komunikatif
Rev. Ke :
0
Hal .... :
DEPT
SUPERVISORY ROLE( LINE HEAD /Low Manajemen)
Lembar supervisory role adalah lembar yang berisikan peran pimpinan kerja
dalam melaksanakan aktivitas harian atau mingguan, mulai dari sebelum
jam kerja, saat kerja dan setelah kerja. Lembar supervisory role dilengkapi
dengan item job (pekerjaan yang harus dilakukan), item kontrol, frequensi
pengontrolan, dan jadwal pengontrolan.
Tujuan:
1. Semua aktivitas yang sudah direncanakan dapat terkontrol
2. Abnomality terhadap safety, quality, productivity dan orang cepat
terdeteksi
3. Pengendalian cepat
5. ABNORMALITY MANAGEMENT
Abnormality Management adalah pengelolaan setiap penyimpangan di
tempat kerja mulai dari penetapan dan visualisasi standard, identifikasi
abnormality, penanggulangan hingga tindak lanjutnya.
3. Membuat visualisasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat visualisasi:
Mudah dibaca dan dimengerti, bahasanya sederhana dan tidak terlalu
banyak
Updating sesuai dengan periode waktu yang telah ditentukan.
Penanggung jawab (Person In Charge / PIC) yang bertugas untuk
melakukan update informasi harus jelas
Content Visual Board harus mewakili control point, termasuk target
dan actual di area operasi terkait
4. Implementasi
Alat visualisasi berupa grafik, tanda min/max pada gudang, lampu
system berupa andon atau rambu–rambu (pada produksi atau lalu lintas)
yang telah dibuat harus disosialisasi ke semua orang di bagian terkait
dan memastikan semua orang mengerti fungsinya. Teknis
pelaksanaannya dapat dikaitkan dengan Abnormality management.
5. Review
Tahap ini meliputi tindakan “check” dan “action” yaitu adanya evaluasi
secara periodik untuk selanjutnya mengambil tindakan untuk meningkat
fungsi dan kegunaan alat visualisasi tersebut.
Review adalah tahapan untuk memastikan:
Visualisasi dijalankan sebagaimana mestinya
Visualisasi masih sesuai dengan kondisi lapangan
Masalah-masalah yang dihadapi terindetifikasi dan tindakan yang
diperlukan dilaksanakan.
Jika pada saat penge-check-an fungsi dari alat visualisasi tidak efektif
dan efisien maka dilakukan pembaharuan (Updating). Updating penyajian
Visual control dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Online updating, biasanya penggunaan alat bantu computer atau
sistem electronic yang lain.
2. Regular updating (every minute, hourly, daily, weekly, dan lainnya).
3. Pasif (Permanent) tidak dibutuhkan updating
Contoh visualisasi:
Penomoran tempat penyimpanan stock komponen (di gudang)
Indikator standard WIP (Work In Process) di bagian produksi
Sistem untuk mengetahui pekerjaan telah dimulai/selesai (dibagian
produksi umumnya pada proses yang menggunakan conveyor)
Sistem untuk mengetahui standard work sheet
Sistem untuk mengetahui keterlambatan,abnormalitas dan lainnya
(andon/lampu informasi electric).
6.STANDARDISASI KERJA
6.1. Pengertian
Standardisasi kerja adalah cara kerja untuk menghasilkan produk/jasa
yang berkualitas tinggi, aman dan efisien, serta fokus pada gerakan
operator.
Standar Proses
Waktu
Temperatur
Tekanan
Spesifikasi produk
Standardisasi kerja
Alat analisa
Penghilangan
6.3. Tipe-tipe Standardisasi Kerja
pemborosan
Ada tiga (3) tipe standardisasi kerja yang diklasifikasikan berdasarkan
proses kerja:
Tujuan:
Mengidentifikasikan proses mana yang bottleneck.
Tujuan:
- Untuk menyelaraskan elemen kerja manusia dengan elemen
kerja mesin.
- Sebagai panduan orang untuk melakukan pekerjaan dengan
urutan dan waktu yang sama.
Tujuan:
Sebagai alat bantu untuk memudahkan pimpinan kerja mengontrol
kerja operator.
Sebagai alat bantu untuk melakukan kaizen.
Tujuan:
- Sebagai petunjuk atau standar yang ditetapkan dalam suatu
pekerjaan, sehingga semua operator melakukan cara pengerjaan
yang sama.
- Agar atasan mengetahui dan dapat mengontrol suatu pekerjaan
operator.
- Memudahkan dalam mengajari operator lain dalam suatu
pekerjaan.
- Dikerjakan dengan urutan yang sama walaupun dilakukan oleh
orang yang berbeda.
6.7.2.Yamazumi Chart
Definisi:
Suatu bagan yang menggambarkan tumpukan aktivitas dan beban
kerja.
Tujuan:
Mengetahui total waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan
pekerjaannya dalam kurun waktu tertentu.
Tujuan:
Untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator
untuk melakukan satu tugas dan trigger untuk mengerjakan
pekerjaan tersebut.
* Contoh
Sebuah pekerjaan inspeksi dan packing.
Base work unit (a) = 91 detik/pak
Frequency (n) = 2554 unit/shift × 1 pak/15 unit
= 170.3 pak/shift
* Unit operation time = 91 detik/pak × 170.3 pak/shift
= 258 menit dan 23 detik/shift
Tujuan:
Untuk mengetahui beban kerja yang dibutuhkan oleh satu operator
untuk menyelesaikan semua tugasnya dalam satu hari.
Tujuan:
Mengetahui total waktu kerja yang dibutuhkan untuk melakukan
pekerjaannya dalam kurun waktu tertentu.
Tujuan:
1. Untuk mengkonfirmasi secara akurat baik itu pekerjaan yang
bukan merupakan pekerjaan berulang-ulang, maupun kaizen
pekerjaan preparation secara bersama-sama sesuai dengan
kondisi aktualnya sehingga masing-masing bisa dibuat
standardisasinya.
2. Apakah waktu kerja yang sudah dijadwalkan, kondisi aktualnya
seperti waktu yang dipakai untuk operation (main job), atau
penyebab terganggunya operation ratio dan bagaimana kondisi
gangguannya itu bisa betul-betul dikonfirmasi (diidentifikasikan
dengan tepat).
3. Untuk membuat evaluasi berapa kali atau berapa frekuensi
timbulnya pekerjaan yang tidak sesuai aturan dan berapa
waktunya per shift, sehingga bisa dibuatkan standardisasinya.
4. Dengan pengontrolan genba, bisa menemukan problem-problem
seperti system kerja, fluktuasi pada man hour loading, kombinasi
kerja, dan lain-lain.
Sasaran (Output):
Untuk melihat loading operator secara keseluruhan dalam satu shift
kerja dan menambahkan pekerjaan-pekerjaan lain apabila
ditemukan banyak waktu kosong.
Jenis Elemen Kerja dari Pekerjaan:
1. Pekerjaan preparation
2. Pekerjaan utama
3. Pekerjaan tambahan (incidental job)
4. Pekerjaan irregular/muda
Why-Why
Metode ini digunakan untuk benar-benar menemukan apa yang
menjadi penyebab suatu masalah berdasarkan fakta yang ada di
lapangan. Dalam melakukan investigasi pencarian akar
permasalahan dengan menggunakan metode Why-Why, jangan
ajukan pertanyaan kepada orang, tetapi ajukan pertanyaan
kepada objek yang menjadi tempat permasalahan itu muncul
1. Penentuan Tema
Tema ditentukan berdasarkan analisis dari kondisi sekitar. Kondisi
sekitar yang dimaksud bisa berupa kebutuhan
perusahaan/customer/supplier atau berupa kebijakan, baik dari
perusahaan atau dari stakeholder eksternal seperti pemerintah.
3. Penentapan Target
Selanjutnya adalah menetapkan target dari aktivitas kaizen. Dalam
menentukan target haruslah berdasarkan pada perhitungan dan
alasan yang dapat dipertanggung-jawabkan (challenging &
achievable).
6. Konfirmasi Hasil
Jika aktivitas kaizen telah selesai, maka hasil pencapaian aktivitas
kaizen perlu dikonfirmasi dengan target yang telah ditetapkan
diawal. Apabila belum mencapai target, maka kembali pada proses
sebelumnya (antara melakukan kaizen kembali hingga target
tercapai, merubah strategi dan taktik, atau merubah target).
Walaupun, diharapkan perubahan target merupakan pilihan yang
terakhir untuk dilakukan.
7. Pembuatan Standardisasi
Jika hasil telah terkonfirmasi, maka yang terakhir adalah membuat
standardisasi dari aktivitas kaizen yang telah dilakukan yang dapat
menjadi landasan untuk aktivitas kaizen berikutnya.
7.4. MUDA
Salah satu tujuan utama dari aktivitas kaizen adalah mengeliminasi MUDA.
MUDA ada bermacam-macan dan ada dimana-mana. Secara umum MUDA
atau pemborosan dapat dikategorikan menjadi sembilan:
Dalam banyak kasus, komponen terbesar dari lead time adalah stagnasi.
Berikut ini (gambar 8.2) merupakan ilustrasi yang menggambarkan bahwa
seringkali komponen stagnasi mendominasi panjang lead time.
Gambar 8.2. Contoh Perhitungan Lead Time (Case: Perusahaan Kontraktor Pertambangan)
B C
1
D C
a A
S P
t r 4
B
Logistic Kaizen
Logistik merupakan sistem manajemen yang mengatur aliran barang dan
informasi dari poin awal hingga ke poin tujuan. Secara umum, aktifitas
logistik dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: manajemen
inventory dan manajemen transportasi. Pada dasarnya logistik tidak
memberikan nilai tambah terhadap suatu produk, tetapi penting untuk
dilakukan agar produk dapat mencapai tujuan. Oleh karena itu, penting
halnya untuk melakukan logistic kaizen agar lead time yang digunakan
dalam aktifitas logistik ini dapat dilakukan dengan efisien.
Manfaat yang dihasilkan dengan mengimplementasikan Logistic Kaizen
adalah:
1. Mereduksi inventory
Salah satu contoh logistic kaizen adalah dengan menerapkan
sistem frequent delivery. Dengan memperbanyak frekuensi
pengiriman, maka stok tidak akan terpendam terlalu lama
didalam gudang, sehingga inventory dapat dikurangi.
2. Memperpendek lead time
Semakin singkatnya waktu suatu produk tertahan didalam
gudang, maka secara otomatis akan memperpendek lead time
nya karena produk akan sesegera mungkin dikirim ke customer.
Gambar 8.8 Inventori yang dihasilkan karena rencana produksi tidak heijunka
2. Pengaturan Man Power yang sulit
Sesuai dengan tujuan Just in Time yaitu mencapai Shortest Lead Time maka
tema utama dari aktivitas kaizen Just In Time adalah Shortening Lead Time.
Agar tema kaizen lebih terarah dan fokus, maka dapat ditentukan sub tema
untuk mendukung tema shortening lead time, yaitu inventory reduction,
logistic kaizen, minimalisasi waktu set-up, dan sebagainya.
1. Order information
Menjelaskan bagaimana perjalanan informasi, berapa frekuensinya, dan
menggunakan heijunka atau tidak.
2. Delivery Logistic to customer
Menjelaskan bagaimana hubungan antara collecting & shipping area,
penempatannya di tempat yang sama atau tidak, dan bagaimana
perjalanan deliverynya hingga ke tujuan akhir.
3. Cara collecting
Menjelaskan mengenai ada/tidaknya informasi untuk penarikan ke line
produksi, cara penukaran informasi order dengan informasi collect dan
juga timingnya, serta frekuensi penarikan dan jumlah tiap penarikan.
4. Cara penempatan barang jadi
Menjelaskan seperti apakan tempat peletakan barang jadi dan berapa
jenis barang jadi dan berapa jumlahnya. Dalam meletakkan barang, ada
3 jenis cara yang dapat dilakukan:
Store peletakkan barang dikelompokkan berdasarkan dengan jenis
produk yang tersedia
Sequence peletakan barang berdasarkan urutan keluar barang dari
proses sebelumnya.
Gundukan ini merupakan cara peletakan barang yang harus
dihindari
5. Cara instruksi produksi
Menjelaskan tool atau cara apa yang ada untuk memberikan instruksi
produksi dan bagaimana perjalanan informasi.
6. WIP & Lead time
Menjelaskan berapa kapabilitas mesin/equipment yang dimiliki, berapa
jumlah stock in process dan berapa lama lead timenya.
7. Cara conveyance
Pada step ini, bandingkan Process mapping aktual dengan Process mapping
ideal yang sudah di buat dan tetapkan target penurunan lead time pada
aktifitas kaizen kali ini.
Hal yang terpenting adalah ketika masalah telah ditemukan dan dapat
didefinisikan, tugas selanjutnya adalah bagaimana menyelesaikan masalah
tersebut dengan melakukan aktifitas kaizen dalam rangka meningkatkan
level Just in Time. Dengan adanya mindset untuk selalu meningkatkan level
Just in Time, maka setidaknya kita akan menjaga agar aktifitas kaizen dapat
terus dilaksanakan.
9. QUALITY
9.1. Definisi Kualitas
a. Philip B. Crosby
Kualitas adalah kesesuaian terhadap persyaratan ( conformance
to requirement of specification).
Contoh: jam yang tahan air atau sepatu yang tahan lama.
Pendekatan Crosby adalah proses top-down.
b. W. Edwards Deming
Kualitas adalah pemecahan masalah untuk mencapai
penyempurnaan terus-menerus. Pendekatan Deming adalah
bottom-up.
c. Joseph M. Juran
Kualitas adalah kesesuaian dengan penggunaan (fitness for use).
Contoh: seperti sepatu yang dirancang untuk olah raga tertentu.
Pendekatan Juran adalah orientasi pada pemenuhan harapan
pelanggan.
d. Westinghouse
Kualitas adalah performa kerja yang dapat memenuhi keinginan
pelanggan secara cepat dan tepat.
(Sumber: TQM)
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah
kesesuaian penggunaan terhadap persyaratan yang dapat
memenuhi keinginan pelanggan secara cepat dan tepat.
Pengupayaan
Implementasi No kondisi yang
Menggambarkan
Defect Flow out & hanya
Quality Map
No Defect Making menghasilkan
produk bermutu
Karyawan :
- Stop: Jika ada masalah safety, kualitas, atau peralatan/mesin
- Call : Memanggil atasan (Koordinator/ Supervisor)
- Wait: Tunggu keputusan dari posisi yang ditentukan
Mesin :
Pada saat Abnormality terdeteksi, proses berhenti
i. Throughput Rate
\\
Gambar 10.1.
Gambar 10.2.
Gambar 10.3.
Irregular
200
22”
(10.8%) Walking/Motion 18”
146
(12%)
Walking/Motion
Current TARGET
Gambar 10.4.
Gambar 10.6.
Dari situ tentukan target mana yang ingin dicapai dalam aktifitas
kaizen ini dengan konsiderasi: Needs, Challenge dan Achievability
Fase 1
Fase 2
Lakukan kembali alokasi pekerjaan hingga tidak ada idle capacity dari
masing masing operator. Apabila beban kerja yang diberikan kepada
operator melebihi dari batas kapasitas yang telah ditentukan, lakukan
motion kaizen agar beban kerjanya dapat menjadi optimal
dibandingkan dengan capacitynya
Gambar 10.7.
Diketahui bahwa jam kerja suatu perusahaan 8 jam/hari. Dalam satu hari,
mesin tidak dapat digunakan karena breakdown selama 2 jam. Karena
sedang sepi akan order dari pelanggan, maka mesin menganggur selama 3
jam. Berdasarkan contoh kasus berikut, maka:
1. Pengertian Maintenance
1. BREAKDOWN
Kerugian akibat peralatan mengalami kegagalan sporadis/kronis ,
diikuti dengan time losses (kerugian waktu > 5 menit) dan volume
losses (kerugian jumlah)
2. SET UP & ADJUSTMENT LOSS
Kerugian waktu pekerjaan persiapan dan penyetelan peralatan proses
baru setelah proses sebelumnya diselesaikan.
3. CUTTING BLADE LOSSES
Kerugian akibat penggantian cutting blade reguler
4. IDLING/MINOR STOPPAGE
Kerugian akibat peralatan tersendat-sendat. Recovery bisa
dilaksanakan melalui penanggulangan sementara. Tidak perlu
penggantian & repair part. Kerugian kurang dari 5 menit
5. REDUCE SPEED
Kerugian yang terjadi akibat kecepatan peralatan rendah.
6. DEFECT & REWORK
Kerugian volume produk akibat produk yang dihasilkan cacat
7. START UP & YIELD LOSS
Kerugian akibat start operasi lambat. Berbagai penyebab gangguan
dan kerusakan mesin yang lebih detail dan diketemukan berdasarkan
analisa dari gangguan dan kerusakan mesin secara umum.
Breakdown Maintenance
Metode perawatan dimana inspeksi dan penggantian parts secara
periodic tidak dilakukan sama sekali. Perbaikan dilakukan pada saat
mesin mesin mengalami kerusakan. Breakdown maintenance biasa
digunakan apabila kerusakan kepada mesin tidak berdampak
signifikan dan variabilitas dari penurunan sulit ditetapkan.
Preventive Maintenance
Metode perawatan untuk melakukan perbaikan dan penggantian
parts secara berkala berdasarkan waktu atau penggunaan.
Preventive maintenance biasa digunakan apabila siklus perawatan
prefentif mudah ditentukan dan tidak banyak bervariasi.
Predictive Maintenance
8 Pilar TPM:
Salah satu pilar dari TPM adalah Perawatan Mandiri, dimana definisinya
adalah perawatan mesin yang dilakukan oleh operator mesin itu sendiri
Tahap 1 :
Operator dapat melihat cacat, kemudian menguasai pola pikir dan cara
melaksanankan improvement peralatan. Kompetensi ini digunakan untuk
melaksanakan tahap 1 dan2 pada perawatan mandiri
Tahap 2 :
Tahap 3 :
Tahap 4 :
Hasil dari TPP ini dinyatakan dalam bentuk umum yang memudahkan
dalam membandingkan antara unit manufaktur dalam beberapa
industri yang berbeda.
Berikut adalah data yang digunakan dalam perhitungan TPP, dimulai dengan
menghitung Fakor dari TPP yaitu Avalaibility, Performance dan Quality.
*Catatan pada satuan pengukuran (dalam hal ini menit dan pieces) secara
konsisten berlaku untuk seluruh perhitungan.
Item Data
1 shift 8 hours = 480 min.
Short Breaks 2 @ 15 min. = 30 min.
Meal Break 1 @ 30 min. = 30 min.
Down Time 47 minutes
CT 1/60 minute
Process amount 19,271 pieces
Defect amount 423 pieces
Availability 90.0%
Performance 95.0%
Quality 99.9%
1. Pemeliharaan/perawatan kendaraan/equipment
Membuat mekanisme pemeliharaan/perawatan
kendaraan/equipment yang memuat point-point melakukan
pemeliharaan/perawatan mandiri dimana sudah ditentukan item-
item yang harus dikerjakan secara harian oleh pemakai (user)
dengan check sheet yang sudah disediakan.
Dalam hal saat pemakai menemukan indikasi penyimpangan dari
kendaraan, pada saat pengecekan awal maupun saat memakai
kendaraan/equipment, maka penyimpangan tersebut dicatat dan
dilanjutkan ke bagian maintenance
Bagian maintenance membuat jadwal untuk perawatan berkala dari
setiap kendaraan/equipment berdasarkan hasil monitoring
kilometer/hour meter terakhir dari kondisi setiap
kendaraan/equipment
Bagian maintenance melakukan pemeliharaan/perawatan terhadap
kendaraan/equipment sesuai jadwal yang sudah dibuat. Standar
pengerjaan (repair) dibuat di Instruksi Kerja (WI), dimana pada WI
ini sudah terdapat control point berupa safety check dll.
2) Management Software
a. Untuk mengamankan tools yang diperlukan dan menjaga
serta mengontrolnya agar selalu siap pakai.
b. Membuat back up data terakhir untuk all controller.
(benar) (salah)
(salah)
• Potensi rusak [tekanan dari penyimpanan tertumpuk]
• Banyak ruang kosong (MUDA)
• Berbahaya karena parts menjorok keluar
• Karena tertumpuk, parts menjadi sulit diambil
(benar)
(benar) (salah)
Pengambilan/penyimpanan Petugas sulit dalam melihat
menjadi lebih mudah karena parts diletakkan terlalu
tinggi dan sulit picking/ binning
(benar) (salah)
(benar) (salah)
6. Pengendalian irregularitas
(benar) (salah)
(benar) (salah)
Slow moving
Medium moving
Fast moving S M F F M S
H/P H/P
A1 02
0333 A 101-0231 A 101-0232 A 101-0233 A1
02 01 xxxxx-xxxxx xxxxx-xxxxx xxxxx-xxxxx
0332
0223 A 101-0221 A 101-0222 A 101-0223
xxxxx-xxxxx xxxxx-xxxxx xxxxx-xxxxx
0231
0222
A 101-0211 A 101-0212 A 101-0213
0113
xxxxx-xxxxx xxxxx-xxxxx xxxxx-xxxxx
0221
0112
A101-0213
0211 Parts di laci ketiga, shelf pertama pada
rak nomer 2 dalam lorong pertama zone A
01
3 Wheeled F/L 4 Wheeled F/L Parts size => larger than pallet
Image
Aisle width
for rotating 3.6 m 4m 4 m or more
Condition Pallet width size => 1.1 m to 2.0 m Pallet width size => 2 m or more
2. Pengeluaran Barang
Volume (m3) harian cust. Ulangi langkah no. 3 Volume (m3) harian Del. Group
Customer Volume (m3) Delivery Group Volume (m3)
Cust. A 30 Group I 65
Grouping
Cust. B 20 Group II 40
berdasarkan area
Cust. C 5 pengiriman Group III 52
Cust. D (dst) 10 (dst.) Group IV (dst.) 20 (dst.)
W/H
ETD ETA ETA
ETA
D. Fasilitas Peralatan dan Visualisasi
1. Rak
Kategori Parts # Tipe Rak Ukuran
Kedalaman Rak
Small parts 1 A030 300
(Mezzanine Parts) 2 A040 400
Medium Parts 3 A060 600
4 A090 900
Body (Door, 5 B150 1500
Fender)
Bumper 6 B180 1800
7 B200 2000