Anda di halaman 1dari 2

Dyah Puspita Rini

Ringkasan Jurnal: Aplikasi Model Investasi Mikro Syariah pada Bank Syariah di Malaysia

Tujuan dari sistem keuangan Syariah adalah untuk mengusahakan adanya distribusi kemakmuran
yang adil dalam masyarakat. Sistem ekonomi Syariah memiliki 5 prinsip dasar yaitu: mengharamkan
riba (bunga), mendorong sistem bagi hasil, menghindari gharar, uang sebagai alat tukar bukan
komoditas, dan menghindari aktivitas bisnis yang dilarang (haram).

Sistem keuangan dan perbankan Syariah dimulai untuk menjadi alternatif dari sistem konvensional
bagi umat Islam yang ingin menghindari riba. Sesuai dengan tujuan dari sistem keuangan Syariah
untuk mendorong distribusi kekayaaan / kemakmuran, pembiayaan mikro Syariah juga berkembang
untuk dapat memenuhi kebutuhan pengusahan kecul yang memiliki arus pendapatan tidak
tetap/regular.

Pembiayaan mikro Syariah adalah pembiayaan yang menggunakan prinsip keuangan Syariah dalam
memberikan jasa keuangan bagi masyarakat miskin. Pembiayaan mikro syariah dapat menggunakan
berbagai kontrak diantaranyan yang yang berbasis kemitraan yaitu mudharabah (partnership antara
pemilik modal dan mudharib) dan musyarakah (kerjasama antara dua pihak yang saling memberikan
kontribusi berupa dana untuk membangun sebuah usaha, dengan keuntungan dan resiko yang akan
ditanggung bersama sesuai kesepakatan).

Selain berbasis kemitraan pendekatan pembiayaan mikro, bank juga dapat menawarkan keuangan
mikro berdasarkan kontrak pertukaran Islam yaitu ijarah, salam, dan istishna. Model keuangan
syariah (Islam) diharapkan dapat terus berkembang dan tidak berada dalam bayang-bayang sistem
konvensional, di mana saat ini banyak pendapat menyatakan bahwa struktur atau produk perbankan
syariah tidak memenuhi kebutuhan pengusaha muslim khususnya UMKM saat ini.

Konsep Model Micro-investment Syariah

Merupakan bisnis ventura yang sesuai dengan prinsip Syariah dengan tujuan sosial ekonomi
memenuhi kebutuhan masyarakat kelas bawah (miskin). Micro-investment Syariah fokus pada
pertumbuhan dan perkembangan sektor UMKM. UMKM memiliki dampak penting bagi
perekonomian karena berimplikasi langsung pada penciptaan lapangan kerja dan pendapatan di
masyarakat.

Risiko Potensial dan Mitigasi Risiko dari Model Micro-investment Syariah

Bank atau lembaga keuangan Syariah menghadapi risiko atas model kontrak yang dijelaskan di atas,
sebagai berikut:

1. Risiko capital impairment (penurunan modal), karena Bank menanggung 100% dari kerugian.
2. Cost of capital charge (biaya modal), regulator seperti BI atau OJK menerapkan capital
charge yang lebih besar untuk produk musyarakah atau mudharabah dibandingkan dengan
kontak murabahah (atau lebih dikenal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko/ATMR).
3. Risiko NPF oleh mitra atau partner yang disebabkan oleh kriteria pemilihan mitra yang
kurang baik. Hal ini dapat dimitigasi melalui pemantauan berkala pada mitra, permintaan
agunan atau performance guarantee. Sedangkan untuk memitigasi risiko gagal bayar, bank
Syariah dapat mengaplikasikan teknik screening yang lebih ketat dengan memperhatikan
kemampan grup, mekanisme exit, dan penilaian risiko berdasarkan aktivitas bisnis.
4. Beban administrasi.

Tantangan yang masih dihadapi adalah perbankan Syariah memiliki infrastruktur risk management
yang lebih lemah dibandingkan bank konvensional. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan risk management di perbankan Syariah yaitu:

1. Menerapkan Risk adjusted return on capital (RORA) untuk mengalokasikan pembiayaan


sehingga penyaluran pada aset berisiko tinggi dapat dikurangi.
2. Mendorong budaya manajemen risiko pada perbankan Syariah.
3. Penerapan sistem rating internal.

Anda mungkin juga menyukai