Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Harpodon Borneo Vol. 15. No. 2.

Oktober 2022 ISSN: 2087-121X

PERMASALAHAN DAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP


DI KEPULAUAN ARU
CAPTURE FISHERIES MANAGEMENT PROBLEMS AND POLICIES IN ARU
ISLANDS

John Etry Ririhena* dan Femsy Kour

Fakultas Sains, Teknologi Dan Kesehatan, Universitas Hein Namotemo


Jalan Kompleks Pemerintahan, Halmahera Utara Villa Vak 1, Tobelo
*email: johnetry88@gmail.com

ABSTRAK

Masalah perikanan tangkap di Kepulauan Aru perlu perhatian khusus semua pihak baik nelayan
maupun pemerintah. Tujuan penelitian adalah permasalahan, kebijakan dan Rumusan kebijakan
melalui strategi. Metode pengambilan data dilakukan dengan data primer dan sekunder. data
primer melalui wawancara dengan pihak-pihak terkait, data sekunder dari dinas kelautan dan
perikanan Kepulauan Aru dan BPS Aru. Analisis data menggunakan SWOT untuk menjawab
rumusan strategi. Dari hasil penelitian ini maka permasalahan tentang perikanan tangkap di
Kepulauan Aru adalah masalah internal dan eksternal yang terdiri dari 9 masalah
internal dan 8 masalah eksternal, dan terdapat 6 kebijakan khusus untuk perikanan tangkap
yang disimpulkan dari kebijakan pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru melalui Dinas
Kelautan Dan Perikanan dan swasta. Rumusan strategi kebijakan pengelolaan perikanan
tangkap yang didapat adalah 1. strategi kekuatan dan peluang mengendalikan kekuatan untuk:
Mengoptimalkan kesempatan dengan peningkatan kapasitas pemerintah daerah. 2. Strategi
kelemahan dan peluang, memanfaatkan untuk mengatasi kelemahan dengan: Pemberdayaan
masyarakat nelayan dan pengembangan kemitraan usaha. 3. Strategi kekuatan dan ancaman,
mengoptimalkan kekuatan untuk mengatasi ancaman dengan: Pengembangan ekonomi
kelautan dan perikanan, dan peningkatan investasi dan ekspor. 4. Strategi kelemahan dan
ancaman, Memperbaiki kelemahan untuk mengurangi ancaman dengan: Pembangunan berbasis
kepulauan dan pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan.

Kata kunci: Masalah, Perikanan Tangkap, Strategi Kebijakan, SWOT

ABSTRACT

The problem of capture fisheries in the Aru Islands needs special attention from all parties, both
fishermen and the government. The research objectives are problems, policies and policy
formulation through strategies. The data collection method is carried out with primary and
secondary data. primary data through interviews with related parties, secondary data from the
Aru Islands marine and fisheries service and BPS Aru. Data analysis uses SWOT to answer the
strategy formulation. From the results of this study, the problems regarding capture fisheries in
the Aru Islands are internal and external problems consisting of 9 internal problems and 8
external problems, and there are 6 specific policies for capture fisheries which are concluded
from the policies of the Aru Islands Regency government through the Marine and Fisheries
Service and private. The formulation of the capture fisheries management policy strategy
obtained is 1. a strategy of strengths and opportunities to control strengths to: Optimizing
opportunities by increasing the capacity of local governments. 2. Weaknesses and opportunities

© Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2022 103


Permasalahan dan Kebijakan Pengelolaan Perikanan… (John Etry Ririhena, dkk)

strategies, exploiting to overcome weaknesses by: Empowering fishing communities and


developing business partnerships. 3. Strength and threat strategy, optimizing strength to
overcome threats by: Developing the marine and fisheries economy, and increasing investment
and exports. 4. Weaknesses and threats strategies, Improve weaknesses to reduce threats by:
Island-based development and management of coastal and marine resources.

Keywords: Capture Fisheries, Policy Strategy, Problem, SWOT

PENDAHULUAN untuk pengembangan perikanan pelagis


kecil dan demersal (utamanya : ikan layang,
Latar Belakang kembung, julung-julung, kuwe dan kakap
merah) dan sebelah Timur, Timur Laut,
Kabupaten Kepulauan
Utara dan Barat Laut Kepulauan Aru (Dinas
Aru terbentuk berdasar Undang-Undang
Perikanan Kep Aru, 2018).
Nomor 40 tahun 2003. Kabupaten ini
Potensi sumberdaya perairan yang
memiliki luas wilayah ± 6.325 km² dengan
berlimpah serta menjadi daerah
tujuh buah kecamatan, serta 187
pulau dengan ibu kota Aru berkedudukan di penangkapan namun tidak didukung oleh
nelayan lokal yang masih mempunyai
Dobo (BPS, 2016). Kecamatan P.P. Aru
keterampilan rendah dalam pemanfaatan
dengan pusat pemerintahan di Dobo,
teknologi. Rendahnya pemanfaatan
Kecamatan Aru Utara dengan pusar kota di
teknologi sumberdaya nelayan lokal
Marlasi, Kecamatan Aru Tengah di Benjina,
disebabkan oleh tingkat pendidikan
Kecamatan Aru Tengah Timur di Koijabi,
dibandingkan nelayan dari luar. Rendahnya
Kecamatan Aru Tengah Selatan di Longgar,
pemanfaatan teknologi ini juga
Kecamatan Aru Selatan di Korpui dan
menyebabkan hasil produksi hasil tangkapan
Kecamatan Aru Selatan Timur di Meror
juga lebih sedikit dibandingkan nelayan
(BPS Kabupaten Kepulauan Aru, 2017).
pendatang. Menurut Afrina (2018) bahwa
Kabupaten ini mempunyai potensi
manusia mempunyai keterbatasan dalam
sumberdaya perikanan yang tinggi karena
mengembangkan kemampuan dalam
merupakan bagian dari perairan Arafura
teknologi, tingkat pendidikan dan adanya
yang sudah lama menjadi fishing ground
manipulasi izin atau penyalahgunaan izin.
bagi kapal penangkap ikan. Laut Arafura
merupakan salah satu perairan yang penting Kapal tangkap milik perusahaan
perikanan yang beroperasi di Indonesia,
dan telah memberikan kontribusi besar
sebagian besar hanya mengantongi izin
dalam pembangunan perikanan nasional.
formal dari Kementerian Kelautan dan
Potensi yang tinggi berupa ikan-ikan bernilai
Perikanan Republik Indonesia yang didapat
ekonomis tinggi seperti udang dan ikan
dengan cara mudah. Menurut Arfan (2017)
demersal, sehingga perairan Arafura dikenal
Kendala yang terjadi pada pelaksanaannya
sebagai the golden fishing ground (Sari et al,
di lapangan masih terdapat ketidaksesuaian
2018).
waktu dan biaya pelayanan perizinan SIPI.
Beberapa daerah di perairan Kepuluan
Hal tersebut tterjadi karena berbagai faktor,
Aru yang dikembangkan menjadi daerah
baik dari pihak nelayan dan/atau pemilik
penangkapan ikan antara lain sebelah barat
kapal dan juga pihak pelaksana. Nelayan
daya Kepulauan Aru yang memiliki potensi
dan/atau pemilik kapal banyak yang tidak
untuk pengembangan perikanan karang
paham akan aturan tersebut baik dari
(utamanya ; ikan kerapu, baronang, biji
persyaratan maupun prosedur, sehingga
nangka dan kakaktua), sebelah Selatan,
mereka menyerahkan pada pihak jasa
Tenggara, Timur, Timur Laut, Utara, Barat
pelayanan atau calo. Kendala dari pihak
Laut, dan Barat Kepulauan Aru sebelah
pelaksana adalah kurangnya jumlah sumber
Selatan, Tenggara, Timur, Timur Laut,
daya manusia yang terkadang menjadi
Utara, Barat Laut, dan Barat Kepulauan Aru

104 © Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2022


Jurnal Harpodon Borneo Vol. 15. No. 2. Oktober 2022 ISSN: 2087-121X

hambatan proses pelaksanaan perizinan dengan lokasi yang disajikan pada Gambar
SIPI. 1.
Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 18 Tahun 2013 tentang
Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan
Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu
Penangkapan Ikan di WPP NRI dan
Larangan Penggunaan Alat Penangkapan
Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik
(SeineNets) di WPPN-RI melalui Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
2/PERMEN-KP/2015 yang sudah
ditetapkan pemerintah pusat tidak membuat
masalah penangkapan ikan di Kepulauan
Aru bisa teratasi misalnya di Benjina.
Benjina adalah salah satu pulau yang Gambar 1. Lokasi Penelitian
terdapat di Indonesia, pulau terpencil yang
berada di kabupaten Kepulauan Aru, Jenis Penelitian dan Teknik
Maluku, ini menjadi salah satu kawasan Pengumpulan Data
industri perikanan laut dunia yang ada di
Indonesia. PT. Pusaka Benjina Resources Penelitian ini adalah penelitian
adalah perusahaan perikanan asal Thailand deskriptif dengan menggunakan metode
yang berafiliasi dengan perusahaan kualitatif. Data dan informasi yang diperoleh
Indonesia. Hasil yang diperoleh PT. Pusaka melalui studi literatur dan wawancara
Benjina Resources kemudian dikirim ke langsung di lapangan yang kemudian
Thailand sebelum akhirnya di ekspor ke dilakukan analisa dan di interpretasikan.
berbagai Negara melalui perdagangan Studi literatur dilakukan dengan
internasional (Tyas, 2019). mengumpulkan hasil kajian, sementara
Pengelolaan pemanfaatan yang wawancara dilakukan pada pihak-pihak
terjadi di wilayah ini menyebabkan yang berkompeten serta memiliki informasi
diperlukan penelitian yang dapat berkaitan dengan permasalahan penelitian.
menganalisa permasalahan dalam Narasumber tersebut berasal dari unsur
perikanan tangkap yang berkaitan dengan Dinas perikanan Kepulauan Aru, nelayan,
nelayan, Peraturan maupun dengan pihak dan Polisi Perairan.
eksternal lainnya. Kajian dalam perikanan
tangkap yang berkaitan dengan sumberdaya Pengumpulan Data
sudah banyak dilakukan oleh lembaga riset Data yang dikumpulkan dalam
namun untuk pengembangan masyarakat penelitian ini adalah data primer dan data
pesisir belum sepenuhnya menjadi fokus. sekunder. Data primer diambil dengan cara
Oleh karena hal tersebut maka penelitian ini wawancarai pihak terkait yaitu melalui 15
diharapkan menjadi dasar dalam orang nelayan, unsur Dinas Perikanan dan
pengambilan kebijakan pengembangan Kelautan Kepulauan Aru dan Polisi
masyarakat pesisir Kepulauan Aru. Perairan.Untuk data sekunder diperoleh
dari data-data tentang perikanan tangkap di
METODE PENELITIAN Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan
Aru, BPS Kepulauan Aru.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Analisis Data
Kepulauan Aru, pada bulan Juni 2020 Analisa data dilakukan dengan
menggunakan SWOT (Strengths,

© Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2022 105


Permasalahan dan Kebijakan Pengelolaan Perikanan… (John Etry Ririhena, dkk)

Weaknesses, Opportunities dan Threats) dalam basis data untuk keperluan


(Rangkuti, 2005). Teknik ini penyediaan informasi lebih lanjut. Dengan
menggabungkan hasil pendataan primer ditambahkannya penyimpanan data, fungsi
dan sekunder untuk memperoleh strategi- pengolahan infomasi bukan lagi mengubah
strategi kebijakan pengelolaan perikanan data menjadi informasi tetapi juga
tangkap di Kepulauan Aru. menyimpan data untuk penggunaan
lanjutan. Program ini dirasakan penting
HASIL DAN PEMBAHASAN karena ketersediaan data base perikanan
bisa menjadi acuan bagi pemerintah daerah
Permasalahan internal yang terjadi dalam menyusun rancangan kegiatan
dalam pengelolaan perikanan tangkap di kedepan (Tangke, 2011).
Kepulauan Aru antara lain:
2. Dana (sumber dan jumlah)
1. Keterbatasan akses terhadap Berhasil tidaknya program pemerintah
informasi dan sistem data base
dalam pengembangan ekonomi lokal
Ketersediaan data base perikanan bisa berbasis perikanan di Kabupaten Kepuluan
menjadi acuan bagi pemerintah daerah Aru sangat dipengaruhi oleh jumlah
dalam menyusun perencanaan kegiatan anggaran yang disediakan untuk
karena data yang akurat baik dari perikanan pengembangan sub sektor ini. Semakin
tangkap, budidaya dan industri pengolahan. besar anggaran yang dialokasikan bagi
Data tersebut akan dapat memberikan pengembangan perikanan di daerah ini maka
antisipasi bagi pemerintahdaerah untuk semakin cepat pula kemajuan yang akan
meminimalisir program-program yang tidak dicapai, baik secara kuantitas maupun
sesuai dengan kebutuhan daerahnya. Data kualitas. Alokasi anggaran harus dilakukan
memberikan informasi bagi pemerintah oleh pemerintah daerah dalam jumlah yang
dalam menentukan wilayah yang dapat lebih besar untuk dapat mendorong
dijadikan sebagai lokasi pengembangan pengembangan sub sektor perikanan ke
budidaya perikanan, pengembangan industri depan, karena kebutuhannya tidak hanya
pengolahan maupun daerah potensial untuk mutlak hanya untuk sub sektor perikanan
perikanan tangkap. Namun, update data saja, melainkan kebutuhan akan anggaran
nelayan di dinas perikanan kabupaten yang jauh lebih besar bagi pembangunan
Kepulauan Aru karena seiring pertambahan infrastruktur yang masih sangat minim
penduduk dan infrastruktur penunjang, keberadaannya di daerah hingga saat ini.
sehingga data base maupun informasi tidak
akurat. 3. Infrastruktur (sarana dan prasarana)
Fungsi pengolahan informasi sering Minimnya ketersediaan infrastruktur
membutuhkan data yang telah dikumpulkan dalam menunjang pengembangan perikanan
dan diolah dalam waktu periode diKabupaten Kepulauan Aru menjadikan
sebelumnya. Oleh karena itu pada model
program ini sebagai suatu program penting
sistem informasi ditambahkan pula media lain yang perlu dilaksanakan pemerintah
penyimpan data (data base) maka fungsi daerah. Keberhasilan pengembangan
pengolahan informasi bukan lagi mengubah perikanan di daerah tidak hanya ditentukan
data menjadi informasi tetapi juga oleh ketersediaan armada tangkap yang
menyimpan data untuk penggunaan memadai, teknik serta lahan budidaya,
lanjutan. Basis data (database) merupakan industri pengolahan, tetapi sangat
kumpulan dari data yang saling diperlukan faktor pendukung lain yang
berhubungan satu dengan lainnya, memiliki peran sangat penting, yaitu
tersimpan di perangkat keras komputer dan ketersediaan infrastruktur. Infrastruktur
digunakan perangkat lunak untuk penting dalam mengakselerasi
memanipulasinya. Data perlu disimpan di

106 © Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2022


Jurnal Harpodon Borneo Vol. 15. No. 2. Oktober 2022 ISSN: 2087-121X

pembangunan wilayah. Berkaitan dengan daratan (land-based pollution) seperti


itu, ketersediaan infrastruktur yang memadai penebangan hutan, buangan limbah maupun
menjadi motor penggerak produksi reklamasi maupun kegiatan atau aktivitas di
perikanan. Tidak jarang kelengkapan lautan (sea-based pollution) seperti
infrastruktur menjadi prasyarat investor pelayaran, pertambangan, dumping di laut,
dalam berinvestasi di suatu kawasan eksplorasi dan eksploitasi minyak.
(Ramayanti, 2019). Sedangkan perusakan laut adalah tindakan
yang menimbulkan perubahan langsung
4. SDM (Sumberdaya Manusia) atau tidak langsung terhadap sifat fisik
dan/atau hayatinya yang melampaui kriteria
Dinas Kelautan dan Perikanan
baku kerusakan laut. Bentuk kerusakan
Kabupaten Kepulauan Aru yang profesional
lingkungan wilayah pesisir di beberapa
dan memiliki kompetensi dan pelayanan
daerah antara lain berupa hancurnya
yang prima bagi dunia usaha yang bergerak
terumbu karang akibat pengeboman,
di bidang perikanan maupun kepada seluruh
rusaknya hutan bakau akibat penebangan
masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan
liar dan abrasi pantai. Kegiatan yang
baik di tingkat kabupaten, kecamatan
berpotensi menimbukan abrasi antara lain
maupun pada 117 desa dan 2 kelurahan yang
adalah penimbunan atau reklamasi pantai
tersebar di wilayah Kabupaten Kepulauan
dan pengambilan pasir laut yang tidak
Aru. Pada kenyataannya, sampai saat ini
terkendali (Pramudyanto, 2014).
ketersediaan sumber daya manusia yang
demikian masih sangat terbatas. Kebutuhan
akan sumber daya manusia yang diperlukan 6. Belum ada aturan-aturan di Provinsi
pada saat iniadalah kebutuhan terhadap yang mengatur PSDA
mereka yang memiliki pengetahuan dan Pengelolaan perikanan yang lebih baik
keterampilan yang memadai, dan untuk diperlukan untuk mengelola sumberdaya
mencapai kualitas sumber daya manusia perikanan khususnya perikanan tangkap
demikian, upaya peningkatan kualitas maupun udang di perairan arafura agar lebih
maupun kompetensi harus tetap dilakukan. bertanggung jawab dan lestari. Seperti yang
diamanatkan dalam UUD 1945 pasal 33
5. Kerusakan dan pencemaran bahwa sumberdaya alam yang ada harus
lingkungan dikelola dan dipergunakan untuk sebesar-
Pencemaran lingkungan maupun besarnya kemakmuran rakyat. Hal tersebut
kerusakan ekosistem di pesisir dan laut diperjelas dalam UU 31 Tahun 2004 jo UU
semakin meningkat, khususnya di wilayah 45 Tahun 2009 pasal 2 dan 6 dimana tujuan
yang memiliki aktivitas melaut seperti di pengelolaan perikanan adalah untuk
kepulauan Aru. Rusaknya ekosistem pesisir tercapainya manfaat yang optimal dan
(mangrove, terumbu karang, padang lamun) berkelanjutan, serta terjaminya kelestarian
telah mengakibatkan erosi dan degradasi sumberdaya ikan dengan berdasarkan asas
pantai dan berkurangnya nilai manfaat, keadilan, kemitraan, pemerataan,
keanekaragaman hayati (biodiversity). keterpaduan, keterbukaan, efisiensi, dan
Penyebabnya adalah praktik penangkapan kelestarian yang berkelanjutan. Pemerintah
ikan yang merusak, penambangan karang Provinsi Maluku maupun Pemerintah
dan pasir laut, sedimentasi, pencemaran Kabupaten Kepulauan Aru dapat bekerja
limbah dari daratan, konversi lahan, sama dalam melihat permasalahan yang ada
tumpahan minyak, dan kegiatan lainnya di Kepulauan Aru sehingga pengelolaan
yang bersifat menutup pantai dan sumberdaya alam khususnya laut, yang
perairannya. Pencemaran lingkungan melimpah dapat dikelola, sehingga tidak
pesisir dan laut dapat diakibatkan oleh terjadi tumpang tindih untuk kewenangan
limbah buangan kegiatan atau aktifitas di dalam pengelolaannya.

© Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2022 107


Permasalahan dan Kebijakan Pengelolaan Perikanan… (John Etry Ririhena, dkk)

7. Harga produksi tidak stabil Permasalahan eksternal yang terjadi


dalam pengelolaan perikanan tangkap di
Kepulauan Aru merupakan daerah
Kepulauan Aru antara lain:
yang langsung berhadapan dengan laut
arafura yang merupakan potensi
1. Illegal fishing akibat penegakan
sumberdaya perikanan yang tinggi,
hukum dan pengawasan di laut yang
sehingga dimanfaatkan bukan saja nelayan
lemah
lokal tetapi nelayan luar daerah maupun
nelayan asing. Dalam pemanfaatanya Lemahnya koordinasi antar Instansi
sering terjadi pelanggaran oleh nelayang Penegak Hukum dapat menimbulkan
luar daerah maupun asing yaitu perijinan, tumpang tindih kewenangan dan kebijakan
dan tidak melaporkan hasil tangkap (illegal, masing-masing, sehingga sangat rawan
unregulated, and unreported fishing/IUU) menimbulkan konflik kepentingan.
sehingga produksi dipasaran tidak stabil. Penegakan hukum yang tidak terkoordinasi
merupakan salah satu kendala dalam
8. Permodalan lemah penanggulangan kejahatan Illegal Fishing.
Penyebab terjadinya illegal fishing
Ada sekitar 60 juta Penduduk
disebabkan olehbeberapa hal, yakni;
Indonesia bermukim di wilayah Pesisir dan
peningkatan permintaan produk perikanan di
penyumbang sekitar 22 persen dari
pendapatan brutto nasional. Sama halnya pasar lokal maupun global, subsidi sektor
perikanan yang over kapasitas,
dengan kabupaten Kepulauan Aru yang
berkurangnya kemampuan negara untuk
memiliki potensi sumberdaya laut yang
mengkontrol kapal perikanan, dan tidak
melimpah tetapi masyarakat nelayan di
efektifinya kontrol, pemantauan terhadap
Kepulauan Aru masih dibawah garis
kegiatan perikanan (Banjarani, 2020). Untuk
kemiskinan. Tak bisa dipungkiri di tengah
itu perlu adanya ketegasan pemerintah pusat
potensi besar lautan justru kemiskinan
maupun daerah dalam menindaklanjuti
banyak terletak di pemukiman nelayan
masalah tersebut seperti penenggelaman
karna akses modal yang lemah dari
kapal maupun penangkapan nelayan asing
pemerintah kabupaten maupun swasta
yang melakukan kegiatan illegal fishing di
melalui pinjaman.
perairan arafura oleh angkatan laut, KKP,
maupun Polair.
9 . Pengusahaan sumberdaya perikanan
tidak merata 2. Perizinan (perluasan kewenangan
Pengusahaan mengenai sumberdaya Kabupaten dalam perizinan)
perikanan menjadi sulit. Misalkan yang
terjadi di Kepulauan Aru yaitu di Laut Surat izin penangkapan ikan (SIPI)
Arafura yang menjadi pusat sumberdaya dan surat izin kapal pengangkut ikan
perikanan di Kepulauan Aru tetapi yang (SIKPI) diberikan kepada masing-masing
terjadi adalah pencurian ikan oleh orang- kapal yang alokasinya telah tercantum dalam
orang yang tidak bertanggung jawab. Untuk SIUP untuk melaksanakan operasi
itu perlu dilakukan pengawasan oleh penangkapan/pengangkutan ikan. Namun
pemerintah pusat, daerah maupun kabupaten kenyataan di Kepulauan Aru hal ini tidak
supaya dalam mengusahakan sumberdaya dilakukan dikarenakan adanya manipulasi
perikanan untuk masyarakat nelayan bisa perijinan bagi kapal-kapal dari luar sehingga
terjamin. Sehingga kehidupan masyarakat merugikan masyarakat di Kepulauan Aru.
maupun hasil tangkapan bisa lebih baik. Dan Menurut (Arfan 2017), semua aturan
kegiatan penangkapan bukan saja untuk mengenai perizinan perikanan tangkap
kebutuhannya sehari-hari tetapi juga bisa termasuk persyaratan telah disesuaikan
dijual ke perusahan pengelolaan ikan. dengan perizinan di pusat, dan daerah hanya
mengadopsi saja, bahwa kapal yang

108 © Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2022


Jurnal Harpodon Borneo Vol. 15. No. 2. Oktober 2022 ISSN: 2087-121X

dibawah 30 GT perizinan dilaksanakan di kosekuensi adanya penyebaran pulau-pulau


daerah. Persyaratan permohonan izin SIPI seperti Kepulauan Aru. Penanganan
untuk kapal baru maupun perpanjangan terhadap berbagai isu dan permasalahan
tidak jauh berbeda. Perbedaan persyaratan dalam pengelolaan wilayah laut merupakan
perizinan SIPI antara kapal baru dan kapal aspek penting dalam kaitan dengan
perpanjangan adalah untuk kapal baru harus pengaturan terhadap batas- batas wilayah
menambahkan rencana usaha dan surat pengelolaan dan pemanfaatan ruang pada
rekomendasi dari Dinas, sedangkan untuk wilayah laut yang sampai saat ini belum
kapal perpanjangan tidak perlu kecuali ada secara keseluruahan memiliki kepastian
perubahan alat tangkap. hukum.

3. Kebijakan sektoral sangat menonjol 5. Instrumen moneter belum


mendukung pengembangan bisnis
Kepulauan Aru memiliki potensi
perikanan
perikanan yang sangat melimpah dan perlu
dikelola dengan baik oleh pemerintah, dalam Kemampuan membangun usaha akan
hal ini pemerintah pusat, daerah maupun dari berefek signifikan pada peningkatan
pemerintah Kepulauaan Aru sendiri. Namun kesejahteraan masyarakat, dan menular pada
yang terjadi adalah kebijakan sektoral dari lingkungannya sehingga lambat laun jumlah
pemerintah sendiri yang cenderung pelaku usaha akan semakin banyak. Itulah
menonjolkan salah salah satu sektoral yaitu tugas kita saat ini, menumbuhkan semangat
sektor pertanian. Sektor pertanian di wirausaha masyarakat dan menciptakan
Kepulauan Aru yang ada hanya di beberapa iklim yang kondusif untuk pertumbuhan
kecamatan seperti pada kecamatan Aru usaha tersebut. Kabupaten Kepulauan Aru
tengah selatan yang hasil pertaniannya merupakan salah satu Daerah Tertinggal di
seperti palawija maupun hasil pertanian Maluku, yang ekonomi masyarakat lokal,
lainya. Sehingga dana yang diberikan oleh sumberdaya manusia, infrastruktur,
pemerintah lebih banyak untuk sektor kemampuan keuangan lokal, aksesibilitas,
pertanian maupun sektor pendukung lainnya ketergantungan yang kuat dengan daerah
dibandingkan sektor perikanan. lain dan perencanaan pembangunannya juga
masih terbelakang. Sampai saat
4. Belum ada implementasi tata ruang pengembangan ekonomi daerah hanyalah
laut Kabupaten berdasarkan keinginan dan kepentingan elit
pemerintahan daerah. Dengan demikian,
Pengelolaan wilayah laut merupakan
kebutuhan dan kepentingan stakeholder
bagian terpenting yang bertujuan agar
pembangunan kurang terakomodir dalam
wilayah laut dan seluruh kekayaan alam
pembangunan daerah, yang mengakibatkan
yang terkandung di dalamnya dapat dikelola
dan dimanfaatkan secara optimal. Jika tidak kondisi perekonomian daerah sulit diukur
dicermati dengan baik akan berdampak dan dikembangkan secara berkelanjutan.
terhadap pengkaplingan wilayah laut oleh
6. Keamanan terhadap sumberdaya laut
daerah. Kenyataan tersebut, semakin
diperparah oleh karena belum Di Kepulauan Aru yang memiliki
dituntaskannya pengaturan terhadap batas potensi perikanan yang ada di laut Aru
laut bagi daerah (Provinsi dan maupun laut arafura yang sangat
Kabupaten/Kota) yang merupakan menggiurkan untuk nelayan-nelayan asing.
penerapan Undang-Undang Nomor 32 Banyaknya sumberdaya yang ada di laut
Tahun 2004, sebagamana dimaksud dalam tersebut, maka sering dilakukan eksploitasi
Pasal 18 ayat (1) dan ayat (3). Hal tersebut dan eksplorasi illegal oleh pihak-pihak yang
berdampak terhadap wilayah-wilayah yang tidak bertanggungjawab. Hal yang paling
berkarateristik kepulauan sebagai sering adalah illegal fishing yang dilakukan

© Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2022 109


Permasalahan dan Kebijakan Pengelolaan Perikanan… (John Etry Ririhena, dkk)

oleh kapal-kapal asing dengan peralatan mayoritas penduduknya bergantung hidup


yang canggih oleh kapal-kapal Taiwan, dari kegiatan melaut, kini diterpa
Thailand, Vietnam, Malaysia dan Cina. kekhawatiran akan terjadinya beban hidup
Untuk itu perlu dilakukan pengawasan dan yang semkin sulit. Rencana pemerintah
patroli laut untuk menindak oknum-oknum menaikan harga BBM, secara langsung akan
yang tidak bertanggung yang seenaknya memberatkan kehidupan mereka yang
mencuri ikan di Perairan Aru, maka perlu sebagian besar bekerja sebagai nelayan.
ada pengawasan mengenai surat ijin Kehawatiran tersebut menjadi masalah
penangkapan dan patroli dari kapal serupa yang juga dirasakan oleh ratusan
pengawas Dinas Perikanan dan Kelautan nelayan. Bagi mereka, bila kenaikan BBM
maupun Angkatan Laut sendiri. menyebabkan penggangguran secara massal
dikalangan para nelayan.
7. Kemajuan IPTEK perikanan dan
kelautan serta munculnya persaingan Kebijakan Pemerintah Kabupaten
dan perdagangan bebas di era Kepulauan Aru Tentang Pengelolaan
globalisasi yang semakin kuat Perikanan Tangkap
Kepulauan Aru yaitu di laut Aru dan Kebijakan yang didapat dari Renstra
laut Arafura untuk pencurian ikan (ilegal tahun 2016-2021 pemerintah Kabupaten
fishing) yang di lakukan oleh kapal-kapal Kepulauan Aru melalui Dinas Kelautan
asing. Selain itu adanya isu-isu globalisasi Dan Perikanan khususnya untuk
perikanan, seperti seperti krisis energi pengelolaaan perikanan tangkap antara
dengan kenaikan harga bahan bakar minyak lain: 1. Komitmen pemerintah Kabupaten
(BBM), disini tergambarkan bahwa bahwa Kepulauan Aru bersama masyarakat dalam
produksi perikanan di Kepulauan Aru sangat mengedepankan pengelolaan perikanan dan
tergantung pada kondisi sumberdaya ikan kelautan. 2. Reformasi semua kebijakan
dan energi. Isu yang lain adalah di dalam pemerintah yang mendukung pengelolaan
pengelolaan sumberdaya perikanan dituntut sumberdaya perikanan dengan pelaku
untuk tunduk pada aturan-aturan usaha perikanan tangkap. 3. Penguatan
internasional yang berlaku sehingga kita kelembagaan baik formal maupun informal
terbatas di dalam melakukan kegiatan ekspor yang bertanggung jawab, lestari dan
ikan ekonomis seperti ikan tuna. Adanya isu berkelanjutan dalam pengelolaan perikanan
perdagangan dan isu subsidi, jadi dalam hal tangkap. 4. Peningkatan kualitas armada
ini krisis finansial global terjadi dan penangkapan maupun alat tangkap yang
berdampak langsung terhadap ramah lingkungan kepada nelayan untuk
perekonomian perikanan Indonesia maupun usaha penangkan hasil perikanan dan
kabupaten Kepulauan Aru. pengembangan iklim usaha melalui
investor untuk pemasaran hasil perikanan
8. Kenaikan BBM yang semakin baik skala kecil (rumah tangga), skala
membebani nelayan melaut menengah dan skala besar. 5. Peningkatan
tata ruang wilayah penangkapan hasil
Modal melaut dalam bentuk uang
perikanan melalui batas-batas negara dan
tunai untuk pengadaan bahan bakar,
pengawasan terhadap kapal asing maupun
makanan, dan keperluan nelayan selama ini
kapal-kapal yang tidak memiliki ijin
sebagian besar berasal dari pemiliki kapal
operasional penangkapan. 6. Melakukan
(juragang) yang berimplikasi pada
pemulihan dan pelestarian terhadap
pembagian hasil tangkapan mereka. Salah
lingkungan perairan pesisir, dan pulau-
satunya kenaikan BBM oleh pemerintah
pulau kecil serta mitigasi dan adaptasi
pusat mulai dirasakan dampaknya bagi
ratusan nelayan yang berada di Pulau Dobo, terhadap perubahan iklim. sedangkan dari
sektor swasta untuk kebijakannya adalah
Kabupaten Aru, Maluku. Di Wilayah yang
Pengelolaan potensi sumberdaya alam

110 © Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2022


Jurnal Harpodon Borneo Vol. 15. No. 2. Oktober 2022 ISSN: 2087-121X

daerah harus mampu meningkatkan tersebut dapat dikembangkan. Strategi


peluang daerah untuk dijadikan target dan organisasi pilihan dapat dianalisa dengan
tujuan investasi yang menarik. Salah satu memadukan antar unsur kekuatan,
upaya peningkatan peluang tersebut adalah kelemahan, peluang dan ancaman. Masing-
melalui pendekatan berbagai aspek/sektoral masing strategi pilihan tersebut harus diuji
yang secara umum menggambarkan kembali relevansi dan kekuatan relasinya
kondisi geografi, sosial dan perekonomian, dengan visi, misi, dan tujuan organisasi
serta menunjukkan lokasi kegiatan sektoral pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru.

Tabel 1. Analisis Pilihan


KEKUATAN KELEMAHAN

INTERNAL 9. Ketersediaan dokumen 14. Sumber Daya Aparatur masih


perencanaan sebagai didominasi oleh Aparatur Non
referensi pengambilan Teknis;
kebijakan; 15. Belum tersedinya ruangan kerja
10. Motivasi dan keseriusan yang memadai;
pegawai untuk 16. Terbatasnya kapasitas dan
menciptakan good kualitas sumberdaya aparatur
EKSTERNAL
governance; bidang kelautan dan perikanan;
11. Adanya dukungan dari 17. Terbatasnya pendanaan.
pimpinan. 18. Masih rendahnya investasi yang
12. Potensi sumberdaya mengalir ke wilayah pesisir dan
kelautan dan perikanan yang laut ;
kaya manfaat. 19. Rendahnya penguasaan
13. Potensi permintaan teknologi;
konsumsi perikanan tangkap 20. Kesadaran aparatur dan
dan perikanan yang masih masyarakat dalam menjaga
sangat besar; lingkungan wilayah pesisir dan
laut masih rendah
STRATEGI KEKUATAN- STRATEGI KELEMAHAN-
PELUANG
PELUANG PELUANG

21. Adanya dukungan 27. Motivasi SDM dibidang 31. Peningkatan koordinasi antar
Pemerintah melalui kelautan dan perikanan yang instansi;
Program Nawacita
didukung apresiasi 32. Regulasi dan kebijakan
dengan menjadikan
Indonesia sebagai Poros stakeholder terhadap perencanaan pembangunan
Maritim Dunia; pembangunan daerah dalam kelautan dan perikanan yang
22. Adanya prioritas menciptakan good konsisten disertai ketersediaan
nasional pembangunan governance; anggaran yang memadai dan
kelautan berdimensi 28. Kebijakan dan program memperlancar pelaksanaan
kepulauan dengan perencanaan yang akuntabel program dan kegiatan;
menjadikan Maluku
dan konsisten menunjang 33. Peningkatan kapasitas SDM
sebagai Lumbung Ikan
Nasional; percepatan pengembangan aparatur;
23. Adanya dukungan dana dan pembangunan kelautan 34. Pelaksanaan visi dan misi sesuai
baik dan perikanan; dokumen perencanaan secara
dekonsentrasi/APBN dari 29. Optimalisasi pengelolaan konsisten dan konsekuen.
pusat maupun APBD dan pemanfaatan sumber
(Dana Provinsi); daya kelautan dan
24. Adanya kelembagaan
perikanan;
yang menangani
pengembangan dan 30. Perencanaan pembangunan
peningkatan pengelolaan kelautan dan perikanan yang
sumberdaya kelautan dan didukung ketersediaan
perikanan; sarana prasarana dan kondisi

© Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2022 111


Permasalahan dan Kebijakan Pengelolaan Perikanan… (John Etry Ririhena, dkk)

25. Adanya dukungan daerah yang relatif kondusif


Sumber daya kelautan yang menjadikan
dan perikanan;
pelaksanaan kegiatan
26. Adanya pangsa pasar
semakin efektif dan efisien.
prospektif baik nasional,
regional, maupun
internasional.
STRATEGI KEKUATAN- STRATEGI KELEMAHAN-
ANCAMAN
ANCAMAN ANCAMAN

35. Terjadinya degradasi 40. Regulasi & kebijakan daerah 45. Peningkanan kapasitas SDM
kualitas lingkungan terkait pengelolaan sumber aparatur serta kelembagaan
pesisir; daya pesisir dan pulau-pulau pemerintah;
36. Belum selesai secara kecil; 46. Peningkatan kapasitas
keseluruhan aturan 41. Perencanaan strategis masyarakat dalam pengelolaan
turunan dari Undang- pengelolaan sumber daya dan pemanfaatan sumber daya
Undang Nomor 23 pesisir dan pulau-pulau kelautan dan perikanan;
Tahun 2014 terkait kecil; 47. Pengelolaan sumber daya
dengan Pesisir dan 42. Peningkatan kapasitas kelautan dan perikanan berbasis
Pulau-Pulau Kecil; masyarakat tehadap kepulauan.
37. Bencana alam yang dapat pengelolaan laut, pesisir dan
terjadi sewaktu-waktu; pulau-pulau kecil;
38. Adanya kebijakan 43. Pemberdayaan ekonomi
penghapusan segala masyarakat;
bentuk subsidi pada 44. Peningkatan kapasitas dan
sektor-sektor produksi kualitas produksi perikanan
dan penghapusan bea serta; penciptaan iklim
masuk barang impor atas investasi yang kondusif
produk perikanan dan
industri olahan.
39. Arah perdagangan bebas
yang lebih
mengutamakan semangat
kompetisi dibanding
menumbuhkembangkan
sektor perikanan
khususnya tangkap.

Berdasarkan Tabel 1. di atas dapat 2. Strategi kelemahan dan peluang,


diuraikan strategi organisasi Dinas Kelautan memanfaatkan kesempatan untuk
dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Aru mengatasi kelemahan dengan:
untuk lima tahun ke depan, yaitu sebagai 3. Pemberdayaan masyarakat nelayan.
berikut: Strategi ini dimaksudkan untuk
1. Strategi kekuatan dan peluang, meningkatkan kesadaran masyarakat
mengendalikan kekuatan untuk nelayan dan stakeholders mengenai
mengoptimalkan kesempatan dengan pentingnya pengelolaan kelautan dan
peningkatan kapasitas pemerintahan perikanan secara terpadu dan
daerah. Strategi ini dimaksudkan untuk berkelanjutan;
menciptakan sistem dan mekanisme 4. Pengembangan kemitraan usaha. Strategi
kelembagaan yang professional, efektif ini dimaksudkan untuk meningkatkan
dan efisien dalam merencanakan dan daya saing hasil kelautan dan perikanan
mengelola kelautan dan perikanan secara secara berkelanjutan.
terpadu dan optimal.

112 © Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2022


Jurnal Harpodon Borneo Vol. 15. No. 2. Oktober 2022 ISSN: 2087-121X

5. Strategi kekuatan dan ancaman, eksternal dari luar Daerah Kepulauan Aru
memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi yang dijabarkan dalam 9 masalah internal
ancaman dengan: dan 9 untuk masalah eksternal.
6. Pengembangan ekonomi kelautan dan 2. Kebijakan pemerintah Kabupaten
perikanan. Strategi ini dimaksudkan Kepulauan Aru melalui Dinas Kelautan
untuk meningkatkan pemanfaatan Dan Perikanan pada Renstra Tahun 2016-
ekosistim laut dan pesisir secara efisisien 2021 yang disimpulkan terdapat 6
dan berkelanjutan untuk memperbaiki kebijakan yang khusus diperuntuhkan
kesejahteraan masyarakat dan untuk kegiatan perikanan tangkap.
stakeholder dan pembangunan ekonomi; 3. Rumusan strategi kebijakan pengelolaan
7. Peningkatan investasi dan ekspor. perikanan tangkap adalah Strategi
Strategi ini dimaksudkan untuk kekuatan dan peluang mengendalikan
meningkatkan perekonomian wilayah kekuatan untuk: mengoptimalkan
dan masyarakatsehingga pendapatan kesempatan dengan peningkatan
masyarakat akan meningkat baik yang kapasitas pemerintahan daerah.
digerakkan oleh kemampuan ekonomi 4. Strategi kelemahan dan peluang,
mereka sendiri maupun ekonomi memanfaatkan kesempatan untuk
wilayah melalui peningkatan investasi mengatasi kelemahan dengan:
dan penciptaan lapangan pekerjaan Pemberdayaan masyarakat nelayan dan
dengan pemanfaatan sumberdaya Pengembangan kemitraan usaha.
kelautan dan perikanan yang optimal 5. Strategi kekuatan dan ancaman,
secara berkelanjutan untuk tujuan ekspor. mengoptimalkan kekuatan untuk
8. Strategi kelemahan dan ancaman, mengatasi ancaman dengan:
memperbaiki kelemahan untuk Pengembangan ekonomi kelautan dan
mengurangi ancaman dengan: perikanan, dan Peningkatan investasi dan
9. Pembangunan berbasis kepulauan. ekspor.
Strategi ini dimaksudkan untuk 6. Strategi kelemahan dan ancaman,
mengoptimalkan pengembangkan memperbaiki kelemahan untuk
potensi kepulauan, pengembangan mengurangi ancaman dengan:
kapasitas, serta sistem jaringan Pembangunan berbasis kepulauan dan
infrasruktur perhubungan bagi daerah Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
kepulauan dan pesisir secaraoptimal, Lautan.
terintegrasi, dan berkelanjutan dalam
rangka peningkatan kesejahteraan rakyat; Saran
10. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Dalam upaya pengembangan potensi
Lautan. Strategi ini untuk melindungi
perikanan tangkap di Kepulauan Aru perlu
dan memelihara ekosistim laut dan
pesisir untuk menjamin pemanfaatan dilakukan penelitian lanjutan terkait jumlah
secara optimal dan berkelanjutan. produksi perikanan baik tangkap, budidaya,
dan produk hasil perikanan tiap tahun dan
KESIMPULAN DAN SARAN adanya kebijakan-kebijakan tentang
perikanan budidaya maupun produk hasil
Kesimpulan perikanan.
Dari hasil penelitian ini maka dapat
disimpulkan sebagai berikut: Ucapan Terima Kasih
1. Permasalahan pengelolaan perikanan
Ucapan terima kasih kepada
tangkap yang terjadi di Kepulauan Aru
terdapat 2 masalah utama yaitu masalah Pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru
internal dari dalam daerah dan masalah khususnya Dinas Perikanan, Badan Pusat

© Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2022 113


Permasalahan dan Kebijakan Pengelolaan Perikanan… (John Etry Ririhena, dkk)

Statistik (BPS) Kabupaten Kepulauan Aru Jalur Penangkapan Ikan dan alat
dan seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan tangkap.
satu per satu yang telah membantu peneliti
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
dalam melakukan penelitian dari awal
sampai akhir kegiatan ini. Nomor 2/PERMEN-KP/2015 tentang
larangan penggunaan alat tangkap.
DAFTAR PUSTAKA Pramudyanto, B. (2014). Pengendalian
Pencemaran Dan Kerusakan Di
Afrina, Y. (2018). Motivasi Indonesia Wilayah Pesisir.Jurnal Lingkar
Mengeluarkan Kebijakan Moratorium
Widyaiswara Edisi 1 No. 4, Oktober –
Perizinan Usaha Perikanan Tangkap di
Wilayah Pengeloaan Perikanan Desember 2014, p.21 – 40 ISSN: 2355-
Negara Republik Indonesia. Jurnal 4118.
Online Mahasiswa (JOM) FISIP, Vol.
5 No. 1 April 2018 ISSN: 2355-6919. Rahmayanti, A., Z. (2019). “Peran
Pemerintah Dan Swasta Dalam
Arfan, M. (2017). Implementasi Kebijakan Penyediaan Infrastruktur Perikanan
Perizinan Perikanan Tangkap Di Tangkap Studi Kasus: Bitung”. Jurnal
Kabupaten Pemalang. Jurnal Online Ekonomi Dan Pembangunan 26 (2),
Mahasiswa (JOM) FISIP Vol 1 April 131-41.
2017 .
https://doi.org/10.14203/JEP.26.2.201
https://media.neliti.com/media/public
ations/107276-ID-implementasi- 8.131-141.
kebijakan-perizinan-perikan.pdf
Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT: Teknik
Banjarani, D., R (2020). Illegal Fishing Membelah Kasus Bisnis. Jakarta: PT.
dalam Kajian Hukum Nasional dan Gramedia Pustaka Utama.
Hukum Internasional: Kaitannya
RENCANA STRATEGIS KEPULAUAN
dengan Kejahatan Transnasional.
ARU 2016-2021
Jurnal Kertha Patrika, Vol. 42, No. 2
Agustus 2020,h.150-162.P-
Sari, Y., D. Syaukat, Y. Kusumastanto, T.
ISSN:0215-899X,E-ISSN:2579-9487.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerth Hartoyo, S. (2018). Pengelolaan
apatrika/article/download/57771/362 Perikanan Demersal Di Laut
07 Arafura: Pendekatan Bioekonomi.
Jurnal. Sosial Ekonomi Kelautan
BPS Kepulauan Aru 2016. dan Perikanan Vol. 13 No. 1Juni
2018: 43-57. ISSN :2088-
BPS Kepulauan Aru 2017.
8449,eISSN:2527-4805.
BPS Kepulauan Aru 2018. DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jsek
p.v13i1.6858
Data Dinas Perikanan Kepulauan Aru,
(2018). Sumberdaya ikan pelagis, ikan Tangke, U. (2011). Pemanfaatan Sistem
karang dan demersal Informasi Perikanan Dalam
Pengelolaan Sumberdaya Jurnal
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Ilmiah agribisnis dan Perikanan
Nomor 18 Tahun 2013 tentang tentang (agrikan UMMU-Ternate. Volume
4 Edisi 2 (Oktober 2011

114 © Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2022


Jurnal Harpodon Borneo Vol. 15. No. 2. Oktober 2022 ISSN: 2087-121X

Tyas, D., W. (2019). Kebijakan Pemerintah Undang-Undang Republik Indonesia No 31


Indonesia Dalam Memerangi Tahun 2004 tentang Perikanan.
Perdagangan Manusia. Studi Kasus:
Undang-Undang Republik Indonesia No 32
Kontribusi Indonesia Dalam
Tahun 2004 tentang Pemerintah
Pemecahan Kasus Benjina Pada Daerah
Tahun 2015. Skripsi Prodi Hubungan
Internasional, FISIP. Universitas Undang-Undang Republik Indonesia No 45
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Tahun 2009 tentang perikanan
http://digilib.uinsby.ac.id/34623/3/Dy
an%20Wahyuning%20Tyas_I722150
28.pdf

© Hak Cipta Oleh Jurnal Harpodon Borneo Tahun 2022 115

Anda mungkin juga menyukai